PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Eliminasi urin merupakan salah dari proses metabolik tubuh. Zat yang tidak
dibutuhkan, dikeluarkan melalui paru-paru, kulit, ginjal dan pencernaan. Paru-paru
secara primer mengeluarkan karbondioksida, sebuah bentuk gas yang dibentuk selama
metabolisme pada jaringan. Hampir semua karbondioksida dibawa keparu-paru oleh
sistem vena dan diekskresikan melalui pernapasan. Kulit mengeluarkan air dan natrium
/ keringat. Ginjal merupakan bagian tubuh primer yang utama untuk mengekskresikan
kelebihan cairan tubuh, elektrolit, ion-ion hidrogen, dan asam.
Eliminasi urin secara normal bergantung pada satu pemasukan cairan dan
sirkulasi volume darah, jika salah satunya menurun, pengeluaran urin akan menurun.
Pengeluaran urin juga berubah pada seseorang dengan penyakit ginjal, yang
mempengaruhi kuantitas, urin dan kandungan produk sampah didalam urin.
Usus mengeluarkan feses dan beberapa cairan dari tubuh. Pengeluaran feses
melalui evakuasi usus besar biasanya menjadi sebuah pola pada usia 30 sampai 36
bulan.
1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan konsep dasar eliminasi urine?
2. Bagaimana konsep dasar asuhan keperwatan pada gangguan eliminasi
urine?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui tentang konsep dasar eliminasi urine.
2. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada gangguan eliminasi urine.
2
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Konsep Dasar Eliminasi Urine
Eliminasi merupakan proses pembuangan sisa-sisa metabolisme tubuh baik
yang berupa urine maupun fekal. Eliminasi urine normalnya adalah pengeluaran cairan
sebagai hasil filtrasi dari plasma darah di glomerolus. Dari 180 L darah yang masuk
keginjal untuk di filtrasi, hanya 1-2 Liter saja yang dapat berupa urine, sebagian besar
hasil filtrasi akan diserap kembali di tubulus ginjal untuk dimanfaatkan oleh tubuh.
A. Ginjal
Pada orang dewasa panjangnya kira-kira 11 cm dan lebarnya 5-7,5 cm dan
tebalnya 2,5 cm dan beratnya sekitar 150 gr. Organ ginjal berbentuk kurva yang
terletak di area retroperitoneal, pada bagian belakang dinding abdomen di samping
depan vertebra, setinggi torakal 12 Sampai lumbal ke 3. Ginjal disokong oleh jaringan
adikosa dan jaringan penyokong yang di sebut fasia gerota serta dibungkus oleh kapsul
ginjal, yang berguna untuk mempertahankan ginjal, pembuluh darah, dan kelenjar
adrenal terhadap adanya trauma. Ginjal terdiri atas tiga area, yaitu : korteks, medulla,
dan pelvis.
1. Korteks, merupakan bagian paling luar ginjal, terletak di bawah kapsula febrosa
sampai dengan lapisan medulla, tersusun atas nefron-nefron yang jumlahnya
lebih dari 1juta. Semua glomerolus berada di korteks dan 90% aliran darah
menuju pada korteks.
2. Medulla, terdiri atas saluran-saluran atau duktus pengumpul yang disebut
piramida ginjal yang tersusun antara 8 sampai 18 buah.
3. Pelvis, merupakan area yang terdiri atas kaliks minor yang kemudian bergabung
menjadi kaliks mayor. Empat sampai lima kaliks minor bergabung menjadi
kaliks cmayor dan dua sampai tiga kaliks mayor bergabung menjadi pelvis
ginjal yang berhubungan dengan ureter bagian proksimal.
B. Nefron
Nefron merupakan unit fungsional ginjal, dimana pada maasing-masing ginjal
terdiri atas 1-4 juta nefron. Nefron terdiri atas komponen vaskular dan tubular. Kompen
vaskular atau pembuluh darah kapiler diantaranya adalah arteriola aferen, glomerolus,
arteriola eferen, dan kapiler peritubular. Sedangkan kompenen tubular merupakan
penampung hasil filtrasi dari glomerolus, terdiri atas kapsula bowman, tubulus
kontortus proksimal, ansa henle, tubulus kontortus distal, serta tubulus dan duktus
3
pengumpul. Salah satu kompenen penting nefron adalah glomerolus yang merupakan
cabang dari ateriola aferen dan membentuk anyaman-anyaman kapiler. Di dalam
glomelorus inilah terjadi proses filtrasi.
C. Fungsi ginjal
Ginjal merupakan organ yang penting dalam proses keseimbangan cairan tubuh
dan sebagai organ sekresi dari zat-zat yang sudah tidak dibutuhkan lagi. Fungsi ginjal
diantaranya:
1. Pengaturan volume dan komposisi darah. Ginjal berperan dalam pengaturan
volume darah dan komposisi darah melalui mekanisme pembuangan atau
sekresi cairan. Misalnya jika intake cairan melebihi kebutuhan, maka ginjal
akan membuang lebih banyak cairan yang keluar dalam bentuk urine,
sebaliknya jika kekurangan cairan maka ginjal akan mempertahankan cairan
yang keluar dengan sedikit urine dikeluarkan. Jumlah cairan yang keluar dan
dipertahankan tubuh berpengaruh terhadap pengenceran dan pemekatan darah
serta volume darah. Didalam ginjal juga diproduksi hormon eritropoietin yang
dapat menstimulasi pembentukan sel darah merah. Pada kondisi kekurangan
darah, anemia, atau hipoksia, maka akan lebih banyak diproduksi eritropoietin
untuk memperbanyak produksi sel darah merah.
