Anda di halaman 1dari 40

Pertemuan 9

Tutor : Ns. Nurul Fauziah, S.Kep, MMed.Ed

Waktu: 2 x 60 menit
1. Memahami resume diagnosis dan intervensi keperawatan populer
2. Proses Keperawatan
3. Etik Keperawatan
4. Teknik Komunikasi
5. Teori-teori keperawatan

Bimbingan Belajar CPNS Appskep Indonesia | Hal. 1


Rangkuman diagnosis
 Bersihan jalan napas tidak efektif adalah ketidakmampuan untuk membersihkan
sekret atau obstruksi jalan napas untuk mempertahankan jalan napas tetap paten.
 Kata kunci masalah diangkatkannya diagnosis ini : Batuk tidak efektif, Tidak mampu
batuk (tidak mampu mengeluarkan sekret jalan napas), produksi sputum
berlebihan.

Bimbingan Belajar CPNS Appskep Indonesia | Hal. 2


Rangkuman diagnosis
 Pola napas tidak efektif adalah pola inspirasi dan/atau ekspirasi yang tidak
memberikan ventilasi yang adekuat.
 Kata kunci masalah diangkatkannya diagnosis ini : dispnea (sesak napas), tampak
adanya penggunaan otot bantu pernapasan dan pola napas abnormal (mis.
takipnea, bradipnea, hiperventilasi, kussmaul, cheyne-stroke).

Bimbingan Belajar CPNS Appskep Indonesia | Hal. 3


Rangkuman diagnosis
 Intoleransi aktivitas adalah ketidakadekuatan energi fisiologis/psikologis untuk
melakukan aktivitas.
 Kata kunci masalah diangkatkannya diagnosis ini : adanya perubahan TTV atau
gambaran EKG yang abnormal saat/setelah pasien melakukan aktivitas.

Bimbingan Belajar CPNS Appskep Indonesia | Hal. 4


Rangkuman diagnosis
 Hipervolemia/Kelebihan volume cairan adalah peningkatan cairan intravaskular,
interstisial dan/atau intraselular.
 Kata kunci masalah diangkatkannya diagnosis ini : adanya edema, dispnea, BB
meningkat drastis dalam waktu singkat, peningkatan JVP/CVP, serta refluks
hepatojugular positif.

Bimbingan Belajar CPNS Appskep Indonesia | Hal. 5


Rangkuman diagnosis
 Penurunan curah jantung adalah ketidakadekuatan jantung memompa darah untuk
memenuhi kebutuhan fisiologis tubuh.
 Kata kunci masalah diangkatkannya diagnosis ini : adanya abnormalitas gambaran
EKG, frekuensi jantung dan tekanan darah, adanya tanda hipervolemia dan
ketidakadekuatan perfusi jaringan perifer.

Bimbingan Belajar CPNS Appskep Indonesia | Hal. 6


Rangkuman diagnosis
 Diagnosis ini disebabkan oleh kehilangan cairan aktif seperti perdarahan, kurang
intake cairan dan demam yang tidak teratasi.
 Key Point : Abnormalitas TTV (frekuensi nadi meningkat dengan denyut yang lemah
dan tekanan darah menurun), volume urin yang keluar sedikit, mukosa kering dan
turgor kulit menurun.

Bimbingan Belajar CPNS Appskep Indonesia | Hal. 7


Rangkuman diagnosis
 Nyeri Akut adalah perasaan ketidaknyamanan/nyeri yang b.d adanya cedera pada
jaringan dengan intensitas ringan hingga berat yang berlangsung kurang dari 3 bulan.
 Kata kunci diagnosis ini: adanya keluhan nyeri yang dirasakan oleh pasien disertai
data objektif (seperti skala nyeri, respons nonverbal, atau aktivitas yang terganggu
akibat nyeri), yang terjadi dalam kurun waktu kurang dari 3 bulan.

Bimbingan Belajar CPNS Appskep Indonesia | Hal. 8


Rangkuman diagnosis
 Nyeri Kronik adalah perasaan ketidaknyamanan/nyeri yang b.d adanya cedera pada
jaringan dengan intensitas ringan hingga berat yang berlangsung lebih dari 3 bulan.
 Kata kunci diagnosis ini: adanya keluhan nyeri yang dirasakan oleh pasien disertai
data objektif (seperti skala nyeri, respons nonverbal, atau aktivitas yang terganggu
akibat nyeri), yang terjadi dalam kurun waktu lebih dari 3 bulan.

Bimbingan Belajar CPNS Appskep Indonesia | Hal. 9


Rangkuman diagnosis
 Kata kunci untuk diagnosis ini adalah peningkatan suhu di atas nilai normal, setiap
pasien yang mengalami peningkatan suhu tubuh di atas nilai normal, maka diagnosis
Hipertermia dapat ditegakkan.
 Nilai normal suhu tubuh menurut DEPKES RI adalah 36 C - 37,5 C. Maka, jika suhu di
atas 37,5 C, diagnosis Hipertermi bisa ditegakkan.

Bimbingan Belajar CPNS Appskep Indonesia | Hal. 10


PRINSIP ETIK KEPERAWATAN

1. Otonomi (Autonomy)
yaitu menghargai hak-hak pasien dalam membuat keputusan tentang tindakan perawatannya.

2. Berbuat baik (Beneficience)


yaitu hanya melakukan sesuatu yang baik untuk pasien dan keluarga. Prinsip ini menuntut perawat
untuk melakukan hal yang baik untuk mencegah terjadinya kesalahan atau malpraktik.

3. Keadilan (Justice)
yaitu praktik profesional keperawatan yang sesuai dengan hukum standar praktik, tidak membeda-
bedakan pasien, dan keyakinan yang benar dalam memberikan pelayanan kesehatan.

4. Tidak merugikan (Nonmaleficience)


yaitu tidak menimbulkan bahaya atau cidera fisik dan psikologis terhadap klien. Prinsip ini berarti
segala tindakan yang dilakukan pada klien tidak menimbulkan bahaya/ cedera secara fisik dan
psikologik.

5. Kejujuran (Veracity)
yaitu memberikan pelayanan kesehatan yang penuh dengan kebenaran, informasi yang disampaikan
akurat, komprehensif, dan objektif untuk memfasilitasi pemahaman dan penerimaan materi yang
ada.

6. Menepati janji (Fidelity)


yaitu menepati janji dan komitmen terhadap klien. Perawat harus memiliki komitmen menepati janji
dan menghargai komitmennya kepada klien.

