PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Proses penuaan pasti terjadi baik perempuan maupun laki-laki, juga pada
semuamakhluk hidup. hingga kini belum ditemukannya cara untuk mencegah proses penuaan.
Penyebab penuaan adalah mulai berkurangnya proses pertumbuhan,pembelahan sel, dan
berkurangnya proses metabolisme tubuh. Akibatnya, terjadigangguan terhadap kulit, selaput
lendir, tulang, sistem pembuluh darah, aliran darah,metabolisme vitamin, dan fungsi
otak.Masalah kesehatan yang berhubungan dengan gangguan sistem endokrin terjadisepanjang
siklus kehidupan. Sistem endokrin penting untuk mempertahankan danmengatur fungsi vital
tubuh, misalnya stress, tumbuh kembang, homeostasis,reproduksi, dan metabolisme energi.
Salah satu penyakit yang terdapat pada sistemendokrin yaitu diabetes militus. Diabetes melitus
(DM) merupakan keadaan yangseringkali dikaitkan dengan meningkatnya risiko kesakitan dan
kematian. Lanjut usia(lansia) yang menderita DM seringkali juga mengalami penyakit
lainnya,ketidakmampuan fisik, gangguan psikososial dan fungsi kognisi, serta
meningkatnyapelayanan kedokteran.
B. RUMUSAN MASALAH
Tujuan Umum : Unruk memenuhi salah satu tugas dari Mata Kuliah Keperawatan Gerontik
serta mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan lansia.
Tujuan Khusus :
2.2. Klasifikasi
Hipertensi pada usia lanjut dibedakan atas (Darmojo, 1999) :
a. Hipertensi dimana tekanan sistolik sama atau lebih besar dari 140 mmHg dan / atau
tekanan diastolik sama atau lebih besar dari 90 mmHg.
b. Hipertensi sistolik terisolasi dimana tekanan sistolik lebih besar dari 160 mmHg dan
tekanan diastolik lebih rendah dari 90 mmHg.
Klasifikasi hipertensi berdasarkan penyebabnya dapat dibedakan menjadi 2 golongan besar
yaitu :
a. Hipertensi essensial ( hipertensi primer ) yaitu hipertensi yang tidak diketahui
penyebabnya
b. Hipertensi sekunder yaitu hipertensi yang di sebabkan oleh penyakit lain
Tingkat hipertensi dan anjuran kontrol (Joint National Commitle, U.S 1992)
2.3. Etiologi
Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah terjadinya perubahan-perubahan
pada :
Elastisitas dinding aorta menurun
Katub jantung menebal dan menjadi kaku
Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah berumur
20 tahun kemampuan jantung memompa darah menurun menyebabkan menurunnya
kontraksi dan volumenya.
Kehilangan elastisitas pembuluh darah Hal ini terjadi karena kurangnya efektifitas
pembuluh darah perifer untuk oksigenasi
Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer
Meskipun hipertensi primer belum diketahui dengan pasti penyebabnya, data-data
penelitian telah menemukan beberapa faktor yang sering menyebabkan terjadinya
hipertensi. Faktor tersebut adalah sebagai berikut :
1. Faktor keturunan
Dari data statistik terbukti bahwa seseorang akan memiliki kemungkinan lebih besar untuk
mendapatkan hipertensi jika orang tuanya adalah penderita hipertensi
2. Ciri perseorangan
Ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi adalah:
Umur ( jika umur bertambah maka TD meningkat )
Jenis kelamin ( laki-laki lebih tinggi dari perempuan )
Ras ( ras kulit hitam lebih banyak dari kulit putih )
Kebiasaan hidup
Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya hipertensi adalah :
a. Konsumsi garam yang tinggi (melebihi dari 30 gr)
b. Kegemukan atau makan berlebihan
c. Stress
d. Merokok
e. Minum alcohol
f. Minum obat-obatan ( ephedrine, prednison, epineprin )
Sedangkan penyebab hipertensi sekunder adalah penyakit-penyakit seperti Ginjal,
Glomerulonefritis, Pielonefritis, Nekrosis tubular akut, Tumor, Vascular, Aterosklerosis,
Hiperplasia, Trombosis, Aneurisma, Emboli kolestrol, Vaskulitis, Kelainan endokrin, DM,
Hipertiroidisme, Hipotiroidisme, Saraf, Stroke, Ensepalitis. Selain itu dapat juga
diakibatkan karena Obat–obatan Kontrasepsi oral Kortikosteroid.
