Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

Darah dalam kemih merupakan suatu petanda yang perlu segera di tindak
lanjuti dengan berbagai pemeriksaan laboratorium. Hematuria merupaan suatu
gejala yang penting pada berbagai penyait ginjal dan salurannya, sedangkan
proteinuria lebih memiliki arti dalam hal diagnostik dan prognostik penyakit.
Pemeriksaan harus dilakuan dengan teliti dan terarah supaya jangan sampai ada
hal penting yang terlewatkan sedangkan pemeriksaan-pemeriksaan yang
tidak perlu sebaiknya dihindarkan.
Hematuria dapat merupakan petanda dari suatu penyakit yang serius
sehingga oleh karenanya sangat penting untu di pastikan adanya sel darah merah
dalam saluran kemihserta ditentukan tingat keparahannya dan persistensinya.
Penanganan pasien dengan hematuria yang disertai dengan proteinuria dan
penurunan fungsi ginjal tidak banya diperdebatan, tetapi penanganan pasien
dengan isolated hematuria merupakan hal yang masih selalu menjadi perdebatan.
Hematuria dapat dijumpai dalam berbagai keadaan, seperti misalnya:
sebagai bagian dari suatu episode hematuria makroskopi, sebagai gejala dari
infeksi saluran kemih atau sebagai petanda lain dari suatu kebetulan yang
ditemukan dalam pemeriksaan rutin. Anamnesis dan pemeriksaan fisik memegang
peranan begitu penting dalam menegakan diagnosis pada hematuria. Bila ada
demam, letargi, nyeri perut, sembab, atau gejala saluran kemih seperti misalnya
disuria, inkontinensia urin, dan sering kencing maka kemunginan besar berasal
dari saluran kemih.
Kolik pada daerah pinggang sebelum timbulnya hematuria
kemungkinannya adalah batu ginjal atau batu ureter, yang kalau ditelusuri
mungkin ada riwayat pernah keluar pasir sewaktu kencing. Adanya nyeri tekan
atau tenggorok 10-14 hari (atau infeksikulit 4-6 minggu) sebelum terjadinya
hematuria kemungkinan besar adalah glomerulonefritis pasca streptococcus. Bila
ada riwayat ruam kulit terutama berbentuk kupu-kupu di daerah wajah, mungkin

1
suatu lupus eritematosus sistemik atau berbentuk purpura mkaa kemungkinannya
adalah Henoch Schӧnlein.
Riwayat penyakit dahulu juga perlu dilacak seperti misalnya ada riwayat
trauma ginjal, gangguan faal hemostasis, atau hematuria dalam keluarga. Adanya
riwayat ketulian dengan gagal ginjal dalam keluarga terutama keluarga laki-laki
sangat mungkin satu sindrom alport. Demikian juga adanya riwayat penyakit
ginjal polikistik autosomal dominan dalam keluarga.
Meskipun pemeriksaan fisik tidak terlalu penting dalam menegakan
diagnosis hematuria, namun adanya pembesaran ginjal, kelainan pada genital, atau
adanya ruam kulit atau nyeri sendi dapat berguna dalam menegakkan diagnosis
pada pasien dengan hematuria.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Sistem Saluran Kemih

2.1.1. Ginjal 1,2

Ginjal adalah sepasang organ yang terletak pada retroperitoneum


diselubungi fasia gerota dan sejumlah lemak. Di dorsal; iga terbawah,
kuadratus lumborum, dan muskulus psoas berada proksimal didekatnya.
Hubungan ventral dari ginjal kanan termasuk adrenal, lambung, lien, pankreas,
kolon dan ileum.

