Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang

Infeksi saluran kemih adalah suatu istilah umum yang dipakai untuk mengatakan adanya invasi
mikroorganisme pada saluran kemih. (Agus Tessy, Ardaya, Suwanto, 2001)

Infeksi saluran kemih dapat mengenai baik laki-laki maupun perempuan dari semua umur baik
pada anak-anak remaja, dewasa maupun pada usia lanjut akan tetapi, dari dua jenis kelamin
ternyata wanita lebih sering dari pria dengan angka populasi umum, kurang lebih 5 – 15%.

Infeksi saluran kemih pada bagian tertentu dari seluruh perkemihan yang disebabkan oleh
bakteri terutama scherichia coli ; resiko dan beratnya meningkat dengan kondisi seperti refluks
vesikouretal, obstruksi saluran perkemihan, statis perkemihan, pemakaian instrumen uretral baru,
septikemia. ( Susan Martin Tucker, dkk, 1998)

Infeksi traktus urinarius pada pria merupakan akibat dari menyebarnya infeksi yang berasal dari
uretra seperti juga pada wanita. Namun demikian, panjang uretra dan jauhnya jarak antara uretra
dari rektum pada pria dan adanya bakterisdal dalam cairan prostatik melindungi pria dari infeksi
traktus urinarius. Akbitnya UTI pada pria jarang terjadi, namun ketika gangguan ini terjadi kali ini
menunjukkan adanya abnormalitas fungsi dan struktur dari traktus urinarius.

1.2  Tujuan

1. Tujuan Umum

Memberikan gambaran tentang perawatan pada saat eliminasi urine sesuai dengan tujuan dan tata
prosedur pelaksanaan.

2. Tujuan Khusus

a.       Mengetahui faktor yang mempengaruhi kebiasaan berkemih.

b.      Mengetahui sifat urine normal.

c.       Mengetahui masalah dalam eliminasi urine.

d.      Mengetahui cara mengatasi masalah dalam eliminasi urine.

e.       Mampu melaksanakan tindakan perawatan eliminasi urine sesuai dengan prosedur pelaksanaan.

BAB II
TINJAUAN TEORITIS

2.1  Konsep Dasar Eliminasi urine

Eliminasi urine merupakan cairan yang dikeluarkan dari ginjal sebagai hasil filtrasi dari plasma
darah di glomerulus. Dari 180 liter darah yang masuk ke ginjal untuk difiltrasi, hanya  1 – 2 liter saja
yang dapat berupa urine, sebagai besar hasil filtrasi akan diserap kembali di tubulus ginjal untuk
dimanfaatkan  oleh tubuh.

Miksi adalah proses pengosongan kandung kemih bila kandung kemih terisi. Proses ini terjadi
dua langkah utama yaitu: kandung kemih secara progresif terisi sampai tegangan di dindingnya
meningkat diatas nilai ambang, yang kemudian mencetuskan langkah kedua, tinbul refleks saraf yang
disebut refleks miksi (refleks perkemih) yang berusah mengosongkan kandung kemih atau jika ini
gagal, setidak-tidaknya menimbulkan kesadaran akan keinginan untuk berkemih.meskipun refleks
miksi adalah refleks outonomik medula spimalis, refleks ini bisa juga dihambat atau ditimbulkan oleh
pusat korteks serebri atau batang otak.

2.2 Anatomi Sistem Perkemihan

A. Ginjal

Ginjal pada orang dewasa memilkiki panjang kira-kira 11cm, lebar 5 – 7,5cm, tebal 2,5cm, dan berat
sekitar 150 gram. Organ ginjal berbentuk kurva yang gerletak diarea retroperitoneal, pada bagian
belakang dinding abdomen disamping depan vertebra, setinggi torakal ke-12 sampai lumbal ke-3.
Ginjal disokong oleh jaringan adiposa dan jaringan penyokong yang disebut fasiagerota, serta
dibungkus oleh kapsul ginjal, yang berguna untuk mempertahankan ginjal, pemblu darah,dan klenjar
adrenal terhadap adanya trauma. Ginjal terdiri atas tiga ruang, yaitu: korteks, medula, dan pelvis.

1.      Korteks, merupakan bagian paling luar ginjal, terletak dibawah kapsula fibrosa sampai dengan
lapisan  medula, tersusun atas nefron-nefron yang jumlahnya lebih dari satu juta. Semua glomerulus
berada dikorteks dan 90% aliran darah menuju korteks .

2.      Medula, terdiri atas saluran-saluran atau duktus mengumpul yang disebut piramida ginjal yang
tersusun antara 8 – 18 buah.

