Oleh
Inthoriqotul Khoiriah
NIM 152310101217
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
2018
LEMBAR PENGESAHAN
Hari :
Tanggal :
TIM PEMBIMBING
__________________________ _________________________
NIP.............................................. NIP............................................
BAB 1
KONSEP TEORI
Sistem perkemihan terdiri atas beberapa organ yaitu ginjal, ureter, vesika
urinaria (kandung kemih), dan uretra.
a. Ginjal
Ginjal adalah organ berbetuk dua-buncis yang terletak di bagian posterior
abdomen, satu buah pada setiap sisi kolumna vertebralis torakal ke-12
sampai vertebra lumbal ketiga,dimana ginjal kanan biasanya terletak agak
lebih rendah dari ginjal kiri karena hubungannya dengan hati. (Watson,
2002,hlm.384).Pada orang dewasa ginjal panjangnya 12-13 cm, lebarnya 6
cm dan beratnya antara 120-150 gram.
Fungsi vital ginjal :
Ginjal terbagi menjadi bagian eksternal yang disebut korteks dan bagian
internal yang dikenal sebag/ai medula. Pada manusia, setiap ginjal
tersusun dari kurang lebih 1 juta nefron.Nefron, yang dianggap sebagai
unit fungsional ginjal, terdiri atas sebuah glomerulus dan sebuah
tubulus.Seperti halnya pembuluh kapiler, dinding kapiler glomerulus
tersusun dari lapisan-lapisan endotel dan membrane basalis. Sel-sel epitel
berada pada salah satu sisi membrane basalis, dan sel-sel endotel pada sisi
lainnya. Glomerulus membentang dan membentuk tubulus yang terbagi
menjadi tiga bagian : tubulus proksimal, ansa henle, dan tubulus distal.
Tubulus distal bersatu untuk membentuk duktus pengumpul.Duktus ini
berjalan lewat korteks dan medulla renal untuk mengosongkan isinya ke
dalam pelvis ginjal.
b. Ureter
Terdiri dari dua saluran pipa masing-masing bersambung dari ginjal ke
kandung kemih (vesika urinaria) panjangnya ± 25-30 cm dengan
penampang ± 0,5 cm. Ureter sebagian terletak dalam rongga abdomen dan
sebagian terletak dalam rongga pelvis.
Lapisan dinding ureter terdiri dari
d. Uretra
1) Uretra prostaria
2) Uretra membranosa
3) Uretra kavernosa.
Lapisan uretra laki-laki terdiri dari lapisan mukosa (lapisan paling dalam),
dan lapisan submukosa. Selain saluran eksresi uretra laki-laki berfungsi
sebagai saluran reproduksi (tempat keluarnya sperma).
Uretra pada wanita terletak di belakang simfisis pubis, berjalan miring
sedikit kearah atas, panjangnya ± 3-4 cm. Lapisan uretra pada wanita
terdiri dari tunika muskularis (sebelah luar), lapisan spongeosa merupakan
pleksus dari vena-vena, dan lapisan mukosa (lapisan sebelah dalam).
Muara uretra pada wanita terletak di sebelah atas vagina (antara klitoris
dan vagina) dan uretra di sini hanya sebagai saluran eksresi.
Infeksi Saluran Kemih (ISK) atau Urinarius Tractus Infection (UTI) adalah
suatu keadaan adanya infasi mikroorganisme pada saluran kemih(Agus Tessy,
2001). Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah suatu keadaan adanya infeksi bakteri
pada saluran kemih(Enggram, Barbara, 1998). Infeksi saluran kemih dapat
mengenai baik laki-laki maupun perempuan dari semua umur baik pada anak-
anak, remaja, dweasa maupun umur lanjut. Akan tetapi dari dua jenis kelamin
tersebut ternyata wanita lebih sering terkena dari pada pria dengan angka populasi
umur kurang lebih 5-15%. Infeksi saluran kemih pada bagian tertentu dari saluran
perkemihan yang disebabkan oleh bakteri terutama scherichia coli : rtesiko dan
beratnya meningkat dengan kondiisi seperti refluks vesikouretral, obstruksi
saluran perkemihan, statis perkemihan, pemakaian instrumen uretral baru,
septikemia. (Susan Martin Tucker, dkk, 1998).