Arteri renalis keluar dari aorta dan hampir dua pertiga dari ginjal
hanya mempunyai sistem perdarahan yang tunggal. Arteri renalis terbagi
menjadi lima cabang besar, yang merupakan ujung arteri yang mensuplai
segmen ginjal. Penyumbatan dari cabang arteri renalis akan menyebabkan
infark segmen ginjal. Vena renalis mengosongkan isinya kedalam vena cava
inferior. Saluran limfe ginjal bermuara pada hilar trunk, dan kapsular limfatik
pada nodus periaorta infradiafragmatik. Persarafan ginjal mengandung vasomotor
dan serat nyeri yang menerima konstribusi dari segmen T4-T12. Pelvis ginjal
terletak dorsal dari pembuluh darah ginjal dan mempunyai epitel transisional

2.1.2. Ureter 1,2

Ureter terdiri dari otot yang memanjang membentuk tabung dan


berjalan melalui retroperitoneum dan menghubungkan pelvis ginjal dengan
kandung kemih. Panjang normal ureter pada dewasa adalah 28–30 cm dan
diameternya sekitar 5 mm. Ureter menyalurkan urine dari ginjal menuju
kandung kemih dengan peristaltik aktif.

Suplai darah dari ureter berasal dari ginjal, aorta, iliaka, mesenterik,
gonad, vasal, arteri vesikalis. Serat nyeri menghantarkan rangsangan kepada

3
segmen T12-L1. Ureter dapat mengalami deviasi medial pada fibrosis
retroperitoneal dan deviasi lateral oleh tumor retroperitoneal atau aneurisma
aorta.

2.1.3 Vesika Urinaria 1,2

Kandung kemih yang berfungsi sebagai reservoir urine, pada masa


anak-anak secara prinsip terletak intra-abdominal dimana dua pertiga
bagian atasnya ditutupi oleh peritoneum, sedangkan pada orang dewasa
kandung kemih sudah menjadi organ-organ pelvis (ekstra peritoneal)
dimana bagian atasnya saja yang ditutupi oleh peritoneum.

Dalam keadaan kosong didepan kandung kemih terdapat simpisis pubis,


tetapi dalam keadaan penuh dia bisa membesar sehingga bisa berada dibagian
belakang bawah muskulus rektus abdominis. Pada laki-laki dibagian belakang
kandung kemih dipisah dengan rektum oleh dua lapisan peritoneum yang
bersatu membentuk Denonvilliers fascia, sedangkan pada perempuan kandung
kemih terletak didepan uterus, servik dan vagina. Pada laki-laki, dibawah
kandung kemih terdapat prostat yang menggelilingi uretra berbentuk seperti
donat, dan dibawahnya terdapat diafragma pelvis.

Pada bagian infero-lateral permukaan kandung kemih berhubungan


dengan pleksus vena vesiko-prostat, otot-otot levator ani, pembuluh-
pembuluh darah obturator interna dan dengan pelvic girdle. Dinding kandung
kemih dibentuk seperti buah keranjang oleh serabut-serabut otot polos
(detrusor) yang saling menyilang, tersusun tidaklah dalam bentuk longitudinal
atau sirkuler seperti pada dinding usus tetapi berupa suatu sistem rangkaian
helik. Pada leher kandung kemih susunan sirkuler lebih dominan yang
membentuk suatu autonomic internal spincter.

Beberapa dari anyaman helik ini berlanjut melewati spingter interna


dan melekat pada jaringan ikat uretra prostatika pada daerah verumontanum,

4
juga ada yang berlanjut pada spingter eksterna bahkan yang lainnya berlanjut
pada jaringan otot uretra itu sendiri.

Mukosa kandung kemih terdiri atas lapisan epitel transitional yang


tebal (5-8 lapis sel) dengan sel-sel basal yang berbentuk torak. Permukaan mukosa
lumen kandung kemih ini mensekresi suatu lapisan Glycosaminoglycans, yang
merupakan suatu protein yang melindungi dinding kandung kemih dari
infiltrasi bakteri atau zat-zat yang bersifat karsinogenik. Pada daerah trigonum,
yang terletak dibagian posterior kandung kemih, antara muara ureter dan
bladder outlet, lapisan mukosa dan submukosanya lebih tipis. Sedangkan
ureter yang memasuki kandung kemih dikelilingi oleh 1-2 cm otot detrusor
yang berbentuk incomplete collar yang disebut Waldeyer’s sheath

2.2 Hematuria

Hematuria adalah didapatkannya sel-sel darah merah di dalam urine.