7. Kerahasiaan (Confidentiality)
yaitu menjaga kerahasiaan informasi pribadi pasien.

8. Akuntabilitas (Accountability)
yaitu standar profesionalitas perawat yang dapat diukur dan dipertanggungjawabkan

Bimbingan Belajar CPNS Appskep Indonesia | Hal. 11


OVERVIEW DIAGNOSIS KEPERAWATAN

Pengertian
Diagnosis keperawatan adalah suatu penilaian klinis mengenai responss klien terhadap masalah
kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya baik aktual maupun potensial (SDKI, 2017).

Tujuan
Mengidentifikasi responss klien individu, keluaraga dan komunitas terhadap situasi yang berkaitan
dengan kesehatan.

Komponen-komponen yang perlu dikuasai untuk menegakkan diagnosis


1. Patofisiologi penyakit
2. Karakteristik diagnosis (tanda dan gejala) atau data mayor minor dalam sebuah diagnosis
3. Sifat diagnosis (aktual, mengancam, risiko, potensial)

Karakteristik diagnosis
Karakteristik diagnosis dapat dilihat melalui tanda dan gejala yang tampak pada pasien:

Tanda dan gejala dikelompokkan atas 2 kategori:


1. Data mayor: tanda dan gejala yang sebagian besar muncul pada pasien. Untuk menegakkan
diagnosis, data mayor yang ditemukan harus mencapai 80 - 100%
2. Data minor: tanda gejala yang tidak harus ada, tapi jika ada, data ini dapat mendukung tegaknya
sebuah diagnosis.

Klasifikasi diagnosis keperawatan (Doengoes et al., 2013 dalam SDKI, 2017):


1. Fisiologis
2. Psikologis
3. Peilaku
4. Relasional
5. Lingkungan

Jenis diagnosis keperawatan


1. Diagnosis negatif, menunjukkan klien dalam keadaan sakit atau berisiko sakit. Sifat intervensi
diagnosis negatif adalah penyembuhan, pemulihan dan pencegahan. Diagnosis negatif terdiri dari:
a.
b. risiko
mengalami masalah kesehatan

2. Diagnosis positif, menunjukkan klien dalam kondisi sehat, dapat menjadi lebih sehat dengan
optimal. Diagnosis ini juga disebut Diagnosis Promosi Kesehatan, yaitu keadaan ketika kondisi dan
motivasi klien dalam keadaan optimal yang dapat meningkatkan kondisi kesehatan.

Bimbingan Belajar CPNS Appskep Indonesia | Hal. 12


Resume Menentukan Diagnosis

Bimbingan Belajar CPNS Appskep Indonesia | Hal. 13


Memprioritaskan Diagnosis
Diagnosis prioritas dapat ditentukan berdasarkan pemenuhan kebutuhan pasien pada saat itu.
Urutan kebutuhan pasien dapat dianalisis menggunakan beberapa teori, misalnya teori kebutuhan
dasar Maslow, Prinsip ABCD (airway, breathing, circulation dan disability), dll.
Contoh Piramida Maslow:

Bimbingan Belajar CPNS Appskep Indonesia | Hal. 14


INTERVENSI DAN EVALUASI KEPERAWATAN

Intervensi dan evaluasi keperawatan adalah bagian dari proses keperawatan yang
saling berkaitan dan berkesinambungan dengan komponen proses lainnya. Proses
Keperawatan sendiri dapat dilihat sbb:

Proses pengkajian merupakan salah satu langkah awal menuju penyelesaian masalah
klien yang terdiri atas komponen pemeriksaan biopsikososial spiritual yang komprehensif.
Untuk pengkajian, diperlukan keterampilan dan pengetahuan yang sangat luas terhadap
ilmu-ilmu dasar baik ilmu keperawatan, kesehatan hingga social.

Appskep telah merangkum beberapa poin-poin pengkajian yang esensial dan sering
menjadi topik dalam kasus-kasus yang muncul di UKNI. Silahkan sahabat sekalian
mempelajarinya dengan seksama.

Setelah pengkajian, maka sahabat akan memiliki data dasar yang dapat dianalisis
menjadi masalah keperawatan pada pasien. Pengelolaan Analisa data untuk penegakan

Bimbingan Belajar CPNS Appskep Indonesia | Hal. 15


diagnosis telah diberikan pada materi lainnya. Silahkan didalami kembali agar lebih padu
ketika sahabat sekalian menentukan intervensi dan evaluasi.

Luaran / Outcome Keperawatan

Luaran / Outcome keperawatan adalah aspek-aspek yang dapat diobservasi dan diukur
meliputi kondisi, perilaku, atau pesepsi pasien keluarga atau komunitas sebagai respon
terhadap intervensi keperawatan. Luaran keperawatan menunjukkan status
diagnosis keperawatan setelah dilakukan intervensi keperawatan (Germini et al., 2010; ICNP,
2015)

Luaran juga dapat disebut sebagai hasil akhir intervensi keperawatan yang terdiri dari
indikator-indikator atau kriteria hasil pemulihan masalah. Terdapat dua jenis luaran
keperawatan:
1. Luaran positif: diharapkan ada peningkatan, contohnya: bersihan jalan napas
meningkat, curah jantung meningkat, dukungan keluarga meningkat, dsb
2. Luaran negative: diharapkan ada penurunan, contohnya: tingkat nyeri menurun,
tingkat ansietas menurun, dsb

Luaran terdiri dari satu atau beberapa kriteria hasil yang ditetapkan sebagai target evaluasi
setelah dilakukan intervensi keperawatan. Kriteria hasil dapat ditetapkan berdasarkan data
pada pengkajian yang berkaitan dengan cara mencapai luaran tersebut. Kriteria hasil juga
menjadi indicator tercapainya sebuah luaran. Contoh:

“Setelah dilakukan intervensi selama 1 jam, maka bersihan jalan napas meningat dengan
kriteria hasil:
1. Batuk efektif
2. Produksi sputum menurun
3. Mengi menurun
4. Frekuensi napas dalam batas normal”

Intervensi Keperawatan

Intervensi keperawatan adalah panduan untuk perilaku spesifik yang diharapkan dari
klien, dan atau/atau tindakan yang harus dilakukan oleh perawat berdasarkan pengetahuan
dan penilaian klinis. Intervensi dilakukan untuk membantu klien mencapai hasil yang
diharapkan (Deswani, 2009; SDKI, 2018).

