Anda di halaman 1dari 5

LAPORAN PENDAHULUAN

HEMATURIA

Oleh :

RIO BAGAS ARI SAPUTRA

NIM: 2010022

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PROGRAM DIPLOMA III

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KEPANJEN

2020/2021
A. Konsep Dasar Hematuria
1. Definisi
Hematuri adalah suatu gejala yang ditandai dengan adanya darah atau sel darah
merah dalam urin. Secara klinis, hematuri dapat dikelompokkan menjadi hematuri
makroskopis (gross hematuria) adalah suatu keadaan urin bercampur darah dan
dapat dilihat dengan mata telanjang. Keadaan ini dapat terjadi bila 1 liter urin
bercampur dengan 1 ml darah. Gross hematuria bisa disertai dengan clot/bekuan
darah, dimana dapat berasal dari perdarahan di ureter/ginjal, buli-buli dan prostat.
Hematuri mikroskopis yaitu hematuri yang hanya dapat diketahui secara
mikroskopis atau tes kimiawi. Hematuria yang secara kasat mata tidak dapat
dilihat sebagai urine yang berwarna merah tetapi pada pemeriksaan mikroskopik
diketemukan lebih dari 2 sel darah merah per lapangan pandang (Sunarka, 2002).
2. Etiologi
Hematuria dapat disebabkan oleh kelainan-kelainan yang berada di dala system
urogenitalia atau kelianan yang berada di luar urogenitalia. Kelainan yang berasal
dari sistem urogenitalia antara lain (Irwana, 2009) :
 Infeksi/inflamasi, antara lain pielonefritis, glomerulonefritis, ureteritis, sistitis,
dan uretritis
 Tumor jinak/tumor ganas, antara lain tumor Wilm, tumor Grawitz, tumor
pielum, tumor ureter, tumor buli-buli, tumor prostat, dan hiperplasia prostat  jinak.
 Kelainan bawaan sistem urogenitalia, antara lain kista ginjal dan ren mobilis
 Trauma yang mencederai sistem urogenitalia
 Batu saluran kemih
Kelainan-kelainan yang berasal dari luar sistem urogenitalia antara lain adalah:
1. Kelainan pembekuan darah (Diathesis Hemorhagic),
2. SLE
3. Penggunaan antikoagulan, atau proses emboli pada fibrilasi atrium
jantung maupun endokarditis. (Wim de Jong, dkk, 2004)
3. Tanda dan Gejala
Hematuria dapat disebabkan oleh kelainan-kelainan yang berada di dalam sistem
urogenitalia atau kelainan yang berada di luar urogenitalia. Kelainan yang berasal
dari sistem urogenitalia antara lain (Purnomo, 2007):
1) Infeksi/inflamasi, antara lain pielonefritis, glomerulonefritis, ureteritis, sistitis,
dan urethritis.
2) Tumor jinak/tumor ganas, antara lain tumor pielum, tumor ureter, tumor buli-
buli, tumor prostat, dan hiperplasia prostat jinak.
3) Kelainan bawaan sistem urogenitalia, antara lain kista ginjal dan ren mobilis.
4) Trauma yang mencederai sistem urogenitalia.
5) Batu saluran kemih.
Kelainan-kelainan yang berasal dari luar sistem urogenitalia adalah adanya
kelainan pembekuan darah, SLE, dan kelainan sistem hematologik yang lain.
Faktor-faktor lain seperti obat pengencer darah yang mencegah pembekuan darah
atau obat-obatan anti inflamasi seperti aspirin mendorong perdarahan saluran
kemih. Obat-obatan umum yang dapat menyebabkan darah kemih seperti penisilin
dan siklofosfamid obat anti kanker (Cytoxan).
4. Pathway

5. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang menurut (Tanagho, 2004)
a. Pemeriksaan urinalisis Pemeriksaan ini dapat mengarahkan kita kepada
hematuria yang disebabkan oleh faktor glomeruler ataupun non glomeruler. Pada
pemeriksaan pH urine yang sangat alkalis menandakan adanya infeksi organisme
pemecah urea di dalam saluran kemih, sedangkan pH urine yang sangat asam
mungkin berhubungan dengan batu asam urat. Sitologi urine diperlukan untuk
mencari kemungkinan adany keganasan sel-sel urotelial.
b. Pielografi Intra Vena (PIV)
Merupakan pemeriksaan rutin yang dianjurkan pada setiap kasus hematuria.
Pemeriksaan ini dapat mengungkapkan adanya batu saluran kemih, kelainan
bawaan saluran kemih, tumor-tumor urotelium, trauma saluran kemih, serta
beberapa penyakit infeksi saluran kemih. Adanya bekuan darah atau tumor
urotelium sering kita jumpai sebagai gambaran filling defect yang bisa dilihat
pada sistem pelvikaliseal, u/reter, dan buli-buli.
c. Pemeriksaan USG
Pemeriksaan ini berguna untuk melihat adanya massa yang solid ataukistus,
adanya batu non opak, bekuan darah pada buli buli/pielum, dan untuk mengetahui
adanya metastasis tumor di hepar.
d. Sistoskopi atau sisto-uretero-renoskopi
Pemeriksaan ini dikerjakan jika pemeriksaan penunjang di atas belum dapat
menyimpulkan penyebab hematuria. Tindakan itu biasanya dilakukan setelah
bekuan darah yang ada di dalam buli-buli dibersihkan sehingga dapat diketahui
asal perdarahan.
6. Penatalaksanaan
Saat terjadi gumpalan pada urin yang menimbulkan retensi maka perlu dilakukan
kateterisasi dan bilasan buli dengan memakai cairan garam fisiologis. Jika gagal
maka sebaiknya pasien dirujuk untuk ditangani lebih lanjut dengan evakuasi
bekuan darah dan menghentikan sumber perdarahan. Jika perdarahan sampai
menyebabkan anemia maka perlu dipikirkan transfusi darah. Jika terjadi infeksi
maka harus diberikan antibiotik. Setelah gejala hematuria ditangani selanjutnya
dicari penyebab primernya (Purnomo, 2007). Tidak ada pengobatan spesifik untuk
hematuria. Pengobatannya tergantung pada penyebabnya:
 Infeksi saluran kemih, biasanya diatasi dengan antibiotik.

 Batu ginjal, dengan banyak minum. Jika batu tetap tidak keluar, dapat
dilakukan ESWL atau pembedahan.
 Pembesaran prostat, diatasi dengan obat-obatan atau pembedahan.
 Kanker, dilakukan pembedahan, untuk mengangkat jaringan kanker, atau
kemoterapi.
B. Konsep Asuhan Keperawatan pada Hematuria
1. Diagnosa Keperawatan

2. Intervensi Keperawatan

Daftar pustaka

Anda mungkin juga menyukai