Penemuan klinis sering di dapatkan pada populasi orang dewasa, dengan
prevalensi yang mulai dari 2,5% menjadi 20,0%. 3

Secara visual terdapatnya sel-sel darah merah di dalam urine dibedakan


dalam 2 keadaan, yaitu:

 Hematuria makroskopik 
Hematuria makroskopik adalah hematuria yang secara kasat mata
dapat dilihat sebagaiurine yang berwarna merah, mungkin tampak pada
awal miksi atau pada akhirnya yangberasal dari daerah posterior uretra
atau leher kandung kemih. Hematuria makroskopik yang berlangsung
terus menerus dapat mengancam jiwa karena dapat menimbulkan penyulit
berupa : terbentuknya gumpalan darah yang dapat menyumbat aliran urine,
eksanguinasi sehingga menimbulkan syok hipovolemik atau anemia, dan
menimbulkan urosepsis.
 Hematuria mikroskopik

5
Hematuria mikroskopik adalah hematuria yang secara kasat mata
tidak dapat dilihatsebagai urine yang berwarna merah tetapi pada
pemeriksaan mikroskopik diketemukanlebih dari 2 sel darah merah per
lapangan pandang. Meskipun gross hematuria didefinisikan didapatkannya
sel-sel darah merah di dalamurine, ada kontroversi mengenai definisi yang
tepat dari hematuria mikroskopik. American Urological Association
(AUA) mendefinisikan hematuria mikroskopis klinisyang signifikan
karena terdapat lebih dari 3 sel darah merah (sel darah merah)
padalapangan pandang besar pada 2 dari 3 spesimen urin dikumpulkan
dengan selama 2 sampai 3 minggu. Namun, pasien yang berisiko tinggi
untuk penyakit urologi harus dievaluasi secara klinis untuk hematuria jika
urinalisis tunggal menunjukkan 2 atau lebih sel darah merah pada
lapangan pandang besar. Evaluasi yang tepat dan waktu yang cepat sangat
penting, karena setiap derajat hematuria dapatmenjadi tanda dari penyakit
genitourinari yang serius.

2.1.1 Etiologi Hematuria  

Hematuria dapat disebabkan oleh kelainan-kelainan yang berada di dalam


sistem urogenitalia atau kelainan yang berada di luar sistem urogenitalia.

6
Penyebab paling umum dari hematuria pada populasi orang dewasa termasuk
saluran kemih infeksi, batu saluran kemih, pembesaran prostat jinak, dan
keganasan dalam urologi. 4

Namun, diferensial lengkap sangat luas, beberapa insiden khusus kondisi


yang berhubungan dengan hematuria bervariasi dengan umur pasien, jenis
hematuria (gross atau mikroskopis, gejala atau tanpa gejala), dan adanya faktor
risiko keganasan. Secara keseluruhan, sekitar 5% pasien dengan hematuria
mikroskopis dan sampai dengan 40% pasien dengan gross hematuria ditemukan
pada neoplasma dari urinary tract. Sebaliknya, pada hingga 40% pasien dengan
asimptomatik mikrohematuria, sulit di identifikasikan penyebabnya . 4

Akibatnya, dokter harus mempertimbangkan hematuria yang tidak jelas


penyebabnya dari tingkat mana pun dan mampu mempertimbangkan
kemungkinan suatu keganasan. Kelainan yang berasal dari sistem urogenitalia
antara lain adalah: 5

 Infeksi : pielonefritis, glomerulonefritis, ureteritis, sistitis, dan


uretritis
 Tumor jinak atau tumor ganas yaitu: tumor ginjal (tumor Wilms),
tumor grawitz, tumorpielum, tumor ureter, tumor buli-buli, tumor
prostat, dan hiperplasia prostat jinak.
 Kelainan bawaan sistem urogenitalia, antara lain : kista ginjal
 Trauma yang mencederai sistem urogenitalia.
 Batu saluran kemih

Kelainan-kelainan yang berasal dari luar sistem urogenitalia antara lain adalah :

 Kelainan pembekuan darah (Diathesis Hemorhagic)


 SLE
 Penggunaan antikoagulan, atau proses emboli pada fibrilasi atrium
jantung maupun endokarditis.

