Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENDAHULUAN CA.

OVARIUM

1. Review Konsep Anatomi Fisiologi Sistem Reproduksi Wanita


1.1 Sistem reproduksi wanita
Terdiri alat / organ eksternal dan internal, sebagian besar terletak dalam
rongga panggul. Eksternal (sampai vagina) : fungsi kopulasi
Internal : fungsi ovulasi, fertilisasi ovum, transportasi blastocyst, implantasi,
pertumbuhan fetus, kelahiran.
Fungsi sistem reproduksi wanita dikendalikan / dipengaruhi oleh hormon-
hormon gondaotropin / steroid dari poros hormonal thalamus –
hipothalamus – hipofisis–adrenal–ovarium. Selain itu terdapat organ/sistem
ekstragonad/ ekstragenital yang juga dipengaruhi oleh siklus reproduksi :
payudara, kulit daerah tertentu, pigmen dan sebagainya.

1.1.1 Genitalia Eksterna


a. Vulva
Tampak dari luar (mulai dari mons pubis sampai tepi perineum),
terdiri dari mons pubis, labia mayora, labia minora, clitoris,
hymen, vestibulum, orificium urethrae externum, kelenjar-kelenjar
pada dinding vagina
b. Mons pubis/mons veneris
Lapisan lemak di bagian anterior symphisis os pubis. Pada masa
pubertas daerah ini mulai ditumbuhi rambut pubis.
c. Labia mayora
Lapisan lemak lanjutan mons pubis ke arah bawah dan belakang,
banyak mengandung pleksus vena. Homolog embriologik dengan

1
skrotum pada pria. Ligamentum rotundum uteri berakhir pada
batas atas labia mayora. Di bagian bawah perineum, labia mayora
menyatu (pada commisura posterior).
d. Labia minora
Lipatan jaringan tipis di balik labia mayora, tidak mempunyai
folikel rambut. Banyak terdapat pembuluh darah, otot polos dan
ujung serabut saraf.
e. Clitoris
Terdiri dari caput/glans clitoridis yang terletak di bagian superior
vulva, dan corpus clitoridis yang tertanam di dalam dinding
anterior vagina.
f. Vestibulum
Daerah dengan batas atas clitoris, batas bawah fourchet, batas
lateral labia minora. Berasal dari sinus urogenital. Terdapat 6
lubang/orificium, yaitu orificium urethrae externum, introitus
vaginae, ductus glandulae Bartholinii kanan-kiri dan duktus Skene
kanan-kiri. Antara fourchet dan vagina terdapat fossa navicularis.
g. Introitus / orificium vagina
Terletak di bagian bawah vestibulum. Pada gadis (virgo) tertutup
lapisan tipis bermukosa yaitu selaput dara / hymen, utuh tanpa
robekan. Hymen normal terdapat lubang kecil untuk aliran darah
menstruasi, dapat berbentuk bulan sabit, bulat, oval, cribiformis,
septum atau fimbriae. Akibat coitus atau trauma lain, hymen dapat
robek dan bentuk lubang menjadi tidak beraturan dengan robekan
(misalnya berbentuk fimbriae). Bentuk himen postpartum disebut
parous.
h. Vagina
Rongga muskulomembranosa berbentuk tabung mulai dari tepi
cervix uteri di bagian kranial dorsal sampai ke vulva di bagian
kaudal ventral. Daerah di sekitar cervix disebut fornix, dibagi
dalam 4 kuadran : fornix anterior, fornix posterior, dan fornix
lateral kanan dan kiri. Vagina memiliki dinding ventral dan
dinding dorsal yang elastis. Dilapisi epitel skuamosa berlapis,
berubah mengikuti siklus haid. Fungsi vagina : untuk
mengeluarkan ekskresi uterus pada haid, untuk jalan lahir dan

2
untuk kopulasi (persetubuhan).
i. Perineum
Daerah antara tepi bawah vulva dengan tepi depan anus. Batas
otot-otot diafragma pelvis (m.levator ani, m.coccygeus) dan
diafragma urogenitalis (m.perinealis transversus profunda,
m.constrictor urethra).

