Anda di halaman 1dari 33

LAPORAN PENDAHULUAN APLIKASI KLINIS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN ISK PADA ANAK


DI RUANG PERAWATAN LANTAI 3 RUMAH SAKIT UMUM
KALIWATES JEMBER

Oleh

Inthoriqotul Khoiriah

NIM 152310101217

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS JEMBER

2018
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan kasus komprehensif I yang dibuat oleh:

Nama : Inthoriqotul Khoiriah


NIM : 152310101217
Judul : ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN ISK
(ANAK) DI RUANG RAWAT INAP IRNA LANTAI 3 RUMAH
SAKIT UMUM KALIWATES JEMBER

telah diperiksa dan disahkan oleh pembimbing pada:

Hari :
Tanggal :

Jember, Januari 2018

TIM PEMBIMBING

Pembimbing Akademik, Pembimbing Klinik,

__________________________ _________________________
NIP.............................................. NIP............................................
BAB 1

KONSEP TEORI

1.1 Anatomi Fisiologi Sitem Perkemihan

Sistem perkemihan terdiri atas beberapa organ yaitu ginjal, ureter, vesika
urinaria (kandung kemih), dan uretra.

a. Ginjal
Ginjal adalah organ berbetuk dua-buncis yang terletak di bagian posterior
abdomen, satu buah pada setiap sisi kolumna vertebralis torakal ke-12
sampai vertebra lumbal ketiga,dimana ginjal kanan biasanya terletak agak
lebih rendah dari ginjal kiri karena hubungannya dengan hati. (Watson,
2002,hlm.384).Pada orang dewasa ginjal panjangnya 12-13 cm, lebarnya 6
cm dan beratnya antara 120-150 gram.
Fungsi vital ginjal :

1) Sekresi air kemih dan pengeluarannya dari tubuh manusia.


2) Sebagai homeostasis.
3) Pengeluaran zat-zat toksin/racun
4) Memperlakukan suasana keseimbangan air,
5) Mempertahankan keseimbangan asam-basa cairan tubuh
6) Mempertahankan keseimbangan garam-garam dan zat-zat lain
dalam tubuh.

Ginjal terbagi menjadi bagian eksternal yang disebut korteks dan bagian
internal yang dikenal sebag/ai medula. Pada manusia, setiap ginjal
tersusun dari kurang lebih 1 juta nefron.Nefron, yang dianggap sebagai
unit fungsional ginjal, terdiri atas sebuah glomerulus dan sebuah
tubulus.Seperti halnya pembuluh kapiler, dinding kapiler glomerulus
tersusun dari lapisan-lapisan endotel dan membrane basalis. Sel-sel epitel
berada pada salah satu sisi membrane basalis, dan sel-sel endotel pada sisi
lainnya. Glomerulus membentang dan membentuk tubulus yang terbagi
menjadi tiga bagian : tubulus proksimal, ansa henle, dan tubulus distal.
Tubulus distal bersatu untuk membentuk duktus pengumpul.Duktus ini
berjalan lewat korteks dan medulla renal untuk mengosongkan isinya ke
dalam pelvis ginjal.

Proses pembentukan urine dimulai ketika darah mengalir lewat


glomerulus. Glomerulus yang merupakan struktur awal nefron, tersusun
dari jonjot-jonjot kapiler yang mendapat darah dari vasa aferen dan
mengalirkan darah balik lewat vasa everen. Tekanan darah menentukan
berapa tekanan dan kecepatan aliran darah yang melewati
glomerulus.Ketika darah berjalan melewati struktur ini, filtrasi terjadi. Air
dan molekul-molekul yang kecil akan dibiarkan lewat sementara molekul-
molekul yang besar tetap tertahan di dalam aliran darah. Cairan disaring
lewat dinding jonjot-jonjot kapiler glomerulus dan memasuki tubulus.
Cairan ini dikenal sebagai ”Fitrat”.
Dalam kondisi yang normal, kurang dari 20 % dari plasma yang
melewati glomerulus akan disaring ke dalam nefron dengan jumlah yang
mencapai sekitar 180 liter filtrat perhari. Filtrat tersebut yang sangat
serupa dengan plasma darah tanpa molekul yang besar (protein, sel darah
merah, sel darah putih dan trombosit) pada hakekatnya terdiri atas air,
elektrolit, dan molekul kecil lainnya. Dalam tubulus, sebagian substansi ini
secara selektif diabsopsi ulang ke dalam darah.Substansi lainnya
disekresikan dari darah ke dalam fitrat ketika fitrat tersebut mengalir di
sepanjang tubulus. Fitrat akan dipekatkan dalam tubulus distal serta duktus
pengumpul, dan kemudian menjadi urin yang mencapai pelvis ginjal.
Sebagai substansi, seperti glukosa, normalnya akan diabsorpsi kembali
seluruhnya dalam tubulus dan tidak akan terlihat dalam urin.
Proses reabsorpsi serta sekresi dalam tubulus sering mencakup transportasi
aktif dan memerlukan penggunaan energi. Berbagai substansi secara
normal disaring oleh glomerulus, direabsorpsi oleh tubulus dan
diekskresikan ke dalam urin mencakup natrium, klorida, bikarbonat,
kalium, glukosa, ureum, kreatinin, serta asam urat.

Urine terbentuk dalam unit-unit fungsional ginjal yang disebut nefron.


Urine yang terbentuk dalam nefron ini akan mengalir ke dalam duktus
pengumpul dan tubulus renal yang kemudian menyatu untuk membentuk
pelvis ginjal. Setiap pelvis akan membentuk ureter. Ureter merupakan pipa
panjang dengan dinding yang sebagian besar terdiri atas otot polos.Organ
ini menghubungkan setiap ginjal dengan kandung kemih dan berfungsi
sebagai pipa untuk menyalurkan urin.

b. Ureter
Terdiri dari dua saluran pipa masing-masing bersambung dari ginjal ke
kandung kemih (vesika urinaria) panjangnya ± 25-30 cm dengan
penampang ± 0,5 cm. Ureter sebagian terletak dalam rongga abdomen dan
sebagian terletak dalam rongga pelvis.
Lapisan dinding ureter terdiri dari

1) Dinding luar jaringan ikat (jaringan fibrosa)


2) Lapisan tengah otot polos
3) Lapisan sebelah dalam lapisan mukosa.

