Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN DAN STRATEGI PELAKSANAAN

TINDAKAN KEPERAWATAN

HALUSINASI

I. Pengertian
Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa diman klien mengalami
perubahan persepsi sensori. Halusinasi adalah penyerapan tanpa adanya
rangsang apapun pada panca indra sesorang pasien yang terjadi dalam
keadaan sadar atau bangun, dasarnya mungkin organik, psikotik ataupun
histerik (Maramis, 1994). Halusinasi merupakan gangguan persepsi dimana
klien mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi. Halusinasi
adalah suatu penghayatan yang dialami seperti suatu persepsi melalui panca
indra tanpa stimuli ekstern; persepsi palsu (Lubis, 1993).
Berikut akan dijelaskan mengenai ciri-ciri yang objektif dan subjektif pada
klien dengan halusinasi

Jenis Halusinasi Data Objektif Data Subjektif


Halusinasi Dengar  Bicara atau tertawa  Mendengar suara-suara
(klien mendengar suara atau sendiri atau kegaduhan
bunyi yang tidak ada  Marah-marah tanpa  Mendengar suara yang
hubungannya dengan sebab mengajak bercakap-cakap
stimulus yang nyata atau  Mendekatkan telinga ke  Mendengar suara
lingkungan) arah tertentu menyuruh melakukan
 Menutup telinga sesuatu yang berbahaya
Halusinasi penglihatan  Menunjuk-nunjuk ke Melihat bayangan, sinar,
(klien melihat gambaran arah tertentu bentuk geometris, kartun,
yang jelas atau samar  Ketakutan pada sesuatu melihat hantu, atau monster.
terhadap adanya stimulus yang tidak jelas
yang nyata dari lingkungan
dan orang lain tidak
melihatnya).
Halusinasi penciuman  Mengendus-endus Membaui bau-bauan seperti
(klien mencium suatu bau seperti sedang membaui bau darah, urine, feses, dan
yang muncul dari sumber bau-bauan tertentu terkadang bau-bau tersebut
tertentu tanpa stimulus yang  Menutup hidung menyenangkan bagi klien.
nyata)
Halusinasi pengecapan  Sering meludah Merasakan rasa seperti
(klien merasakan sesuatu  Muntah darah, urine, atau feses.
yang tidak nyata, biasanya
merasakan rasa makanan
yang tidak enak)

1
Halusinasi perabaan  Menggaruk-garuk  Mengatakan ada serangga
(klien merasakan sesuatu permukaan kulit. di permukaan kulit
pada kulitnya tanpa ada  Merasa seperti tersengat
stimulus yang nyata) listrik.
Halusinasi Kinestetik Memegang kakinya yang Mengatakan badannya
(klien merasa badannya dianggapnya bergerak melayang di udara.
bergerak dalam suatu sendiri.
ruangan atau anggota
badannya bergerak).
Halusinasi Viseral Memegang badannya yang Mengatakan perutnya
(perasaan tertentu timbul). dianggapnya berubah menjadi mengecil setelah
bentuk dan tidak normal minum soft drink.
seperti biasanya.

II. Faktor Predisposisi


Faktor predisposisi adalah faktor risiko yang mempengaruhi jenis dan
jumlah sumber yang dapat dibangkitkan oleh individu untuk mengatasi
stress. Diperoleh baik dari klien maupun keluarganya. Faktor predisposisi
dapat meliputi factor perkembangan, sosiokultural, biokimia, psikologis,
dan genetik.
2.1 Faktor Perkembangan
Jika tugas perkembangan mengalami hambatan dan hubungan
interpersonal terganggu, maka individu akan mengalami stress dan
kecemasan.
2.2 Faktor Sosiokultural
Berbagai factor di masyarakat dapat menyebabkan seseorang merasa
disingkirkan, sehingga orang tersebut merasa kesepian di lingkungan
yang membesarkannya.
2.3 Faktor Biokimia
Mempunyai pengaruh terhadap terjadinya gangguan jiwa. Jika
seseorang mengalami stress yang berleihan, maka di dalam tubuhnya
akan dihasilkan suatu zat yang dapat bersifat halusinogenik
nuorokimia seperti buffofenon dan dimethytranferase (DMP).
2.4 Faktor Psikologis
Hubungan interpersonal yang tidak harmonis serta adanya peran
ganda bertentangan yang sering diterima oleh seseorang akan

2
mengakibatkan stress dan kecemasan yang tinggi dan berakhir pada
gangguan orientasi realitas.
2.5 Faktor Genetik
Gen yang berpengaruh dalam skizofrenia belum diketahui, tetapi hasil
studi menunjukkan bahwa factor keluarga menunjukkan hubungan
yang sangat berpengaruh pada penyakit ini.