1.1.2 Genitalia Interna

a. Uterus (rahim)
Suatu organ muskular berbentuk seperti buah pir, dilapisi
peritoneum (serosa).Selama kehamilan berfungsi sebagai tempat
implatansi, retensi dan nutrisi konseptus.Pada saat persalinan
dengan adanya kontraksi dinding uterus dan pembukaan serviks
uterus, isi konsepsi dikeluarkan.Terdiri dari corpus, fundus, cornu,
isthmus dan serviks uteri. Dinding rahim terdiri dari 3 lapisan
yaitu:
1) Lapisan serosa (lapisan peritoneum), di luar
2) Lapisan otot (lapisan miometrium)di tengah
3) Lapisan mukosa (endometrium) di dalam.
b. Pada kehamilan, persalinan dan nifas mengadakan Serviks uteri
(mulut rahim)
Bagian terbawah uterus, terdiri dari pars vaginalis (berbatasan /
menembus dinding dalam vagina) dan pars supravaginalis. Terdiri
dari 3 komponen utama: otot polos, jalinan jaringan ikat (kolagen

3
dan glikosamin) dan elastin. Bagian luar di dalam rongga vagina
yaitu portio cervicis uteri (dinding) dengan lubang ostium uteri
externum (luar, arah vagina) dilapisi epitel skuamokolumnar
mukosa serviks, dan ostium uteri internum (dalam, arah cavum).
Sebelum melahirkan (nullipara/primigravida) lubang ostium
externum bulat kecil, setelah pernah/riwayat melahirkan
(primipara/ multigravida) berbentuk garis melintang.Posisi serviks
mengarah ke kaudal-posterior, setinggi spina ischiadica.Kelenjar
mukosa serviks menghasilkan lendir getah serviks yang
mengandung glikoprotein kaya karbohidrat (musin) dan larutan
berbagai garam, peptida dan air.Ketebalan mukosa dan viskositas
lendir serviks dipengaruhi siklus haid.

c. Corpus uteri (batang/badan rahim)


Terdiri dari : paling luar lapisan serosa/peritoneum yang melekat
pada ligamentum latum uteri di intraabdomen, tengah lapisan
muskular/miometrium berupa otot polos tiga lapis (dari luar ke
dalam arah serabut otot longitudinal, anyaman dan sirkular), serta
dalam lapisan endometrium yang melapisi dinding cavum uteri,
menebal dan runtuh sesuai siklus haid akibat pengaruh hormon-
hormon ovarium. Posisi corpus intraabdomen mendatar dengan
fleksi ke anterior, fundus uteri berada di atas vesica urinaria.
Proporsi ukuran corpus terhadap isthmus dan serviks uterus
bervariasi selama pertumbuhan dan perkembangan wanita.

d. Ligamenta penyangga uterus


1) Ligamentum Latum
Terletak di kanan kiri uterus meluas sampai dinding rongga
panggul dan dasar panggul, seolah-olah menggantung pada
tuba.Ruangan antar kedua lembar dari lipatan ini terisi oleh
jaringan yang longgar disebut parametrium dimana berjalan
arteria, vena uterina pembuluh limpa dan ureter.
2) Ligamentum Rotundum (Ligamentum Teres Uteri)
Terdapat pada bagian atas lateral dari uterus, kaudal dari
insersi tuba, kedua ligamen ini melelui kanalis inguinalis

4
kebagian kranial labium mayus. Terdiri dari jaringan otot polos
dan jaringan ikat ligamen. Ligamen ini menahan uterus dalam
antefleksi. Pada saat hamil mengalami hypertrophi dan dapat
diraba dengan pemeriksaan luar.
3) Ligamentum Infundibulo Pelvikum (Ligamen suspensorium)
Ada 2 buah kiri kanan dari infundibulum dan ovarium, ligamen
ini menggantungkan uterus pada dinding panggul. Antara sudut
tuba dan ovarium terdapat ligamentum ovarii propium.
4) Ligamentum Kardinale (lateral pelvic ligament/Mackenrodt’s
ligament)
Terdapat di kiri kanan dari serviks setinggi ostium internum ke
dinding panggul.Ligamen ini membantu mempertahankan
uterus tetap pada posisi tengah (menghalangi pergerakan ke
kanan ke kiri) dan mencegah prolap.
5) Ligamentum Sakro Uterinum
Terdapat di kiri kanan dari serviks sebelah belakang ke sakrum
mengelilingi rektum.

e. Vaskularisasi uterus
1) Arteri uterina
Berasal dari arteria hypogastrica yang melalui ligamentum
latum menuju ke sisi uterus kira-kira setinggi OUI dan
memberi darah pada uterus dan bagian atas vagina dan
mengadakan anastomose dengan arteria ovarica.
2) Arteri ovarica
Berasal dari aorta masuk ke ligamen latum melalui ligamen
infundibulo pelvicum dan memberi darah pada ovarium, tuba
dan fundus uteri.Darah dari uterus dialirkan melalui vena
uterina dan vena ovarica yang sejalan dengan arterinya hanya
vena ovarica kiri tidak masuk langsung ke dalam vena cava
inferior, tetapi melalui vena renalis sinistra.