Lapisan dinding ureter menimbulkan gerakan-gerakan peristaltik tiap 5


menit sekali yang akan mendorong air kemih masuk ke dalam kandung
kemih (vesika urinaria).
Ureter berjalan hampir vertikal ke bawah sepanjang fasia muskulus psoas
dan dilapisi oleh pedtodinium. Penyempitan ureter terjadi pada tempat
ureter meninggalkan pelvis renalis, pembuluh darah, saraf dan pembuluh
sekitarnya mempunyai saraf sensorik.

c. Kandung kemih (vesika urinaria)


Kandung kemih merupakan organ berongga yang terletak di sebelah
anterior tepat dibelakang os.pubis. Organ ini berungsi sebagai wadah
sementara untuk menampung urine. Sebagian besar dinding kandung
kemih tersusun dari otot polos yang dinamakan muskulus
detrusor.Kontraksi otot ini terutama berfungsi mengososngkan kandung
kemih pada saat buang air kecil (urinari). Uretra muncul dari kandung
kemih; pada laki-laki, uretra berjalan lewat penis dan pada wanita
bermuara tepat di sebela anterior vagina. Pada laki-laki kelenjar prostate
yang terletak tepat di bawah leher kandung kemih mengelilingi uretra di
sebelah posterior dan leteral. Sfingter urinalisis eksterna merupakan otot
volunteer yang bulat untuk mengendalikan proses awal urinasi.
Ginjal terbagi menjadi bagian eksternal yang disebut korteks dan bagian
internal yang dikenal sebag/ai medula. Pada manusia, setiap ginjal
tersusun dari kurang lebih 1 juta nefron.Nefron, yang dianggap sebagai
unit fungsional ginjal, terdiri atas sebuah glomerulus dan sebuah
tubulus.Seperti halnya pembuluh kapiler, dinding kapiler glomerulus
tersusun dari lapisan-lapisan endotel dan membrane basalis. Sel-sel epitel
berada pada salah satu sisi membrane basalis, dan sel-sel endotel pada sisi
lainnya. Glomerulus membentang dan membentuk tubulus yang terbagi
menjadi tiga bagian : tubulus proksimal, ansa henle, dan tubulus distal.
Tubulus distal bersatu untuk membentuk duktus pengumpul.Duktus ini
berjalan lewat korteks dan medulla renal untuk mengosongkan isinya ke
dalam pelvis ginjal.
Proses pembentukan urine dimulai ketika darah mengalir lewat
glomerulus. Glomerulus yang merupakan struktur awal nefron, tersusun
dari jonjot-jonjot kapiler yang mendapat darah dari vasa aferen dan
mengalirkan darah balik lewat vasa everen. Tekanan darah menentukan
berapa tekanan dan kecepatan aliran darah yang melewati
glomerulus.Ketika darah berjalan melewati struktur ini, filtrasi terjadi. Air
dan molekul-molekul yang kecil akan dibiarkan lewat sementara molekul-
molekul yang besar tetap tertahan di dalam aliran darah. Cairan disaring
lewat dinding jonjot-jonjot kapiler glomerulus dan memasuki tubulus.
Cairan ini dikenal sebagai ”Fitrat”.
Dalam kondisi yang normal, kurang dari 20 % dari plasma yang
melewati glomerulus akan disaring ke dalam nefron dengan jumlah yang
mencapai sekitar 180 liter filtrat perhari. Filtrat tersebut yang sangat
serupa dengan plasma darah tanpa molekul yang besar (protein, sel darah
merah, sel darah putih dan trombosit) pada hakekatnya terdiri atas air,
elektrolit, dan molekul kecil lainnya. Dalam tubulus, sebagian substansi ini
secara selektif diabsopsi ulang ke dalam darah.Substansi lainnya
disekresikan dari darah ke dalam fitrat ketika fitrat tersebut mengalir di
sepanjang tubulus. Fitrat akan dipekatkan dalam tubulus distal serta duktus
pengumpul, dan kemudian menjadi urin yang mencapai pelvis ginjal.
Sebagai substansi, seperti glukosa, normalnya akan diabsorpsi kembali
seluruhnya dalam tubulus dan tidak akan terlihat dalam urin.
Proses reabsorpsi serta sekresi dalam tubulus sering mencakup
transportasi aktif dan memerlukan penggunaan energi. Berbagai substansi
secara normal disaring oleh glomerulus, direabsorpsi oleh tubulus dan
diekskresikan ke dalam urin mencakup natrium, klorida, bikarbonat,
kalium, glukosa, ureum, kreatinin, serta asam urat.

d. Uretra

Uretra merupakan saluran sempit yang berpangkal pada kandung kemih


yang berfungsi menyalurkan air kemiih keluar.

Pada laki-laki terdiri dari :

1) Uretra prostaria
2) Uretra membranosa
3) Uretra kavernosa.

Lapisan uretra laki-laki terdiri dari lapisan mukosa (lapisan paling dalam),
dan lapisan submukosa. Selain saluran eksresi uretra laki-laki berfungsi
sebagai saluran reproduksi (tempat keluarnya sperma).
Uretra pada wanita terletak di belakang simfisis pubis, berjalan miring
sedikit kearah atas, panjangnya ± 3-4 cm. Lapisan uretra pada wanita
terdiri dari tunika muskularis (sebelah luar), lapisan spongeosa merupakan
pleksus dari vena-vena, dan lapisan mukosa (lapisan sebelah dalam).
Muara uretra pada wanita terletak di sebelah atas vagina (antara klitoris
dan vagina) dan uretra di sini hanya sebagai saluran eksresi.

1.2 Definisi Infeksi Saluran Kemih

Infeksi Saluran Kemih (ISK) atau Urinarius Tractus Infection (UTI) adalah
suatu keadaan adanya infasi mikroorganisme pada saluran kemih(Agus Tessy,
2001). Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah suatu keadaan adanya infeksi bakteri
pada saluran kemih(Enggram, Barbara, 1998). Infeksi saluran kemih dapat
mengenai baik laki-laki maupun perempuan dari semua umur baik pada anak-
anak, remaja, dweasa maupun umur lanjut. Akan tetapi dari dua jenis kelamin
tersebut ternyata wanita lebih sering terkena dari pada pria dengan angka populasi
umur kurang lebih 5-15%. Infeksi saluran kemih pada bagian tertentu dari saluran
perkemihan yang disebabkan oleh bakteri terutama scherichia coli : rtesiko dan
beratnya meningkat dengan kondiisi seperti refluks vesikouretral, obstruksi
saluran perkemihan, statis perkemihan, pemakaian instrumen uretral baru,
septikemia. (Susan Martin Tucker, dkk, 1998).
Infeksi traktus urinarius pada pria merupakan akibat dari menyebarnya infeksi
yang berasal dari uretra seperti juga pada wanita. Namun demikian, panjang uretra
dan jauhnya jarak antara uretra dari rektum pada pria dan adanya bakterisidal
dalam cairan prostatik melindungi pria dari infeksi traktus urinarius. Akibatnya
UTI pada pria jarang terjadi, namun ketika gangguan ini terjadi kali ini
menunjukkan adanya abnormalitas fungsi dan struktur dari traktus urinarius.

1.3 Epidemiologi
Infeksi saluran kemih (ISK) relatif sering terjadi pada bayi dan anak kecil.
Menurut kepustakaan demam dengan sebab yang tidak jelas pada anak berusia 2
bulan - 2 tahun sekitar 5% disebabkan oleh ISK dan prevalensi ISK anak
perempuan pada usia ini dua kali lebih tinggi dari pada anak laki - laki. Gejala
klinis ISK bervariasi tergantung kepada usia, intensitas reaksi inflamasi dan lokasi
infeksi pada saluran kemih. Anak berusia 2 bulan - 2 tahun yang menderita ISK
perlu mendapat perhatian khusus oleh karena gejala klinis yang tidak khas, cara
mendapatkan sampel urin yang invasif, dan mempunyai risiko terbesar untuk
terjadinya kerusakan ginjal. (Miesien , dkk, 2006).