III. Faktor Presipitasi


Faktor presipitasi yaitu stimulus yang dipersepsikan oleh individu sebagai
tantangan, ancaman, atau tuntutan yang memerlukan energy ekstra untuk
menghadapinya. Adanya rangsangan dari lingkungan, seperti partisipasi
klien dalam kelompok, terlalu lama tidak diajak berkomunikasi, objek yang
ada di lingkungan, dan juga suasana sepi atau terisolasi sering menjadi
pencetus terjadinya halusinasi. Hal tersebut dapat meningkatkan stress dan
kecemasan yang merangsang tubuh mengeluarkan zat halusinogenik.

IV. Manifestasi Klinis/Tanda gejala


Perilaku yang dapat
Tahap Ciri-ciri
diobservasi
Comforting Klien yang berhalusinasi mengalami  Tersenyum lebar,
Halusinasi emosi yang intense seperti cemas, menyeringai tetapi
menyenangkan, Cemas kesepian, rasa bersalah, dan takut dan tampak tidak tepat
ringan mencoba untuk berfokus pada pikiran  Menggerakan bibir
yang menyenangkan untuk tanpa membuat suara
menghilangkan kecemasan. Seseorang  Pergerakan mata yang
mengenal bahwa pikiran dan cepat
pengalaman sensori berada dalam  Respon verbal yang
kesadaran control jika kecemasan lambat seperti asyik
tersebut bisa dikelola.  Diam dan tampak asyik
Comdemning Penngalaman sensori menjijikan dan  Ditandai dengan
Halusinasi menjijikan, menakutkan. Klien yang berhalusinasi peningkatan kerja
Cemas sedang mulai merasa kehilangan control dan system saraf autonomic
mungkin berusaha menjauhkan diri, yang menunjukan
serta merasa malu dengan adanya kecemasan misalnya
pengalaman sensori tersebut dan terdapat peningkatan
menarik diri dari orang lain. nadi, pernafasan dan
tekanan darah.
 Rentang perhatian
menjadi sempit
 Asyik dengan
penngalaman sensori

3
dan mungkin kehilangan
kemampuan untuk
membedakan halusinasi
dengan realitas.
Controlling Klien yang berhalusinasi menyerah  Arahan yang diberikan
Pengalaman sensori untuk mencoba melawan halusinasi tidak hanya
berkuasa, Cemas berat pengalaman halusinasinya. Isi dijadikan objek saja oleh
halusinasi bisa menjadi klien tetapi mungkin
menarik/meimkat. Seseorang akan diikitu/dituruti
mungkin mengalami kesepian jika  Klien mengalami
pengalaman sensori berakhir. kesulitan berhubungan
dengan orang lain
 Rentang perhatian hanya
dalam beberapa detik
atau menit
 Tampak tanda
kecemasan berat seperti
berkeringat, tremor,
tidak mampu mengikuti
perintah.
Conquering Pengalaman sensori bisa  Perilakku klien tampak
Melebur dalam mengancam jika klien tidak seperti dihantui terror
pengaruh halusinasi, mengikuti perintah dari halusinasi. dan panic
Panic Halusinasi mungkin berakhir  Potensi kuat untuk
dalam waktu empat jam atau sehari bunuh diri dan
bila tidak ada intervensi terapeutik membunuh orang lain
 Aktifitas fisik yang
digambarkan klien
menunjukan isi dari
halusinasi misalnya
klien melakukan
kekerasan, agitasi,
menarik diri atau
katatonia
 Klien tidak dapat
berespon pada arahan
kompleks
 Klien tidak dapat
berespon pada lebih dari
satu orang

