TINJAUAN TEORI
Eliminasi urin merupakan salah satu dari proses metabolik tubuh yang
bertujuan untuk mengeluarkan bahan sisa dari tubuh. Eliminasi urin ini
sangat tergantung kepeda fungsi ginjal, ureter, kandung kemih, dan uretra.
Ginjal menyaring produk limbah dari darah untuk membentuk urin.
Ureter bertugas mentranspot urin dari ginjal ke kandung kemih. Kandung
kemih dalam kondisi normal dapat menampung urin sebanyak 600 ml.
Akan tetapi, keinginan untuk berkemih dapat dirasakan pada saat kandung
kemih terisi urin dalam jumlah yang lebih kecil (150-200 ml pada orang
dewasa). Terjadinya peningkatan volume urin, dinding kandung kemih
akan meregang dan mengirim implus-implus sensorik ke pusat mikturisi
di medulla spinalis pars sakralis. Implus saraf parasimpatis dari pusat
mikturisi menstimulus otot detrusor untuk berkontraksi secara teratur.
Sfingter uretra interna juga akan berelaksasi sehingga urin dapat masuk ke
dalam uretra. Kandung kemih akan berkontraksi, implus saraf naik ke
medulla spinalis sampai ke pons dan korteks serebral. Individu akan
menyadari keinginannya untuk berkemih, urin akan keluar dari tubuh
melalui uretra ( Yuwono. Hidayati, 2012 ).
7
Poltekkes Kemenkes Padang
8
b. Ureter
Ureter merupakan saluran yang berbentuk tabung dari ginjal ke
kandung kemih, panjangnya 25-30 dengan diameter 6 mm. Berjalan
mulai dari pelvis renal setinggi lumbal ke-2. Posisi ureter miring dan
menyempit di tiga titik, yaitu : di titik asal ureter pada pelvis ginjal,
titik saat melewati pinggiran pelvis, dan titik pertemuan denga
kandung kemih. Posisi miring adanya penyenpitan ini dapat mencegah
terjadinya refluks aliran urine. Ada tiga lapisan pada ureter yaitu :
pada bagian dalam adalah epitel mukosa, bagian tengah lapisan otot
polos, dan bagian luar lapisan fibrosa. Ureter berperan aktif dalam
transpor urine. Urine mengalir dari pelvis ginjal melalui ureter dengan
gerakan peristaltiknya. Adanya ketegangan pada ureter menstimulasi
c. Kandung Kemih
Kandung kemih ( buli-buli – blader ) merupakan sebuah kantong yang
terdiri atas otot halus, berfungsi menampung urine. Dalam kandung
kemih terdapat beberapa lapisan jaringan otot yang paling dalam,
memanjang ditengah, dan melingkar yang disebut sebagai detrusor,
berfungsi untuk mengeluarkan urine bila terjadi kontraksi. Pada dasar
kandung kemih terdapat lapisan tengah jaringan otot berbentuk
lingkaran bagian dalam atau disebut sebagai otot lingkar yang
berfungsi menjaga saluran antara kandung kemih dan uretra, sehinggs
uretra dan menyalurkan urine dari kandung kemih ke luar tubuh
(Alimul, 2006).
d. Uretra
Uretra merupakan organ yang berfungsi menyalurkan urine ke bagian
luar. (Alimul, 2006). Uretra memanjang dari leher kandung kemih
sampai ke meatus. Pada wanita panjangnya sekitar 4 cm, lokasinya
antara klitoris dengan liang vagina. Panjang uretra laki-laki sekitar 20
cm, terbagi atas tiga bagian : prostatik uretra yang panjangnya sekitar
3 cm, terletak di bawah leher kandung kemih sampai kelenjer prostat,
bagian kedua adalah membranasea uretra yang panjangnya sekitar 15
cm memanjang dari penis sampai orifisium uretra.
3. Proses Berkemih
Berkemih ( mictio, mycturition, voiding atau urination ) adalah proses
pengosongan vesika urinaria ( kandung kemih ). Proses ini dimulai dengan
terkumpulnya urine dalam vesika urinaria yang merangsang saraf-saraf
sensorik dalam dinding vesika urinaria ( bagian reseptor ). Vesika urinaria
dapat menimbulkan rangsangan saraf bila berisi kurang lebih 250 – 450 cc
( pada orang dewasa ) dan 200 – 250 cc ( pada anak-anak ).
Kandung kemih di persarafi oleh saraf dari pervis, baik sensorik maupun
motorik. Pengaktifan saraf parasimpatis menyebablkan kontraksi.
