HEMATURIA
DI SUSUN OLEH :
NAMA : RUSNI
PROFESI :NERS
SEMESTER :SATU (I)
Segala puji kita panjatkan kepada allah SWT dan syukur tiada tara atas teselesainya
penyusunan laporan pendahuluan hematuria dengan harapan laporan pendahuluan ini dapat
memenuhi apa yang di kreteriakan.
Laporan pendahuluan ini dapat tersususun atas literature dan sumber yang saya dapat .
oleh karena terbatasnya literature dan sumber yang ada kurannya pengalaman,sewajarnya apabila
laporan pendahuluan ini masih banyak kekurangan dan kelemahan.Sehubungan dengan itu saya
sangat mengaharap teguran,masukan,saran-saran dan perbaikan dari siapapun yang sifatnya
membangun.
Akhirnya, semoga allah SWT memberikan petunjuk kepada kita menamba ilmu yang
selanjutnya dapat di amalkan.
Kata Pengantar…………………………………………………………………………………
Daftar Isi……………………………………………………………………………………….
BAB I PEMBAHASAN………………………………………………………………...........
A. Defenisi hematuria…………………………………………………………………….
B. Klasifikasi hematuria………………………………………………………………..
C. Eteologi ………………………………………………………………………………..
D. Patofisiologi …………………………………………………………………………..
E. Woc……………………………………………………………………………………..
F. Manifestasi klinik ………………………………………………………………….
G. Pemeriksaan penunjang ………………………………………………………………
H. Penatalaksaan ………………………………………………………………………..
BAB II Konseb Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan Sistem Hematuria
a. Analisis PICO……………………………………………………………………………
BAB IV PENUTUP
a. Kesimpulan …………………………………………………………………………….
b. Saran…………………………………………………………………………………..
Daftar pustaka
\
BAB 1. Konseb Penyakit
1. Kasus Hematuria
A. Definisi Hematuria
Hematuria adalah suatu gejala yang ditandai dengan adanya darah atau sel darah merah
dalam urin. Secara klinis, hematuri dapat dikelompokkan menjadi hematuri
makroskopis (gross hematuria) adalah suatu keadaan urin bercampur darah dan dapat dilihat
dengan mata telanjang. Keadaan ini dapat terjadi bila 1 liter urin bercampur dengan 1 ml
darah. Gross hematuria bisa disertai dengan clot/bekuan darah, dimana dapat berasal dari
perdarahan diureter/ginjal, buli-buli dan prostat. Hematuri mikroskopis yaitu
hematuri yang hanya dapat diketahui secara mikroskopis atau tes kimiawi. Hematuria yang
secara kasat mata tidak dapat dilihat sebagai urine yang berwarna merah tetapi pada
pemeriksaan mikroskopik diketemukan lebih dari 2 seldarah merah per lapangan pandang
(Sunarka, 2002)
B. Klasifikasi Hematuria
2. Hematuria terminal: darah yang terlihat pada akhir proses berkemih dapat
menunjukkan adanya penyakit pada buli-buli atau prostat. Penyebabnya ada di
proximal urethra atau di leher/dasar buli-buli.
