Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

HEMATURIA

DISUSUN OLEH :

RIZKY AGUSTINA (PO0220220026)

POLTEKKES KEMENKES PALU


PRODI D III KEPERAWATAN POSO
TAHUN 2022

Mengetahui

Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik

(………………………………….) (………………………………)
A. DEFINISI
Hematuria adalah didapatkannya sel-sel darah merah di dalam urine.
Penemuan klinis sering di dapatkan pada populasi orang dewasa, dengan prevalensi yang
mulai dari 2,5% menjadi 20,0% . Secara visual terdapatnya sel-sel darah merah di dalam
urine dibedakan dalam 2 keadaan, yaitu:
1. Hematuria makroskopik
Hematuria makroskopik adalah hematuria yang secara kasat mata dapat dilihat
sebagai urine yang berwarna merah, mungkin tampak pada awal miksi atau pada
akhirnya yang berasal dari daerah posterior uretra atau leher kandung kemih. (Wim
de Jong, dkk, 2004) Hematuria makroskopik yang berlangsung terus menerus dapat
mengancam jiwa karena dapat menimbulkan penyulit berupa: terbentuknya
gumpalan darah yang dapat menyumbat aliran urine, eksanguinasi sehingga
menimbulkan syok hipovolemik/anemi, dan menimbulkan urosepsis. (Mellisa C
Stoppler, 2010)
2. Hematuria mikroskopik.
Hematuria mikroskopik adalah hematuria yang secara kasat mata tidak dapat dilihat
sebagai urine yang berwarna merah tetapi pada pemeriksaan mikroskopik
diketemukan lebih dari 2 sel darah merah per lapangan pandang. (Mellisa C Stoppler,
2010) . Meskipun gross hematuria didefinisikan didapatkannya sel-sel darah merah
di dalam urine, ada kontroversi mengenai definisi yang tepat dari hematuria
mikroskopik. American Urological Association (AUA) mendefinisikan hematuria
mikroskopis klinis yang signifikan karena terdapat lebih dari 3 sel darah merah (sel
darah merah) pada lapangan pandang besar pada 2 dari 3 spesimen urin dikumpulkan
dengan selama 2 sampai 3 minggu. Namun, pasien yang berisiko tinggi untuk
penyakit urologi harus dievaluasi secara klinis untuk hematuria jika urinalisis tunggal
menunjukkan 2 atau lebih sel darah merah pada lapangan pandang besar.

B. ETIOLOGI
Hematuria dapat disebabkan oleh kelainan-kelainan yang berada di dalam
sistem urogenitalia atau kelainan yang berada di luar sistem urogenitalia. Penyebab
paling umum dari hematuria pada populasi orang dewasa termasuk saluran kemih
infeksi, batu saluran kemih, pembesaran prostat jinak, dan keganasan dalam urologi.
Namun, diferensial lengkap sangat luas, beberapa insiden khusus kondisi yang
berhubungan dengan hematuria bervariasi dengan umur pasien, jenis hematuria (gross
atau mikroskopis, gejala atau tanpa gejala), dan adanya faktor risiko keganasan.
Secara keseluruhan, sekitar 5% pasien dengan hematuria mikroskopis dan
sampai dengan 40% pasien dengan gross hematuria ditemukan pada neoplasma dari
urinary tract. genitourinari. Sebaliknya, pada hingga 40% pasien dengan asimptomatik
mikrohematuria, sulit di identifikasikan penyebabnya. Akibatnya, dokter harus
mempertimbangkan hematuria yang tidak jelas penyebabnya dari tingkat mana pun
dan mampu mempertimbangkan kemungkinan suatu keganasan.
Kelainan yang berasal dari sistem urogenitalia antara lain adalah:
1. Infeksi antara lain pielonefritis, glomerulonefritis, ureteritis, sistitis, dan uretritis
2. Tumor jinak atau tumor ganas yaitu: tumor ginjal (tumor Wilms), tumor grawitz,
tumor pielum, tumor ureter, tumor buli-buli, tumor prostat, dan hiperplasia prostat
jinak.
3. Kelainan bawaan sistem urogenitalia, antara lain : kista ginjal
4. Trauma yang mencederai sistem urogenitalia.
5. Batu saluran kemih. (Mellisa C Stoppler, 2010)
Kelainan-kelainan yang berasal dari luar sistem urogenitalia antara lain adalah:
1. Kelainan pembekuan darah (Diathesis Hemorhagic),
2. SLE
3. Penggunaan antikoagulan, atau proses emboli pada fibrilasi atrium jantung maupun
endokarditis. (Wim de Jong, dkk, 2004)

