Anda di halaman 1dari 9

SISTEM EKSKRESI

Oleh :
NOVIA PURNAMASARI
170805078

DEPARTEMEN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2018
SISTEM EKSKRESI
Setiap makhluk hidup melakukan metabolisme untuk menghasilkan energi. Selain
menghasilkan energi, metabolisme juga menghasilkan residu atau zat sisa. Pengeluaran zat
sisa tersebut dilakukan oleh sebuah sistem tubuh yang disebut sistem ekskresi.

Sistem ekskresi adalah proses pengeluaran zat sisa metabolisme yang tidak berguna
lagi yang dilakukan oleh alat-alat ekskresi. Pada manusia, ada empat organ ekskresi yaitu,
ginjal, hati, paru-paru dan kulit. Kali ini, kita akan membahas organ ginjal (sistem urinaria).

Sistem Urinaria

Sistem ekskresi yang dilakukan oleh ginjal biasanya disebut sistem urinaria yang terdiri
dari organ-organ yang memproduksi urine dan mengeluarkannya dari tubuh. Sistem urinaria
merupakan salah satu sistem utama untuk mempertahankan homeostatis tubuh (kekonstanan
lingkungan internal). Kemampuan dalam lingkungan osmotis yang tidak stabil telah dicapai
oleh evolusi sistem ekskretori yang efektif. Organisme air terkecil dan paling sederhana
menggunakan difusi ke lingkungan air disekitarnya untuk mengekskresikan sisa metabolisme.
Hewan dengan evolusi yang lebih tinggi, yang memiliki sistem sirkulasi, melibatkan ginjal
yang dilalui darah yang akan difiltrasi.

I. Komponen
Sistem urinaria terdiri dari dua ginjal yang memproduksi urine, dua ureter yang
membawa urine ke dalam sebuah kantung kemih untuk penampungan sementara dan
uretra yang mengalirkan urine keluar tubuh.

II. Fungsi Ginjal


a. Pengeluaran at sisa organik
Ginjal mengekskresi urea, asam urat, kreatinin dan produk penguraian
hemoglobin dan hormon.
b. Pengaturan konsentrasi ion-ion penting
Ginjal mengekskresi ion natrium, kalium, kalsium, magnesium, sulfat, dan fosfat.
Ekskresi ion-ion ini seimbang dengan asupan dan ekskresinya melalui rute lain,
seperti saluran kulit.
c. Pengaturan keseimbangan asam-basa tubuh
Ginjal mengendalikan ekskresi ion hidrogen, bikarbonat dan amonium serta
memproduksi urine asam atau basa, bergantung pada kebutuhan tubuh.
d. Pengaturan produksi sel darah merah
Ginjal melepas eritropoietin yang mengatur produksi sel darah merah dalam sum-
sum tulang belakang.
e. Pengaturan tekanan darah
Ginjal mengatur volume cairan yang esensial bagi pengaturan tekanan darah, dan
juga memproduksi enzim renin. Renin adalah komponen penting dalam
mekanisme renin-angiotensinaldosteron yang meningkatkan tekanan darah dan
retensi air
f. Pengendalian terbatas terhadap konsentrasi glukosa darah dan asam amino
darah
Ginjal melalui ekskresi glukosa dan asam amino berlebih, bertanggung jawab atas
konsentrasi nutrien dalam darah.
g. Pengeluaran zat beracun
Ginjal mengeluarkan polutan, zat tambahan makanan, obat-obatan atau at kimia
asing dari tubuh.