Sedangkan sfingter eksterna di kontrol berdasarkan kesadaran ( volunter )
dan dipersarafi oleh nervus pudendal yang merupakan serat saraf somatik.
b. Komposisi urine
Lebih dari 99% dari 180 liter filtrat difiltrasi oleh glomerolus dan
kemudian direabsorpsi kembali dalam darah. Komposisi dan
konsentrasi urine sesungguhnya menggambarkan kemampuan dari
aktifitas filtrasi, absorpsi, dan sekresi nefron. Urine mempunyai
komposisi di antaranya adalah sebagai berikut :
1) Zat buangan nitrigen seperti urea yang merupankan hasil deaminasi
asam amino oleh hati dan ginjal, kreatinin yang merupakan
pemecahan kreatin fosfat dalam otot rangka, amonia yang
merupakan pemecahan deaminasi oleh hati dan ginjal, asam urat
merupakan pemecahan dari purin serta urobilin dan bilirubin yang
merupanakn pemecahan dari hemoglobin
2) Hasil nutrien dan metabolisme seperti karbohidrat, keton, lemak, dan
asam amino
3) Ion-ion seperti natrium, klorida, kalium, kalisium, dan magnesium.
penderita gagal ginjal kronis ini gejala yang ditimbulkan adalah tidak
memiliki nafsu makan, terjadi pembengkakan di beberapa area kulit,
hemoglobin menurun, tekanan darah meningkat, urea meningkat kemudian
mengekresikan keringat dan mengkristal pada kulit, ekskreasi fosfat
menurun, dan terakhir sulit buang air kecil (Dharma, 2015).
Gagal ginjal kronis merupakan gangguan fungsi renal yang progresif dan
irreversible dimana kemampuan tubuh gagal ginjal untuk mempertahankan
metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit yang menyebabkan
uremia. Hal ini terjadi apabila laju filtrasi glomerular ( LFG ) kurang dari 50
ml/menit. Urutan etiologi terbanyak gagal ginjal kronis adakah
glomerulonefritis ( 25% ),diabettes mellitus ( 23% ) hipertensi ( 20% ) dan
ginjal polikistik ( 10% ). Di indonesia pertumbuhan penderita gagal ginjal
kronik sekitar 10% ) per tahun. Bedasarkan data dari pusat Nefrologi
indonesia insiden dan prevalensi 100-150/1 juta penduduk tiap tahun.
Penatalaksanaan gagal ginjal kronik mengacu pada therapy konservatif
( diet, kebutuhan kalori, kebutuhan cairan dan elektrolit ), therapy
simptomatik, dan therapy pengganti ginjal ( hemodialisis, dialysis
peritoneal, dan transplantasi ginjal di anjurkan untuk meningkatkan
kesehatan pasien tersebut (Husna. Cut. 2010).
2. Penyebab
Dari data yang dikumpulkan oleh Indonesian Renal Registry ( IRR ) pada
tahun 2007-2008 didapatkan urutan etiologi terbanyak sebagai berikut
glomerulonefritis ( 25% ), diabetes mellitus ( 23% ), hipertensi ( 20% ) dan
gagal polikistik ( 10% ).
a. Glomerululonefritis
Berdasarkan sumber terjadinya kelainan, glomerulonefritis dibedakan
primer dan sekunder. Glomerulonefritis primer apabila penyakit dasarnya
berasal dari ginjal sendiri sedangkan glomerulonefritis sekunder apabila
kelainan ginjal terjadi akibat penyakit sistemik lain seperti diabetes
3. Patofisiologi
Patofisiologi gagal ginjal kronis dimulai pada fase awal gangguan,
keseimbangan cairan, penanganan garam, serta penimbunan zat-zat sisa
masih bervariasi dan bergantung pada bagian ginjal yang sakit. Sampai
fungsi ginjal turun kurang dari 25% normal, manifestasi klinis gagal ginjal
kronik mungkin minimal karena nefron-nefron sisa yang sehat mengambil
alih fungsi nefron yang rusak. Nefron yang tersisa meningkatkan kecepatan
filtrasi, reabsorpsi dan sekresinya, serta mengalami hipertrofi. Jika jumlah
nefron yang tidak berfungsi menigkat, maka ginjal tidak mampu menyaring
urine. Pada tahap ini glomerulus menjadi kaku dan plasma tidal dapat
difilter dengan mudah melalui tubulus, maka akan terjadi kelebihan cairan
dengan retensi air dan natrium. Ketidakseimbangan natrium merupakan
4. Mm
6. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan gagal ginjal kronik adalah untuk mempertahankan fungsi
ginjal dan homeostatis. Penatalaksanaan tersebut yaitu :
a. Optimalisasi dan pertahankan keseimbangan cairan dan garam.
Pada beberapa pasien, furosemid dosis besar (250- 1000 mg/hr) atau
diuretik loop (bumetanid, asam etakrinat) diperlukan untuk mencegah
kelebihan cairan, sementara pasien lain mungkin memerlukan suplemen
natrium klorida atau natrium bikarbonat oral. Pengawasan dilakukan
melalui berat badan, urine dan pencatatan keseimbangan cairan.
b. Diet tinggi kalori dan rendah protein.
