Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN

HEMATURIA PADA KEHAMILAN

OLEH
ZAHRATUN NISA
NPM. 1814901110106

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI S.1 KEPERAWATAN
BANJARMASIN, 2019
1. DEFINISI
1.1 Definisi Hematuria
Hematuria adalah didapatkannya sel-sel darah merah di dalam urine.
Penemuan klinis sering di dapatkan pada populasi orang dewasa, dengan
prevalensi yang mulai dari 2,5% menjadi 20,0% . Secara visual terdapatnya
sel-sel darah merah di dalam urine dibedakan dalam 2 keadaan, yaitu:
 Hematuria makroskopik
Hematuria makroskopik adalah hematuria yang secara kasat mata dapat
dilihat sebagai urine yang berwarna merah, mungkin tampak pada awal
miksi atau pada akhirnya yang berasal dari daerah posterior uretra atau
leher kandung kemih. (Wim de Jong, dkk, 2004) Hematuria makroskopik
yang berlangsung terus menerus dapat mengancam jiwa karena dapat
menimbulkan penyulit berupa: terbentuknya gumpalan darah yang dapat
menyumbat aliran urine, eksanguinasi sehingga menimbulkan syok
hipovolemik/anemi, dan menimbulkan urosepsis. (Mellisa C Stoppler,
2010)
 Hematuria mikroskopik.
Hematuria mikroskopik adalah hematuria yang secara kasat mata tidak dapat
dilihat sebagai urine yang berwarna merah tetapi pada pemeriksaan mikroskopik
diketemukan lebih dari 2 sel darah merah per lapangan pandang. (Mellisa C
Stoppler, 2010) . Meskipun gross hematuria didefinisikan didapatkannya sel-sel
darah merah di dalam urine, ada kontroversi mengenai definisi yang tepat dari
hematuria mikroskopik. American Urological Association (AUA)
mendefinisikan hematuria mikroskopis klinis yang signifikan karena terdapat
lebih dari 3 sel darah merah (sel darah merah) pada lapangan pandang besar pada
2 dari 3 spesimen urin dikumpulkan dengan selama 2 sampai 3 minggu. Namun,
pasien yang berisiko tinggi untuk penyakit urologi harus dievaluasi secara klinis
untuk hematuria jika urinalisis tunggal menunjukkan 2 atau lebih sel darah merah
pada lapangan pandang besar.

1.2 Definisi Hematuria pada kehamilan


Hematuria merupakan sebuah kondisi dimana urine yang dikeluarkan berubah
warna menjadi lebih merah atau kecokelatan. Penyebabnya adalah bercampur
dengan darah. Urine yang bercampur dengan darah ini bisa terjadi kepada
siapa saja, termasuk anak-anak dan ibu hamil. Hematuria pada ibu hamil bisa
disebabkan oleh penyakit ginjal atau saluran kemih. Selain itu ternyata bisa
juga disebabkan oleh faktor kehamilan itu sendiri.

2. ETIOLOGI
Pada dasarnya kondisi Hematuria terjadi karena adanya gangguan pada sistem
kemih manusia. Hematuria bisa terjadi jika ada darah yang keluar dari ginjal,
uretra, ureter, atau kandung kemih, karena keempat organ tubuh tersebut memang
adalah organ tubuh yang berperan dalam proses terjadinya urine pada manusia.
Berikut beberapa kondisi yang bisa menyebabkan hematuria pada ibu hamil
terjadi.

Infeksi saluran kemih


Penyakit ini memang lebih sering menyerang kaum wanita daripada kaum pria.
Dan bukan hal mustahil jika salah satunya menyerang ibu hamil. Penyakit Infeksi
Saluran Kemih memang menyebabkan gejala hematuria. Penyebabnya adalah
infeksi bakteri yang berpindah dari saluran pencernaan ke saluran kemih.
Biasanya perpindahan itu terjadi pada saat buang air kecil atau buang air besar
dan cara mencuci kemaluan yang tidak benar.

Infeksi ginjal
Infeksi ginjal, maupun Infeksi Ginjal Kiri dan kanan juga merupakan salah satu
penyakit yang bisa menyerang wanita, termasuk wanita hamil. Gejalanya bisa
berupa sakit pinggang, demam, menggigil, mual, dan muncul rasa sakit saat
buang air kecil. Wanita hamil yang terserang penyakit ini juga bisa merasakan
sering buang air kecil. Penyebab infeksi ginjal bisa virus atau bakteri. Nama lain
penyakit ini dalam dunia medis adalah pielonefritis.