7
2.1.2 Faktor Resiko Hematuria

Prevalensi hematuria mikroskopis berkisar antara 1-20% tergantung pada


populasi yang diteliti. Kemungkinan menemukan penyakit urologis yang
signifikan pada pasien ini juga bervariasi dengan faktor risiko terkait yang
meliputi : 6

 Usia yang lebih tua


 Jenis kelamin laki-laki
 Sejarah merokok
 Riwayat paparan kimia (siklofosfamid, benzen, amina aromatik)
 Sejarah radiasi panggul
 Gejala iritative BPH (urgensi, frekuensi, disuria )

8
 Riwayat penyakit pada bidang urologi sebelumnya atau perawatan
urologi

Meskipun kemungkinan mendokumentasikan keganasan urologis pada


pasien yang dirujuk untuk hematuria mikroskopis kurang dari 5%, tidak ada
organisasi kesehatan utama yang saat ini merekomendasikan skrining rutin untuk
mikrohematuria pada pasien tanpa gejala. Sebagai gantinya, keputusan untuk
mendapatkan urinalisis (dipstick atau mikroskopik) didasarkan pada interpretasi
temuan klinis oleh dokter yang mengevaluasi.

2.1.3 Patofisiologi

9
Patofisiologi hematuria tergantung pada tempat anatomi pada traktus
urinarius dimana kehilangan darah terjadi. Pemisahan konvensional telah
dilakukan antara perdarahan glomerular dan ekstraglomerular, memisahkan
penyakit nefrologi dan urologi. 6,7

Darah yang berasal dari nefron diistilahkan hematuria glomerular nefronal.


Sel darah merah dapat masuk ke ruang urinari dari glomerulus atau, jarang dari
tubulus renalis. Gangguan barier filtrasi glomerulus dapat disebabkan
abnormalitas turunan atau didapat pada struktur dan integritas dinding kapiler
glomerulus. Sel darah merah ini dapat terjebak pada mukoprotein tamm-horsfall
dan akan bermanifestasi sebagai silinder sel darah merah pada urin. 6,7

Temuan silinder pada urin merupakan masalah signifikan pada tingkat


glomerular. Meskipun demikian, pada penyakit nefron, silinder dapat tidak
ditemukan dan hanya ditemukan sel darah merah terisolasi. Adanya proteinuri
membantu menunjang perkiraan bahwa kehilangan darah berasal dari glomerulus.

Hematuria tanpa proteinuria atau silinder diistilahkan sebagai hematuria


terisolasi (isolated hematuria). Meskipun beberapa penyakit glomerular dapat
mengakibatkan hematuria terisolasi, penemuan ini lebih konsisten pada
perdarahan ekstraglomerular. Setiap yang mengganggu epitelium seperti iritasi,
inflamasi, atau invasi, dapat mengakibatkan adanya sel darah normal pada urin.
Gangguan lain termasuk keganasan, batu ginjal, trauma, infeksi, dan medikasi.
Juga, penyebab kehilangan darah non glomerular, seperti tumor ginjal, kista
ginjal, infark dan malformasi arteri-vena, dapat menyebabkan hilangnya darah
masuk kedalam ruang urinari. 6,7

2.1.4 Diagnostik

Harus diyakinkan dahulu, benarkah seorang pasien menderita hematuria,


pseudo hematuria, atau perdarahan per-uretra. Pseudo atau false hematuria adalah
urine yang berwarna merah atau kecoklatan yang bukan disebabkan sel-sel darah

10
merah. Keadaan ini dapat disebabkan oleh karena hemoglobinuria, mioglobinuria,
konsentrasi asam uratyang meningkat, sehabis makan/minum bahan yang
mengandung pigmen tumbuh-tumbuhanyang berwarna merah, atau setelah
mengkonsumsi beberapa obat-obatan tertentu antara lain:fenotiazin, piridium,
porfirin, rifampisin, dan fenolftalein. 8