Infeksi traktus urinarius pada pria merupakan akibat dari menyebarnya infeksi
yang berasal dari uretra seperti juga pada wanita. Namun demikian, panjang uretra
dan jauhnya jarak antara uretra dari rektum pada pria dan adanya bakterisidal
dalam cairan prostatik melindungi pria dari infeksi traktus urinarius. Akibatnya
UTI pada pria jarang terjadi, namun ketika gangguan ini terjadi kali ini
menunjukkan adanya abnormalitas fungsi dan struktur dari traktus urinarius.
1.3 Epidemiologi
Infeksi saluran kemih (ISK) relatif sering terjadi pada bayi dan anak kecil.
Menurut kepustakaan demam dengan sebab yang tidak jelas pada anak berusia 2
bulan - 2 tahun sekitar 5% disebabkan oleh ISK dan prevalensi ISK anak
perempuan pada usia ini dua kali lebih tinggi dari pada anak laki - laki. Gejala
klinis ISK bervariasi tergantung kepada usia, intensitas reaksi inflamasi dan lokasi
infeksi pada saluran kemih. Anak berusia 2 bulan - 2 tahun yang menderita ISK
perlu mendapat perhatian khusus oleh karena gejala klinis yang tidak khas, cara
mendapatkan sampel urin yang invasif, dan mempunyai risiko terbesar untuk
terjadinya kerusakan ginjal. (Miesien , dkk, 2006).
1.3 Etiologi
Pada keadaan normal urin adalah steril. Umumnya ISK disebabkan oleh
kuman gram negatif. Escherichia coli merupakan penyebab terbanyak baik pada
yang simtomatik maupun yang asimtomatik yaitu 70 - 90%. Enterobakteria seperti
Proteus mirabilis (30 % dari infeksi saluran kemih pada anak laki-laki tetapi
kurang dari 5 % pada anak perempuan ), Klebsiella pneumonia dan Pseudomonas
aeruginosa dapat juga sebagai penyebab. Tabel 2.2: Famili, Genus dan Spesies
mikroorganisme (MO) yang Paling Sering Sebagai Penyebeb ISK (Sukandar, E.,
2004) Organisme gram positif seperti Streptococcus faecalis (enterokokus),
Staphylococcus epidermidis dan Streptococcus viridans jarang ditemukan. Pada
uropati obstruktif dan kelainan struktur saluran kemih pada anak laki-laki sering
ditemukan Proteus species. Pada ISK nosokomial atau ISK kompleks lebih sering
ditemukan kuman Proteus dan Pseudomonas. (Lumbanbatu, S.M., 2003).
1.4 Klasifikasi
Infeksi dapat diklasifikasikan berdasarkan lokasi infeksi di dalam saluran
kemih. Akan tetapi karena adanya hubungan satu lokasi dengan lokasi lain sering
didapatkan bakteri di dua lokasi yang berbeda. Klasifikasi diagnosis Infeksi
Saluran Kemih dan Genitalia Pria yang dimodifikasikan dari panduan EAU
(European Association of Urology) dan IDSA (Infectious Disease Society of
America) terbagi kepada ISK non komplikata akut pada wanita, pielonefritis non
komplikata akut, ISK komplikata, bakteriuri asimtomatik, ISK rekurens, uretritis
dan urosepsis (Naber KG et al). Pielonefritis akut (PNA) adalah proses inflamasi
parenkim ginjal yang disebabkan infeksi bakteri. Pielonefritis kronis (PNK)
mungkin akibat lanjut dari infeksi bakteri berkepanjangan atau infeksi sejak masa
kecil. Obstruksi saluran kemih dan refluks vesikoureter dengan atau tanpa
bakteriuria kronik sering diikuti pembentukan jaringan ikat parenkim ginjal yang
ditandai pielonifritis kronik yang spesifik. (Sukandar, E., 2004).
Selain itu, ISK juga dinyatakan sebagai ISK uncomplicated (simple) dan
ISK complicated. ISK simple adalah infeksi yang terjadi pada insan sehat dan
tidak menyebar ke tempat tubuh yang lain. ISK simple ini biasanya sembuh
sempurna sesuai dengan pemberian obat. Sementara ISK complicated adalah
infeksi yang disebabkan oleh kelainan anatomis pada seluran kemih, menyebar ke
bagian tubuh yang lain, bertambah berat dengan underlying disease, ataupun
bersifat resisten terhadap pengobatan. Berbanding dengan yang simple, ISK
complicated lebih sukar diobati.