Prioritas intervensi keperawatan disusun berdasarkan pada kebutuhan dan kondisi


pasien pada saat itu. Intervensi / Tindakan keperawatan etrdiri atas:
1. Tindakan observasi: memonitor, mengidentifikasi, memeriksa

Bimbingan Belajar CPNS Appskep Indonesia | Hal. 16


2. Tindakan terapeutik: melakukan, memberikan Tindakan-tindakan keperawatan yang
memulihkan status kesehatan
3. Tindakan edukasi: memberikan edukasi
4. Tindakan kolaborasi: Kerjasama dengan profesi Kesehatan lainnya (kolaborasi, rujuk,
konsultasi)

Algoritma sederhana keterhubungan proses keperawatan terutama memilih luaran dan


intervensi keperawatan yang tepat:

PROSES KEPERAWATAN

Pengkajian
Lakukan pengkajian komprehensif

Masalah keperawatan
Tentukan MK dari 80% data mayor dan sebanyak mungkin data minor, lalu tentukan etiologinya

Diagnosis Keperawatan
Tentukan Dx berdasarkan MK dan etiologinya

Luaran Keperawatan
Tentukan luaran berdasarkan data mayor minor, tentukan apa yang aan dicapai (luaran dan kriteria
hasil)

Intervensi Keperawatan
Tentukan intervensi berdasar luaran dan kriteria hasil yang sudah disesuaikan dengan Dx pasien

*TIPS
 Untuk menentukan luaran dan kriteria hasil yang tepat, tentukanlah MK nya terlebih
dahulu
 Untuk menentukan intervensi yang tepat, tentukanlah MK nya terlebih dahulu
 Jika Luaran dan intervensi dipilih berdasarkan MK, maka bisa dikatakan piilhan
jawaban akan sesuai dengan yang diimnta oleh soal

Bimbingan Belajar CPNS Appskep Indonesia | Hal. 17


Contoh Intervensi Keperawatan Berdasarkan MK

No Sistem Masalah Keperawatan Intervensi Keperawatan Kondisi Khusus


1 Pernapasan Bersihan Jalan Nafas Pemberian Nebulizer (plus obat- Bila ditemukan suara nafas mengi/ wheezing dengan auskultasi atau
Tidak Efektif obatan bisolvon, Ventolin, Pulmicort, terdengar langsung tanpa stetoskop. Biasanya diikuti dengan ekspirasi
dsb yang umum digunakan untuk memanjang.
nebu)
Bersihan Jalan Nafas Tindakan suction, prinsip tindakan  Bila ditemukan suara nafas gurgling/ seperti berkumur. Sumbatan
Tidak Efektif adalah asianotik, asepsis, dan dapat terjadi karena darah atau sekresi yang kental pada saluran
atraumatik pernafasan.
 .
 Penurunan Kesadaran: pasien tidak bisa mengeluarkan sputum atau
cairan
 Hipersekresi karena batuk tidak efektif, reflex menelan dan batuk
tidak efektif
 Perdarahan intraoral :pada pasien kecelakaan yang mengalami
trauma intra oral, komplikasi pemasangan ETT atau tindakan
operasi intra oral.
 Terpasang airway device (OPA, NPA, ETT)

Bersihan Jalan Nafas Tindakan batuk efektif  Sputum kental saat pengambilan spesimen
Tidak Efektif  TB Paru
 Post Operasi Abdomen
 Dilakukan apabila pasien menunjukkan ketidakmampuan untuk
batuk. Dapat dilihat dari batuk pendek, atau tidak mampu batuk

Bersihan Jalan Nafas Fisioterapi dada  Dilakukan apabila tindakan bantuan batuk efektif tidak
Tidak Efektif menyelesaikan masalah pasien atau bila pasien tidak dapat diberi
arahan untuk batuk efektif atau bila lokasi sputum berada di lobus
bawah paru.
 Tindakan kombinasi yang bisa diberikan bersamaan tindakan
lainnya.
 Hipersekresi karena batuk tidak efektif, terdengar suara rhonki

Bimbingan Belajar CPNS Appskep Indonesia | Hal. 18


Bersihan Jalan Nafas Terapi relaksasi napas dalam Bagian dari latihan batuk efektif. Selain untuk efektivitas pernafasan,
Tidak Efektif dapat digunakan sebagai teknik relaksasi

Bersihan Jalan Nafas Postural drainage  Suara ronchi di lobus paru, sekresi sulit untuk dikeluarkan, atau
Tidak Efektif pasien tirah baring.
 Tujuan untuk mengalirkan sputum/ dahak yang berada di dalam
paru agar mengalir ke saluran pernafasan yang lebih besar
sehingga lebih mudah dikeluarkan.
 Biasanya dilakukan terhadap anak
 Biasanya dikombinasikan dengan fisioterapi dada

Bersihan Jalan Nafas Manajemen jalan napas Diagnosis terhadap adanya gangguan jalan napas
Tidak Efektif - Membebaskan jalan napas 1. Look (lihat)
dengan alat Melihat gerakan nafas/pengembangan dada dan adanya
- Membebaskan jalan napas tanpa retraksi sela iga
alat 2. Listen (dengar)
Mendengar aliran udara pernapasan
3. Feel
Merasakan adanya aliran udara pernapasan

Dengan Alat OPA:


- Penurunan Kesadaran yang mengakibatkan lidah jatuh menyumbat
jalan napas dan terdengar suara snoring
- Tidak ada Gag Refleks (batuk, muntah, tersedak)

Dengan alat NPA:


- pasien sadar atau setengah sadar yang memiliki Gag reflex (batuk,
muntah, tersedak)
-
Degan alat ETT
-Penurunan Kesadaran, GCS<8
- Sesak, napas Gasping RR> 35 kali/mnt
-Saturasi<85% dengan terapi oksigen

Bimbingan Belajar CPNS Appskep Indonesia | Hal. 19


Membuka jalan napas tanpa alat
-Head tilt chin lift manuver: pasien tidak sadar non trauma dan suara
napas snoring
-jaw thrust: pasien tidak sadar dengan trauma, terutama dicurigai
fraktur cervica

Pola Nafas Tidak Efektif Purse lip breathing  Sering dilakukan pada pasien COPD/ PPOK. Pursed lip breathing
akan menimbulkan tekanan pada jalan nafas sehingga jalan nafas
terbuka dan udara terdorong keluar dari alveoli
 Dilakukan bila terdapat sesak napas ringan, lebih berfungsi sebagai
relaksasi

Pola Napas Tidak Efektif Positioning (high fowler, fowler, semi  Memposisikan pasien dengan tujuan mempermudah proses
fowler, orthopneic / tripod) ventilasi. Posisi high fowler, fowler, semi fowler, dan orthopneic/
tripod menyebabkan pengembangan / ekspansi paru optimal.
 Pemilihan posisi tergantung kenyamanan pasien, biasanya dimulai
dari posisi high fowler.