Perdarahan per-uretra adalah keluarnya darah dari meatus uretra eksterna


tanpa melalui proses miksi, hal ini sering terjadi pada trauma uretra atau tumor
uretra. Hemoglobinuria tanpa hematuria dapat disebabkan oleh adanya hemolisis.
Mioglobinuria tanpahematuria terjadi pada sindrom rabdiomiolisis setelah cedera
otot rangka dan disertaipeningkatan sebanyak lima kali pada kadar kreatin kinase
plasma. Rabdomiolisis dapat terjadisecara sekunder akibat miositis viral, luka
remuk, abnormalitas elektrolit berat (hipernatremia,hipofosfatemia), hipotensi,
koagulasi intravaskulas terdisseminasi (DIC), toksin (obat, racun),dan kejang
berkepanjangan. 8

Urin tanpa heme dapat terlihat merah, coklat kola, atau merah keunguan
akibat konsumsiberbagai jenis obat, makanan atau pewarna makanan. Urin dapat
berwarna coklat kehitaman atauhitam jika terdapat berbagai kelainan metabolit
urin.

11
Dalam mencari penyebab hematuria perlu dicari data yang terjadi pada
saat episode hematuria, antara lain:

 Bagaimanakah warna urine yang keluar?


 Apakah diikuti dengan keluarnya bekuan-bekuan darah?
 Di bagian manakah pada saat miksi urine berwarna merah?
 Apakah diikuti dengan perasaan sakit ?

Perlu ditanyakan juga, beberapa faktor risiko untuk kanker urothelial pada pasien
dengan hematuria mikroskopis

 Riwayat merokok
 Kerja paparan bahan kimia atau pewarna (benzenes atau aromatic
amine)
 Riwayat gross hematuria sebelumnya

12
 Usia di atas 40 tahun
 Riwayat gangguan berkemih, nyeri saat berkemih, dan infeksi
saluran kemih
 Penyalahgunaan analgetik
 Riwayat radiasi panggul.

Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik harus fokus pada deteksi hipertensi yang hadir


bersamaan dengansindrom nefritik dan penyakit pembuluh darah ginjal, edema
terkait dengan sindrom nefrotik, massa perut atau panggul teraba menyarankan
ginjal neoplasma, dan adanya nyeri ketok kostovertebral atau nyeri tekan
suprapubik berhubungan dengan infeksi saluran kemih. 8,9

Pemeriksaan rektal pada pria dapat mengungkapkan nodularitas prostat


atau pembesaransebagai penyebab potensial. Pada pemeriksaan diperhatikan
adanya hipertensi yang mungkin merupakan manifestasidari suatu penyakit ginjal.
Syok hipovolemik dan anemia mungkin disebabkan karena banyak darah yang
keluar. Ditemukannya tanda-tanda perdarahan di tempat lain adalah petunjuk
adanya kelainan sistem pembekuan darah yang bersifat sistemik. 8,9

 Pucat pada kulit dan konjungtiva sering terlihat pada pasien dengan
anemia.
 Periorbital, skrotum, dan edema perifer, mungkin menunjukkan
hipoalbuminemia dariglomerulus atau penyakit ginjal.
 Cachexia mungkin menunjukkan keganasan
 Nyeri tekan dari sudut kostovertebral, dapat disebabkan oleh pielonefritis
atau denganperbesaran massa seperti tumor ginjal.
 Nyeri suprapubik sistitis, baik yang disebabkan oleh infeksi, radiasi, atau
obatsitotoksik
 Kandung kemih tidak teraba ketika didekompresi, kandung kemih diisi
dengan 200 mLurin percussible. Dalam retensi urin akut, biasanya terlihat