1.3 Etiologi
Pada keadaan normal urin adalah steril. Umumnya ISK disebabkan oleh
kuman gram negatif. Escherichia coli merupakan penyebab terbanyak baik pada
yang simtomatik maupun yang asimtomatik yaitu 70 - 90%. Enterobakteria seperti
Proteus mirabilis (30 % dari infeksi saluran kemih pada anak laki-laki tetapi
kurang dari 5 % pada anak perempuan ), Klebsiella pneumonia dan Pseudomonas
aeruginosa dapat juga sebagai penyebab. Tabel 2.2: Famili, Genus dan Spesies
mikroorganisme (MO) yang Paling Sering Sebagai Penyebeb ISK (Sukandar, E.,
2004) Organisme gram positif seperti Streptococcus faecalis (enterokokus),
Staphylococcus epidermidis dan Streptococcus viridans jarang ditemukan. Pada
uropati obstruktif dan kelainan struktur saluran kemih pada anak laki-laki sering
ditemukan Proteus species. Pada ISK nosokomial atau ISK kompleks lebih sering
ditemukan kuman Proteus dan Pseudomonas. (Lumbanbatu, S.M., 2003).

1.4 Klasifikasi
Infeksi dapat diklasifikasikan berdasarkan lokasi infeksi di dalam saluran
kemih. Akan tetapi karena adanya hubungan satu lokasi dengan lokasi lain sering
didapatkan bakteri di dua lokasi yang berbeda. Klasifikasi diagnosis Infeksi
Saluran Kemih dan Genitalia Pria yang dimodifikasikan dari panduan EAU
(European Association of Urology) dan IDSA (Infectious Disease Society of
America) terbagi kepada ISK non komplikata akut pada wanita, pielonefritis non
komplikata akut, ISK komplikata, bakteriuri asimtomatik, ISK rekurens, uretritis
dan urosepsis (Naber KG et al). Pielonefritis akut (PNA) adalah proses inflamasi
parenkim ginjal yang disebabkan infeksi bakteri. Pielonefritis kronis (PNK)
mungkin akibat lanjut dari infeksi bakteri berkepanjangan atau infeksi sejak masa
kecil. Obstruksi saluran kemih dan refluks vesikoureter dengan atau tanpa
bakteriuria kronik sering diikuti pembentukan jaringan ikat parenkim ginjal yang
ditandai pielonifritis kronik yang spesifik. (Sukandar, E., 2004).
Selain itu, ISK juga dinyatakan sebagai ISK uncomplicated (simple) dan
ISK complicated. ISK simple adalah infeksi yang terjadi pada insan sehat dan
tidak menyebar ke tempat tubuh yang lain. ISK simple ini biasanya sembuh
sempurna sesuai dengan pemberian obat. Sementara ISK complicated adalah
infeksi yang disebabkan oleh kelainan anatomis pada seluran kemih, menyebar ke
bagian tubuh yang lain, bertambah berat dengan underlying disease, ataupun
bersifat resisten terhadap pengobatan. Berbanding dengan yang simple, ISK
complicated lebih sukar diobati.

1.5 Patofisiologi

Infeksi Saluran Kemih disebabkan oleh adanya mikroorganisme patogenik dalam


traktus urinarius. Mikroorganisme ini masuk melalui : kontak langsung dari
tempat infeksi terdekat, hematogen, limfogen. Ada dua jalur utama terjadinya
ISK, asending dan hematogen. Secara asending yaitu:

1) masuknya mikroorganisme dalm kandung kemih, antara lain: factor


anatomi dimana pada wanita memiliki uretra yang lebih pendek daripada
laki-laki sehingga insiden terjadinya ISK lebih tinggi, factor tekanan urine
saat miksi, kontaminasi fekal, pemasangan alat ke dalam traktus urinarius
(pemeriksaan sistoskopik, pemakaian kateter), adanya dekubitus yang
terinfeksi.
2) Naiknya bakteri dari kandung kemih ke ginjal

Secara hematogen yaitu: sering terjadi pada pasien yang system imunnya rendah
sehingga mempermudah penyebaran infeksi secara hematogen Ada beberapa hal
yang mempengaruhi struktur dan fungsi ginjal sehingga mempermudah
penyebaran hematogen, yaitu: adanya bendungan total urine yang mengakibatkan
distensi kandung kemih, bendungan intrarenal akibat jaringan parut, dan lain-lain.
Pada usia lanjut terjadinya ISK ini sering disebabkan karena adanya:

1) Sisa urin dalam kandung kemih yang meningkat akibat pengosongan


kandung kemih yang tidak lengkap atau kurang efektif.
2) Mobilitas menurun
3) Nutrisi yang sering kurang baik
4) System imunnitas yng menurun
5) Adanya hambatan pada saluran urin
6) Hilangnya efek bakterisid dari sekresi prostat.

Sisa urin dalam kandung kemih yang meningkat tersebut mengakibatkan distensii
yang berlebihan sehingga menimbulkan nyeri, keadaan ini mengakibatkan
penurunan resistensi terhadap invasi bakteri dan residu kemih menjadi media
pertumbuhan bakteri yang selanjutnya akan mengakibatkan gangguan fungsi
ginjal sendiri, kemudian keadaan ini secara hematogen menyebar ke suluruh
traktus urinarius. Selain itu, beberapa hal yang menjadi predisposisi ISK, antara
lain: adanya obstruksi aliran kemih proksimal yang menakibtakan penimbunan
cairan bertekanan dalam pelvis ginjal dan ureter yang disebut sebagai
hidronefroses. Penyebab umum obstruksi adalah: jaringan parut ginjal, batu,
neoplasma dan hipertrofi prostate yang sering ditemukan pada laki-laki diatas usia
60 tahun.
a. Jenis-jenis mikroorganisme yang menyebabkan ISK, antara lain:
1) Escherichia Coli: 90 % penyebab ISK uncomplicated (simple)
2) Pseudomonas, Proteus, Klebsiella : penyebab ISK complicated
3) Enterobacter, staphylococcus epidemidis, enterococci, dan-lain-
lain.
b. Prevalensi penyebab ISK pada usia lanjut, antara lain:
1) Sisa urin dalam kandung kemih yang meningkat akibat
pengosongan kandung kemih yang kurang efektif
2) Mobilitas menurun
3) Nutrisi yang sering kurang baik
4) Sistem imunitas menurun, baik seluler maupun humoral
5) Adanya hambatan pada aliran urin
6) Hilangnya efek bakterisid dari sekresi prostat.