2.4. Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak
dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf
simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla
spinalis ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan
dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui system saraf simpatis ke ganglia
simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang
serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya
noreepineprin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti
kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsang
vasokonstriksi. Individu dengan hipertensi sangat sensitiv terhadap norepinefrin, meskipun
tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi.
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah
sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan
tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi epinefrin, yang
menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya,
yang dapat memperkuat respons vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang
mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan pelepasan rennin. Renin
merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II,
suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh
korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal,
menyebabkan peningkatan volume intra vaskuler. Semua faktor ini cenderung mencetuskan
keadaan hipertensi.
Sebagai pertimbangan gerontologis dimana terjadi perubahan structural dan
fungsional pada system pembuluh perifer bertanggungjawab pada perubahan tekanan darah
yang terjadi pada usia lanjut. Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya
elastisitas jaringan ikat dan penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang
pada gilirannya menurunkan kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah.
Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya dalam mengakomodasi
volume darah yang dipompa oleh jantung (volume sekuncup) mengakibatkan penurunan
curang jantung dan peningkatan tahanan perifer (Smeltzer, 2001).
Pada usia lanjut perlu diperhatikan kemungkinan adanya “hipertensi palsu”
disebabkan kekakuan arteri brachialis sehingga tidak dikompresi oleh cuff
sphygmomanometer (Darmojo, 1999).
Pathway
2.5. Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala pada hipertensi dibedakan menjadi :
a. Tidak ada gejala
Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan peningkatan tekanan
darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter yang memeriksa. Hal ini berarti
hipertensi arterial tidak akan pernah terdiagnosa jika tekanan arteri tidak terukur.
b. Gejala yang lazim
Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi meliputi nyeri kepala
dan kelelahan. Dalam kenyataannya ini merupakan gejala terlazim yang mengenai
kebanyakan pasien yang mencari pertolongan medis.
Menurut Rokhaeni (2001), manifestasi klinis beberapa pasien yang menderita
hipertensi yaitu : Mengeluh sakit kepala, pusing Lemas, kelelahan, Sesak nafas, Gelisah,
Mual Muntah, Epistaksis, Kesadaran menurun.
2.7. Penatalaksanaan
Pengelolaan hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas dan mortalitas akibat
komplikasi kardiovaskuler yang berhubungan dengan pencapaian dan pemeliharaan
tekanan darah dibawah 140/90 mmHg.
Prinsip pengelolaan penyakit hipertensi meliputi :
1. Terapi tanpa Obat
Terapi tanpa obat digunakan sebagai tindakan untuk hipertensi ringan dan sebagai tindakan
suportif pada hipertensi sedang dan berat. Terapi tanpa obat ini meliputi :
a. Diet
Diet yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah :
Restriksi garam secara moderat dari 10 gr/hr menjadi 5 gr/hr
Diet rendah kolesterol dan rendah asam lemak jenuh
Penurunan berat badan
Penurunan asupan etanol
Menghentikan merokok
b. Latihan Fisik
Latihan fisik atau olah raga yang teratur dan terarah yang dianjurkan untuk
penderita hipertensi adalah olah raga yang mempunyai empat prinsip yaitu: Macam olah
raga yaitu isotonis dan dinamis seperti lari, jogging, bersepeda, berenang dan lain-lain.