13
dalam kasus-kasus BPH atau obstruksi oleh bekuan, kandung kemih bisa
diraba dan dapat dirasakan hingga tingkatumbilikus.
 Palpasi bimanual pada ginjal perlu diperhatikan adanya pembesaran ginjal
akibat tumor,obstruksi, ataupun infeksi ginjal. Massa pada suprasimfisis
mungkin disebabkan karenaretensi bekuan darah pada buli-buli.
 Pada colok dubur, ukuran, bentuk dan konsistensi prostat dinilai
mengetahui adanyapembesaran prostat benigna maupun karsinoma prostat.
Setelah prostatektomi enukleasimaupun endoskopik, simpai prostat
dibiarkan sehingga pada colok dubur memberikankesan prostat masih
membesar. Lobus medial prostat yang mungkin menonjol kekandung
kemih umumnya tidak dapat dicapai dengan jari. Karsinoma
prostatmenyebabkan asimetri dan perubahan konsistensi setempat.
Diagnosis dipastikan melaluibiopsy jarum transrektal.
 Pemeriksaan dengan menggunakan berbagai kateter yang dahulu dibuat
dari karet dansekarang lateks, politen atau silicon. Ujung kateter dibuat
dalam berbagai bentuk supayatidak dapat tercabut; yang biasa ialah bentuk
Foley yang pada ujungnya berbentuk balonyang dapat dikembangkan.
Untuk ukurannya digunakan skala Charriere, berdasarkanskala Prancis
yang menyatakan ukuran lingkaran di luarnya dan bukan
diameternya.Diameter didapat dengan membagi ukuran Charriere dengan
tiga

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan darah yang dilakukan yakni penentuan kadar kreatinin,


ureum dan elektrolituntuk mengetahui faal ginjal; fosfatase asam yang mungkin
meningkat pada metastaseprostat, dan fosfatase alkali yang dapat meningkat pada
setiap jenis metastase tulang. Kadar kalsium, fosfat, asam urat dan hormon
paratiroid ditentukan bila terdapat kemungkinan urolithiasis. 8,9

Pemeriksaan urine dilakukan untuk pemeriksaan mikroskopik,


bakteriologik dansitologik. Pemeriksaan urinalisis dapat mengarah kepada

14
hematuria yang disebabkan olehfaktor glomeruler ataupun non glomeruler.
Pemeriksaan hapusan darah tepi dapat menunjukkan proses mikroangiopati yang
sesuai dengan sindrom hemolitik-uremik, trombosis vena ginjal, vaskulitis, atau
SLE. Pada keadaan terakhir, adanya autoantibodi dapat ditunjukkan dengan reaksi
Coombs positif, adanya antibodi antinuclear, leukopenia dan penyakit
multisistem. 8,9

Trombositopenia dapat diakibatkan oleh berkurangnya produksi trombosit


(pada keganasan) atau peningkatan konsumsi trombosit (SLE,
purpuratrombositopenik idiopatik, sindrom hemolitik-uremik, trombosis vena
ginjal). Walaupun morfologi SDM urin dapat normal pada perdarahan saluran
kemih bawah dan dismorfik pada perdarahan glomerular, morfologi sel tidak
secara pasti berhubungan dengan lokasihematuria. 8,9

Pada pemeriksaan pH urine yang sangat alkalis menandakan adanya


infeksi organismepemecah urea di dalam saluran kemih, sedangkan pH urine yang
sangat asam mungkinberhubungan dengan batu asam urat.Sitologi urine
diperlukan untuk mencari kemungkinan adanya keganasan sel-sel urotelial. 8,9

IVP adalah pemeriksaan rutin yang dianjurkan pada setiap kasus


hematuria & seringdigunakan untuk menentukan fungsi ekskresi ginjal.
Umumnya, menghasilkan gambaranterang saluran kemih dari ginjal sampai
dengan kandung kemih, asal faal ginjalmemuaskan. Pemeriksaan ini dapat menilai
adanya batu saluran kemih, kelainan bawaansaluran kemih, tumor urotelium,
trauma saluran kemih, serta beberapa penyakit infeksisaluran kemih. 8,9