2. Pengaturan jumlah dan konsentrasi elektrolit pada cairan ekstrasel, seperti
natrium, klorida, bikarbonat, kalsium, magnesium, fosfat, dan hidrogen.
Konsentrasi elektrolit ini memengaruhi pergerakan cairan intrasel dan ekstrasel.
Bila terjadi pemasukan dan kehilangan ion-ion tersebut, maka ginjal akan
meningkatkan atau mengurangi sekresi ion-ion penting tersebut.
3. Membantu mempertahankan kesimbangan pH darah. Pengendalian asam basa
darah oleh ginjal dilakukan dengan sekresi urine yang asam atau basa melalui
pengeluaran ion hidrogen atau bikarbonat dalam urine.
4. Pengaturan tekanan darah. Ginjal berperan dalam pengaturan tekanan darah
dengan menyekresi enzim renin yang mengaktifkan jalur renin-angiotensin dan
mengakibatkan perubahan vasokonstriksi atau vasodilatasi pembuluh darah
sehingga dapat meningkatkan tekanan darah.
5. Pengeluaran dan pembersihan hasil metabolisme tubuh seperti urea, asam urat,
dan kreatinin yang jika tidak dikeluarkan dapat bersifat toksik khususnya pada
otak.
6. Pengeluaran komponen-komponen asing seperti pengeluaran obat, pestisida,
dan zat-zat berbahaya lainnya.
4
1. Filtrasi glomerular
Filtrasi plasma terjadi pada glomerolus di nefron, merupakan langkah pertama
produksi urine. Ultrafiltrasi terjadi dimana plasma menembus barier dari
membran endotelium glomerolus kemudian hasilnya masuk ke dalam ruang
intrakapsul bowman. Normalnya sekitar 20% atau sekitar 180 liter per hari
plasma termasuk ke glomerolus untuk di filtrasi. Rata-rata 178,5 liter di
reabsorbsi kembali dan hanya 1-2 liter yang di ekskresi jadi urine. Filtrasi ini
terjadi akibat perbedaan tekanan filtrasi dengan tekanan yang melawan filtrasi
atau disebut tekanan filtrasi efektif. Ada 3 tekanan yang terjadi dalam proses
filtrasi, yaitu: tekanan darah kapiler glomerolus atau tekanan hidrostatik kapiler
glomerolu, tekanan osmotik koloid plasma, dan tekanan hidrostatis kapsula
Bowman
a. Tekanan darah kapiler glomerolus merupakan tekanan yang cenderung
mendorong, tekanan ini tergantung dari kontraksi atau kerja jantung dari
resistensi dari arteriola aferen dan arteriola eferen. Besarnya tekanan ini
sekitar 50 mmHg.
b. Tekanan osmotik koloid plasma, tekanan ini terjadi karena protein plasma
yang cenderung menarik air garam-garam kedalam pembuluh darah kapiler.
Tekanan ini bersifat melawan filtrasi, besarnya sekitar 30 mmHg.
c. Tekanan hidrostatik kapsula bowman, yaitu tekanan yang terjadi karena
adanya cairan pada kapsula bowman yang cenderung melawan filtrasi,
besarnya sekitar 5 mmHg.
Dengan demikian, kekuatan filtrasi atau tekanan filtrasi efektif adalah kekuatan
mendorong yaitu tekanan darah kapiler glomerolus dikurangi 2 kekuatan yang melawan
filtrasi yaitu tekanan osmotik koloid dan tekanan hidrostatik kapsula bowman, sehingga
besarnya 50 mmHg – (30 mmHg + 5 mmHg) = 15 mmHg.
Tidak semua zat dapat di filtrasi oleh glomerolus, misalnya sel darah dan
protein. Karena ukurannya yang besar, membran filtrasi hanya dapat dilalui oleh
plasma, garam-garam, glukosa, dan molekul-molekul kecil lainnya. Besarnya molekul
plasma yang di filtrasi oleh glomerolus per menit pada semua nefron disebut laju
filtrasi glomerular atau glomerular filtration rate (GFR). Besarnya GFR pada laki-laki
125 ml per menit atau 180 liter per 24 jam, sedangkan pada wanita sekitar 110 ml per
menit.
Faktor-faktor yang mempengaruhi GFR diantaranya:
a. Tekanan filtrasi efektif. Makin besar tekanan yang di hasilkan makin besar
pula GFRnya. Tekanan filtrasi efektif di pengaruhi oleh adanya autoregulasi
dari ginjal termasuk karena stimulasi saraf simpatis yang mempengaruhi
kontriksi arteriola aferen dan eferen, adanya obstruksi aliran urine serta
menurunnya protein plasma.
b. Permeabilitas dari glomerulus. Normalnya membran glomerulus sangat
permeabel sehingga filtrasi cepat terjadi. Pada kondisi tertentu, seperti pada
penyakit ginjal dapat meningkatkan permeabilitas kapiler sehingga
meningkatkan GFR.
