PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Glomerulonefritis merupakan penyebab utama terjadinya gagal ginjal tahap
akhir dan tingginya angka morbiditas pada anak. Terminologi glomerulonefritis
yang dipakai disini adalah untuk menunjukkan bahwa kelainan yang pertama dan
utama terjadi pada glomerulus, bukan pada struktur ginjal yang lain. (Yumizon,
Glomerulonefritis Akut (GNA), 2009, www.gooogle.com, diambil pada tanggal 13
Maret 2010)
Glomerulonefritis merupakan penyakit peradangan ginjal bilateral. Peradangan
dimulai dalam gromleurus dan bermanifestasi sebagai proteinuria dan atau
hematuria. Meskipun lesi utama pada gromelurus, tetapi seluruh nefron pada
akhirnya akan mengalami kerusakan, sehingga terjadi gagal ginjal. Penyakit yang
mula-mula digambarkan oleh Richard Bright pada tahun 1827 sekarang diketahui
merupakan kumpulan banyak penyakit dengan berbagai etiologi, meskipun respon
imun agaknya menimbulkan beberapa bentuk glomerulonefritis. . (Yumizon,
Glomerulonefritis Akut (GNA), 2009, www.gooogle.com, diambil pada tanggal 13
Maret 2010).
Indonesia pada tahun 1995, melaporkan adanya 170 pasien yang dirawat di
rumah sakit pendidikan dalam 12 bulan. Pasien terbanyak dirawat di Surabaya
(26,5%), kemudian disusul berturut-turut di Jakarta (24,7%), Bandung (17,6%),
dan Palembang (8,2%). Pasien laki-laki dan perempuan berbanding 2 : 1 dan
terbanyak pada anak usia antara 6-8 tahun (40,6%). Gejala glomerulonefritis bisa
berlangsung secara mendadak (akut) atau secara menahun (kronis) seringkali tidak
diketahui karena tidak menimbulkan gejala. Gejalanya dapat berupa mual-mual,
kurang darah (anemia), atau hipertensi. Gejala umum berupa sembab kelopak
mata, kencing sedikit, dan berwarna merah, biasanya disertai hipertensi. Penyakit
ini umumnya (sekitar 80%) sembuh spontan, 10% menjadi kronis, dan 10%
berakibat
fatal.
(Yumizon,
Glomerulonefritis
Akut
(GNA),
2009,
Dari beberapa hal diatas, kelompok kami sangat tertarik untuk mengangkat
Materi tentang Asuhan Keperawatan Klien dengan Masalah Glomerulonefritis
dan
diharapkan
dengan
adanya
makalah
yang
membahas
masalah
BAB I
BAB II
BAB III
BAB II
Tinjauan Teoritis
Menurut
smeltzer
(2001,hal.364)
Ginjal
merupakan
organ
yang
berpasangan dan setiap ginjal memiliki berat kurang lebih 125 kg, terletak
pada posisi di sebelah lateral vertebra torakalis bawah, beberapa centimeter di
sebelah kanan dan kiri garis tengah. Organ ini terbungkus oleh jaringan ikat
tipis yang dikenal sebagai kapsula renis. Di sebelah anterior, ginjal dipisahkan
dari kavum abdomen dan isinya oleh lapisan peritoneum.di sebelah posterior,
organ tersebut dilindungi oleh dinding toraks bawah. Darah dialirkan ke dalam
setiap ginjal melalui arteri renalis dan keluar dari dalam ginjal melalui vena
renalis. Arteri renalis berasal dari aorta abdominalis dan vena renalis
membawa darah kembali ke dalam vena kava inferior. Ginjal dengan efisien
dapat membersihkan bahan limbah dari dalam darah, dan fungsi ini bisa
dilaksanakan karena aliran darah yang melalui ginjal jumlahnya sangat besar,
25% dari curah jantung.
Urine terbentuk dalam unit-unit fungsional ginjal yang disebut nefron.