4
Pohon Masalah
Effect Risiko Tinggi Perilaku Kekerasan

Perubahan persepsi sensori:


halusinasi
Care Problem
Causa Isolasi Sosial

Harga Diri Rendah Kronis

V. Proses Keperawatan
5.1 Pengkajian
Subjektif:
 Klien mengatakan mendengar sesuatu
 Klien mengatakan melihat bayangan putih
 Klien mengatakan dirinya seperti disengat listrik
 Klien mencium bau-bauan yang tidak sedap, seperti feses
 Klien mengatakan kepalanya melayang di udara
 Klien mengatakan dirinya merasakan ada sesuatu yang berbeda
pada dirinya.
Objektif:
 Klien terlihat bicara atau tertawa sendiri saat dikaji
 Bersikap seperti mendengarkan sesuatu
 Berhenti bicara di tengah-tengah kalimat untuk mendengarkan
sesuatu
 Disorientasi
 Konsentrasi rendah
 Pikiran cepat berubah-ubah
 Kekacauan alur pikiran

5
5.2 Diagnosis Keperawatan
Perubahan Sensori Persepsi: halusinasi

6.3 Rencana Tindakan Keperawatan


Tujuan tindakan untuk klien adalah sebagai berikut:
 Klien dapat mengenal halusinasi yang dialaminya
 Klien dapat mengontrol halusinasinya
 Klien mengikuti program pengobatan secara optimal
Tindakan Keperawatan
1. Membantu klien mengenal halusinasi
Dalam membantu klien mengenal halusinasinya, perawat dapat
berdiskusi dengan klien tentang isi halusinasi (apa yang didengar,
dilihat atau dirasa), waktu terjadi halusinasi, frekuensi terjadinya
halusinasi, situasi yang menyebabkan terjadinya halusinasi, dan
respon klien saat halusinasi itu muncul.
2. Melatih klien mengontrol halusinasi
a. Menghardik halusinasi
 Menjelaskan cara menghardik halusinasi
 Memperagakan cara menghardik
 Meminta klien memperagakan ulang
 Memantau penerapan cara, menguatkan perilaku klien.
b. Bercakap-cakap dengan orang lain
Bercakap-cakap dengan orang lain dapat membantu mengontrol
halusinasi, ketika klien bercakap-cakap dengan orang lain terjadi
distraksi yaitu focus perhatian klien akan beralih dari halusinasi
ke percakapan yang dilakukan dengan orang lain. Anjurkan atau
ingatkan kepada klien bahwa ketika waktu-waktu yang
diperkirakan sebagai waktu halusinasi tersebut muncul maka
kien diharapkan langsung mencari teman untuk bercakap-cakap.

6
c. Melakukan aktivitas yang terjadwal
 Menjelaskan pentingnya aktivitas yang teratur untuk
mengatasi halusinasi
 Mendiskusikan aktivitas yang biasa dilakukan klien
 Melatih klien melakukan aktivitas
 Menyusun jadwal aktivitas sehari-hari sesuai dengan aktivitas
yang telah dilatih. Upayakan agar klien memiliki aktivitas
muali dari bangun pagi sampai dengan tidur malam.
d. Minum obat secara teratur
 Jelaskan kegunaan obat
 Jelaskan akibat putus obat
 Jelaskan cara mendapatkan obat/berobat

VI. Strategi Pelaksanaan


SP PASIEN SP KELUARGA
Pertemuan 1 Pertemuan 1
1. Identifikasi halusinasi: dengan 1. Diskusikan masalah yang dirasakan
mendiskusikan isi, frekuensi, waktu keluarga dalam merawat pasien
terjadi situasi pencetus, perasaan dan 2. Jelaskan pengertian, tanda dan gejala
respon serta proses terjadinya halusinasi
2. Jelaskan cara mengontrol halusinasi : (gunakan booklet)
hardik, obat, bercakap-cakap, melakukan 3. Jelaskan cara merawat pasien dengan
kegiatan halusinasi
3. Latih cara mengontrol halusinasi dengan 4. Latih cara merawat halusinasi: hardik
menghardik 5. Anjurkan membantu pasien sesuai
4. Masukan pada jadwal kegiatan untuk jadwal dan beri pujian
latihan menghardik
Pertemuan 2 Pertemuan 2
1. Evaluasi kegiatan menghardik: beri 1. Evaluasi kegiatan keluarga dalam
pujian merawat melatih pasien menghardik
2. Latih cara mengontrol halusinasi dengan beri pujian
obat (jelaskan 6 benar obat, jenis, guna, 2. Jelaskan 6 benar cara memberikan obat
dosis, frekuensi, kontinuitas minum 3. Latih cara memberikan atau
obat) membembing minum obat