3.      Pelvis, merupakan area yang terdiri atas kaliks minor yang kemudian bergabug menjadi kaliks mayor.
Empat sampai lima minor bergabung menjadi kaliks mayor dan dua sampai tiga kaliks mayor
bergabung menjadi pelpis ginjal yang berhubungan dengan uretr bagian proksimal

1.      Nefron merupakan unit fungsional ginjal, dimana pada masing-masig ginjal terdiri atas satu sampai
empat juta nefron. Nefron terdiri atas komponen faskular dan tubular. Komponen akular atau
pembulu darah kapiler diantaranya adalah anteriola aferen, glomerulus, ateriola everns, dan kapiler
peritubular. Komponen tubular merupakan penampung hasil filtrasi dari glomerus, terdiri atas
kapsula baumen tubulus kontrulus proksimal, ansa henle, tubulus kontortus distal, serta tubulus dan
duktus pengumpul . salah satu komponen penting nevron adalah glomelorusyang merupakan
cabang dari arteriola eferen yang membentuk anyaman-anyaman kapiler. Didalam glomerulus bila
terjadi proses filtrasi.

2.      Fungsi ginjal

Ginjal merupakan organ yang penting dalam proses keseimbangan cairan tubuh dan sebagai organ
sekresi dari zat-zat yang sudah tidak dibutuhkan lagi. Berikut adalah beberpa fungsi ginjal .

1.      Pengaturan volume dan kompsisi darah. Ginjal berperan  dalam pengaturan volume darh dan
komposisi darah melalui mekanisme pembuangan atau sekresi cairan. Misalnyajika intake cairan
melebihi kebutuhan, maka ginjal akan membuang lebih banyak Ciaran yang keluar dalam bentuk
urine, sebaliknya jika kekurangan cairan, maka ginjal akan mempertahankan  cairan yang keluar
dengan sedikit urine yang dikeluarkan. Jumlah cairan yang keluar dan dipertahankan tubuh
berpengaruh terhadap pengeceran dan pemekatan darah serta volume darah. Didalam ginjal juga
diproduksi hormon eritropoiettin yang dapat menstimulasi pembentukan sel darah merah. Pada
kondisi kekurangan darah, anemia, atau hipoksia maka akan lebih banyak diproduksi eritropoietin
untuk memperbanyak produksi sel darah merah.

2.      Pengaturan jumlah dan konsentrasi elektrolit pada cairan ekstrasel, seperti natrium,klorida,
bikarbonat, kalsium, magnesium, fosfat dan hidrogen konsetrasi elektrolit ini memepengaruhi
pergerakan cairan intrasel dan ekstarasel. Bila terjadi pemasukan dan kehilangan ion-ion tersebut,
maka ginjal akan meningkatkan atau mengurangi sekresi ion-ion penting tersebut.

3.      Membantu mempertahankan keseimbangan asa basa (pH) darah. Pengendalian asam basa darah
oleh ginjal dilakukan dengan sekresi urine asam atau basa melalui pengeluaran ion hidrogen atau
bikarbonat dalam urine.

4.      Pengaturan tekanan darah. Ginjal berepran dalam pengaturan tekanan darah dengan menyekresi
enzim renin yang mengaktifkan jalur renin-angiotensin dan mengakibatkan perubahan vasokonstriksi
atau vasodilatasi pembulu darah sehingga dapat meningkatkan tekanan darah atau menurnkan
tekanan darah.

5.      Pengeluaran dan pembersih hasil metabolisme tubuh, seperti urea, asam urat, dan kreatinin yang
jika tidak dikeluarkan dapat bersifat toksik khususnya pada otak

6.      Pengeluaran komponen-komponen asing seperti pengeluaran obat, pestisida, dan zat-zat berbahaya
lainnya

Berdasarkan fungsi-fungsi di atas, ginjal melakukan 3 fungsi mekanik, yaitu filtrasi, reabsorpsi
tubular, dan sekresi tubular.
1.      Filtrasi glomerular

Filtrasi plasma terjadi pada glomerulus di nefron, merupakan langkah pertama produksi urine.
Ultrafiltasi terjadi di mana plasma menembus barier dari membran endothelium glomerulus
kemudian hasilnya masuk ke dalam ruang intrakapsul Bowman. Normalnya sekitar 20% atau
sekitar 180 liter per hari plasma masuk ke glomerulus untuk difiltrasi. Rata-rata 178,5
liter direabsorpsi kembali dan hanya 1-2 liter yang diekskresi menjadi urine. Filtrasi glomerulus
terjadi akibat perbedaan tekanan filtrasi dengan tekanan yang melawan filtrasi atau disebut tekanan
filtrasi efektif. Ada tiga tekanan yang terjadi dalam proses filtrasi, yaitu : tekanan darah kapiler
glomerulus atau tekanan hidrostatik kapiler glomerulus, tekanan osmotik koloid plasma, dan
tekanan hidrostatik kapsula  Bowman.

