Anda di halaman 1dari 49

SISTEM PERKEMIHAN

ANATOMI DAN FISIOLOGI


Sistem Perkemihan terdiri dari :
1. Ginjal, yang memproduksi urin
2. Ureter, yang menyalurkan urine dari ginjal ke kandung kemih
3. Kandung Kemih, yang berfungsi sebagai penampung
4. Uretra, yang mengeluarkan urin dari kandung kemih

GINJAL
Ginjal berbentuk kacang, lokasi di retroperitoneal, disebelah kolumna vertebralis Lokasi
dimulai dari vertebra torakalis ke 12 sampai lumbalis 3, bagian atas ginjal dilindung oleh
tulang iga terakhir. Ginjal kanan terletak dibawah hati dan letaknya lebih rendah dari
ginjal kiri. Massing-masing ginjal dibantali oleh selapis lemak dan dikelilingi oleh kapsul
ginjal. Pada neonatus dapat dipalpasi. Ginjal pada anak lebih mudah mengalami trauma
karena tidak terlindung oleh tulang-tulang costae dan belum memiliki perinephritic fat
yang melindunginya. Ginjal orang dewasa masing-masing beratnya 150 gram,
panjangnya 11-13 cm, lebar 5-7 cm dan tebal 2,5-3 cm. Ginjal berfungsi menyaring
darah.

STRUKTUR GINJAL
Permukaan lateral ginjal cembung dan bagian medialnya cekung yang terdiri dari hilus-
hilus. Celah vertikalnya terbuka ke daerah diantara ginjal disebut sinus ginjal. Ureter,
pembuluh darah, syaraf-syaraf dan pembulu limfe, masuk ke sinus melewati hilus.
Bagian superior ginjal disebut kutub atas dan bagian inferior disebut kutub bawah. Ginjal
dibungkus oleh jaringan fibrus. Ginjal terdiri dari korteks (bagian luar) dan medulla
(bagian dalam). Bagian medulla tersusun dari 15-16 piramid ginjal dan kaliks Piramid
berbentuk simpul yang terbuat dari tubulus pengumpul urin. Di bagian apeks pyramid-
piramid ini mempunyai papilla-papilla yang menyatu yang disebut kaliks. Kaliks
mengumpul urin dan dibawa ke pelvis renal dan berakhir diureter. Bagian korteks (luar
ginjal) terdiri dari berjuta-juta nefron

NEFRON
Nefron merupakan unit fungsional pembentukan kemih. Setiap ginjal terdiri dari kurang
lebih 1 juta nefron.Setiap nefron tersusun oleh:
1. Glomerulus, merupakan korpus ginjal yang terdiri dari serabut-serabut kapiler
yang sangat kuat. Pada glomerulus ini darah difiltrasi. Komponen darah yang besar
seperti sel darah merah dan protein, dibagian ini cairan dipisahkan yang melewati
kapsul glomerulus atau disebut kapsul bowman.
2. Tubulus :
Tubulus proksimal
Hasil filtrasi menuju ke tubulus konvulata proksimal. Filtrasi glomerulus yang
masuk ke tubulus proksimal kurang lebih 1200 ml/menit dan setelah direabsorbsi
urin yang dihasilkan kurang lebih 1ml/menit
Simpai Henle

AS/Sistem perkemihan/tgkt2/ Maret 2017


Tubulus distal
Dari sini dikumpulkan ke tubulus pengumpul sebagai urin. Bersamaan dengan itu,
sebagian hasil filtrasi direabsorbsi dengan glukosa, potassium, fosfat dan sodium.
Masing-masing tubulus pengumpul mengatur urin keluar dari nefron ke pyramid
dan kaliks ginjal lalu ke pelvis dan ke ureter.
Fungsi Nefron :
1. Glomerulus : Mensekresi air dan molekul, kecuali protein.
2. Tubulus proksimal: Reabsorbsi kurang lebih 80% air filtrasi glomerulus, seluruh
glukosa, asam amino, vitamin dan protein, sebagian besar sodium, klorida dan asam
askorbat, sekresi kreatinin.
3. Simpai Henle : Reabsorbsi air tambahan, sodium dan klorida
4. Tubulus ginjal : Reabsorbsi air, sodium klorida, fosfat dan sulfat, sekresi
potassium, ion H+ dan Ammonia.
Fungsi Ginjal:
Mengeluarkan sisa-sisa nitrogen, toksin, ion-ion dan obat-obatan
Mengatur jumlah dan zat-zat kimia dalam tubuh
Mempertahankan keseimbangan air dan garam-garam serta asam dan basa.
Menghasilkan renin enzim untuk membantu pengaturan tekanan darah.
Menghasilkan ormon eritropoietin,yang menstimulasi pembentukan sel
darah merah di sumsum tulang.
Membantu dalam metabolisme vitamin D.

URINE
Jumlah pengeluaran urin dalam 24 jam tergantung dari intake cairan, status kesehatan
ginjal dan usia

Rata-rata Pengeluaran Urin Dalam Periode 24 Jam Pada Anak


Umur Jumlah Urin (ml)
6 bulan 2 tahun 540-600
2 - 5 tahun 500-780
5 8 tahun 600-1200
8 14 tahun 1000-1500
> 14 tahun 1500

HASIL ANALISIS URIN NORMAL :


Warna : Kuning pucat
Penampilan : Jernih
PH : 4,6 8,0
Berat Jenis : 1,003 1,030
Protein :0
Keton :0
Glukosa :0
Sel darah merah : Kurang dari 1 setiap lapang pandang
Sel darah putih : Kurang dari 5 setiap lapang pandang

AS/Sistem perkemihan/tgkt2/ Maret 2017


ARTERI RENALIS
Ginjal membutuhkan oksigen dan nutrient dalam jumlah yang besar yaitu menerima 25%
cardiac output. Meskipun bukan termasuk system perkemihan, arteri-arteri ginjal
berhubungan dengan system ginjal. Arteri ini meliputi arteri renalis, arteri arkuata, arteri
interlobularis, afferent dan efferent. Fasa Rektum Looping capillaries ysng berhubungan
dengan nefron juxta medullaris dan berlanjut ke sepanjang medulla, yaitu sejajar dengan
Loop of Henle. Gunanya adalah untuk memekatkan urin. Fungsi utama arteri renalis
adalah memberi suplai ke ginjal yakni 1200 ml/menit pada saat istirahat.

URETER
Terdapat 2 ureter yang masing-masing bersambung dengan ginjal dan menuju ke
kandung kemih. Panjangnya kurang lebih 35-40 cm. Setelah ureter meninggalkan ginjal,
ia berjalan ke bawah dibelakang peritoneum ke dinding bagian belakang kandung kemih.
Lapisan tengah ureter terdiri dari otot-otot (stimulasi oleh transmisi impuls elektrik
berasal dari system saraf otonom. Akibat gerakan peristaltic terhadap ureter ini urin
didorong ke kandung kemih. Fungsi ureter adalah mengangkut urin dari ginjal ke
kandung kemih.

KANDUNG KEMIH
Kandung kemih terdiri dari otot, yang dapat mengecil yang berfungsi sebagai penampung
urin. Terletak di dasar panggul didaerah retroperitoneal. Kandung kemih terdiri dari 2
bagian; otot lingkar, tersusun dari otot detrusor dan bagian antara badan kandung kemih
dari uretra yang disebut dengan leher.
Pada laki-laki letak kandung kemih terbentang dari anterior ke rectum dan leher dari
kandung kemih dikelilingi oleh kelenjar prostate. Pada wanita kandung terletak di depan
vagina dan uterus.. Otot detruser menyebabkan kandung kemih dapat membesar saat
terisi urin dan kontraksi untuk mengeluarkan urin ke luar tubuh pada miksi. Saat urin
terkumpul, bagian atas kandung kemih (=fundus) naik ke rongga abdominal dan dapat
dipalpasi. Jika kandung kemih terisi 500 ml, maka seseorang akan berkemih. Jika jumlah
bertambah kandung kemih distensi dan naik diatas simfisis pubis.
Fungsi utama kandung kemih adalah:
Menyimpan urin sementara
Melakukan kontraksi untuk mengeluarkan urin

URETRA
Uretra terdiri dari lapisan mukosa yang membawa urin dari kandung kemih keluar.
Panjang uretra wanita berkisar antara 3-4 cm dan terletak disepanjang dinding anterior
vagina. Kandung kemih wanita berakhir di eksternal urethral orificie atau meatus yang
terbentang antara clitoris dan vagina. Uretra laki-laki panjangnya 15 cm dan terletak
disepanjang penis. Selain saluran untuk urin,uretra juga membawa semen keluar dari
tubuh. Uretra wanita pendek dan meatus berdekatan dengan anus, maka mudah
terkontaminasi bakteri.
Fungsi utama uretra adalah: saluran untuk membuang urin.

AS/Sistem perkemihan/tgkt2/ Maret 2017


TES DIAGNOSTIK / LABORATORIUM :
1. Urin Analisis: untuk melihat adanya glukosa, protein, sel darah, pH dan berat
jenis
2. GFR: untuk melihat kemampian filtrasi glomerulus dengan melihat nilai kreatinin.
Nilai normal kecepatan kreatinin clearance adalah 100ml/menit.
3. Kultur Urin: untuk mengetahui ada tidaknya infeksi pada saluran kemih.
4. Pemeriksaan Darah, BUN (Blood Urea Nitrogen): untuk melihat adanya urea
dalam darah.
5. Sonografi dan MRI (Magnetic Resonance Imaging): untuk melihat ada tidaknya
kelainan ukuran ginjal dan ada tidaknya massa.
6. Pemeriksaan Sinar X: Untuk melihat ukuran ginjal , adanya kelainan
pertumbuhan ginjal, hidronefrosis maupun adanya polikistik pada ginjal.
7. Intravenous Pyelogram: untuk melihat adanya benda asing pada ginjal
8. CT Scan: untuk melihat ukuran, struktur ginjal dan adekuat tidaknya aliran urin.
9. Cystocopy: untuk melihat adanya refluks vesicourethral atau urethral stenosis
10. Biopsi Renal: untuk mendiagnosa penyakit ginjal dan pada transplantasi ginjal
ada tidaknya reaksi penolakan

PENGKAJIAN KEPERAWATAN PADA SISTEM PERKEMIHAN


Yang perlu dikaji dalam system perkemihan meliputi riwayat kesehatan, pemeriksaan
fisik
RIWAYAT KESEHATAN
a. Data Demografi
Umur : Kelainan anatomi pada bayi 0-1 tahun (polikistik atau wilms
tumor), infeksi saluran kemih sering terjadi pada usia remaja 13-19 tahun.
Jenis kelamin : Pada wanita lebih sering terjadi penyakit infeksi saluran
sedangkan pada laki-laki usia lanjut sering mengalami BPH.
b. Riwayat kesehatan klien
Riwayat masalah ginjal (system perkemihan) pada klien, telah berobat
kemana dan jenis apa yang dikonsumsi. Seperti penyakit ginjal, batu ginjal, batu
ureter dan ureter, batu saluran kemih, transplantasi ginjal, infeksi saluran kemih,
pembedahan system perkemihan.
Riwayat penyakit kronis: hipertensi, kardiovaskuler, DM, infeksi
streptokokkus, obat-obat neprotoksik (garamicin).
Riwayat adanya trauma/injuri
c. Riwayat kesehatan keluarga
Adanya keluarga yang menderita penyakit ginjal seperti polikistik
Adanya penyakit kronis yang lain seperti DM, Gout, batu ginjal,
kardiovaskuler, hipertensi, kelainan bawaan.
d. Riwayat diet
Kebiasaan minum: jumlah, jenis, sumber air minum
Kebiasaan makan: makanan segar/diawetkan, susu, protein, kalsium
e. Status social ekonomi
Status sosial akan memepengaruhi tingkat pendidikan, sedangkan tingkat
pendidikan akan mempengaruhi tingkat pengetahuan pasien dan hal ini akan
berpengaruh terhadap pola hidup dan kebiasaan sehari-hari yang akan
mencerminkan tingkat kesehatan klien.