5
Pengukuran GFR sangat penting dalam mengestimasi pembersihan zat-zat, baik
yang dikeluarkan maupun yang di reabsorbsi di dalam nefron. Kemampuan ginjal
untuk bersihan zat dari plasma selama 1 menit disebut renal clearance. Dalam
pengukuran ini, jumlah dari suatu zat di dalam urine yang di sekresikan dalam jangka
waktu tertentu dikaitkan dengan kadar dalam plasma di gambarkan sebagai persamaan:
Clearance = Kadar zat dalam urine dikalikan volume urine dalam mililiter yang
dieksresikan per menit dibagi zat dalam plasma.
Atau
UxV
𝐶= P
C = Clearance
U = Kadar zat dalam urine
V = Volume urine (ml) yang disekresi per menit
P = Kadar zat dalam plasma
Zat yang paling penting untuk disekresi adalah kreatinin oleh karenanya
bersihan kreatinin merupakan acuan dalam fungsi renal clearence. Kreatinin merupakan
hasil pemecahan kreatinin fosfat dalam jaringan otot, normalnya dikeluarkan melalui
urine. Kreatinin masuk dan difiltrasi oleh glomerolus dan tidak direarbsorbsi dalam
jumlah yang signifikan.
2. Rearbsorbsi Tubular
Dalam 180 liter perhari plasma yang di filtrasi tidak semuanya dikeluarkan
dalam bentuk urine. Lebih banyak yang di reabsorbsi dalam tubulus ginjal.
Material yang di reabsorbsi masuk kembali ke darah melalui kapiler peritubular.
Reabsorbsi sebagian bersar terjadi di tubulus proksimal (75%) selebihnya
terjadi di ansa hanle, tubulus distal dan duktus koligentes.
3. Sekresi Tubular
Sekresi tubular adalah proses aktif yang memindahkan zat keluar kapiler
peritubular melewati epitel sel-sel tubular masuk ke lumer nefron untuk
dikeluarkan dalam urine. Subtansi penting di sekresi oleh tubulus adalah
hidrogen, kalium, anion dan kation organik, serta benda-benda asing dalam
tubuh.
D. Ureter
Ureter merupakan saluran yang berbentuk tabung dari ginjal ke kandung kemih
panjangnya 25-30 cm dengan diameter 6 mm berjalan mulai dari pelvis renal setinggi
6
lumbal kedua. Ureter berperan aktif dalam transfer urine. Urine mengalir dari pelvis
ginjal melalui ureter dengan gerakan peristaltiknya. Adanya ketegangan para ureter
menstimulasi terjadinya kontraksi dimana urine akan masuk ke kandung kemih.
Ransangan saraf simpatis dan parasimpatis juga mengontrol kontraksi ureter
mengalirkan urine.
E. Kandung Kemih
Kandung kemih merupakan organ berongga dan berotot yang berfungsi
menampung urine sebelum dikeluarkan melalui uretra. Kandung kemih terletak pada
rongga pelvis. Pada laki-laki, kandung kemih berada dibelakang simfisis pubis dan
didepan rektum sedangkan pada wanita kandung kemih berada dibawah uterus dan di
depan vagina. Dinding kandung kemih memiliki 4 lapisan jaringan yaitu lapisan
mukosa, sub mukosa, otot polos dan serosa. Kapasitas maksimum dari kandung kemih
pada orang dewasa sekitar 300-450 ml, dan anak-anak antara 50-200 ml. Pada keadaan
penuh akan memberikan rangsangan pada saraf aferen ke pusat miksi sehingga terjadi
kontraksi otot detrusor yang mendorong terbukanya leher kandung kemih sehingga
terjadi proses miksi.
F. Uretra
Uretra memanjang dari leher kandung kemih sampai ke meatus. Fungsi dari
uretra adalah menyalurkan urine dari kandung kemih keluar. Disamping untuk
pengeluaran urine, pada laki-laki uretra juga tempat pengeluaran sperma pada saat
ejakulasi.
G. Proses Berkemih
Urine diproduksi oleh ginjal sekitar 1 ml/menit, tetapi dapat bervariasi antara
0,5-2 ml/menit. Aliran urine masuk ke kandung kemih dikontrol oleh gelombang
peristaltik yang terjadi setiap 10-150 detik. Banyak aliran urine pada uretra di
pengaruhi oleh adanya refleks uretrorenal. Kandung kemih di persarafi oleh saraf dari
pervis, baik sensorik maupun motorik.
Refleks berkemih dimulai ketika terjadi pengisian kandung kemih. Jika ada 30-
50 ml urine, maka terajadi peningkatan tekanan pada dinding kandung kemih. Tekanan
ini akan menimbulkan refleks peregangan oleh reseptor regang sensorik pada dinding
kandung kemih kemudian di hantarkan ke medulla spinalis segmen sakralis melalui
nervus pelvikus dan kemudian secara refleks kembali lagi ke kandung kemih untuk
menstimulasi otot detrusor untuk berkontraksi. Siklus ini terus berulang samoai
kandung kemih mencapai kontraksi yang kuat, kemudian refleks akan melemah dan
menghilang dan menyebabkan kandung kemih berelaksasi.
Proses berkemih juga dikontrol oleh saraf pusat. Dan juga difasilitasi oleh
kontraksi dinding abdomen dengan meningkatkan tekanan dalam kandung kemih.
7
Tidak semua urine dapat dikeluarkan dalam berkemih. Masih dapat tersisa urine residu
sekitar 10 ml.
1. Karakteristik urine
2. Komposisi urine
8
I. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Eliminasi Urine
1. Pertumbuhan dan perkembangan
Usia dan berat badan dapat mempengaruhi jumlah mengeluaran urine.
