Anda di halaman 1dari 58

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Proses penuaan pasti terjadi baik perempuan maupun laki-laki, juga pada
semuamakhluk hidup. hingga kini belum ditemukannya cara untuk mencegah proses penuaan.
Penyebab penuaan adalah mulai berkurangnya proses pertumbuhan,pembelahan sel, dan
berkurangnya proses metabolisme tubuh. Akibatnya, terjadigangguan terhadap kulit, selaput
lendir, tulang, sistem pembuluh darah, aliran darah,metabolisme vitamin, dan fungsi
otak.Masalah kesehatan yang berhubungan dengan gangguan sistem endokrin terjadisepanjang
siklus kehidupan. Sistem endokrin penting untuk mempertahankan danmengatur fungsi vital
tubuh, misalnya stress, tumbuh kembang, homeostasis,reproduksi, dan metabolisme energi.
Salah satu penyakit yang terdapat pada sistemendokrin yaitu diabetes militus. Diabetes melitus
(DM) merupakan keadaan yangseringkali dikaitkan dengan meningkatnya risiko kesakitan dan
kematian. Lanjut usia(lansia) yang menderita DM seringkali juga mengalami penyakit
lainnya,ketidakmampuan fisik, gangguan psikososial dan fungsi kognisi, serta
meningkatnyapelayanan kedokteran.

Pada akhirnya, komplikasi yang terjadi akan mempengaruhikualitas hidup


lansia.Prevalensi DM sebesar 15,8% didapatkan pada kelompok usia 60-70 tahun danlansia
wanita memiliki prevalensi lebih tinggi dari lansia pria. Rata-rata skor domainkondisi lingkungan
lebih tinggi pada lansia yang tidak menderita DM dan rata-rataskor kesehatan fisik lebih tinggi
pada lansia yang menderita obesitas. Semakin besarindeks massa tubuh maka skor domain
kesehatan fisik akan semakin meningkat secaradrastis.Ketertarikan kami mengangkat judul
makalah ini khususnya pada diabetes militusyaitu karena kebanyakan di rumah sakit ditemui
orang yang menderita DM adalahlansia dan kita sebagai perawat dapat melakukan tindakan
keperawatan dalammengatasi penyakit DM pada lansia. Dan juga mengetahui komplikasi DM
pada lansia.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana definisi lansia?

2. Penyakit apa saja yang berhubungan pada lansia?

3. Bagaimana konsep asuhan keperawatan pada lansia?


C. TUJUAN

Tujuan Umum : Unruk memenuhi salah satu tugas dari Mata Kuliah Keperawatan Gerontik
serta mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan lansia.

Tujuan Khusus :

1. Agar mahasiswa mengetahui pengertian lansia dan tipe-tipe lansia

2. Agar mahasiswa mengetahui berbagai teori lansia

3. Agar mahasiswa mengetahui masalah-masalah kesehatan lansia

4. Agar mahasiswa mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan lansia


BAB II
LANDSAN TEORI

LAPORAN PENDAHULUAN HIPERTENSI PADA LANSIA


Pada bab ini akan dibahas mengenai konsep teori yang memuat: Konsep Lansia, Konsep
dan Asuhan Keperawatan Klien Dengan Hipertensi.
1. Konsep Teori Lansia
1.1. Batasan Lansia
Menurut organisasi kesehatan dunia (WHO), lanjut usia meliputi:
a. Usia pertengahan (middle age) ialah kelompok usia 45 sampai 59 tahun.
b. Lanjut usia (elderly) antara 60 – 74 tahun.
c. Lanjut usia tua (old) antara 75 – 90 tahun.
d. Usia sangat tua (very old) di atas 90 tahun.

1.2. Proses Menua


Pada hakekatnya menjadi tua merupakan proses alamiah yang berarti seseorang telah
melalui tiga tahap kehidupannya yaitu masa anak, masa dewasa dan masa tua (Nugroho,
1992). Tiga tahap ini berbeda baik secara biologis maupun psikologis. Memasuki masa tua
berarti mengalami kemuduran secara fisik maupun psikis. Kemunduran fisik ditandai
dengan kulit yang mengendor, rambut memutih, penurunan pendengaran, penglihatan
memburuk, gerakan lambat, kelainan berbagai fungsi organ vital, sensitivitas emosional
meningkat dan kurang gairah.
Meskipun secara alamiah terjadi penurunan fungsi berbagai organ, tetapi tidak harus
menimbulkan penyakit oleh karenanya usia lanjut harus sehat. Sehat dalam hal ini
diartikan:
1) Bebas dari penyakit fisik, mental dan sosial,
2) Mampu melakukan aktivitas untuk memenuhi kebutuhan sehari – hari,
3) Mendapat dukungan secara sosial dari keluarga dan masyarakat (Rahardjo, 1996)
Akibat perkembangan usia, lanjut usia mengalami perubahan – perubahan yang
menuntut dirinya untuk menyesuakan diri secara terus – menerus. Apabila proses
penyesuaian diri dengan lingkungannya kurang berhasil maka timbullah berbagai masalah.
Hurlock (1979) seperti dikutip oleh Munandar Ashar Sunyoto (1994) menyebutkan
masalah – masalah yang menyertai lansia yaitu:
1) Ketidakberdayaan fisik yang menyebabkan ketergantungan pada orang lain,
2) Ketidakpastian ekonomi sehingga memerlukan perubahan total dalam pola hidupnya,
3) Membuat teman baru untuk mendapatkan ganti mereka yang telah meninggal atau
pindah,
4) Mengembangkan aktifitas baru untuk mengisi waktu luang yang bertambah banyak dan
5) Belajar memperlakukan anak – anak yang telah tumbuh dewasa. Berkaitan dengan
perubahan fisk, Hurlock mengemukakan bahwa perubahan fisik yang mendasar adalah
perubahan gerak.
Lanjut usia juga mengalami perubahan dalam minat. Pertama minat terhadap diri makin
bertambah. Kedua minat terhadap penampilan semakin berkurang. Ketiga minat terhadap
uang semakin meningkat, terakhir minta terhadap kegiatan – kegiatan rekreasi tak berubah
hanya cenderung menyempit. Untuk itu diperlukan motivasi yang tinggi pada diri usia
lanjut untuk selalu menjaga kebugaran fisiknya agar tetap sehat secara fisik. Motivasi
tersebut diperlukan untuk melakukan latihan fisik secara benar dan teratur untuk
meningkatkan kebugaran fisiknya.
Berkaitan dengan perubahan, kemudian Hurlock (1990) mengatakan bahwa perubahan
yang dialami oleh setiap orang akan mempengaruhi minatnya terhadap perubahan tersebut
dan akhirnya mempengaruhi pola hidupnya. Bagaimana sikap yang ditunjukkan apakah
memuaskan atau tidak memuaskan, hal ini tergantung dari pengaruh perubahan terhadap
peran dan pengalaman pribadinya. Perubahan ynag diminati oleh para lanjut usia adalah
perubahan yang berkaitan dengan masalah peningkatan kesehatan, ekonomi/pendapatan
dan peran sosial (Goldstein, 1992)
Dalam menghadapi perubahan tersebut diperlukan penyesuaian. Ciri – ciri penyesuaian
yang tidak baik dari lansia (Hurlock, 1979, Munandar, 1994) adalah:
1) Minat sempit terhadap kejadian di lingkungannya.
2) Penarikan diri ke dalam dunia fantasi
3) Selalu mengingat kembali masa lalu
4) Selalu khawatir karena pengangguran,
5) Kurang ada motivasi,
6) Rasa kesendirian karena hubungan dengan keluarga kurang baik, dan
7) Tempat tinggal yang tidak diinginkan.
Di lain pihak ciri penyesuaian diri lanjut usia yang baik antara lain adalah: minat yang
kuat, ketidaktergantungan secara ekonomi, kontak sosial luas, menikmati kerja dan hasil
kerja, menikmati kegiatan yang dilakukan saat ini dan memiliki kekhawatiran minimal
trehadap diri dan orang lain.