1.6 Manifestasi Klinis


Gejala klinik ISK pada anak sangat bervariasi, ditentukan oleh intensitas
reaksi peradangan, letak infeksi (ISK atas dan ISK bawah), dan umur pasien.
Sebagian ISK pada anak merupakan ISK asimtomatik, umumnya ditemukan pada
anak umur sekolah, terutama anak perempuan dan biasanya ditemukan pada uji
tapis (screening programs). ISK asimtomatik umumnya tidak berlanjut menjadi
pielonefritis dan prognosis jangka panjang baik.
Pada masa neonatus, gejala klinik tidak spesifik dapat berupa apati, anoreksia,
ikterus atau kolestatis, muntah, diare, demam, hipotermia, tidak mau minum,
oliguria, iritabel, atau distensi abdomen. Peningkatan suhu tidak begitu tinggi dan
sering tidak terdeteksi. Kadang-kadang gejala klinik hanya berupa apati dan warna
kulit keabu-abuan (grayish colour).
Pada bayi sampai satu tahun, gejala klinik dapat berupa demam, penurunan
berat badan, gagal tumbuh, nafsu makan berkurang, cengeng, kolik, muntah,
diare, ikterus, dan distensi abdomen. Pada palpasi ginjal anak merasa kesakitan.
Demam yang tinggi dapat disertai kejang. Pada umur lebih tinggi yaitu sampai 4
tahun, dapat terjadi demam yang tinggi hingga menyebabkan kejang, muntah dan
diare bahkan dapat timbul dehidrasi. Pada anak besar gejala klinik umum biasanya
berkurang dan lebih ringan, mulai tampak gejala klinik lokal saluran kemih
berupa polakisuria, disuria, urgency, frequency, ngompol, sedangkan keluhan
sakit perut, sakit pinggang, atau pireksia lebih jarang ditemukan.
Pada pielonefritis dapat dijumpai demam tinggi disertai menggigil, gejala
saluran cerna seperti mual, muntah, diare. Tekanan darah pada umumnya masih
normal, dapat ditemukan nyeri pinggang. Gejala neurologis dapat berupa iritabel
dan kejang. Nefritis bakterial fokal akut adalah salah satu bentuk pielonefritis,
yang merupakan nefritis bakterial interstitial yang dulu dikenal sebagai nefropenia
lobar.
Pada sistitis, demam jarang melebihi 380C, biasanya ditandai dengan nyeri
pada perut bagian bawah, serta gangguan berkemih berupa frequensi, nyeri waktu
berkemih, rasa diskomfort suprapubik, urgensi, kesulitan berkemih, retensio urin,
dan enuresis.

1.7 Pemeriksaan Penunjang


a. Urinalisis
1) Leukosuria atau piuria: merupakan salah satu petunjuk penting adanya
ISK. Leukosuria positif bila terdapat lebih dari 5 leukosit/lapang
pandang besar (LPB) sediment air kemih
2) Hematuria: hematuria positif bila terdapat 5-10 eritrosit/LPB sediment
air kemih. Hematuria disebabkan oleh berbagai keadaan patologis baik
berupa kerusakan glomerulus ataupun urolitiasis.
b. Bakteriologis
1) Mikroskopis
2) Biakan bakteri
c. Kultur urine untuk mengidentifikasi adanya organisme spesifik
d. Hitung koloni: hitung koloni sekitar 100.000 koloni per milliliter urin dari
urin tampung aliran tengah atau dari specimen dalam kateter dianggap
sebagai criteria utama adanya infeksi.
e. Metode tes
1) Tes dipstick multistrip untuk WBC (tes esterase lekosit) dan nitrit (tes
Griess untuk pengurangan nitrat). Tes esterase lekosit positif: maka
psien mengalami piuria. Tes pengurangan nitrat, Griess positif jika
terdapat bakteri yang mengurangi nitrat urin normal menjadi nitrit.
2) Tes Penyakit Menular Seksual (PMS):
Uretritia akut akibat organisme menular secara seksual (misal,
klamidia trakomatis, neisseria gonorrhoeae, herpes simplek).
3) Tes- tes tambahan:
Urogram intravena (IVU). Pielografi (IVP), msistografi, dan
ultrasonografi juga dapat dilakukan untuk menentukan apakah infeksi
akibat dari abnormalitas traktus urinarius, adanya batu, massa renal
atau abses, hodronerosis atau hiperplasie prostate. Urogram IV atau
evaluasi ultrasonic, sistoskopi dan prosedur urodinamik dapat
dilakukan untuk mengidentifikasi penyebab kambuhnya infeksi yang
resisten.
1.8 Penatalaksanaan Farmakologi
Prinsip umum penatalaksanaan ISK adalah :
1. Eradikasi bakteri penyebab dengan menggunakan antibiotik yang sesuai
2. Mengkoreksi kelainan anatomis yang merupakan faktor predisposisi
Tujuan penatalaksanaan ISK adalah mencegah dan menghilangkan gejala,
mencegah dan mengobati bakteriemia dan bakteriuria, mencegah dan
mengurangi risiko kerusakan ginjal yang mungkin timbul dengan pemberian
obat-obatan yang sensitif, murah, aman dengan efek samping yang minimal.
Oleh karenan itu pola pengobatan ISK harus sesuai dengan bentuk ISK,
keadaan anatomi saluran kemih, serta faktor-faktor penyerta lainnya.
Bermacam cara pengobatan yang dilakukan untuk berbagai bentuk yang
berbeda dari ISK, antara lain :
a. Pengobatan dosis tunggal
b. Pengobatan jangka pendek (10-14 hari)
c. Pengobatan jangka panjang (4-6 minggu)
d. Pengobatan profilaksis dosis rendah
e. Pengobatan supresif.
(Sukandar: 2006 )

Penatalaksanaan ISK pada Bayi dan Anak Usia 2-24 Bulan

American Academy of Pediatrics (AAP) mempublikasikan panduan


mengenai diagnosis dan penatalaksanaan infeksi saluran kemih (ISK) pada bayi
dan anak usia 2-24 bulan dengan demam.
Beberapa hal yang penting adalah: Diagnosis infeksi saluran kemih
ditegakkan dari spesimen urin dengan piuria dan 50.000 koloni organisme
uropatogen/mL atau lebih. Untuk memfasilitasi diagnosis dan terapi ISK
rekuren, sebaiknya dilakukan pemantauan setelah 7-14 hari terapi anti-mikroba.
Untuk mendiagnosis abnormalitas anatomi, dilakukan pemeriksaan USG pada
ginjal dan kandung kemih. Karena evidence dari 6 studi terbaru tidak mendukung
penggunaan profi laksis anti-mikroba untuk mencegah ISK rekuren dengan
demam pada bayi tanpa vesicoureteral reflux (VUR) atau VUR grade 1-4,
voiding cystourethrography (VCUG) tidak direkomendasikan secara rutin setelah
ISK yang pertama.
VCUG direkomendasikan bila USG ginjal dan kandung kemih menunjukkan
adanya hidronefrosis, jaringan parut, atau VUR high grade, atau obstruksi
uropati atau keadaan klinik yang atipikal atau kompleks. Bayi dan anak dengan
ISK rekuren dan demam sebaiknya dilakukan VCUG. ISK yang akut diberi terapi
anti-mikroba untuk mengeliminasi infeksi, mencegah komplikasi, dan
mengurangi kemungkinan kerusakan ginjal. Anti-mikroba diberikan selama 7-14
hari.