Pada usia lanjut, volume kandung kemih bberkurang; demikian juga wanita
hamil sehingga frekuensi berkemih juga akan lebih sering.
2. Sosiokultural
Budaya masyarakat di mana sebagian masyarakat hanya dapat miksi
pada tempat tertutup, dan sebaliknya ada masyarakat yang dapat miksi pada
lokasi terbuka.
3. Psikologis
Pada keadaan cemas dan stres akan meningkatkan stimulasi berkemih.
4. Kebiasaan seseorang
Misalnya seseorang hanya bisa berkemih di toilet, sehingga ia tidak
dapat berkemih dengan menggunakan pot urine.
5. Tonus otot
Eliminasi urine membutuhkan tonus otot kandung kemih, otot abdomen,
dan pelvis untuk berkontraksi. Jika ada gangguan tonus, otot dorongan
untuk berkemih juga akan berkurang.
7. Kondisi penyakit
Pada pasien yang demam akan terjadi penurunan produksi urine karena
banyak cairan yang dikeluarkan melalui klit. Peradangan dan iritasi organ
kemih menimbulkan retensi urine.
8. Pembedahan
Penggunaan anastesi menurunkan filtrasi glomerolus sehigga produksi
urine akan menurun.
9. Pengobatan
Penggunaan diuretik meningkatkan output urine; antikolinergik dan
antihipertensi menimbulkan retensi urine.
9
pada uretra dan spasme pada sfingter kandung kemih sehingga dapat
menimbulkan urine.
1. Retensi urine
Merupakan penumpukan urine dalam kandung kemih dan
ketidakmampuan kandung kemih untuk mengosongkan kandung kemih.
Penyebab distensi kandung kemih adalah urine yang terdapat dalam
kandung kemih melebihi 400 ml. Normalnya adalah 250-400 ml.
2. Inkontinensia urine
Adalah ketidakmampuan otot sfingter eksternal sementara atau menetap
untuk mengontrol ekskresi urine. Ada dua jenis inkontinensia. Pertama,
inkontinansia stres, yaitu stres yang terjadi pada saat tekanan intraabdomen
meningkat seperti pada saat batuk atau tertawa. Kedua, inkontinensia
urgensi, yaitu inkonsitensia yang terjadi saat klien tergesak ingin berkemih,
hal ini terjadi akibat infeksi saluran kemih bagian bawah atau spasme
kandung kemih.
3. Enuresis
Merupakan ketidaksanggupan menahan kemih (mengompol) yang di
akibatkan ketidakmampuan untuk mengendalikan sfingter eksterna.
Biasanya terjadi pada anak-anak atau pada orang jompo.
10
5. Urinary suppression :keadaan dimana ginjal tidak memproduksi urine
secara tida-tiba. Anuria (urine kurang sari 100 ml/24 jam) dan oliguria
(urine berkisar 100-500ml/24 jam).
6. Anuria : keadaan dimana ginjal tidak mampu memproduksi ginjal urine
secara optimal, produksi urine kurang dari 100 ml/24 jam. Keadaan ini
merupakan tanda gagal ginjal.
7. Oliguria : merupakan keadaan dimana produksi urine kurang dari 30
ml/jam atau berkisar antara 100-500 ml/24 jam.
8. Nokturia : miksi yang sering terjadi pada malam hari, hal ini merupakan
perubahan pola eliminasi. Penyebab nokturia karena faktor usia, stres,
penyakit tertentu, dan pengobatan. Faktor lain adalah faktor fisiologis,
psikologis dan lingkungan. Pasien dengan kehamilan dan usia di atas 50
tahun sering terjadi nokturia.
A. PENGKAJIAN
1. Riwayat keperawatan
a. Pola berkemih.
b. Gejala dari perubahan berkemih.
c. Faktor yang mempengaruhi berkemih.
2. Pemeriksaan fisik
a. Penampilan umum pasien seperti ekspresi wajah, pasien gelisah, atau menahan
sakit.
b. Keadaan kulit
Kulit kering, mukosa mulut kering, turgor kulit kurang, lidah menjadi kering
tanda kekurangan cairan. Kulit berkeringat, basah dapat disebabkan karena
pasien menahan nyeri saat berkemih. Kaji adanya edema atau asites mungkin
dapat terjadi.
c. Abdomen
Pembesaran, pelebaran pembuluh darah vena, distensi kandung kemih,
pembesaran ginjal, nyeri tekan, tenderness, bising usus.
d. Genitalia wanita
Inflamasi, nodul, lesi, adanya sekret dari meatus, dan keadaan atrofi jaringan
vagina.
e. Genitalia laki-laki
Kebersihan, adanya lesi, tenderness, dan adanya pembesaran skrotum.
4. Pemeriksaan diagnostic
a. Pemeriksaan urine (urinalisis)
Penanpilan (N: jernih)
Bau (N: beraroma)
pH (N: 4,5-8,0)
berat jenis (N: 1,005-1,030)
glukosa (N: negatif)
keton (N: negatif)
b. kultur urine (N: kuman patogen negatif)
12
Intervensi Rasional
1. Identifikasi faktor penyebab 1. Beberapa faktor yang
inkontinensia. menyebabkan inkontinensia di
antaranya penurunan kesadaran,
proses penuaan, gangguan fungsi
saraf, dan kelemahan sfingter
2. Monitor frekuensi, volume, warna, uretra
bau, dan nyeri saat miksi, serta 2. Mengidentifikasi jenis
pola miksi. inkontinensia seperti stres atau
3. Lakukan pengaturan minum urgensi.
pasien secara berpola.