AS/Sistem perkemihan/tgkt2/ Maret 2017


f. Riwayat obat-obatan yang dikonsumsi
Obat-obatan yang digunakan seperti garamycin, analgetik yang lama, obat arteritis,
obat hipertensi, obat kardiovaskuler dan obat DM.
g. Riwayat kesehatan sekarang
Adanya perubahan dalam:
Karakteristik urin
Pola BAK
Kemampuan untuk mengontrol BAK
Perubahan frekuensi
Adanya nokturia: BAK pada malam hari
Resistensi: kesulitan memulai dan mengakhiri BAK
Inkontinensia urin: urin yang keluar secara menetes
Retensi urin: tetahannya urin didalam saluran kemih
Oliguri: jumla urin 100-600 ml/24 jam
Anuria: jumlah urin 0-100 ml/24 jam
Poliuria: jumlah urin: > 1200-1500 ml/24 jam
Urgency: mendesak ingin BAK
Merasa nyeri
Serangan dan lamanya: kejadian setelah atau selama BAK
Lokasi perubahan pada panggul
Nyeri menjalar dari abdomen bagian bawah sampai perineum, skrotum/labia
hal ini merupakan kolik ginjal yang berhubungan distensi ureter karena
spasme yang disebabkan adanya batu, nyeri yang hebat karena batu bergeser
dapat menyebabkan shock yang ditandai dengan pucat, gangguan system
pencernaan, mual dan muntah.
Nyeri atau kesulitan BAK yang disebut disuria, ketidakmampuan memulai
dan mengakhiri BAK (Hesitancy)
Karakter dan beratnya: rasa terbakar dan sakit
Faktor yang meringankan: perubahan posisi
Faktor yang memberatkan: obat-obatan
Distensi bladder
Tanda dan gejala yang menyertai: demam, menggigil, berkeringat, perubahan
kulit, anoreksia, pruritus, bekuan uremik dan uremia sebagai gejala akumulasi
sampai metabolisme dalam darah yang diakibatkan karena gagal ginjal yang
ditandai dengan anoreksia, mual muntah, kram otot, pruritus, lemah dan mudah
lelah.

Pertanyaan-pertanyaan yang terkait dengan kesehatan sistem kemih secara


umum:
1. Bagaimana pola normal buang air kecil?Berapa kali sehari buang air kecil?
berapa banyak yang dikeluarkan setiap BAK?
2. Apakah anda mengetahui perubahan dari pola normal saudara?Apakah BAK
lebih sering atau lebih jarang?Apakah jumlahnya lebih banyak atau lebih sedikit?

AS/Sistem perkemihan/tgkt2/ Maret 2017


3. Apakah saudara mengetahui kualitas urin?lebih gelap?bau? warna berubah?
Jika berubah, jelaskan apa warna berubah setiap buang air kecil? Dapatkah
diprediksi warna berubah?
4. Jika urin keruh (hematuria), ajukan pertanyaan ini: apakah anda pernah jatuh?
Apakah rasa panas saat darahnya ada? Adakah gumpalan didalam urin?
5. Apakah ada rasa nyeri? Atau tidak nyaman saat urin keruh?jika ya, jelaskan
bentuk nyerinya, lokasi dan waktunya?
6. Apaka urin berbusa?
7. Apakah berat badan meningkat akhir-akhir ini? Jika ya, jelaskan apakah ada
penumpukkan cairan di tubuh? Apakah cincin, baju, atau sepatu semakin sempit?
Apakah perubahannya berangsur-angsur?
8. Apakah ada riwayat penyakit ginjal atau masalah system perkemihan? Jika ya,
apabila anda mengalaminya, bagaimana sembuhnya? Apakah saat ini masih ada
masalah?
9. Pernahkah mengalami pembedahan system perkemihan?Apabila ya, apakah
menjadi lebih baik? Jika tidak, adakah anggota keluarga yang mengalami hal yang
sserupa?
10. Apakah pernah atau sedang mengalami tekanan darah tinggi, diabetes, infeksi
kandung kemih berulang, batu ginjal? Jika ya, bagaimana penyembuhannya?
11. Apakah mengalami penyakit-penyakit seperti multiple sklerosis, Parkinson,
cedera tulang belakang?
12. Apakah pernah atau sedang mengalami penyakit jantung? Kapan itu terjadi?
13. Obata pa yang sedang dimakan sekarang sejak kapan dapatnya?
14. Jelaskan pola makan sekarang? Bagaimana selera makan saudara?
15. Apakah saudara merokok?
16. Apakah saudara susah bernafas?apakah nafas pendek?
17. Apakah saat ini sedang mengalami flu, infeksi kulit, infeksi pernafasan atau
infeksi lain?
18. Apakah saat atau akhir-akhir ini mengalami mual, muntah, diare atau
menggigil?
19. Apakah saudara mengalami nyeri didaerah belakang?atau perut?
20. Apakah ada cairan yang keluar dari uretra? Jika ya, bagaimana warna, bau,
jumlah dan frekuensinya? Kapan mulainya?
21. Apakah saudara mengetahui ada kemerahan atau perubahan warna pada uretra
atau penis? Jika ya, jelaskan bagaimana bentuknya?
22. Jika pasien laki-laki: apakah saudara mempunya masalah prostate? Jika ya,
gambarkan gejala-gejala dan pengobatannya?kapan terakhir pemeriksaan?
23. Jika pasien perempuan: Berapa orang anak? Setelah buang air kecil, buang air
besar bagaimana cara membesihkannya?
24. Seberapa sering saudara melakukan hubungan suami istri? Apakah buang air
kecil terasa sakit setelah melakukan hubungan suami istri?
25. Apakah kulit saudara berubah akhir-akhir ini?Jelaskan perubahannya! Apakah
sering gatal?

AS/Sistem perkemihan/tgkt2/ Maret 2017


INFEKSI SALURAN KEMIH

DEFINISI
Infeksi saluran kemih adalah adanya invasi mikroorganisme dalam saluran kemih (Slamet
Suyono, ilmu penyakit dalam, 2001)

INSIDEN
Infeksi saluran kemih merupakan infeksi saluran kemih nomor 2 setelah. Infeksi ini
disebabkan oleh berbagai bakteri piogenik terutama oleh Escherichia Coli (diluar rumah
sakit) sedangkan didalam rumah biasanya oleh bakteri dari kelompok pseudomonas,
proteus dan klebsiella.

Infeksi saluran kemih terdiri dari 3 yaitu:


1) Infeksi saluran kemih bagian bawah (infeksi descendent)
a) Uretritis
Uretritis kronik sering dijumpai pada wanita dan merupakan
penyebab sistitis kambuhan.Uretritis ini disebabkan oleh berbagai factor
seperti stenosis distal uretra, diuresis kurang dan disebabkan oleh kuman
anaerob. Gejalanya mirip pada keluhan dan tanda sistitis yaitu miksi dan
disuria disertai nyeri uretra, meatus merah dan bengkak.
Uretritis akut disebabkan oleh infeksi infeksi gonorea / clamidia
trachomatus. Fase akut biasanya disertai disuria,
b) Cystitis / infeksi pada cystis
Paling sering ditemukan terutama pada wanita dalam bentuk akut/kronis.
Kebanyakan cystitis disebabkan oleh infeksi ascenden melalui uretra atau infeksi
descenden dari saluran kemih bagian atas.
Tanda dan gejala sistitis yaitu miksi yang sering dan tidak dapat ditunda, disuria,
nokturia dan hematuria. Umumnya disebabkan oleh kuman tinja dari kulit
perineum dan vulva pada wanita karena uretranya pendek. Jika arus kemih cukup
banyak, lancar dan tidak teralang infeksi biasanya tidak terjadi tetapi bila kuman
dapat berkembang dan menyebabkan sistisis
c) Prostatitis / infeksi pada prostate
Prostatitis akut, tanda dan gejalanya adalah demam tinggi kadang sampai
menggigil, nyeri perineal / pinggang, mialgia, antralgia. Prostat yang
membengkak dapat menimbulkan disuria / retensi urin.
Prostatitis kronik biasanya tidak disertai tanda dan gejala yang jelas dan khas.
Diagnosa dapat ditegakkan bila ditemukan leukosit dan bakteri didalam sekret
prostat.
2) Infeksi saluran kemih bagian atas (infeksi ascenden)
Sering ditemukan pada wanita karena uretranya yang pendek sehingga infeksi muda
naik. Pada laki-laki ketika kateterisasi.
a) Pielonefritis akut yang disebabkan oleh stasis benda asing, cidera

AS/Sistem perkemihan/tgkt2/ Maret 2017


b) Pielonefritis kronik dapat menyebabkan gangguan faal ginjal sampai
destruksi ginjal total

3) Infeksi genital
a) Epididimis akut
Epididimis akut dapat dianggap sebagai infeksi ascenden saluran kemih. Sering
ditemukan sebagai penyulit infeksi salurn kemih (prostatitis). Kuman penyakit
berasal dari bakteri di uretra prostate yang masuk ke epididimis dari uretra
prostatika melalui duktus ejakulatorius, vesika seminalis, ampula dan vasdeferens.
b) Vesikulitis / radang pada vesika urinaria
c) Orkitis / radang pada scrotum
d) Prostatitis / radang pada prostate

ETIOLOGI
Bermacam-macam mikroorganisme yang dapat menyebabkan infeksi saluran kemih
Mikroorganisme Presentasi biakan dengan 10 5 CFU/ml
1. Escherichia Coli 50-90%
2. Klebsiella / Enterobacter 10-40%
3. Proteus Morganella / providencia 5-10%
4. Pseudomonas aeruginosa 2-10%
5. Staphylococcus epidermis 2-10%
6. Enterococci 2-10%
7. Candida Albicans 1-2%
8. Staphylococcus aureus 1-2%
Penyebab terbanyak adalah gram negative yaitu Eschericia Coli karena bakteri tersebut
banyak terdapat dalam saluran usus yang mudah naik ke sistem saluran kemih.

FAKTOR RESIKO
Jenis kelamin dan aktivitas sosial
Uretra perempuan lebih sering didiami oleh basil gram negative karena letaknya
diatas anus ukurannya pendek dan berakhir dibawah labia. Pijatan uretra seperti yang
terjadi selama hubungan seksual menyebabkan masuknya bakteri ke kandung kemih.
Kehamilan
Kecenderungan ISK pada bagian atas selama kehamilan disebabkan oleh penurunan
kekuatan ureter,penurunan peristaltik ureter dan inkompeten sementara katup
vesikouretral yang terjadi selama kehamilan. Kateterisasi sebelum / sesudah
melahirkan menyebabkan infeksi tambahan.
Sumbatan
Adanya halangan aliran bebas urin menyebabkan peningkatan frekuensi ISK. Infeksi
yang berlanjut dapat menyebabkan kerusakan jaringan ginjal yang cepat.
Disfungsi neurogenik kandung kemih
Infeksi dapat diawali oleh penggunaan kateter untuk drainase kandung kemih dan
didukung oleh stasis urin dalam kandung kemih untuk jangka waktu lama
Refluks vesikouretral

AS/Sistem perkemihan/tgkt2/ Maret 2017


Hal ini terjadi selama buang air kecil / peningkatan tekanan pada kandung kemih.
Refluks vesikouretral terjadi jika gerakan retrograde zat radioaktif dapat ditunjukkan
mellui sistouretrogram selama buang air kecil. Gangguan anatomis pertemuan
vesikouretral menyebabkan refluks bakteri sehingga terjadi ISK.

Faktor virulensi bakteri


Faktor ini dpat mempengaruhi kemungkinan strain tertentu, begitu masuk kedalam
kandung kemih akan menyebabkan infeksi traktus urinarius.
Faktor genetik
Faktor genetik pejamu (jumlah dan tipe reseptor pada sel uroepitel tempat bakteri
dapat menempel) mempengaruhi kerentanan terhadap infeksi urinarius. Banyak dari
struktur ini yang menjadi tempat perlekatan bakteri uropatogenik merupakan
komponen antigen golongan darah dan ada pada eritrosit dan sel uroepitel

PATOFISIOLOGI
Terlampir

MANIFESTASI KLINIK
Disuria: terjadi karena adanya proses infeksi pada saluran kemih yang disebabkan
oleh hubungan seksual / infeksi mukosa uretra.
Polakisuria: terjadi akibat kandung kemih tidak dapat menampung urin > 500 ml
karena mukosa yang meradang sehingga sering kencing.
Frekuensi (sering ingin buang air kecil): disebabkan oleh pengosongan buli-buli
yang tidak tuntas seperti pada hipertropi prostate / gangguan neurologik.
Stranguria: kencing yang susah dan disertai kejang otot pinggang
Tenesmus: rasa nyeri dengan keinginan mengosongkan kandung kemih walaupun
kosong.
Nokturia: sering kencing pada malam hari akibat kapasitas kandung kemih
menurun
Enureksis nocturnal sekunder: ngompol pada orang dewasa
Prostatismus: kesulitan mengurangi kencing dan arus kencing kurang deras.
Gejala-gejala sistemik: demam, muntah, mual, malaise, sakit kepala, rasa tidak
enak / nyeri di pinggang.