Urine yang terbentuk dalam nefron ini akan mengalir ke dalam duktus
pengumpul dan tubulus renal yang kemudian menyatu untuk membentuk
pelvis ginjal. Setiap pelvis akan membentuk ureter. Ureter merupakan pipa
panjang dengan dinding yang sebagian besar terdiri atas otot polos. Organ ini
menghubungkan setiap ginjal dengan kandung kemih dan berfungsi sebagai
pipa untuk menyalurkan urin.
Kandung kemih merupakan organ berongga
korteks dan medula (juxtame-dullary) lebih besar dari yang terletak perifer.
Percabangan kapiler berasal dari arteriola afferens, membentuk lobul-lobul,
yang dalam keadaan normal tidak nyata , dan kemudian berpadu lagi menjadi
arteriola efferens. Tempat masuk dan keluarnya kedua arteriola itu disebut
kutub vaskuler. Di seberangnya terdapat kutub tubuler, yaitu permulaan
tubulus contortus proximalis. Gelung glomerulus yang terdiri atas anyaman
kapiler tersebut, ditunjang oleh jaringan yang disebut mesangium, yang terdiri
atas matriks dan sel mesangial. Kapiler-kapiler dalam keadaan normal tampak
paten dan lebar. Di sebelah dalam daripada kapiler terdapat sel endotel, yang
mempunyai sitoplasma yang berfenestrasi. Di sebelah luar kapiler terdapat sel
epitel viseral, yang terletak di atas membran basalis dengan tonjolan-tonjolan
sitoplasma, yang disebut sebagai pedunculae atau foot processes. Maka itu
sel epitel viseral juga dikenal sebagai podosit. Antara sel endotel dan podosit
terdapat membrana basalis glomeruler (GBM = glomerular basement
membrane). Membrana basalis ini tidak mengelilingi seluruh lumen kapiler.
Dengan mikroskop elektron ternyata bahwa membrana basalis ini terdiri atas
tiga lapisan, yaitu dari arah dalam ke luar ialah lamina rara interna, lamina
densa dan lamina rara externa. Simpai Bowman di sebelah dalam berlapiskan
sel epitel parietal yang gepeng, yang terletak pada membrana basalis simpai
Bowman. Membrana basalis ini berlanjut dengan membrana basalis
glomeruler pada kutub vaskuler, dan dengan membrana basalis tubuler pada
kutub tubuler . Dalam keadaan patologik, sel epitel parietal kadang-kadang
berproliferasi membentuk bulan sabit ( crescent). Bulan sabit bisa segmental
atau sirkumferensial, dan bisa seluler, fibroseluler atau fibrosa.
Populasi glomerulus ada 2 macam yaitu :
Bagian-bagian nefron
Jalinan glomerulus merupakan kapiler-kapiler khusus yang berfungsi sebagai
penyaring. Kapiler glomerulus dibatasi oleh sel-sel endotel, mempunyai
sitoplasma yang sangat tipis, yang mengandung banyak lubang disebut fenestra
dengan diameter 500-1000 A. Membran basal glomerulus membentuk suatu
lapisan yang berkesinambungan, antara sel endotel dengan mesangial pada satu
sisi dan sel epitel disisi lain. . (Yumizon, Glomerulonefritis Akut (GNA), 2009,
www.gooogle.com, diambil pada tanggal 13 Maret 2010)
B. Konsep
Glomerulonefritis adalah gangguan pada ginjal yang ditandai dengan
peradangan pada kapiler glomerulus yang fungsinya sebagai filtrasi cairan tubuh
dan sisa-sisa pembuangan.(Suriadi&Rita Yuliani,2001, hal.125) Untuk tujuan
pembahasan pada bab ini glomerulonefritis akan dibahas baik akut maupun kronik
sebagai berikut:
1. Glomerulonefritis Akut
a. Pengertian
Glomerulonefritis akut (GNA) ialah suatu reaksi imunologic pada
ginjal terhadap bakteri atau virus tertentu. Yang sering ialah infeksi karena
kuman streptokokus. Penyakit ini sering ditemukan pada anak berumur 3-7
tahun dan lebih sering mengenai anak pria dibandingkan dengan anak
wanita.(Ngastiyah, 1997, hal.294)
Glomerulonefritis
adalah
peradangan
dari
membran
kapiler
Gonococcus,
Leptospira,
Mycoplasma
3. Parasit
10
2) Sterptolisin S
Streptolisin S adalah zat penyebab timbulnya zone hemolitik
disekitar koloni sterptokokus yang tumbuh pada permukaan lempeng
agar darah. Sterptolisin S bukan antigen, tetapi zat ini dapat dihambat
oleh penghambat non spesifik yang sering ada dalam serum manusia
dan hewan dan tidak bergantung pada pengalaman masa lalu dengan
sterptokokus. Bakteri ini hidup pada manusia di tenggorokan dan
juga kulit. Penyakit yang sering disebabkan diantaranya adalah
faringitis, demam rematik dan glomerulonefritis.
