Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PENDAHULUAN

NON HEMORAGIK STROKE (NHS)

DISUSUN OLEH :

AYU NUR HASANAH (PO0220220004)

POLTEKKES KEMENKES PALU


PRODI D III KEPERAWATAN POSO
TAHUN 2022

Mengetahui

Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik

(………………………………….) (………………………………)
1. Definisi
Stroke atau cedera serebrovaskuler adalah kehilangan fungsi otak yang diakibatkan
oleh berhentinya suplai darah ke bagian otak (Smeltzer, 2002).
Stroke non hemoragik ialah tersumbatnya pembuluh darah yang menyebabkan aliran
darah ke otak sebagian atau keseluruhan terhenti (Nuratif & Kusuma, 2015). Stroke non
hemoragik dapat berupa iskemia atau emboli dan trombosis serebral, biasanya terjadi saat
setelah lama beristirahat, baru bangun tidur atau di pagi hari. Tidak terjadi perdarahan namun
terjadi iskemia yang menimbulkan hipoksia dan selanjutnya dapat timbul edema sekunder
(Wijaya & Putri, 2013)

2. Etiologi
Penyebab struk dapat dibagi menjadi 3 yaitu :
a) Trombosis (bekuan darah di dalam pembuluh darah otak atau leher)
Stroke terjadi saat trombus menutup pembuluh darah, menghentikan aliran darah ke
jaringan otak yang disediakan oleh pembuluh dan menyebabkan kongesti dan radang.
Trombosis ini terjadi pada pembuluh darah yang mengalami oklusi sehingga
menyebabkan iskemia jaringan otak yang dapat menimbulkan oedema dan kongesti di
sekitarnya.
b) Embolisme cerebral
Emboli serebral (bekuan darah atau material lain yang dibawa ke otak dari bagian tubuh
yang lain) merupakan penyumbatan pembuluh darah otak oleh bekuan darah, lemak dan
udara. Pada umumnya emboli berasal dari thrombus di jantung yang terlepas dan
menyumbat sistem arteri serebral. Emboli tersebut berlangsung cepat dan gejala timbul
kurang dari 10-30 detik
c) Iskemia
Suplai darah ke jaringan tubuh berkurang karena penyempitan atau penyumbatan
pembuluh darah.