Pola Napas Tidak Efektif Terapi oksigen (jenis masker dan  Bantuan oksigenasi diberikan berdasarkan saturasi oksigen, dimulai
kondisi yang berkaitan) dari nasal kanul s.d ventilasi mekanik.
- Nasal Canul saturasi 91-94%  Gagal napas
- Simple mask , Rebreathing mask,  Astma
Non Rebreathing mask diberikan  PPOK
sesuai kondisi: saturasi 85-90%  MCI
- Ventilasi manual dan pemsangan
ETT : saturasi <85%

Defisit Pengetahuan Pendidikan kesehatan


- Pemberian air hangat
- Meningkatkan asupan nutrisi
- Menghindari allergen
- Tertib OAT

Bimbingan Belajar CPNS Appskep Indonesia | Hal. 20


Risiko Infeksi Perawatan WSD  Hemothorak dan pneumothorak

Prinsip : STERIL
Yang perlu diperhatikan saat perawatan :
- Undulasi pada selang WSD
- Monitor perdarahan atau emfisema subkutan pada area pemasangan
WSD

Jenis WSD :
- Satu botol
- Dua botol
- Tiga botol
- Disposible
- Flutter Valve
- Screw Valve
- Callibrated Spring Mechanism

Bersihan Jalan Nafas Pemberian obat pengencer dahak  Manifestasi dahak kental dan banyak terutama pada pasien dengan
Tidak Efektif kesulitan batuk atau diajarkan untuk batuk seperti pada anak-anak

Resiko Infeksi Pemberian antibiotic  Pada anak dengan pneumonia dan pneumonia berat (jika kasus
mengarah pada MTBS)
 Pada anak dengan campak dengan komplikasi pneumonia serta gizi
buruk dengan komplikasi pneumonia (jika kasus mengarah pada
MTBS)

Bersihan jalan napas Life saving:  Needle tracheostomi: pilihan terakhir dalam membuka jalan napas,
tidak efektif - Needle tracheostomi pada pasien edema orofaring, perdarahan orofaring yang
- Needle thoracosintesis menyumbat jalan napas, trauma tulang belakang servikal, dan
- CTT trauma inhalasi pada luka bakar
- Cervical spine fixation  Needle thoracosintesis: Pada pasien tension pneumothorak
- Pemasangan kassa 3 sisi  Cervical spine fixation: Pasien Trauma dengan atau dicurigai fraktur
cervical.

Bimbingan Belajar CPNS Appskep Indonesia | Hal. 21


 Pemasangan kassa 3 sisi: Open pneumothoraks

Gangguan Ventilasi Pemasangan ETT  Indikasi :


Spontan - Mencegah aspirasi
- Ancaman gagal nafas
- Gagal nafas tipe I (hipoksia)
- Gagal nafas tipe II (hipercarbia)
- Gangguan patensi jalan nafas
- Pasien operasi
 Penurunan Kesadaran, GCS<8
 Sesak, napas Gasping RR> 35 kali/mnt
 Saturasi<85% dengan terapi oksigen

2 Kardiovaskuler Penurunan curah Manajemen nyeri dada pada kasus Pada pasien angina pectoris, STEMI atau NSTEMI
jantung iskemia dan infark miokard STEMI dengan onset <6 jam diberikan terapi trombolitik
(pemberian nitrat, trombolitik,
antikoagulan)
- Beri aspirin (dikunyah) + nitrat +
morphin (jika diperlukan),
perahankan oksigenasi 90 %
- Lakukan ekg
- Cek enzim jantung

Resusitasi jantung paru  Henti jantung


- Amankan lokasi  Sesuaikan kondisi seperti pada algoritma henti jantung
- Cek respon (sadar / tidak sadar)
- Inspeksi napas dan nadi karotis
- Ada nadi tidak ada napas: beri
bantuan napas 10 – 12x per
menit
- Tidak ada nadi tidak ada napas:
RJP 30 : 2, cek irama: VT atau VF

Bimbingan Belajar CPNS Appskep Indonesia | Hal. 22


beri DC shock, tidak VT / VF
lanjutkan RJP

Perekaman EKG (procedural)


Pengaturan aktivitas (CHF)
Penurunan curah Pemberian antidiuretic dan evaluasi  Edema ekstremitas hingga anasarka
jantung, Hipervolemia pemberiannya  Hipertensi
 Edema Paru Akut (Acute lung Oedema) evaluasi urin output dan
TTV 0,5 - 1 jam setelah pemberian
Kolaborasi pemberian obat-obatan
kardiovaskuler (5 golongan)
Pemberian posisi knee chest Bayi usia < 1 tahun
Pemberian posisi squatting Anak usian > 1 tahun
Pemasangan OGT
Edukasi:
- Aktivitas fisik
- Stop merokok
- Menurunkan berat badan
(OW atau Obesitas)
- Konsumsi obat di rumah
- Diet rendah garam

3 Pencernaan Hipovolemia Manajemen cairan (beserta jenis Post Operasi Laparatomy


Risiko Syok cairan prioritas)

Hipovolemia Resusitasi cairan Perdarahan Intra abdomen


Risiko Syok Perforasi

Hipovolemia Pemasangan IV line Dewasa dengan diare


Risiko Ketidak Anak dengan diare
seimbangan elektrolit
Hipovolemia Pemasangan NGT  Perdarahan gaster
Pemasangan NGT  Post operasi Laparatomy

Bimbingan Belajar CPNS Appskep Indonesia | Hal. 23


 Reflex menelan tidak adekuat
 Trauma inhalasi, edema laring

Hipovolemia Monitoring dehidrasi  Diare


Risiko Syok  Post operasi laparatomy
Risiko  Perforasi
Ketidakseimbangan
elektrolit

Diare (pada anak) - Diare tanpa dehidrasi: pemberian Didasarkan pada MTBS
Hipovolemia cairan oral (ASI dan oralit) dan
Resiko Syok tablet Zinc, rencana terapi A
- Diare dengan dehidrasi ringan /
sedang: pemberian cairan oral
dan tablet zinc, rencana terapi B
- Diare dehidrasi berat: pemberian
cairan oral dan tablet zinc,
rencana terapi C