TES DIAGNOSTIK / PEMERIKSAAN PENUNJANG


1. Pemeriksaan laboratorium
a. Urinalisis
Leukosuria / piuria: dinyatakan positif jika terdapat 5
leukosit perlapang pandang besar.
Hematuria: jika dijumpai 5-10 eritrosit perlapang pandang
besar sediment air kemih.
b. Bakteriologis
Mikroskopis: dinyatakan positif jika dijumpai 1 bakteri
lapang pandang besar minyak emersi.
Biakan bakteri: bila ditemukan bakteri dalam jumlah
bermakna sesuai dengan dengan criteria cattel

AS/Sistem perkemihan/tgkt2/ Maret 2017


c. Tes kimiawi
Yang paling sering adalah reduksi griess mitrate. Bila dijumpai lebih dari seratus
ribu sampai 1 juta bakteri.
d. Tes plat celup (dis slide)
Dinyatakan positif jika jumlah kuman 1000 sampai 10 juta dalam tiap mil air
kemih yang diperiksa.
2. Pemeriksaan radiologis
Pemeriksaan radiologis pada ISK dimaksudkan untuk mengetahui adanya batu /
kelainan anatomis yang merupakan factor predisposisi ISK. Pemeriksaan ini dapat
berupa pielografi intravena, ultrasonografi dan CT scan.

PENGOBATAN / PENATALAKSANAAN
Medis
Eradiksi bakteri penyebab dengan menggunakan antibiotic yang sesuai
Mengoreksi kelainan anatomis yang merupakan factor predisposisi
Pengobatan dosis tunggal: cukup aman, mura, efek samping minim, tidak
menggunakan flora usus. Contoh: trimetropin, sulfametosasol 320-1600 mg,
sulfisoksasol 200 mg.
Pengobatan jangka pendek (10-14 hari). Contoh: sefleksin (500 mg
4xsehari)
Pengobatan jangka panjang (4-6 minggu)
Pengobatan profilaksis dosis rendah untuk mencegah infeksi saluran
kemih yang rekuren.
Pembedahan bila terdapat kelainan seperti striktur uretra, ureter junction.
Menghindari makanan yang mengandung kalsium, antarida dan sodium
bikarbonat karena dapat menurunkan penyerapan obat.
Pasien yang diberikan piridium ingatkan bahwa urin menjadi berwarna
merah orange.
Pasien yang diberikan sulfonamid/ciprofloxacin diingatkan bahwa sinar
matahari langsung akan menyebabkan sensitifitas yang akan menyebabkan ruam
dan dianjurkan banyak minum agar terhindar dari kristalisasi dalam ginjal.
Keperawatan
Pemberian diit
Pasien harus meningkatkan asupan cairannya agar diuresis
meningkat 2-3 liter/hari.
Hindari minuman berkafein dan berkarbon
Diit yang dianjurkan: daging, telur, keju dan gandum
Tirah baring dengan aktivitas kembali pada toleransi
Ajarkan klien personal hygiene / perineal hygiene yang baik
Anjurkan untuk memperbanyak cairan agar klien segera buang air bila
sudah urgensi untuk mengurangi stasis urin pada kandung kemih dan menghindari
pertumbuhan urin dan membantu membilas saluran perkemihan
Pasien harus diajarkan untuk tidak menghentikan antibiotic jika gejala
yang dialami telah hilang namun mereka meneruskan hingga 10-14 hari
perawatan.

AS/Sistem perkemihan/tgkt2/ Maret 2017


Jika pasien menggunakan kateter maka mereka perlu membersihkan
daerah disekitar meatus beberapa kali sehari dengan sabun dan air.

ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Data identitas
Riwayat kesehatan meliputi: riwayat penyakit terdahulu, riwayat penyakit
sekarang, riwayat penyakit keluarga
Riwayat psikososial, misal: perasaan cemas /takut, kebiasaan menahan
miksi, kebiasaan minum kopi
Pemeriksaan fisik
2. Diagnosa keperawatan
Nyeri b.d infeksi saluran kemih, spasme vesika urinaria, iritasi mukosa
saluran kemih.
Perubahan pola eliminasi urin b.d infeksi saluran kemih
Infeksi b.d adanya faktor resiko nosokomial, adanya bakteri di saluran
kemih.
3. Rencana Keperawatan
a. Diagnosa : Nyeri b.d infeksi saluran kemih, spasme vesika urinaria, iritasi
mukosa saliran kemih.
Tujuan : Tidak terjadi nyeri
Kriteria hasil : Tidak nyeri waktu berkemih, tidak nyeri pada perkusi daerah
panggul, respon verbal dan non verbal yang menunjukkan
berkurangnya nyeri
Intervensi Rasional
Kaji intensitas nyeri, lokasi, Dengan mengetahui intensitas
durasi dan faktor-faktor yang nyeri maka dapat untuk menentukan
meningkatkan nyeri kondisi dasar klien dan untuk
menentukan tindakan keperawatan
Pantau haluaran urin terhadap selanjutnya.
perubahan warna, bau dan pola Untuk mengidentifikasi indikasi
berkemih, masukan dan haluaran kemajuan / penyimpangan dari hasil
setiap 8 jam dan hasil urinalisasi yang diharapkan
ulang.
Konsul dengan dokter bila
sebelumnya urin kuning gading Dapat memberi tanda kerusakan
menjadi kuning / jingga gelap, jaringan lanjut dan perlu pemeriksaan
berkabut / keruh, pola berkemih lebih luas seperti pemeriksaan radiology
berubah (sering berkemih jika belum dilakukan
dalamjumlah sedikit, perasaan ingin
kencing , menetes-menetes setelah
berkemih, nyeri menetap atau
bertambah
Berikan analgesik sesuai
kebutuhan dan evaluasi Analgesik memblok lintasannyeri
keberhasilannya sehingga mengurangi nyeri

AS/Sistem perkemihan/tgkt2/ Maret 2017


Ajari tehnik relaksasi untuk Membantu menurunkan nyeri
mengurangi nyeri
Anjurkan klien untuk istirahat Meningkatkan kenyamanan

b. Diagnosa : Infeksi b.d adanya faktor resiko nosokomial, adanya bakteri di


saluran kemih.
Tujuan : Tidak terjadi perubahan pola berkemih
Kriteria hasil : Berkemih dengan urin jernih tanpa ketidaknyamanan, urinalisis
dalam batas normal, kultur urin menunjukkan tak ada bakteri

Intervensi Rasional
Pantau suhu klien tiap 4 jam Kenaikan suhu mungkin
dan catat / laporkan bila lebih dari menunjukkan adanya infeksi
38,50C Urin berkabut / keruh dapat
Monitor haluaran urin, catat / mengindikasikan tidak efektifnya terapi
laporkan bila ada berkabut pada medikasi yang diberikan
urin/keruh Meningkatkan haluaran urin,
Anjurkan untuk meningkatkan membantu membilas saluran
intake cairan oral perkemihan, memudahhkan pengeluaran
bakteri
Tawarkan jus Cranberry Dapat mencegah bakteri masuk ke
saluran kemih bagian atas (VU)
Instruksikan pasien untuk Mencegah distensi dan penurunan
segera berkemih kapan saja ada suplai darah ke vesika urinaria dan
keinginan menurunkan kesempatan bakteri untuk
berkoloni
Dapat menurunkan resiko bakteri
Dorong untuk perineal hygiene masuk ke saluran kemih dan mencegah
yang baik pertumbuan bakteri pathogen
Berendam dapat membuka jalan
Sarankan pasien untuk mandi bagi bakteri untuk masuk ke saluran
dengan shower, jangan berendam kemih

c. Diagnosa : Perubahan pola eliminasi urin b.d infeksi saluran kemih


Tujuan : Tidak terjadi perubahan pola berkemih
kriteria hasil : Pola berkemih klien kembali normal, tidak terjadi disuria,
nokturia, frekuensi berkemih normal, terjadi keseimbangan intake
dan output cairan
Intervensi Rasional
Monitor output urin, laporkan Mengindikasikan inadekuat
jika < 30ml/jam volume cairan
Tingkatkan kemampuan klien Memudahkan pasien untuk
dengan bedrest total untuk berkemih
mengosongkan kandung kemihnya
dengan memberikan posisi upright
sebelum berkemih

AS/Sistem perkemihan/tgkt2/ Maret 2017


Anjurkan klien untuk
mengurangi minum air 2-3 jam Mengurangi nokturia
sebelum tidur
Beri nasehat kepada klien untuk Kafein dan alcohol adalah agen-
menghindari kafein dan alkohol agen iritatif saluran kemih
Berikan kesempatan dan Berkemih yang sering mengurangi
sediakan fasilitasi untuk klien stasis urin di vesika urinaria dan
berkemih tiap 2 jam, jamin akses ke menghindari pertumbuhan bakteri
kamar mandi, pispot dan bedpen

AS/Sistem perkemihan/tgkt2/ Maret 2017


PATOFISIOLOGI - PENYIMPANGAN KDM

Limfogen hematogen kontak langsung pemakaian malnutrisi Pengobatan Gangguan Kolonisasi DM (dgn/
dengan tempat kateter immunosupresif urodinamik bakteri tanpa neuropatik)
infeksi terdekat
daya tahan
tubuh rendah

Faktor anatomi wanita kebersihan alat kelamin luar kurang


Mikroorganisme:bakteri gram negatif
Faktor tekanan urin/refluks Masuk ke saluran kemh pertahanan mukosa kandung kemih
menurun
Manipulasi uretra
(masturbasi/hub. Kelamin) keasaman urin kurang

perubahan hormonal Infeksi saluran kemih


(ISK)
Prostat uretra vesika urinaria ginjal

Prostatitis uretritis cystitis pielonefritis

Disuria polikisuria frekuensi BAK stranguria tenesmus nokturia enuresis noktirnal


sekunder

Gangg. Rasa
nyaman: nyeri
Perubahan pola
eliminasi urin Gangg.
Pola tidur

AS/Sistem perkemihan/tgkt2/ Maret 2017


OBSTRUKSI PADA SISTEM PERKEMIHAN

RETENSI URIN / URINARY RETENSI


Retensi urin merupakan ketidakmampuan untuk melakukan urinasi meskipun terdapat
dorongan atau keinginan.
Retensi urin dapat disebabkan oleh kecemasan, pembesaran prostate, kelainan patologi
uretra (infeksi, tumor), trauma, disfungsi neurogenik kandung kemih, penggunaan obat-
obatan.

REFLUKS URIN / URINARY REFLUX


Pada striktur uretra dimana tekanan intra vesikal meninggi maka akan terjadi refluks urin
dari vesika urinaria ke ureter bahkan sampai ke ginjal, dinamakan refluks vesikoureter.

URINARY BLADDER CALCULI


Urinaria bladder calculi adalah batu yang terjebak di kandung kemih. Biasanya
menyebabkan gejala iritasi dan berhubungan dengan infeksi traktus urinarius dan
hematuria. Jika batu menyebabkan obstruksi pada leher kandung kemih akan terjadi
retensi urin

RENAL CALCULI / BATU GINJAL

DEFINISI
Batu ginjal menunjuk kepada pembentukan kalkuli setiap tingkat dalam setiap system
pengumpulan urin. Batu ginjal dapat dibentuk diberbagai tempat pada system renal, batu
terdiri atas garam kalsium, asam urat, oksalat sistin, santin dan strutive. ( Jan Tambayong,
2000). Bila timbul di pelvis renal disebut nefrolitiasis.

ETIOLOGI
Kenaikan konsentrasi bahan penyusun batu urin yang menyebabkan perubahan
pH asam urin. pH asam terdapat lebih banyak kalsium bebas karena kalsium
dilepaskan dari tempat pengikatannya dari protein dan juga disebabkan karena
aktifitas bakteri karena pH yang asam meningkatkan ekskresi kalsium, asam sitrat
dalam air kemih serta menurunkan kadar sitrat air kemih. Perubahan pH juga
dipengaruhi oleh medikasi (obat) misalnya, ammonium klorida atau asam
hidroksamik yang membuat urin jadi asam.
Hiperkalsiuria (absorbsi berlebih kalsium dari usus dan langsung diekskresi di
urin dan juga hiperparatiroid dan vitamin D). Karena vitamin D meningkatkan
absorbsi kalsium dari saluran intestinal.
Kelainan ginjal primer menyebabkan kebocoran kalsium yang
berlebihan,reabsorbsi aktif kalium, kalsium, asam urat di tubulus proksimal secara
transport aktif terganggu.
Ekskresi asam urat yang berlebihan sebagai hasil metabolisme protein yang
disebabkan oleh karena peningkatan purin yang dapat memulai pengendapan oksalat
sehingga terjadi terbentuknya batu kalsium.
Infeksi berulang traktus urinarius, bakteri pengurai urea (proteus vulgaris &
stapilokokkus).