C. Etiologi
D. Patofisiologi
Patofisiologi hematuria tergantung pada tempat anatomi pada traktus urinarius dimana
kehilangan darah terjadi. Pemisahan konvensional telah dilakukan antara perdarahan
glomerular dan ekstraglomerular, memisahkan penyakit nefrologi dan urologi.Darah yang
berasal dari nefron di istilahkan hematuria glomerularnefronal. Sel darah merah dapat
masuk ke ruang urinari dari glomerulusatau, jarang dari tubulus renalis. Gangguan barier
filtrasi glomerulus dapat disebabkan abnormalitas turunan atau didapat pada struktur dan
integritas dinding kapiler glomerulus. Sel darah merah ini dapat terjebak pada
mukoprotein tamm-horsfall dan akan bermanifestasi sebagai silinder sel darah
merah pada urin. Temuan silinder pada urin merupakan masalah signifikan pada
tingkat glomerular. Meskipun demikian, pada penyakit nefron, silinder dapat tidak
ditemukan dan hanya ditemukan sel darah merah terisolasi. Adanya proteinuri membantu
menunjang perkiraan bahwa kehilangan darah berasal dari glomerulus. Hematuria tanpa
proteinuria atau silinder diistilahkan sebagai hematuria terisolasi (isolated hematuria)
Meskipun beberapa penyakit glomerular dapat mengakibatkan hematuria
terisolasi, penemuan ini lebih konsisten pada perdarahan ekstraglomerular.Setiap yang
mengganggu epitelium seperti iritasi, inflamasi, atau invasi,dapat mengakibatkan adanya sel
darah normal pada urin. Gangguan lain termasuk keganasan, batu ginjal, trauma,
infeksi, dan medikasi. Juga,penyebab kehilangan darah non glomerular, seperti
tumor ginjal, kistaginjal, infark dan malformasi arteri-vena, dapat menyebabkan
hilangnya darah masuk kedalam ruang urinari.
E. WOC
F. Manifestasi Klinik
6. Demam yang disertai adanya darah dalam urine pada kasus yang parah.
8. Urin berwarna gelap dan keruh, serta adanya bau yang menyengat dari urin
G. Pemeriksaan Penunjang
e. IVP adalah pemeriksaan rutin yang dianjurkan pada setiap kasushematuria &
sering digunakan untuk menentukan fungsi ekskresi ginjal.Umumnya, menghasilkan
gambaran terang saluran kemih dari ginjal sampai dengan kandung kemih,
asal faal ginjal memuaskan.Pemeriksaan ini dapat menilai adanya batu
saluran kemih, kelainan bawaan saluran kemih, tumor urotelium, trauma
saluran kemih, serta beberapa penyakit infeksi saluran kemih.
f. USG berguna untuk menetukan letak dan sifat massa ginjal dan prostat(padat atau
kista), adanya batu atau lebarnya lumen pyelum, ureter kandung kemih dan
uretra, bekuan darah pada buli-buli/pyelum, dan untuk mengetahui adanya
metastasis tumor di hepar.
i. Payaran radionuklir digunakan untuk menilai faal ginjal, misalnya setelah obstruksi
dihilangkan.
H. Penatalaksanaan
Jika terdapat gumpalan darah pada buli-buli yang menimbulkan retensiurine, coba
dilakukan kateterisasi dan pembilasan buli-buli dengan memakai cairan garam
fisiologis, tetapi jika tindakan ini tidak berhasil,pasien secepatnya dirujuk untuk
menjalani evakuasi bekuan darah transuretra dan sekaligus menghentikan sumber
perdarahan. Jika terjadi eksanguinasi yang menyebabkan anemia, harus dipikirkan
pemberian transfusi darah. Demikian juga jika terjadi infeksi harus diberikan
antibiotika.Setelah hematuria dapat ditanggulangi, tindakan selanjutnya adalah
mencari penyebabnya dan selanjutnya menyelesaikan masalah primer penyebab
hematuria
BAB 11. Konseb Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan Sistem Hematuria
a. Keluhahan utama
Pasien mengatakan nyeri pada perut bagian bawah b.Riwayat kesehatan saat ini
Pasien datang ke rumah sakit pada tanggal 11 Juni 2019 dengan keluhan
nyeri pada bagian perut, pada saat pengkajian tanggal 12 Juni 2019 pasien mengeluh
nyeri pada perut bagian bawah, nyeri saat bergerak, nyeri hilang timbul, nyeri
terasa seperti ditusuk-tusuk, nyeri dirasakan selama 30 menit dengan skala nyeri 4,
nyeri berkurang jika tidur, nyeri sudah dirasakan sejak satu minggu
yang lalu, pasien juga mengatakan susah BAK, saat BAK terasa nyeri, urine berwarna
kemerahan, pasien mengatakan tidak bias tidur dengan nyenyak. Pasien
tampak l e m a s d a n m e m e g a n g i a r e a y a n g n y e r i
Nadi: 98 x/menit
Suhu: 39,5
RR: 20 x/menit
5. Pemeriksaan fisik
a. kepala
bentuk simetris, tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan, serta tampak
bersih.
b. Mata
c. Hidung
e. Telinga
f. Thorak
Tidak ada lesi, pengembangan dada kiri dan kanan sama , tidak ada
nyeri tekan.
g. Abdomen
Tidak ada lesi, nyeri saat di tekan pada perut bagian bawah dan nyeri
timbul jika bergerak.h.EkstrimitasTerdapat infus RL 20 tpm di
tangan kiri , kekuatan otot baik.i.Aktivitas dan istirahat:Pasien
mengatakan tidak bisa melakukan kegiatan seperti biasa karenan nyeri
pada perut akan bertamah jika beraktivitas berlebihan.Pasien juga
mengatakan tidak bisa tidur dengan nyenyak
h. Eliminasi
i. Respirasi
Pasien tidak ada keluhan, suara napas normal sonor, tidak tampak
alat bantunapas, RR 20 x/menit
F. Pemeriksaan Penunjang
Kimia klinik
Glukosa sewaktu H 149 mg/dl 75-140
Ureum H 67 mg/dl 10-50
Asam urat 1,2 mg/dl 0.45-075
Klosterol twtap H 17,5 mg/dl 2-7
Trigleserida 180 mg/dl ˂200
Kalium 111 mg/dl 70-140
Natrium H 5,7 mEg/dlL 131mEg/dl 3.5-5.0
102 mEg/dl 135-147
9,3 mg/dl 95-105
8.8-10.2
G. Diagnosa Keperawatan
a. Kesimpulan
Berdasarkan diagnose edis dengan hematuria di dapatkan diagnosa keperawatan sebgai
berikut:
1. Gangguan eliminasi urine berhubungan dengan trauma bladder ditandai
dengan hematuriab)
2. Gangguan rasa nyaman: nyeri berhubungan dengan kerusakanjaringan
(trauma) pada daerah bladder.
3. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan perdarahan dalam urin
b. Saran
Bagi keluarga supaya segera membawa pasien ke petugas kesehatan bila terjadi
kegawatan dan kondisi pasien semakin memburuk selama perawatan di rumah, keluarga
agar segera membawa pasien kerumah sakit terdekat untuk mendapatkan pertolongan.
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR PUSTAKA
NANDA International.
Diagnosis Keperawatan
Definisi dan Klasifikasi 2012-
2014. Jakarta : EGC
NANDA International.
Diagnosis Keperawatan
Definisi dan Klasifikasi 2012-
2014. Jakarta : EGC.
Price, Sylvia Andrson.1995.
Patofisiologi: konsep klinis
proses-proses penyakit:
pathophysiologi clinical concept
of disease processes. Alih
Bahasa: Peter
Anugrah. Edisi: 4. Jakarta:
EGC.
Smeltzer, Suzanne C. 2001.
Buku Ajar Keperawatan
Medikal-Bedah Brunner &
Suddart. Alih Bhasa: Agung
Waluyo. Edisi: 8. Jakarta: EGC.
Sunarka. 2002. Hematuria pada
anak. Cermin Dunia Kedokteran
no.134. 27-31
NANDA International.
Diagnosis Keperawatan
Definisi dan Klasifikasi 2012-
2014. Jakarta : EGC.
Price, Sylvia Andrson.1995.
Patofisiologi: konsep klinis
proses-proses penyakit:
pathophysiologi clinical concept
of disease processes. Alih
Bahasa: Peter
Anugrah. Edisi: 4. Jakarta:
EGC.
Smeltzer, Suzanne C. 2001.
Buku Ajar Keperawatan
Medikal-Bedah Brunner &
Suddart. Alih Bhasa: Agung
Waluyo. Edisi: 8. Jakarta: EGC.
Sunarka. 2002. Hematuria pada
anak. Cermin Dunia Kedokteran
no.134. 27-31