Diare (pada dewasa) - Pemberian cairan oral dan tablet


Hipovolemia zinc
Resiko Syok - Resusitasi cairan

Resiko infeksi Perawatan kantong kolostomi Dewasa


Anak dengan hirschprung / atresia ani

Ikterik neonates Perawatan fototerapi Hiperbilirubinemia

Edukasi
- Jenis makanan yang
diberikan sesuai kondisi anak

Bimbingan Belajar CPNS Appskep Indonesia | Hal. 24


4 Persarafan Resiko perfusi serebral Pemantauan neurologis  Penuruan Kesadaran
tidak efektif  Post trauma atau kecelakaan
 Pasien yang menggunakan obat sedative

Resiko perfusi serebral Pemasangan NGT  Penurunan kesadaran


tidak efektif  Gangguan nervus IX dan X
Penurunan kapasitas
adaptif intracranial
Gangguan menelan

Resiko perfusi serebral Pemasangan collar neck Fraktur cervical atau dicurigai
tidak efektif

Resiko perfusi serebral Manajemen pencegahan peningkatan  Cidera Kepala


tidak efektif TIK  Stroke Hemoragic
Penurunan kapasitas  Post operasi craniotomy
adaptif intracranial  Post operasi pemasangan VP Shunt

Perfusi perifer tidak Positioning mika miki pada pasien Tirah baring lama dan status nutrisi yang buruk
efektif stroke
Resiko luka tekan
Gangguan integritas
kulit / jaringan

Gangguan mobilitas fisik ROM Stroke

Gangguan mobilitas fisik Positioning pencegahan luka tekan Pasien stroke: parese, kekuatan otot tidak maksimal

Gangguan komunikasi Terapi wicara Stroke


verbal

Gangguan mobilitas fisik Latihan berdiri, balance dan Stroke


koordinasi berjalan

Bimbingan Belajar CPNS Appskep Indonesia | Hal. 25


Gangguan eliminasi urin Toilet training
Inkontinensia urin
(sebutkan)

Hipertermi Kompres hangat / water sponging Anak dengan demam


Resiko aspirasi Algoritma kejang Anak dengan kejang
Resiko cedera SMRS: diazepam 5 – 10 mg per
rektal maksimal 2x jarak 5 menit

Di RS / Yankes:
- Amankan jalan napas (posisi
miring, hindaran aspirasi
saliva), oksigenasi, sirkulasi
- 10 – 20 menit pertama:
Diazepam 0,25 – 0,5 mg / kg
BB IV / IO atau Midazolam
0,2 mg / kgBB IV atau
Lorazepam 0,05 – 0,1 mg /
kgBB IV
- 20 – 30 menit: fenitoin 20 mg
/ kgBB IV
- 30 – 60 menit: fenobarbital
20 mg / kgBB IV
- Pasang bedrail

Penurunan kapasitas Perawatan vp shunt Hydrocephalus


adaptif intracranial
Risiko perfusi serebral
tidak efektif
Resiko gangguan Stimulasi tumbuh kembang (sesuai
pertumbuhan hasil DDST dan grafik pertumbuhan)

Bimbingan Belajar CPNS Appskep Indonesia | Hal. 26


Resiko gangguan
perkembangan

5 Endokrin Bersihan jalan napas Monitor patensi jalan napas Hipertiroid


tidak efektif

Ketidakseimbangan Monitor status kesadaran pasien Ketoasidosis diabetikum


kadar gula darah

Ketidakseimbangan Pemasangan IV line Ketoasidosis diabetikum


kadar gula darah Diabetes melitus tidak terkontrol
Critical ill Diabetes melitus

Ketidakseimbangan Penanganan hipoglikemia Diabetes melitus tidak terkontrol


kadar gula darah -Pemberian intake glukosa per oral
jika pasien sadar
- terapi cairan glukosa (D 5%, D10%)
IV
-pemberian injeksi D40% IV
Ketidakseimbangan Penanganan hiperglikemia (rincikan) Ketoasidosis diabetikum
kadar gula darah -rehidrasi cairan Diabetes melitus tidak terkontrol
-monitoring Gula darah
Deficit pengetahuan -Critical ill: pemberian insulin drip
intravena sesuai kadar gula darah
Resiko gangguan setiap jam
integritas kulit / jaringan
Monitoring GDA
Monitoring input output cairan
Pemberian insulin
Pemeriksaan CT scan
Edukasi DM (olahraga, aktivitas,
senam kaki, dll)

Bimbingan Belajar CPNS Appskep Indonesia | Hal. 27


6 Musculoskeletal Gangguan mobilitas fisik Pemberian analgesic Fraktur
Nyeri akut Elevasi daerah yang terkena Fraktur ekstermitas
Nyeri kronik Tindakan RICE (rest, ice, compression, Fraktur ekstermitas
Perfusi perifer tidak elevation)
efektif Perawatan gips
- Pemasangan gips
- Pemeriksaan status
neurovaskuler
- Membuka gips
Perawatan traksi
- Traksi skeletal
- Traksi kulit
Gangguan mobilitas fisik Latihan penggunaan kruk
ROM Post Operasi pemasangan Gips, Internal Fixation
Resiko hypovolemia Balut tekan Fraktur terbuka

7 Perkemihan Hipervolemia Monitor balance cairan Pasien Gagal Ginjal


- Timbang BB
- Batasi intake cairan
- Diet rendah protein rendah
fosfat
- Terapi ESA
Resiko gangguan Irigasi kandung kemih pasca TURP Pasien BPH pasca TURP
eliminasi urin Membuang jaringan debris dan bekuan daerah dalam kandung kemih
Resiko infeksi Mencegah obstruksi
Memastikan patensi kateter urin Pasien BPH pasca TURP
Memastikan kantong 30 cm lebiih rendah dari posisi pasien
Resiko infeksi Pemberian terapi antibiotik Pasien ISK

Resiko deficit nutrisi Modifikasi diet

Meningkatkan asupan cairan

Bimbingan Belajar CPNS Appskep Indonesia | Hal. 28


Nyeri akut Manajemen nyeri Post op batu ginjal
Nyeri kronik - Teknik non farmakologi
- Pemberian analgetic

Monitoring urin output Post op batu ginjal

8 Integument Gangguan integritas Resusitasi cairan menggunakan Pasien dengan luka bakar
kulit / jaringan formula baxter
Pemberian terapi cairan (jenis cairan) Pasien dengan luka bakar
Resiko hypervolemia
Pengawasan hypervolemia Pasien dengan luka bakar yang sedang menjalani terapi IV / resusitasi
Resiko infeksi cairan