1.9 Penatalaksanaan NonFarmakologi

a. Minum air putih dalam jumlah yang banyak agar urine yang keluar juga
meningkat (merangsang diuresis).
b. Buang air kecil sesuai kebutuhan untuk membilas mikroorganisme yang
mungkin naik ke uretra.
c. Menjaga dengan baik kebersihan sekitar organ intim dan saluran kencing
agar bakteri tidak mudah berkembang biak.
d. Diet rendah garam untuk membantu menurunkan tekanan darah.
e. Mengkonsumsi jus anggur atau cranberry untuk mencegah infeksi saluran
kemih berulang.
f. Mengkonsumsi makanan yang kaya akan zat besi, misalnya buah-buahan,
daging tanpa lemak dan kacang-kacangan.
g. Tidak menahan bila ingin berkemih.
BAB 3
PROSES KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
1. Identitas
Pada BBL, baik perempuan atau laki-laki mempunyai resiko terkena ISK
yang sama besar (3 bulan- 1 tahun). Namun bila sudah besar , anak
permpuan memiliki resiko lebih tinggi untuk terkena infeksi. pada
neonates kurang dari 3 bulan lebih banyak ditemukan dapa bayi laki-laki.
pada usia sekolah jumlah pasien perempuan 3-4 kali lebih banyak dari
pada laki-laki.
2. Keluhan utama
Keluhan yang sering dirasakan adlah demam. Pada anak-anak karena
gejala yang kurang jelas, ketika perempuan berusia kurang dari dua tahun
atau laki-laki di kurang dari satu tahun yang belum disunat mengalami
demam, bayi mungkin sulit makan, muntah, lebih banyak tidur, atau
tampak kuning. Pada anak yang lebih besar, dapat timbul gejala baru
inkontinensia (hilangnya kontrol kandung kemih).
3. Riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
Awalnya anak-anak biasanya demam, adanya rasa sakit pada saat
buang air kecil. Namun pada anak yang berusia lebih muda, hal
tersebut tidak begitu terlihat. Jika infeksi memburuk, anak dapat
mengeluarkan urin yang keruh maupun berdarah, bau urin yang
menyengat, frekuensi buang air kecil yang meningkat, dan sakit pada
area pinggang belakang.
b. Riwayat Kesehatan Dahulu
1) Prenatal Care
Berisi Pemeriksaan kehamilan , Keluhan selama hamil ,Riwayat
,Kenaikan BB selama hamil ,Imunisasi TT , Golongan darah ibu
dan ayah.
2) natal
tanyakan pada keluarga pasien : Tempat melahirkan,Lama dan jenis
persalinan (spontan/SC), Penolong persalinan ,Cara untuk
memudahkan persalinan, Komplikasi waktu lahir
3) Postnatal
Tanyakan Kondisi bayi (BB dan TB), Apakah anak mengalami
penyakit , Problem menyusui, riwayat penyakit sebelumnya:
 Penyakit yang pernah dialami
 Kecelakaan yang dialami
 Pernah makan obat–obatan ,zat/subtansi kimia
 Komsumsi obat-obatan bebas
 Perkembangan anak dibanding saudara-saudaranya
c. Riwayat Penyakit Keluarga
Adanya riwayat penyakit kongenital, adakah saudara yang memiliki
riwayat ISK, anggota keluarga yang memiliki riwayat Hipertensi, DM,
dan batu ginjal.
d. Riwayat Imunisasi
No Jenis Imunisasi Waktu Reaksi setelah
pemberian pemberian
1. BCG
2. DPT (I,II,III)
3. Polio (I,II,III,IV)
4. Campak
5. Hepatitis
e. Riwayat Tumbuh Kembang
1) Pertumbuhan
Fisik
Berat badan :-
Tinggi badan :-
Waktu tumbuh gigi : …bulan, Tanggal gigi: ….
2) Perkembangan tiap tahap usia anaksaat
1. Berguling :
2. Duduk:
3.Merangkap:
4.Berdiri:
5.berjalan:
6. Senyum kepada orang orang lain pertama kali :
7.bicarapertamakali:
8. Berpakaian tanpa bantuan:
f. Riwayat Nutrisi
1. Pemberian ASI
a. Pertama kali disusui:
b. Cara pemberian:
c. Lama pemberian:
d. Asi diberikan sampai umur:
2. Pemberian susu formula: diberikan mulai usia berapa, jumlah yang
diberikan tiap kali pemberian, adanya riwayat alergi dll.
3. Pola perubahan nutrisi tiap tahap usia sampai nutrisi saat ini

No Usia Jenis Nutrisi Lama Pemberian


1.
2.
g. Riwayat Psikosoial
Berisi tentang lingkungan tempat tinggal anak, apakah anak tinggal di
rumah sendiri atau dirumah saudara, di lingkungan perdesaan atau
daerah perkotaan. Hubungan anak dengan keluarga dan pengasuh anak
(apakah di asuh oleh orang tua sendiri atau orang lain).

h. Riwayat Spiritual
Berisi tentang dukungan keluarga kepada anak dan kegiatan
keagamaan yang sedang dilakukan.
i. Riwayat Hospitalisasi
Berisi tentang:
1. Pengalaman keluarga tentang sakit dan rawat inap
2. Pemahaman anak tentang sakit dan rawat inap (dikaji karena
klien tidak sadar)
j. Aktivitas Sehari-hari
1. Nutrisi
Kondisi Sebelum Sakit dan Saat Sakit. Meliputi selera makan,
menu makan, frekuensi makan, makanan pantangan,
pembatasan pola makan, cairan makan, dan ritual saat makan
baik.
2. Cairan
Kaji kondisi sebelum dan saat sakit. Meliputi, jenis kamanan,
frekuensi minum, kebutuhan cairan, dan cara pemenuhan
(pemenuhan dengan air putih, the, atau susu).
k. Eliminasi
Kaji kondisi sebelum dan saat sakit. Meliputi frekuensi, konsistensi,
warga dan bau.
Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit.
l. istirahat Tidur
Berisi tentang kondisi sebelum dan saat sakit. Meliputi, jam tidur, pola
tidur, kebiasaan sebelum tidur, kesulitan tidur.
m. Personal Hygiene
Berisikan tentang cara perawatan diri sebelum dan saat sakit.
Meliputu, mandi, cuci rambut, gunting kuku, gosok gigi.
n. Aktivitas/mobilitas fisik
Berisikan kondisi sebelum dan saat sakit. Meliputi, kegiatan sehari-
hari, pengaturan jadwal harian, penggunaan alat bantu aktivitas,
kesulitan pergerakan tubuh bermain.
o. Rekreasi
Beririkan kondisi sebelum sakit dan saat sakit. Meliputi, perasaan saat
sekolah, waktu luang, pasangan setelah rekreasi, waktu senggang
keluarga, kegiatan hari libur saat belum sekolah.
4. Pemeriksaan Fisik
a. keadaan umum
Didapatkan Klien tampak lemah.
b. Tingkat Kesadaran
Normal GCS 4-5-6
c. Sistem Respirasi
Pernafasan normal yaitu 16-20x/menit
d. Sistem Kardiovaskuler
Terjadi penurunan tekanan darah
e. Sistem Integumen
Kulit kering, turgor kulit menurun, rambut agak kusam.
f. Sistem Gastrointestinal
Bibir kering pecah-pecah, mukosa mulut kering, lidah kotor.
g. Sistem Muskuloskeletal.
Klien lemah, terasa lelah tapi tidak didapatkan adanya kelainan.
h. Sistem Abdomen
Pada palpasi didapatkan adanya nyeri tekan pada ginjal akibat adanya
peradangan akut maupun kronis dari ginjal atau saluran kemih yang
mengenai pelvis ginjal, pielonefritis, cystitis, uretra.