USG berguna untuk menetukan letak dan sifat massa ginjal dan prostat
(padat atau kista),adanya batu atau lebarnya lumen pyelum, penyakit kistik,
hidronefrosis, atau urolitiasisureter, kandung kemih dan uretra, bekuan darah pada
buli-buli/pielum, dan untuk mengetahui adanya metastasis tumor di hepar.
Ultrasonografi dari saluran kemih sangatberguna pada pasien dengan hematuria
berat, nyeri abdomen, nyeri pinggang, atautrauma. Jika hasil penelitian awal ini
tetap normal, disarankan dilakukan pemeriksaankreatinin dan elektrolit serum. 8,9

15
Endoultrasonografi, yaitu ekografi transurethral sangat berguna untuk
pemeriksaanprostat dan buli-buli. Arteriografi dilakukan bila ditemukan tumor
ginjal nonkista untuk menilaivaskularisasinya walaupun sering digunakan CT-
Scan karena lebih aman daninformative. Bagian atas saluran kemih dapat dilihat
dengan cara uretrografi retrogradatau punksi perkutan. 8,9

Payaran radionuklir digunakan untuk menilai faal ginjal, misalnya setelah


obstruksidihilangkan. Pemeriksaan endoskopi uretra dan kandung kemih
memberikan gambaran jelas dan kesempatan untuk mengadakan biopsy.
Sistometrografi biasanya digunakan untuk menentukan perbandingan antara isi
dantekanan di buli-buli. Sistoskopi atau sisto-uretero-renoskopi (URS) dikerjakan
jika pemeriksaan penunjang diatas belum dapat menyimpulkan penyebab
hematuria. 8,9

2.1.5 Diagnosa Banding 8,9

16
17
2.1.6 Tatalaksana

Jika terdapat gumpalan darah pada buli-buli yang menimbulkan retensi


urine, cobadilakukan kateterisasi dan pembilasan buli-buli dengan memakai cairan
garam fisiologis, tetapi jika tindakan ini tidak berhasil, pasien secepatnya dirujuk
untuk menjalani evakuasi bekuandarah transuretra dan sekaligus menghentikan
sumber perdarahan. Jika terjadi eksanguinasi yangmenyebabkan anemia, harus
dipikirkan pemberian transfusi darah. Demikian juga jika terjadiinfeksi harus
diberikan antibiotika. Setelah hematuria dapatditanggulangi, tindakan selanjutnya
adalah mencari penyebabnya dan selanjutnya menyelesaikanmasalah primer
penyebab hematuria. 10

18
BAB III

KESIMPULAN

Hematuria merupaan suatu gejala yang penting pada berbagai penyakit


ginjal dansalurannya, sedangkan proteinuria lebih memilii arti dalam hal
diagnostic dan prognosticpenyakit. Pemeriksaan harus dilakuan dengan teliti dan
terarah supaya jangan sampai ada halpenting yang terlewatkan sedangkan
pemeriksaan-pemeriksaan yang tidak perlu sebaiknyadihindarkan.Penemuan
klinis sering di dapatkan pada populasi orang dewasa, dengan prevalensi
yangmulai dari 2,5% menjadi 20,0% .

Secara visual terdapatnya sel-sel darah merah di dalam urinedibedakan


dalam 2 keadaan, yaitu : Hematuria makroskopik adalah hematuria yang secara
kasat mata dapat dilihat sebagaiurine yang berwarna merah, mungkin tampak pada
awal miksi atau pada akhirnyayang berasal dari daerah posterior uretra atau leher
kandung kemih.

19
Hematuria mikroskopik adalah hematuria yang secara kasat mata tidak
dapat dilihatsebagai urine yang berwarna merah tetapi pada pemeriksaan
mikroskopik diketemukanlebih dari 2 sel darah merah per lapangan pandang.
Urological Association (AUA) mendefinisikan hematuria mikroskopis klinis
yangsignifikan karena terdapat lebih dari 3 sel darah merah (sel darah merah)
padalapangan pandang besar pada 2 dari 3 spesimen urin dikumpulkan dengan
selama 2sampai 3 minggu.