1.5 Patofisiologi
Secara hematogen yaitu: sering terjadi pada pasien yang system imunnya rendah
sehingga mempermudah penyebaran infeksi secara hematogen Ada beberapa hal
yang mempengaruhi struktur dan fungsi ginjal sehingga mempermudah
penyebaran hematogen, yaitu: adanya bendungan total urine yang mengakibatkan
distensi kandung kemih, bendungan intrarenal akibat jaringan parut, dan lain-lain.
Pada usia lanjut terjadinya ISK ini sering disebabkan karena adanya:
Sisa urin dalam kandung kemih yang meningkat tersebut mengakibatkan distensii
yang berlebihan sehingga menimbulkan nyeri, keadaan ini mengakibatkan
penurunan resistensi terhadap invasi bakteri dan residu kemih menjadi media
pertumbuhan bakteri yang selanjutnya akan mengakibatkan gangguan fungsi
ginjal sendiri, kemudian keadaan ini secara hematogen menyebar ke suluruh
traktus urinarius. Selain itu, beberapa hal yang menjadi predisposisi ISK, antara
lain: adanya obstruksi aliran kemih proksimal yang menakibtakan penimbunan
cairan bertekanan dalam pelvis ginjal dan ureter yang disebut sebagai
hidronefroses. Penyebab umum obstruksi adalah: jaringan parut ginjal, batu,
neoplasma dan hipertrofi prostate yang sering ditemukan pada laki-laki diatas usia
60 tahun.
a. Jenis-jenis mikroorganisme yang menyebabkan ISK, antara lain:
1) Escherichia Coli: 90 % penyebab ISK uncomplicated (simple)
2) Pseudomonas, Proteus, Klebsiella : penyebab ISK complicated
3) Enterobacter, staphylococcus epidemidis, enterococci, dan-lain-
lain.
b. Prevalensi penyebab ISK pada usia lanjut, antara lain:
1) Sisa urin dalam kandung kemih yang meningkat akibat
pengosongan kandung kemih yang kurang efektif
2) Mobilitas menurun
3) Nutrisi yang sering kurang baik
4) Sistem imunitas menurun, baik seluler maupun humoral
5) Adanya hambatan pada aliran urin
6) Hilangnya efek bakterisid dari sekresi prostat.
a. Minum air putih dalam jumlah yang banyak agar urine yang keluar juga
meningkat (merangsang diuresis).
b. Buang air kecil sesuai kebutuhan untuk membilas mikroorganisme yang
mungkin naik ke uretra.
c. Menjaga dengan baik kebersihan sekitar organ intim dan saluran kencing
agar bakteri tidak mudah berkembang biak.
d. Diet rendah garam untuk membantu menurunkan tekanan darah.
e. Mengkonsumsi jus anggur atau cranberry untuk mencegah infeksi saluran
kemih berulang.
f. Mengkonsumsi makanan yang kaya akan zat besi, misalnya buah-buahan,
daging tanpa lemak dan kacang-kacangan.
g. Tidak menahan bila ingin berkemih.
BAB 3
PROSES KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
1. Identitas
Pada BBL, baik perempuan atau laki-laki mempunyai resiko terkena ISK
yang sama besar (3 bulan- 1 tahun). Namun bila sudah besar , anak
permpuan memiliki resiko lebih tinggi untuk terkena infeksi. pada
neonates kurang dari 3 bulan lebih banyak ditemukan dapa bayi laki-laki.
pada usia sekolah jumlah pasien perempuan 3-4 kali lebih banyak dari
pada laki-laki.
2. Keluhan utama
Keluhan yang sering dirasakan adlah demam. Pada anak-anak karena
gejala yang kurang jelas, ketika perempuan berusia kurang dari dua tahun
atau laki-laki di kurang dari satu tahun yang belum disunat mengalami
demam, bayi mungkin sulit makan, muntah, lebih banyak tidur, atau
tampak kuning. Pada anak yang lebih besar, dapat timbul gejala baru
inkontinensia (hilangnya kontrol kandung kemih).
3. Riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
Awalnya anak-anak biasanya demam, adanya rasa sakit pada saat
buang air kecil. Namun pada anak yang berusia lebih muda, hal
tersebut tidak begitu terlihat. Jika infeksi memburuk, anak dapat
mengeluarkan urin yang keruh maupun berdarah, bau urin yang
menyengat, frekuensi buang air kecil yang meningkat, dan sakit pada
area pinggang belakang.
b. Riwayat Kesehatan Dahulu
1) Prenatal Care
Berisi Pemeriksaan kehamilan , Keluhan selama hamil ,Riwayat
,Kenaikan BB selama hamil ,Imunisasi TT , Golongan darah ibu
dan ayah.
2) natal
tanyakan pada keluarga pasien : Tempat melahirkan,Lama dan jenis
persalinan (spontan/SC), Penolong persalinan ,Cara untuk
memudahkan persalinan, Komplikasi waktu lahir
3) Postnatal
Tanyakan Kondisi bayi (BB dan TB), Apakah anak mengalami
penyakit , Problem menyusui, riwayat penyakit sebelumnya:
Penyakit yang pernah dialami
Kecelakaan yang dialami
Pernah makan obat–obatan ,zat/subtansi kimia
Komsumsi obat-obatan bebas
Perkembangan anak dibanding saudara-saudaranya
c. Riwayat Penyakit Keluarga
Adanya riwayat penyakit kongenital, adakah saudara yang memiliki
riwayat ISK, anggota keluarga yang memiliki riwayat Hipertensi, DM,
dan batu ginjal.
d. Riwayat Imunisasi
No Jenis Imunisasi Waktu Reaksi setelah
pemberian pemberian
1. BCG
2. DPT (I,II,III)
3. Polio (I,II,III,IV)
4. Campak
5. Hepatitis
e. Riwayat Tumbuh Kembang
1) Pertumbuhan
Fisik
Berat badan :-
Tinggi badan :-
Waktu tumbuh gigi : …bulan, Tanggal gigi: ….
2) Perkembangan tiap tahap usia anaksaat
1. Berguling :
2. Duduk:
3.Merangkap:
4.Berdiri:
5.berjalan:
6. Senyum kepada orang orang lain pertama kali :
7.bicarapertamakali:
8. Berpakaian tanpa bantuan:
f. Riwayat Nutrisi
1. Pemberian ASI
a. Pertama kali disusui:
b. Cara pemberian:
c. Lama pemberian:
d. Asi diberikan sampai umur:
2. Pemberian susu formula: diberikan mulai usia berapa, jumlah yang
diberikan tiap kali pemberian, adanya riwayat alergi dll.
3. Pola perubahan nutrisi tiap tahap usia sampai nutrisi saat ini
h. Riwayat Spiritual
Berisi tentang dukungan keluarga kepada anak dan kegiatan
keagamaan yang sedang dilakukan.
i. Riwayat Hospitalisasi
Berisi tentang:
1. Pengalaman keluarga tentang sakit dan rawat inap
2. Pemahaman anak tentang sakit dan rawat inap (dikaji karena
klien tidak sadar)
j. Aktivitas Sehari-hari
1. Nutrisi
Kondisi Sebelum Sakit dan Saat Sakit. Meliputi selera makan,
menu makan, frekuensi makan, makanan pantangan,
pembatasan pola makan, cairan makan, dan ritual saat makan
baik.
2. Cairan
Kaji kondisi sebelum dan saat sakit. Meliputi, jenis kamanan,
frekuensi minum, kebutuhan cairan, dan cara pemenuhan
(pemenuhan dengan air putih, the, atau susu).
k. Eliminasi
Kaji kondisi sebelum dan saat sakit. Meliputi frekuensi, konsistensi,
warga dan bau.
Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit.
l. istirahat Tidur
Berisi tentang kondisi sebelum dan saat sakit. Meliputi, jam tidur, pola
tidur, kebiasaan sebelum tidur, kesulitan tidur.
m. Personal Hygiene
Berisikan tentang cara perawatan diri sebelum dan saat sakit.