f. Salping / Tuba Falopii


Embriologik uterus dan tuba berasal dari ductus Mulleri.Sepasang
tuba kiri-kanan, panjang 8-14 cm, berfungsi sebagai jalan

5
transportasi ovum dari ovarium sampai cavum uteri. Dinding tuba
terdiri tiga lapisan : serosa, muskular (longitudinal dan sirkular)
serta mukosa dengan epitel bersilia. Terdiri dari pars interstitialis,
pars isthmica, pars ampularis, serta pars infundibulum dengan
fimbria, dengan karakteristik silia dan ketebalan dinding yang
berbeda-beda pada setiap bagiannya.

g. Ovarium
Organ endokrin berbentuk oval, terletak di dalam rongga
peritoneum, sepasang kiri-kanan.Dilapisi mesovarium, sebagai
jaringan ikat dan jalan pembuluh darah dan saraf.Terdiri dari
korteks dan medula.Ovarium berfungsi dalam pembentukan dan
pematangan folikel menjadi ovum (dari sel epitel germinal
primordial di lapisan terluar epital ovarium di korteks), ovulasi
(pengeluaran ovum), sintesis dan sekresi hormon-hormon steroid
(estrogen oleh teka interna folikel, progesteron oleh korpus luteum
pascaovulasi). Berhubungan dengan pars infundibulum tuba
Falopii melalui perlekatan fimbriae. Fimbriae “menangkap” ovum
yang dilepaskan pada saat ovulasi.
Fungsi ovarium adalah :
1) Mengeluarkan hormon estrogen dan progesterone
2) Mengeluarkan telur setiap bulan
Ovarium terfiksasi oleh ligamentum ovarii proprium,
ligamentum infundibulopelvicum dan jaringan ikat
mesovarium. Vaskularisasi dari cabang aorta abdominalis
inferior terhadap arteri renalis.

h. Vagina
Liang atau saluran yang menghubungkan vulva dan rahim, terletak
diantara kandung kencing dan rectum. Dinding depan vagina
panjangnya 7-9 cm dan dinding belakang 9-11 cm. dinding vagina
berlipat-lipat yang berjalan sirkuler dan disebut rugae, sedangkan
ditengahnya ada bagian yang lebih keras disebut kolumna
rugarum. Dinding vagina terdiri dari 3 lapisan yaitu : lapisan
mukosa yang merupakan kulit, lapisan otot dan lapisan jaringan

6
ikat. Berbatasan dengan serviks membentuk ruangan lengkung,
antara lain forniks lateral kanan kiri, forniks anterior dan posterior.
Bagian dari serviks yang menonjol ke dalam vagina disebut
portio.Suplai darah vagina diperoleh dari arteria uterina, arteria
vesikalis inferior, arteria hemoroidalis mediana san arteria
pudendus interna. Fungsi penting vagina adalah :
1) Saluran keluar untuk mengalirkan darah haid dan sekret lain
dari rahim
2) Alat untuk bersenggama
3) Jalan lahir pada waktu bersalin

1.2 Fisiologi sistem reproduksi wanita


Hormon Reproduksi pada wanita:
1.2.1 Hormon FSH yang berfungsi untuk merangsang pertumbuhan sel-sel
folikel sekitar sel ovum
1.2.2 Hormon Estrogen yang berfungsi merangsang sekresi hormone LH.
1.2.3 Hormon LH yang berfungsi merangsang terjadinya ovulasi (yaitu
proses pematangan sel ovum).
1.2.4 Hormon progesteron yang berfungsi untuk menghambat sekresi FSH
dan LH

2. Konsep Ca Ovarium
2.1 Definisi Ca ovarium
Kanker ovarium merupakan tumor dengan histiogenesis yang beraneka
ragam, dapat berasal dari ketiga (3) dermoblast (ektodermal, endodermal,
mesodermal) dengan sifat-sifat histiologis maupun biologis yang beraneka
ragam (Smeltzer & Bare, 2002).

Kanker ovarium adalah kanker yang terjadi ketika sel-sel pada ovarium
berubah dan tumbuh tidak terkendali (DHCS dan CDPH, 2013).

Kanker ovarium adalah kanker yang tumbuh pada indung telur atau ovarium.
Penyakit ini menduduki posisi ke tujuh diantara jenis-jenis kanker yang
paling umum menyerang wanita (www.alodokter.com)

7
Terdapat pada usia peri menopause kira-kira 60%, dalam masa reproduksi
30% dan 10% terpadat pada usia yang jauh lebih muda. Tumor ini dapat
jinak (benigna), tidak jelas jinak tapi juga tidak jelas / pasti ganas (borderline
malignancy atau carcinoma of low – maligna potensial) dan jelas ganas (true
malignant) (Priyanto, 2007).