III. Struktur Ginjal


1. Bentuk. Ginjal adalah organ berbentuk
seperti kacang berwarna merah tua,
panjangnya sekitar 12,5 cm dan tebalnya
2,5 cm (kurang lebih sebesar kepalan
tangan). Setiap ginjal memiliki berat antara
125-175g pada laki-laki dan 115-155g
pada perempuan.
2. Lokasi. Ginjal merupakan sepasang organ
yang terletak dibelakang organ abdomen di
kedua sisi. Keduanya berada di belakang
peritoneum, pada iga belakang bagian tengah sampai bawah. Tiap-tiap ginjal
memiliki kelenjar adrenal diatasnya. Ginjal kanan terletak gak dibawah
dibandingkan dengan ginjal kiri karena ada hati pada sisi kanan.
3. Aliran darah dan filtrasi. Ginjal menerima aliran darah masif kira-kira 20% dari
curah jantung. Ginjal menyaring plasma sampai 125 mL/menit, yang mendekati
170 L/hari.
4. Lapisan luar. Ginjal diliputi kapsul ginjal yang merupakan lapisan tipis jaringan
ikat berupa:
a. Fasis renal adalah pembungkus terluar. Pembungkus ini melabuhkan ginjal
pada struktur disekitanya dan mempertahankan posisi organ.
b. Lemak perirenal adalah jaringan adiposa yang terbungkus fasta ginjal.
Jaringan ini membantali ginjal dan membantu organ tetap pada posisinya.
c. Kapsul fibrosa adalah membran halus transparan yang langsung
membungkus ginjal dan dapat dengan mudah dilepas.
5. Dua daerah fungsional memproduksi urine:
a. Korteks merupakam lapisan fungsional sebelah luar yang tersusun dari
tubulus dan pembuluh darah nefron yang merupakan unit struktural dan
fungsional ginjal.
b. Medula merupakan lapisan fungsional sebelah dalam yang terdiri atas massa-
massa triangular yang disebut piramida ginjal.
6. Struktur terkait. Papila memanjang dari korteks ke medula. Papila menyalurkan
urine ke dalam piramida ginjal yang membawa urine ke pelvis renalis yang
merupakan ruang pengumpul berbentuk tabung diginjal. Dari pelvis ginjal,
dilanjutkan ke ureter, yakni saluran yang membawa urine ke kantung kemih.
Urine meningglankan kantung kemih melalui uretra.

IV. Stuktur Nefron


Nefron adalah satuan fungsional ginjal. Satu ginjal mengandung 1-4 juta nefron
yang merupakan unit pembentuk urine. Fungsi utama nefron adalah memungkinkan
penyaringan plasma darah, memungkinkan reabsorpsi dan sekresi elektrolit dan
nutrien utama. Produk akhir kegiatan ini adalah produksi urine yang pekat.
Komponen-komponen nefron, yaitu :
1. Glomerulus adalah gulungan kapilar yang dikelilingi kapsul epitel berdinding
ganda disebut kapsul bowman. Glomerulus dan kapsul bowman membentuk
sebuah korpuskel ginjal. Glomerulus terdiri atas pembuluh darah dengan kapiler
yang aktif yang terlibat dalam filtrasi darah untuk pembentukan urine. Filtrat darah
yang di filtasi glomerulus diakumulasi di kapsul bowman.
2. Tubulus kontortus proksimal, panjangnya mencapai 15 mm dan sangat berliku.
3. Ansa henle. Tubulus kontortus proksimal mengarah ke tungkai desenden ansa
henle yang masuk ke dalam medula, membentuk lengkungan jepit yang tajam
(lekukan) dan membalik keatas membentuk tungkai asenden ansa henle.
4. Tubulus kontortus distal juga sangat berliku, panjangnya sekitar 5 mm dan
membentuk segmen terakhir nefron.
5. Tubulus dan duktus pengumpul. Tubulus pengumpul membentuk duktus
pengumpul besar yang lurus. Duktus pengumpul membentuk tuba yang lebih besar
yang mengalirkan urine ke kaliks minor. Kaliks minor bermuara ke dalam pelvis
ginjal melalui kaliks mayor. Dari pelvis ginjal, urine dialirkan ke ureter yang
mengarah ke kandung kemih.

Untuk memahami fungsi ginjal, kita


harus mengetahui mikrosirkulasi pada ginjal,
yaitu:
a. Kearah ginjal. Darah memasuki ginjal
dari aorta melalui arteri renalis yang
merupakan percabangan aorta abdomen.
Arteri renalis bercabang-cabang
membentuk hampir 1 juta cabang akhir
yang dikenal sebagai arteriola aferen.
Arteriol membentuk jaringan kapiler kompleksn yang disebut glomerulus.
b. Menjauhi ginjal. Kapiler glomerulus berbentuk seperti gulungan benang wol
yang menyerupai bola, dan memiliki pori-pori yang memungkinkan lewatnya
elektrolit dan molekul-molekul kecil yang akan disaring dari darah. Darah yang
tidak disaring dari glomerulus berjalan melalui arteriol eferen ke pembuluh vasa
rekta yang mereabsorbsi air dan solut dari ruang interstisial. Darah akhirnya
kembali ke vena renalis dan vena cava.