Intensitas olah raga yang baik antara 60-80 % dari kapasitas aerobik atau 72-87 %
dari denyut nadi maksimal yang disebut zona latihan. Lamanya latihan berkisar antara 20 –
25 menit berada dalam zona latihan Frekuensi latihan sebaiknya 3 x perminggu dan paling
baik 5 x perminggu.
c. Edukasi Psikologis
Pemberian edukasi psikologis untuk penderita hipertensi meliputi :
Ø Tehnik Biofeedback
Biofeedback adalah suatu tehnik yang dipakai untuk menunjukkan pada subyek
tanda-tanda mengenai keadaan tubuh yang secara sadar oleh subyek dianggap tidak normal.
Penerapan biofeedback terutama dipakai untuk mengatasi gangguan somatik seperti nyeri
kepala dan migrain, juga untuk gangguan psikologis seperti kecemasan dan ketegangan.
Ø Tehnik relaksasi
Relaksasi adalah suatu prosedur atau tehnik yang bertujuan untuk mengurangi
ketegangan atau kecemasan, dengan cara melatih penderita untuk dapat belajar membuat
otot-otot dalam tubuh menjadi rileks
Ø Pendidikan Kesehatan ( Penyuluhan )
Tujuan pendidikan kesehatan yaitu untuk meningkatkan pengetahuan pasien tentang
penyakit hipertensi dan pengelolaannya sehingga pasien dapat mempertahankan hidupnya
dan mencegah komplikasi lebih lanjut.
2. Terapi dengan Obat
Tujuan pengobatan hipertensi tidak hanya menurunkan tekanan darah saja tetapi
juga mengurangi dan mencegah komplikasi akibat hipertensi agar penderita dapat
bertambah kuat. Pengobatan hipertensi umumnya perlu dilakukan seumur hidup penderita.
Pengobatan standar yang dianjurkan oleh Komite Dokter Ahli Hipertensi ( JOINT
NATIONAL COMMITTEE ON DETECTION, EVALUATION AND TREATMENT OF
HIGH BLOOD PRESSURE, USA, 1988 ) menyimpulkan bahwa obat diuretika, penyekat
beta, antagonis kalsium, atau penghambat ACE dapat digunakan sebagai obat tunggal
pertama dengan memperhatikan keadaan penderita dan penyakit lain yang ada pada
penderita.
Pengobatannya meliputi :
o Step 1
Obat pilihan pertama : diuretika, beta blocker, Ca antagonis, ACE inhibitor
o Step 2
Alternatif yang bisa diberikan :
Dosis obat pertama dinaikkan Diganti jenis lain dari obat pilihan pertama
Ditambah obat ke –2 jenis lain, dapat berupa diuretika , beta blocker, Ca antagonis, Alpa
blocker, clonidin, reserphin, vasodilator
o Step 3
Alternatif yang bisa ditempuh Obat ke-2 diganti Ditambah obat ke-3 jenis lain
o Step 4
Alternatif pemberian obatnya Ditambah obat ke-3 dan ke-4
Re-evaluasi dan konsultasi Follow Up untuk mempertahankan terapi
Untuk mempertahankan terapi jangka panjang memerlukan interaksi dan komunikasi yang
baik antara pasien dan petugas kesehatan ( perawat, dokter ) dengan cara pemberian
pendidikan kesehatan.
NIM :
Ruangan :
Diagnosa Medis :
I. Identitas
A. Nama : Ny. A
B. Umur : 72 Tahun
C. Alamat : Jalan Kedondong IV
D. Pendidikan : SMA
E. Tanggal masuk panti:
F. Jenis Kelamin : Perempuan
G. Suku : Jawa
H. Agama : Islam
I. Status perkawinan : Janda
( Genogram )
72 thn
HT
HT HT
: Laki-laki : Klien
: Perempuan : Meninggal
: Serumah
V. Pengkajian persistem ( jelaskan kondisi klien lanjut usia sesuai system di bawah meliputi
pernyataan, hasil pemeriksaan fisik dan penunjang lainnya )
a.Keadaan umum
1) Tingkat Kesadaran : Composmentis (E4V5M6).