1.3. Teori Proses Menua


1.3.1. Teori-teori Biologi
a) Teori genetik dan mutasi (somatic mutatie theory)
Menurut teori ini menua telah terprogram secara genetik untuk spesies – spesies
tertentu. Menua terjadi sebagai akibat dari perubahan biokimia yang diprogram oleh
molekul – molekul / DNA dan setiap sel pada saatnya akan mengalami mutasi.
Sebagai contoh yang khas adalah mutasi dari sel – sel kelamin (terjadi penurunan
kemampuan fungsional sel).
b) Pemakaian dan rusak
Kelebihan usaha dan stres menyebabkan sel – sel tubuh lelah (rusak)
c) Reaksi dari kekebalan sendiri (auto immune theory)
Di dalam proses metabolisme tubuh, suatu saat diproduksi suatu zat khusus. Ada
jaringan tubuh tertentu yang tidaktahan terhadap zat tersebut sehingga jaringan
tubuh menjadi lemah dan sakit.
d) Teori “immunology slow virus” (immunology slow virus theory)
Sistem imune menjadi efektif dengan bertambahnya usia dan masuknya virus
kedalam tubuh dapat menyebabkab kerusakan organ tubuh.
e) Teori stres
Menua terjadi akibat hilangnya sel-sel yang biasa digunakan tubuh. Regenerasi
jaringan tidak dapat mempertahankan kestabilan lingkungan internal, kelebihan
usaha dan stres menyebabkan sel-sel tubuh lelah terpakai.
f) Teori radikal bebas
Radikal bebas dapat terbentuk dialam bebas, tidak stabilnya radikal bebas
(kelompok atom) mengakibatkan osksidasi oksigen bahan-bahan organik seperti
karbohidrat dan protein. Radikal bebas ini dapat menyebabkan sel-sel tidak dapat
regenerasi.
g) Teori rantai silang
Sel-sel yang tua atau usang , reaksi kimianya menyebabkan ikatan yang kuat,
khususnya jaringan kolagen. Ikatan ini menyebabkan kurangnya elastis, kekacauan
dan hilangnya fungsi.
h) Teori program
Kemampuan organisme untuk menetapkan jumlah sel yang membelah setelah sel-
sel tersebut mati.
1.3.2. Teori Kejiwaan Sosial
a) Aktivitas atau kegiatan (activity theory)
Ketentuan akan meningkatnya pada penurunan jumlah kegiatan secara
langsung. Teori ini menyatakan bahwa usia lanjut yang sukses adalah mereka yang
aktif dan ikut banyak dalam kegiatan sosial.
Ukuran optimum (pola hidup) dilanjutkan pada cara hidup dari lanjut usia.
Mempertahankan hubungan antara sistem sosial dan individu agar tetap stabil dari
usia pertengahan ke lanjut usia
b) Kepribadian berlanjut (continuity theory)
Dasar kepribadian atau tingkah laku tidak berubah pada lanjut usia. Teori ini
merupakan gabungan dari teori diatas. Pada teori ini menyatakan bahwa perubahan
yang terjadi pada seseorang yang lanjut usia sangat dipengaruhi oleh tipe
personality yang dimiliki.
c) Teori pembebasan (disengagement theory)
Teori ini menyatakan bahwa dengan bertambahnya usia, seseorang secara
berangsur-angsur mulai melepaskan diri dari kehidupan sosialnya. Keadaan ini
mengakibatkan interaksi sosial lanjut usia menurun, baik secara kualitas maupun
kuantitas sehingga sering terjaadi kehilangan ganda (triple loss), yakni :
1. kehilangan peran
2. hambatan kontak sosial
3. berkurangnya kontak komitmen
1.4. Permasalahan yang terjadi pada lansia
Berbagai permasalahan yang berkaitan dengan pencapaian kesejahteraan lanjut usia,
antara lain: (Setiabudhi, T. 1999 : 40-42)
1. Permasalahan umum
a) Makin besar jumlah lansia yang berada dibawah garis kemiskinan.
b) Makin melemahnya nilai kekerabatan sehingga anggota keluarga yang berusia lanjut
kurang diperhatikan , dihargai dan dihormati.
c) Lahirnya kelompok masyarakat industri.
d) Masih rendahnya kuantitas dan kulaitas tenaga profesional pelayanan lanjut usia.
e) Belum membudaya dan melembaganya kegiatan pembinaan kesejahteraan lansia.
2. Permasalahan khusus :
a) Berlangsungnya proses menua yang berakibat timbulnya masalah baik fisik, mental
maupun sosial.
b) Berkurangnya integrasi sosial lanjut usia.
c) Rendahnya produktifitas kerja lansia.
d) Banyaknya lansia yang miskin, terlantar dan cacat.
e) Berubahnya nilai sosial masyarakat yang mengarah pada tatanan masyarakat
individualistik.
f) Adanya dampak negatif dari proses pembangunan yang dapat mengganggu
kesehatan fisik lansia

1.5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Proses Menua


a. Hereditas atau ketuaan genetik
b. Nutrisi atau makanan
c. Status kesehatan
d. Pengalaman hidup
e. Lingkungan
f. Stres
1.6. Perubahan-perubahan yang terjadi pada Lansia
1) Perubahan fisik
Meliputi perubahan dari tingkat sel sampai kesemua sistim organ tubuh, diantaranya
sistim pernafasan, pendengaran, penglihatan, kardiovaskuler, sistem pengaturan
tubuh, muskuloskeletal, gastro intestinal, genito urinaria, endokrin dan integumen.
2) Perubahan mental
Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental :
a) Pertama-tama perubahan fisik, khsusnya organ perasa.
b) Kesehatan umum
c) Tingkat pendidikan
d) Keturunan (hereditas)
e) Lingkungan
f) Gangguan syaraf panca indera, timbul kebutaan dan ketulian.
g) Gangguan konsep diri akibat kehilangan kehilangan jabatan.
h) Rangkaian dari kehilangan , yaitu kehilangan hubungan dengan teman dan
famili.
i) Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik, perubahan terhadap gambaran diri,
perubahan konsep dir.
3) Perubahan spiritual
Agama atau kepercayaan makin terintegrasi dalam kehidupannya (Maslow, 1970)
Lansia makin matur dalam kehidupan keagamaanya , hal ini terlihat dalam berfikir
dan bertindak dalam sehari-hari (Murray dan Zentner, 1970).

1.7. Penyakit yang sering diderita Lansia


Menurut the National Old People’s Welfare Council , dikemukakan 12 macam penyakit
lansia, yaitu :Depresi mental
1) Gangguan pendengaran
2) Bronkhitis kronis
3) Gangguan pada tungkai/sikap berjalan.
4) Gangguan pada koksa / sendi pangul\Anemia
5) Demensia
2. KONSEP HIPERTENSI PADA LANSIA
2.1. Pengertian Hipertensi
Hipertensi dicirikan dengan peningkatan tekanan darah diastolik dan sistolik yang
intermiten atau menetap. Pengukuran tekanan darah serial 150/95 mmHg atau lebih tinggi
pada orang yang berusia diatas 50 tahun memastikan hipertensi. Insiden hipertensi
meningkat seiring bertambahnya usia (Stockslager , 2008).
Hipertensi atau darah tinggi adalah penyakit kelainan jantung dan pembuluh darah
yang ditandai dengan peningkatan tekanan darah. WHO (World Health Organization)
memberikan batasan tekanan darah normal adalah 140/90 mmHg, dan tekanan darah sama
atau diatas 160/95 mmHg dinyatakan sebagai hipertensi. Batasan ini tidak membedakan
antara usia dan jenis kelamin (Marliani, 2007).
Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan
sistoliknya di atas 140 mmHg dan diastolik di atas 90 mmHg. Pada populasi lansia,
hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolik 90
mmHg (Rohaendi, 2008).

2.2. Klasifikasi
Hipertensi pada usia lanjut dibedakan atas (Darmojo, 1999) :
a. Hipertensi dimana tekanan sistolik sama atau lebih besar dari 140 mmHg dan / atau
tekanan diastolik sama atau lebih besar dari 90 mmHg.
b. Hipertensi sistolik terisolasi dimana tekanan sistolik lebih besar dari 160 mmHg dan
tekanan diastolik lebih rendah dari 90 mmHg.
Klasifikasi hipertensi berdasarkan penyebabnya dapat dibedakan menjadi 2 golongan besar
yaitu :
a. Hipertensi essensial ( hipertensi primer ) yaitu hipertensi yang tidak diketahui
penyebabnya
b. Hipertensi sekunder yaitu hipertensi yang di sebabkan oleh penyakit lain
Tingkat hipertensi dan anjuran kontrol (Joint National Commitle, U.S 1992)

Tekanan sistolik Tekanan diastolik


Tigkat Jadwal kontrol
(mmHg) (mmHg)
Tingkat I 140-159 90-99
Tingkat II 160-179 100-109 1 bulan sekali
Tingkat III 180-209 110-119 1 minggu sekali
Tingkat IV 210 satau lebih 120 atau lebuh Dirawat RS

2.3. Etiologi
Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah terjadinya perubahan-perubahan
pada :
 Elastisitas dinding aorta menurun
 Katub jantung menebal dan menjadi kaku
 Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah berumur
20 tahun kemampuan jantung memompa darah menurun menyebabkan menurunnya
kontraksi dan volumenya.
 Kehilangan elastisitas pembuluh darah Hal ini terjadi karena kurangnya efektifitas
pembuluh darah perifer untuk oksigenasi
 Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer
Meskipun hipertensi primer belum diketahui dengan pasti penyebabnya, data-data
penelitian telah menemukan beberapa faktor yang sering menyebabkan terjadinya
hipertensi. Faktor tersebut adalah sebagai berikut :
1. Faktor keturunan
Dari data statistik terbukti bahwa seseorang akan memiliki kemungkinan lebih besar untuk
mendapatkan hipertensi jika orang tuanya adalah penderita hipertensi
2. Ciri perseorangan
Ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi adalah:
 Umur ( jika umur bertambah maka TD meningkat )
 Jenis kelamin ( laki-laki lebih tinggi dari perempuan )
 Ras ( ras kulit hitam lebih banyak dari kulit putih )
 Kebiasaan hidup
Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya hipertensi adalah :
a. Konsumsi garam yang tinggi (melebihi dari 30 gr)
b. Kegemukan atau makan berlebihan
c. Stress
d. Merokok
e. Minum alcohol
f. Minum obat-obatan ( ephedrine, prednison, epineprin )
Sedangkan penyebab hipertensi sekunder adalah penyakit-penyakit seperti Ginjal,
Glomerulonefritis, Pielonefritis, Nekrosis tubular akut, Tumor, Vascular, Aterosklerosis,
Hiperplasia, Trombosis, Aneurisma, Emboli kolestrol, Vaskulitis, Kelainan endokrin, DM,
Hipertiroidisme, Hipotiroidisme, Saraf, Stroke, Ensepalitis. Selain itu dapat juga
diakibatkan karena Obat–obatan Kontrasepsi oral Kortikosteroid.