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa Ca ovarium adalah kanker


yang terjadi pada indung telur atau ovarium yang disebabkan karena sel-sel
pada ovarium berubah dan tumbuh tidak terkendali, kira-kira 60% terdapat
pada usia peri menopause 30% dalam masa reproduksi dan 10% usia jauh
lebih muda.
Tahap-tahap kanker ovarium (Price, 2002) :
a. Stadium I : Pertumbuhan terbatas pada ovarium
b. Stadium II : Pertumbuhan mencakup satu atau kedua ovarium dengan
perluas pelvis.
c. Stadium III : Pertumbuhan mencakup satu atau kedua ovarium dengan
metastasis diluar pelvis atau nodus inguinal atau retro peritoneal positif.
d. Stadium IV : Pertumbuhan mencakup satu / kedua ovarium dengan
metastasis jauh.

2.2 Etiologi
Menurut Hidayat (2009) Ovarium terletak di kedalaman rongga pelvis. Bila
timbul kanker, biasanya tanpa gejala pada awalnya sehingga sulit ditemukan,
membuat diagnosis tertunda. Ketika lesi berkembang dan timbul gejala,
sering kali sudah bukan stadium dini. Maka terdapat 60-70% pasien kanker
ovarium saat didiagnosis sudah terdapat metastasis di luar ovarium.
Penyebab kanker ovarium hingga kini belum jelas, tapi faktor lingkungan
dan hormonal berperan penting dalam patogenesisnya. Akan tetapi banyak
teori yang menjelaskan tentang etiologi kanker ovarium, diantaranya:
a. Hipotesis incessant ovulation, Teori menyatakan bahwa terjadi kerusakan
pada sel-sel epitel ovarium untuk penyembuhan luka pada saat terjadi
ovulasi. Proses penyembuhan sel-sel epitel yang terganggu dapat
menimbulkan proses transformasi menjadi sel-sel tumor.
b. Hipotesis androgen, Androgen mempunyai peran penting dalam
terbentuknya kanker ovarium. Hal ini didasarkan pada hasil percobaan

8
bahwa epitel ovarium mengandung reseptor androgen. Dalam percobaan
in-vitro, androgen dapat menstimulasi pertumbuhan epitel ovarium
normal dan sel-sel kanker ovarium.

Ada beberapa factor-faktor risiko yang dapat menyebabkan Ca ovarium


antara lain :
a. Diet tinggi lemak
b. Merokok
c. Alkohol
d. Riwayat kanker mammae, kolon, atau endometrium
e. Riwayat keluarga dengan ca mammae, atau ovarium
f. Nulipara atau tidak mempunyai anak
g. Menstruasi dini

2.3 Manisfestasi klinik


Kanker ovarium tidak menimbulkan gejala pada waktu yang lama. Gejala
umumnya sangat bervariasi dan tidak spesifik.
2.3.1 Stadium Awal
a. Gangguan haid
b. Konstipasi (pembesaran tumor ovarium menekan rectum).
c. Sering berkemih (tumor menekan vesika urinaria).
d. Nyeri spontan panggul (pembesaran ovarium).
e. Nyeri saat bersenggama (penekanan / peradangan daerah panggul).
f. Melepaskan hormon yang menyebabkan pertumbuhan berlebihan
pada
g. lapisan rahim, pembesaran payudara atau peningkatan
pertumbuhan rambut.

2.3.2 Stadium Lanjut


a. Asites
b. Penyebaran ke omentum (lemak perut)
c. Perut membuncit
d. Kembung dan mual
e. Gangguan nafsu makan
f. Gangguan BAB dan BAK

9
g. Sesak nafas
h. Dyspepsia

2.4 Patofisiologi
Tumor ganas ovarium diperkirakan sekitar 15-25% dari semua tumor
ovarium. Dapat ditemukan pada semua golongan umur, tetapi lebih sering
pada usia 50 tahun ke atas, pada masa reproduksi kira-kira separuh dari itu
dan pada usia lebih muda jarang ditemukan. Faktor predisposisi ialah tumor
ovarium jinak. Pertumbuhan tumor diikuti oleh infiltrasi, jaringan sekitar
yang menyebabkan berbagai keluhan samar-samar. Kecenderungan untuk
melakukan implantasi dirongga perut merupakan ciri khas suatu tumor ganas
ovarium yang menghasilkan asites (Brunner dan Suddarth, 2002).