4. Lakukan bladder training secara 3. Melatih pola berkemih dengan
berkala. mengatur produksi urine.
4. Bladder training bertujuan melatih
5. Lakukan latihan kegel. menahan dan menguatkan
kontraksi otot kandung kemih.
5. Latihan kegel bertujuan
6. Anjurkan pasien untuk tidak menguatkan otot panggul dan
mengngonsumsi kopi atau minum pelvis sehingga dapat melatih
yang mengandung soda. kemampuan berkemih.
7. Kolaborasi dengan tim medis 6. Kopi dapat meningkatkan stimuli
dalam pemasangan dower atau berkemih.
intermitten kateter.
7. Mempermudah dalam pengaturan
pengeluaran urine.
2. Retensi urine
Defines : kondisi dimana seseorang tidak mampu mengosongkan kandung kenih
secara tuntas.
13
b. Tanda dan gejala retensi urine tidak ada.
Intervesi Rasional
1. Identifikasi faktor penyebab 1. Beberapa faktor yang
retensi urine. menyebabkan retensi urine
seperti obstruksi saluran
kemih, batu ginjal, atau
2. Monitor frekuensi, volume, striktur uretra.
warna, bau dan nyeri saat 2. Mengidentifikasi derajat
miksi, serta pola miksi. retensi urine.
3. Monitor keadaan distensi
bledder setiap 4jam. 3. Retensi urine menyebabkan
4. Tanyakan kepada pasien distensi kandung kemih.
bagaimana pancaran miksi. 4. Mengetahui jenis obstruksi
5. Lakukan pengaturan minum apakah total atau varsial.
pasien secara berpola. 5. Melatih pola berkemih dengan
6. Lakukan latihan bledder mengatur produksi urine.
training secara berkala. 6. Bledder training bertujuan
melatih menahan dan
menguatkan kontraksi otot
7. Monitor intake dan output kandung kemih.
cairan. 7. Mengetahui keseimbangan
8. Anjurkan pasien untuk tidak cairan.
mengngonsumsi kopi atau 8. Kopi dapat meningkatkan
minum yang mengandung stimuli berkemih.
soda.
9. Kolaborasi dengan tim 9. Mempermudah dalam
medis dalam pemasangan pengeluaran urine.
dower atau intermitten
kateter. 10. Mengatasi penyebab retensi
10. Kolaborasi dengan tim urine, misalnya karena
medis dalam perencaan hipertropi prostat, batu ginjal
penanganan penyebab membutuhkan tindakan
retensi urine, seperti operasi.
tindakan operasi atau
sitostomi.
14
BAB III
PEMBAHASAN
Selain itu An.K juga mengatakan sulit dan sakit pada perut seperti diremas – remas
dan perih saat mau buang air kecil, sehingga An.K jadi takut jika mau BAK padahal
buang air kecilnya lebih sering dari biasanya, oleh sebab itu An.K mengatakan takut
untuk banyak minum.
Bp. A mengatakan anaknya mengalami nyeri pada bagian suprapubic dan adanya
hematuria, selain itu diawal berkemih ada cairan eksudat yang purulen dan terasa gatal.
Karena sakit pada perut bagian bawah, An.K merasa tidak kuat untuk berjalan sendiri
sehingga waktu turun dari mobil ke UGD, An.K digendong oleh ayahnya.Saat
dilakukan pemeriksaan fisik didapat hasil TTV :
RR : 28x/menit
S : 40 ºC
N : 108x/menit
Saat di UGD An.K dilakukan pemasangan infus RL, 20 tts/mnt dengan abocat
ukuran 24 dan diberikan terapi obat :
Ceftriaxone 2x500mg
Ketorolax 2x 0,5mg/kg/BB
1. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
15
Tanggal masuk RS : 10 April 2017
Diagnosa medis : Gangguan Eliminasi Urinarius
No rekam medis : 20954985
Jam masuk : 15.00 WIB
Suku : Jawa
Bangsa : Indonesia
c. Penanggung jawab
Orang tua/wali : Bp. A
Umur : 36 tahun
Agama :Islam
Pendidikan : S1
Pekerjaan : Guru
Status Pernikahan : Menikah
Hubungan dengan klien : Bapak kandung
Alamat : Jln. Ringroad Utara
Suku : Jawa
Bangsa :Indonesia
2. Keluhan Utama
Bp. A mengatakan anaknya mengalami nyeri pada bagian suprapubic.
3. Riwayat Kesehatan
Klien mengatakan karena sakit pada perut bagian bawah, An.K merasa tidak kuat
untuk berjalan sendiri sehingga waktu turun dari mobil ke UGD, An.K digendong oleh
ayahnya. Saat di UGD, An.K dilakukan pemasangan infus RL 20tetes/menit dengan
abocat ukuran 24 selama 4 hari.
16
3. Vaksin : Bpk.A mengatakan bahwa An.K baru saja di
vaksin Hepatitis B 3bulan yang lalu
Sebelum An.K mengalami gangguan eliminasi urinarius, nenek dari An.K yaitu
Ny. T sudah pernah mengalami gangguan eliminasi urinarius selama lebih kurang satu
minggu.