a.       Tekanan darah kapiler glomerulus, merupakan tekanan yang cenderung mendorong, tekanan ini
tergantung dari kontraksi atau kerja jantung dan resistansi dari arteriola aferen dan arteriola eferen.
Besarnya tekanan ini sekitar 50 mmHg.

b.      Tekanan osmotik koloid  plasma, tekanan ini terjadi karena protein plasma yang cenderung menarik
air dan garam-garam ke dalam pembuluh darah kapiler. Tekanan ini bersifat melawan filtrasi,
besarnya sekitar 30 mmHg.

c.       Tekanan hidrostatif kapsula Bowman, yaitu tekanan yang terjadi karena adanya cairan pada kapsula
Bowman yang cenderung melawan filtrasi, besarnya sekitar 5 mmHg.

Dengan demikian, kekuatan filtrasi/tekanan filtrasi efektif adalah kekuatan mendorong


dimana tekanan darah kapiler glomerulus dikurangi dua kekuatan yang melawan filtrasi, yaitu
tekanan osmotik koloid dan tekanan hidrostatik kapsula Bowman sehingga besarnya 50 mmHg – (30
mmHg + 5 mmHg) = 15 mmHg.

Tidak semua zat dapat difeltrasi oleh glomerulus, misalnya sel darah dan protein. Oleh
karena ukurannya yang besar, membrane filtrasi hanya dapat dilalui oleh plasma, garam-garam,
glukosa, dan molekul-molekul kecil lainnya. Besarnya volume plasma yang difiltrasi oleh glomerulus
per menit pada semua nefron disebut laju glomerular (LFG) atau glomerular filtration rate
(GFR), Titik besarnya LFG pada laki-laki 125 mm/menit atau 180 liter per 24 jam, sedangkan pada
wanita sekitar 110 ml/menit.

Faktor-faktor yang mempengaruhi LFG diantaranya sebagai berikut :

a.       Tekanan filtrasi efektif. Makin besar tekanan yang dihasilkan makin besar pula LFG-nya. Tekanan
filtasi efektif dipengaruhi oleh adanya autoregulasi dari ginjal termasuk karena stimulasi saraf
simpatis yang mempengaruhi konstriksi anteriola aferen dan eferen, adanya obstruksi aliran urine,
serta menurunnya protein plasma.
b.      Permeabilitas dari glomerulus. Normalnya membran glomerulus sangat permeable sehingga filtrasi
cepat terjadi. Pada kondisi tertentu, seperti pada penyakit ginjal dapat meningkatkan permeabilitas
kapiler sehingga meningkat LFG.

Pengukuran LFG sangat penting dalam mengestimasi pembersihan zat-zat, baik yang dikeluarkan
maupun  yang direabsorpsi di dalam nefron. Kemampuan ginjal untuk bersihan zat dari plasma
selama 1 menit disebut renal clearance. Dalam pengukuran ini, jumlah dari suatu zat di dalam urine
yang disekresikan dalam jangka waktu tertentu dikaitkan dengan kadar dalam plasma digambar
sebagai persamaan:

Clearance = kadar dalam zat urine dikalikan volume urine dalam milliliter
                    yang diekresikan per menit dibagi kadar zat dalam plasma.

atau C 

C = Clearance
U = Kadar zat dalam urine
V = Volume urine (ml) yang disekresi per menit
P = Kadar zat dalam plasma

      Zat yang paling penting untuk disekresi adalah kreatinin karena bersihan kreatinin merupakan
acuan dalam fungsi renal clearance. Filtrasi kreatinin tergantung dari LFG dan konsertrasi kreatinin
dalam plasma (P)  dalam mg/ml atau filtrasi kreatinin = LFG x P. Sementara itu, ekskresi kreatinin
merupakan jumlah kreatinin yang dikeluarkan, tergantung dari laju aliran urine (V) dalam ml/menit
dan konsentrasi kreatinin di urine dalam mg/ml atau sekresi kreatinin = U x V.

      Kreatinin merupakan hasil pemecahan kreatinin fosfat dalam jaringan otot, normalnya
dikeluarkan melalui urine. Kreatinin masuk dan filtarasi oleh gloumerulus dan tidak di reabsorpasi
dalam jumlah yang signifikan. Dengan memonitorkan kreatinin darah dan jumlah yang disekreasi
melalui urine selama 24 jam  LFG dapat diestimasi.

                                                      

2.      Reabsorpsi tubular

Dari 180 liter per hari plasma yang difiltrasi, tidak semuanya dikeluarkan dalam bentuk urine. Lebih
banyak yang diserap kembali atau reabsorpsi dalam tubulus ginjal terutama zat-zat atau material
yang penting bagi tubuh dan hanya 1-2 liter yang dikeluarkan dalam bentuk urine. Material yang
reabsorpsi masuk kembali ke darah melalui kapiler peritubular. Persentase dari subtansi yang
reabsorpsi dan disekresi adalah sebagai berikut.