2) GCS : E4V5M6
3) TTV : 160/100 mmhg
4) BB/TB : 45/150
5) Bagaimana postur tulang belakang Lansia : Bungkuk
6) Keluhan : Klien mengatakan rasa nyeri yang dirasakan terkadang
mengganggu aktivitasnya. Klien mengatakan nyeri dirasakan saat terlalu banyak
melakukan aktivitas
Klasifikasi nilai : 20
a) Kurang : < 18.5
b) Normal : 18.5 – 24.9
c) Berlebih : 25 – 29.9
d) Obesitas : > 30
c. Head to Toe
1) Kepala :
a) Kebersihan : bersih
b) Kerontokan rambut : Iya
c) Keluhan : tidak ada
d) Jika ya, jelaskan :
2) Mata
a) Konjungtiva : anemis
b) Sklera : ikterik
c) Stabismus : tidak ada
d) Penglihatan : Kurang baik
e) Peradangan : tidak ada
f) Katarak : tidak ada
g) Penggunaan kacamata : Iya (menggunakan kacamata plus)
h) Keluhan : tidak ada
i) Jika ya , jelaskan :
3) Hidung
a) Bentuk hidung : simetris
b) Peradangan : tidak ada
c) Penciuman : Baik
d) Keluhan : tidak ada
e) Jika ya , jelaskan :
4) Mulut, Tenggorokan
a) Kebersihan : baik
b) Mukosa : lembab
c) Peradangan : tidak ada
d) Gigi : ompong
e) Radang gusi : tidak ada
f) Kesulitan mengunyah : Iya
g) Keluhan lain : tidak ada
h) Jika ya , jelaskan :
5) Telinga
a) Kebersihan : bersih
b) Peradangan : tidak ada
c) Pendengaran : Kurang baik
d) Jika ya , jelaskan :
6) Leher
a) Pembesaran kelenjar tyroid: tidak ada
b) JVD(Jugularis Vena Distensi) : tidak ada
c) Kaku kuduk : tidak ada
d) Keluhan : tidak
e) Jika ya , jelaskan :
7) Dada
a) Bentuk dada : simetris
b) Payudara : simetris
c) Retraksi dinding dada : tidak ada
d) Suara nafas : vesikuler
e) Wheezing : tidak ada
f) Ronchi : tidak ada
g) Suara jantung tambahan : tidak ada
h) Keluhan : tidak ada
i) Jika ya , jelaskan :
8) Abdomen
a) Bentuk : simetris
b) Nyeri takan : tidak ada
c) Kembung : tidak ada
d) Supel : tidak ada
e) Bising Usus : ada, frekuensi : 7x/menit
f) Massa : tidak ada
g) Keluhan : tidakada
h) Jika ya , jelaskan :
9) Genetalia
a) Kebersihan : baik
b) Frekuensi BAK : ±7x/hari
c) Frekuensi BAB : 1 hari sekali
d) Haemoroid : tidak ada
e) Hernia : tidak ada
f) Keluhan : tidak ada
g) Jika ya , jelaskan :
10) Ekstremitas
a) Kekuatan otot (skala 1-5 ) :
Ket : 55 55 5555
1 = Lumpuh
2 = Ada Kontraksi 5555 5555
3 = Melawan gravitasi dengan sokongan
4 = Melawan gravitasi tetapi tidak ada tahanan
5 = Melawan gravitasi dengan tahanan sedikit
6 = Melawan gravitasi dengan kekuatan penuh
b) Rentang gerak : maksimal/terbatas
c) Deformitas : ya/tidak
d) Tremor : ya/tidak
e) Edema : ya/tidak , pitting edema/tidak
f) Penggunaan alat bantu : ya/tidak , jenis : tongkat jalan
g) Nyeri persendian : ya/tidak
h) Paralysis : ya/tidak