3. Patofisiologi
Stroke adalah penyakit gangguan peredaran darah ke otak, disebabkan oleh karena
penyumbatan yang dapat mengakibatkan terputusnya aliran darah ke otak sehingga
menghentikan suplay oksigen, glukosa dan nutrisi lainya kedalam sel otak yang mengalami
serangan pada gejala – gejala yang dapat pulih, seperti kehilangan kesadaran, jika kekurangan
oksigen berlanjut lebih dari beberapa menit dapat meyebabkan nekrosis mikroskopis neuron –
neuron, area nekrotik disebut infak.(Arif Muttaqin, 2008, hlm. 131).
Mekanisme iskemik (non-hemoragik) terjadi karena adanya oklusi atau sumbatan di
Pembuluh darah yang menyebabkan aliran darah ke otak sebagian atau keseluruhan
terhenti. Keadaan tersebut menyebabkan terjadinya stroke, yang disebut stroke iskemik.
Stroke iskemik
Stroke iskemik terjadi karena tersumbatnya pembuluh darah yang menyebabkan
aliran darah ke otak sebagian atau keseluruhan terhenti. 80% stroke adalah stroke
Iskemik. Penyumbatan dapat terjadi karena penumpukan timbunan lemak yang
mengandung koleserol (plak) dalam pembuluh darah besar (ateri karotis) atau pembuluh
darah sedang (arteri serebri) atau pembuluh darah kecil. Plak menyebabkan dinding
dalam arteri menebal dan kasar sehingga aliran darah tidak lancar, mirip aliran air yang
terhalang oleh batu. Darah yang kental akan tertahan dan menggumpal (trombosis),
sehingga alirannya menjadi semakin lambat. Akibatnya otak akan mengalami kekurangan
pasokan oksigen. Jika kelambatan pasokan ini berlarut, sel-sel jaringan otak akan mati.
Tidak heran ketika bangun tidur, korban stroke akan merasa sebelah badannya
kesemutan. Jika berlajut akan menyebabkan kelumpuhan.
Penyumbatan aliran darah biasanya diawali dari luka kecil dalam pembuluh darah
yang disebabkan oleh situasi tekanan darah tinggi, merokok atau arena konsumsi
makanan tinggi kolesterol dan lemak. Seringkali daerah yang terluka kemudian tertutup
oleh endapan yang kaya kolesterol (plak). Gumpalan plak inilah yang menyumbat dan
mempersempit jalanya aliran darah yang berfungsi mengantar pasokan oksigen dan
nutrisi yang diperlukan otak. Stroke iskemik ini dibagi menjadi 2 jenis, yaitu :
1. Stroke Trombotik
Pada stroke trombotik didapati oklusi ditempat arteri serebral yang
bertrombus. Trombosis merupakan bekuan darah di dalam pembuluh darah otak
atau leher dan penyebab stroke yang paling sering. Arteriosclerosis serebral dan
perlambatan sirkulasi serebral adalah penyebab utama trombosis serebral. Tanda-
tanda trombosis serebral bervariasi, sakit kepala adalah awitan yang tidak umum.
Beberapa pasien mengalami pusing, perubahan kognitif atau kejang dan beberapa
awitan umum lainnya. Secara umum trombosis serebral tidak terjadi secara tiba-
tiba, dan kehilangan bicara sementara, hemiplegia atau parestesia pada setengah
tubuh dapat mendahului awitan paralysis berat pada beberapa jam atau hari.
Proses aterosklerosis ditandai oleh plak berlemak pada pada lapisan intima
arteria besar. Bagian intima arteria sereberal menjadi tipis dan berserabut,
sedangkan sel-sel ototnya menghilang. Lamina elastika interna robek dan
berjumbai, sehingga lumen pembuluh sebagian terisi oleh materi sklerotik
tersebut. Plak cenderung terbentuk pada percabangan atau tempat-tempat yang
melengkung. Trombi juga dikaitkan dengan tempat-tempat khusus tersebut.
Pembuluh-pembuluh darah yang mempunyai resiko dalam urutan yang makin
jarang adalah sebagai berikut : arteria karotis interna, vertebralis bagian atas dan
basilaris bawah. Hilangnya intima akan membuat jaringan ikat terpapar.
Trombosit menempel pada permukaan yang terbuka sehingga permukaan dinding
pembuluh darah menjadi kasar. Trombosit akan melepasakan enzim, adenosin
difosfat yang mengawali mekanisme koagulasi. Sumbatan fibrinotrombosit dapat
terlepas dan membentuk emboli, atau dapat tetap tinggal di tempat dan akhirnya
seluruh arteria itu akan tersumbat dengan sempurna.
2. Stroke Embolik
Tertutupnya pembuluh arteri oleh bekuan darah. Penderita embolisme
biasanya lebih muda dibanding dengan penderita trombosis. Kebanyakan emboli
serebral berasal dari suatu trombus dalam jantung, sehingga masalah yang
dihadapi sebenarnya adalah perwujudan dari penyakit jantung. Setiap bagian
otak dapat mengalami embolisme, tetapi embolus biasanya akan menyumbat
bagian-bagian yang sempit. Tempat yang paling sering terserang embolus
sereberal adalah arteria serebral media, terutama bagian atas.
PATHWAY

Penyakit yang mendasari stroke (alcohol,


hiperkolesteroid, merokok, stress, depresi, kegemukan

Aterosklerosis (elastisitas Kepekatan darah Pembentukan thrombus


pembuluh darah menurun) meningkat

Obstruksi thrombus di otak

Penurunan darah ke otak

Hipoksia cerebri

Infark jaringan otak

Kerusakan pusat gerakan motorik dilobus Kelemahan pada Perubahan


frontalis hemisphere/ hemiplagia nervus V, VII, I×, × persepsi sensori

Gangguan Mobilitas menurun Penurunan kemampuan


mobilitas fisik otot mengunyah menelan

Tirah baring
Gangguan Keseimbangan
reflek menelan nutrisi kurang dari
kebutuhan

Kerusakan integritas Defisit


kulit perawatan diri

Diagnosa pada kasus non hemoragik stroke yaitu :


a. Risiko perfusi serebral tidak efektif dibuktikan dengan embolisme.
b. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis (iskemia).
c. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan menelan makanan.
d. Gangguan persepsi sensori berhubungan dengan ketidakmampuan menghidu dan melihat.
e. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan neuromuskular.
f. Gangguan integritas kulit/jaringan berhubungan dengan penurunan mobilitas.
g. Risiko jatuh dibuktikan dengan gangguan pengelihatan (mis.ablasio retina).
h. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan penurunan sirkulasi serebral.