c. Patofisiologi
Membran dari glomerulus yang normal ada tiga macam sel, epitel,
membran lapisan bawah, dan endothelium. Salah satu dari ketiga sel
tersebut bisa terpengaruh oleh glomerulonefritis. Glomerulonefritis akut
adalah akibat reaksi antigen antibodi dengan jaringan glomerulus yang
menimbulkan bengkak dan kematian sel-sel kapiler. Reaksi antigen
antibodi mengaktifkan jalur komplimen yang berdampak chemotoxis
kepada polymorfonaclear (PMN) leukosit dan mengeluarkan enzim
lysosomal
yang
(GBM)/membran
menyerang
dasar
glomerular
glomerulus.
Respon
basement
pada
membrane
GBM
adalah
12
Hematuria
Decreased GFR
Proteinuria
Azotemia
Hypoalbuminemia
Activation of renin
angiotensinaldosteron
Edema
Hypertension
13
mata (kelopak), mual dan muntah-muntah. Sulit buang air kecil dan air
seni menjadi keruh.(Admin,Glomerulonephritis Akut (GNA), 2007,
www.gooogle.com, diambil pada tanggal 13 Maret 2010)
e. Manifestasi Klinis
Menurut Nursalam manifestasi klinis penyakit glomerulonefritis
sebagai berikut :
1)
Menurut Ngastiah (1997, Hal.296) Gambaran klinik dapat bermacammacam. Kadang-kadang gejala ringan tetapi sering juga pasien datang
sudah dalam keadaan payah.
14
terjadi
dengan urema,
(berhubungan
dengan
insufisiensi
renal),
Penggantian plasma
Pemberian
Imunosupressan
(corticosteroids;cyclopfosphamid
(Cytoxan))
Menurut Baughman (2000, Hal.197)
Tujuan dari penatalaksanaan adalah untuk memulihkan fungsi ginjal
dan untuk mengobati komplikasi dengan cepat.
1) Penisilin, untuk infesi streptokokus residual
2) Preparat diuretik dan antihipertensi
3) Pertukaran plasma (plasmaferesis) dan pengobatan dengan obat-obat
steroid dan sitotoksik untuk mengurangi respon inflamasi, pada
penyakit yang berkembang dengan pesat.
4) Kadang diperlukan dialisis
5) Tirah baring, selama fase akut sampai urine jernih dan BUN, kreatinin,
dan tekanan darah kembali normal.
Nutrisi :
1) Diit protein dibatasi pada peningkatan BUN
2) Natrium dibatasi pada hipertensi, edema, dan gagal jantung kongestif
3) Karbohidrat untuk energi dan penurunan protein katabolisme
4) Cairan diberikan sesuai kehilangan cairan dan berat badan harian ;
masukan dan haluaran.
g. Komplikasi
Menurut Nursalam (2008) :
1)
2)
okarditis
3)
4)
Malnutrisi
5)
Hipertensi Encephalopati
Menurut Ngastiyah (1997) :
16
k. Penyuluhan Kesehatan
Menurut Baughman (2000. Hal. 197)
1) Instruksikan pada jadwal evaluasi lanjut tentang tekanan darah,
urinalis untuk protein, dan pemeriksaan BUN dan kreatinin untuk
menentukan apakah penyakit telah tereksaserbasi
2) Instruksikan untuk memberitahu dokter bila gejala gagal ginjal
terjadi misalnya ; kelelahan, mual, muntah, penurunan haluaran
urinarius
3) Anjurkan untuk mengobati infeksi dengan segera
4) Rujuk ke perawat kesehatan komunitas yang diindikasikan untuk
pengkajian dan deteksi gejala dini.