Deficit perawatan diri Perawatan luka


Perawatan luka bakar Pasien dengan luka bakar

Perawatan luka tekan Komplikasi tirah baring lama

Memandikan pasien (menyeka


dengan washlap basah)
Isolasi Campak / morbili

9 Hematologic dan Mencegah paparan UV Pasien SLE


immunologi Monitor komplikasi pada kardiovaskuler dan renal
Intoleransi aktivitas Pengaturan aktivitas Pasien anemia

Pemberian nutrisi yang adekuat Pasien anemia


Resiko Perfusi perifer Mempertahankan perfusi yang Pasien anemia
tidak efektif adekuat
Pemberian oksigen Pasien anemia
Perfusi perifer tidak
efektif

Bimbingan Belajar CPNS Appskep Indonesia | Hal. 29


Kultur feses Pasien HIV
Pemberian antikolinergik Pasien HIV
Hypovolemia Transfusi darah
Resiko syok

Resiko perdarahan Monitoring Hb, Ht dan trombosit DBD


Resiko hypovolemia secara periodic
Resiko shock

Hipovolemia Resusitasi cairan Perdarahan. DBD / DDSS


Perfusi perifer tidak
efektif
Gangguan sirkulasi
spontan

10 Penginderaan Gangguan persepsi Pemeriksaan visus


sensori Tes rinne
Tes weber
Resiko infeksi Pemeriksaan menggunakan tinometri
Pendidikan Kesehatan
Perawatan post op katarak Post op katarak, glaucoma dan thympano plasty
Pemberian obat melalui irigasi
hidung, telinga, mata
Pemberian tetes mata, telinga atau
hidung
Pembebatan pada mata
Membersihkan kelopak mata
Memberikan antiobiotik Infeksi telinga (MTBS)

11 Maternitas Deficit nutrisi


Focus antenatal Pemenuhan kebutuhan nutrisi
Resiko deficit nutrisi

Bimbingan Belajar CPNS Appskep Indonesia | Hal. 30


Perfusi perifer tidak Keseimbangan cairan monitoring Pre eklamsia terutama pasien yang mengkonsumsi MgSO4 dan diuretic
efektif output dan input cairan

Resiko cedera pada ibu

Resiko cedera pada janin

Resiko deficit nutrisi Dukungan nutrisi Hyperemesis


- makan sedikit tapi sering, Hyperemesis gravidarum
Deficit nutrisi - konsumsi makanan rendah
natrium,
Deficit pengetahuan - terapi intravena

Edukasi:
- Nutrisi
- Cara menghitung Gerakan
janin

Fokus intranatal Intervensi selama masa persiapan


persalinan
Intervensi sesuai urutan persalinan
normal kala I-IV
Edukasi:
- Posisi menyusui
- Perawatan payudara
- ASI eksklusif
- Perawatan luka post SC
- Ambulasi post SC

Fokus post natal Intervensi budaya post partum sesuai


dengan kondisi pasien: edukasi
(maintenance, akomodasi, merubah)

Bimbingan Belajar CPNS Appskep Indonesia | Hal. 31


12 Keperawatan Tindakan sesuai dengan urutan SP
Jiwa jiwa

13 Penatalaksanaan Gangguan sirkulasi - Jaga Kepeten jalan napas - Syok hipovolemik (Perdarahan, luka bakar)
shock spontan - Berikan Terapi oksigen - Syok Cardiogenik (MCI, CHF, ALO)
- Monitor tanda-tanda vital, - Syok Sepsis
tekanan darah orthostatik,
status mental dan output
urin
- Pasang infus 2 Line untuk
resusistasi cairan jenis koloid,
kristaloid sesui kebutuhan
- Kolaborasi pemberian
vasopressor, inotropik sesuai
kebutuhan

Bimbingan Belajar CPNS Appskep Indonesia | Hal. 32


TEKNIK-TEKNIK KOMUNIKASI TERAPEUTIK

1. Mendengarkan dengan penuh perhatian (listening)


Mendengarkan dengan penuh perhatian merupakan upaya untuk mengerti seluruh
pesan verbal dan nonverbal yang sedang dikomunikasikan.

2. Menunjukkan penerimaan (accepting)


Menerima tidak berarti menyetujui. Menerima berarti bersedia untuk mendengarkan
orang lain, tanpa menunjukkan keraguan atau tidak setuju. Sikap perawat yang
menunjukkan penerimaan dapat diidentifikasi seperti perilaku berikut.
a. Mendengarkan tanpa memutuskan pembicaraan.
b. Memberikan umpa n balik verbal yang menampakkan pengertian.
c. Memastikan bahwa isyarat nonverbal cocok dengan komunikasi verbal.
d. Menghindarkan untuk berdebat, menghindarkan mengekspresikan keraguan,
e. Menghindari untuk mengubah pikiran klien.
f. Perawat dapat menganggukan kepalanya atau berkata “ya” atau “saya mengerti
apa yang bapak-ibu inginkan”.

3. Menanyakan pertanyaan yang berkaitan


Tujuan perawat bertanya adalah untuk mendapatkan informasi yang spesifik mengenai
klien. Paling baik jika pertanyaan dikaitkan dengan topik yang dibicarakan dan gunakan
kata-kata dalam konteks sosial budaya klien.

4. Mengulang (restating/repeating)
Mengulang adalah teknik mengulang kembali ucapan klien dengan bahasa perawat.
Teknik ini dapat memberikan makna bahwa perawat memberikan umpan balik sehingga
klien mengetahui bahwa pesannya dimengerti dan mengharapkan komunikasi berlanjut.

5. Klarifikasi (clarification)
Teknik ini dilakukan jika perawat ingin memperjelas maksud ungkapan klien. Teknik ini
digunakan jika perawat tidak mengerti, tidak jelas, atau tidak mendengar apa yang
dibicarakan klien. Perawat perlu mengklarifikasi untuk menyamakan persepsi dengan
klien. Contoh, “Coba jelaskan kembali apa yang Bapak maksud dengan kegagalan hidup?

6. Memfokuskan (focusing)
Metode ini dilakukan dengan tujuan membatasi bahan pembicaraan sehingga lebih
spesifik dan dimengerti.

7. Merefleksikan (reflecting/feedback)
Perawat perlu memberikan umpan balik kepada klien dengan menyatakan hasil
pengamatannya sehingga dapat diketahui apakah pesan diterima dengan benar.
Perawat menguraikan kesan yang ditimbulkan oleh syarat nonverbal klien.
Menyampaikan hasil pengamatan perawat sering membuat klien berkomunikasi lebih
jelas tanpa harus bertambah memfokuskan atau mengklarifikasi pesan.