7
3. Jelaskan pentingnya pengguanaan obat 4. Anjurkan membantu pasien sesuai
pada gangguan jiwa jadwal dan beri pujian
4. Jelaskan akibat jika obat tidak diminum
sesuai program
5. Jelaskan akibat putus obat
6. Jelaskan cara berobat
7. Masukan pada jadwal kegiatan untuk
latihan menghardik dan beri pujian
Pertemuan 3 Pertemuan 3
1. Evaluasi kegiatan latihan menghardik 1. Evaluasi kegiatan keluarga dalam
dan obat. Beri pujian merawat atau melatih pasien dalam
2. Latih cara mengontrol halusinasi dengan menghardik dan memberikan obat. Beri
bercakap-cakap ketika halusinasi muncul pujian
3. Masukan pada jadwal kegiatan untuk 2. Jelaskan cara bercakap-cakap dan
latihan menghardik, minum obat dan melakukan kegiatan untuk mengontrol
bercakap-cakap halusinasi
3. Latih dan sediakan waktu untuk
bercakap-cakap dengan pasien terutama
saat halusinasi
4. Anjurkan membantu pasien sesuai
jadwal dan berikan pujian
Pertemuan 4 Pertemuan 4
1. Evaluasi kegiatan latihan menghardik, 1. Evaluasi kegiatan keluarga merawa/
penggunaan obat dan bercakap-cakap. melatih pasien mengahardik,
Beri pujian memberikan obat dan bercakap-cakap.
2. Latih cara mengontrol halusinasi dengan Beri pujian
menggunakan kegiatan harian (mulai 2 2. Jelaskan follow up ke RSJ / PKM, tanda
kegiatan) kambuh, rujukan
3. Masukan kedalam jadwal kegiatan untuk 3. Anjurkan membantu pasien sesuai
latihan menghardik, minum obat, jadwal. Beri pujian
bercakap-cakap dan kegiatan harian
Pertemuan 5 sd12 Pertemuan 5 sd 12
1. Evaluasi kegiatan latiahn menghardik, 1. Evaluasi kegiatan keluarga dalam
minum obat, bercakap-cakap dan merawat atau melatih pasien
melakukan kegiatan harian. Beri pujian menghardik, minum obat, bercakap-
2. Latih kegiatan harian bercakap, kegiatan harian dan foloow
3. Nilai kemampuan yang telah mandiri up. Beri pujian

8
4. Nilai apakah halusinasi terkontrol 2. Nilai kemampuan keluarga merawat
pasien
3. Nilai kemampuan keluarga melakukan
kontrol ke RSJ/PKM

SP1 Pasien: Membantu pasien mengenal halusinasi, menjelaskan cara-cara


mengontrol halusinasi, mengajarkan pasien mengontrol halusinasi
dengan cara pertama: menghardik halusinasi
 Orientasi:
”Selamat pagi bapak, Saya Mahasiswa UMB yang akan merawat
bapak Nama Saya Marfuah, senang dipanggil Fuah. Nama bapak
siapa?Bapak Senang dipanggil apa”. ”Bagaimana perasaan bapak hari
ini? Apa keluhan bapak saat ini””Baiklah, bagaimana kalau kita
bercakap-cakap tentang suara yang selama ini bapak dengar tetapi tak
tampak wujudnya? Di mana kita duduk? Di ruang tamu? Berapa
lama? Bagaimana kalau 30 menit”
 Kerja:
”Apakah bapak mendengar suara tanpa ada ujudnya?Apa yang
dikatakan suara itu?””Apakah terus-menerus terdengar atau sewaktu-
waktu? Kapan yang paling sering D dengar suara? Berapa kali sehari
bapak alami? Pada keadaan apa suara itu terdengar? Apakah pada
waktu sendiri?” ” Apa yang bapak rasakan pada saat mendengar suara
itu?” ”Apa yang bapak lakukan saat mendengar suara itu? Apakah
dengan cara itu suara-suara itu hilang? Bagaimana kalau kita belajar
cara-cara untuk mencegah suara-suara itu muncul? ”bapak , ada empat
cara untuk mencegah suara-suara itu muncul. Pertama, dengan
menghardik suara tersebut. Kedua, dengan cara bercakap-cakap
dengan orang lain. Ketiga, melakukan kegiatan yang sudah terjadwal,
dan yang ke empat minum obat dengan teratur.” ”Bagaimana kalau
kita belajar satu cara dulu, yaitu dengan menghardik”. ”Caranya
sebagai berikut: saat suara-suara itu muncul, langsung bapak bilang,