AS/Sistem perkemihan/tgkt2/ Maret 2017


Perubahan kandungan mukoprotein dalam urin yang membentuk bahan dasar
organik urolit (kurangnya pengaruh yang menghambat pengendapan, pada penderita
dengan urolitiasis tidak diperlihatkan adanya kekurangan kadar mukoprotein seperti
pirofosfat, mukopolisakarida dan diposponat)
Obat seperti antasida, aspirin dosis tinggi, laksatif menyebabkan pembentukan
batu ginjal

MANIFESTASI KLINIK
Asimtomatik
Mual muntah: karena distribusi ganglion saraf seliaca yang meningkatkan
motilitas lambung.
Hematuria: karena batu merusak dinding organ setempat ataupun karena infeksi
traktus urinarius
Oliguria: batu menyumbat aliran urin
Koliks ginjal: karena spasme saat batu turun melalui ureter
Nyeri di daerah pinggang menjalar kearah selangkang karena batu di ginjal
memberi rangsangan pada ganglion saraf seliaca yang nanti arahnya ke daerah lipat
paha
PATOFISIOLOGI PENYIMPANGAN KDM
Terlampir

TES DIAGNOSTIK / PEMERIKSAAN PENUNJANG


Urinalisa: warna mungkin kuning, coklat gelap, berdarah , pH mungkin asam.
Urin tampung 24 jam: kreatinin, asam urat, kalsium, pospat, oksalat atau sistin
mungkin meningkat
Kultur urin: menunjukkan infeksi saluran kemih (stapilokokus aureus, proteus,
klebseilla, pseudomonas)
Sistoureterokopi: visualisasi langsung kandung kemih dan ureter menunjukkan
batu atau efek obstruksi
CT Scan: mengidentifikasi kalkuli dan massa lain
Ultrasound ginjal: untuk menentukan perubahan obstruksi dan lokasi batu

PENGOBATAN / PENATALAKSANAAN
Medis
Pemberian bikarbonat / asetazolamid (diamox) untuk mempertahankan pH kemih
> 7,5.
Pembedahan untuk membuang batu diindikasikan bila batu tidak berespon
terhadap penanganan lain.
Terapi laser untuk memecah batu sehingga dapat diekskresikan bersama urin.
Analgesik untuk mengurangi sakit yang berhubungan dengan batu
Medikasi: natrium selulosa fosfat untuk mengikat kalsium yang berasal dari
makanan dalam saluran intestinal, mengurangi jumlah kalsium yang diabsorbsi
dalam sirkulasi. Alopurinol untuk mengurangi kadar asam urat serum dan ekskresi
asam urat ke dalam urin
Pelarutan batu dengan infuse cairan hemolitik missal agen pembuat basa
(alkylating)

AS/Sistem perkemihan/tgkt2/ Maret 2017


ESWL (Extra-corporal Shock Wave Lhitotrypsy) yaitu prosedur non invasif untuk
menghancurkan batu ginjal. Cara kerjanya dengan gelombang kejut menyentuh
substansi yang intensitasnya berbeda (batu renal)
Keperawatan
Banyak minum minimal 50ml/kg/hari untuk mencegah kristalisasi asam urat
dalam tubulus ginjal, mencegah obstruksi, mengurangi konsentrasi kristaloid urin.
Kurangi makanan yang memberikan kontribusi pada pembentukan batu.
Jika batunya mengandung kalsium maka pembatasan kalsium yang masuk sekitar
400mg/hari, pembatasan, susu, yoghurt, buttermilk atau keju sekitar 1 sajian (1
mangkok susu/yoghurt atau 28,3 gr keju)/hari.
Jika batunya mengandung oksalat, hindari penggunaan vit.C dosis tinggi ( 1
gr/hari), batasi makan yang mengandung oksalat seperti kakao, coklat, kopi,
plums, seledri, kacang-kacangan (kering, bakar,hijau atau dililin), kacang tanah,
sayuran berdaun hijau (bayam, kale, collard)
Suplementasi bagi individu yang diet pembatasan kalsium perlu suplemen
riboflavin setiap harinya, bagi yang diet asam perlu suplemen vit. C dan A serta
asam folat.
Hindari makanan tinggi purin seperti asparagus, jamur, jeroan, kerang untuk
mengatasi batu urat.
Banyak bergerak / olahraga mencegah hiperkalsiuria akibat lepasnya kalsium dari
tulang.
ASUHAN KEPERAWATAN
Pengkajian
Data identitas: nama, usia, jenis kelamin, pekerjaan dan status ekonomi
Riwayat kesehatan dahulu: ISK Kronis, obstruksi sebelumnya, hipertensi,
penyakit ginjal dan riwayat kesehatan.
Riwayat kesehatan sekarang: keluhan yang dirasakan dapat berupa aktivitas
yang terganggu, rasa terbakar, dorongan berkemih, penurunan jumlah urin,
diare, gangguan pencernaan berupa mual dan muntah, nyeri (kaji lokasi,
intensitas, frekuensi dan penyebaran)
Riwayat kesehatan keluarga: riwayat kalkulus dalam keluarga
Pemeriksaan fisik: tanda-tanda vital
Inspeksi adanya sianosis atau pucat, membrane mukosa kering atau tidak, kaji
adanya kulit kemerahan dan immobilisasi
Palpasi adanya nyeri daerah ginjal, kulit terasa hangat, terjadi peningkatan
nadi
Diagnosa keperawatan
Nyeri b.d trauma jaringan, pembentukan edema, dorongan kontraksi uretral
Perubahan pola eliminasi urin b.d obstruksi mekanik
Resiko tinggi kekurangan volume cairan b.d mual, muntah, diuresis pasca
obstruksi

AS/Sistem perkemihan/tgkt2/ Maret 2017


Rencana Keperawatan
a. Diagnosa : Nyeri b.d trauma jaringan, pembentukan edema, dorongan
kontraksi uretral
Tujuan : Nyeri dapat hilang atau berkurang
Kriteria hasil : TTV dalam batas normal, nyeri berkurang atau dapat
terkontrol, klien tampak rileks dan istirahat dengan nyaman
Intervensi Rasional
Catat lokasi, lamanya, Membantu mengevaluasi tempat
intensitas (skala 0-10) dan obstruksi.
penyebaran Nyeri tiba-tiba dan hebat
Perhatikan tanda non mencetuskan ketakutan, gelisah dan
verbal seperti peningkatan ansietas berat.
tekanan darah dan nadi yang
mengakibatkan gelisah
Berikan tindakan nyaman Meningkatkan relaksasi,
seperti pijatan punggung, menurunkan ketegangan otot dan
sediakan lingkungan yang meningkatkan koping
mendukung untuk istirahat
Dorong atau Bantu dengan Hidrasi kuat meningkatkan
ambulasi dan pemberian cairan lewatnya batu, mencegah stasis
Beri obat sesuai indikasi Untuk menurunkan nyeri
seperti narkotik; antispasmodik

b. Diagnosa : Perubahan pola eliminasi urin b.d obstruksi


mekanik
Tujuan : Tidak terjadi perubahan eliminasi urin
Kriteria hasil : Klien berkemih dengan jumlah normal (1500 ml), pola
berkemih normal
Intervensi Rasional
Awasi pemasukan dan Memberikan informasi tentang
pengeluaran urin fungsi ginjal adanya komplikasi
Tentukan pola berkemih Kalkulus dapat menyebabkan
normal dan perhatikan terjadinya eksitabilitas syaraf yang menyebabkan
pola berkemih yang abnormal sensasi kebutuhan berkemih segera
Dorong klien meningkatkan Peningkatan hidrasi membilas
pemasukan cairan bakteri dan darah serta membantu
lewatnya batu
Kaji adanya keluhan Retensi urin dapat terjadi,
kandung kemih penuh, perhatikan menyebabkan distensi jaringan dan
penurunan pengeluaran resiko terjadi gagal ginjal
Pantau pemeriksaan Peningkatan BUN, kreatinin dan
laboratorium missal, elektrolit, elektrolit mengindikasikan disfungsi
BUN, kreatinin ginjal
Mengubah pH urin dapat
Irigasi dengan asam atau membantu pelarutan batu dan
larutan alkali sesuai indikasi mencegah pembentukan batu

AS/Sistem perkemihan/tgkt2/ Maret 2017


selanjutnya

c. Diagnosa : Resiko tinggi kekurangan volume cairan b.d mual,


muntah, diuresis pasca obstruksi
Tujuan : Tidak terjadi kekurangan volume cairan
Kriteria hasil : TTV dalam batas normal, turgor kulit baik, membrane
mukosa lembab
Intervensi Rasional
Kaji pemasukan dan Membantu dalam evaluasi
pengeluaran cairan adanya kerusakan ginjal
Catat insiden muntah atau Mual, muntah dan diare secara
diare. Perhatikan karakteristik, umum berhubungan dengan kolik
frekuensi dan kejadian yang ginjal karena saraf ganglion ciliaka
menyertai pada kedua ginjal dan lambung
Mempertahankan keseimbangan
Tingkatkan pemasukan cairan untuk homeostasis juga dapat
cairan 3-4 L/hari dalam toleransi membilas batu keluar
jantung Indikator hidrasi atau volime
sirkulasi
Pantau TTV, turgor kulit dan
membrane mukosa Makanan mudah cerna
Berikan diit tepat, cairan menurunkan aktivitas GI atau iritasi
jernih, makanan lembut sesuai Menurunkan mual muntah
indikasi
Berikan obat antiemetik

AS/Sistem perkemihan/tgkt2/ Maret 2017


PATOFISIOLOGI - PENYIMPANGAN KDM

Absorbsi kalsium Kelainan ginjal Hiperparatiroidisme Infeksi berulang


Dari usus primer primer traktus urinarius

Hiperkalsemia bakteri pengurai urea


Proteus vulgaris & stapilokokus

Ekskresi Ca ke urin

hiperkalsiuria

mengendap

batu

merusak dinding menyumbat aliran urin turun melalui ureter


organ setempat
oliguri spasme
ulserasi hematuria
perubahan kolik ginjal
eliminasi urin
resiko infeksi mengenai saraf seliaca
retensi urin
lambung
Nyeri
mual, muntah,
diare

Perubahan
volume cairan

AS/Sistem perkemihan/tgkt2/ Maret 2017


AS/Sistem perkemihan/tgkt2/ Maret 2017
TRAUMA PADA SISTEM PERKEMIHAN

TRAUMA URETRA
Trauma uretra (striktur uretra) adalah penyempitan lumen uretra akibat adanya jaringan
parut dan kontraksi.
Penyebab:
Cedera uretra akibat insersi peralatan bedah selama operasi transurethral,
kateter indwelling atau prosedur sistoskopi
Cedera akibat peregangan dan cedera yang berhubungan dengan kecelakaan
mobil, uretritis gonorrhea yang tidak ditangani dan abnormalitas congenital
Pengobatan:
Penggunaan logam yang kuat (bougies) untuk mendilatasi area yang
menyempit (membuka jalan)
Eksisi bedah atau uretroplasti

BLADDER TRAUMA
Cedera pada kandung kemih terjadi dari fraktur pelvis dan trauma multiple atau dorongan
abdomen bawah ketika kandung kemih penuh. Trauma tumpul dapat menyebabkan kontusi
(suatu memar berwarna pucat yang besar atau ekimosis akibat masuknya darah ke jaringan
dan keterlibatan segmen dinding kandung kemih) atau rupture kandung kemih secara
ekstraperitoneal, intraperitoneal atau keduanya

TRAUMA RENAL

DEFINISI
Trauma ginjal adalah trauma pada ginjal yang disebabkan oleh banyak hal
diantaranya kecelakaan lalu lintas, jatuh dari ketinggian dan akibat pukulan.
Trauma renal dapat digolongkan berdasarkan mekanisme trauma (tumpul vs
penetrasi), lokasi anatomi, atau keparahan trauma:
1. Trauma renal minor mencakup kontusio, hematom, dan beberapa laserasi
dikorteks ginjal.
2. Trauma renal mayor mencakup laserasi mayor disertai laserasi ruptur
kapsul ginjal
3. Trauma renal kritikal meliputi laserasi multiple yang parah pada ginjal
disertai trauma suplai vaskuler ginjal

ETIOLOGI
Trauma pada ginjal dapat diklasifikasikan menjadi 2:
1. Trauma tumpul, dapat disebabkan oleh:
Kecelakaan lalu lintas
Jatuh dari ketinggian
Cedera atletik
Akibat pukulan
2. Trauma penetrasi
Luka tembak

AS/Sistem perkemihan/tgkt2/ Maret 2017


Luka tusuk
MANIFESTASI KLINIK
Nyeri
Kolik renal akibat bekuan darah atau fragmen dari system duktus kolektikus
yang terobstruksi
Hematuria
Massa dirongga panggul, ekimosis dan laserasi atau luka di abdomen lateral
dan rongga panggul

PATOFISIOLOGI PENYIMPANGAN KDM


Terlampir

TES DIAGNOSTIK
Pemeriksaan BNO-IVP untuk mengetahui adanya lesi pada ginjal dan ureter
Pemeriksaan CT Scan abdomen untuk memberikan gambar penampang
ginjal dan saluran kemih serta luasnya lesi invasif pada ginjal

PENGOBATAN
Untuk cedera minor, pasien disuruh tirah baring sampai hematuri hilang, pemberian
infus intravena karena perdarahan retroperitoneal dapat menyebabkan reflek ileus
paralitik, pemberian antibiotic
Pembedahan diindikasikan apabila: cedera vascular, hematom daerah ginjal yang
meluas saat laparatomi

ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Identitas klien
Riwayat kesehatan klien
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan diagnostik

2. Diagnosa Keperawatan
Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit b.d retensi urin
Penurunan curah jantung b.d perpindahan cairan, deficit cairan
Resiko tinggi perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan b.d katabolisme protein
Resiko tinggi infeksi b.d pemasangan kateter
Nyeri b.d peradangan pada saluran kemih

3. Rencana Keperawatan
a. Diagnosa : Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit b.d retensi
urin
Tujuan : Tidak terjadi gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit
Kriteria hasil : input dan output seimbang, tidak terjadi oedem
Intervensi Rasional
Memantau dan mencatat Menentukan kebutuhan cairan
parameter cairan yang penting dan menunjukkan tanda-tanda

AS/Sistem perkemihan/tgkt2/ Maret 2017


kelebihan/kekurangan cairan
Memantau dan mencatat Menentukan kebutuhan dan
jumlah cairan yang dikonsumsi asupan cairan
Memantau dan mencatat Mengevaluasi keseimbangan
volume urin yang diekskresikan masukan dan haluaran cairan
dan kehilangan cairan lainnya
Memantau dan mencatat Indikator kehilangan atau
setiap perubahan berat badan kelebihan cairan yang paling akurat
Memantau kecepatan untuk pasien
tetesan infuse agar sesuai dengan Agar tidak terjadi kelebihan
resep medik jika pasien cairan
mendapatkan terapi cairan I V.
Kolaborasi pemeriksaan
sample darah rutin
Mengevaluasi keseimbangan
elektrolit

b. Diagnosa : Penurunan curah jantung b.d perpindahan cairan, defisit


cairan berlebih
Tujuan : Tidak terjadi penurunan curah jantung
Kriteria hasil : TTV dalam batas normal, nadi perifer kuat sama dengan waktu
pengisian kapiler
Intervensi Rasional
Awasi tekanan darah dan Perubahan pada tekanan darah
frekuensi jantung (hipotensi) dan takikardi terjadi
sebagai akibat penurunan curah
jantung
Kaji warna kulit, membrane Pucat mungkin menunjukkan
mukosa, dan dasar kuku vasokonstriksi atau anemia. Sianosis
mungkin berhubungan dengan
kongesti paru dan atau gagal jantung
Pertahankan tirah baring Menurunkan kerja jantung
atau dorong istirahat adekuat dan
berikan bantuan dengan
perawatan aktivitas yang
diinginkan

c. Diagnosa : Resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d


katabolisme protein
Tujuan : Tidak terjadi perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
Kriteria hasil : BB meningkat, tidak ada oedem
Intervensi Rasional
Kaji dan catat pemasukan Membantu mengidentifikasi
diit defisiensi dan kebutuhan diet. Kondisi
fisik umum, gejala uremik (mual,
anoreksia, gangguan

AS/Sistem perkemihan/tgkt2/ Maret 2017


rasa)mempengaruhi pemasukan
makanan
Meminimalkan anoreksia dan dan
Berikan makanan sedikit mual sehubungan dengan status
tapi sering dan anjurkan keluarga uremik/menurunnya peristaltik
untuk memberikan makanan
tambahan diluar waktu makan
sesuai dengan diet yang
dianjurkan Perubahan BB dapat
Timbang berat badan klien menunjukkan perpindahan
tiap hari keseimbangan cairan
Pantau pemeriksaan Pembatasan dan
lab.:BUN, albumin serum, Na, K kebutuhan/efektivitas terapi
Kolaborasi dengan ahli gizi Menentukan kalori individu dan
yang bersangkutan kebutuhan nutrisi

d. Diagnosa : Resiko tinggi infeksi b.d pemasangan kateter urin


Tujuan : Tidak terjadi infeksi
Kriteria hasil : TTV dalam batas normal, tidak terdapat tanda-tanda infeksi
Intervensi Rasional
Tingkatkan cuci tangan Menurunkan resiko kontaminasi
yang baik pada klien dan perawat silang
Berikan perawatan kateter
urin dan tingkatkan perawatan Menurunkan kolonisasi bakteri
perianal dan resiko infeksi saluran kemih
Kaji integitras kulit pada
daerah pemasangan kateter Luka pada kulit akibat gesekan
Periksa kandung kemih dapat menjadi infeksi
Ajarkan bladder training Mencegah terjadinya retensi urin
setiap 1-2 jam Mencegah/hilangnya respon
Kolaborasi pemeriksaan persarafan
specimen dan kultur urin Memastikan infeksi dan
Berikan antibiotik sesuai mengidentifikasi organisme khusus
indikasi Mencega terjadinya infeksi

e. Diagnosa : Nyeri b.d peradangan pada saluran kemih


Tujuan : Tidak terjadi nyeri
Kriteria hasil : Klen menyatakan penurunan rasa nyeri, menunjukkan ekspresi
wajah rileks dapat tidur/istirahat dengan tenang
Intervensi Rasional
Selidiki keluhan pasien akan Membantu dalam
nyeri mengidentifikasi sumber nyeri dan
Tinggikan kepala tempat intervensi tepat
tidur pada interval tertentu (tiap Perubahan posisi dapat
1 jam). Balikkan pasien dari satu menurunkan/menghilangkan
sisi ke sisi yang lain ketidaknyamanan abdomen dan otot

AS/Sistem perkemihan/tgkt2/ Maret 2017


Dorong penggunaan tenik umum
relaksasi, contoh latihan napas Mengembalikan perhatian,
dalam, pedoman imajinasi, meningkatkan rasa control
visualisasi. Berikan aktivitas
terapi
Kolaborasi pemberian Menghilangkan rasa nyeri dan
analgesik ketidaknyamanan

AS/Sistem perkemihan/tgkt2/ Maret 2017


PATOFISIOLOGI PENYIMPANGAN KDM
Cedera tumpul: Cedera penetrasi:
Kecelakaan - luka tusuk
Jatuh - luka tembak
Cedera atletik
Akibat pukulan

Kontusio parenkim ginjal - laserasi


Hematom - ruptur kapsul ginjal
Laserasi - cedera pada suplai vaskular

Cedera ginjal

Gangguan fungsi ginjal Perdarahan pada ginjal

Eksanguinasi pembekuan darah/


Kerusakan sel tubulus kerusakan glomerulus fragmen&duktus kolektivus
Kehilangan banyak yang terobstruksi
Kebocoran obstruksi protoa/albumin darah darah yg mematikan
filtrat tubulus melewati membran Hematuria
glomerulus syok hemoragik
ultrafiltrasi GFR
Nyeri
sekresi hormon proteinuria
aldosteron
Hiperalbuminemia
retensi urin Na&H2O
katabolisme tekanan osmotik
Oliguria/ edema protein dlm sel kapiler menurun
anuria
kelebihan sindrom uremia sel kekurangan transudasi cairan
kateterisasi volume cairan protein kedlm interstitial
Penurunan
curah jantung
Resti infeksi ISK hipovolemia
Resti Gg.nutrisi:<
Preload pompa
kebutuhan tubuh

AS/Sistem perkemihan/tgkt2/ Maret 2017


Jantung tdk max

AS/Sistem perkemihan/tgkt2/ Maret 2017


NEOPLASMA PADA SISTEM PERKEMIHAN

RENAL CANCER
Faktor resiko:
Penggunaan tembakau, pajanan dengan zat kimia industri, obesitas dan
dialysis
Manifestasi klinik:
Hematuria
Rasa nyeri dan massa didaerah pinggang
Punggung terasa pegal sebagi akibat dari tekanan balik yang ditimbulkan
oleh kompresi ureter, perluasan tumor ke daerah perirenal/perdarahan kedalam jaringan
ginjal.
Nyeri yang bersifat kolik terjadi jika bekuan darah atau massa sel tumor
bergerak turun melalui ureter
Penatalaksanaan:
Nefrektomi radikal: pengangkutan ginjal dan tumornya, kelenjar adrenal,
lemak perirenal disekitarnya serta fasia gerota dan nodus limfatikus
Terapi radiasi, hormonal atau kemoterapi
Embolisasi arteri renalis untuk menyumbat aliran darah kedalam tumor
sehingga akan membunuh sel-sel tumor

BLADDER NIOPLASMA
Faktor resiko:
Karsinogen dalam lingkungan kerja seperti bahan pewarna, karet, bahan
kult, tinta atau cat
Infeksi bakteri kambuhan/kronis pada saluran kemih
Kebiasaan merokok
Kebiasaan minum kopi
Skistosomiasiskronis yaitu infeksi parasit yang mengiritasi kandung kemih
Manifestasi klinik:
Hematuria berat dan tanpa nyeri
Nyeri di daerah panggul atau punggung jika terjadi metastasis kanker
tersebut
Penatalaksanaan:
Kemoterapi
Radiasi tumor sebelum pembedahan untuk mengurangi penyebaran kanker
lewat sistem sirkulasi darah
Sistektomi (pengangkatan kandung kemih)

KANKER TESTIS
Klasifikasi:
Tumor germinal: timbul dari sel-sel tumor germinal testis (seminoma,
teratokarsinoma, dan karsinoma embrional)
Tumor non germinal: timbul dari epitelium

AS/Sistem perkemihan/tgkt2/ Maret 2017


Etiologi:
Kriptokhidisme (testis yang tidak turun dalam scrotum)
Infeksi
Faktor genetik
Faktor endokrin
Manifestasi klinik:
Massa atau benjolan pada testis
Perbesaran testis yang tidak nyeri
Rasa sesak pada skrotum, area inguinal, atau abdomen bawah
Sakit pinggang akibat perluasan nodus retroperineal)
Nyeri pada abdomen
Penurunan berat badan
Kelemahan umum karena metastasis
Penatalaksanaan:
Orkhioektomi: pengangkatan testis melalui suatu insisi inguinal
Radiasi diberikan jika tidak respon pada kemoterapi atau tidak dilakukan
pembedaan nodus limfe
Kemoterapi dengan sisplantin, vimblastin, bleomisin, daktinomisin dan
siklofosfamid

BPH (BENIGNE PROSTAT HIPERTHROPY)

DEFINISI
Hipertropi prostate adalah suatu pembesaran dari kelenjar prostat yang disebabkan oleh
bertambahnya sel-sel glanduler dan interstitial

ETIOLOGI
Belum diketahui secara pasti tetapi pada umumnya merupakan konsekuensi dari gangguan
endokrin. Hormon testoteron dapat mempengaruhi pertumbuhan prostate sehingga dengan
bertambahnya umur maka jumlah hormon testoteron akan berkurang. Pada orang tua,
bagian tengah yang mengalami pembesaran, hal ini disebabkan hormon androgen
berkurang sedangkan estrogen bertambah.

MANIFESTASI KLINIK
Peningkatan frekuensi berkemih
Nokturia
Dorongan ingin berkemih
Anyang-anyangan
Abdomen tegang
Volume urin menurun dan harus mengejan saat berkemih
Aliran urin tidak lancar
Dribling (dimana urin terus menetes setelah berkemih)
Rasa seperti kandung kemih tidak kososng dengan baik

AS/Sistem perkemihan/tgkt2/ Maret 2017


Retensi urin akut (bila > 60 ml urin tetap berada dalam kandung kemih
setelah berkemih)
Kekambuhan infeksi saluran kemih
Azotemia (akumulasi produk sampah nitrogen)
Gagal ginjal dengan retensi urin kronis
Volume residu yang besar
Gejala generalisata: keletihan, anoreksia, mual muntah, dan rasa
tidaknyaman pada epigastrik

PATOFISIOLOGI-PENYIMPANGAN KDM
Terlampir

TES DIAGNOSTIK
Pemeriksaan BNO (Blaas Nier Overzicht) yang didapat hanya komplikasi
dari BPH yaitu batu kandung kemih
Pemeriksaan IVP dijumpai lekukan pada dasar kandung kemih yang
disebabkan karena desakan kelenjar prostate yang membesar
Pemeriksaan Cytoskopy atau panendoskopy untuk melihat pembesaran dari
kelenjar prostate dan perubahan sekunder pada dinding kandung kemih

PENGOBATAN/PENATALAKSANAAN
Tindakan non operatif
Kateterisasi dower dan perbaikan keadaan umun
Pemberian antimikrobial dan sizt bath jika peradangan prostate
Pemberian antibiotic sesuai kultur jika terjadi pyuria
Tindakan operatif
TUR (Trans Uretral Resection)
Suprapubic Transversal Prostatektomy
Retropubic Ekstravesical Prostatektomy
Perineal Prostatektomy

ASUHAN KEPERAWATAN
Pengkajian
Identitas klien
Riwayat kesehatan klien: kesehatan umum, status fungsional, riwayat medis dan
pembedahan, pengobatan yang sedang dijalani, kebiasaan dan pola berkemih
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan diagnostik
Diagnosa Keperawatan
Perubahan pola eliminasi urin: retensi urin b.d pembesaran prostate
Resiko infeksi b.d retensi urin dan terpasangnya kateter
Gangguan rasa nyaman:nyeri b.d retensi urin akut