4. Manifestasi klinis
Menurut (Nurarif Huda, 2016), manifestasi klinis stroke sebagai berikut:
a) Tiba-tiba mengalami kelemahan atau kelumpuhan separuh badan
b) Tiba-tiba hilang rasa peka
c) Bicara pelo
d) Gangguan bicara dan bahasa
e) Gangguan penglihatan
f) Mulut mencong atau tidak simetris ketika menyeringai
g) Gangguan daya ingat
h) Nyeri kepala hebat
i) Vertigo
j) Kesadaran menurun
k) Proses kencing terganggu
l) Gangguan fungsi otak

5. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada pasiendengan stroke non hemoragik adalah
sebagai berikut (Radaningtyas, 2018).
a. Angiografi serebral
Membantu menentukan penyebab stroke secara spesifik seprti perdarahan,
obstruktif arteri, oklusi / nuptur.
b. Elektro encefalography
Mengidentifikasi masalah didasrkan pada gelombang otak atau mungkin
memperlihatkan daerah lesi yang spesifik.
c. Sinar x tengkorak
Menggambarkan perubahan kelenjar lempeng pineal daerah yang berlawan
dari masa yang luas, klasifikasi karotis interna terdapat pada trobus serebral.
Klasifikasi persial dinding, aneurisma pada pendarahan sub arachnoid.
d. Ultrasonography Doppler
Mengidentifikasi penyakit arteriovena (masalah system arteri karotis /alioran
darah /muncul plaque / arterosklerosis.
e. CT-Scan
Memperlihatkan adanya edema, hematoma, iskemia, dan adanya infark.
f. Magnetic Resonance Imagine (MRI)
Menunjukan adanya tekanan anormal dan biasanya ada thrombosis, emboli,
dan TIA, tekanan meningkat dan cairan mengandung darah menunjukan, hemoragi
sub arachnois / perdarahan intakranial.
g. Pemeriksaan foto thorax
Dapat memperlihatkan keadaan jantung, apakah terdapat pembesaran
vertrikel kiri yang merupakan salah satu tanda hipertensi kronis pada penderita
stroke, menggambarkn perubahan kelenjar lempeng pineal daerah berlawanan dari
massa yang meluas.
h. Pemeriksaan laboratorium
1) Fungsi lumbal: tekanan normal biasanya ada thrombosis, emboli dan TIA.
Sedangkan tekanan yang meningkat dan cairan yang mengandung darah
menunjukan adanya perdarahan subarachnoid atau intracranial. Kadar protein
total meninggal pada kasus thrombosis sehubungan dengan proses inflamasi.
2) Pemeriksaan darah rutin.
3) Pemeriksaan kimia darah: pada stroke akut dapat terjadi hiperglikemia. Gula
darah mencapai 250 mg dalam serum dan kemudian berangsur-angsur turun
Kembali

6. Pentalaksanaan
1. Penatalaksanaan medis
Terapi pada penderita stroke non hemoragik menurut Esther (2010) dalam Setyadi (2014)
bertujuan untuk meningkatkan perfusi darah ke otak, membantu lisis bekuan darah dan
mencegah trombosis lanjutan, melindungi jaringan otak yang masih aktif dan mencegah
cedera sekunder lain, beberapa terapinya adalah :
a. Terapi trombolitik : menggunakan recombinant tissue plasminogen activator (rTPA)
yang berfungsi memperbaiki aliran darah dengan menguraikan bekuan darah, tetapi terapi
ini harus dimulai dalam waktu 3 jam sejak manifestasi klinis stroke timbul dan hanya
dilakukan setelah kemungkinan perdarahan atau penyebab lain disingkirkan.
b. Terapi antikoagulan : terapi ini diberikan bila penderita terdapat resiko tinggi
kekambuhan emboli, infark miokard yang baru terjadi, atau fibrilasi atrial.
c. Terapi antitrombosit : seperti aspirin, dipiridamol, atau klopidogrel dapat diberikan
untuk mengurangi pembentukan trombus dan memperpanjang waktu pembekuan.
d. Terapi suportif : yang berfungsi untuk mencegah perluasan stroke dengan tindakannya
meliputi penatalaksanaan jalan nafas dan oksigenasi, pemantauan dan pengendalian
tekanan darah untuk 13 mencegah perdarahan lebih lanjut, pengendalian hiperglikemi
pada pasien diabetes sangat penting karena kadar glukosa yang menyimpang akan
memperluas daerah infark.