2. Glomerulonefritis Kronik
a. Pengertian
Glomerulonefritis Kronik adalah suatu kelainan yang terjadi pada
beberapa penyakit, dimana terjadi kerusakan glomeruli dan kemunduran
fungsi ginjal selama bertahun-tahun.
Glomerulonefritis kronik adalah kategori heterogen dari penyakit
dengan berbagai kasus. Semua bentuk gambaran sebelumya dari
glomerulonefritis dapat meningkat menjadi keadan kronik. Kadangkadang glomerulonefritis pertama dilihat sebagai sebuah proses kronik.
(Lucman and sorensens,1993,page.1496)
Pasien dengan penyakit ginjal (glomerulonefritis) yang dalam
pemeriksaan urinnya masih selalu terdapat hematuria dan proteinuria
dikatakan menderita glomerulonefritis kronik. Hal ini terjadi karena
eksaserbasi berulang dari glomerulonefritis akut yang berlangsung dalam
beberapa waktu beberapa bulan/tahun, karena setiap eksaserbasi akan
menimbulkan kerusakan pada ginjal yang berkibat gagal ginjal
(Ngastiyah,1997)
b. Etiologi
19
kronik
awitannya
mungkin
seperti
(Smeltzer,2001,
hlm.1440)
d. Patofisiologi
Menurut
Smeltzer(2001,
hlm.1440)
Glomerulonefritis
kronik
kasar dan
Banyak
pasien
dengan
penyakit
yang
telah
parah
Asidosis
metabolik
akibat
sekresi
asam
oleh
ginjal
dan
22
cimetidine,
azathioprine,
phenytoin,
thiazin,
lithium,,
23
berlanjut
tentang
masalah-masalah
yang
harus
25
3. Intervensi
a. Nyeri Kronis b.d peradangan dan trauma jaringan
Intervensi :
1) Catat keluhan nyeri, termasuk lokasi lamanya, intensitas (skala 0-10)
Rasional :
Nyeri tidak selalu ada tetapi bila ada harus dibandingkan dengan gejala
nyeri pasien sebelumnya dimana dapat membantu mendiagnosa
etiologi terjadinya komplikasi.
2) Kaji ulang faktor yang meningkatkan atau menurunkan nyeri
Rasional :
Membantu dalam membuat diagnosa dan kebutuhan terapi
3) Catat petunjuk nyeri non-verbal, contoh gelisah, menolak, bergerak,
berhati-hati
dengan
abdomen,
takikardi,
berkeringat.
Selidiki
dalam
menghubungkan
petunjuk
verbal
untuk
26
Rasional :
Untuk mengidentifikasi kemajuan ke arah atau penyimpanan dari hasil
yang diharapkan.
2) Berikan diuretik loop yang di programkan dan evaluasi efektivitasnya :
resolus edema, bunyi paru bersih, penurunan tekanan, peningkatan
haluaran urine, dan penurunan berat badan, natrium serum dalam batas
normal.
Rasional :
Hipertensi pada glomerulonefritis akut lebih tergantung pada volume
daripada renin. Diuretik mengeluarkan kelebihan cairan tubuh.
Hiponatremia, hipokalemia dan aidosis metabolik hipokoremik dapat
terjadi dengan terapi diuretik agresif.