3.2 Diagnosa Keperawatan

a. Infeksi yang berhubungan dengan adanya bakteri pada saluran kemih.


b. Perubahan pola eliminasi urine ( disuria, dorongan, frekuensi, dan atau
nokturia ) yang berhubungan dengan ISK.
c. Nyeri yang berhubungan dengan ISK.
d. Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang
proses penyakit, metode pencegahan, dan intruksi perawatan di rumah.

3.3 Intervensi keperawatan

No. Dx Keperawatan Kriteria Hasil Intervensi


1. Nyeri Tujuan : Setelah Manajemen nyeri:
berhubungan dilakukan tindakan 1. penilaian nyeri secara
dengan Inflamasi keperawatan selama 24 komprehensif dimulai dari
dan peningkatan jam diharapkan nyerinya lokasi, karakteristik, durasi,
aktivitas penyakit teratasi frekuensi, intensitas dan
Kiteria hasil : penyebab.
1. Skala nyeri 0-3. 2. Kurangi faktor
2. Wajah klien tidak presipitasi nyeri(faktor
meringis. infeksi)
3. Klien tidak 3. Pilih dan lakukan
memegang daerah penanganan nyeri
nyeri. (farmakologi, non
farmakologi dan inter
personal).

Pemberian analgesic:
1. Monitor vital sign
sebelum dan sesudah
pemberian analgesik
pertama kali
2. Berikan analgesik tepat
waktu terutama saat nyeri
hebat
3. Evaluasi efektivitas
analgesik, tanda dan gejala
(efek samping)

2. Setelah dilakukan
Perubahan pola a. Ukur dan catat
tindakan keperawatan
eliminasi urine ( urine setiap kali
selama 3 x 24 jam klien
disuria, berkemih
dapat mempertahankan
dorongan, b. Anjurkan untuk
pola eliminasi secara
frekuensi, dan berkemih setiap 2-3
adekuat dengan kriteria
atau nokturia ) jam
hasil.
yang c. Palpasi kandung
a) Klien dapat
berhubungan kemih tiap 4 jam
dengan ISK. berkemih setiap 3 d. Bantu klien ke
jam kamar kecil ,
b) Klien tidak memakai pispot /
kesulitan pada saat urinal.
berkemih e. Bantu klien
c) Klien dapat BAK mendapatkan
dan berkemih poosisi berkemih
yang nyaman.

3.
Nyeri yang Setelah dilakukan a. Kaji inensitas,
berhubungan tindakan keperawatan lokasi dan faktor
dengan ISK. selama 3 x 24 jam yang memberatkan
pasien merasa nyaman atau meringankan
dan nyerinya nyeri.
berkurang dengan b. Berikan waktu
kriteria hasil: istirahat yang cukup
1. Pasien mengatakan dan tingkat aktivitas
/ tidak ada keluhan yang dapat di
pada saat berkemih toleran
2. Kandung kemih c. Anjurkan minum
tidak tegang banyak 2-3 liter
3. Passien tampak jikatidak ada kontra
tenang indikasi.
4. Ekspresi wajah d. Berikan obat
tenang analgetik sesuai
dengan program
terapi.

4. Setelah dilakukan a. Berikan waktu


Kurangnya
tindakan keperawatan kepada pasien
pengetahuan
klien tidak untuk menanyakan
berhubungan
memperlihatkan tanda- apa yang tidak di
dengan
kurangnya tanda gelisah dengan ketahui tentang
informasi tentang kriteria hasil: penyakitnya.
proses penyakit, 1. Menyatakan b. Kaji ulang proses
metode mengerti tentang penyakit dan
pencegahan, dan kondisi, harapan yang akan
intruksi pemeriksaan datang
perawatan di diagnostik, rencana c. Berikan informasi
rumah. pengobatan, dan tentang: sumber
tindakan perawatan infeksi, tindakan
diri preventif. untuk mencegah
2. Klien tidak gelisah penyebaran,
3. Klien tenang jelaskan pemberian
antibiotik,
pemeriksaan
diagnostik: tujuan,
gambaran singkat,
persiapan yang
dibutuhkan
sebelum
pemeriksaan,
perawatan sesudah
pemeriksaan.
d. Anjurkan pasien
untuk
menggunakan obat
yang diberikan,
minum sebanyak
kurang lebih
delapan gelas per
hari.
e. Berikan
kesempatan kepada
pasien untuk
mengekspresikan
perasaan dan
masalah tentang
rencana
pengobatan.

3.4 Implementasi Keperawatan


No. Dx Implementasi
1. Infeksi yang
 Mengkaji suhu tubuh pasien setiap 4
berhubungan
jam dan lapor jika suhu di atas
dengan adanya
38,50°C
bakteri pada
 Mencatat karakteristik urine
saluran kemih
 Menganjurkan pasien untuk minum
2-3 liter jika tidak ada kontra
indikasi
 Memonitor pemeriksaan ulang urine
kultuur dan sensivitas untuk
menentukan respon terapi.
 Menganjurkan pasien untuk
mengosongkan kandung kemih
secara komlit setiap kali kemih.
 Memberikan perawatan perineal,
pertahankan agar tetap bersih dan
kering.

2.
Perubahan pola  Mengukur dan catat urine setiap kali
eliminasi urine ( berkemih
disuria, dorongan,  Menganjurkan untuk berkemih setiap
frekuensi, dan atau 2-3 jam
nokturia ) yang  Mempalpasi kandung kemih tiap 4
berhubungan jam
dengan ISK.  Membantu klien ke kamar kecil ,
memakai pispot / urinal.
 Membantu klien mendapatkan
poosisi berkemih yang nyaman.

3.
Perubahan pola  Mengkaji inensitas, lokasi dan faktor
eliminasi urine ( yang memberatkan atau
disuria, dorongan, meringankan nyeri.
frekuensi, dan atau  Memberikan waktu istirahat yang
nokturia ) yang cukup dan tingkat aktivitas yang
berhubungan dapat di toleran
dengan ISK.  Menganjurkan minum banyak 2-3
liter jikatidak ada kontra indikasi.
 Memberikan obat analgetik sesuai
dengan program terapi.

4.  Memberikan waktu kepada pasien


Kurangnya
untuk menanyakan apa yang tidak di
pengetahuan
ketahui tentang penyakitnya.
berhubungan
 Mengkaji ulang proses penyakit dan
dengan kurangnya
harapan yang akan datang
informasi tentang
 Memberikan informasi tentang:
proses penyakit,
sumber infeksi, tindakan untuk
metode
mencegah penyebaran, jelaskan
pencegahan, dan
pemberian antibiotik, pemeriksaan
intruksi perawatan
diagnostik: tujuan, gambaran singkat,
di rumah.
persiapan yang dibutuhkan sebelum
pemeriksaan, perawatan sesudah
pemeriksaan.
 Menganjurkan pasien untuk
menggunakan obat yang diberikan,
minum sebanyak kurang lebih
delapan gelas per hari.
 Memberikan kesempatan kepada
pasien untuk mengekspresikan
perasaan dan masalah tentang
rencana pengobatan.