Banyak tumor ovarium tidak menunjukkan tanda dan gejala, terutama tumor
ovarium kecil. Sebagian tanda dan gejala akibat dari pertumbuhan, aktivitas
hormonal dan komplikasi tumor-tumor tersebut.
2.4.1 Akibat Pertumbuhan
Adanya tumor di dalam perut bagian bawah bisa menyebabkan
pembesaran perut, tekanan terhadap alat sekitarnya, disebabkan oleh
besarnya tumor atau posisinya dalam perut. Selain gangguan miksi,
tekanan tumor dapat mengakibatkan konstipasi, edema, tumor yang
besar dapat mengakibatkan tidak nafsu makan dan rasa sakit.
2.4.2 Akibat aktivitas hormonal
Pada umumnya tumor ovarium tidak menganggu pola haid kecuali jika
tumor itu sendiri mengeluarkan hormon.
2.4.3 Akibat Komplikasi
a. Perdarahan ke dalam kista : Perdarahan biasanya sedikit, kalau
tidak sekonyong-konyong dalam jumlah banyak akan terjadi
distensi dan menimbulkan nyeri perut.
b. Torsi : Torsi atau putaran tangkai menyebabkan tarikan melalui
ligamentum infundibulo pelvikum terhadap peritonium parietal
dan menimbulkan rasa sakit.
c. Infeksi pada tumor

10
Infeksi pada tumor dapat terjadi bila di dekat tumor ada tumor
kuman patogen seperti appendicitis, divertikalitis, atau salpingitis
akut.
d. Robekan dinding kista
Robekan pada kista disertai hemoragi yang timbul secara akut,
maka perdarahan dapat sampai ke rongga peritonium dan
menimbulkan rasa nyeri terus menerus.
e. Perubahan keganasan
Dapat terjadi pada beberapa kista jinak, sehingga setelah tumor
diangkat perlu dilakukan pemeriksaan mikroskopis yang seksama
terhadap kemungkinan perubahan keganasan (Wiknjosastro,1999).

11
2.5 Pathway
Hipotesis incessant ovulation, hipotesis androgen, Diet tinggi
lemak, merokok, alcohol, riwayat kanker mammae, kolon, atau
endometrium, riwayat keluarga dengan ca mammae, atau
ovarium, nulipara atau tidak mempunyai anak dan menstruasi dini

Poliferasi kista Rangsangan estrogen meningkat kista Induksi epitel stoma

Maligna Pembesaran massa Metastase jaringan sekitar Penurunan fungsi


organ

Kompresi Ca ovarium
Nyeri
serabut saraf
Penurunan pola
seksual

Lheukore Senggama Metastase kelenjar limfe

Sekresi berlebihan Pembesaran kelenjar limfe


berbau
Jaringan serviks Dispareunia
rapuh
Nyeri

Perdarahan pasca
caitus

Kemoterapi / terapi radiasi

Sistem Pencernaan Sistem Perkemihan Sistem Integumen Sistem Hematologi

Mual, muntah, mulut Rambut rontok, kulit Merusak sumsum


Gangguan eliminasi
kering kering. tulang
urin. Retensio/
Inkontinensia urin Kulit menghitam
Resiko nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh Gangguan aktivitas
HDR

Intrake cairan berlebih

Defisit volum cairan

(Wiknjosastro, 2006)

12
2.6 Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi yaitu :
a. Asites
Kanker ovarium dapat bermetastasis dengan invasi langsung ke
strukturstruktur yang berdekatan pada abdomen dan panggul dan melalui
penyebaran benih tumor melalui cairan peritoneal ke rongga abdomen
dan rongga panggul.
b. Efusi Pleura
Dari abdomen, cairan yang mengandung sel-sel ganas melalui saluran
limfe menuju pleura.

Komplikasi lain yang dapat disebabkan pengobatan adalah :


a. Infertilitas adalah akibat dari pembedahan pada pasien menopause
b. Mual, muntah dan supresi sumsum tulang akibat kemoterapi. Dapat juga
muncul maaslah potensial ototoksik, nefroktoksik, neurotoksi.
c. Penyakit berulang yang tidak terkontrol dikaitkan dengan obstruksi usus,
asites fistula dan edema ekstremitas bawah

2.7 Prognosis
Kanker ovarium adalah tumor ganas ginekologi yang tidak mempunyai
gejala klinis yang patognomonis dan akan berkembang secara diam-diam di
dalam tubuh wanita hingga pada suatu waktu menimbulkan keluhan.
Keluhan dapat berupa gangguan akibat desakan massa tumor pada organ-
organ pelvis, atau akibat penyebaran kanker ke daerah rongga perut, hepar,
usus, ginjal, omentum dan diafragma. Perkembangan secara diam-diam ini
menyebabkan angka harapan hidup 5 tahun penderita kanker ovarium cukup
rendah dibandingkan kanker ginekologik lainnya (Berek, 2002).