2.4. Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak
dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf
simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla
spinalis ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan
dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui system saraf simpatis ke ganglia
simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang
serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya
noreepineprin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti
kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsang
vasokonstriksi. Individu dengan hipertensi sangat sensitiv terhadap norepinefrin, meskipun
tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi.
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah
sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan
tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi epinefrin, yang
menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya,
yang dapat memperkuat respons vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang
mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan pelepasan rennin. Renin
merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II,
suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh
korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal,
menyebabkan peningkatan volume intra vaskuler. Semua faktor ini cenderung mencetuskan
keadaan hipertensi.
Sebagai pertimbangan gerontologis dimana terjadi perubahan structural dan
fungsional pada system pembuluh perifer bertanggungjawab pada perubahan tekanan darah
yang terjadi pada usia lanjut. Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya
elastisitas jaringan ikat dan penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang
pada gilirannya menurunkan kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah.
Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya dalam mengakomodasi
volume darah yang dipompa oleh jantung (volume sekuncup) mengakibatkan penurunan
curang jantung dan peningkatan tahanan perifer (Smeltzer, 2001).
Pada usia lanjut perlu diperhatikan kemungkinan adanya “hipertensi palsu”
disebabkan kekakuan arteri brachialis sehingga tidak dikompresi oleh cuff
sphygmomanometer (Darmojo, 1999).
Pathway
2.5. Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala pada hipertensi dibedakan menjadi :
a. Tidak ada gejala
Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan peningkatan tekanan
darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter yang memeriksa. Hal ini berarti
hipertensi arterial tidak akan pernah terdiagnosa jika tekanan arteri tidak terukur.
b. Gejala yang lazim
Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi meliputi nyeri kepala
dan kelelahan. Dalam kenyataannya ini merupakan gejala terlazim yang mengenai
kebanyakan pasien yang mencari pertolongan medis.
Menurut Rokhaeni (2001), manifestasi klinis beberapa pasien yang menderita
hipertensi yaitu : Mengeluh sakit kepala, pusing Lemas, kelelahan, Sesak nafas, Gelisah,
Mual Muntah, Epistaksis, Kesadaran menurun.

2.6. Pemeriksaan Penunjang


a. Hemoglobin / hematokrit
Untuk mengkaji hubungan dari sel – sel terhadap volume cairan ( viskositas ) dan dapat
mengindikasikan factor – factor resiko seperti hiperkoagulabilitas, anemia.
b. BUN
Memberikan informasi tentang perfusi ginjal Glukosa Hiperglikemi (diabetes mellitus
adalah pencetus hipertensi) dapat diakibatkan oleh peningkatan katekolamin
(meningkatkan hipertensi)
c. Kalium serum
Hipokalemia dapat megindikasikan adanya aldosteron utama ( penyebab ) atau menjadi
efek samping terapi diuretik.
d. Kalsium serum
Peningkatan kadar kalsium serum dapat menyebabkan hipertensi
e. Kolesterol dan trigliserid serum
Peningkatan kadar dapat mengindikasikan pencetus untuk / adanya pembentukan plak
ateromatosa ( efek kardiovaskuler )
f. Pemeriksaan tiroid
Hipertiroidisme dapat menimbulkan vasokonstriksi dan hipertensi
g. Kadar aldosteron urin/serum
Untuk mengkaji aldosteronisme primer ( penyebab )
h. Urinalisa
Darah, protein, glukosa mengisyaratkan disfungsi ginjal dan atau adanya diabetes.
i. Asam urat
Hiperurisemia telah menjadi implikasi faktor resiko hipertensi
j. Steroid urin
Kenaiakn dapat mengindikasikan hiperadrenalisme
k. IVP
Dapat mengidentifikasi penyebab hieprtensiseperti penyakit parenkim ginjal, batu ginjal /
ureter
l. Foto dada
Menunjukkan obstruksi kalsifikasi pada area katub, perbesaran jantung
m. CT scan
n. Untuk mengkaji tumor serebral, ensefalopati
o. EKG
Dapat menunjukkan pembesaran jantung, pola regangan, gangguan konduksi, peninggian
gelombang P adalah salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi.

2.7. Penatalaksanaan
Pengelolaan hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas dan mortalitas akibat
komplikasi kardiovaskuler yang berhubungan dengan pencapaian dan pemeliharaan
tekanan darah dibawah 140/90 mmHg.
Prinsip pengelolaan penyakit hipertensi meliputi :
1. Terapi tanpa Obat
Terapi tanpa obat digunakan sebagai tindakan untuk hipertensi ringan dan sebagai tindakan
suportif pada hipertensi sedang dan berat. Terapi tanpa obat ini meliputi :
a. Diet
Diet yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah :
 Restriksi garam secara moderat dari 10 gr/hr menjadi 5 gr/hr
 Diet rendah kolesterol dan rendah asam lemak jenuh
 Penurunan berat badan
 Penurunan asupan etanol
 Menghentikan merokok
b. Latihan Fisik
Latihan fisik atau olah raga yang teratur dan terarah yang dianjurkan untuk
penderita hipertensi adalah olah raga yang mempunyai empat prinsip yaitu: Macam olah
raga yaitu isotonis dan dinamis seperti lari, jogging, bersepeda, berenang dan lain-lain.
Intensitas olah raga yang baik antara 60-80 % dari kapasitas aerobik atau 72-87 %
dari denyut nadi maksimal yang disebut zona latihan. Lamanya latihan berkisar antara 20 –
25 menit berada dalam zona latihan Frekuensi latihan sebaiknya 3 x perminggu dan paling
baik 5 x perminggu.
c. Edukasi Psikologis
Pemberian edukasi psikologis untuk penderita hipertensi meliputi :
Ø Tehnik Biofeedback
Biofeedback adalah suatu tehnik yang dipakai untuk menunjukkan pada subyek
tanda-tanda mengenai keadaan tubuh yang secara sadar oleh subyek dianggap tidak normal.
Penerapan biofeedback terutama dipakai untuk mengatasi gangguan somatik seperti nyeri
kepala dan migrain, juga untuk gangguan psikologis seperti kecemasan dan ketegangan.
Ø Tehnik relaksasi
Relaksasi adalah suatu prosedur atau tehnik yang bertujuan untuk mengurangi
ketegangan atau kecemasan, dengan cara melatih penderita untuk dapat belajar membuat
otot-otot dalam tubuh menjadi rileks
Ø Pendidikan Kesehatan ( Penyuluhan )
Tujuan pendidikan kesehatan yaitu untuk meningkatkan pengetahuan pasien tentang
penyakit hipertensi dan pengelolaannya sehingga pasien dapat mempertahankan hidupnya
dan mencegah komplikasi lebih lanjut.
2. Terapi dengan Obat
Tujuan pengobatan hipertensi tidak hanya menurunkan tekanan darah saja tetapi
juga mengurangi dan mencegah komplikasi akibat hipertensi agar penderita dapat
bertambah kuat. Pengobatan hipertensi umumnya perlu dilakukan seumur hidup penderita.
Pengobatan standar yang dianjurkan oleh Komite Dokter Ahli Hipertensi ( JOINT
NATIONAL COMMITTEE ON DETECTION, EVALUATION AND TREATMENT OF
HIGH BLOOD PRESSURE, USA, 1988 ) menyimpulkan bahwa obat diuretika, penyekat
beta, antagonis kalsium, atau penghambat ACE dapat digunakan sebagai obat tunggal
pertama dengan memperhatikan keadaan penderita dan penyakit lain yang ada pada
penderita.
Pengobatannya meliputi :
o Step 1
Obat pilihan pertama : diuretika, beta blocker, Ca antagonis, ACE inhibitor
o Step 2
Alternatif yang bisa diberikan :
Dosis obat pertama dinaikkan Diganti jenis lain dari obat pilihan pertama
Ditambah obat ke –2 jenis lain, dapat berupa diuretika , beta blocker, Ca antagonis, Alpa
blocker, clonidin, reserphin, vasodilator
o Step 3
Alternatif yang bisa ditempuh Obat ke-2 diganti Ditambah obat ke-3 jenis lain
o Step 4
Alternatif pemberian obatnya Ditambah obat ke-3 dan ke-4
Re-evaluasi dan konsultasi Follow Up untuk mempertahankan terapi
Untuk mempertahankan terapi jangka panjang memerlukan interaksi dan komunikasi yang
baik antara pasien dan petugas kesehatan ( perawat, dokter ) dengan cara pemberian
pendidikan kesehatan.