Diet rendah protein (20- 40 gr/hr) dan tinggi kalori menghilangkan
gejala anoreksia dan nausea (mual) dan uremia , menyebabkan
penurunan ureum dan perbaikan gejala. Hindari masukan berlebihan
dari kalium dan garam.
c. Kontrol Hipertensi.
Bila tidak dikontrol dapat terakselerasi dengan hasil akhir gagal jantung
kiri. Pada pasien hipertensi dengan penyakit ginjal, keseimbangan
garam dan cairan diatur tersendiri tanpa tergantung tekanan darah.
d. Kontrol ketidakseimbangan elektrolit.
Untuk mencegah hiperkalemia, hindari masukan kalium yang besar,
diuretik hemat kalium, obat-obatan yang berhubungan dengan ekskresi
kalium (misalnya, obat anti-inflamasi nonsteroid).
e. Deteksi dini dan terapi infeksi.
Pasien uremia harus diterapi sebagai pasien imonosupuratif dan terapi
lebih ketat.
f. Modifikasi terapi obat dengan fungsi ginjal.
mual, muntah, mulut terasa kering, rasa lelah, dan gatal pada
kulit.
(b) Keluhan saat dikaji
Kaji onset penurunan urine output, penurunan kesadaran,
perubahan pola nafas, kelemahan fisik, adanya nafas berbau
amonia, dan perubahan pemenuhan nutrisi. Kaji sudah ke mana
saja klien meminta pertolongan untuk mengatasi masalahnya
dan mendapat pengobatan apa.
2) Riwayat Kesehatan Dahulu
Kaji adanya riwayat penyakit gagal ginjal akut, infeksi saluran
kemih, payah jantung, penggunaan obat-obat nefrotoksik, banign
prostatic hyperplasia, dan prostatektomi. Kaji adanya riwayat
penyakit batu saluran kemih, infeksi sistem perkemihan yang
berulang, penyakit diabetes melitus dan penyakit hipertensi pada
sebelumnya yang menjadi predisposisi penyebab. Penting untuk
dikaji mengenai riwayat pemakaian obat-obatan masa lalu dan
adanya riwayat alergi terhadap jenis obat kemudian dokumentasikan.
3) Riwayat kesehatan keluarga
Kaji adanya riwayat penyakit dalam keluarga pasien, apakah ada
anggota keluarga yang mengalami sakit seperti pasien, TB, diabetes
mellitus, hipertensi dan lain-lain.
e. Kebutuhan dasar
1) Makan dan minum
Kaji berapa frekuensi, jumlah, waktu makan dan minum dalam
waktu sebelum dan sedang dirawat saat ini. Pada penyakit gagal
ginjal ini biasanya pasien merasakan mual dan muntah yang
mengakibatkan kurangnya nafsu makan.
2) Tidur
Kaji kualitas tidur pasien yang biasanya terganggu oleh tanda dan
gejala dari penyakit gagal ginjal kronis seperti mual, muntah, nyeri
pada kaki, dan lai-lain.
3) Mandi
3) Pemeriksaan radiologik
(a) Foto ginjal, ureter dan kandung kemih (kidney, ureter dan
bladder/KUB): menunjukkan ukuran ginjal, ureter, kandung
kemih, dan adanya obstruksi (batu).
4) Program pengobatan
Program pengobatan apa saja yang didapat dan dikonsumsi oleh
pasien, mulai dari obat oral atau ijeksi.
3. Rencana Keperawatan
N Diagnosa
NOC NIC
o Keperawatan
1 Gangguan 1. Urinary elimination Elimination urine
eliminasi urine Kriteria Hasil : 1. Monitor eliminasi urin,
a. Pola eliminasi termasuk frekuensi,
b. Bau urin konsistensi, bau, volume, dan
c. Jumlah urin warna yang sesuai
d. Warna urin 2. Catatwaktueliminasiurinterakhi
e. Frekuensi urin ryang sesuai
2. Urin continue 3. Anjurkan pasien/keluarga
Kriteria Hasil : untukmencatatoutput urinyang
a. Keinginan sesuai
berkemih 4. Bantupasiendenganpengemban
b. berkemihdiwada gantoileting
hyang tepat Urine continue
c. lingkungan yang 1. Identifikasi output urin,
bebas hambatan penyebab yang membatalkan
untuk ke toilet pola berkemih, fungsi kognitif,
d. pengosongan masalah kencing ada
kandung kemih sebelumnya
e. jumlah intake 2. Berikan privasi untuk eliminasi
cairan 3. Jelaskan etiologi masalah dan
pelaksanaan untuk tindakan
4. Pantau eliminasi urine,
termasuk frekuensi,
konsistensi, bau, volume, dan
warna
gesekan
5. Monitorkulit dan selaput
lendiruntukbidangperubahan
warna danmemar
6. Monitorkulituntukruamdan
lecet
7. Monitorwarna kulit
8. Monitorsuhu kulit