4. PEMERIKSAAN FISIK
a. Aktivitas dan latihan
An. K sebelum sakit masih bisa melakukan aktifitas seperti anak seusianya
seperti bermain bersama teman-temannya, tetapi setelah mengalami ISK An. K menjadi
pendiam karena menahan rasa sakit perutnya. Selama sakit An. K dirumah melakukan
aktifitas dan dirawat oleh pembantunya sehingga untuk personal hygen biasanya
dibantu oleh pembantunya.
17
6). Nutrisi
Sebelum klien mengalami gangguan eliminasi, klien mempuyai nafsu makan
sehingga selalu makan 3 porsi sehari, tetapi pada saat mengalami gangguan eliminasi
urine, nafsu makan klien menjadi berkurang, sehingga hanya makan 1 porsi sehari.
7). Cairan elektrolit dan asam basa
Pada saat klien mengalami gangguan eliminasi urin klien hanya minum 4 gelas
standar 250 cc dan dibantu dengan Suport IV Line cairan RL 20tts/mnt, sebelum sakit
klien minum 8 gelas standar 250cc perhari.
8).Oksigenasi
Sebelum dan sesudah mengalami ganguan eliminasi urin, Klien tidak
mengalami sesak nafas dan tidak ada sputum.
9). Eliminasi Bowel
Sebelum sakit klien mengatakan BAB lancar fases berwarna kuning 2x sehari,
saat mengalami gangguan eliminasi urin klien merasakan perut terasa diremas-remas
dan warna fases cokelat.
10). Eliminasi urine
Sebelum mengalami ganguan eliminasi urin klien mempunyai frekuensi
berkemih 500cc/hr, selama mengalami gangguan eliminasi urin klien hanya berkemih
250cc/hr dan warna urine merah terdapat hematuria dan klien mengatakan nyeri pada
saat BAK.
11).Sensori, Persepsi dan Kognitif
Setelah melakukan pengkajian klien tidak mengalami gamgguan pada sensori,
persepsi dan kognitif.
5.Head to Toe
a. Keadaan Umum
Keadaan umum pasien saat ini adalah cemas dengan hasil pemeriksaan Vital
Sign :
N : 108x/mnt
RR : 28x/mnt
S : 400C
b. Kepala:
Pada saat dilakukan inspeksi dan palpasi tidak terdapat benjolan yang terdapat
di kepala, bentuk tengkorak semetris dengan bagian frontal menghadap kedepan dan
bagian pariental menghadap kebelakang. Kulit kepala tidak mengalami peradangan,
tumor, maupun bekas luka.
c. Leher:
Setelah dilakukan inspeksi, palpasi dan teknik gerakan leher klien dapat
melakukan gerakan leher secara terkoordinasi tanpa gangguan.
18
d. Dada: Paru & Jantung
Pada saat inspeksi klien tidak terlihat sesak napas, yaitu frekuensi pernapasan
20x/menit pada saat dilakukan palpasi getaran pada dinding dada sebelah kanan lebih
keras dari pada dinding dada sebelah kiri. Pada saat dilakukan perkusi suara paru klien
normal yaitu terdengar bunyi resonan.
e. Abdomen:
Setelah dilakukan pemeriksaan fisik abdomen normal,pada saat inspeksi tdak
ada pembengkakkan, dan semetris. Pada saat dilakukan auskultasi terdengar suara
bising usus, secara normal terdengar setiapbising usus normal terdengar 10 kali/menit
7. Pemeriksaan Penunjang
a. Terapi Medis
Saat di UGD klien diberikan cairan IV yaitu infus RL 20tts/mnt, klien juga
diberikan obat melalui injeksi Cefotriaxone 2x500 gram dan obat peroral Ketorolak
2x0,5 mg/kg/BB.
Analisa Data
Nama klien : An.K No.Register : 01377
Umur : 5 tahun Diagnosa Medis : ISK
Ruang Rawat : Tulip Alamat : Jl. Ringroad Utara
19
DO :
1. N : 108x/menit
2. S : 40
3. RR : 28x/menit
4. Teraba panas
20
diremas-remas dan perih
saat mau buang air kecil,
sehingga An.K jadi takut
jika mau BAK padahal
buang air kecilnya lebih
sering daripada biasanya,
oleh sebab itu An.K
mengatakan takut untuk
banyak minum.
DO :
1. Klien terlihat kesakitan
dan takut saat buang air
kecil.
21
Umur : 5 tahun Diagnosa Medis : ISK
Ruang Rawat : Tulip Alamat : Jl. Ringroad Utara
22
1.
CATATAN PERKEMBANGAN
Nama klien : An.K No.Register : 01377
Umur : 5 tahun Diagnosa Medis : ISK
Ruang Rawat : Tulip Alamat : Jl. Ringroad Utara
23
atau keluarga untuk O :
mencatat keluaran urin. 1. Volume
pengeluaran urin
normal.
2. Klien sedikit
mengerti tentang
tanda dan gejala
infeksi saluran
kemih.
A : tujuan belum
tercapai.
P : lanjutkan
intervensi :
1. Memantau
eliminasi urin
contohnya frekuensi
urin, volume urin,
konsistensi urin
dengan tepat.
2. Mengajarkan
klien tanda dan
gejala infeksi saluran
kemih.