C. PATOFISIOLOGI
Berdasarkan lokasi yang mengalami kelainan atau trauma, dibedakan glomerulus
dan ekstra glomerulus untuk memisahkan bidang neflogi dan urologi. Darah yang
berasal dari nefron disebut hematuria glomerulus. Pada keadaan normal, sel darah
merah jarang ditemukan pada urin. Adanya eritrosit pada urin dapat terjadi pada
kelainan hereditas atau perubahan struktur glomerulus dan integritas kapiler yang
abnormal.
Perlu diperhatikan dalam pengambilan contoh urine: pada perempuan harus
disingkirkan penyebab hematuria lain misalnya menstruasi, adanya laserasi pada organ
genitalia, sedangkan pada laki-laki apakah disirkumsisi atau tidak.
Bila pada urinalisis ditemukan eritrosit, leukosit dan silinder eritrosit, merupakan
tanda sugestif penyakit ginjal akut atau penyakit ginjal kronik, perlu dilakukan evaluasi
lebih lanjut. Diagnosis banding hematuria persisten antara lain glomerulonefritis,
nefritis tubulointerstisial atau kelainan urologi. Adanya silinder leukosit, leukosituria
menandakan nefritis tubulointerstisial. Bila disertai hematuria juga merupakan variasi
dari glomerulonefritis. Pada kelompok faktor resiko penyakit ginjal kronik harus di
lakukan evaluasi pemeriksaan sedimen urin untuk deteksi dini.
Sebagai prosedur diagnostic pada penyakit ginjal salah satunya adalah uji dipstick
untuk mengetahui adanya darah samar merupakan uji penapisan yang baik untuk
hematuria. Uji dipstick mudah dilakukan sendiri oleh pasien untuk mengikuti perjalanan
hematuria selama pengobatan.
E. KLASIFIKASI
Ada 3 tipe hematuria, yaitu:
1. Initial hematuria, jika darah yang keluar saat awal kencing.
2. Terminal hematuria, jika darah yang keluar saat akhir kencing. Hal ini kemungkinan
disebabkan oleh adanya tekanan pada akhir kencing yang membuat pembuluh darah
kecil melebar.
3. Total hematuria, jika darah keluar dari awal hingga akhir kencing. Hal ini
kemungkinan akibat darah sudah berkumpul dari salah satu organ seperti ureter atau
ginjal.