V. Pembentukan Urine
Ginjal memproduksi urine yang mengandung zat sisa metabolisme dan mengatur
komposisi cairan tubuh melalui tiga proses utama: filtrasi glomerulus, reabsorbsi
tubulus dan sekresi tubulus.
A. Filtrasi glomerulus
Pembentukan urine dimulai dengan ultrafiltrasi plasma darah dan akumulasi
ultrafiltrat di lumen kapsul bowman. Filtrasi glomerulus adalah perpindahan zat
cairan dan zat terlarut dari kapiler glomerulus dan gradien tekanan tertentu
kedalam kapsul bowman. Proses yang terjadi
1. Filtrasi ekstensif. Hingga 25% dari air dan solut yang mengalir melalui
glomerulus di filtrasi ke dalam ruang bowman.
2. Perbedaan tekanan. Gaya dorong untuk filtrasi adalah perbedaan antara
tekanan hidrostatik (tekanan darah) dan tekanan osmotik dalam glomerulus.
Perbedaannya mendekati 45 mmHg.
3. Pembatasan berat. Oleh karena ukuran pori-pori kapiler glomerulus, maka
hanya partikel dengan berat molekul kurang dari bebrapa ratus yang dapat di
filtrasi. Glukosa, elektrolit, asam amino, dan urea dapat difiltrasi. Sedangkan
albumin, sel, dan protein besar lainnya tidak dapat di filtrasi.

Filtrasi ini dibantu oleh faktor berikut ini:


1. Membran kapiler glomerular lebih permeabel dibandingkan kapilar lain dalam
tubuh sehingga filtrasi berjalan dengan sangat cepat.
2. Tekanan darah dalam kapiler glomerular lebih tinggi dibandingkan tekanan
darah dalam kapiler lain karena diameter arteriol eferen lebih kecil daripada
diameter erteriol aferen.

Laju filtrasi glomerulus adalah jumlah filtrat yang terbentuk permenit pada semua
nefron dari kedua ginjal. Pada laki-laki laju filtrasi ini sekitar 125 ml/menit atau
180 L per jam; pada perempuan sekitar 110 ml/menit.

B. Reabsorbi tubulus
Sebagian besar filtrat (99%) secara selektif direabsorpsi dalam tubulus ginjal
melalui difusi pasif, transpor aktif atau difusi terfasilitasi. Sekitar 85% natrium
klorida dan air diadsorpsi dalam tubulus kontortus proksimal, walaupun reabsorpsi
berlangsung pada semua bagian nefron.
1. Reabsorpsi ion natrium
- Ion-ion natrium ditranspor secara pasif melalui difusi terfasilitasi (dengan
carrier) dari lumen tubulus kontortus proksimal kedalam sel-sel epitel
tubulus yang konsentrasi ion natriumnya lebih rendah.
- Ion-ion natrium yang ditanspor secara aktif dengan pompa natrium-kalium,
akan keluar dari sel-sel epitel untuk masuk ke cairan interstisial di dekat
kapiler peritubular
2. Reabsorpsi ion klor dan ion negatif lainnya
- Karena ion natrium positif bergerak secara pasif dari cairan tubulus ke sel
dan secara aktif dari sel ke cairan interstisial peritubular, akan terbentuk
ketidakseimbangan listrik yang justru membantu pergerakan pasif ion –ion
negatif.
- Ion klor dan ion bikarbonat negatif secara pasif berdifusi kedalam sel-sel
dan mengikuti pergerakan natrium yang keluar menuju cairan peritubular.
3. Reabsorpsi glukosa, fruktosa dan asam amino
- Carrier glukosa dari asam amino sama dengan carrier ion natrium.
- Carrier pada membran sel tubulus memiliki kapasitas reabsorpsi
maksimum untuk glukosa, berbagai jenis asam amino dan beberapa zat
terabsorpsi lainnya.
- Maksimum transpor (Tm) untuk glukosa per menit yaitu sekitar 200 mg
glukosa/100 ml plasma. Jika kadar glukosa darah melebihi nilai Tmnya,
berarti melewati ambang plasma ginjal sehingga glukosa muncul di urine.
4. Reabsorpsi air
Air bergerak bersama ion natrium melalui osmosis , ion natrium berpindah dari
area berkonsentrasi air tinggi dalam tubulus proksimal kedaerah berkonsentrasi
air rendah dalam cairan interstistal.
5. Reabsorpsi urea
Sekitar 50% urea secara pasif direabsorpsi akibat gradien difusi yang terbentuk
saat air direabsorbsi. Dengan demikian, 50%urea yang difiltrasi akan di
ekskresikan dalam urine.
6. Reabsorpsi ion organik lain, seperti kalium, kalsium, fosfat, sulfat serta
sejumlah ion organik melalui transfor aktif

Dari tubulus kontortus proksimal, filtrat berpindah ke ansa henle desendens.