Bimbingan Belajar CPNS Appskep Indonesia | Hal. 33


8. Memberi informasi (informing)
Memberikan informasi merupakan teknik yang digunakan dalam rangka menyampaikan
informasi-informasi penting melalui pendidikan kesehatan. Apabila ada informasi yang
ditutupi oleh dokter, perawat perlu mengklarifikasi alasannya. Setelah informasi
disampaikan, perawat memfasilitasi klien untuk membuat keputusan.

9. Diam (silence)
Diam memberikan kesempatan kepada perawat dan klien untuk mengorganisasi
pikirannya. Penggunaan metode diam memerlukan keterampilan dan ketetapan waktu.
Diam berarti memberikan kesempatan klien untuk berpikir dan berpendapat/berbicara.

10. Identifikasi tema (theme identification)


Identifikasi tema adalah menyimpulkan ide pokok/utama yang telah dikomunikasikan
secara singkat. Metode ini bermanfaat untuk membantu topik yang telah dibahas
sebelum meneruskan pada pembicaraan berikutnya. Teknik ini penting dilakukan
sebelum melanjutkan pembicaraan dengan topik yang berkaitan.

11. Memberikan penghargaan (reward)


Menunjukkan perubahan yang terjadi pada klien adalah upaya untuk menghargai klien.
Penghargaan tersebut jangan sampai menjadi beban bagi klien yang berakibat klien
melakukan segala upaya untuk mendapatkan pujian.

12. Menawarkan diri


Klien mungkin belum siap untuk berkomunikasi secara verbal dengan orang lain atau
klien tidak mampu untuk membuat dirinya dimengerti. Perawat dapat menawarkan
kehadirannya, rasa tertarik, dan teknik komunikasi ini harus dilakukan

13. Memberi kesempatan kepada klien untuk memulai pembicaraan


Memberi kesempatan pada klien untuk berinisiatif dalam memilih topik pembicaraan.
Perawat dapat berperan dalam menstimulasi klien untuk mengambil inisiatif dalam
membuka pembicaraan.

14. Menganjurkan untuk meneruskan pembicaraan


Hal ini merupakan teknik mendengarkan yang aktif, yaitu perawat menganjurkan atau
mengarahkan pasien untuk terus bercerita. Teknik ini mengindikasikan bahwa perawat
sedang mengikuti apa yang sedang dibicarakan klien dan tertarik dengan apa yang akan
dibicarakan selanjutnya.

15. Refleksi
Refleksi menganjurkan klien untuk mengemukakan serta menerima ide dan
perasaannya sebagai bagian dari dirinya sendiri.

16. Humor
Humor yang dimaksud adalah humor yang efektif. Humor ini bertujuan untuk menjaga
keseimbangan antara ketegangan dan relaksasi.
KOMUNIKASI TERAPEUTIK (RESUME)

Bimbingan Belajar CPNS Appskep Indonesia | Hal. 34


Tahapan Komunikasi Terapeutik Perawat-Klien

No Fase Aktivitas
1 Pra interaksi Fase pra-interaksi merupakan fase persiapan yang dilakukan
(persiapan) perawat sebelum berinteraksi dan berkomunikasi dengan
pasien. Misalnya, pada fase ini perawat mencari informasi
tentang klien sebagai lawan bicaranya, lalu kemudian
merancang strategi untuk pertemuan pertama dengan
klien/pasien, memberitahu akan ada rencana kegiatan (hanya
memberitahu, bukan detail kegiatan)
1. Mengeksplorasi perasaan, fantasi, dan ketakutan diri
(evaluasi diri)
2. Menganalisis kekuatan profesional diri dan keterbatasan
(evaluasi diri)
3. Mengumpulkan data tentang klien (jika mungkin)
4. Merencanakan untuk pertemuan pertama dengan
klien/keluarga

2. Perkenalan dan a. Tahap Perkenalan


Orientasi Merupakan kegiatan yang dilakukan perawat saat pertama kali
bertemu atau kontak dengan klien/ keluarga.

b. Tahap Orientasi
Tahap ini dilakukan pada awal setiap pertemuan kedua dan
seterusnya. Tujuan tahap ini adalah menvalidasi kekurangan
data, rencana yang telah dibuat dengan keadaan klien saat ini
dan mengevaluasi hasil tindakan yang lalu. umumnya dikaitkan
dengan hal yang telah dilakukan bersama klien.

Tiga kegiatan utama yang harus dilakukan perawat pada fase


orientasi ini sebagai berikut.
1) Memberikan salam terapeutik
Contoh: “Assalamualaikum, selamat pagi”, dan sebagainya.
2) Evaluasi dan validasi perasaan klien
Contoh: “Bagaimana perasaan Ibu hari ini? Ibu tampak segar
hari ini”.
3) Melakukan kontrak hubungan dengan klien, meliputi kontrak
tujuan interaksi, kontrak waktu, dan kontrak tempat.

4 Kerja Fase kerja merupakan fase dimana perawat mulai melakukan


pekerjaan/melaksanakan kontrak tindakan yang telah
disepakati.

5 Terminasi 1. Terminasi sementara adalah akhir dari tiap pertemuan


perawat dengan klien/pasien, setelah hal ini perawat dan
klien/pasien masih akan bertemu kembali pada waktu yang

Bimbingan Belajar CPNS Appskep Indonesia | Hal. 35


berbeda sesuai dengan kontrak waktu yang telah disepakati
bersama.

2. Terminasi akhir adalah akhir pertemuan perawat dengan


klien/pasien, hal ini dapat disebabkan karena perawat tersebut
pindah dinas/kerja ke Rumah Sakit lain ataupun pasien telah
sembuh dan diperbolehkan pulang.

Isi fase terminasi:


- Evaluasi data objektif (DO) dan data subjektif (DS).
- Rencana tindak lanjut.
- Kontrak yang akan datang

Bimbingan Belajar CPNS Appskep Indonesia | Hal. 36


TEORI-TEORI KEPERAWATAN

No Konseptor Model
1 Florence Nightingale Teori lingkungan dalam keperawatan

Filosofi: mengidentifikasi peran perawat dalam menemukan


kebutuhan dasar manusia pada klien serta pentingnya
pengaruh
lingkungan di dalam perawatan orang sakit yang dikenal
teori lingkungannya.