Hematuria dapat disebabkan oleh kelainan-kelainan yang berada di dalam


sistemurogenitalia atau kelainan yang berada di luar sistem urogenitalia. Penyebab
paling umum darihematuria pada populasi orang dewasa termasuk saluran kemih
infeksi, batu saluran kemih,pembesaran prostat jinak, dan keganasan dalam
urologi.

Namun, diferensial lengkap sangatluas , beberapa insiden khusus kondisi


yang berhubungan dengan hematuria bervariasi dengan umur pasien, jenis
hematuria (gross atau mikroskopis, gejala atau tanpa gejala), dan adanyafaktor
risiko keganasan.Secara keseluruhan, sekitar 5% pasien dengan hematuria
mikroskopis dan sampai dengan40% pasien dengan gross hematuria ditemukan
pada neoplasma dari urinary tract. Sebaliknya, pada hingga 40% pasien dengan
asimptomatik mikrohematuria,sulitdiidentifikasikan penyebabnya.

Diagnosis dan evaluasi pasien harus diyakinkan dahulu, benarkah seorang


pasienmenderita hematuria, pseudo hematuria, atau perdarahan per-uretra. Pseudo
atau false hematuriadapat disebabkan oleh karena hemoglobinuria, mioglobinuria,
konsentrasi asam urat yangmeningkat, sehabis makan/minum bahan yang
mengandung pigmen tumbuh-tumbuhan yang berwarna merah, atau setelah
mengkonsumsi beberapa obat-obatan tertentu antara lain:fenotiazin, piridium,
porfirin, rifampisin, dan fenolftalein. Perdarahan per-uretra adalahkeluarnya darah
dari meatus uretra eksterna tanpa melalui proses miksi, hal ini sering terjadipada
trauma uretra atau tumor uretra.

20
DAFTAR PUSTAKA

1. Available at: http://globocan.iar.fr.Accessed April 20, 2014.

2. Grossfeld GD, Litwin MS, Wolf JS Jr, et al. Evaluation of asymptomatic


microscopic hematuria in adults: the American Urological Association best
practice policye part II: patient evaluation, cytology, voided markers, imaging,
cystoscopy, nephrology evaluation, and follow-up. Urology. 2001;57:604-610

3. Davis R, Jones JS, Barocas DA, et al. Diagnosis, evaluation and follow-up of
asymptomatic microhematuria (AMH) in adults: AUAguideline. J Urol.
2012;188(6 Suppl):2473-2481.

4. Friedlander DF, Resnick MJ, You C, et al. Variation in the intensity of


hematuria evaluation: a target for primary care quality improvement. Am J Med .
2014;127:633-640.

5. Shinagare AB, Silverman SG, Gershanik EF, Chang SL, Khorasani R.


Evaluating hematuria: impact of guideline adherence on urologic cancer
diagnosis. Am J Med. 2014;127:625-632.

21
6. Buteau A, Seideman CA, Svatek RS, et al. What is evaluation of hematuria by
primary care physicians? Use of electronic medical records to assess practice
patterns with intermediate follow-up. Urol Oncol.2014;32:128-134.

7. Cohn JA, Vekhter B, Lyttle C, Steinberg GD, Large MC. Sex disparities in
diagnosis of bladder cancer after initial presentation with hematuria: a nationwide
claims-based investigation. Cancer. 2014;120:555-561.

8. Burger M, Catto JW, Dalbagni G, et al. Epidemiology and risk factors of


urothelial bladder cancer. Eur Urol. 2013;63:234-241.

9. Grollman AP, Shibutani S, Moriya M, et al. Aristolochic acid and the etiology
of endemic (Balkan) nephropathy. Proc Natl Acad Sci U S A. 2007;104:12129-
12134.

10. Chen CH, Dickman KG, Moriya M, et al. Aristolochic acid-associated


urothelial cancer in Taiwan.Proc Natl Acad Sci U S A. 2012;109:8241-8246

22

Anda mungkin juga menyukai