a. Ansa henle desendens memiliki permeabilitas yang rendah terhadapion
natrium dan klorida, dan tidak terjadi transpor aktif ditempat ini.
b. Tubulus ini sangat permeabel terhadap air
c. Gradien NaCl yang kuat berada diruang interstisial di daerah ini

Ansa henle asendens tipis permeabel terhadap ion natrium dan ion klorida, dan
sebagian peneliti meyakini bahwa transpor aktif ion natrium terjadi di tempat ini.
Ansa henle asendens tebal menunjukkan hampir tidak ada permeabilitas terhadap
air dan memperlihatkan adanya transpor aktif ion klorida dari lumen tubulus ke
ruang interstisial. Hal ini diikuti ion natrium secara pasif

C. Sekresi tubulus
Mekanisme sekresi tubulus adalah proses aktif yang memindahkan zat keluar dari
darah dalam kapiler peritubular melewati menuju cairan tubular untuk dikeluarkan
dalam urine. Dari 170 L plasma yang difiltrasi perhari, volume urine akhir yang
dicapai hanya sekitar 1.5 L. Jadi, lebih dari 99% air dan sejumlah besar elektrolit
direabsorpsi. Sebagian zat keluar dalam urine dengan konsentrasi yang lebih tinggi
daripada konsentrasinya dalam darah. Zat ini disekresi secara selektif dari tubulus
ginjal ke urine.
1. Zat-zat seperti ion hidrogen, kalium dan amonium, produk akhir metabolik
kreatinin serta obat-obatan tertentu secara aktif disekresi kedalam tubulus.
2. Ion hidogen dan amonium diganti dengan ion natrium dalam tubulus
kontortus distal dan tubulus pengumpul. Sekresi tubular yang selektif
membantu dalam pengaturan ph plasma dan keseimbangan asam-basa cairan
tubuh.
3. Sekresi tubular merupakan suatu mekanisme yang penting untuk mengeluarkan
zat-zat kimia asing atau tidak diinginkan.
Tubulus pengumpul membuang air dari cairan hipotonus yang memasuki
tubulus distal dan menghasilkan urine yang hiperosmotik (pekat). Urine yang
keluar dari duktus pengumpul dipekatkan dan mengandung sejumlah besar sisa
nitrogen (yaitu urea), kurang dari 1% air dan garam yang difiltrasi. Dan zat yang
disekresikan (misalnya obat-obatan, racun). Hormon antidiurek (ADH) dan
vasopresin harus ada agar duktus pengumpul permeabel terhadap air. Jika tidak
ada duktus menjadi tidak permeabel terhadap air dan banyak air yang akan
terbuang.

VI. Ureter, Kandung Kemih dan Uretra


A. Ureter adalah perpanjangan tubular berpasangan dan berotot dari pelvis ginjal
yang merentang sampai kandung kemih. Setiap ureter memiliki panjang antara 25
cm-30cm dan berdiameter 4 mm-6 mm.
B. Kandung Kemih adalah organ muscular
berongga yang berfungsi sebagai kontainer
penyimpanan urine. Organ ini berukuran
sebesar kacang kenari dan terletak di pelvis
saat kosong dan dapat mencapai umbilikus
dalam rongga abdominopelvis jika penuh
berisi urine.
C. Uretra mengalirkan urine dari kandung
kemih kebagian eksterior tubuh. Pada laki-
laki, uretra membawa cairan semen dan urine
dan panjangnya mencapai 20 cm melalui
kelenjar prostat dan penis. Pada perempuan,
uretra berukuran pendek sekitar 3,75 cm.

VII. Gangguan Sistem Urinaria


a. Sistitis adalah inflasmasi kandung kemih yang disebabkan oleh infeksi bakteri
(biasanya Escherichia coli).
b. Glomerulonefris adalah inflamasi nefron, terutama pada glomerulus.
c. Batu ginjal terbentuk dari pengendapan garam kalsium, magnesium, asam urat,
atau sistein.
d. Gagal ginjal adalah hilangnya fungsi ginjal. Hal ini menyebabkan terjadinya
retensi garam, air, zat buangan nitrogen dan penurunan volume urine secara
drastis.
DAFTAR PUSTAKA

Bresnick, S. 2003. Intisari Biologi. Jakarta : Hipokrates

Sloane, E. 2003. Anatomi Dan Fisiologi Untuk Pemula. Jakarta :EGC


www.wirahadie.com/2015/07/sistem-ekskresi-pada-manusia-ginjal-hati-kulit-paru-
paru-pembahasan-lengkap-beserta-fungsinya.html?m=1

Anda mungkin juga menyukai