F. MANIFESTASI KLINIS
Terjadi retensio urin akibat sumbatan di vesika urinaria olrh bekuan darah.

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan darah yang dilakukan yakni penentuan kadar kreatinin, ureum dan
elektrolit untuk mengetahui faal ginjal; fosfatase asam yang mungkin meningkat pada
metastase prostat, dan fosfatase alkali yang dapat meningkat pada setiap jenis
metastase tulang. Kadar kalsium, fosfat, asam urat dan hormon paratiroid ditentukan
bila terdapat kemungkinan urolithiasis.
2. Pemeriksaan urine dilakukan untuk pemeriksaan mikroskopik, bakteriologik dan
sitologik. Pemeriksaan urinalisis dapat mengarah kepada hematuria yang disebabkan
oleh faktor glomeruler ataupun non glomeruler. Pemeriksaan hapusan darah tepi dapat
menunjukkan proses mikroangiopati yang sesuai dengan sindrom hemolitik-uremik,
trombosis vena ginjal, vaskulitis, atau SLE. Pada keadaan terakhir, adanya
autoantibodi dapat ditunjukkan dengan reaksi Coombs positif, adanya antibodi
antinuclear, leukopenia dan penyakit multisistem. Trombositopenia dapat diakibatkan
oleh berkurangnya produksi trombosit (pada keganasan) atau peningkatan konsumsi
trombosit (SLE, purpura trombositopenik idiopatik, sindrom hemolitik-uremik,
trombosis vena ginjal). Walaupun morfologi SDM urin dapat normal pada perdarahan
saluran kemih bawah dan dismorfik pada perdarahan glomerular, morfologi sel tidak
secara pasti berhubungan dengan lokasi hematuria.
3. Pada pemeriksaan pH urine yang sangat alkalis menandakan adanya infeksi organisme
pemecah urea di dalam saluran kemih, sedangkan pH urine yang sangat asam
mungkin berhubungan dengan batu asam urat.
4. Sitologi urine diperlukan untuk mencari kemungkinan adanya keganasan sel-sel
urotelial.
5. IVP adalah pemeriksaan rutin yang dianjurkan pada setiap kasus hematuria & sering
digunakan untuk menentukan fungsi ekskresi ginjal. Umumnya, menghasilkan
gambaran terang saluran kemih dari ginjal sampai dengan kandung kemih, asal faal
ginjal memuaskan. Pemeriksaan ini dapat menilai adanya batu saluran kemih, kelainan
bawaan saluran kemih, tumor urotelium, trauma saluran kemih, serta beberapa
penyakit infeksi saluran kemih.
6. USG berguna untuk menetukan letak dan sifat massa ginjal dan prostat (padat atau
kista), adanya batu atau lebarnya lumen pyelum, penyakit kistik, hidronefrosis, atau
urolitiasis ureter, kandung kemih dan uretra, bekuan darah pada buli-buli/pielum, dan
untuk mengetahui adanya metastasis tumor di hepar. Ultrasonografi dari saluran
kemih sangat berguna pada pasien dengan hematuria berat, nyeri abdomen, nyeri
pinggang, atau trauma. Jika hasil penelitian awal ini tetap normal, disarankan
dilakukan pemeriksaan kreatinin dan elektrolit serum.
7. Endoultrasonografi, yaitu ekografi transurethral sangat berguna untuk pemeriksaan
prostat dan buli-buli
8. Arteriografi dilakukan bila ditemukan tumor ginjal nonkista untuk menilai
vaskularisasinya walaupun sering digunakan CT-Scan karena lebih aman dan
informative. Bagian atas saluran kemih dapat dilihat dengan cara uretrografi retrograd
atau punksi perkutan.
9. Payaran radionuklir digunakan untuk menilai faal ginjal, misalnya setelah obstruksi
dihilangkan
10. Pemeriksaan endoskopi uretra dan kandung kemih memberikan gambaran jelas dan
kesempatan untuk mengadakan biopsy
11. Sistometrografi biasanya digunakan untuk menentukan perbandingan antara isi dan
tekanan di buli-buli
12. Sistoskopi atau sisto-uretero-renoskopi (URS) dikerjakan jika pemeriksaan penunjang
di atas belum dapat menyimpulkan penyebab hematuria. (Wim de Jong, dkk, 2004)

I. PENATALAKSANAAN

Jika terdapat gumpalan darah pada buli-buli yang menimbulkan retensi urine, coba
dilakukan kateterisasi dan pembilasan buli-buli dengan memakai cairan garam fisiologis,
tetapi jika tindakan ini tidak berhasil, pasien secepatnya dirujuk untuk menjalani evakuasi
bekuan darah transuretra dan sekaligus menghentikan sumber perdarahan. Jika terjadi
eksanguinasi yang menyebabkan anemia, harus dipikirkan pemberian transfusi darah.
Demikian juga jika terjadi infeksi harus diberikan antibiotika. (Mellisa C Stoppler, 2010) .
Setelah hematuria dapat ditanggulangi, tindakan selanjutnya adalah mencari penyebabnya dan
selanjutnya menyelesaikan masalah primer penyebab hematuria. (Mellisa C Stoppler, 2010)
Tidak ada pengobatan spesifik untuk hematuria. Pengobatannya tergantung pada
penyebabnya:
1. Infeksi saluran kemih, biasanya diatasi dengan antibiotik.
2. Batu ginjal, dengan banyak minum. Jika batu tetap tidak keluar, dapat dilakukan
ESWL atau pembedahan.
3. Pembesaran prostat, diatasi dengan obat-obatan atau pembedahan.
4. Kanker, dilakukan pembedahan, untuk mengangkat jaringan kanker, atau kemoterapi.

J. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN


a. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik harus fokus pada deteksi hipertensi yang hadir bersamaan
dengan sindrom nefritik dan penyakit pembuluh darah ginjal, edema terkait dengan
sindrom nefrotik, massa perut atau panggul teraba menyarankan ginjal neoplasma,
dan adanya nyeri ketok kostovertebral atau nyeri tekan suprapubik berhubungan
dengan infeksi saluran kemih. Pemeriksaan rektal pada pria dapat mengungkapkan
nodularitas prostat atau pembesaran
sebagai penyebab potensial.
Pada pemeriksaan diperhatikan adanya hipertensi yang mungkin merupakan
manifestasi dari suatu penyakit ginjal. Syok hipovolemik dan anemia mungkin
disebabkan karena banyak darah yang keluar. Ditemukannya tanda-tanda perdarahan
di tempat lain adalah petunjuk adanya kelainan sistem pembekuan darah yang bersifat
sistemik.
1. Pucat pada kulit dan konjungtiva sering terlihat pada pasien dengan anemia.
2. Periorbital, skrotum, dan edema perifer, mungkin menunjukkan
hipoalbuminemia dari glomerulus atau penyakit ginjal.
3. Cachexia  mungkin menunjukkan keganasan.
4. Nyeri tekan dari sudut kostovertebral, dapat disebabkan oleh pielonefritis atau
dengan perbesaran massa seperti tumor ginjal.
5. Nyeri suprapubik  sistitis, baik yang disebabkan oleh infeksi, radiasi, atau
obat sitotoksik.
6. Kandung kemih tidak teraba ketika didekompresi, kandung kemih diisi dengan
200 mL urin percussible. Dalam retensi urin akut, biasanya terlihat dalam
kasus-kasus BPH atau obstruksi oleh bekuan, kandung kemih bisa diraba dan
dapat dirasakan hingga tingkat umbilikus.
7. Palpasi bimanual pada ginjal perlu diperhatikan adanya pembesaran ginjal
akibat tumor, obstruksi, ataupun infeksi ginjal. Massa pada suprasimfisis
mungkin disebabkan karena retensi bekuan darah pada buli-buli.
8. Pada colok dubur, ukuran, bentuk dan konsistensi prostat dinilai mengetahui
adanya pembesaran prostat benigna maupun karsinoma prostat. Setelah
prostatektomi enukleasi maupun endoskopik, simpai prostat dibiarkan
sehingga pada colok dubur memberikan kesan prostat masih membesar. Lobus
medial prostat yang mungkin menonjol ke kandung kemih umumnya tidak
dapat dicapai dengan jari. Karsinoma prostat menyebabkan asimetri dan
perubahan konsistensi setempat. Diagnosis dipastikan melalui biopsy jarum
transrektal.
9. Pemeriksaan dengan menggunakan berbagai kateter yang dahulu dibuat dari
karet dan sekarang lateks, politen atau silicon. Ujung kateter dibuat dalam
berbagai bentuk supaya tidak dapat tercabut; yang biasa ialah bentuk Foley
yang pada ujungnya berbentuk balon yang dapat dikembangkan. Untuk
ukurannya digunakan skala Charriere, berdasarkan skala Prancis yang
menyatakan ukuran lingkaran di luarnya dan bukan diameternya. Diameter
didapat dengan membagi ukuran Charriere dengan tiga. (Wim de Jong, dkk,
2004).
Dalam mencari penyebab hematuria perlu dicari data yang terjadi pada saat
episode hematuria, antara lain:
1. Bagaimanakah warna urine yang keluar?
2. Apakah diikuti dengan keluarnya bekuan-bekuan darah?
3. Di bagian manakah pada saat miksi urine berwarna merah?
4. Apakah diikuti dengan perasaan sakit ? (Mellisa C Stoppler, 2010)
Perlu ditanyakan juga, beberapa faktor risiko untuk kanker urothelial pada
pasien dengan hematuria mikroskopis
1. Riwayat merokok
2. Kerja paparan bahan kimia atau pewarna (benzenes atau aromatic amine)
3. Riwayat gross hematuria sebelumnya
4. Usia di atas 40 tahun
5. Riwayat gangguan berkemih, nyeri saat berkemih, dan infeksi saluran kemih
6. Penyalahgunaan analgetik
7. Riwayat radiasi panggul.
b. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah suatu penilaian klinis mengenai respon pasien terhadap

masalah kesehatan ataupun proses keshidupan yang dialaminya baik yang aktual maupun

potensial (SDKI, 2016). Dalam penelitian ini diagnosa keperawatan yang dapat ditegakkan

dengan anak dengan infeksi saluran kemih yang disadur dalam SDKI (2016) adalah:

1. Nyeri akut

a. Definisi

Pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan jaringan

aktual atau fungsional, dengan onset mendadak atau lambat dan berintensitas

ringan hingga berat yang berlangsung kurang dari tiga bulan.

b. Batasan karakteristik

Mengeluh nyeri, tampak meringis, bersikap protektif (mis. waspada, posisi


menghindari nyeri), gelisah, frekuensi nadi meningkat, sulit tidur, tekanan darah

meningkat, pola napas berubah, nafsu makan berubah, proses berpikir terganggu,

menarik diri, berfokus pada diri sendiri, dan diaforesis.