Meliputu, mandi, cuci rambut, gunting kuku, gosok gigi.
n. Aktivitas/mobilitas fisik
Berisikan kondisi sebelum dan saat sakit. Meliputi, kegiatan sehari-
hari, pengaturan jadwal harian, penggunaan alat bantu aktivitas,
kesulitan pergerakan tubuh bermain.
o. Rekreasi
Beririkan kondisi sebelum sakit dan saat sakit. Meliputi, perasaan saat
sekolah, waktu luang, pasangan setelah rekreasi, waktu senggang
keluarga, kegiatan hari libur saat belum sekolah.
4. Pemeriksaan Fisik
a. keadaan umum
Didapatkan Klien tampak lemah.
b. Tingkat Kesadaran
Normal GCS 4-5-6
c. Sistem Respirasi
Pernafasan normal yaitu 16-20x/menit
d. Sistem Kardiovaskuler
Terjadi penurunan tekanan darah
e. Sistem Integumen
Kulit kering, turgor kulit menurun, rambut agak kusam.
f. Sistem Gastrointestinal
Bibir kering pecah-pecah, mukosa mulut kering, lidah kotor.
g. Sistem Muskuloskeletal.
Klien lemah, terasa lelah tapi tidak didapatkan adanya kelainan.
h. Sistem Abdomen
Pada palpasi didapatkan adanya nyeri tekan pada ginjal akibat adanya
peradangan akut maupun kronis dari ginjal atau saluran kemih yang
mengenai pelvis ginjal, pielonefritis, cystitis, uretra.
Pemberian analgesic:
1. Monitor vital sign
sebelum dan sesudah
pemberian analgesik
pertama kali
2. Berikan analgesik tepat
waktu terutama saat nyeri
hebat
3. Evaluasi efektivitas
analgesik, tanda dan gejala
(efek samping)
2. Setelah dilakukan
Perubahan pola a. Ukur dan catat
tindakan keperawatan
eliminasi urine ( urine setiap kali
selama 3 x 24 jam klien
disuria, berkemih
dapat mempertahankan
dorongan, b. Anjurkan untuk
pola eliminasi secara
frekuensi, dan berkemih setiap 2-3
adekuat dengan kriteria
atau nokturia ) jam
hasil.
yang c. Palpasi kandung
a) Klien dapat
berhubungan kemih tiap 4 jam
dengan ISK. berkemih setiap 3 d. Bantu klien ke
jam kamar kecil ,
b) Klien tidak memakai pispot /
kesulitan pada saat urinal.
berkemih e. Bantu klien
c) Klien dapat BAK mendapatkan
dan berkemih poosisi berkemih
yang nyaman.
3.
Nyeri yang Setelah dilakukan a. Kaji inensitas,
berhubungan tindakan keperawatan lokasi dan faktor
dengan ISK. selama 3 x 24 jam yang memberatkan
pasien merasa nyaman atau meringankan
dan nyerinya nyeri.
berkurang dengan b. Berikan waktu
kriteria hasil: istirahat yang cukup
1. Pasien mengatakan dan tingkat aktivitas
/ tidak ada keluhan yang dapat di
pada saat berkemih toleran
2. Kandung kemih c. Anjurkan minum
tidak tegang banyak 2-3 liter
3. Passien tampak jikatidak ada kontra
tenang indikasi.
4. Ekspresi wajah d. Berikan obat
tenang analgetik sesuai
dengan program
terapi.
2.
Perubahan pola Mengukur dan catat urine setiap kali
eliminasi urine ( berkemih
disuria, dorongan, Menganjurkan untuk berkemih setiap
frekuensi, dan atau 2-3 jam
nokturia ) yang Mempalpasi kandung kemih tiap 4
berhubungan jam
dengan ISK. Membantu klien ke kamar kecil ,
memakai pispot / urinal.
Membantu klien mendapatkan
poosisi berkemih yang nyaman.
3.
Perubahan pola Mengkaji inensitas, lokasi dan faktor
eliminasi urine ( yang memberatkan atau
disuria, dorongan, meringankan nyeri.
frekuensi, dan atau Memberikan waktu istirahat yang
nokturia ) yang cukup dan tingkat aktivitas yang
berhubungan dapat di toleran
dengan ISK. Menganjurkan minum banyak 2-3
liter jikatidak ada kontra indikasi.
Memberikan obat analgetik sesuai
dengan program terapi.
BAB 4
DISCHARGE PLANNING
DAFTAR PUSTAKA