2. Penatalaksanaan keperawatan
a. Terapi Non Farmakologi
1) Perubahan Gaya Hidup Terapeutik
2) Aktivitas fisik
b. Rehabilitasi Pemberian Stimulasi Dua Dimensi
1) Latihan rentang gerak aktif dengan cylindrical grip
2) Terapi music

7. Komplikasi
Komplikasi pada stroke non hemoragik adalah (Firdayanti, 2014):
a. Berhubungan dengan imobilisasi: infeksi pernafasan, nyeri pada daerah tertekan,
konstipasi.
b. Berhubungan dengan paralise: nyeri punggung, dislokasi sendi, deformitas, terjatuh.
c. Berhubungan dengan kerusakan otak: epilepsy, sakit kepala.
d. Hidrosefalus

8. Pencegahan
Menurut Harsono (2011) upaya mencegah terjadinya stroke dibagi menjadi dua kategori yaitu
pencegahan primer dan pencegahan sekunder. Pencegahan primer dilakukan apabila penyakit
stroke belum terjadi, sedangkan pencegahan sekunder dilakukan perawatan atau pengobatan
terhadap penyakit dasarnya.
a. Pencegahan Primer Hal pertama kali untuk mencegah stroke adalah memodifikasi gaya
hidup dalam segala hal, memodifikasi faktor resiko, dan bila perlu dilakukan terapi
dengan obat untuk mengatasi penyakit dasarnya. Menjalani gaya hidup sehat dengan
pola makan sehat, istirahat cukup, mengelola stress, mengurangi kebiasaan yang dapat
merusak tubuh seperti merokok, minum alkohol, makan berlebihan, mengurangi makan
yang banyak mengandung lemak jenuh, aktif berolahraga.
b. Pencegahan Sekunder Pasien stroke biasanya memiliki banyak faktor resiko yang harus
diobati seperti tekanan darah, kencing manis, penyakit jantung koroner, kadar kolesterol
LDL darah yang tinggi, kadar asam urat dalam darah yang tinggi. Pasien harus berhenti
merokok, berhenti minum alkohol, menghindari stress serta rajin berolahraga. Jika
memiliki riwayat diabetes maka harus mengkonsumsi obat diabetes secara teratur dan
menjaga pola makan
DAFTAR PUSTAKA

Chang, Ester . 2010 . Patofisiologi : Aplikasi Pada Praktik Keperawatan. Jakarta: EGC.

Corwin, Elizabeth J . 2009 . Buku Saku Patofisiologi . Jakarta: E G C.

Doengoes, Marilyn dkk . 2012 . Rencana Asuhan Keperawatan . Jakarta: E G C

Muttaqin, Arif. 2008 . Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem Persyarafan.

Jakarta: Salemba Medika.

Padila. 2012. Buku Ajar: Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta: Nuha Medika.

Price, SA dan Wilson, 2006. Patofisiologi: Konsep klinis proses- proses penyakit ed. 6 vol.1. Jakarta:

EGC.

Smeltzer, Suzanne C . 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth . Jakarta :

E G C.

Tarwoto, 2007. Keperawatan Medikal Bedah: Gangguan Sistem Persyarafan . Jakarta: Sagung Seto.

William, Lippicont . 2008 . Nursing: Memahami Berbagai Macam Penyakit . Jakarta: Indeks.

Wilkinson, Judith . 2013 . Diagnosis NANDA Intervensi NIC Kriteria Hasil NOC. Jakarta: EGC .

Anda mungkin juga menyukai