3.5 Evaluasi keperawatan

Sesuai dengan rencana tindakan keperawatan yang telah diberikan,


dilakukan penilaian untuk melihat keberhasilan dari tindakan keperawatan
terhadap pasien dengan ISKA (infeksi saluran kemih). Bila tidak atau belum
berhasil perlu disusun rencana baru yang sesuai. Evaluasi disusun dengan
menggunakan SOAP:
S (Subjektif) : Merupakan hal yang dikemukakan oleh pasien maupun
keluarga secara subjektif setelah dilakukannya intervensi
keperawatan. Seperti: Ibu pasien mengatakan anaknya
demam
O (Objektif) : Merupakan data objektif yang ditemui oleh perawat
setelah dilakukan dilakukan intervensi keperawatan.
Seperti: berat badan anak naik yang ditandai dengan nafsu
makan yang bertambah, tanda-tanda vital pasien dalam
keadaan normal.
A (Analisa) : Merupakan analisa dari hasil yang telah dicapai dengan
mengacu pada tujuan jangka pendek yang terkait dengan
diagnosis Atreasia ani. Seperti tercapai tidaknya kriteria
hasil.
P (Perencanaan) : Merupakan perencanaan yang akan datang setelah
melihat respon dari pasien pada tahap evaluasi.

BAB 4
DISCHARGE PLANNING

A. Pengertian Discharge Planning


Discharge planning (perencanaan pulang) adalah serangkaian keputusan
dan aktivitas-aktivitasnya yang terlibat dalam pemberian asuhan keperawatan
yang kontinu dan terkoordinasi ketika pasien dipulangkan dari lembaga pelayanan
kesehatan (Potter & Perry, 2005:1106). Menurut Kozier (2004), discharge
planning didefenisikan sebagai proses mempersiapkan pasien untuk meninggalkan
satu unit pelayanan kepada unit yang lain di dalam atau di luar suatu agen
pelayanan kesehatan umum.

B. Pemberi Layanan Discharge Planning


Proses discharge planning harus dilakukan secara komprehensif dan
melibatkan multidisiplin, mencakup semua pemberi layanan kesehatan yang
terlibat dalam memberi layanan kesehatan kepada pasien (Potter & Perry, 2006).
Seseorang yang merencanakan pemulangan atau koordinator asuhan berkelanjutan
(continuing care coordinator) adalah staf rumah sakit yang berfungsi sebagai
konsultan untuk proses discharge planning bersamaan dengan fasilitas kesehatan,
menyediakan pendidikan kesehatan dan memotivasi staf rumah sakit untuk
merencanakan serta mengimplementasikan discharge planning (Discharge
Planning Association, 2008 dalam Siahaan, 2009:11).
Seorang discharge planners bertugas membuat rencana,
mengkoordinasikan, memonitor dan memberikan tindakan dan proses kelanjutan
perawatan. Discharge planning ini menempatkan perawat pada posisi yang
penting dalam proses perawatan pasien dan dalam tim discharge planner rumah
sakit, karena pengetahuan dan kemampuan perawat dalam proses keperawatan
sangat berpengaruh dalam memberikan kontinuitas perawatan melalui proses
discharge planning (Caroll & Dowling, 2007 dalam Rahmi, 2011:12).
C Penerima Discharge Planning
Menurut Rice (1992) dalam Potter & Perry (2005:93), setiap pasien yang
dirawat di rumah sakit memerlukan discharge planning atau rencana pemulangan.
Pasien dan seluruh anggota keluarga harus mendapatkan informasi tentang semua
rencana pemulangan (Medical Mutual of Ohio, 2008 dalam Siahaan, 2009:12).
Discharge planning atau rencana pemulangan tidak hanya melibatkan pasien tapi
juga keluarga, teman-teman, serta pemberi layanan kesehatan dengan catatan
bahwa pelayanan kesehatan dan sosial bekerja sama (The Royal Marsden
Hospital, 2004 dalam Siahaan, 2009:11)

D. Tujuan Discharge Planning


Discharge planning bertujuan untuk mengidentifikasi kebutuhan spesifik
untuk mempertahankan atau mencapai fungsi maksimal setelah pulang
(Carpenito, 1999 dalam Rahmi, 2011:10). Tindakan ini juga bertujuan 15
memberikan pelayanan terbaik untuk menjamin keberlanjutan asuhan berkualitas
antara rumah sakit dan komunitas dengan memfasilitasi komunikasi yang efektif
(Discharge Planning Association, 2008 dalam Siahaan, 2009:12). Taylor et al
(1989) dalam Yosafianti & Alfiyanti (2010:115) juga menyatakan bahwa
discharge planning adalah proses sistematis yang bertujuan menyiapkan pasien
meninggalkan rumah sakit untuk melanjutkan program perawatan yang
berkelanjutan dirumah atau diunit perawatan komunitas. Secara lebih terperinci
The Royal Marsden Hospital (2004) dalam Siahaan (2009:12-13) menyatakan
bahwa tujuan dilakukannya discharge planning adalah:
a. Untuk mempersiapkan pasien dan keluarga secara fisik dan psikologis
untuk di transfer ke rumah atau ke suatu lingkungan yang dapat
disetujui.
b. Menyediakan informasi tertulis dan verbal kepada pasien dan
pelayanan kesehatan untuk mempertemukan kebutuhan mereka dalam
proses pemulangan.
c. Memfasilitasi proses perpindahan yang nyaman dengan memastikan
semua fasilitas pelayanan kesehatan yang diperlukan telah
dipersiapkan untuk menerima pasien.
d. Mempromosikan tahap kemandirian yang tertinggi kepada pasien dan
keluarga dengan menyediakan serta memandirikan aktivitas perawatan
diri.

E. Manfaat Discharge Planning


Menurut Spath (2003) dalam Nursalam & Efendi (2008:229), perencanaan pulang
mempunyai manfaat sebagai berikut:
a. Dapat memberikan kesempatan untuk memperkuat pengajaran kepada pasien
yang dimulai dari rumah sakit
b. Dapat memberikan tindak lanjut secara sistematis yang digunakan untuk
menjamin kontinuitas perawatan pasien
c. Mengevaluasi pengaruh dari intervensi yang terencana pada penyembuhan
pasien dan mengidentifikasi kekambuhan atau kebutuhan perawatan baru
d. Membantu kemandirian dan kesiapan pasien dalam melakukan perawatan di
rumah
Wulandari (2011:11) dalam penelitiannya menyebutkan bahwa manfaat dari
pelaksanaan discharge planning adalah sebagai berikut:
a. Mengurangi pelayanan yang tidak terencana (unplanned admission)
b. Mengantispasi terjadinya kegawatdaruratan seletah kembali ke rumah
c. Mengurangi LOS (Length Of Stay) pasien di rumah sakit
d. Meningkatkan kepuasan individu dan pemberi layanan
e. Menghemat biaya selama proses perawatan
f. Menghemat biaya ketika pelaksanaan perawatan di luar rumah sakit atau di
masyarakat karena perencanaan yang matang.
g. Hasil kesehatan yang dicapai menjadi optimal.