3. Menginstruksikan
klien atau keluarga
untuk mencatat
keluaran urin.
dx 2 3/02/2012 4. Pukul 12.00 WIB, Erna
09.15 WIB5. 1. Mengajarkan klien Tanggal 3/02/2012
tekhnik relaksasi nafas
dalam. S:
09.25 WIB6. 2. Memberikan kompres 1. Bapak klien
hangat pada bagian yang mengatakan anaknya
nyeri. tampak lebih tenang
09.35 WIB
7. 3. Memberikan analgesik dan sudah tidak
Ketorolax 2x 0,5mg/kg/BB merasakan nyeri
8. setelah diberikan
kompres hangat.
O:
1. Klien sudah
tampak tenang, dan
24
berkurang nyerinya.
2. An. K tampak
mendapatkan
kompres hangat pada
bagian abdomennya.
3. An. K tampak
masih kelihatan
memegang perutnya
karena nyeri.
A : tujuan belum
tercapai.
P : lanjutkan
intervensi :
9. 1. Mengajarkan
klien tekhnik
relaksasi nafas
dalam.
10. 2. Memberikan
kompres hangat pada
bagian yang nyeri.
11. 3. Memberikan
analgesik Ketorolax
2x 0,5mg/kg/BB
25
teraba normal,panas
berkurang.
4. An. K tampak
mendapatkan
kompres hangat pada
keningnya.
5. An. K tidak
tampak terjadi
dehidrasi selama
adanya demam.
A : tujuan belum
tercapai.
P : lanjutkan
intervensi :
1. Mengobservasi
keadaan umum
klien.
2. Memonitor vital
sign klien (suhu
&nadi).
3. Memberikan
kompres hangat pada
klien.
4. Menganjurkan
pada klien untuk
meningkatkan
istirahat.
5. Memberikan infus
RL, 20 tts/mnt.
6. Memberikan
injeksi Ceftriaxone
2x500mg
dx 1 4/02/2012 Pukul 11.00 WIB, Nato
09.15 WIB 1. Memantau eliminasi urin Tanggal 4/02/2012
contohnya frekuensi urin, S:
volume urin, konsistensi 1. Bapak klien
urin dengan tepat. mengatakan An.K
09.20 WIB 2. Mengajarkan klien tanda sudah berkurang
dan gejala infeksi saluran sakitnya saat
kemih. kencing.
09.30 WIB 3. Menginstruksikan klien O:
26
atau keluarga untuk 1. Volume
mencatat keluaran urin. pengeluaran urin
normal.
2. Klien sedikit
mengerti tentang
tanda dan gejala
infeksi saluran
kemih.
A : tujuan belum
tercapai.
P : lanjutkan
intervensi :
1. Memantau
eliminasi urin
contohnya frekuensi
urin, volume urin,
konsistensi urin
dengan tepat.
2. Mengajarkan
klien tanda dan
gejala infeksi saluran
kemih.
3. Menginstruksikan
klien atau keluarga
untuk mencatat
keluaran urin.
dx 2 4/02/2012 12. Pukul 12.00 WIB, Eva
10.00 WIB13. 1. Mengajarkan klien Tanggal 4/02/2012
tekhnik relaksasi nafas
dalam. S:
10.10 WIB14. 2. Memberikan kompres 1. Bapak klien
hangat pada bagian yang mengatakan anaknya
nyeri. tampak lebih tenang
10.30 WIB15. 3. Memberikan analgesik dan sudah tidak
Ketorolax 2x 0,5mg/kg/BB merasakan nyeri
16. setelah diberikan
kompres hangat.
O:
1. Klien sudah
tampak tenang, dan
berkurang nyerinya.
27
2. An. K tampak
mendapatkan
kompres hangat pada
bagian abdomennya.
3. An. K tampak
masih kelihatan
memegang perutnya
karena nyeri.
A : tujuan tercapai.
P : pertahankan
intervensi :
17. 1. Mengajarkan
klien tekhnik
relaksasi nafas
dalam.
18. 2. Memberikan
kompres hangat pada
bagian yang nyeri.
19. 3. Memberikan
analgesik Ketorolax
2x 0,5mg/kg/BB
28
kompres hangat pada
keningnya.
5. An. K tidak
tampak terjadi
dehidrasi selama
adanya demam.
A : tujuan belum
tercapai.
P : lanjutkan
intervensi :
1. Mengobservasi
keadaan umum
klien.
2. Memonitor vital
sign klien (suhu
&nadi).
3. Memberikan
kompres hangat pada
klien.
4. Menganjurkan
pada klien untuk
meningkatkan
istirahat.
5. Memberikan infus
RL, 20 tts/mnt.
6. Memberikan
injeksi Ceftriaxone
2x500mg
dx 1 5/02/2012 Pukul 11.00 WIB, Erna
09.00 WIB 1. Memantau eliminasi urin Tanggal 5/02/2012
contohnya frekuensi urin,
volume urin, konsistensi S:
urin dengan tepat. 1. Bapak klien
09.15 WIB 2. Mengajarkan klien tanda mengatakan An.K
dan gejala infeksi saluran sudah berkurang
kemih. sakitnya saat
3. Menginstruksikan klien kencing.
09.25 WIB atau keluarga untuk O :
mencatat keluaran urin. 1. Volume
pengeluaran urin
normal.
29
2. Klien sedikit
mengerti tentang
tanda dan gejala
infeksi saluran
kemih.
A : tujuan belum
tercapai.
P : lanjutkan
intervensi :
1. Memantau
eliminasi urin
contohnya frekuensi
urin, volume urin,
konsistensi urin
dengan tepat.
2. Mengajarkan
klien tanda dan
gejala infeksi saluran
kemih.