Rencana Keperawatan

AS/Sistem perkemihan/tgkt2/ Maret 2017


1. Diagnosa : Perubahan pola eliminasi urin : retensi urin b.d pembesaran prostat
Tujuan : Tidak terjadi perubahan pola eliminasi urin
Kriteria hasil :
Intervensi :
Gunakan cara berkemih yang bisa mengosongkan kandung kemih
dengan cara memberikan rangsangan dengan menyalakan air kran yang dekat
dengan klien berikan kompres hangat pada suprapubis, bantu klien latihan
relaksasi
Anjurkan klien BAK 2-4 jam atau segera bila ingin BAK
Hindarkan minuman beralkohol
Lakukan kateterisasi setelah klien BAK untuk mengukur residual urin
dan laporkan hasilnya
Monitor hasil lab. seperti BUN dan kreatinin
2. Diagnosa : Resiko infeksi b.d retensi urin dan terpasangnya kateter
Tujuan : Tidak terjadi infeksi
Kriteria hasil : TTV dalam batas normal, tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi
Intervensi :
Monitor suhu tiap 4 jam dan laporkan bila suhu lebih dari 38,50C
Catat karakter urin, laporkan bila urin berkabut dan baunya busuk
Bila dipasang kateter, pertahankan gravitasi aliran urin dan kebersihan
meatus uretra
Anjurkan klien mobilisasi bila tidak ada kontraindikasi
Kolaborasi pemberian antibiotik dan berikan sesuai order
3. Diagnosa : Gangguan rasa nyaman:nyeri b.d retensi urin akut
Tujuan : Tidak terjadi gangguan rasa nyaman: nyeri
Kriteria hasil : Klien mengatakan nyeri berkurang, ekspresi wajah tampak rileks
Observasi tanda-tanda vital
Observasi sifat, intensitas, lokasi, durasi dan factor pencetus serta cara
mengurangi nyeri
Klien diminta untuk bedrest, lakukan aktivitas yang bisa ditolerir
Lakukan cara mengurangi nyeri:
Bantu klien mencari posisi yang nyaman
Rendam perineum dengan air hangat
Ajarkan tehnik relaksasi
Berikan aktivitas yang menyenangkan untuk mengalihkan rasa
nyeri
Anjurkan klien banyak minum bila tidak ada kontraindikasi
Kolaborasi pemberian analgesik dan berikan sesuai order

AS/Sistem perkemihan/tgkt2/ Maret 2017


PATOFISIOLOGI-PENYIMPANGAN KDM

Faktor usia

Penurunan produksi testoteron


Dan konversi menjadi estrogen Penurunan testoteron

Peningkatan estrogen

Estrogen sebagai pengambil


Alih proliferasi sel Penurunan inisiasi proliferasi sel

Pengembangan sel struma Fase kompensasi terus berlanjut Hipertropi trigonum


(penebalan dinding kandung kemih)
Hiperflasi struma Refluk urin ke ureter
Kelemahan
Pembesaran prostat
Resiko tinggi infeksi
Fase dekompensasi
Resistensi pada leher vesica
dan daerah prostat Kelumpuhan otot Kelumpuhan sphincter uretrha
detrusor
Peningkatan kontraksi detrusor Inkontinensia urin
Retensi urin kronik
Penebalan dinding kandung kemih Perubahan pola eliminasi urin

Gangguan traktus urinarius Refluk V U Rasa tidak tuntas pada


Akhir miksi
Sulit berkemih
Dilatasi ureter Residu urin
mengedan dan system
pelvikokalis
Urin menetes dan pancaran lemah ginjal

Kerusakan ginjal
Perubahan pola eliminasi urin
Resiko gagal ginjal

AS/Sistem perkemihan/tgkt2/ Maret 2017


GAGAL GINJAL AKUT

DEFINISI
Gagal ginjal akut adala suatu keadaan klinis yang ditandai dengan penurunan fungsi ginjal
(beberapa jam sampai beberapa hari), peningkatan nitrogen urea darah (BUN), kreatinin
serum dan retensi produk sampah metabolic

ETIOLOGI
1. Prarenal
Kejadian fisiologis yang mengakibatkan penurunan sirkulasi iskemia pada ginjal
2. Intrarenal
Kejadian-kejadian fisiologi yang secara langsung mempengaruhi fungsi dan struktur
jaringan ginjal mencakup kejadian yang menyebabkan kerusakan jaringan interstisium
dan nefron
3. Postrenal
Meliputi setiap obstruksi pada aliran urin dari duktus koligentes pada ginjal sampai
orifisium uretra eksternal atau aliran darah vena dari ginjal
Prarenal Intrarenal Postrenal
Dehidrasi Glomerulonefritis akut Batu ginjal
Sepsis/syok Iskemia renal akut Bekuan darah
Syok hipovolemik Obat-obatan Malformasi struktur
Obstruksi vena cava Anti inflamasi Tumor
Trauma dengan perdarahan Neoplasma Prostatisme
Hemoragi Hipertensi maligna Obstruksi uretral
Gangguan GI (diare, muntah) DM
Asidosis berat Komplikasi kehamilan
Syok anafilaksis Infeksi streptokokus
Nefrotoksin

MANIFESTASI KLINIK
Peningkatan BUN dari 15-30 mg/dl
Peningkatan kreatinin dari1-2 mg/dl
Anuria (<50 ml urin/hari)
Oliguria (urin < 400 ml/hari)

PATOFISIOLOGI-PENYIMPANGAN KDM
Terlampir

TES DIAGNOSTIK / PEMERIKSAAN PENUNJANG

PENGOBATAN / PENATALAKSANAAN

AS/Sistem perkemihan/tgkt2/ Maret 2017


PATOFISIOLOGI-PENYIMPANGAN KDM

Iskemik dan nefrotoksin

Penurunan aliran kebocoran kerusakan kerusakan glomerulus


Darah ginjal filtrat sel tubulus

Penurunan aliran obstruksi ultraafiltrasi protein/albumin darah


glomerulus tubulus glomerulus melewati membran
glomerulus
GFR

Hipoalbuminemia proteinuria
Retensi Oliguria
Na & H2O Anuria Katabolisme protein

Edema Sindrom sel kekurangan


Uremia protein
Gg.keseimbangan
cairan dan elektrolit Gg.nutrisi <
kebutuhan

GAGAL GINJAL KRONIK

DEFINISI
Gagal ginjal kronik (GGK) adalah suatu sindrom yang disebabkan penurunan
fungsi ginjal yang bersifat menahun, berlangsung progresif dan cukup lanjut (Suhardjono,
ilmu penyakit dalam III, 2001).
Gagal ginjal kronik adalah kerusakan pada ginjal yang terus berlangsung dan tidak
dapat diperbaharui (Keperawatan medical bedah, Charlene J. Reeves, dkk).
Gagal ginjal kronik merupakan suatu keadaan klinis kerusakan ginjal yang progrsif
dan irreversible dari berbagai penyebab (patofisiologi, Sylvia A Price)

ETIOLOGI
Klasifikasi penyakit Penyakit
Infeksi Pielonefritis kronik
Penyakit peradangan Glomerulonefritis
Penyakit vaskuler hipertensif Nefrosklerosis benigna
Nefrosklerosis maligna
Stenosis arteria renalis
Gangguan jaringan penyambungan Lupus eritematosus sistemik
Poliarteritis nodosa
Sklerosis sistemikprogresif
Gangguan congenital dan herediter Penyakit ginjal polikistik

AS/Sistem perkemihan/tgkt2/ Maret 2017


Asidosis tubulus ginjal
Penyakit metabolik Diabetes mellitus
Gout
Hiperparatiroidisme
Amiloidosis
Nefropati toksik Penyalagunaan narkotik
Nefropati timbul
Nefropati obstruktif Saluran kemih bagian atas: kalkuli,
neoplasma, fibrosis retroperitoneal
Saluran kemih bagian bawah: hipertrofi
prostate, striktur uretra , anomaly
congenital pada leher kandung kemih dan
uretra

MANIFESTASI KLINIK
a. Gangguan pada sistem gastrointestinal
Anoreksia, nausea, terbentuknya zat-zat toksik akibat metabolisme seperti
ammonia, metal guanidine.
Foetor uremik disebabkan ole ureum yang berlebihan pada air liur diubah
oleh bakteri dimulut menjadi ammonia sehingga nafas bau amonia
b. Sistem integumen
Kulit berwarna pucat akibat anemia dan kekuning-kuningan akibat penumpukan
urokrom. Pruritus akibat toksik uremik dan pengendapan kalsium dibawah kulit
c. Sistem hematologi
Anemia, gangguan fungsi trombosit dan trombositopenia, serta gangguan fungsi
leukosit
d. Sistem saraf dan otot
Pasien merasa pegal pada kakinya sehingga selalu digerakkan (restless legg
syndrome)
Kesemutan dan seperti terbakar terutama di telapak kaki (burning feet
syndrome)
Enselopati metabolic: lemah, tidak bisa tidur, gangguan konsentrasi, tremor,
kejang
Miopati: kelemahan dan hipertropi otot-otot (terutama otot proksimal)
e. Sistem kardiovaskuler
Hipertensi, nyeri dada dan sesak napas, gangguan irama jantung, gangguan elektrolit,
edema akibat penimbunan cairan
f. Sistem endokrin
Gangguan seksual, libido , ereksi dan fertilitas menurun pada laki-laki
akibat produksi testoteron dan spermatogenesis yang menurun. Pada wanita timbul
gangguan menstruasi, gangguan ovulasi , amenorea.
Gangguan metabolisme glukosa, resistensi insulin dan gangguan sekresi
insulin
Gangguan metabolisme lemak
Gangguan metabolisme vitamin D

AS/Sistem perkemihan/tgkt2/ Maret 2017


PATOFISIOLOGI-PENYIMPANGAN KDM
Terlampir

TES DIAGNOSTIK / PEMERIKSAAN PENUNJANG


Pemeriksaan urin: volume, warna, berat jenis, osmolalitas, klirens kreatinin,
natrium, protein
Pemeriksaan darah
Arteriogram ginjal: mengkaji sirkulasi ginjal dan mengidentifikasi
ekstravaskular massa.
Pielogram retrogad: menunjukkan abnormalitas pelvis ginjal dan ureter
Sisturetrogram berkemih: menunjukkan ukuran kandung kemih, refleks
kedalam ureter, retensi.
Biopsi ginjal
Endoskopi ginjal, nefroskopi: dilakukan untuk menentukan pelvis ginjal:
keluar batu, hematuria dan pengangkatan tumor selektif
EKG: Abnormalitas mungkin menunjukkan ketidakseimbangan elektrolit
dan asam basa

PENGOBATAN / PENATALAKSANAAN
1. Penatalaksanaan Diit
Mempertahankan asupan protein kurang dari 50 gram untuk
memperlambat keparahan GGK.
Diit natrium diberikan untuk mengganti kehilangan garam
Membatasi asupan potassium (tidak menggunakan garam yang
didalamnya terkandung potassium klorid)
Membatasi diit fosfat
Diit protein:
Diit rendah protein I (20 gr protein): makanan cair, saring atau
lunak
Diit rendah protein II (40 gr protein): makanan lunak atau biasa
Diit rendah protein sedang (60 gr protein): makanan lunak atau
biasa
2. Penatalaksanaan konservatif
Memperlambat laju penurunan fungsi ginjal / progresi gagal ginjal:
pengobatan hipertensi, pembatasan asupan protein, mengurangi proteinuria,
mengendalikan hiperlipidemia.
Mencegah kerusakan ginjal lebih lanjut: mencegah kekurangan cairan,
mencegah sepsis, mengobati hipertensi yang tidak terkendali, menghindari obat-
obat nefrotoksik, mencegah kehamilan.
Pengelolaan uremia dan komplikasinya
Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit: Bila terjadi oedem,
asupan cairan dibatasi < 1 liter/hari, untuk keadaan berat < 500 ml/hari, untuk
NaCl < 2-4 gr/hari.
Asidosis metabolik: diit rendah protein 0,6 gr/hari