2.8. Konsep Keperawatan


A. Pengkajian
Pengkajian secara Umum
1. Identitas Pasien
Hal-hal yang perlu dikaji pada bagian ini yaitu antara lain: Nama, Umur, Jenis
Kelamin, Pendidikan, Pekerjaan, Agama, Status Mental, Suku, Keluarga/orang
terdekat, alamat, nomor registrasi.
2. Riwayat atau adanya factor resiko
a. Riwayat garis keluarga tentang hipertensi
b. Penggunaan obat yang memicu hipertensi
3. Aktivitas / istirahat
a. Kelemahan,letih,napas pendek,gaya hidup monoton.
b. Frekuensi jantung meningkat
c. Perubahan irama jantung
d. Takipnea
4. Integritas ego
a. Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi, euphoria atau marah
kronik.
b. Faktor faktor stress multiple (hubungan, keuangan yang berkaitan dengan
pekerjaan).
5. Makanan dan cairan
a. Makanan yang disukai, dapat mencakup makanan tinggi garam, tinggi lemak,
tinggi kolesterol (seperti makanan yang digoreng,keju,telur)gula-gula yang
berwarna hitam, kandungan tinggi kalori.
b. Mual, muntah.
c. Perubahan berat badan akhir-akhir ini (meningkat atau menurun).
6. Nyeri atau ketidak nyamanan
a. Angina (penyakit arteri koroner /keterlibatan jantung)
b. Nyeri hilang timbul pada tungkai.
c. Sakit kepala oksipital berat seperti yang pernah terjadi sebelumnya.
d. Nyeri abdomen.
Pengkajian Persistem
1. Sirkulasi
a. Riwayat hipertensi, ateroskleorosis, penyakit jantung koroner atau katup dan
penyakit cerebro vaskuler.
b. Episode palpitasi,perspirasi.
2. Eleminasi
a. Gangguan ginjal saat ini atau yang lalu seperti infeksi atau obtruksi atau
riwayat penyakit ginjal masa lalu.
3. Neurosensori
a. Keluhan pusing.
b. Berdenyut, sakit kepala subokspital (terjadi saat bangun dan menghilang
secara spontan setelah beberapa jam).
4. Pernapasan
a. Dispnea yang berkaitan dengan aktifitas/kerja
b. Takipnea, ortopnea, dispnea noroktunal paroksimal.
c. Batuk dengan/tanpa pembentukan sputum.
d. Riwayat merokok
B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan peningkatan tekanan vascular Cerebral
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum
3. Curah Jantung, resiko tinggi terhadap hipertensi berhubungan dengan peningkatan
afterload, vasokontriksi
4. Nutrisi , perubahan lebih dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kebutuhan
metabolic
5. Koping individu tidak efektif berhubungan dengan system pendukung yang tidak
adekuat
6. Kurang pengetahuan berhubungnya dengan kurang informasi atau keterbatasan
kognitif
C. Intervensi
 Dx 1 : Nyeri berhubungan dengan peningkatan tekanan vascular Cerebral
1. Intervensi : Mempertahankan tirah baring selama fase akut
Rasional : Meminimalkan stimulasi/meningkatkan relaksasi
2. Intervensi : Berikan tindakan non farmakologi untuk menghilangkan sakit
kmepala, misalnya kompres dingin pada dahi, pijat punggung dan leher, tenang,
redupkan lampu kamar, tekhnik relaksasi.
Rasional : tindakan yang menurunkan tekanan vascular serebral dan yang
memperlambat atau memblok respons simpatis efektif dalam menghilangkan
sakit kepala dan komplikasinya
3. Intervensi : Hilangkan atau minimalkan aktivitas fase kontriksi yang dapat
meningkatkan sakit kepala, misalnya mengejam saat bab, batuk panjang,
membungkuk
Rasional : aktivitas yang meningkatkan vasokontriksi menyebabkan sakit
kepala pada adanya peningkatan tekanan vascular cerebral

 Dx 2 : Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum


1. Intervensi : kaji respon pasien terhadap aktivitas, perhatikan frequency nadi
lebih dari 20 kali per menit diatas frequency istirahat : peningkatan tekan darah
yang nyata selama atau sesudah aktivitas ( tekanan sistolik meningkat 40 mmhg
atau tekanan diastolic meningkat 20 mmhg) dispnea atau nyeri dada :
kelemahan dan keletihan yang belebihan :pusing atau pingsan.
Rasional : menyebutkan parameter membantu dalam mengkaji respon fisiologi
terhadap stress, aktivitas bila ada merupakan indikator dari kelebihan kerja
yang berkaitan dengan tingkat aktivitas.
2. Intervensi : instruksikan pasien tentang teknik penghematan energy, misalnya
menggunakan kursi saat mandi,duduk saat menyisir rambut atau menyikat
gigi,melakukan aktivitas dengan perlahan.
Rasional : teknik memghemat energy mengurangi penggunaan energy, juga
membantu keseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen.

 DX 3 : Curah Jantung, resiko tinggi terhadap hipertensi berhubungan dengan


peningkatan afterload, vasokontriksi
1. Intervensi: pantau TD.ukur pad kedua tangan atau paha untuk evaluasi
awal.gunakan ukuran manset yang tepat dan teknik yang akurat.
Rasional : perbandingan dari tekanan memberikan gambaran yang lebih
lengkap tentang keterlibatan/bidang masalah vascular. Hipertensi berat
diklasifikasikan pada orang dewasa sebagai peningkatan tekanan diastolic
sampai 130, hasil pengukuran diastolic diatas 130 dipertimbangkan sebagai
penigkatan pertama, kemudian maligna. Hipertensi sistolik juga merupakan
faktor resiko yang di tentukan untuk penyakit cerebrovaskular dan penyakit
iskemi jantung bila tekanan diastolic 90-115.

 DX 4 : Nutrisi , perubahan lebih dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan


kebutuhan metabolic
1. Intervensi : kaji pemahaman pasien tentang hubungan langsung antara
hipertensi dan kegemukan.
Rasional : kegemukan adalah resiko tambahan pada tekanan darah tinggi
karena disproporsi antara kapasitas aorta dan peningkatan curah jangtung
berkaitan dengan peningkatan masa tubuh.
2. Intervensi : bicarakan pentingnya menurunkan masukan kalori dan membatasi
masukan lemak,garam,dan sesuai indikasi.
Rasional : kesalahan kebiasaan makan menunjang terjadinya ateroskelorosis
dan kegemukan yang merupakan predesposisi untuk hipertensi dan
komplikasinya misalnya stroke,penyakit ginjal,gagal jantung. Kelebihan
memasukkan garam memperbanyak volume cairan intravascular dan dpat
merusak ginjal yang lebih memperburuk hipertensi.

 DX 5 : Koping individu tidak efektif berhubungan dengan system pendukung


yang tidak adekuat
1. Intervensi : Kaji keefektifan strategi koping dengan mengobservasi perilaku,
misalnya kemampuan menyatakan perasaan dan perhatian, keinginan
berpartisipasi dalam rencana pengobatan
Rasional : Mekanisme adaptif perlu untuk mengubah pola hidup seseorang,
mengatasi hipertensi kronik dan mengintegrasikan terapi yang diharuskan ke
dalam kehidupan sehari-hari
2. Intervensi : Bantu pasien untuk mengidentifikasi stressor spesifik dan
kemungkinan strategi untuk mengatasinya
Rasional : Pengenalan terhadap stressor adalah langkah pertama dalam
mengubah respons seseorang terhadap stressor
3. Intervensi : Libatkan pasien dalam perencanaan perawatan dan beri dorongan
partisipasi maksimum dalam rencana pengobatan
Rasional : Keterlibatan memberikan pasien perasaan control diri yang
berkelanjutan, memperbaiki keterampilan koping, dan dapat meningkatkan
kerja sama dalam regimen terapeutik
4. Intervensi : Catat laporan gangguan tidur, peningkatan keletihan, kerusakan
konsentrasi, peka rangsang, penurunan toleransi sakit kepala ketidakmampuan
untuk mengatasi/menyelesaikan masalah
Rasional : Menifestasi mekanisme koping maladaptive mungkin merupakan
indicator marah yang ditekan dan diketahui telah menjadi penentu utama TD
diastolic