F. Pelakasanaan Discharge Planning dan Proses Keperawatan


Proses discharge planning memiliki kesaman dengan proses keperawatan.
Kesamaan tersebut bisa dilihat dari adanya pengkajian pada saat pasien mulai di
rawat sampai dengan adanya evaluasi serta dokumentasi dari kondisi pasien
selama mendapatkan perawatan di rumah sakit. Pelaksanaan discharge planning
menurut Potter & Perry (2005:102) secara lebih lengkap dapat di urut sebagai
berikut:
a. Sejak waktu penerimaan pasien, lakkukan pengkajian tentang kebutuhan
pelayanan kesehatan untuk pasien pulang, dengan menggunakan riwayat
keperawatan, rencana perawatan dan pengkajian kemampuan fisik dan fungsi
kognitif yang dilakukan secara terus menerus.
b. Kaji kebutuhan pendidikan kesehatan untuk pasien dan keluarga yang
berhubungan dengan terapi di rumah, hal-hal yang harus dihindarkan akibat
dari gangguan kesehatan yang dialami, dan komplikasi yang mungkiin
terjadi.
c. Bersama pasien dan keluarga, kaji faktor-faktor lingkungan di rumah yang
dapat mengganggu perawatan diri (contoh: ukuran kamar, lebar jalan,
langkah, fasilitas kamar mandi). (Perawat yang melakukan perawatan di
rumah hadir pada saat rujukan dilakukan, untuk membantu pengkajian).
d. Berkolaborasi dngan dokter dan disiplin ilmu yang lain dalam mengkaji
perlunya rujukan untuk mendapat perawatan di rumah atau di tempat
pelayanan yang lainnya.
e. Kaji penerimaan terhadap masalah kesehatan dan larangan yang berhubungan
dengan masalah kesehatan tersebut.
f. Konsultasi dengan anggota tim kesehatan lain tentang berbagai kebutuhan
klien setelah pulang.
g. Tetapkan diagnosa keperawatan yang tepat, lakukan implementasi rencana
keperawatan. Evaluasi kemajuan secara terus menerus. Tentukan tujuan
pulang yang relevan, yaitu sebagai berikut:
i. Pasien akan memahami masalah kesehatan dan implikasinya.
ii. Pasien akan mampu memenuhi kebutuhan individualnya.
iii. Lingkungan rumah akan menjadi aman
iv. Tersedia sumber perawatan kesehatan di rumah
Persiapan Sebelum Hari Kepulangan Pasien
h. Anjurkan cara-cara untuk merubah pengaturan fisik di rumah sehingga
kebutuhan pasien dapat terpenuhi.
i. Berikan informasi tentang sumber-sumber pelayanan kesehatan di masyarakat
kepada pasien dan keluarga.
j. Lakukan pendidikan untuk pasien dan keluarga sesegera mungkin setelah
pasien di rawat di rumah sakit (contoh: tanda dan gejala, komplikasi,
informasi tentang obat-obatan yang diberikan, penggunaan perawatan medis
dalam perawatan lanjutan, diet, latihan, hal-hal yang harus dihindari
sehubungan dengan penyakit atau oprasi yang dijalani). Pasien mungkin
dapat diberikan pamflet atau buku.
Pada Hari Kepulangan Pasien
k. Biarkan pasien dan keluarga bertanya atau berdiskusi tentang berbagai isu
berkaitan dengan perawatan di rumah (sesuai pilihan).
l. Periksa order pulang dari dokter tentang resep, perubahan tindakan
pengobatan, atau alat-alat khusus yang diperlukan pesan harus ditulis sedini
mungkin).
m. Tentukan apakah pasien atau keluarga telah mengatur transportasi untuk
pulang ke rumah.
n. Tawarkan bantuan ketika pasien berpakaian dan mempersiapkan seluruh
barang-barang pribadinya untuk dibawa pulang. Berikan privasi jika
diperlukan. o. Periksa seluruh kamar mandi dan lemari bila ada barang pasien
yang masih tertinggal. Carilah salinan daftar barang-barang berharga milik
kpasien yang telah ditandatangani dan minta satpam atau administrator yang
tepat untuk mengembalikan barang-barang berharga tersebut kepada pasien.
Hitung semua barang-barang berharga yang ada.
o. Berikan pasien resep atau obat-obatan sesuai dengan pesan dokter. Periksa
kembali instruksi sebelumnya.
p. Hubungi kantor keuangan lembaga untuk menentukan apakah pasien masih
perlu membayar sisa tagian biaya. Atur pasien atau keluarga untuk pergi ke
kantor tersebut.
q. Gunakan alat pengangkut barang untuk membawa barang-barang pasien.
berikan kursi roda untuk pasien yang tidak bisa berjalan sendiri. Pasien yang
26 meninggalkan rumah sakit dengan mobil ambulans akan dipindahkan
dengan kereta dorong ambulans.
r. Bantu pasien pindah ke kursi roda atau kereta dorong dengan mengunakan
mekanika tubuh dan teknik pemindahan yang benar. Iringi pasien masuk ke
dalam lembaga dimana sumber transaportasi merupakan hal yang
diperhatikan.
s. Kunci kursi roda. Bantu pasien pindah ke mobil atau alat transportasi lain.
Bantu keluarga memindahkan barang-barang pribadi pasien ke dalam
kendaraan tersebut.
t. Kembali ke unit dan beritahukan departemen penerimaan dan departemen lain
yang berwenang mengenai waktu kepulangan pasien.
u. Catat kepulangan pasien pada format ringkasan pulang. Pada beberapa
institusi pasien akan menerima salinan dari format tersebut.

v. Dokumentasikan status masalah kesehatan saat pasien pulang.


\

DAFTAR PUSTAKA

AAP issues guideline for UTI management in children. Available from:


http://www.medscape.com/viewarticle/748775

Doenges, Marilyn E. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan: pedoman


untuk perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien. . Edisi: 3. Jakrta:
EGC.
Tessy Agus, Ardaya, Suwanto. (2001). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam:
Infeksi Saluran Kemih. Edisi: 3. Jakarta: FKUI.

Price, Sylvia Andrson. (1995). Patofisiologi: konsep klinis proses-proses


penyakit: pathophysiologi clinical concept of disease processes. Alih Bahasa:
Peter Anugrah. Edisi: 4. Jakarta: EGC
Smeltzer, Suzanne C. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah
Brunner & Suddart. Alih Bhasa: Agung Waluyo. Edisi: 8. Jakarta: EGC.
Sukandar E. 2006. Infeksi Saluran Kemih Pasien Dewasa. Dalam : Buku
Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I. Edisi IV. Jakarta : Pusat Penerbit IPD FK UI

Potter, P.A, Perry, A.G. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan :


Konsep, Proses, dan Praktik. Edisi 4.Volume 2.Alih Bahasa : Renata
Komalasari,dkk.Jakarta:EGC.

Kozier. (2004). Fundamental of nursing: concepts, process and practice.


New Jersey: Pearson prentice hall.

A Potter, & Perry, A. G. (2006). Buku Ajar Fundamental Keperawatan:


Konsep, Proses, Dan Praktik, edisi 4, Volume.2. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai