Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PENDAHULUAN

HEMATURIA

DI SUSUN OLEH :

NAMA : RUSNI
PROFESI :NERS
SEMESTER :SATU (I)

SEKOLAH TINGGII ILMO KESEHATAN (STIKES)


MALUKU HUSADA
2022
KATA PENGANTAR

Segala puji kita panjatkan kepada allah SWT dan syukur tiada tara atas teselesainya
penyusunan laporan pendahuluan hematuria dengan harapan laporan pendahuluan ini dapat
memenuhi apa yang di kreteriakan.

Laporan pendahuluan ini dapat tersususun atas literature dan sumber yang saya dapat .
oleh karena terbatasnya literature dan sumber yang ada kurannya pengalaman,sewajarnya apabila
laporan pendahuluan ini masih banyak kekurangan dan kelemahan.Sehubungan dengan itu saya
sangat mengaharap teguran,masukan,saran-saran dan perbaikan dari siapapun yang sifatnya
membangun.

Akhirnya, semoga allah SWT memberikan petunjuk kepada kita menamba ilmu yang
selanjutnya dapat di amalkan.

Sekian dan terimah kasih.


DAFTAR ISI

Halaman judul …………………………………………………………………………………

Kata Pengantar…………………………………………………………………………………

Daftar Isi……………………………………………………………………………………….

BAB I PEMBAHASAN………………………………………………………………...........

A. Defenisi hematuria…………………………………………………………………….
B. Klasifikasi hematuria………………………………………………………………..
C. Eteologi ………………………………………………………………………………..
D. Patofisiologi …………………………………………………………………………..
E. Woc……………………………………………………………………………………..
F. Manifestasi klinik ………………………………………………………………….
G. Pemeriksaan penunjang ………………………………………………………………
H. Penatalaksaan ………………………………………………………………………..

BAB II Konseb Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan Sistem Hematuria

1. Keluhan utama ……………………………………………………………………………


2. Riwaya penyakit sekarang…………………………………………………………………
3. Riwayat penyakit dahulu …………………………………………………………………
4. Pemeriksaan head to toe………………………………………………………………….
5. Penatalaksanaan dan keperawatan ………………………………………………………
6. Diagnosa medis …………………………………………………………………………….
7. Intervensi ………………………………………………………………………………….

BAB III LITERATUR REVIEW……………………………………………………………….

a. Analisis PICO……………………………………………………………………………

BAB IV PENUTUP

a. Kesimpulan …………………………………………………………………………….
b. Saran…………………………………………………………………………………..

Daftar pustaka

\
BAB 1. Konseb Penyakit

1. Kasus Hematuria

A. Definisi Hematuria

Hematuria adalah suatu gejala yang ditandai dengan adanya darah atau sel darah merah
dalam urin. Secara klinis, hematuri dapat dikelompokkan menjadi hematuri
makroskopis (gross hematuria) adalah suatu keadaan urin bercampur darah dan dapat dilihat
dengan mata telanjang. Keadaan ini dapat terjadi bila 1 liter urin bercampur dengan 1 ml
darah. Gross hematuria bisa disertai dengan clot/bekuan darah, dimana dapat berasal dari
perdarahan diureter/ginjal, buli-buli dan prostat. Hematuri mikroskopis yaitu
hematuri yang hanya dapat diketahui secara mikroskopis atau tes kimiawi. Hematuria yang
secara kasat mata tidak dapat dilihat sebagai urine yang berwarna merah tetapi pada
pemeriksaan mikroskopik diketemukan lebih dari 2 seldarah merah per lapangan pandang
(Sunarka, 2002)

B. Klasifikasi Hematuria

1. Hematuria inisial: darah yang muncul saat mulai berkemih, sering


mengindikasikan masalah di uretra (pada pria, dapat juga di prostat).Penyebabnya
ada di bawah sphincter externa.

2. Hematuria terminal: darah yang terlihat pada akhir proses berkemih dapat
menunjukkan adanya penyakit pada buli-buli atau prostat. Penyebabnya ada di
proximal urethra atau di leher/dasar buli-buli.

3. Hematuria total: darah yang terlihat selama proses berkemih, dari


awal hingga akhir, menunjukkan permasalahan pada buli-buli, ureter atau
ginjal. Penyebabnya ada di buli-buli, ureter atau ginjal.Pada wanita, hematuria
yang terjadi sesuai siklus menstruasi menunjukkan kemungkinan adanya
endometriosis pada traktus urinarius.Darah yang ditemukan antara proses berkemih,
seperti bercak darah yang ditemukan pada celana dalam, sering menunjukkan
adanya perdarahan pada salah satu atau kedua ujung uretra. (Purnomo, 2007)

C. Etiologi

Hematuria dapat disebabkan oleh kelainan-kelainan yang berada didalam


sistem urogenitalia atau kelainan yang berada di luar urogenitalia.Kelainan yang berasal dari
sistem urogenitalia antara lain (Purnomo, 2007)

1. Infeksi/inflamasi, antara lain pielonefritis, glomerulonefritis, ureteritis,sistitis, dan


urethritis.
2. Tumor jinak/tumor ganas, antara lain tumor pielum, tumor ureter, tumorbuli-buli,
tumor prostat, dan hiperplasia prostat jinak

3. Kelainan bawaan sistem urogenitalia, antara lain kista ginjal dan


renmobilis.

4. Trauma yang mencederai sistem urogenitalia.

5. Batu saluran kemih.

Kelainan-kelainan yang berasal dari luar sistem urogenitalia adalah adanya


kelainan pembekuan darah, SLE, dan kelainan sistem hematologik yang lain. Faktor-faktor
lain seperti obat pengencer darah yang mencegah pembekuan darah atau obat-obatan anti
inflamasi seperti aspirin mendorong perdarahan saluran kemih. Obat-obatan umum yang
dapat menyebabkan darah kemih seperti penisilin dan siklofosfamid obat anti kanker
(Cytoxan).

D. Patofisiologi

Patofisiologi hematuria tergantung pada tempat anatomi pada traktus urinarius dimana
kehilangan darah terjadi. Pemisahan konvensional telah dilakukan antara perdarahan
glomerular dan ekstraglomerular, memisahkan penyakit nefrologi dan urologi.Darah yang
berasal dari nefron di istilahkan hematuria glomerularnefronal. Sel darah merah dapat
masuk ke ruang urinari dari glomerulusatau, jarang dari tubulus renalis. Gangguan barier
filtrasi glomerulus dapat disebabkan abnormalitas turunan atau didapat pada struktur dan
integritas dinding kapiler glomerulus. Sel darah merah ini dapat terjebak pada
mukoprotein tamm-horsfall dan akan bermanifestasi sebagai silinder sel darah
merah pada urin. Temuan silinder pada urin merupakan masalah signifikan pada
tingkat glomerular. Meskipun demikian, pada penyakit nefron, silinder dapat tidak
ditemukan dan hanya ditemukan sel darah merah terisolasi. Adanya proteinuri membantu
menunjang perkiraan bahwa kehilangan darah berasal dari glomerulus. Hematuria tanpa
proteinuria atau silinder diistilahkan sebagai hematuria terisolasi (isolated hematuria)
Meskipun beberapa penyakit glomerular dapat mengakibatkan hematuria
terisolasi, penemuan ini lebih konsisten pada perdarahan ekstraglomerular.Setiap yang
mengganggu epitelium seperti iritasi, inflamasi, atau invasi,dapat mengakibatkan adanya sel
darah normal pada urin. Gangguan lain termasuk keganasan, batu ginjal, trauma,
infeksi, dan medikasi. Juga,penyebab kehilangan darah non glomerular, seperti
tumor ginjal, kistaginjal, infark dan malformasi arteri-vena, dapat menyebabkan
hilangnya darah masuk kedalam ruang urinari.
E. WOC
F. Manifestasi Klinik

Cystitis biasanya memperlihatkan gejala :

1. Disuria (nyeri waktu berkemih)

2. Peningkatan frekuensi berkemih terutama pada malam hari (nokturia)

3. Perasaan ingin berkemih dan tertekan pada perut bagian bawah

4. Adanya sel-sel darah merah dalam urin (hematuria)

5. Nyeri punggung bawah atau suprapubic

6. Demam yang disertai adanya darah dalam urine pada kasus yang parah.

7. Seringnya berkemih, namun jumlah urin sedikit (oliguria)

8. Urin berwarna gelap dan keruh, serta adanya bau yang menyengat dari urin

9. Ketidaknyamanan pada daerah pelvis renalis

10. Rasa sakit di atas bagian daerah pubis (pada wanita)

11. Rasa tidak nyaman pada daerah rectum (pada pria)

G. Pemeriksaan Penunjang

a. Pemeriksaan darah Penentuan kadar kreatinin, ureum dan elektrolit untuk


mengetahui faalginjal; fosfatase asam yang mungkin meningkat pada metastase
prostat,dan fosfatase alkali yang dapat meningkat pada setiap jenis metastase tulang.
Kadar kalsium, fosfat, asam urat dan hormon paratiroid di tentukan bila
terdapat kemungkinan urolithiasis.

b. Pemeriksaan urine dilakukan untuk pemeriksaan mikroskopik,bakteriologik dan


sitologik. Pemeriksaan urinalisis dapat mengarah kepada hematuria yang
disebabkan oleh faktor glomeruler atau pun nonglomeruler.

c. Pada pemeriksaan pH urine yang sangat alkalis menandakan adanya infeksi


organisme pemecah urea di dalam saluran kemih, sedangkan pHurine yang sangat
asam mungkin berhubungan dengan batu asam urat.

d. Sitologi urine diperlukan untuk mencari kemungkinan adanya sel-sel urotelial.

e. IVP adalah pemeriksaan rutin yang dianjurkan pada setiap kasushematuria &
sering digunakan untuk menentukan fungsi ekskresi ginjal.Umumnya, menghasilkan
gambaran terang saluran kemih dari ginjal sampai dengan kandung kemih,
asal faal ginjal memuaskan.Pemeriksaan ini dapat menilai adanya batu
saluran kemih, kelainan bawaan saluran kemih, tumor urotelium, trauma
saluran kemih, serta beberapa penyakit infeksi saluran kemih.

f. USG berguna untuk menetukan letak dan sifat massa ginjal dan prostat(padat atau
kista), adanya batu atau lebarnya lumen pyelum, ureter kandung kemih dan
uretra, bekuan darah pada buli-buli/pyelum, dan untuk mengetahui adanya
metastasis tumor di hepar.

g. Endoultrasonografi, yaitu ekografi transurethral sangat berguna untuk pemeriksaan


prostat dan buli-buli.

h. Arteriografi dilakukan bila ditemukan tumor ginjal nonkista untuk menilai


vaskularisasinya walaupun sering digunakan CT-Scan karena lebih aman dan
informatif. Bagian atas saluran kemih dapat dilihat dengan cara uretrografi
retrograd atau punksi perkutan.

i. Payaran radionuklir digunakan untuk menilai faal ginjal, misalnya setelah obstruksi
dihilangkan.

j. Pemeriksaan endoskopi uretra dan kandung kemih memberikan gambaran jelas


dan kesempatan untuk mengadakan biopsyk. Sistometrografi biasanya digunakan
untuk menentukan perbandingan antara isi dan tekanan di buli-buli

k. Sistoskopi atau sisto-uretero-renoskopi (URS) dikerjakan jika pemeriksaan


penunjang di atas belum dapat menyimpulkan penyebab hematuria

H. Penatalaksanaan

Jika terdapat gumpalan darah pada buli-buli yang menimbulkan retensiurine, coba
dilakukan kateterisasi dan pembilasan buli-buli dengan memakai cairan garam
fisiologis, tetapi jika tindakan ini tidak berhasil,pasien secepatnya dirujuk untuk
menjalani evakuasi bekuan darah transuretra dan sekaligus menghentikan sumber
perdarahan. Jika terjadi eksanguinasi yang menyebabkan anemia, harus dipikirkan
pemberian transfusi darah. Demikian juga jika terjadi infeksi harus diberikan
antibiotika.Setelah hematuria dapat ditanggulangi, tindakan selanjutnya adalah
mencari penyebabnya dan selanjutnya menyelesaikan masalah primer penyebab
hematuria

BAB 11. Konseb Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan Sistem Hematuria

a. Keluhahan utama

Pasien mengatan nyeri pada perut bagian bawah


b. Riwayat penyakit sekarang

Pasien mengatakan nyeri pada perut bagian bawah b.Riwayat kesehatan saat ini
Pasien datang ke rumah sakit pada tanggal 11 Juni 2019 dengan keluhan
nyeri pada bagian perut, pada saat pengkajian tanggal 12 Juni 2019 pasien mengeluh
nyeri pada perut bagian bawah, nyeri saat bergerak, nyeri hilang timbul, nyeri
terasa seperti ditusuk-tusuk, nyeri dirasakan selama 30 menit dengan skala nyeri 4,
nyeri berkurang jika tidur, nyeri sudah dirasakan sejak satu minggu
yang lalu, pasien juga mengatakan susah BAK, saat BAK terasa nyeri, urine berwarna
kemerahan, pasien mengatakan tidak bias tidur dengan nyenyak. Pasien
tampak l e m a s d a n m e m e g a n g i a r e a y a n g n y e r i

c. Riwayat penyakit dahulu


Pasien mengatakan memiliki riwayat DM sejak ± 8 bulan yang lalu

3. Riwayat penyakit dahulu

pasien mengatakan perna masuk rumah sakit dengan penyakit maag

4. Pemeriksaan head to toe

Kesadaran : ComposmentisGCS: E4M6V5

Tekanan Darah: 109/90 mmHg

Nadi: 98 x/menit

Suhu: 39,5

RR: 20 x/menit

5. Pemeriksaan fisik

a. kepala

bentuk simetris, tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan, serta tampak
bersih.

b. Mata

Simetris, pupil mengecil saat ada cahaya, tidak ada TIO

c. Hidung

Tampak bersih , tidak ada nyeri tekan


d. Mulut

Tidak ada ausmatitis, terdapat karang gigi, gigi tidak lengkap

e. Telinga

Simetris, tampak bersih, tidak ada nyeri tekan

f. Thorak

Tidak ada lesi, pengembangan dada kiri dan kanan sama , tidak ada
nyeri tekan.

g. Abdomen

Tidak ada lesi, nyeri saat di tekan pada perut bagian bawah dan nyeri
timbul jika bergerak.h.EkstrimitasTerdapat infus RL 20 tpm di
tangan kiri , kekuatan otot baik.i.Aktivitas dan istirahat:Pasien
mengatakan tidak bisa melakukan kegiatan seperti biasa karenan nyeri
pada perut akan bertamah jika beraktivitas berlebihan.Pasien juga
mengatakan tidak bisa tidur dengan nyenyak

h. Eliminasi

Pasien mengatakan saat BAK terasa nyeri, urin berwarna


kemerahan.k.Nyeri/ KenyamananPasien mengeluh nyeri pada perut
bagian bawah dan nyeri saat bergerak, nyeri hilang timbul,nyeri
terasa seperti digigit semut berkurang jika tidur

i. Respirasi

Pasien tidak ada keluhan, suara napas normal sonor, tidak tampak
alat bantunapas, RR 20 x/menit

F. Pemeriksaan Penunjang

Nama tes Hasil Nilai rujukan


Hematologi 11,7-15,5
Darah lengkap 15,5 g/dl 3600-11000
Hemoglobin 13900/mm³ 35-47
Hematokrit 47,7% 150000-440000
Trombosit 458000/mm³ 3,8-5.2
Eritrosit 5,39 juta/mm³
Mcv 87,1fi 80-100
Mch 29,6 pg 26-34
Mchc 34,3 g/dl 32-36
Rdw 13,3% 11,5-14,5
Mpv 8,4fl 7.0-11.0
Hitung jenis eosinofil
Basofil 1,1% 2-4
Neutrophil 0,6% 0-1
Limfosit 71,3% 50-70
Monosif

Kimia klinik
Glukosa sewaktu H 149 mg/dl 75-140
Ureum H 67 mg/dl 10-50
Asam urat 1,2 mg/dl 0.45-075
Klosterol twtap H 17,5 mg/dl 2-7
Trigleserida 180 mg/dl ˂200
Kalium 111 mg/dl 70-140
Natrium H 5,7 mEg/dlL 131mEg/dl 3.5-5.0
102 mEg/dl 135-147
9,3 mg/dl 95-105
8.8-10.2

G. Diagnosa Keperawatan

1. Gangguan eliminasi urine berhubungan dengan trauma bladder ditandai dengan


hematuriab)

2. Gangguan rasa nyaman: nyeri berhubungan dengan kerusakanjaringan (trauma)


pada daerah bladder.

3. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan perdarahan dalam urin


INTERVENSI KEPERAWATAN

NO DIAGNOSA TUJUAN DAN INTERVENSI KEPERAWATAN


KEPERAWATAN KRITERIA HASIL
1 Nyeri Akut NOC : Kontrol nyeri Manajemen nyeri
berhubungan dengan Kriteri Hasil :  Identifikasi lokasi,
 Mampu karakteristik, durasi, frekuensi,
Agen Pencedera
mengontrol nyeri mampu
Fisiologis kualitas serta intensitas nyeri
menggunakan teknuk
nonfarmakologi untuk  Identifikasi skala nyeri, serta
mengatasi nyeri respon nonverbal terhadap
 Melaporkan nyeri
nyeri
berkurang dengan
menggunakan  Identifikasi faktor yang
manajemen nyeri memperberat nyeri

Kriteria hasil :  Ajarkan teknik


 Ansietas nonfarmakologi untuk
berkurang, dibuktikan mengatasi nyeri
oleh tingkat ansietas  Jelaskan penyebab dan pemicu
hanya ringan sampai nyeri
sedang dan selalu  Kolaborasi pemberian
menunjukkan analgesic
pengendalian diri
terhadap ansietas,
konsentrasi dan koping
 Pasien Intervensi
menunjukkan  Lakukan bimbingan
pengendalian diri antisipasi
terhadap ansietas, yang  Ajarkan teknik
dibuktikan oleh indicator menenangkan diri
sebagai berikut  Ajarkan cara peningkatan
(sebutkan 1-5: tidak koping
pernah, jarang, kadang-
kadang, sering dan
selalu)
setelah dilakukan tidakan
keperawatan 3x 24 jam
diharapkan pasien
mampu memenuhi KH :
 Menunjukan
jalan napas yang
paten (klien tidak
merasa
tercekik,irama
nafas frekuensi
pernapasan dalam
rentang
normak,tidak ada  monitor respirasi dan
suara-suara nafas
status O2
abnormal)
 Posisikan pasien untuk
 tanda-tanda vital
dalam rentang memaksimalkan ventilasi
normal
 memonitor suara-suara
 mendemanstrasik
nafas dan catat adanya
an batuk efektif
dan suara-suara nafas tambahan
nafas yang
bersih,tidak ada
sianosis dan
dyspnea (mampu
mengeluarkan
sputum,mampu
bernafas dengan
mudah)
2 Gangguan eliminasi Setelah dilakukan tindakan Manajemen eliminasi urine
urine berhubungan asuhan keperawatan I.04152 Observasi :
dengan iritasi kandung selama 3X24 jam a. Identifikasi tanda dan gejala
kemih D.0040 Diharapkan eliminasi urine retensi atau inkontinensia urine
membaik. Kriteria hasil : b. Identifikasi faktor yang
Eliminasi urine L.04034 menyebabkan retensi atau
a. Desakan berkemih inkontinensia urine
menurun c. Monitor eliminasi urine
b. Berkemih tidak tuntas (frekuensi, konsistensi, aroma,
menurun volume, dan warna) Terapeutik :
c. Urine menetes 1. Catat waktu-waktu dan
(dribbling) menurun haluaran berkemih
d. Frekuensi BAK membaik` 2. Batasi asupan cairan, jika perlu
3. Ambil sampel urine tengah
(midstream) atau kultur Edukasi :
a. Ajarkan tanda dan gejala
infeksi saluran kemih
b. Ajarkan mengukur asupan
cairan dan haluaran urine
c. Ajarkan mengambil spesimen
urine midstream
d. Ajarkan mengenali tanda
berkemih dan waktu yang tepat
untuk berkemih
e. Ajarkan terapi modalitas
penguatan otot-otot
panggul/berkemihan
f. Anjurkan minum yang cukup,
jika tidak ada kontraindikasi
g. Anjurkan mengurangi minum
menjelang tidur Kolaborasi :
Kolaborasi pemberian obat
supositoria uretra, jika perlu
BAB III LITERATUR REVIEW

Judul/penulis/tahun desain Sampel Variable intervensi Analisis Hasil penelitian


Gambaran USG dan Desain Jumlah Menggun - Analisis Hasil penelitian yaitu
gejalan klinis penelitian sampel akan identifika databyang penderita nephrolithiasis
penderita yang di adalah variabel si di yang ada nyeri kolit 145
nephrolithiasis di gunakan 149 independ keberada lakukanse responden,(97,3%)dan 4
rawat di RSU adalah orang en dan an bakteri cara responden (2,7%) yang
anutapura dan RSUD deskriptif dependen dalam deskritifya tidak, nephrolithiasis
undata dengan urin ng yang klinis ada
palu(sahrudin,Garnis,a pendekata - melihat hasilnya hematuria 61 responden
mran) 2018 n cross hasil berupa (40,9%)dan yang tidak
sectional USG frekuensid 88 responden
an (59,1%)gambara USG
persentase penderita nephrolithiasis
(proporsi terbanyak batu berlokasi
gambaran di kaliks 61 responden
klinis (40,9%) pelvis renis 53
(nyeri responden(35,6%)infudi
kolit dan bulum 27 responden
hematuria) (18,1%) dan ureter 8
dan responden (5,4%) dan
gambaran yang ada hematuria
USG terbanyak memiliki batu
(likasi berlokasi di pervis renis
batu) pada yaitu sebanyak 32
penderita responden (52,5%)
nephrolith kesimpulan penelitian
iasis yang ini menunjukan
di rawat di penderita nephrolithiasis
RSU yang ada nyeri kolit
anutapura sebanyak 97,3%
dan terbanya memiliki batu
RSUD berlokasi di kaliks
udata palu (42,1%) dan penderita
pada nephrolithiasis yang ada
tahun hematuria .sebanya
2018 40,9% terbanyak
memiliki batu berlokasi
di pelvis renis.
Judul/penulis/tahun population intervation comparation outcomen time
Gambaran USG dan 149 orang identifikasi Pebandingan Hasil
gejalan klinis keberadaan antara RSU penelitian
penderita bakteri dalam anatapura dan yaitu
nephrolithiasis di urin RSUD adalah penderita
rawat di RSU - melihat hasil perbedaan nephrolithias
anutapura dan USG sampel tapi is yang ada
RSUD undata sama-sama di nyeri kolit
palu(sahrudin,Garni temukan secara 145
s,amran) 2018 klinis ada responden,
hematuria dan (97,3%)dan 4
terbanyak responden
memiliki batu (2,7%) yang
berlokasi di tidak,
pervis renis nephrolithias
yaitu sebnyak is yang klinis
52,5%. ada
hematuria 61
responden
(40,9%)dan
yang tidak 88
responden
(59,1%)gam
bara USG
penderita
nephrolithias
is terbanyak
batu
berlokasi di
kaliks 61
responden
(40,9%)
pelvis renis
53
responden(35
,6%)infudibu
lum 27
responden
(18,1%) dan
ureter 8
responden
(5,4%) dan
yang ada
hematuria
terbanyak
memiliki
batu
berlokasi di
pervis renis
yaitu
sebanyak 32
responden
(52,5%)
kesimpulan
penelitian ini
menunjukan
penderita
nephrolithias
is yang ada
nyeri kolit
sebanyak
97,3%
terbanya
memiliki
batu
berlokasi di
kaliks
(42,1%) dan
penderita
nephrolithias
is yang ada
hematuria .se
banya 40,9%
terbanyak
memiliki
batu
berlokasi di
pelvis renis.

IV. Kesimpulan dan Saran

a. Kesimpulan
Berdasarkan diagnose edis dengan hematuria di dapatkan diagnosa keperawatan sebgai
berikut:
1. Gangguan eliminasi urine berhubungan dengan trauma bladder ditandai
dengan hematuriab)
2. Gangguan rasa nyaman: nyeri berhubungan dengan kerusakanjaringan
(trauma) pada daerah bladder.
3. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan perdarahan dalam urin

b. Saran
Bagi keluarga supaya segera membawa pasien ke petugas kesehatan bila terjadi
kegawatan dan kondisi pasien semakin memburuk selama perawatan di rumah, keluarga
agar segera membawa pasien kerumah sakit terdekat untuk mendapatkan pertolongan.
DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR PUSTAKA
NANDA International.
Diagnosis Keperawatan
Definisi dan Klasifikasi 2012-
2014. Jakarta : EGC

NANDA International.
Diagnosis Keperawatan
Definisi dan Klasifikasi 2012-
2014. Jakarta : EGC.
Price, Sylvia Andrson.1995.
Patofisiologi: konsep klinis
proses-proses penyakit:
pathophysiologi clinical concept
of disease processes. Alih
Bahasa: Peter
Anugrah. Edisi: 4. Jakarta:
EGC.
Smeltzer, Suzanne C. 2001.
Buku Ajar Keperawatan
Medikal-Bedah Brunner &
Suddart. Alih Bhasa: Agung
Waluyo. Edisi: 8. Jakarta: EGC.
Sunarka. 2002. Hematuria pada
anak. Cermin Dunia Kedokteran
no.134. 27-31
NANDA International.
Diagnosis Keperawatan
Definisi dan Klasifikasi 2012-
2014. Jakarta : EGC.
Price, Sylvia Andrson.1995.
Patofisiologi: konsep klinis
proses-proses penyakit:
pathophysiologi clinical concept
of disease processes. Alih
Bahasa: Peter
Anugrah. Edisi: 4. Jakarta:
EGC.
Smeltzer, Suzanne C. 2001.
Buku Ajar Keperawatan
Medikal-Bedah Brunner &
Suddart. Alih Bhasa: Agung
Waluyo. Edisi: 8. Jakarta: EGC.
Sunarka. 2002. Hematuria pada
anak. Cermin Dunia Kedokteran
no.134. 27-31

Anda mungkin juga menyukai