 DX 6 : Kurang pengetahuan berhubungnya dengan kurang informasi atau


keterbatasan kognitif
1. Intervensi : Kaji kesiapan dan hambatan dalam belajar, termasuk orang
terdekat
Rasional : Kesalahan konsep dan menyangkal diagnose karena perasaan
sejahtera yang sudah lama dinikmati mempengaruhi minat pasien/orang
terdekat untuk mempelajari penyakit, kemajuan, dan prognosis. Bila pasien
tidak menerima realitas bahwa membutuhkan pengobatan kontinu, maka
perubahan perilaku tidak akan dipertahankan.
2. Intervensi : Tetapkan dan nyatakan batas TD normal. Jelaskan tentang
hipertensi dan efeknya pada jantung, pembuluh darah, ginjal dan otak
Rasional : Memberikan dasar untuk pemahaman tentang peningkatan TD dan
mengklarifikasi istilah medis yang sering digunakan. Pemahaman bahwa TD
tinggi dapat terjadi tanpa gejala adalah ini untuk memungkinkan pasien
melanjutkan pengobatan meskipun ketika merasa sehat
3. Intervensi : Hindari mengatakan TD “normal” dan gunakan istilah “terkontrol
dengan baik” saat menggambarkan TD pasien dalam batas yang diinginkan
Rasional : Karena pengobatan untuk hipertensi adalah sepanjang kehidupan,
maka dengan penyampaian ide “terkontrol” akan membantu pasien untuk
memahami kebutuhan untuk melanjutkan pengobatan/medikasi
4. Intervensi : Bantu pasien dalam mengidentifikasi faktor-faktor risiko
kardiovaskular yang dapat diubah misalnya obesitas, diet tinggi lemak jenuh,
dan kolesterol, pola hidup monoton, merokok, dan minum alcohol( lebih dari
60cc/hari dengan teratur), pola hidup penuh stress.
Rasional : Faktor-faktor resiko ini telah menunjukkan hubungan dalam
menunjang hipertensi dan penyakit kardiovaskular serta ginjal.
D. Evaluasi
1. Pasien melaporkan nyeri/ketidaknyamanan hilang atau terkontrol
2. Pasien berpartisupasi dalam aktivitas yang diinginkan/diperlukan
3. Pasien berpartisipasi dalam aktivitas yang menurunkan tekanan darah atau beban
kerja jantung.
4. Menunjukkan perubahan pola makan ( misalnya pilihan makan, kuantitas,dan
sebagainya), mempertahankan berat badan yang diinginkan dengan pemeliharaan
kesehatan optimal.
5. Mengidentivikasi perilaku koping efektif dan konsekuensinya
6. Pasien menyatakan pemahaman tentang proses penyakit dan regimen pengobatan
FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN GERONTIK

Nama Mahasiswa : D3 keperawatan tk 3

NIM :

Tanggal Pengkajian : 22 Februari 2020

Ruangan :

Diagnosa Medis :

I. Identitas
A. Nama : Ny. A
B. Umur : 72 Tahun
C. Alamat : Jalan Kedondong IV
D. Pendidikan : SMA
E. Tanggal masuk panti:
F. Jenis Kelamin : Perempuan
G. Suku : Jawa
H. Agama : Islam
I. Status perkawinan : Janda

II. Status kesehatan saat ini


Klien mengatakan memiliki penyakit hipertensi dan mengkonsumsi obat antihipertensi diminum
jarang-jarang. Klien mengatakan sering terbangun pada malam hari jika ingin BAK . Klien mengatakan
jarang tidur siang, karena terkadang tidak bisa tidur pada siang hari. Klien mengatakan kakinya
terkadang gemetar saat berjalan. Klien mengatakan sering pusing, masuk angin dan merasa sakit pada
bagian tengkuknya. Klien mengatakan rasa nyeri yang dirasakan terkadang mengganggu aktivitasnya.
Klien mengatakan nyeri dirasakan saat terlalu banyak melakukan aktivitas, nyeri terasa seperti
mencengkram, klien mengatakan nyeri di tengkuk, klien mengatakan skala nyeri 5, nyeri yang dirasakan
hilang timbul dan wajah klien tampak meringis.

III. Riwayat kesehatan masa lalu


Penyakit : Masa kanak-kanak Ny. A tidak pernah dirawat di rumah sakit dan jika sakit panas hanya di
rawat jalan.
Alergi : Ny. A mengatakan alergi dengan makanan laut, jika makan makanan laut seluruh badannya
gatal-gatal seperti biduran.

IV. Riwayat kesehatan keluarga


Ny. A mengatakan bahwa ada anggota keluarganya yang mempunyai sakit hipertensi atau darah
tinggi.

( Genogram )

72 thn

HT

HT HT
: Laki-laki : Klien

: Perempuan : Meninggal

: Serumah

V. Pengkajian persistem ( jelaskan kondisi klien lanjut usia sesuai system di bawah meliputi
pernyataan, hasil pemeriksaan fisik dan penunjang lainnya )
a.Keadaan umum
1) Tingkat Kesadaran : Composmentis (E4V5M6).
2) GCS : E4V5M6
3) TTV : 160/100 mmhg
4) BB/TB : 45/150
5) Bagaimana postur tulang belakang Lansia : Bungkuk
6) Keluhan : Klien mengatakan rasa nyeri yang dirasakan terkadang
mengganggu aktivitasnya. Klien mengatakan nyeri dirasakan saat terlalu banyak
melakukan aktivitas

b.Indeks Massa Tubuh


1) BMI : 45(kg)
(0,15(m) x 0,15(m))

Klasifikasi nilai : 20
a) Kurang : < 18.5
b) Normal : 18.5 – 24.9
c) Berlebih : 25 – 29.9
d) Obesitas : > 30

c. Head to Toe
1) Kepala :
a) Kebersihan : bersih
b) Kerontokan rambut : Iya
c) Keluhan : tidak ada
d) Jika ya, jelaskan :

2) Mata
a) Konjungtiva : anemis
b) Sklera : ikterik
c) Stabismus : tidak ada
d) Penglihatan : Kurang baik
e) Peradangan : tidak ada
f) Katarak : tidak ada
g) Penggunaan kacamata : Iya (menggunakan kacamata plus)
h) Keluhan : tidak ada
i) Jika ya , jelaskan :

3) Hidung
a) Bentuk hidung : simetris
b) Peradangan : tidak ada
c) Penciuman : Baik
d) Keluhan : tidak ada
e) Jika ya , jelaskan :
4) Mulut, Tenggorokan
a) Kebersihan : baik
b) Mukosa : lembab
c) Peradangan : tidak ada
d) Gigi : ompong
e) Radang gusi : tidak ada
f) Kesulitan mengunyah : Iya
g) Keluhan lain : tidak ada
h) Jika ya , jelaskan :

5) Telinga
a) Kebersihan : bersih
b) Peradangan : tidak ada
c) Pendengaran : Kurang baik
d) Jika ya , jelaskan :

6) Leher
a) Pembesaran kelenjar tyroid: tidak ada
b) JVD(Jugularis Vena Distensi) : tidak ada
c) Kaku kuduk : tidak ada
d) Keluhan : tidak
e) Jika ya , jelaskan :
7) Dada
a) Bentuk dada : simetris
b) Payudara : simetris
c) Retraksi dinding dada : tidak ada
d) Suara nafas : vesikuler
e) Wheezing : tidak ada
f) Ronchi : tidak ada
g) Suara jantung tambahan : tidak ada
h) Keluhan : tidak ada
i) Jika ya , jelaskan :

8) Abdomen
a) Bentuk : simetris
b) Nyeri takan : tidak ada
c) Kembung : tidak ada
d) Supel : tidak ada
e) Bising Usus : ada, frekuensi : 7x/menit
f) Massa : tidak ada
g) Keluhan : tidakada
h) Jika ya , jelaskan :

9) Genetalia
a) Kebersihan : baik
b) Frekuensi BAK : ±7x/hari
c) Frekuensi BAB : 1 hari sekali
d) Haemoroid : tidak ada
e) Hernia : tidak ada
f) Keluhan : tidak ada
g) Jika ya , jelaskan :

10) Ekstremitas
a) Kekuatan otot (skala 1-5 ) :
Ket : 55 55 5555

1 = Lumpuh
2 = Ada Kontraksi 5555 5555
3 = Melawan gravitasi dengan sokongan
4 = Melawan gravitasi tetapi tidak ada tahanan
5 = Melawan gravitasi dengan tahanan sedikit
6 = Melawan gravitasi dengan kekuatan penuh
b) Rentang gerak : maksimal/terbatas
c) Deformitas : ya/tidak
d) Tremor : ya/tidak
e) Edema : ya/tidak , pitting edema/tidak
f) Penggunaan alat bantu : ya/tidak , jenis : tongkat jalan
g) Nyeri persendian : ya/tidak
h) Paralysis : ya/tidak
i) CRT : <3x/menit
j) Keluhan : ya/tidak
k) Jika ya , jelaskan : Saat berjalan kaki suka sakit

11) Integumen
a) Kebersihan : baik
b) Warna : sawo matang
c) Kelembapan : sedikit lembab
d) Lesi/Luka : tidak ada
e) Perubahan tekstur : keriput
f) Gangguan pada kulit : tidak ada
g) Keluhan : tidak ada
h) Jika ya , jelaskan :

12) Pemeriksaan penunjang ( jika dilakukan )


a) GDS : …..
b) Asam Urat : …..
c) Kolestrol : …..