Tabel Persentase Substansi yang Direabsorpsi dan Disekresi Ginjal

Substansi Reabsorpsi Sekresi


( % rata-rata) ( % rata-rata )

Air 99 1

Sodium 99,5 0,5

Glukosa 100 0

Urea 50 50

Reabsorpsi sebagian besar terjadi di tubulus proksimal ( 75 % ) selebihnya terjadi di ansa Henle,
tubulus distal, dan duktus koligentes. Proses reabsorpsi dilakulkan melalui transfer pasif dan transfer
aktif. Transfer pasif adalah pergerakan zat atau material melalui gradien kimia dan listrik. Pergerakan
pasif terjadi dari area dengan konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah. Misalnya reabsorpsi pasif
adalah air pada tubulus distal, air, dan urea dengan bantuan ADH di duktus koligen, urea, air, serta
klor pada tubulus proksimal. Transpor akltif terjadi dengan membutuhkan energi ATP, misalnya
reabsorpsi natrium, kalium, klor pada tubulus konturtus distal dan duktus koligen, transfer glukosa,
asam amino, natrium, kalium, fosfat, sulfat, dan vitamin C terjadi pada tubulus kontortus proksimal.

3.      Sekresi tubular

Sekresi tubular adalah kebalikan dari reabsorpsi, merupakan proses aktif yang memmindahan zat
keluar kapiler peritubular melewati epitel sel-sel tubular masuk ke lumen nefron untuk dikeluarkan
dalam urine.

Subtansi penting disekresi oleh tubulus adalah hidrogen, kalium, anion dan kation organik, serta
benda-benda asing dalam tubuh. Sekresi ion hidrogen penting dalam keseimbangan asam basa
karena pengeluaran ion hidrogen tergantung dari keasaman cairan tubuh. Ketika cairan tubuh asam,
maka sekresi hidrogen meningkat, demikian sebaliknya. Sekresi kaliaum terjadi di tubulus distal dan
duktus koligen, sedangkan sekresi anion dan kation organik, termasuk polutan lingkungan dan obat-
obatan terjadi pada tubulus kontortus proksimal.

C.     Ureter

Ureter merupakan saluran yang berbentuk tabung dari ginjal ke kandung kemih, panjangnya 25 – 30
cm dengan diameter 6 mm. Berjalan mulai dari pelvis renal setinggi lumbal ke-2. Posisi ureter miring
dan menyempit di tiga titik, yaitu : di titik asal ureter pada pelvis ginjal, titik saat melewati pinggiran
pelvis, dan titik penemuan dengan kandung kemih. Posisi miring dan adanya penyempitan ini dapat
mencegah terjadinya refleks aliran urine. Ada tiga lapisan jaringan pada ureter, yaitu pada bagian
dalam adalah epitel mukosa, bagian tengah lapisan otot polos, dan bagian luar lapisan fibrosa.
Ureter berperan aktif dalam transpor urine. Urine mengalir dari pelvis ginjal melalui ureter dengan
gerakan peristaltiknya. Adanya ketegangan pada ureter menstimulasi terjadinya konstraksi dimana
urine akan masuk ke kandung kemih. Rangsangan saraf simpatis dan parasimpatis juga mengontrol
kontraksi ureter mengalirkan urine.

D.    Kandung Kemih

Kandung kemih merupakan organ berongga dan berotot yang berfungsi menampung urine sebelum
dikeluarkan melalui uretra. Kandung kemih terletak pada rongga pelvis. Pada laki-laki, kandung
kemih berada di belakang simfisis pubis dan di depan rektum, sedangkan pada wanita kandung
kemih berada di bawah uterus dan di depan vagina. Dinding kandung kemih memiliki 4 lapisan
jaringan. Lapsan paling dalam adalah lapisan mukosa yang menghasilkan mukus, kemudian lapisan
submukosa, lapisan otot polos yang satu sama lain membentuk sudut atau disebut otot detrusor,
lapisan paling luar adalah serosa.

Pada dasar kandung kemih terdapat area segitiga yang disebut trigone yang di dalamnya terdapat 3
muara, yaitu 2 muara ureter dan 1 muara uretra. Pada daerah puncak trigone terdapat leher
kandung kemih yang berhubungan dengan muara uretra yang di sekelilingnya terdapat sfinger
uretra interna. Sfinger uretra interna bersifat involunter, dirangsang oleh adanya urine yang masuk
ke kandung kemih.

Kandung kemih dipersarafi oleh serabut postganglionik dari pleksus ganglia hipogastrik dengan saraf
parasimpatis dari ganglia yang merupakan cabang dari nervus pelvikus. Saraf pelvikus berhubungan
dengan medula spinalis melalui pleksus sakralis terutama pada segmen S-2 dan S-3. Pada bagian
sfingter eksterna dipersarafi oleh nervus pudendal yang merupakan serat saraf somatik dan
mengontrol otot lurik pada sfingter.

Fungsi utama  dari kandung kemih adalah menampung urine dari uretra dan kemudian dikeluarkan
melalui uretra. Kapasitas maksimum dari kandung kemih pada orang dewasa sekitar 300-450 ml dan
anak-anak antara 50-200  ml. Pada keadaan penuh akan memberikan rangsangan pada saraf aferen
ke pusat miksi sehingga terjadi kontraksi otot detrusor yang mendorong terbukanya leher kandung
kemih sehingga terjadi proses miksinya

E.     Uretra

Uretra memanjang dari leher kandung kemih sampai ke meatus. Pada wanita panjangnya sekitar 4
cm, lokasinya antara klitoris dengan liang vagina. Panjang uretra pada laki-laki sekitar 20 cm, terbagi
atas 3 bagian: prostatic uretra yang panjangnya sekitar 3 cm, terletak di bawah leher kandung kemih
sampai kelenjar prostat,bagian kedua adalah membranasea uretra yang panjangnya 1-2 cm yang di
sekitarnya terdapat sfingter uretra eksterna, dan pada abagian akhir adalah kavernus atau panile
uretra yang panjangnya sekitar 15 cm memanjang dari penis sampai orifisium uretra.

Fungsi dari uretra adalah menyalurkan urine dari kandung kemih ke luar. Adanya sfingter uretra
interna yang dikontrol secara involunter memungkinkan urine dapat keluar serta sfingter uretra
eksterna memungkinkan pengeluaran urine dapat dikontrol. Di samping untuk pengeluaran urine,
pada laki-laki uretra juga tempat pengeluaran sperma pada saat ejakulasi.

     2.3  Proses Berkemih

Urine diproduksi oelh ginjal 1 ml/menit, tetapi dapat bervariasi antara 0,5-2 ml/ menit. Aliran urine
masuk ke kandung kemih dikontiol oleh gelombang peristaltik yang terjadi setiap 10-150 deyik.
Aktivitas saraf parasimparis meningkatkan frekuensi.banyak nya aliran urine pada uretra
diperngaruhi oleh adanya refleks urettrorenal. Refleks ini diaktifkan oleh adanya obstruksi karna
konstriksi uretra dan juga konstriksi arterior aferen yang berakibat pada penurunan produksi urine,
demikian juga pada obstruksi ureter karna batu uretra.

Kandunng kemih berparsarafi oleh saraf dari pelvis, baik sensoris maupun motorik. Pengaktifan saraf
parasimpatiss menyebabkan kontraksi dari otot detrusor. Normalnya, sfinger interna pada leher
kandung kemih berkontraksi dan akan relaksi ketika otot kandung kemih berkontraksi. Sementra iitu,
sfinge eksterna dikontrol berdasarkan kesadaran (volunter) dan dipersarafi oleh nervus pundedal
yang merupakan saraf somatik.

Refleks berkemih dimulsiketika terjadi pengisian lkandung kemih. Jika ada 30-50 ml urine, maka
terjadi peningkatan tekanan pada dinding kandung kemih. Makin banyakn urine yang terkkumpul,
makin besar pula tekanannya, peningkatan tekanan akan menimbulkan refleks peregangan oleh
resptor regang sensoris pada dinding kandung kemih kemudian dihantarkan ke medula spinalis
segmen sakrilsmelalui nervus pelvikus dan kemudian dihantarkan ke medulaspinalis segmen sakralis
melalui nervus pelvikus dan kemudian secara refleks kembali lagi ke kandung kemih untuk
menstimulasi otot detrusor untuk berkonstraksi.

Siklus ini terus berlubang sampai kandung kemih mencapai kontraksi yang kuat, kemudian refleks
akan melemahkan dan menghilang sehingga refleks berekemih berhenti, hal ini menyebabkan
kandung kemih berleksasi. Sementara itu, jika terjadi kontraksi yang kuat, maka akan menstimulasi
nervus pudendal ke sfingter eksternus untuk menghambatnya. Jika penghambatan sinyal konstriktor
volunter ke sfinger ekstern di otak kuat, maka terjadilah proses berkemih.