i) CRT : <3x/menit
j) Keluhan : ya/tidak
k) Jika ya , jelaskan : Saat berjalan kaki suka sakit
11) Integumen
a) Kebersihan : baik
b) Warna : sawo matang
c) Kelembapan : sedikit lembab
d) Lesi/Luka : tidak ada
e) Perubahan tekstur : keriput
f) Gangguan pada kulit : tidak ada
g) Keluhan : tidak ada
h) Jika ya , jelaskan :
(1) Selalu
(2) Sering
(3) Jarang
(1) Labil
(2) Stabil
(3) Iritabel
(4) Datar
Jelaskan :
(2) Terpaksa
(1) 1 kali/bulan
(2) 2 kali/bulan
Keluhan lebih dari tiga bulan atau lebih dari satu kali dalam sebulan ? TIDAK
Ada banyak masalah atu fikiran ? YA
Ada masalah dengan keluarga ? TIDAK
Menggunakan obat tidur atau penenang atas anjuran dokter ? TIDAK
Cendrung mengurung diri ? TIDAK
Bila lebih atau sama dengan satu jawaban “ya”
Ny A beragama islam, melakukan sholat lima waktu sehari, saat sholat subuh terkadang sholat
dimasjid. Mengikuti pengajian ibu-ibu dimasjid setiap malem senin dan jumat.
Jumlah: secukupnya
Warna: kuning
Konsistensi: padat
Total : 110
Keterangan :
a. 130 : Mandiri
b. 65 - 129 : Ketergantungan sebagian
c. < 65 : Total Care
Instruksi :
7
Score =
Interprestasi :
Identifikasi aspek kognitif dari fungsi mental dengan menggunakan MMSE (Mini Mental Status Exam) :
Orientasi.
Registrasi.
Perhatian.
Kalkulasi.
Mengingat kembali.
Bahasa.
NO ASPEK NILAI MAKSIMAL NILAI KRITERIA
KOGNITIF KLIEN
Kursi
Meja
Kertas
Kemudian tanyakan kepada klien ketiga
tadi. (Untuk disebutkan)
93
86
79
72
65
4 Mengingat 3 3 Minta klien untuk mengulangi ketiga
kembali benda pada No. (registrasi) tadi. Bila
(Recall) benar, 1 point untuk masing-masing
benda
Kursi
Meja
Kertas
5 Bahasa 9 8 Tunjukan pada klien suatu benda dan
tanyakan namanya pada klien.
Menyalin Gambar.
Total : 24
Interprestasi hasil :
Kruk/tongkat/walker 15
15
Berpegangan pada benda-benda disekitar (kursi,
lemari, meja) 30
6 Status mental
0 0
Lansia menyadari kondisi dirinya
Lansia mengalami keterbatasan daya ingat 15 15
Total Nilai 40
Keterangan :
Tingkat Resiko Nilai MFS Tindakan
Nama : Ny A
Usia : 72 tahun
Ruangan :
Lingkarilah jawaban yang sesuai dengan keadaan Anda pada pertanyaan dibawah ini :
No Pertanyaan Tidak
Ya
2 Apakah anda sering merasa tidak berminat untuk melakukan kegiatan ? Ya Tidak
Ya Tidak
8 Apakah anda sering merasa tanpa pengharapan/putusasa?
Apakah anda lebih suka diam dirumah daripada keluar atau melakukan
9 Ya Tidak
sesuatu hal yang baru?
14 Apakah anda merasa putus asa atau tidak ada harapan saat ini? Ya Tidak
15 Apakah anda merasa orang lain berada pada kondisi yang lebih baik
Ya Tidak
dari pada anda?