Beberapa faktor yang mempengaruhi angka harapan hidup 5 tahun penderita


kanker ovarium adalah stadium penyakit, jenis histopatologi, terapi yang
diberikan, residu tumor dan usia. Angka harapan hidup 5 tahun untuk kanker
stadium I dan II adalah 95% dan untuk stadium III dan IV adalah 31%.
Secara keseluruhan, angka harapan hidup 5 tahun penderita kanker ovarium
adalah 53% . Angka harapan hidup ini berbeda jika dilihat menurut umur
penderita. Penderita dengan usia kurang dari 50 tahun adalah sekitar 40%

13
(secara keseluruhan), sedangkan untuk penderita dengan usia lebih dari 50
tahun adalah 15%. The National Cancer Institutes, menyebutkan bahwa
angka harapan hidup 5 tahun penderita kanker ovarium juga tergantung dari
derajat diferensiasi sel tumor serta jenis histopatologinya (Sloan, 2003).

2.8 Penanganan medis


2.8.1 Pembedahan
Merupakan pilihan utama, luasnya prosedur pembedahan ditentukan
oleh insiden dan seringnya penyebaran ke sebelah yang lain (bilateral)
dan kecenderungan untuk menginvasi korpus uteri.
2.8.2 Biopsi
Dilakukan di beberapa tempat yaitu omentum, kelenjar getah lambung
untuk mendukung pembedahan.
2.8.3 Second look Laparotomi
Untuk memastikan pemasantan secara radioterapi atau kemoterapi
lazim dilakukan laparotomi kedua bahkan sampai ketiga.
2.8.4 Kemoterapi
Merupakan salah satu terapi yang sudah diakui untuk penanganan
tumor ganas ovarium. Sejumlah obat sitestatika telah digunakan
termasuk agens alkylating seperti itu (cyclophasphamide,
chlorambucil) anti metabolic seperti : Mtx / metrotrex xate dan 5
fluorouracit / antibiotikal (admisin).
2.8.5 Penanganan lanjut
a. Sampai satu tahun setelah penanganan, setiap 2 bulan sekali
b. Sampai 3 bulan setelah penanganan, setiap 4 bulan
c. Sampai 5 tahun penanganan, setiap 6 bulan
d. Seterusnya tiap 1 tahun sekali

3. Rencana Asuhan Klien dengan Ca Ovarium


3.1 Pengkajian
3.1.1 Identitas
Nama, jenis kelamin, umur, status perkawinan, agama, suku bangsa,
pendidikan, bahasa yang digunakan, pekerjaan alamat.
3.1.2 Riwayat penyakit sekarang, dahulu dan keluarga
a. Penyakit sekarang

14
Pengembangan dari pengkajian PQRST.
b. Penyakit dahulu
Penyakit yang pernah dialami dimasa anak-anak, penyakit kronis
pada masa dewasa, riwayat infertilitas, penyakit gangguan
metabolism/nutrisi, penggunaan obat-obatan radiasi yang lama,
peradangan panggul, rupture appendik peritonitis.
c. Penyakit keluarga
DM, kardiovaskuler, kehamilan kembar, kanker, gangguan genitik,
congenital.
3.1.3 Pemeriksaan fisik
Yaitu suatu kegiatan mengumpulkan dan mengorganisasikan data
yang dikumpulkan dari berbagai sumber dan merupakan dasar untuk
tindakan dan keputusan yang diambil pada tahap-tahap selanjutnya.
Adapun pengkajiannya meliputi :
a. Aktivitas dan Istirahat
Gejala : Kelemahan / keletihan. Perubahan pada pola istirahat dan
jam kebiasaan tidur pada malam hari, adanya factor-faktor yang
memepengaruhi tidur missal, nyeri, ansietas, berkeringat malam.
b. Sirkulasi
Gejala : Palpitasi, nyeri dada pada pengeragan kerja.
Tanda : Perubahan pada TD.
c. Integritas ego
Gejala : Faktor stress (keuangan, pekerjaan, perubahan peran) dan
cara mengatasi stress (missal, merokok, minum alcohol, menunda
mencari pengobatan, keyakinan religius/spiritual).
Tanda : Menyangkal, menarik diri, marah.
d. Eliminasi
Gejala : Perubahan pada pola defekasi missal, darah pada feses,
nyeri pada defekasi. Perubahan pada eliminasi urinarius masal,
nyeri atau rasa terbakar pada saat berkemih, hematuria, sering
berkemih.
Tanda : Perubahan pada bising usus, disensi abdomen.
e. Makanan / cairan