c. Faktor yang berhubungan

Agen pencedera fisiologis (inflamasi), dan agen pencedera fisik (mis. prosedur

operasi.
2. Gangguan eliminasi urine

a. Definisi

Disfungsi eliminasi urine.

b. Batasan karakteristik

Desakan berkemih (urgensi), urin menetes (dribbling), sering buang air kecil,

nokturia, mengompol, enuresis, distensi kandung kemih, berkemih tidak

tuntas (hesistancy), atau volume residu urin meningkat.

c. Faktor yang berhubungan

Penurunan kapasitas kandung kemih, iritasi kandung kemih, penurunan

kemampuan menyadari tanda-tanda gangguan kandung kemih, efek tindakan

medis dan diagnostik (misal operasi ginjal, operasi saluran kemih, anestesi,

dan obat-obatan), kelemahan otot pelvis, ketidakmampuan mengakses toilet

(misalnya imobilisasi), hambatan lingkungan, ketidakmampuan

mengkomunikasikan kebutuhan elimiasi, outlet kandung kemih tidak lengkap

(misalnya anomali saluran kemih kongenital), dan imaturitas (pada anak usia

<3 tahun).
operasi ginjal, operasi saluran kemih, anestesi, dan obat-obatan), kelemahan otot

pelvis, ketidakmampuan mengakses toilet (misalnya imobilisasi), hambatan

lingkungan, ketidakmampuan mengkomunikasikan kebutuhan elimiasi, outlet

kandung kemih tidak lengkap (misalnya anomali saluran kemih kongenital),

dan imaturitas (pada anak usia <3 tahun).

2. Intervensi Keperawatan

Perencanaan merupakan panduan dalam melakukan intervensi

keperawatan dalam rangka memberikan asuhan keperawatan yang aman,

efektif dan etis (SIKI, 2018). Perencanaan keperawatan yang sesuai

dengan diagnosa keperawatan yang telah ditegakkan yaitu sebagai berikut

1. Nyeri akut

a. Tujuan

Tujuan keperawatan tingkat nyeri menurut (SLKI, 2018, L.08066, hal 145)

yaitu setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ... diharapkan tingkat

nyeri menurun dengan kriteria hasil :

a) Keluhan nyeri menurun 0-1

b) Meringis menurun

c) Gelisah menurun

d) Kesulitan tidur menurun

e) Frekuensi nadi membaik (70-120x/menit sesuaikan dengan

usia anak)

f) Pola napas membaik (18-25x/menit, sesuaikan dengan usia

anak)

b. Perencanaan
Manajemen Nyeri (SIKI, 2018, I.08238, hal 201)

Observasi:

a) Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,

dan intensitas nyeri (kaji PQRST).

b) Identifikasi respon nyeri non verbal

Identifikasi skala nyeri Terapeutik Kontrol lingkungan dan

posisi yang aman dan nyaman (batasi pengunjung, kontrol

suhu ruangan, dan ciptakan suasana yang tidak berisik)

a) Pertimbangan jenis dan sumber nyeri dalam penentuan

intervensi

Edukasi: Ajarkan teknik relaksasi napas dalam

Kolaborasi: Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu

b. Gangguan eliminasi urine

a. Tujuan

Tujuan keperawatan gangguan eliminasi urin menurut (SLKI,

2018, L.04034, hal 24) yaitu setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama … gangguan eliminasi urin dapat membaik,

dengan kriteria hasil :

a) Mengompol menurun

b) Karakteristik urin membaik (warna kuniing jernih, bau

tidak menyengat, jumlah urin output 400-800cc/hari)

c) Frekuensi buang air kecil membaik (5-7x/24 jam)


d) Desakan berkemih (urgensi) menurun

e) Disuria menurun

b. Perencanaan

Manajemen eliminasi urine (SIKI, 2018, I.04152, hal 175)

Observasi:

a) Identifikasi tanda dan gejala retensi atau inkontinensia urine

b) Identifikasi faktor yang menyebabkan retensi atau

inkontinensa urine

c) Monitor eliminasi urine (frekuensi, konsistensi, aroma,

volume, dan warna)

Terapeutik:

a) Ambil sampel urine tengah (midstream) atau kultur

b) Catat waktu-waktu dan haluran

berkemih Edukasi:

a) Ajarkan tanda dan gejala infeksi saluran kemih

b) Ajarkan mengukur asupan cairan dan haluaran urine

c) Anjurkan minum yang cukup (1,5-2 liter), jika tidak ada

kontraindikasi

d) Ajarkan mengambil sample urine midstream

Anda mungkin juga menyukai