3) Beritahu dokter tentang temuan yang menandakan berkembangnya
insufisiensi ginjal yang meliputi peningkatan BUN dan kreatinin
serum, dan penurunan secara kontinue haluaran urine disertai dengan
perubahan mental. Berikan obat yang diresepkan (agen sitotoksik
seperti cytoxan atau kortikosteroid seperti prednison) untuk mencegah
kerusakan glomerulus lanjut bila perkembangan glomerulonefritis
berjalan cepat evaluasi efektivitasnya. Jadwalkan obat untuk mencapai
efektivitas terapeutik maksimum dan hindari interaksi merugikan
antara obat dengan obat. Konsul pada referensi farmakologi atau
farmasis bila diperlukan
27
Rasional :
Tindakan
awal
untuk progresi
glomerulonefritis
adalah
agen
awal
untuk progresi
glomerulonefritis
adalah
agen
Rasional :
Untuk mengidentifikasi indikasi kemajuan ke arah atau penyimpangan
dari hasil yang diharapkan. Hemoglobin dan hemotokrit rendah
menyebabkan sedikit oksigen yang tersedia untuk digunakan oleh
tubuh, mengakibatkan kelelahan. Peningkatan BUM dan kreatinin
serum menandakan insufisiensi ginjal dan kebutuhan dialisa
28
Rasional :
Untuk mengidentifikasi indikasi kemajuan ke arah atau penyimpangan
dari hasil yang diharapkan. Anemia ditunjukkan oleh hemoglobin
rendah, menimbulkan kelelahan. Sehingga jumlah oksigen yang
tersedia untuk jaringan berkurang karena jumlah SDM yang membawa
oksigen lebih sedikit.
2) Berikan periode istirahat. Hindari gangguan. Batasi pengunjung bila
diindikasikan
Rasional :
Periode kerja singkat dengan periode istirahat menghemat konsumsi
oksigen
3) Mungkinkan aktivitas untuk ditoleransi. Bantu dalam AKS sesuai
kebutuhan. Hentikan aktivitas bila pasien mengeluh lelah, frekuensi
pernapasan lebih dari 24 X/menit dan frekuensi nadi lebih dari 100
X/menit dengan kerja minimal
Rasional :
Temuan ini menunjukkan intoleransi terhadap tingkat aktivitas
e. Risiko tinggi terhadap infeksi b.d Imunosupresi sekunder terhadap terapi
steroid, disfungsi imunologis.
Intervensi :
1) Pantau :
Rasional :
Untuk mengidentifikasi indikasi kemajuan ke arah atau penyimpangan
dari hasil yang diharapkan.
2) Ikuti tindakan keperawatan umum(tehnik mencuci tangan yang baik
sebelum dan sesudah kontak langsung dengan pasien, memakai sarung
tangan bila kontak dengan darah atau cairan tubuh yang mungkin
terjadi).
Rasional :
Untuk mencegah infeksi nasokomial. Tindakan kewaspadaan umum
menolong melindungi pasien dan yang merawatnya.
3) Konsul dokter jika manifestasi dari infeksi ditemukan seperti
peningkatan suhu, SDP lebih dari 10.000/mm3, urin keruh, bau
menyengat, diikuti oleh disuria. Jika diduga adanya infeksi salauran
kemih, lakukan pemeriksaan urine bersih untuk kultur.
Rasional :
Karena agen imunosupresif melemahkan kemampuan pasien untuk
melawan infeksi, infeksi oportunistik dapat berkembang.
f. Ansietas b.d fakor : takut tentang kemungkinan memburuknya kerusakan
ginjal, kurang pengetahuan, tentang pemeriksaan diagnostik, rencana
tindakan.
Intervensi :
1) Anjurkan pasien dan orang terdekat untuk mengungkapkan tentang
rasa takut. Berikan privasi tanpa gangguan. Sediakan waktu bersama
mereka untuk mengembangkan hubungan.
2) Berikan informasi tentang:
persiapan
yang
diperlukan
31
sebelum
pemeriksaan,
BAB III
Penutup
A. Kesimpulan
Glomerulonefritis adalah peradangan dari membran kapiler glomerulus.
Glomerulonefritis akut dapat dihasilkan dari penyakit sistemik atau penyakit
glomerulus primer, tapi glomerulonefritis akut post streptococcus (juga diketahui
sebagai glomerulonefritis proliferatif akut) adalah bentuk keadaan yang sebagian
besar terjadi. Infeksi dapat berasal dari faring atau kulit dengan streptococcus beta
hemolitik A sedangkan glomerulonefritis kronik adalah kategori heterogen dari
penyakit dengan berbagai kasus. Semua bentuk gambaran sebelumya dari
glomerulonefritis dapat meningkat menjadi keadan kronik.
B. Saran
32
Daftar Pustaka
33
34