15
Gejala : Kebiasaan diet buruk (missal, rendah serat, tinggi lemak,
aditif bahan pengawet). Anoreksia, mual/muntah. Perubahan pada
berat badan, penurunan berat badan,berkurangnya masa otot.
Tanda : Perubahan pada kelembaban/turgor kulit, edema.
f. Neurosensori
Gejala : Pusing, sinkope.
g. Nyeri / kenyamanan
Gejala : Tidak ada nyeri/derajat bervariasi missal,
ketidaknyamanan ringan sampai nyeri berat.
h. Pernafasan
Gejala : Merokok (Tembakau, hidup dengan seseorang yang
merokok, pemajanan asbes).
i. Keamanan
Gejala : Pemajana pada kimia toksik, karsinogen.
Tanda : Demam, ruam kulit, ulserasi.
j. Seksualitas
Gejala : Masalah seksual misalnya, dampak pada hubungan,
perubahan pada tingkat kepuasan.
Nuligravida lebih besar dari usia 30 tahun
Multigravida, pasangan seks multiple, aktivitas seksual dini,
herpes genital.
k. Interaksi social
Gejala : Ketidakeadekuatan/kelemahan system pendukung.
Riwayat perkawinan ( berkenaan dengan kepuasan di rumah,
dukungan/bantuan) Masalah tentang fungsi / tanggung jawab
peran. (Doenges, 2001)

3.1.4 Pemeriksaan penunjang


a. Pemeriksaan darah lengkap.
b. Pemeriksaan kimia darah.
c. Serum HCG
d. Alifa fetoprotein
e. Analisa air kemih
f. Pemeriksaan saluran pencernaan
g. Laparatomi

16
h. CT scan dan MRI perut
i. Pemeriksaan panggul.
j. Pemeriksaan USG
k. Pembedahan
l. CA 125 tes darah.

3.2 Diagnosa Keperawatan yang Mungkin Muncul


Diagnosa 1 : nyeri kronis
3.2.1 Definisi
Pengalaman sensori dan emosi yang tidak menyenangkan akibat
adanya kerusakan jaringan yang actual dan potensial, atau
digambarkan dengan istilah seperti (Internasional Association for the
Study of Pain); awitan yang tiba-tiba perlahan dengan intensitas ringan
sampai berat dengan akhir yang dapat diantisipasi atau dapat
diramalkan dan durasinya lebih dari dari enam bulan.
3.2.2 Batasan karakteristik
a. Mengungkapkan secara verbal atau melaporkan (nyeri) dengan
isyarat atau ekspresi wajah
b. Depresi
c. Keletihan
d. Anoreksia
e. Bukti nyeri dengan menggunakan standar daftar periksa nyeri
untuk pasien yang tidak dapat mengungkapkannya.
f. Focus pada diri sendiri
g. Hambatan kemampuan meneruskan aktivitas selanjutnya.
h. Perubahan pola tidur
i. Laporan terhadap prilaku nyeri
3.2.3 Faktor yang berhubungan
Proses penyakit (kompresi / destruksi, jaringan saraf, infiltrasi saraf,
obstruksi jaringan saraf, inflamasi)

Diagnosa 2 : gangguan eliminasi urin


3.2.4 Definisi
Disfungsi eliminasi urin
3.2.5 Batasan karakteristik

17
a. Anyang-anyangan
b. Disuria
c. Dorongan berkemih
d. Inkontinensia urin
e. Nokturia
f. Retensi urine
g. Sering berkemih
3.2.6 Faktor yang berhubungan
penekanan pada kandung kemih dan rectum

3.3 Perencanaan
Diagnosa 1 : nyeri kronis
3.3.1 Tujuan dan kriteria hasil (NOC)
Setelah dilakukan tindakan keperawatan, nyeri pasien dapat berkurang
dengan criteria hasil sebagai berikut :
a. Keluhan nyeri berkurang
b. Skala berkurang (0-2)
c. Pasien tanpak rileks