AS/Sistem perkemihan/tgkt2/ Maret 2017


Hiperkalemia:pembatasan asupan kalium dari makanan. Bila tidak
dapat diatasi dengan obat-obatan maka perlu dipertimbangkan untuk dialisis
Anemia: Transfusi darah dilakukan jika Hb < 8 gr%
3. Penatalaksanaan kolaboratif
a. Dialisis
Hemodialisis
Hemodialisis dilakukan dengan mengalirkan darah kedalam suatu tabung ginjal
buatan (dialiser) yang terdiri dari 2 kompartemen yang terpisah. Darah pasien
dipompa dan dialirkan ke kompartemen darah darah yang dibatasi oleh selaput
semipermiabel buatan dengan kompartemen dialisat. Cairan dialysis dan darah
yang terpisah akan mengalami perubahan konsentrasi karena zat terlarut
berpinda dari konsentrasi tinggi ke rendah sampai konsentrasi zat terlarut sama
dikedua kompartemen.
Dialisis Peritoneal
Dialisis peritoneal menggunakan membrane peritoneum yang bersifat
semipermiabel. Melalui membrane tersebut darah dapat difiltrasi. Prinsipnya
adalah dengan memasukkan kateter peritoneum kedalam kavum peritoneum.
Peritoneum bertindak sebagai membrane dialisis yang memisahkan antara
cairan dialisis dalam kavum peritoneum dan plasma darah dalam pembuluh
darah diperitoneum.
Indikasi dialisis:
o Bila laju glomerulus sekitar 5-10 ml/menit
o Ditemukan adanya asidosis metabolic dan hiperkalemia yang tidak
dapat diatasi dengan obat-obatan
o Overload cairan (oedem paru)
o Ensefalopati uremik: penurunan kesadaran
o Efusi pericardial
o Syndrome uremia: mual, muntah, anoreksia, neuropati yang
memburuk
b. Transplantasi ginjal

ASUHAN KEPERAWATAN
Pengkajian
Pengkajian umum
Identitas klien: Nama, jenis kelamin, umur
Social ekonomi: pekerjaan
Riwayat kesehatan
Riwayat kesehatan sekarang: keluhan onset, frekuensi, durasi
Riwayat kesehatan dahulu: riwayat penyakit ginjal
Riwayat kesehatan keluarga: adakah keluarga yang mengalami GGK
Pemeriksaan fisik
TTV: TD, RR, Suhu, Nadi
Aktivitas/istirahat: gangguan tidur (insomnia/gelisah atau somnolen),
malaise
Sirkulasi: riwayat hipertensi, nyeri dada, disritmia jantung, pucat (coklat
kehijauan, kuning)

AS/Sistem perkemihan/tgkt2/ Maret 2017


Integritas ego: factor stress (financial, hubungan), perasaan tak berdaya,
tak ada harapan, menolak, ansietas, marah
Eliminasi: penurunan frekuensi urin, oliguria, anuria, diare atau
konstipasi, perubahan warna urin
Makanan/cairan: peningkatan BB (edema), penurunan BB (malnutrisi),
anoreksia, nyeri ulu hati, mual/muntah, penggunaan diuretic, distensi
abdomen(ascites), hepatomegali, perubahan turgor kulit/kelembaban,
perdarahan gusi
Neurosensori: sakit kepala, penglihatan kabur, kram otot/kejang, kebas
rasa terbakar pada telapak kaki, kebas/kesemutan pada ekstremitas bawah,
rambut tipis, kuku rapuh dan tipis
Pernapasan: napas pendek, dispnea, batuk dengan/tanpa sputum kental,
takipnea, pernapasan kussmaul
Seksualitas: kaji adanya penurunan libido, amenore, infertilitas

Diagnosa keperawatan
Defisit volume cairan b.d kerusakan fungsi ginjal
Kelebihan volume cairan b.d kerusakan fungsi ginjal
Resiko tinggi Cardiac Output b.d peningkatan aktivitas renin
angiotensin-aldosteron
Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan antara suplai oksigen
dan kebutuhan
Gangguan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh b.d
ketidakadekuatan intake makanan
Perubahan proses pikir b.d perubahan fisiologis, akumulasi toksin,
asidosis metabolic, hipoksia, ketidakseimbangan elektrolit
Resti kerusakan integritas kulit b.d pruritus eskoriasi
Gangguan seksual b.d penurunan hormone, libido

Rencana Keperawatan
a. Diagnosa : Defisit volume cairan b.d kerusakan fungsi
ginjal
Tujuan : tidak terjadi deficit volume cairan
Kriteria hasil : tidak adanya dehidrasi

Intervensi Rasional
Kaji status Evaluasi
dan intake cairan, timbang BB. langsung status cairan. Perubahan
tiba-tiba berat badan dicurigai
Evaluasi kehilangan cairan.
turgor kulit, kelembaban dan indikator

AS/Sistem perkemihan/tgkt2/ Maret 2017


membrane mukosa langsung status cairan atau
Pantau perbaikan ketidakseimbangan
TTV (tekanan darah, nadi dan Kekurangan
frekuensi pernapasan) cairan mungkin dimanifestasikan
oleh hipotensi dan takikardi
Kaji ulang Jika tubuh
kebutuhan cairan mengalami defisiensi cairan maka
diberikan cairan terus
Berikan Dapat
kebersihan mulut yang sering menurunkan rangsang pusat
muntah

b. Diagnosa : Kelebihan volume cairan b.d kerusakan


fungsi ginjal
Tujuan : Tidak terjadi kelebihan volume cairan
Kriteria hasil : Tidak adanya edema
Intervensi Rasional
Kaji status Evaluasi
dan intake cairan, timbang BB lansung status cairan. Perubahan
tiba-tiba BB dicurigai adanya
Evaluasi retensi cairan
turgor kulit, kelembaban, Indikator
membrane mukosa adanya edema langsung status cairan / perbaikan
dependen / tergantung keseimbangan
Pantau
TTV (tekanan darah, nadi,
frekuensi pernapasan) Kelebihan
cairan atau terjadinya gagal ginjal
mungkin dimanifestasikan oleh
Kaji ulang hipertensi, takikardi dan takipnea
kebutuhan cairan Jika cairan
berlebih berada dalam tubuh maka
asupan cairan dibatasi

c. Diagnosa : Resiko tinggi Cardiac Output b.d


peningkatan aktivitas renin angiotensin-aldosteron
Tujuan : Tidak terjadi penurunan kardiak output
Kriteria hasil : TTV dalam batas normal, frekuensi jantung dalam batas normal

AS/Sistem perkemihan/tgkt2/ Maret 2017


Intervensi Rasional
Auskultasi Takikardi,
bunyi jantung dan paru. Evaluasi frekuensi jantung tak teratur,
adanya edema perifer/kongesti despnea, gemerisik mengi dan
vascular dan keluhan despneu edema menunjukkan GGK
Kaji
adanya derajat hipertensi: awasi Hipertensi
TD, perhatikan perubaan postural bermakna dapat terjadi karena
contoh duduk, berbaring dan gangguan pada system
berdiri aldosteoronrenin-angiotensin
(disebabkan oleh disfungsi ginjal).
Hipotensi ortostatik dapat terjadi
sehubungan dengan deficit cairan,
Kaji tingkat respon terhadap antihipertensi
aktivitas, respon terhadap Kelelahan
aktivitas dapat menyertai GJK dan anemia
KOLABORASI
Awasi Ketidakseim
pemeriksaan lab. Seperti elektrolit bangan dapat mengganggu fungsi
( kalium, natrium, kalsium, jantung
magnesium) dan BUN
Berikan Menurunkan
obat antihipertensi tahanan vascular sistemikdan/atau
pengeluaran rennin untuk
menurunkan kerja miokardial dan
membantu mencegah GJK
dan/atau Infark miokard
Penurunan
Siapkan ureum toksik dapat memperbaiki
dialisis ketidakseimbangan elektrolit dan
kelebihan cairan.

AS/Sistem perkemihan/tgkt2/ Maret 2017


PATOFISIOLOGI-PENYIMPANGAN KDM

Etiologi

Penurunan laju filtrasi glomerulus

Kandungan kreatinin serum dan BUN meningkat

Nefron bekerja berlebih untuk mengurangi kreatinin dan BUN

Penurunan kemampuan pemekatan filtrat oleh sel-sel tubulus

Penurunan konsentrasi urin

Jumlah produksi urin meningkat

Poliuri Deficit volume cairan

GGK

Perubahan CV Gg.sistem GI Perubahan sistem Perub. hematologi


integumen
Retensi cairan+garam Anoreksia, Nausea pruritus, ekimosis defisisensi masa hidup produksi
vomitus as.folat eritrosit < eritropoietin
Edema Resti Gg.integritas kulit berkurang
Intake perdarahan hemolisis
Kelebihan volume cairan rangsangan
Gg.nutrisi < kebutuhan Eritropoiesis

Perub.sistem Gg.sistem persarafan Anemia


reproduksi
Intoksikasi BUN/Kreatinin Intoleransi aktivitas
Pada sel-sel neuron
produksi testoteron& amenore,
spermatogenesis infertilitas Gg.neurotransmitter

penurunan libido, Gg.menstruasi Penurunan konsentrasi-


ereksi, fertilitas kesadaran

Gg.proses pikir
Gg. seksual

Peningkatan aktivitas
renin-angiotensin

Resti penurunan CO

AS/Sistem perkemihan/tgkt2/ Maret 2017


TINDAKAN PERAWATAN SPESIFIK PADA KLIEN DENGAN
GANGGUAN SISTEM PERKEMIHAN

PERSIAPAN PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK TEST


1. Urinalisis
Pemeriksaan urin sebaiknya dilakukan pada pagi hari sewaktu bangun tidur karena
specimen ini lebih pekat dan lebih besar kemungkinannya untuk mengungkapkan
abnormalitas.
Pengumpulan urin 24 jam
Pasien dianjurkan untuk mengosongkan kandung kemih pada waktu yang
ditentukan (urin dibuang), kemudian urin dikeluarkan setelah 24 jam dan
dikumpulkan, lalu disimpan 24 jam sesudah pengumpulan dimulai
Spesimen urin midstream yang diambil bersih
Membersihkan daerah disekitar meatus, kemudian jangan kumpulkan urin yang
pertama kali keluar tapi pada bagian pancaran tengah dari aliran urin dengan
memastikan agar wadah yang digunakan untuk mengumpulkan urin tidak mengenai
alat kelamin
2. Sistoskopy
Alat sistoskopy dimasukkan melalui uretra ke kandung kemih. Larutan irigasi steril
disemprotkan untuk menimbulkan distensi kandung kemih dan membilas keluar semua
bekuan darah. Sebelum tindakan, klien dianjurkan untuk minum satu atau dua gelas air.
Selain itu klien diberikan anestesi topikal lokal dan pemberian diazepam
3. Endoskopy
Pemeriksaan dengan cara memasukkan fiberskop kedalam pelvis ginjal melalui luka
insisi atau secara perkutan untuk melihat bagian dalam ginjal, mengeluarkan batu,
mengetahui adanya hematuri
4. USG
Pemeriksaan USG menggunakan gelombang suara yang dipancarkan kedalam tubuh
untuk mendeteksi abnormalitas(akumulasi cairan, massa, ukuran oragan atau obstruksi).
Pemeriksaan ini tidak memerlukan persiapan khusus.
5. Biopsi
Biopsi dilakukan dengan menusukkan jarum biopsy melalui kulit kedalam jaringan
renal atau dengan melakukan biopsy terbuka melalui luka insisi yang kecil didaerah
pinggang.
Prosedur:
Pasien dipuasakan selama 6-8 jam sebelum pemeriksaan
Set infuse dipasang
Spesimen urin dikumpulkan dan disimpan untuk dibandingkan dengan
specimen pascabiopsi
Jika akan dilakukan biopsi jarum, pasien diberitahukan agar menahan napas
(untuk mencegah gerakan ginjal) ketika jarum biopsi ditusukkan
Pasien yang sudah dalam keadaan sedasi ditempatkan dalam posisi
berbaring telungkup dengan bantal pasir diletakkan dibawah perut
Kulit pada lokasi diinfiltrasi dengan preparat anestesi lokal. Lokasi jarum
dapat dipastikan melalui fluoroskopi atau ultrasound dengan tehnik khusus

AS/Sistem perkemihan/tgkt2/ Maret 2017


BLADDER TRAINING
Latihan kandung kemih dilakukan ketika mempersiapkan pelepasan kateter yang
sudah terpasang dalam waktu lama untuk mengembangkan tonus kandung kemih. Ketika
kateter terpasang, kateter tidak akan terisi dan berkontraksi sehingga akhirnya kandung
kemih kehilangan tonusnya (atonia). Akibatnya jika kateter dilepas, otot detrusor mungkin
tidak dapat berkontraksi dan mengeliminasi urinnya.
Prosedur: sebelum kateterisasi dihentikan, kateter urin secara bergantian dijepit
dengan klem dan dilepas jepitannya yaitu setiap beberapa jam sekali kateter diklem selama
20 menit dan kemudian dilepas.