3. Menginstruksikan
klien atau keluarga
untuk mencatat
keluaran urin.
dx 3 5/02/2012 Pukul 12.30 WIB, Risky
09.50 WIB 1. Mengobservasi keadaan Tanggal 5/02/2012
umum klien.
10.00 WIB 2. Memonitor vital sign S :
klien (suhu &nadi). 1. Bapak klien
10.15 WIB 3. Memberikan kompres mengatakan suhu
hangat pada klien. badan anaknya
4. Menganjurkan pada klien berkurang.
untuk meningkatkan O :
istirahat. 1. Hasil TTV
5. Memberikan infus RL, 20 menunjukkan suhu
tts/mnt. 37,5
6. Memberikan injeksi 2. Nadi An. K
Ceftriaxone 2x500mg 90x/mnt.
3. Tubuh An. K
teraba normal,panas
berkurang.
4. An. K tampak
30
mendapatkan
kompres hangat pada
keningnya.
5. An. K tidak
tampak terjadi
dehidrasi selama
adanya demam.
A : tujuan tercapai.
P : pertahankan
intervensi :
1. Mengobservasi
keadaan umum
klien.
2. Memonitor vital
sign klien (suhu
&nadi).
3. Memberikan
kompres hangat pada
klien.
4. Menganjurkan
pada klien untuk
meningkatkan
istirahat.
5. Memberikan infus
RL, 20 tts/mnt.
6. Memberikan
injeksi Ceftriaxone
2x500mg
dx 1 6/02/2012 Pukul 11.00 WIB, Jhony
11.15 WIB 1. Memantau eliminasi urin Tanggal 6/02/2012
contohnya frekuensi urin,
volume urin, konsistensi S:
urin dengan tepat. 1. Bapak klien
11.20 WIB 2. Mengajarkan klien tanda mengatakan An.K
dan gejala infeksi saluran sudah berkurang
kemih. sakitnya saat
11.35 WIB 3. Menginstruksikan klien kencing.
atau keluarga untuk O :
mencatat keluaran urin. 1. Volume
pengeluaran urin
normal.
31
2. Klien sedikit
mengerti tentang
tanda dan gejala
infeksi saluran
kemih.
A : tujuan tercapai.
P : pertahankan
intervensi :
1. Memantau
eliminasi urin
contohnya frekuensi
urin, volume urin,
konsistensi urin
dengan tepat.
2. Mengajarkan
klien tanda dan
gejala infeksi saluran
kemih.
3. Menginstruksikan
klien atau keluarga
untuk mencatat
keluaran urin.
32
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil uraian pada teori maupun kasus, dapat ditarik kesimpulan sebagai
berikut:
1. Infeksi saluran kemih (ISK) adalah infeksi bakteri yang terjadi pada saluran kemih
merupakan salah satu kasus yang sering terjadi dalam masyarakat.
2. Jenis ISK yang paling umum adalah infeksi kandung kemih yang sering juga disebut
sebagai sistitis. Gejala yang dapat timbul dari ISK yaitu perasaan tidak enak berkemih
(disuria, Jawa: anyang-anyangen). Tidak semua ISK menimbulkan gejala, ISK yang
tidak menimbulkan gejala disebut sebagai ISK asimtomatis.
3. Faktor penyebab terjadinya infeksi saluran kemih:
1) Bendunganaliran urine
a. Anatomikonginetal.
b. Batusalurankemih.
c. Oklusi ureter (sebagianatau total).
2)Refluksvesike ureter.
3) Urine sisadalambuli-bulikarena :
a. Neurogenik bladder.
b. Striktururetra.
c. Hipertropiprostat.
4) Gangguanmetabolik.
a. Hiperkalsemia.
b. Hipokalemia
c. Agamaglobulinemia.
5) Instrumentasi
a. Dilatasiuretrasistoskopi.
6) Kehamilan
a. Faktorstatisdanbendungan.
b. PH urine yang tinggisehinggamempermudahpertumbuhankuman.
4. Komplikasi
a. Pembentukan Abses ginjal atau perirenal
b. Gagal ginjal.
5. Diagnosa yang mungkin muncul adalah
a.Hypertermi berhubungan dengan proses infeksi.
b. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis.
c. Eliminasi urinarius berhubungan dengan infeksi saluran kemih.
d.Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan ketahanan tubuh.
e. Kurang pengetahuan orang tua tentang perawatan klien berhubungan dengan
kurangnya Informasi.
33
f. Cemas anak berhubungan dengan dampak hospitalisasi.
6. Diagnosa keperawatan yang muncul pada kasus An.K
a. Hypertermi berhubungan dengan proses infeksi.
b.Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis.
c.Eliminasi urinarius berhubungan dengan infeksi saluran kemih.
4.2 Saran
1. Bagi Mahasiswa
Diharapkan agar dapat meningkatkan pengetahuan tentang penyakit-penyakit
dalam keperawatan anak salah satunya infeksi saluran kemih dan juga meningkatkan
kemampuan dalam membuat asuhan keperawatan yang baik dan benar.
2. Bagi Perawat
Diharapkan bagi perawat agar dapat meningakatkan ketrampilan dalam
memberikan asuhan keperawtan serta pengetahuan sehingga dapat memberikan asuhan
keperawtan yang optimal khususnya pada anak yang menderita penyakit infeksi saluran
kemih dan perawat mampu menjadi edukator yang baik bagi pasien dan keluarganya.
34