3.3.2 Intervensi keperawatan dan rasional (NIC)


a. Pengkajian
1) Kaji dan dokumentasikan efek jangka panjang penggunaan
obat.
Rasional : dengan mengkaji dan dokumentasikan efek jangka
panjang penggunaan obat perawat dapat memantau dan
menentukan prognosis penyakit yang mungkin terjadi.
2) Pantau tingkat kepuasan pasien terhadap manajemen nyeri
pada interval tertentu.
Rasional : membantu perawat menentukan keepektifan
manajemen nyeri yang sudah diterapan pada pasien.
3) Tentukan dampak pengalaman nyeri terhadap kualitas hidup
4) Rasional : nyeri yang berat atau tidak tertahankan dapat
berdampak negatif pada kualitas hidup pasien.
b. Penyuluhan pada pasien/keluarga

18
Beri tahu bahwa peredaan nyeri secara total tidak akan dapat
dicapai
Rasional : informasi tepat yang diberikan kepada pasien diperlukan
agar pasien mengetahui kemungkinan yang dapat terjadi
c. Kolaboratif
Pertimbangkan rujukan untuk pasien, keluarga, dan orang terdekat
pasien ke kelompok pendukung atau sumber-sumber lain, jika
perlu
Rasional : rujukan ke kelompok pendukung atau sumber-sumber
lain dapat membantu pasien atau keluarga untuk lebih menerima
penyakitnya dan memaknai hidupnya.
d. Mandiri
1) Tawarkan tindakan meredakan nyeri untuk membantu
pengobatan nyeri.
Rasional : manajemen nyeri dapat digunakan sebagai salah satu
cara meredakan nyeri secara nonfarmakologi.
2) Bantu pasien mengidentifikasi tingkat nyeri yang logis
Rasional :membantu pasien agar mengekspresikan nyeri secara
tidak berlebihan.
3) Tingkatkkan istirahat dan tidur yang adekuat untuk
memfasilitasi peredaan nyeri
Rasional : istirahat dan tidur yang adekuat dapat meningkatkan
relaksasi pasien

Diagnosa 2 : gangguan eliminasi urine


3.3.3 Tujuan dan kriteria hasil (NOC)
Setelah dilakukan tindakan keperawatan dalam 1-3 kali 24 jam
gangguan eliminasi urine pasien dapat diatasi, dengan kriteria hasil
sebagai berikut :
Pasien dapat mengosongkan kandung kemih pada setiap berkemih
serta pola defikasi yang optimal
3.3.4 Intervensi keperawatan dan rasional
a. Kaji fungsi urinarius, perhatikan frekuensi dan jumlah berkemih
per hari dan perasaan kandung kemih penuh.

19
Rasional : Berkemih harus dalam jumlah sedang untuk dapat
dikatakan cukup.
b. Diskusikan kebutuhan dan penggantian cairan normal.
Rasional : 6-8 gelas cairan per hari membantu mencegah statis.
c. Perhatikan riwayat trauma kandung kemih.
Rasional : Faktor-faktor ini memperberat infeksi akibat perubahan
pada pola eliminasi.
d. Anjurkan klien untuk rendam duduk (dalam air hangat) atau
menggunakan mandi pancuran hangat bila ia sulit berkemih.
Rasional : Air hangat yang dialirkan di atas tubuh atau relaksasi
perineum dan uretra memudahkan berkemih.
e. Evaluasi sifat dan beratnya masalah yang berkenaan dengan
defekasi.
Rasional : Membantu menetukan kebutuhan-kebutuhan individu
dan memilih intervensi yang tepat.
f. Tentukan metode-metode yang digunakan untuk memperbaiki
konstipasi.
Rasional : Setiap upaya harus di buat untuk menggunakan diet
dan latihan untuk meningkatkan fungsi usus.
g. Tinjau ulang masukan diet dan cairan, anjurkan peningkatan
masukan cairan, buah-buahan dan sayur-sayuran.
Rasional : Merangsang peristaltic, menurunkan absorbsi air
berlebihan dari bahan fecal, sehingga meningkatkan feses yang
lebih lunak.
h. Catat adanya hemoroid/perdarahan.
Rasional : Perdarahan atau nyeri hemoroid dapat meningkatkan
kemungkinan bahwa klien akan menunda defekasi yang akan
memperberat konstipasi dan feses kering dan cairan lebih banyak
di absorbsi dari feses.

20
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. 2001. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. EGC: Jakarta

California Department of Health Care Services & California Department of Public


Health. 2013. Cancer of the Ovaries. California

Wilkinson, J.M. Ahern, N.R., 2011. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 9.
Jakarta : EGC

Wiknjosastro, H. 2006. Ilmu Kebidanan Edisi Ketiga. Jakarta : YBP : SP

www.alodokter.com, diakses pada tanggal 25 Desember 2016.

21

Anda mungkin juga menyukai