Proses berkemih juga dikontrol oleh saraf pusat, ketika terjadi rangsangan peregangan pada diding
otot detrusor akibat adanya pengisian urine dikadung kemih melalui serat saraf sensoris di nervus
pelvis stimulus tersebut dihantarkan ke hipotalamus, dari hipotamalus kemudian dihantarkan ke
korteks serbri, selanjutnya korteks serebri merespons dengan mengirimkan sinyal ke sfinger interna
dan eksterna untuk refleksasi sehingga pengeluaran urine terjadi terjadi, proses berkemih juga
difasilitasi oleh kontrakasi dinding abdomen dengan meningkatkan tekanan dalam kandung kemih
sehingga mengakibtkan urine masuk ke leher kanndung kemih dan menimbulkan refleks berkemih.
Tidak semua urine dapat dikelurkan dalam berkemih. Masih dapat terisi urine residu sekitar 10 Ml.
2.4    Karakteristik  dan komposisi urine

1.      Karakteristik urine.

Urine normal mempunyai karakteristiksebagi berikut

a.       Volume. Pada orang dewasa rat-rata urine yang dikeluarkan setiap berkemih sekitar 250-400 ml,
tergantung dari intake dan kehilangan cairan jika pengeluaran urine kurang dari 30ml/jam,
kemungkinan terjadi gangguan fungsi ginjal.

b.      Warna, urine noemal warnanya kekuning-kuningan jernih, warna ini terjadi akibat adanyan urobilin,
warna lain seperti kuning gelap atau kuning coklat dapat terjadi pada dihidrasi, obat-obatan juga
dapat mengubah warna urine seperti warna merah atau orange gelap

c.       Baru bervariasi tergantung komposisi. Bau urine yang menyengat atau memusingkan timbul karna
urine mengandung amonia.

d.      Kadar pH sedikit asam antara 4,5-8 atau rata-rat 6,0 namun demikian, pH dipengaruhi oleh intake
makanan, misalnya urine vegetatian menjadi seidkit basa

e.       Berat jenis 1.003-1.030

f.       Komposisi air 93-97%

g.      Osmolariras  ( konsentrasi osmotik ) 85-1.335 mOam/liter.

h.      Bakteri tidak ada

2.      Komposisi urine

Lebih dari 99% dari 180 liter difiltrassi oleh glomerulus dan kemudain direabsorpsi kembali dlam
darah komposisi dan konsentrasi urine sesungguhnya menggambarkan kemampuan dari aktivitas
filtrasi, absorpsi, dan sekresi nefron,

      Urine mempunyai komposisi di antarannya adalah sebagai berikut.

a.       Zat buangan nitrogen seperti urea yang merupakan hasil deaminasi asam amino oleh hati dan ginjal;
kreatinin yang merupakan pemecahan keratin fosfat dalam otot rangka; amino yang merupakan
pemecahan deaminasi olehh hati dan ginjal; asam urat merupakan pemecahan daari hemoglobin

b.      Hasil nutrien metabolisme seperti karbohidrat, keton, lemak, dan asam amino

c.       Ion-ion seperti natrium, klorida, klaium, kalsium, dan magnesium

   Zat-zat yang dikeluarkan bersama urine merupakan bahan-bahan yang tidak dibutuhkan oleh
tubuh bahkan dapat bersifat racun. Sementara bahan-bahan yang difiltrasi oleh glomerolus, tetapi
masih digunakan kembali oleh tubuh akan direabsorpsi sehingga tidak disekresi
2.5  Faktor yang mempengaruhi eliminasi urine

1.      Pertumbuhan dan perkembangan.

Usia dan berat badnaa dapat memepengaruhi jumlah pengeluaran urine. Pada usia lanjut, volume
kandung kemih berkurang; demikian juga wanita hamil sehingga frekuensi berkemih juga akan lebih
sering.

2.      Soiskultural

Buaya masyarakat dimana sebagian masyarakat hanya dapat miski pada tempat tertutup dan
sebaliknya ada masyarakat yang dapat miski pada lokasi terbuka

3.      Psikologis

Peada keadaan cemas dan stres akan meningkatkan stimulusi berkemih sehingga miksi akan lebih
sering, walaupun jumlahnya lebih sedikit

4.      kebiasaan seseorang

misalnya seseorang hanya bisa berkemih di toilet sehingga ia tidak dapat berkemih dengan
menggunakan pot urine

5.      tonus ototeliminasi urine membutuhkan tonus otot kandung kemih, otot abdomen, dan pelvis untuk
berkontraksi. Jika ada gangguan tonus, otot dorongan untuk berkemih juga akan berkurang

6.      intake cairan dan makanan

alkohol menghambat antidiurectic hormone (ADH) untuk meningatkan pembuangan urine. Kopi, teh,
coklat, dan cola yang menandung kafein dapat meningkatkan pembuangan dan eksresi urine

7.      kondisi penyakit

beberapa contoh kondisi penyakit yang dapat mempengaaruhi eliminsai urine adalah pasien
demam, peradangan dan iritasi pada organ kemih, infrak miokrad, serta gagal jantung. Pada pasien
dalam demam akan terjadi penurunan produksi urine karna banyak cairan yang dikeluarkan melali
kulit, peradanagan dan iritasi pda organ kemih akan meninmbulkan retensi urine, serta keadaaan
pasien infrak miokard dengan pembatasan aktivitas akan mempengaruhi pola eliminasi pasien.
Demikian juga pada pada pasien dengan gagal jantung denngan pembatasan cairan, pola dan
eliminasi urine pasien juga dapat terganggu.