Batu ginjal
Penyakit yang satu ini juga bisa menyerang wanita, juga ibu hamil. Penyebab
Penyakit Batu Ginjal adalah pembentukan kristal dari sisa metabolisme di saluran
kemih, sehingga mengeras menjadi batu dan menyumbat saluran kemih.
Gejalanya bisa menyebabkan rasa sakit. Hematuria pada kasus batu ginjal bisa
terjadi jika batu ginjal tersebut mengiritasi saluran kemih sehingga muncul darah
yang akan bercampur dengan urine.
Glomerulonephritis
Penyakit ini adalah penyakit peradangan pada ginjal yang berposisi di
glomerulus. Glomerulus itu sendiri merupakan alat penyaring di ginjal yang
tugasnya untuk menyaring darah. Jika terkena radang, maka bisa jadi
menyebabkan hematuria. Glomerulonephiritis juga bisa terjadi kepada ibu hamil

3. PATOFISIOLOGI
Berdasarkan lokasi yang mengalami kelainan atau trauma, dibedakan glomerulus
dan ekstra glomerulus untuk memisahkan bidang neflogi dan urologi. Darah yang
berasal dari nefron disebut hematuria glomerulus. Pada keadaan normal, sel darah
merah jarang ditemukan pada urin. Adanya eritrosit pada urin dapat terjadi pada
kelainan hereditas atau perubahan struktur glomerulus dan integritas kapiler yang
abnormal.
Perlu diperhatikan dalam pengambilan contoh urine: pada perempuan harus
disingkirkan penyebab hematuria lain misalnya menstruasi, adanya laserasi pada
organ genitalia, sedangkan pada laki-laki apakah disirkumsisi atau tidak.
Bila pada urinalisis ditemukan eritrosit, leukosit dan silinder eritrosit, merupakan
tanda sugestif penyakit ginjal akut atau penyakit ginjal kronik, perlu dilakukan
evaluasi lebih lanjut. Diagnosis banding hematuria persisten antara lain
glomerulonefritis, nefritis tubulointerstisial atau kelainan urologi. Adanya silinder
leukosit, leukosituria menandakan nefritis tubulointerstisial. Bila disertai
hematuria juga merupakan variasi dari glomerulonefritis. Pada kelompok faktor
resiko penyakit ginjal kronik harus di lakukan evaluasi pemeriksaan sedimen urin
untuk deteksi dini.
Sebagai prosedur diagnostic pada penyakit ginjal salah satunya adalah uji dipstick
untuk mengetahui adanya darah samar merupakan uji penapisan yang baik untuk
hematuria. Uji dipstick mudah dilakukan sendiri oleh pasien untuk mengikuti
perjalanan hematuria selama pengobatan.

4. MANIFESTASI KLINIS
Terjadi retensio urin akibat sumbatan di vesika urinaria oleh bekuan darah.
Berikut manifestasi klinis dari hematuria :
 Urine berwarna merah kecoklatan karena tercampur dengan darah
 Peningkatan frekuensi buang air kecil
 Sakit pada perut bagian bawah
 Kesulitan ketika buang air kecil
 Nyeri ketika buang air kecil karena adanya sumbatan pada saluran kemih