VI. Pola aktifitas sehari – hari


Pagi hari untuk mandi, sholat subuh, menonton tv tentang kajian islam, berjemur diluar rumah, sarapan
pagi. Untuk siang hari sholat dzuhur, terkadang tidur siang jika bisa tidu. Untuk sore hari mandi, sholat
ashar, keluar rumah menggunakan tongkat untuk berinteraksi dengan tetangga dan jalan sore sekitar
rumah saja, makan, berkumpul dengan cucu. Malam hari makan malam dengan keluarga, jika ada
pengajian melakukan pengajian ibu-ibu, dan tidur.

VII. Pengkajian psikososial dan spiritual


a.Psikososial ( kemampuan sosialisasi klien saat ini, sikap klien terhadap orang lain, harapan klien
dalam berhubungan dan kepuasan klien dalam membina hubungan )
PENGKAJIAN PSIKOSOIAL

Hubungan dengan orang lain dalam wisma :

(1) Tidak dikenal

(2) Sebatas kenal

(3) Mampu berinteraksi

(4) Mampu kejasama

Hubungan dengan orang lain diluar wisma didalam panti

(1) Tidak dikenal

(2) Sebatas kenal

(3) Mampu berinteraksi

(4) Mampu kejasama

Kebiasaan lansia berinteraksi ke wisma lainnya dalam panti

(1) Selalu

(2) Sering

(3) Jarang

(4) Tidak pernah


Stabilitas emosi

(1) Labil

(2) Stabil

(3) Iritabel

(4) Datar

Jelaskan :

Motivasi penghuni panti

(1) Kemampuan sendiri

(2) Terpaksa

Frekwensi kunjungan keluarga

(1) 1 kali/bulan

(2) 2 kali/bulan

(3) Tidak pernah

b.Identifikasi masalah emosional meliputi pertanyaan :


Pertanyaan tahap satu :

 Apakah klien mengalami sulit tidur ? YA


 Apakah klien sering gelisah ? TIDAK
 Apakah klien sering murung dan menangis sendiri ? TIDAK
 Apakah klien sering was-was atau khawatir ? YA
( lanjut kepertanyaan tahap dua apabila klien menjawab “ya” satu atau lebih dari satu)
Pertanyaan tahap dua

 Keluhan lebih dari tiga bulan atau lebih dari satu kali dalam sebulan ? TIDAK
 Ada banyak masalah atu fikiran ? YA
 Ada masalah dengan keluarga ? TIDAK
 Menggunakan obat tidur atau penenang atas anjuran dokter ? TIDAK
 Cendrung mengurung diri ? TIDAK
Bila lebih atau sama dengan satu jawaban “ya”

MASALAH EMOSIONAL POSITIF


c. Spiritual
(Agama, kegiatan keagamaan, konsep dan keyakinan klien tentang kematian dan harapan
klien terhadap kehidupan spiritualnya).

Ny A beragama islam, melakukan sholat lima waktu sehari, saat sholat subuh terkadang sholat
dimasjid. Mengikuti pengajian ibu-ibu dimasjid setiap malem senin dan jumat.

VIII. Pengkajian status fungsional klien


 KATZ Indeks :
Ny A termasuk dalam kategori B karena masih bisa dilakukan secara mandiri tetapi masih
dalam pengawasan seperti makan, menggunakan pakaian, kontinensia (BAK dan BAB) dan
mandi. Tetapi memerlukan bantuan seperti dituntun saat pergi ke kamar mandi. Ny A
menggunakan alat bantu jalan yaitu tongkat.

Termasuk katagori yang manakah klien


A. Mandiri dalam hal makan, kontinen dalam BAB/BAK, menggunakan pakaian, pergi ke toilet,
berpindah dan mandi.
B. Mandiri, semuanya kecuali salah satu dari fungsi di atas.
C. Mandiri, kecuali mandi dan satu lagi fungsi yang lain.
D. Mandiri, kecuali mandi, berpakaian dan satu fungsi yang lain.
E. Mandiri, kecuali mandi, berpakaian ke toilet dan satu fungsi yang lain.
F. Mandiri, kecuali mandiri berpakaian, ke toilet, berpindah dan satu fungsi yang lain.
G. Ketergantungan untuk semua fungsi di atas.
H. Lain-lain.
Keterangan : berarti tanpa pengawasan, pengarahan atau bantuan aktif dari orang lain Seseorang yang
menolak untuk melakukan suatu fungsi dianggap tidak melakukan fungsi, meskipun ia anggap mampu.

Modifikasi dari Barthel Indeks


Termasuk yang manakah klien ? (lingkari)

NO. KRITERIA DENGAN MANDIRI KETERANGAN


BANTUAN

1 Makan 10 Frekuensi :3x sehari

Jumlah: secukupnya

Jenis: nasi, sayur,


lauk

2 Minum 10 Frekuensi: 6-8 kali


sehari
Jumlah: secangkir
kecil

Jenis: air putih, dan


susu

3 Berpindah dari kursi roda ke 10 Menggunakan


tempat tidur, sebaliknya tongkat untuk
berpindah - pindah

4 Personal toilet (cuci muka, 5 Frekuensi: 3x


menyisir rambut, gosok gigi )

5 Keluar masuk toilet ( mencuci 5 Frekuensi: 2-3 kali


pakaian, menyeka tubuh dan
menyiram )

6 Mandi 15 2x sehari pada pagi


hari dan sore hari
sebelum Ashar.

7 Jalan di permukaan datar 5 Setiap ingin


melakukan sesuatu
misalnya mengambil
minum atau ke kamar
mandi.

8 Naik turun tangga 5 Baik tapi harus pelan-


pelan

9 Mengenakan pakaian 10 Mandiri dan rapi

10 Kontrol bowel (BAK) 10 Frekuensi: 6x sehari

Warna: kuning

11 Kontrol bladder (BAB) 10 Frekuensi: 1x sehari

Konsistensi: padat

12 Olah raga / latihan 5 Tidak mengikuti


olahraga
13 Rekreasi / pemanfaatan waktu 10 Jenis : biasanya pergi
luang jalan-jalan bersama
cucu atau jalan-jalan
sekitar rumah.

Total : 110

Keterangan :

a. 130 : Mandiri
b. 65 - 129 : Ketergantungan sebagian
c. < 65 : Total Care

IX. Pengkajian Status Mentas Gerontik


Identifikasi tingkat kerusakan intelektual dengan menggunakan Shorf Portable Mental Status
Questioner (SPMSQ)

Instruksi :

Ajukan pertanyaan 1 – 10 pada daftar ini dan catat semua jawaban.

Catat jumlah kesalahan total berdasarkan 10 pertanyaan.

BENAR SALAH NO PERTANYAAN

 01 Tanggal berapa hari ini ? ………………..

 02 Hari apa sekarang ini ? …………………..

 03 Apa nama tempat ini ? ……………………

 04 Dimana alamat anda ? ……………………

 05 Berapa umur anda ? ……………………..

 06 Kapan anda lahir ? (minimal tahun lahir)

 07 Siapa Presiden Indonesia sekarang ?

 08 Siapa Presiden Indonesia sebelumnya ?


 09 Siapa nama Ibu anda ?

 10 Kurangi 3 dari 20 dan pengurangan 3 dari setiap


angka baru, semua secara menurun

7
Score =

Interprestasi :

a. Salah 0 – 3 : Fungsi intelektual utuh


b. Salah 4 – 5 : Kerusakan intelektual ringan
c. Salah 6 – 8 : Kerusakan intelektual sedang
d. Salah 9 – 10 : Kerusakan intelektual berat
Skor yang didapatkan dari hasil pengkajian yaitu salah 3 sehingga disimpulkan Ny. A memiliki
fungsi intelektual sedang

Identifikasi aspek kognitif dari fungsi mental dengan menggunakan MMSE (Mini Mental Status Exam) :

 Orientasi.
 Registrasi.
 Perhatian.
 Kalkulasi.
 Mengingat kembali.
 Bahasa.
NO ASPEK NILAI MAKSIMAL NILAI KRITERIA
KOGNITIF KLIEN

1 Orientasi 4 4 Menyebutkan dengan benar :


(Sekarang)
 Tahun 2020
 Musim Hujan
 Tanggal -
 Hari Sabtu
 Bulan Februari
Orientasi 5 4 Dimana kita sekarang berada ?

(Sekarang ada  Negara indonesia


dimana)  Propinsi : -
 Kota Tangerang
 PSTW : -
 Alamat Jalan kedondong
2 Registrasi 3 3 Sebutkan nama 3 benda (oleh
pemeriksaan) 1 detik untuk mengatakan
masing-masing benda. Masing-masing
benda mendapatkan nilai 1.