8.      Pembedahan

Peggunaan anestesti menurunkanfiltrasi glomerulus sehingga produksi urine akan menurun

9.      Pengobatan
Penggunaan diuretik meningkatkan output urine, antikolinergik, an antihipertensi menimbulkan
retensi

10.  Pemeriksaan diagnostik

Pieolgram intravena dimana pasien dibatasi intake sebelum prosedur untuk mengurangi output
urine. Sitoskop dapat menimbulkan edema lokal pada uretra dan spasme pada sfinger kandung
kemih sehingga dapat menimbulkan urine

11.  Trauma persarafan

Pasien dengan trauma spinalis dapat menimbulkan kerusakan saraf terutama pada daerah lumbal
yang mempersarafi kandung kemih sehingga kontrol eleminasi urine juga terganggu. Pada pasien
dapat mengalami retensi urine karea otot detrusor kandung kemih kehilangan kemampuan untuk
berkontraksi sehingga pengeluaran urine juga akan terganggu

2.6  Masalah-masalah eliminasi urine

1.      Retensi urine

Merupakan penumpukan urine dalam kandung kemih dan ketidak mampuan kandung kemih untuk
mengeluarkan urine. Retensi urien menyababkan distensi kandung kemih, dimana urine yang
terdapat dalam kantung kemih melebihi 400 ml. Normalnyaa adalah 250-400 ml. Retensi urine dapat
disebabkan karna ketidakmampuan kontrol sisstem persarafan dalam menstimulasi kemauan untuk
eliminasi urine, misalnya pada trauma medula spinalis. Retensi urine juga dapat disebabkan karna
obstruksi saluran kemih, seperti adanya batu saluran kemih, hipertrofi prostat, maupu striktur
uretra.

2.      Inkontinensia urine.

Adalah ketidakmampuan otot sfinger eksternal sementara atau menetap untuk mengontrol ekskresi
urine. Ada dua jenis inkontinensia, yaitu pertama, inkontinensia stres, yaitu stres yang terjadi pada
saat tekanan intraabdomen meningakat seperti pada saat batuk atau tertawa; kedua, inkontinensia
urgensi, yaitu inkontinensia yang terjadi saat klien terdesak ingin berkemih, hal ini terjadi akibat
infeksi saluran kemih bagian bawah atau spasme kandunng kemih

3.      Enursis

Merupakan ketidaksanggupan menahan kemih (mengompol) yang diakibatkan  ketidakmampuan


untuk mengendalikan sfinger ekster a. Biasanya terjadi pada anak-anak atau pada orang jompo

4.      Perubahan pola berkemih


1.      Ferkuensi: meningkatkan ferkuensi berkemih tanpa intake cairan yang meningatkan, biasanya terjadi
pada sistitis, stres, dan wanita hamil

2.      Urgensi: perasaan ingi segera berkemih dan biasanya terjadi pada anak-anak karna kemampuan
sfinger untuk mengontrol berkurang

3.      Disuria: rasa sakit dan kesulitan dalm berkemih, misalnya pada infeksi saluan kemih, trauma, dan
striktut uretra

4.      Poliuria (diuresis): produksi urine melebihi normal tanpa peningkatan intake cairan, misalnya pada
pasien diabetes melitus

5.      Urinary suppression: keadan dimana ginjal tidak memproduksi urine secara tiba-tiba

6.      Anuria : keadaan dimana ginjal tidak mampu memeproduksi ginjal urine secara optimal, produksi
urine kurang dari 100 ml/ 24 jam. Keadaan ini merupakan tanda gagal ginjal

7.      Oliguria: merupakan keadaan dimana produksi urine kurang dari 30 ml/jam atau berkisar antara
100-500 ml/24 jam

8.      Nokturia: miksi yang sering terjadi pada malah hari, hal ini merupakan perubahan pola eliminasi.
Penyebab nokturia karna faktor usia, stres, penyakit tertentu, dan pengobatan. Faktor lai  adalah
faktor fisiologis, psikologis, dan lingkungan. Pasien dengan kehamilan dan usia diatas 50 tahun sering
terjadi nokturia