Fokus:
1. Kondisi lingkungan perawatan perlu diubah untuk
memberikan efek terhadap proses perawatan
pasien. Faktor-faktor lingkungan yang
mempengaruhi kesehatan menurut teori ini: udara
segar, air murni, persediaan makanan yang cukup,
drainase yang efisien, kebersihan pasien dan
lingkungan, dan cahaya (terutama sinar matahari
langsung).
2. Perawatan pasien bersifat spesifik case by case
sesuai dengan kebutuhan masing-masing pasien
3. Ilmu keperawatan adalah badan ilmu yang mandiri
dengan tujuan untuk memposisikan pasien pada
kondisi optimal yang paling memungkinkan untuk
menjalani kehidupan.

Martha E. Rogers Model Konsep Manusia Sebagai Unit (Unitary Human


Beings)

Filosofi: manusia merupakan satu kesatuan yang utuh, yang


memiliki sifat dan karakter yang berbeda-beda, saling
berinteraksi dengan lingkungan, proses kehidupan setiap
individu akan berbeda satu dengan yang lain dengan
karakteristik dan keunikan tersendiri.

Fokus:
Konsep homeodinamik yang terdiri dari:
a. Integritas : Individu sebagai satu kesatuan dengan
lingkungan yang tidak dapat dipisahkan dan saling
mempengaruhi satu dengan yang lain.
b. Resonansi : Proses kehidupan antara individu dengan
lingkungan berlangsung dengan berirama dengan frekuensi
yang bervariasi.
c. Helicy : Terjadinya proses interaksi antara manusia
dengan lingkungan akan terjadi perubahan baik perlahan-
lahan maupun berlangsung dengan cepat.

Bimbingan Belajar CPNS Appskep Indonesia | Hal. 37


3 Virginia Handerson Mengemukakan: Defenisi Keperawatan
Tugas unik perawat adalah membantu individu, baik dalam
keadaan sakit maupun sehat, melalui upayanya
melaksanakan berbagai aktivitas guna mendukung
kesehatan dan penyembuhan individu atau proses
meninggal dengan damai, yang dapat dilakukan secara
mandiri oleh individu saat ia memiliki kekuatan,
kemampuan, kemauan, atau pengetahuan untuk itu.

Fokus:
Teori 14 komponen kebutuhan dasar dalam penanganan
keperawatan:
a. Bernapas secara normal,
b. minum dengan cukup,
c. Membuang kotoran tubuh,
d. Bergerak dan menjaga posisi yang diinginkan,
e. Tidur dan istirahat,
f. Memilih pakaian yang sesuai,
g. Menjaga suhu tubuh tetap dalam batas normal
dengan menyesuaikan pakaian dan mengubah
lingkungan,
h. Menjaga tubuh tetap bersih dan terawat serta
melindungi integument,
i. Menghindari bahaya lingkungan yang bisa melukai,
j. Berkomunikasi dengan orang lain dalam
menungkapkan emosi, kebutuhan, rasa takut, atau
pendapat,
k. Beribadah sesuai dengan keyakinan,
l. Bekerja dengan tata cara yang mengandung
prestasi,
m. Bermain atau terlibat dalam berbagai kegiatan
rekreasi,
n. Belajar mengetahui atau memuaskan atau rasa
penasaran yang menuntun pada perkembangan
normal dan kesehatan serta menggunakan fasilitas
kesehatan yang tersedia.

Hubungan perawat-klien terbagi dalam tiga tingkatan, mulai


dari hubungan sangat bergantung hingga hubungan sangat
mandiri:
a. Perawat sebagai pengganti (substitute) bagi pasien.
b. Perawat sebagai penolong (helper) bagi pasien.
c. Perawat sebagai mitra (partner) bagi pasien.

4 Dorothea E. Orem Teori Keperawatan Defisit Perawatan Diri (Self-care deficit


Nursing)

Bimbingan Belajar CPNS Appskep Indonesia | Hal. 38


Fokus: Orem mengembangkan tiga bentuk teori self care
diantaranya:
1. Self care: merupakan kemandirian dalam perawatan
diri, individu menjadi agen dalam perawatanya dan
menyediakan sendiri segala keperluan perawatan
2. Self care defisit: terjadi keterbatasan dalam
perawatan diri, sehingga muncul kebutuhan untuk
dibantu dalam memenuhi kebutuhan individu. Agar
dapat memenuhi kebutuhan tersebut maka dapat
dilakukan bantuan baik kualitatif maupun kuantitatif
3. Sistem kesehatan: memerlukan sistem bantuan
penuh, sebagian dan suportif / edukatif

5 Calista Roy Model teori Adaptasi

Fokus: Roy mengatakan bahwa masalah keperawatan


melibatkan mekanisnme koping yang tidak efektif, yang
menyebabkan respon yang tidak efektif, merusak integritas
individu tersebut.

Ada empat elemen penting dalam model adaptasi


keperawatan, yakni keperawatan, tenaga kesehatan,
lingkungan, dan sehat.
a. Elemen keperawatan
Keperawatan sebagai ilmu dan praktik berperan dalam
meningkatkan adaptasi individu dan kelompok terhadap
kesehatan sehingga sikap yang muncul semakin positif.
Tujuan keperawatan adalah meningkatkan interaksi individu
dengan lingkungan, sehingga adaptasi dalam setiap aspek
semakin meningkat. Komponen-komponen adaptasi
mencakup fungsi fisiologis, konsep diri, fungsi peran, dan
saling ketergantungan.

b. Elemen manusia
Manusia merupakan bagian dari sistem adaptasi, yaitu
suatu kumpulan unit yang saling berhubungan mempunyai
masukan, proses kontrol, keluaran dan umpan balik (Roy,
1986). Manusia dalam sistem ini berperan sebagai kognator
dan regulator (pengaturan) untuk mempertahankan
adaptasi. Terdapat empat cara adaptasi, mencakup adaptasi
terhadap fungsi fisologis, konsep diri, fungsi peran dan
terhadap kebutuhan saling ketergantungan. Keluaran dari
sistem ini dapat berupa respons adaptif atau respons tidak
efektif.

Bimbingan Belajar CPNS Appskep Indonesia | Hal. 39


c. Elemen lingkungan
Lingkungan didefenisikan sebagai semua kondisi, keadaan,
dan faktor lain yang mempengaruhi perkembangan dan
perilaku individu atau kelompok.

d. Elemen sehat
Kesehatan didefinisikan sebagai keadaan yang muncul atau
proses yang terjadi pada makhluk hidup dan terintegrasi
dalam individu seutuhnya (Roy, 1984).

Bimbingan Belajar CPNS Appskep Indonesia | Hal. 40

Anda mungkin juga menyukai