IRIGASI / SPOELING POST OPERASI PROSTAT


Pasca operasi prostatektomi, pasien dikateter indwelling. Untuk mencegah
terjadinya obstruksi karena segala bekuan, maka dilakukan irigasi kateter.
Drainase kandung kemih mungkin dapat diperlancar dengan bantuan gravitasi
melalui system drainase tertutup. Sistem drainase tiga cabang sangat berguna dalam
pembersihan kandung kemih dan pencegahan pembentukan bekuan
Jika pasien mengeluh nyeri, selang diperiksa. Sistem drainase diirigasi, jika
diindikasikan dan diresepkan untuk membersihkan setiap obstruksi sebelum diberikan
suatu analgesik. Biasanya kateter diirigasi dengan 50 ml cairan pebgirigasi setiap kali
dilakukan. Jumlah cairan yang didapatkan dalam kantung drainase harus sama dengan
cairan yang dimasukkan

PERAWATAN NEFROSTOMY
Nefrostomy adalah kateter yang yang disisipkan kedalam pelvis renal melalui luka insisi
pada pinggang atau dengan pemasangan kateter perkutan kedalam ginjal.
Perawatan:
Kaji kemungkinan timbulnya komplikasi seperti perdarahan pada lokasi
nefrostomy , pembentukan fistula dan infeksi
Pastikan drainase tidak tersumbat pada selang nefrostomi atau kateter
(obstruksi akan menimbulkan rasa nyeri, trauma, tekanan, infeksi serta regangan pada
garis jahitan
Jika selang tercabut, laporkan segera kepada dokter agar dokter bedah
dengan segera mengembalikan selang pada tempatnya agar luka nefrostomi tidak
berkontraksi
Selang nefrostomi tidak boleh diklem karena akan menimbulkan
pielonefritis
Selang nefrostomi tidak boleh diirigasi kecuali dilakukan dokter bedah bila
diperlukan
Anjurkan asupan cairan untuk meningkatkan pembilasan ginjal dan selang
secara alami
Ukur volume urin yang mengalir keluar dari selang. Jika pada kedua ginjal
dipasang selang drainase, volume urin yang keluar dari masing-masing selang harus
diukur secara terpisah.

PERAWATAN SISTOSTOMY

AS/Sistem perkemihan/tgkt2/ Maret 2017


Sistostomy adalah kateter yang dimasukkan ke kandung kemih melalui insisi dinding
abdomen bawah atau punksi dengan trokar.
Sistostomi dilakukan pada pasien yang mengalami obstruksi pada bagian bawah kandung
kemih (obstruktif prostatik) yang menyebabkan kateter uretral tidak dapat dimasukkan

Perawatan :
Ukur stoma dan siapkan lubang barier berukuran 0,3 cm lebih lebar dari
stoma dan sesuaikan bentuknya
Lepaskan kertas pelindung dari barier kulit
Lepaskan aplikator yang lama dengan perlahan
Bersihkan kulit peristomal dengan air hangat dan keringkan
Inspeksi kulit peristomal (kulit disekitar stoma) akan adanya irirtasi
Gunakan wick (verband gulung atau tampon) pada bagian atas lubang stoma
untuk mengabsorbsi urin dan menjaga agar kulit tetap kering selama proses
penggantian
Letakkan lubang barier kulit ditengah dan diatas stoma dengan perlahan,
tekan ke perekatnya
Jika menggunakan system dua lapis rekatkan kantong ke pinggiran wafer
yang menempel di kulit
Tutup ujung drainase dibawah kantong
Penutup kantong dapat digunakan atau bagian bawah kantong ditaburi bedak
untuk mencegah perspirasi dan iritasi kulit
Gunakan perekat hipoalergenik disekitar barier kulit
Buang aplikator yang kotor atau cuci kantong kotor dan siapkan untuk
pemakaian berikutnya

DIALISIS
Dialisis adalah difusi partikel larut dari satu kompartemen lain melewati membrane
semipermiabel. Dialisis merupakan suatu proses yang digunakan untuk mengeluarkan
cairan dan produk limbah dari dalam tubuh ketika ginjal tidak mampu melaksanakan proses
tersebut.
Tujuan dialisis adalah untuk mempertahankan kehidupan dan kesejahteraan pasien sampai
fungsi ginjal pulih kembali. Metode terapi mencakup hemodialisis, hemofiltrasi dan
peritoneal dialysis

HEMODIALISA
Definisi:
Hemo berarti darah, dialysis proses pemisahan zat kristaloid dari zat koloid dalam larutan
berdasarkan perbedaan kecepatannya perembesannya melalui selaput semipermiabel
Darah yang mengandung produk sisa seperti urea dan kreatinin, mengalir kedalam
kompartemen dialiser atau ginjal buatan.

Indikasi:
Gagal ginjal akut

AS/Sistem perkemihan/tgkt2/ Maret 2017


Gagal ginjal kronik
Intoksikasi obat dan zat kimia
Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit berat
Sindrom hepatorenal
Kesadaran menurun
Pemeriksaan ureum 200 mg/dl
kreatinin 7 mg/dl
Gangguan hiperkalemia
Pasien yang overload
PH 7,2

Komplikasi selama hemodialisa:


Tekanan darah menurun
Kejang
Pusing
Mual muntah
Gangguan irama jantung
Kram
Nyeri dada
Gatal
Perdarahan

Durasi hemodialisa:
Lama hemodialisa disesuaikan dengan kebutuhan klien. Hemodialisa
dilakukan 4-5 jam dengan frekuensi 2 minggu. Hemodialisa juga bisa diberikan 3 x
seminggu dengan durasi selama 4 jam. Idealnya 10-15 jam perminggu

Gambaran Peralatan:
Dialiser atau Ginjal Buatan
Fungsi sistem ginjal buatan:
Membuang produk metabolisme protein seperti urea, kreatinin dan asam
urat
Membuang kelebihan air dengan mempengaruhi tekanan banding antara
darah dan bagian cairan
Mempertahankan sistem buffer tubuh
Mempertahankan kadar elektrolit tubuh
Dialisat atau cairan dialisis
Dialisat adalah cairan yang terdiri atas air dan elektrolit utama dari serum
normal.Dialisat ini dibuat dalam sistem bersih dengan air kran dan bahan kimia
disaring.
Pompa darah
Pompa infuse untuk pemberian heparin
Alat monitor untuk mendeteksi suhu tubuh bila terjadi ketidakamanan,
konsentrasi dialisat, perubahan tekanan, udara dan kebocoran darah
Selang dialisis, untuk mengalirkan darah antara dialiser dan pasien

AS/Sistem perkemihan/tgkt2/ Maret 2017


Tranduser tekanan untuk melindungi alat monitor dari pemajanan terhadap
darah
Kantong cairan garam faal untuk membersihkan sistem sebelum digunakan
dan membilas system setelah digunakan untuk mengembalikan darah pasien, untuk
memperbaiki tekanan darah jika terjadi hipotensi
Port pemberian obat
Jarum arteri
Pemantau tekanan arteri
system pengalir dialisat
Bilik drip vena
Pemantau tekanan vena
Detektor dan klem udara serta foam
Jarum vena

TEHNIK DAN PROSEDUR HEMODIALISA


A. Pra Hemodialisa
1. Persiapan mesin: listrik, air sudah melalui pengolahan (water treatment),
saluran pembuangan, dialisat (asetat, bicnat), proportioning system.
2. Persiapan peralatan dan obat-obatan:
Dialiser, ginjal buatan
AV blood line
AV fistula (abbocath no. 16)
Infus set (blood set)
Spuit 1,3,5 10, 20, 50 cc
Heparin injeksi
Lidocain/xylocain
NaCl 0,9 %
Kain kasa
Klem, plester
Desinfektan (alkohol, betadin)
Timbangan BB, Tensimeter dan stetoscope
Formulir hemodialisa
3. Persiapan pasien :
Persiapan mental
Izin hemodialisa
Persiapan fisik,timbang BB, atur posisi klien, observasi KU dan TTV
4. Memulai sirkulasi :
Cuci tangan
Menghidupkan mesin sampai posisi dialiser (posisi on)
Gantung NaCl 0,9% 2-3 kolf dengan infus set
Tempatkan dialiser pada holder, biru diatas dan merah dibawah
Hubungkan blood line pada dialiser sesuai inlet dan outlet
Tempatkan segmen pump dari inlet pada blood pump
Hubungkan NaCl melalui infuse set dengan ujung merah ABL atau tempat
khusus, isi NaCl kemudian klem

AS/Sistem perkemihan/tgkt2/ Maret 2017


Ujung VBL ditempatkan pada maat-kam, lalu NaCl dan Blood pump
dijalankan dengan 4B 100-125 ml/menit
Air trap/bulbe tiap diisi 2/3-3/4 bagian
Udara yang ada dalam dialiser harus hilang dengan cara menekan-nekan
ABL.
Setelah udara dalam dialiser habis, hubungkan ABL dan VBL, klem tetap
terbuka kemudian beri heparin sesuai kebutuhan (1000-2000) dengan
menggunakan spuit 1 cc
Jalankan sirkulasi dengan QB 200 ml/menit kemudian soaking
(melembabkan ginjal buatan/dialiser) selama 15 menit sebelum dihubungkan
dengan sirkulasi sistemik (pasien)
Mengisi semua formulir HD, semua tindakan dan alat yang digunakan
B. Intra (selama) hemodialisa
Perawat atau dokter cuci tangan
Pasien dianjurkan cuci tangan sampai lengan
Semua alat didekatkan dengan pasien
Beritahu pasien
Lihat dan tentukan daerah yang akan dipunksi dialas dengan zeil kemudian
diatur posisi lengan pasien seenak mungkin
Perawat atau dokter menggunakan handscon
Disinfeksi daerah yang akan di punksi, pertama dengan larutan betadin
kemudian dengan alcohol 70% dengan menggunakan klem sampai bersih
Setelah didisinfeksi, dialas/ditutup dengan duk steril
Punksi outlet, dilakukan punksi kemudian diberi heparin menurut
kebutuhan yang sudah diencerkan dengan NaCl 100cc, sebagai dosis awal,
kemudian klem, fiksasi dan tutup dengan kasa steril. Punksi inlet biasanya
dilakukan berlawanan arah dengan punksi outlet, fiksasi dan tutup dengan kassa
steril
Memulai hemodialisa (penyambungan)
Ujung ABL dihubungkan dengan sisi inlet
Ujung VBL dihubungkan dengan dengan gelas ukur/ maat-kan
Semua klem dibuka, keculai infuse set
Jalankan blood dengan QB 100ml/menit sampai sirkulasi terisi darah semua
VBL diklem, blood pump stop, sambungkan ujung VBL dengan punksi
outlet. Klem dibuka pompa darah masuk ke tubuh pasien
Fiksasi ABL dan VBL dengan klem (non steril) agar pasien tidak sulit untuk
bergerak
Cairan priming ditampung digelas, diukur dicatat jumlahnya
Program mesin sesuai dengan kebutuhan: penurunan BB, UFG, UFR,
nervus pressure, arteri pressure selang untuk monitor VP atau AP
Ukur TTV tiap jam
Semua alat dirapikan dan disimpan pada tempatnya
Cuci tangan
Semua tindakan ditulis/dicatat dalam formulir laporan HD dengan lengkap
termasuk selama masalah HD berlangsung

AS/Sistem perkemihan/tgkt2/ Maret 2017


C. Post Hemodialisa
Beritahu pasien
Membawa alat-alat kedekat pasien
Ukur TTV
Ambil sample darah untuk pemeriksaan kreatinin, ureum post HD
Dikerjakan oleh 2 orang perawat: 5 menit sebelum HD berakhir QB
diturunkan 100 ml/menit
Blood pump stop, ujung ABL/inlet ditekan, plester pada punksi inlet
dibuka, lalu jarum inlet dicabut dan ditekan oleh perawat 1 dengan kassa/depper
steril yang telah diberi betadin
Perawat 2, melanjutkan membilas/memasukkan darah dalam tubuh dengan
didorong NaCl QB dijalankan 100 ml/menit dan klem ABL dibuka
Setelah darah masuk kedalam tubuh, blood pump stop dan ujung VBL
diklem
Plester outlet dibuka, lalu jarumoutlet dicabut, bekas punksi outlet ditekan
dengan kassa/depper steril yang diberi betadin oleh perawat 1
Perawat 2 membereskan alat-alat HD dan mesin kemudian mengukur vital
sign
Bila perdarahan padan punksi inlet dan outlet sudah berhenti, bubuhi bekas
punksi tersebut degan antibiotic powder lalu tutup dengan kassa steril/band aid lalu
pasang verband. Pada pasien dengan punksi femoral (inlet) bila perdarahan sudah
berhenti dan bekas punksi sudah diplester lanjutkan dengan menekan dengan bantal
pasir
Pasien dirapikan kemudian timbang berat badan bila memungkinkan
Catat atau isi formulir HD
Pasien boleh pulang keruangan/rumah bila keadaan umum sudah tenang
atau memungkinkan
Cuci tangan

Perawatan pre hemodialisa


Kaji riwayat pasien, catatan klinik respon terhadap tindakan dialysis
sebelumnya
Periksa hasil laboratorium
Kaji status emosional klien. Ansietas dan gelisah, khususnya selama
dialysis pertama dapat mempengaruhi perubahan tekanan darah, gelisah dan gangguan
gastrointestinal.

AS/Sistem perkemihan/tgkt2/ Maret 2017

Anda mungkin juga menyukai