2.7 Asuhan Keperawatan

A.    Pengkajian

1.      Riwayat keperawatan

a.       Pola berkemih pasien

b.      Gejala dari perubahan berkemih dan sejak kapan, lamanya

c.       Faktor yang memengaruhi berkemih dan usaha yang dilakukan selama mengalami masalah eliminasi
urine

2.      Pemerikasaan fisik

a.       Penampilan umum psien ekspresi wajah, pasien gelisah, atau menahan sakit

b.      Keadaan kulit

Kulit kering, mukosa mulut kering turgor kulit kering, lidah menjadi kering tanda kekurangan cairan.
Kulit berkeringat, basah dapat disebabkan karna pasienmenahan nyeri saaat berkemih. Kaji adanya
edema atau asites mungkin dapat terjadi

c.       Abdomen
Pembesaran, pelebaran pembulu darah vena, distensi kandung kemih, pembesaran ginjal, nyeri
tekan, tandeerness, dan bising usus

d.      Genitalia wanita

Inflamasi, nodul, lesi, adnya sekret dari meatus, dan keadaan atrofi jaringan vagina

e.       Genitalia laki-laki

Kebersihan, adanya lesi, tenderness, dan adanya pembesaran skrotum

3.      Intake dan output cairan

a.       Kaji intake dan output cairan dalam sehari (24jam)

b.      Kebiasan minum dirumah

c.       Intake; cairan infus, oral, makanan, NGT

d.      Kaji perubahan volume urine untuknmengetahui ketidakseimbangan cairan

e.       Output urine dari urine dan urinal, kantong urine, drainase ureterostomi , dan sitostomi

f.       Karakteristik urine: warna, kejernihan, bau, dan kepekatan

4.      Pemeriksaan diagnostik

a.       Pemeriksaan urine (urinalis):

1)      Warna (normalnya jernih kekuningan)

2)      Penampilan (normalnya jernih)

3)      Bau (normalnya beraroma)

4)      pH ( normalnya 4,5-8,0)

5)      berat jenis (normalnya 1,005-1,030)

6)      glukosa (normalnya negatif)

7)      keton ( normalnya negatif)

b.      kultur urine (N: kuman patogen negatif)

B.     Diagnosis Keperawat dan Intervensi

1.      gangguan eliminasi urine: inkontinensia (NANDA, 2015-2014)


definisi: kondisi di mana seseorang tidak mampu mengendalikan pengeluaran urine (NANDA,2013

kemungkinana berhubungan dengan :

a.       gangguan neuromuskular

b.      spasme kandung kemih

c.       trauma pelvis

d.      infeks saluran kemih

e.       trauma medula spinalis

 Kemungkinan data yang ditemukan:

a.       inkontinensia

b.      keinginan berkemih yang segera

c.       sering ke toilet

d.      menghindari minum

e.       spasme kandung kemih

f.       setiap berkemih kurag dari 100 ml atau lebih dari 550 ml

Tujuan yang diharapkan adalah sebagai berikut.

a.       Klien dapat mengontrol pengeluaran urine setiap 4 jam

b.      Tidak ada tanda-tanda retensi dan inkontinensia urine

c.       Klien berkemih dalam keadaan rileks


BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 KESIMPULAN
5.2 SARAN
1. Bagi Klien
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3 hari diharapkan klien mampu mengatasi
nyeri yang dirasakan secara non farmakologis, dan melakukan pengobatan secara rutin
sesuai dengan anjuran dokter.
2. Bagi Perawat RS
Dapat meningkatkan mutu pelayanan pada kasus Infeksi Saluran
Kemih(ISK) dan bisa memperhatikan kondisi serta kebutuhan pasien
Infeksi Saluran Kemih dengan masalah Gangguan Eliminasi Urine.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Penelitian selanjutnya diharapkan mampu memberikan asuhan keperawatan dengan
masalah keperawatan Gangguan Eliminasi Urine secara menyeluruh sesuai dengan
perkembangan ilmu keperawatan
terkini.
DAFTAR PUSTAKA

Bulechek, Gloria M. 2013. Nursing Intervention Classification (NIC). Missouri : Elsevier.

Bulechek, Gloria M. 2013. Nursing Outcomes Classification (NOC). Missouri : Elsevier.

Darsono. (2016). Asuhan Keperawatan pada pasien Infeksi Saluran Kemih (ISK).Banjarmasin

Dewi, Sri. (2014). Pengaruh Terapi Musik Terhadap Peningkatan Glasgow Coma Scale
(GCS).

Herdman, T. Heather. 2015. Diagnosa Keperawatan Definisi&Klasifikasi. Jakarta: EGC

http://digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/12/01-gdl-sridewis10-597-1-s10042s-
i.pdf

ICME Stikes. 2017. Buku Panduan Penyusunan Karya Tulis Ilmiah : Studi Kasus. Jombang :

Stikes Icme.

Anda mungkin juga menyukai