5. PEMERIKSAAN PENUNJANG
 Pemeriksaan darah yang dilakukan yakni penentuan kadar kreatinin, ureum
dan elektrolit untuk mengetahui faal ginjal; fosfatase asam yang mungkin
meningkat pada metastase prostat, dan fosfatase alkali yang dapat meningkat
pada setiap jenis metastase tulang. Kadar kalsium, fosfat, asam urat dan
hormon paratiroid ditentukan bila terdapat kemungkinan urolithiasis.
 Pemeriksaan urine dilakukan untuk pemeriksaan mikroskopik, bakteriologik
dan sitologik. Pemeriksaan urinalisis dapat mengarah kepada hematuria yang
disebabkan oleh faktor glomeruler ataupun non glomeruler. Pemeriksaan
hapusan darah tepi dapat menunjukkan proses mikroangiopati yang sesuai
dengan sindrom hemolitik-uremik, trombosis vena ginjal, vaskulitis, atau
SLE. Pada keadaan terakhir, adanya autoantibodi dapat ditunjukkan dengan
reaksi Coombs positif, adanya antibodi antinuclear, leukopenia dan penyakit
multisistem. Trombositopenia dapat diakibatkan oleh berkurangnya produksi
trombosit (pada keganasan) atau peningkatan konsumsi trombosit (SLE,
purpura trombositopenik idiopatik, sindrom hemolitik-uremik, trombosis vena
ginjal). Walaupun morfologi SDM urin dapat normal pada perdarahan saluran
kemih bawah dan dismorfik pada perdarahan glomerular, morfologi sel tidak
secara pasti berhubungan dengan lokasi hematuria.
 Pada pemeriksaan pH urine yang sangat alkalis menandakan adanya infeksi
organisme pemecah urea di dalam saluran kemih, sedangkan pH urine yang
sangat asam mungkin berhubungan dengan batu asam urat.
 Sitologi urine diperlukan untuk mencari kemungkinan adanya keganasan sel-
sel urotelial.
 IVP adalah pemeriksaan rutin yang dianjurkan pada setiap kasus hematuria &
sering digunakan untuk menentukan fungsi ekskresi ginjal. Umumnya,
menghasilkan gambaran terang saluran kemih dari ginjal sampai dengan
kandung kemih, asal faal ginjal memuaskan. Pemeriksaan ini dapat menilai
adanya batu saluran kemih, kelainan bawaan saluran kemih, tumor urotelium,
trauma saluran kemih, serta beberapa penyakit infeksi saluran kemih.
 USG berguna untuk menetukan letak dan sifat massa ginjal dan prostat (padat
atau kista), adanya batu atau lebarnya lumen pyelum, penyakit kistik,
hidronefrosis, atau urolitiasis ureter, kandung kemih dan uretra, bekuan darah
pada buli-buli/pielum, dan untuk mengetahui adanya metastasis tumor di
hepar. Ultrasonografi dari saluran kemih sangat berguna pada pasien dengan
hematuria berat, nyeri abdomen, nyeri pinggang, atau trauma. Jika hasil
penelitian awal ini tetap normal, disarankan dilakukan pemeriksaan kreatinin
dan elektrolit serum.
 Endoultrasonografi, yaitu ekografi transurethral sangat berguna untuk
pemeriksaan prostat dan buli-buli
 Arteriografi dilakukan bila ditemukan tumor ginjal nonkista untuk menilai
vaskularisasinya walaupun sering digunakan CT-Scan karena lebih aman dan
informative. Bagian atas saluran kemih dapat dilihat dengan cara uretrografi
retrograd atau punksi perkutan.
 Payaran radionuklir digunakan untuk menilai faal ginjal, misalnya setelah
obstruksi dihilangkan
 Pemeriksaan endoskopi uretra dan kandung kemih memberikan gambaran
jelas dan kesempatan untuk mengadakan biopsy
 Sistometrografi biasanya digunakan untuk menentukan perbandingan antara
isi dan tekanan di buli-buli
 Sistoskopi atau sisto-uretero-renoskopi (URS) dikerjakan jika pemeriksaan
penunjang di atas belum dapat menyimpulkan penyebab hematuria. (Wim de
Jong, dkk, 2004)

6. KOMPLIKASI
 Batu ginjal. Agar terhindar dari penyakit batu ginjal, Anda disarankan agar
meminum banyak air mineral, membatasi konsumsi garam, makanan yang
mengandung protein dan oksalat seperti bayam.
 Kanker ginjal. Untuk mencegah kanker ginjal, hentikan kebiasaan merokok,
mengendalikan berat badan, mengonsumsi makanan yang sehat dan teratur,
rajin berolahraga, serta jauhkan diri dari paparan bahan kimia beracun.
 Infeksi saluran kemih. Untuk mengurangi risiko terkena infeksi saluran
kemih, usahakan agar mengonsumsi air mineral dan buang air kecil saat
merasakan tekanan. Khusus untuk wanita, Anda wajib membersihkan organ
vital dari depan ke belakang setelah buang air kecil dan hindari penggunaan
produk pembersih area kewanitaan karena justru bisa menyebabkan iritasi di
organ vital Anda.
 Kanker kandung kemih. Berhenti merokok, menghindari paparan bahan
kimia, mengonsumsi banyak air mineral bisa membantu Anda dalam
mengurangi risiko terkenda kanker kandung kemih.

7. PENATALAKSANAAN
Tidak ada pengobatan spesifik untuk hematuria. Pengobatannya tergantung pada
penyebabnya:
 Infeksi saluran kemih, biasanya diatasi dengan antibiotik.
 Batu ginjal, dengan banyak minum. Jika batu tetap tidak keluar, dapat
dilakukan ESWL atau pembedahan.
 Pembesaran prostat, diatasi dengan obat-obatan atau pembedahan.
 Kanker, dilakukan pembedahan, untuk mengangkat jaringan kanker, atau
kemoterapi.

8. DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN INTERVENSI


 Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis
Intervensi
 Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi,
karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi
 Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
 Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan dukungan
 Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan,
pencahayaan dan kebisingan
 Kurangi faktor presipitasi nyeri
 Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi
 Ajarkan tentang teknik non farmakologi: napas dala, relaksasi, distraksi,
kompres hangat/ dingin
 Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri: ……...
 Tingkatkan istirahat
 Berikan informasi tentang nyeri seperti penyebab nyeri, berapa lama nyeri
akan berkurang dan antisipasi ketidaknyamanan dari prosedur
 Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian analgesik pertama kali
 Resiko infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan mekanisme pertahanan
primer
Intervensi
 Pertahankan teknik aseptif
 Batasi pengunjung bila perlu
 Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah tindakan keperawatan
 Gunakan baju, sarung tangan sebagai alat pelindung
 Ganti letak IV perifer dan dressing sesuai dengan petunjuk umum
 Gunakan kateter intermiten untuk menurunkan infeksi kandung kencing
 Tingkatkan intake nutrisi
 Berikan terapi antibiotik:.................................
 Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal
 Pertahankan teknik isolasi k/p
 Inspeksi kulit dan membran mukosa terhadap kemerahan, panas, drainase
 Monitor adanya luka
 Dorong masukan cairan
 Dorong istirahat
 Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan gejala infeksi
 Kaji suhu badan pada pasien neutropenia setiap 4 jam

 Resiko cedera berhubungan dengan penurunan Hb


Intervensi
 Sediakan lingkungan yang aman untuk pasien
 Identifikasi kebutuhan keamanan pasien, sesuai dengan kondisi fisik dan
fungsi kognitif pasien dan riwayat penyakit terdahulu pasien
 Menghindarkan lingkungan yang berbahaya (misalnya memindahkan
perabotan)
 Memasang side rail tempat tidur
 Menyediakan tempat tidur yang nyaman dan bersih
 Membatasi pengunjung
 Memberikan penerangan yang cukup
 Menganjurkan keluarga untuk menemani pasien.
 Mengontrol lingkungan dari kebisingan
 Berikan penjelasan pada pasien dan keluarga atau pengunjung adanya
perubahan status kesehatan dan penyebab penyakit.

 Cemas berhubungan dengan krisis situasional


Intervensi
 Gunakan pendekatan yang menenangkan
 Nyatakan dengan jelas harapan terhadap pelaku pasien
 Jelaskan semua prosedur dan apa yang dirasakan selama prosedur
 Temani pasien untuk memberikan keamanan dan mengurangi takut
 Berikan informasi faktual mengenai diagnosis, tindakan prognosis
 Libatkan keluarga untuk mendampingi klien
 Instruksikan pada pasien untuk menggunakan tehnik relaksasi
 Dengarkan dengan penuh perhatian
 Identifikasi tingkat kecemasan
 Bantu pasien mengenal situasi yang menimbulkan kecemasan
 Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan, ketakutan, persepsi
 Kelola pemberian obat anti cemas
9. DAFTAR PUSTAKA
Herdman, T.H. 2013. Diagnosis Keperawatan: Definisi dan Klasifikasi 2012-
2014. Jakarta: EGC.

Nurarif, A.H. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa


Medis & NANDA NIC-NOC. Yogyakarta : MediaAction.

Guyton and Hall. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC

Moore L Keith, Anne M. 2003. Anatomi klinis Dasar.Jakarta: Hipocrates

Setyohadi, Bambang (dkk). 2006. Ilmu penyakit Dalam (edisi keempat).


Jakarta.

Departememen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas


Indonesia
Sloane, Ethel. 2003. Anatomi dan fisiologi untuk pemula.Jakarta: EGC

Junqueir, Luiz carlos. 2007. Histologi Dasar teks dan atlas. Jakarta: EGC.

Purnomo, Basuki B. 2011. Dasar-Dasar Urologi.Jakarta: Sagung Seto

Silvia and Wilson. 2006. Patofisiologi, konsep klinis proses-proses penyakit.


Jakarta: EGC.
Banjarmasin, Februari 2019

Preseptor Akademik Ners Muda

Kristina Yuniarti, Ns., M.Kep Zahratun Nisa

Anda mungkin juga menyukai