 Kursi
 Meja
 Kertas
Kemudian tanyakan kepada klien ketiga
tadi. (Untuk disebutkan)

3 Perhatian dan 5 2 Minta klien untuk memulai dari angka


kalkulasi 100 kemudian dikurangi 7 sampai 5
kali/tingkat (Nilai 1 untuk jawaban benar,
hentikan setelah 5
jawaban)93,86,79,72,65

 93
 86
 79
 72
 65
4 Mengingat 3 3 Minta klien untuk mengulangi ketiga
kembali benda pada No. (registrasi) tadi. Bila
(Recall) benar, 1 point untuk masing-masing
benda

 Kursi
 Meja
 Kertas
5 Bahasa 9 8 Tunjukan pada klien suatu benda dan
tanyakan namanya pada klien.

 (misal jam tangan)


 (misal pensil)

Minta klien untuk mengulang kata


berikut :

 “tanpa kalau dan atau tetapi”.0


Bila benar, nilai satu point.

Minta klien untuk mengikuti perintah


berikut yang terdiri dari 3 langkah: Ambil
kertas ditangan Anda, lipat dua dan
taruh di lantai.

 Ambil kertas ditangan kanan.


 Lipat dua.
 Taruh dilantai.

Perintahkan pada klien untuk hal berikut


(Bila aktifitas sesuai dengan perintah
nilai 1 point.

 Pejamkanlah mata anda.0


Perintahkan pada klien untuk menulis
satu kalimat secara spontan

 Tulis satu kalimat.

Responden diminta menyalin gambar

 Menyalin Gambar.

Total : 24

Interprestasi hasil :

Jumlah total klien dan masukan ke dalam kategori berikut ini :

24 – 30 : Tidak ada gangguan kognitif

18 – 23 : Gangguan kognitif sedang

0 – 17 : Gangguan kognitif berat

Morse Fall Scale


No Pengkajian Skala Nilai Ket

1 Riwayat Jatuh apakah lansia pernah jatuh Tidak 0


0
dalam 3 bulan terakhir? Ya 25

2 Diagnosa Sekunder : apakah lansia memiliki Tidak 0


0
Lebih dari satu penyakit ? Ya 25

3 Alat Bantu Jalan :


0
 Bedrest/dibantu perawat

 Kruk/tongkat/walker 15
15
 Berpegangan pada benda-benda disekitar (kursi,
lemari, meja) 30

4 Terapi Intravena : apakah saat ini lansia Tidak 0


0
Terpasang infuse ? Ya 20

5 Gaya berjalan/cara berpindah :


0
 Normal/Bedrest/Immobile (tidak dapat bergerak
10
sendiri)
 Lemah (tidak bertenaga) 10

 Gangguan/tidak normal (pincang/diseret) 20

6 Status mental
0 0
 Lansia menyadari kondisi dirinya
 Lansia mengalami keterbatasan daya ingat 15 15

Total Nilai 40

Keterangan :
Tingkat Resiko Nilai MFS Tindakan

Tidak Resiko 0 - 24 Perawatan dasar

Resiko Rendah 25 - 30 Pelaksanaan intervensi pencegahan jatuh standar.

Resiko Tinggi >31 Pelaksanaan intervensi pencegahan jatuh resiko


tinggi.

Skala Depresi Geriatrik (Geriatric Depression Scale/ GDS)

Nama : Ny A

Usia : 72 tahun

Jenia Kelamin : Perempuan

Ruangan :

Lingkarilah jawaban yang sesuai dengan keadaan Anda pada pertanyaan dibawah ini :

No Pertanyaan Tidak
Ya

1 Apakah anda merasa puas dengan hidup anda ? Ya Tidak

2 Apakah anda sering merasa tidak berminat untuk melakukan kegiatan ? Ya Tidak

3 Apakah anda merasa hidup anda terasa hampa/tidak bermakna ?


Ya Tidak

4 Apakah anda sering merasa bosan/ jenuh ? Ya Tidak

5 Apakah anda sangat bersemangat disetiap waktu? Ya Tidak


6 Apakah anda takut sesuatu yang buruk akan terjadi pada anda?
Ya Tidak

7 Apakah anda sering merasa bahagia setiap waktu? Ya Tidak

Ya Tidak
8 Apakah anda sering merasa tanpa pengharapan/putusasa?

Apakah anda lebih suka diam dirumah daripada keluar atau melakukan
9 Ya Tidak
sesuatu hal yang baru?

Apakah anda merasa memiliki masalah memori/ingatan daripada orang


10
lain? Ya Tidak

11 Apakah menurut anda sangat menyenangkan bisa hidup saat ini?


Ya Tidak

12 Apakah anda merasa kurang berharga/bernilai saat ini?


Ya Tidak

13 Apakah anda merasa benar-benar bersemangat ? Ya Tidak

14 Apakah anda merasa putus asa atau tidak ada harapan saat ini? Ya Tidak

15 Apakah anda merasa orang lain berada pada kondisi yang lebih baik
Ya Tidak
dari pada anda?

1. Data Fokus

Data Subyektif Data Obyektif

- Klien mengatakan memiliki penyakit TD : 160/100 mmHg


hipertensi
- Klien mengatakan mengkonsumsi obat S : 36,7 0C
antihipertensi diminum jarang-jarang. .
N : 92 x/menit
- Klien mengatakan kakinya terkadang
gemetar saat berjalan. RR : 20 x/menit
- Klien mengatakan sering pusing, masuk
angin dan merasa sakit pada bagian
tengkuknya. P : Klien mengatakan nyeri dirasakan saat terlalu
- Klien mengatakan rasa nyeri yang banyak melakukan aktivitas
dirasakan terkadang mengganggu Q : Nyeri terasa seperti mencengkram,
aktivitasnya. R : Klien mengatakan nyeri di tengkuk
- Klien mengatakan kalau berjalan suka S : Skala nyeri 5
sakit. T : Nyeri yang dirasakan hilang timbul

- Klien terlihat meringis kesakitan


- Klien terlihat berjalan menggunakan tongkat
- Klien saat ke kamar mandi masih perlu bantuan
seperti dituntun.
- Hasil Morse Fall Scale : 40 (resiko tinggi)
- Hasil SPMSQ : 7 (Kerusakan intelektual sedang)
- Hasil MMSE : 23 (Gangguan kognitif sedang)
2. Analisa Data

No. Data Masalah Etiologi

1. DS:

1. Klien mengatakan Manajemen kesehatan tidak


memiliki penyakit efektif
hipertensi
2. Klien mengatakan
mengkonsumsi obat
antihipertensi diminum
jarang-jarang.

DO:

TD : 160/100 mmHg

S : 36,7 0C

N : 92 x/menit

2.. RR : 20 x/menit
DS :

1. Klien mengatakan sering


pusing, masuk angin dan
Nyeri kronis
merasa sakit pada bagian
tengkuknya.
2. Klien mengatakan rasa
nyeri yang dirasakan
terkadang mengganggu
aktivitasnya.

DO :
P : Klien mengatakan nyeri
dirasakan saat terlalu banyak
melakukan aktivitas
Q : Nyeri terasa seperti
mencengkram,
R : Klien mengatakan nyeri di
tengkuk
S : Skala nyeri 5
3. T : Nyeri yang dirasakan hilang
timbul

Klien terlihat meringis


kesakitan

DS : -

4. DO :
Hasil SPMSQ : 7 (Kerusakan
intelektual

sedang)

Hasil MMSE : 23 (Gangguan


kognitif sedang)

DS :

1. Klien mengatakan kaki


nya terkadang gemetar Gangguan memori
saat berjalan.
2. Klien mengatakan kalau
berjalan suka sakit.

DO :

1. Klien terlihat berjalan


menggunakan tongkat
2. Klien saat ke kamar mandi
masih perlu bantuan
seperti dituntun.
3. Hasil Morse Fall Scale : 40
(resiko tinggi) Resiko Jatuh

A. DIAGNOSA KEPERAWATAN (Sesuai Prioritas)

Tanggal Tanggal Nama


No. Diagnosa Keperawatan (P&E)
Ditemukan Teratasi Jelas
1 Manajemen kesehatan

tidak efektif

Nyeri kronis
2.

Gangguan memori
3.

Resiko Jatuh
4.