9
pergi saya tidak mau dengar, … Saya tidak mau dengar. Kamu suara
palsu. Begitu diulang-ulang sampai suara itu tak terdengar lagi. Coba
bapak peragakan! Nah begitu, … bagus! Coba lagi! Ya bagus bapak
sudah bisa”
 Terminasi:
”Bagaimana perasaan bapak setelah peragaan latihan tadi?” Kalau
suara-suara itu muncul lagi, silakan coba cara tersebut ! bagaimana
kalu kita buat jadwal latihannya. Mau jam berapa saja latihannya?
(Saudara masukkan kegiatan latihan menghardik halusinasi dalam
jadwal kegiatan harian pasien). Bagaimana kalau kita bertemu lagi
untuk belajar dan latihan mengendalikan suara-suara dengan cara yang
kedua? Jam berapa bapak?Bagaimana kalau dua jam lagi? Berapa
lama kita akan berlatih?Dimana tempatnya” ”Baiklah, sampai jumpa.”

SP2 Pasien: Melatih pasien menggunakan obat secara teratur


 Orientasi
“Selamat pagi bapak Bagaimana perasaan bapak hari ini? Apakah
suara-suaranya masih muncul ? Apakah sudah dipakai tiga cara yang
telah kita latih ? Apakah jadwal kegiatannya sudah dilaksanakan ?
Apakah pagi ini sudah minum obat? Baik. Hari ini kita akan
mendiskusikan tentang obat-obatan yang bapak minum. Kita akan
diskusi selama 20 menit sambil menunggu makan siang. Di sini saja
ya bapak?”
 Kerja
“bapak adakah bedanya setelah minum obat secara teratur. Apakah
suara-suara berkurang/hilang ? Minum obat sangat penting supaya
suara-suara yang bapak dengar dan mengganggu selama ini tidak
muncul lagi. Berapa macam obat yang bapak minum ? (Perawat
menyiapkan obat pasien) Ini yang warna orange (CPZ) 3 kali sehari
jam 7 pagi, jam 1 siang dan jam 7 malam gunanya untuk
menghilangkan suara-suara. Ini yang putih (THP)3 kali sehari jam nya

10
sama gunanya untuk rileks dan tidak kaku. Sedangkan yang merah
jambu (HP) 3 kali sehari jam nya sama gunanya untuk pikiran biar
tenang. Kalau suara-suara sudah hilang obatnya tidak boleh
diberhentikan. Nanti konsultasikan dengan dokter, sebab kalau putus
obat, bapak akan kambuh dan sulit untuk mengembalikan ke keadaan
semula. Kalau obat habis bapak bisa minta ke dokter untuk
mendapatkan obat lagi. bapak juga harus teliti saat menggunakan
obat-obatan ini. Pastikan obatnya benar, artinya bapak harus
memastikan bahwa itu obat yang benar-benar punya bapak Jangan
keliru dengan obat milik orang lain. Baca nama kemasannya. Pastikan
obat diminum pada waktunya, dengan cara yang benar. Yaitu
diminum sesudah makan dan tepat jamnya bapak juga harus
perhatikan berapa jumlah obat sekali minum, dan harus cukup minum
10 gelas per hari”
 Terminasi:
“Bagaimana perasaan bapak setelah kita bercakap-cakap tentang obat?
Sudah berapa cara yang kita latih untuk mencegah suara-suara? Coba
sebutkan! Bagus! (jika jawaban benar). Mari kita masukkan jadwal
minum obatnya pada jadwal kegiatan bapak Jangan lupa pada
waktunya minta obat pada perawat atau pada keluarga kalau di
rumah. Nah makanan sudah datang. Besok kita ketemu lagi untuk
melihat manfaat 4 cara mencegah suara yang telah kita bicarakan.
Mau jam berapa? Bagaimana kalau jam 10.00. sampai jumpa.”

SP 3 Pasien : Melatih pasien mengontrol halusinasi dengan cara kedua:


bercakap-cakap dengan orang lain
 Orientasi:
“Selamat pagi bapak Bagaimana perasaan bapak hari ini? Apakah
suara-suaranya masih muncul ? Apakah sudah dipakai cara yang telah
kita latih?Berkurangkan suara-suaranya Bagus ! Sesuai janji kita tadi
saya akan latih cara kedua untuk mengontrol halusinasi dengan

11
bercakap-cakap dengan orang lain. Kita akan latihan selama 20 menit.
Mau di mana? Di sini saja?
 Kerja:
“Cara kedua untuk mencegah/mengontrol halusinasi yang lain adalah
dengan bercakap-cakap dengan orang lain. Jadi kalau bapak mulai
mendengar suara-suara, langsung saja cari teman untuk diajak
ngobrol. Minta teman untuk ngobrol dengan bapak Contohnya begini;
… tolong, saya mulai dengar suara-suara. Ayo ngobrol dengan saya!
Atau kalau ada orang dirumah misalnya istri,anak bapak katakan: bu,
ayo ngobrol dengan bapak sedang dengar suara-suara. Begitu bapak
Coba bapak lakukan seperti saya tadi lakukan. Ya, begitu. Bagus!
Coba sekali lagi! Bagus! Nah, latih terus ya bapak!”
 Terminasi:
“Bagaimana perasaan bapak setelah latihan ini? Jadi sudah ada berapa
cara yang bapak pelajari untuk mencegah suara-suara itu? Bagus,
cobalah kedua cara ini kalau bapak mengalami halusinasi lagi.
Bagaimana kalau kita masukkan dalam jadwal kegiatan harian bapak.
Mau jam berapa latihan bercakap-cakap? Nah nanti lakukan secara
teratur serta sewaktu-waktu suara itu muncul! Besok pagi saya akan
ke mari lagi. Bagaimana kalau kita latih cara yang ketiga yaitu
melakukan aktivitas terjadwal? Mau jam berapa? Bagaimana kalau
jam 10.00? Mau di mana/Di sini lagi? Sampai besok ya. Selamat pagi”

SP4 Pasien : Melatih pasien mengontrol halusinasi dengan cara ketiga:


melaksanakan aktivitas terjadwal
 Orientasi:
“Selamat pagi bapak Bagaimana perasaan bapak hari ini? Apakah
suara-suaranya masih muncul ? Apakah sudah dipakai dua cara yang
telah kita latih ? Bagaimana hasilnya ? Bagus ! Sesuai janji kita, hari
ini kita akan belajar cara yang ketiga untuk mencegah halusinasi yaitu
melakukan kegiatan terjadwal. Mau di mana kita bicara? Baik kita

12
duduk di ruang tamu. Berapa lama kita bicara? Bagaimana kalau 30
menit? Baiklah.”
 Kerja:
“Apa saja yang biasa bapak lakukan? Pagi-pagi apa kegiatannya, terus
jam berikutnya (terus ajak sampai didapatkan kegiatannya sampai
malam). Wah banyak sekali kegiatannya. Mari kita latih dua kegiatan
hari ini (latih kegiatan tersebut). Bagus sekali bapak bisa lakukan.
Kegiatan ini dapat bapak lakukan untuk mencegah suara tersebut
muncul. Kegiatan yang lain akan kita latih lagi agar dari pagi sampai
malam ada kegiatan.
 Terminasi:
“Bagaimana perasaan bapak setelah kita bercakap-cakap cara yang
ketiga untuk mencegah suara-suara? Bagus sekali! Coba sebutkan 3
cara yang telah kita latih untuk mencegah suara-suara. Bagus sekali.
Mari kita masukkan dalam jadwal kegiatan harian bapak Coba
lakukan sesuai jadwal ya!(Saudara dapat melatih aktivitas yang lain
pada pertemuan berikut sampai terpenuhi seluruh aktivitas dari pagi
sampai malam) Bagaimana kalau menjelang makan siang nanti, kita
membahas cara minum obat yang baik serta guna obat. Mau jam
berapa? Bagaimana kalau jam 12.00 pagi?Di ruang makan ya! Sampai
jumpa.

13
DAFTAR PUSTAKA

Fitria,Nita.2009. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan


Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan ( LP & SP ) untuk 7 Diagnosis
Keperawatan Jiwa Berat bagi Program S1 Keperawatan. Salemba Medika :
Jakarta

14
Banjarmasin, Aguatus 2017
Preseptor Akademik Preseptor Klinik,

(…………….…………..…) (……………………..…)

15

Anda mungkin juga menyukai