1. Data Fokus
1. DS:
DO:
TD : 160/100 mmHg
S : 36,7 0C
N : 92 x/menit
2.. RR : 20 x/menit
DS :
DO :
P : Klien mengatakan nyeri
dirasakan saat terlalu banyak
melakukan aktivitas
Q : Nyeri terasa seperti
mencengkram,
R : Klien mengatakan nyeri di
tengkuk
S : Skala nyeri 5
3. T : Nyeri yang dirasakan hilang
timbul
DS : -
4. DO :
Hasil SPMSQ : 7 (Kerusakan
intelektual
sedang)
DS :
DO :
tidak efektif
Nyeri kronis
2.
Gangguan memori
3.
Resiko Jatuh
4.
B. PERENCANAAN KEPERAWATAN
Diagnosa
Tujuan dan Paraf &
Tgl. No. Keperawatan Rencana Tindakan
Kriteria Hasil nama jelas
(PES)
Kriteria hasil :
1. Verbalisasi
kemampuan
menginat
informasi
factual
meningkat)
2. Verbalisasi
kemampuan
Gangguan
mempelajari
memori
hal baru
3. Melakukan
3.
kemampuan
yang dipelajari
Setelah dilakukan 1. Identifikasi faktor resiko
asuhan jatuh
keperawatan 1x30 2. Identifikasi faktor
menit klien tidak lingkungan yang
dapat mengalami meningkatkan resiko
jatuh jatuh
3. Hitung resiko jatuh
dengan menggunakan
Kriteria hasil : skala
4. Gunakan alat bantu
1. Jatuh saat
berjalan
berdiri (1-
5. Aanjurkan menggunakan
meningkat
alas kaki yang tidak licin
menjadi 5-
6. Anjurkan melebarkan
menurun)
jarak kedua kaki untuk
2. Jatuh saat
meningkatkan
berjalan (1-
keseimbangan saat
meningkat
berdiri
menjadi 5-
menurun)
3. Jatuh saat
dikamar
mandi (1-
meningkat
menjadi 5-
menurun)
Resiko Jatuh
4.
D. E V A L U A S I ( CATATAN PERKEMBANGAN )
DX 1 S:-
O : TD : 140/90 mmHg
N : 89x/menit
RR : 20x/menit
S : 36,5OC
P : Lanjutkan intervensi
S:-
O : - Klien terlihat serius saat menyusun balok huruf
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
- Monitor perilaku dan perubahan memori
- Stimulasi memori dengan mengulang pikiran yang
terakhir diucapkan.
- Fasilitasi tugas pembelajaran
- Jelaskan tujuan dan prosedur latihan
- Ajarkan teknik memori yang tepat.
DX 3
DX 4
BAB IV
KESIMPULAN
Agus Purwadianto (2000), Kedaruratan Medik: Pedoman Penatalaksanaan Praktis, Binarupa Aksara, Jakarta.
Callahan, Barton, Schumaker (1997), Seri Skema Diagnosis dan Penatalaksanaan gawat Darurat Medis, Binarupa
Aksara, Jakarta.
Carpenito Lynda Juall (2000), Diagnosa Keperawatan: Aplikasi Pada Praktek Klinik, Penerbit Buku Kedokteran EGC,
Jakarta.
Decker DL. (1990). Social Gerontology an Introduction to Dinamyc of Aging. Little Brown and Company. Boston
Doenges marilynn (2000), Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian
Perawatan Pasien, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Evelyn C.pearce (1999), Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis, Penerbit PT Gramedia, Jakarta.
Gallo, J.J (1998). Buku Saku Gerontologi Edisi 2. Aliha Bahasa James Veldman. EGC. Jakarta
Guyton and Hall (1997), Buku Ajar: Fisiologi Kedokteran, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Hudak and Gallo (1996), Keperawatan Kritis: Pendekatan Holistik, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Lueckenotte.A.G. (1996). Gerontologic Nursing. Mosby Year Book. Missouri
Nugroho.W. (2000). Keperawatan Gerontik. Gramedia. Jakarta