B. PERENCANAAN KEPERAWATAN

(Meliputi tindakan keperawatan independen dan interdependen)

Diagnosa
Tujuan dan Paraf &
Tgl. No. Keperawatan Rencana Tindakan
Kriteria Hasil nama jelas
(PES)

1 Manajemen Setelah dilakukan 1. Identifikasi persepsi


kesehatan asuhan tentang masalah
keperawatan 1x30 kesehatan.
tidak efektif
menit klien dapat 2. Identifikasi kesiapan
melakukan keluarga untuk terlibat
manajemen dalam perawatan.
kesehatan tidak 3. Monitor TTV
efektif 4. Jelaskan kondisi pasien
kepada keluarga
Kriteria hasil :
5. Anjurkan kerluarga
1. Manajemen terlibat dalam
kesehatan perawatan
dapat
meningkat.
2. Pemeliharaan
kesehatan
dapat
meningkat
1. Identifikasi lokasi,
karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas,
intensitas nyeri
2. Monitor TTV
Setelah dilakukan
3. Monitor respon
asuhan
terhadapat terapi
keperawatan 1x30
relaksasi
menit nyeri klien
4. Berikan teknik non
dapat berkurang
farmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri.
5. Anjurkan mengulangi
Nyeri kronis Kriteria hasil :
dan melatih teknik non
2.. 1. Tingkat nyeri farmokologis.
pasien dapat
berkurang dari
5 menjadi 1
2. Status
kenyaman
klien dapat
meningkat
setelah nyeri
dapat
berkurang 1. Monitor perilaku dan
3. Klien dapat perubahan memori
mengontrol 2. Stimulasi memori
nyeri. dengan mengulang
pikiran yang terakhir
diucapkan.
Setelah dilakukan
3. Fasilitasi tugas
asuhan
pembelajaran
keperawatan 1x30
4. Jelaskan tujuan dan
menit klien dapat
prosedur latihan
meningkatkan
5. Ajarkan teknik memori
kemampuan
yang tepat.
mengingat

Kriteria hasil :

1. Verbalisasi
kemampuan
menginat
informasi
factual
meningkat)
2. Verbalisasi
kemampuan
Gangguan
mempelajari
memori
hal baru
3. Melakukan
3.
kemampuan
yang dipelajari
Setelah dilakukan 1. Identifikasi faktor resiko
asuhan jatuh
keperawatan 1x30 2. Identifikasi faktor
menit klien tidak lingkungan yang
dapat mengalami meningkatkan resiko
jatuh jatuh
3. Hitung resiko jatuh
dengan menggunakan
Kriteria hasil : skala
4. Gunakan alat bantu
1. Jatuh saat
berjalan
berdiri (1-
5. Aanjurkan menggunakan
meningkat
alas kaki yang tidak licin
menjadi 5-
6. Anjurkan melebarkan
menurun)
jarak kedua kaki untuk
2. Jatuh saat
meningkatkan
berjalan (1-
keseimbangan saat
meningkat
berdiri
menjadi 5-
menurun)
3. Jatuh saat
dikamar
mandi (1-
meningkat
menjadi 5-
menurun)
Resiko Jatuh

4.

C. PELAKSANAAN KEPERAWATAN ( CATATAN KEPERAWATAN )

Tgl./ No. Paraf dan


Tindakan Keperawatan dan Hasil
Waktu DK. Nama Jelas

DX 1 1. Mengidentifikasi persepsi tentang masalah kesehatan.


Hasil :
2. Mengidentifikasi kesiapan keluarga untuk terlibat dalam
perawatan.
Hasil : Keluarga siap untuk terlibat dalam perawatan klien
3. Memoonitor TTV
Hasil : TD : 140/90 mmHg
N : 89x/menit
RR : 20x/menit
S : 36, 5oC
4. Menjelaskan kondisi pasien kepada keluarga
Hasil : Keluarga klien mengerti kondisi klien saat ini
5. Menganjurkan kerluarga terlibat dalam perawatan
Hasil : Keluarga klien mengatakan akan lebih mengontrol
klien meminum obat antihipertensi nya.

1. Mengidentifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,


kualitas, intensitas nyeri
Hasil : Klien mengatakan nyeri ditengkuk, nyeri seperti
dicengkram, skala nyeri 5
2. Memonitor TT
Hasil : TD : 140/90 mmHg
N : 89x/menit
RR : 20x/menit
S : 36, 5oC
DX 2 3. Memonitor respon terhadapat terapi relaksasi
Hasil : Klien merasa lebih baik ketika melakukan relaksasi
4. Memberikan teknik non farmakologis untuk mengurangi
rasa nyeri.
Hasil : Perawat memberikan teknik tarik nafas dalam kepada
klien untuk mengurangi rasa nyeri
5. Menganjurkan mengulangi dan melatih teknik non
farmokologis.
Hasil : Klien dapat mengulangi teknik tarik nafas dalam

1. Memonitor perilaku dan perubahan memori


Hasil : Klien menglami penurunan memori
2. Menstimulasi memori dengan mengulang pikiran yang
terakhir diucapkan.
Hasil : Klien kurang mampu mengulang kembali kalimat
yang terakhir diucapkan
3. Memfasilitasi tugas pembelajaran
Hasil : Klien dapat menyebutkan nama yang benar pada
gambar
4. Menelaskan tujuan dan prosedur latihan
Hasil : Klien mendengarkan penjelasan perawat
5. Mengajarkan teknik memori yang tepat.
Hasil : Klien sedikit benar dalam menysun balok huruf
DX 3

D. E V A L U A S I ( CATATAN PERKEMBANGAN )

No. Hari/Tgl./ Evaluasi Hasil (SOAP) Paraf dan

DK. Jam (Mengacu pada tujuan) Nama Jelas

DX 1 S:-

O : TD : 140/90 mmHg

N : 89x/menit

RR : 20x/menit

S : 36,5OC

A : Maslah belum teratasi

P : Lanjutkan intervensi

- Identifikasi persepsi tentang masalah kesehatan.


- Identifikasi kesiapan keluarga untuk terlibat dalam
perawatan.
- Monitor TTV
- Jelaskan kondisi pasien kepada keluarga
- Anjurkan kerluarga terlibat dalam perawatan
S : Klien mengatakan terkadang nyerinya timbul
O : Klien terlihat gelisah
A : Masalh belum teratasi
DX 2 P : Lanjutkan Intervensi
- Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
kualitas, intensitas nyeri
- Monitor TTV
- Monitor respon terhadapat terapi relaksasi
- Berikan teknik non farmakologis untuk mengurangi
rasa nyeri.
- Anjurkan mengulangi dan melatih teknik non
farmokologis.

S:-
O : - Klien terlihat serius saat menyusun balok huruf
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
- Monitor perilaku dan perubahan memori
- Stimulasi memori dengan mengulang pikiran yang
terakhir diucapkan.
- Fasilitasi tugas pembelajaran
- Jelaskan tujuan dan prosedur latihan
- Ajarkan teknik memori yang tepat.
DX 3

S : - Klien mengatakan masih bergetar saat jalan


- Klien mengatakan kaki nya terkadang nyeri saat berjalan
O : - Klien terlihat menggukan tongkat saat berjalan
- Klien terlihat dituntun untuk ke kamar mandi
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan Intervensi
- Identifikasi faktor resiko jatuh
- Identifikasi faktor lingkungan yang meningkatkan
resiko jatuh
- Hitung resiko jatuh dengan menggunakan skala
- Gunakan alat bantu berjalan
- Aanjurkan menggunakan alas kaki yang tidak licin
- Anjurkan melebarkan jarak kedua kaki untuk
meningkatkan keseimbangan saat berdiri

DX 4
BAB IV
KESIMPULAN

1. Hipertensi pada usia lanjut dibedakan atas:


 Hipertensi pada tekanan sistolik sama atau lebih besar dari 140mmhg dan
tekanan sistolik sama atau lebih 90 mmhg
 Hipertensi sistolik terilosasi tekanan sistolik lebih besar dari 160 mmhg dan
tekanan sistolik lebih rendah dari 90mmhg .
2. Pihak yang terlibat dalam pemenuhan proses keperawatan pada lansia dengan
hipertensi adalah
 keluarga : keluarga merupakan salah satu kekuatan terpenting bagi lansia,
oleh sebab itu selain harus memenuhi kebutuhan material kepada lansia,
keluarga juga harus memenuhami kebutuhan dasar psikologis lansia seperti
perhatian, kasih sayang, reward
 Pskiater : membantu lansia dan keluarga untuk memecahkan masalah
psikologis maupun kognitif yang dialami lansia, dan kosultasi.
 Dokter : menangani penyakit fisik yang dialami lansia.
 Perawat : dapat memenuhi kebutuhan bio-psko-sosio-spiritual lansia dan
keluarga.
 Pembimbing spiritual : memotivasi lansia untuk meningkatkan
keimanan/keyakinan terhadap tuhan YME
DAFTAR PUSTAKA

Agus Purwadianto (2000), Kedaruratan Medik: Pedoman Penatalaksanaan Praktis, Binarupa Aksara, Jakarta.
Callahan, Barton, Schumaker (1997), Seri Skema Diagnosis dan Penatalaksanaan gawat Darurat Medis, Binarupa
Aksara, Jakarta.
Carpenito Lynda Juall (2000), Diagnosa Keperawatan: Aplikasi Pada Praktek Klinik, Penerbit Buku Kedokteran EGC,
Jakarta.
Decker DL. (1990). Social Gerontology an Introduction to Dinamyc of Aging. Little Brown and Company. Boston
Doenges marilynn (2000), Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian
Perawatan Pasien, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

Evelyn C.pearce (1999), Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis, Penerbit PT Gramedia, Jakarta.
Gallo, J.J (1998). Buku Saku Gerontologi Edisi 2. Aliha Bahasa James Veldman. EGC. Jakarta
Guyton and Hall (1997), Buku Ajar: Fisiologi Kedokteran, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Hudak and Gallo (1996), Keperawatan Kritis: Pendekatan Holistik, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Lueckenotte.A.G. (1996). Gerontologic Nursing. Mosby Year Book. Missouri
Nugroho.W. (2000). Keperawatan Gerontik. Gramedia. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai