Oleh
Inthoriqotul Khoiriah
NIM 152310101217
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
LEMBAR PENGESAHAN
Hari :
Tanggal :
TIM PEMBIMBING
__________________________ _________________________
NIP.............................................. NIP............................................
BAB 1
KONSEP TEORI
1. Anatomi
2. Fisiologi
Kanalis inguinalis adalah kanal yang normal pada fetus. Pada bulan ke-8
kehamilan terjadi desensus testis melalui kanal tersebut. Penurunan testis tersebut
akan menarik peritoneum kedaerah skrotum sehingga terjadi penonjolan
peritoneum yang disebut dengan prosesus vaginalis peritonei.
Pada bayi yang sudah lahir, umumnya proses ini telah mengalami obliterasi
sehingga isi rongga perut tidak dapat melalui kanalis tersebut namun dalam
beberapa hal, seringkali kanalis ini tidak menutup. Karena testis kiri turun terlebih
dahulu, maka kanalis inguinalis kanan lebih sering terbuka. Bila kanalis kiri
terbuka maka biasanya yang kanan juga terbuka. Dalam keadaan normal, kanalis
yang terbuka ini akan menutup pada usia 2 bulan (Mansjoer, 2002).
1.3 Epidemiologi
Hernia terdapat 6 kali lebih banyak pada pria dibandingkan wanita. Pada
pria, 97 % dari hernia terjadi di daerah inguinalis, 2 % sebagai hernia femoralis
dan 1% sebagai hernia umbilicalis. Pada wanita variasinya berbeda, yaitu 50 %
terjadi pada daerah inguinalis, 34 % pada canalis femoralis dan 16 % pada
umbilicus. Tempat umum hernia adalah lipat paha, umbilikus, linea alba, garis
semilunaris dari Spiegel, diafragma, dan insisi bedah. Tempat herniasi lain yang
sebanding tetapi sangat jarang adalah perineum, segitiga lumbal superior dari
Grynfelt, segitiga lumbal inferior dari Petit, dan foramen obturator serta skiatika
dari pelvis.(Rasjad C, 2010).
Angka kejadian hernia inguinalis (medialis/direkdan lateralis/indirek) 10
kali lebih banyak daripada hernia femoralis dan keduanya mempunyai persentase
sekitar 75-80 % dari seluruh jenis hernia, hernia insisional 10 %, hernia ventralis
10 %, hernia umbilikalis 3 %, dan hernia lainnya sekitar 3 % (Sjamsuhidajat, 2010
dan Lavelle et al, 2002).
1.4 Etiologi
a. Umur
Penyakit ini dapat diderita oleh semua kalangan tua, muda, pria
maupun wanita. Pada Anak – anak penyakit ini disebabkan karena kurang
sempurnanya procesus vaginalis untuk menutup seiring dengan turunnya
testis. Pada orang dewasa khususnya yang telah berusia lanjut disebabkan
oleh melemahnya jaringan penyangga usus atau karena adanya penyakit
yang menyebabkan peningkatan tekanan dalam rongga perut .
b. Jenis Kelamin
Hernia yang sering diderita oleh laki – laki biasanya adalah jenis
hernia Inguinal. Hernia Inguinal adalah penonjolan yang terjadi pada
daerah selangkangan, hal ini disebabkan oleh proses perkembangan alat
reproduksi. Penyebab lain kaum adam lebih banyak terkena penyakit ini
disebabkan karena faktor profesi, yaitu pada buruh angkat atau buruh
pabrik. Profesi buruh yang sebagian besar pekerjaannya mengandalkan
kekuatan otot mengakibatkan adanya peningkatan tekanan dalam rongga
perut sehingga menekan isi hernia keluar dari otot yang lemah tersebut
c. Penyakit penyerta
Penyakit penyerta yang sering terjadi pada hernia adalah seperti
pada kondisi tersumbatnya saluran kencing, baik akibat batu kandung
kencing atau pembesaran prostat, penyakit kolon, batuk kronis, sembelit
atau konstipasi kronis dan lain-lain. Kondisi ini dapat memicu terjadinya
tekanan berlebih pada abdomen yang dapat menyebabkan keluarnya usus
melalui rongga yang lemah.
d. Keturunan
Resiko lebih besar jika ada keluarga terdekat yang pernah terkena
hernia.
e. Obesitas
Berat badan yang berlebihan menyebabkan tekanan berlebih pada
tubuh, termasuk di bagian perut. Ini bisa menjadi salah satu pencetus
hernia. Peningkatan tekanan tersebut dapat menjadi pencetus terjadinya
penonjolan organ melalui dinding organ yang lemah.
f. Kehamilan
Kehamilan dapat melemahkan otot di sekitar perut sekaligus
memberi tekanan lebih di bagian perut. Kondisi ini juga dapat menjadi
pencetus terjadinya hernia.
g. Pekerjaan
Beberapa jenis pekerjaan yang membutuhkan daya fisik dapat
menyebabkan terjadinya hernia. Contohnya, pekerjaan buruh angkat
barang. Aktivitas yang berat dapat mengakibatkan peningkatan tekanan
yang terus-menerus pada otot-otot abdomen. Peningkatan tekanan tersebut
dapat menjadi pencetus terjadinya prostrusi atau penonjolan organ melalui
dinding organ yang lemah.
h. Kelahiran prematur
1.4 Klasifikasi
a. Berdasarkan letaknya, hernia dibagi atas;
1) Inguinalis
Hernia inguinalis terbagi menjadi dua, yaitu:
a) Indirek/ lateralis Yaitu batang usus melewati cincin abdomen dan
mengikuti saluran sperma masuk kedalam kanalis inguinalis.
b) Direk/ medialis Yaitu batang usus melewati dinding inguinalis bagian
posterior.
2) Femoralis Hernia femoralis terjadi karena batang usus melewati femoral
kebawah, kedalam kanalis femoralis.
3) Umbilikalis Hernia umbilikalis terjadi karena batang usus melewati cincin
umbilical.
4) Incisional Hernia incisional terjadi karena batang usus atau organ lain
menonjol melalui jaringan parut yang lemah.
b. Berdasarkan terjadinya, hernia dibagi atas:
1) Hernia bawaan/ congenital;
2) Hernia dapatan/ akuisita.
c. Berdasarkan sifatnya, hernia terbagi atas:
1) Hernia reponibel Yaitu bila isi hernia dapat keluar masuk. Usus keluar jika
berdiri atau mengejan dan masuk lagi jika berbaring atau didorong masuk.
2) Hernia ireponibel Yaitu bila isi kantong hernia tidak dapat dikembalikan
lagi kedalam rongga. Ini biasanya disebabkan oleh perlekatan isi kantong
pada peritoneum kantong hernia. Hernia ini disebut juga hernia akreta
(accretes = perlekatan karena fibrosis).
3) Hernia strangulata/ inkarserata Yaitu bila isi hernia terjepit oleh cincin hernia.
Hernia inkarserata berarti isi kantong terperangkap, tidak dapat kembali kedalam
rongga perut disertai akibatnya yang berupa gangguan vaskularisasi. Hernia
strangulata mengakibatkan nekrosis dari isi abdomen didalamnya karena tidak
mendapat darah akibat pembuluh pemasoknya terjepit. Hernia jenis ini merupakan
keadaan gawat darurat karenanya perlu mendapat pertolongan segera.
1.5 Patofisiologi
Hernia berkembang ketika intra abdominal mengalami pertumbuhan
tekanan seperti tekanan pada saat mengangkat sesuatu yang berat, pada saat buang
air besar atau batuk yang kuat atau bersin dan perpindahan bagian usus kedaerah
otot abdominal, tekanan yang berlebihan pada daerah abdominal itu tentu saja
akan menyebabkan suatu kelemahan mungkin disebabkan dinding abdominal
yang tipis atau tidak cukup kuatnya pada daerah tersebut dimana kondisi itu ada
sejak atau terjadi dari proses perkembangan yang cukup lama, pembedahan
abdominal dan kegemukan. Pertama-tama terjadi kerusakan yang sangat kecil
pada dinding abdominal, kemudian terjadi hernia. Karena organ-organ selalu
selalu saja melakukan pekerjaan yang berat dan berlangsung dalam waktu yang
cukup lama, sehingga terjadilah penonjolan dan mengakibatkan kerusakan yang
sangat parah.sehingga akhirnya menyebabkan kantung yang terdapat dalam perut
menjadi atau mengalami kelemahan jika suplai darah terganggu maka berbahaya
dan dapat menyebabkan ganggren.
PATHWAY
Hernia
Benjolan pd
regio
Inguinal
Diatas
ligamentum
Inguinal
mengecil
Bila berbaring
pembedahan
insisi bedah
intake
nyeri makanan inadekuat
1.1 Pengkajian
Pengkajian pada klien dengan hernia menurut Doengoes (1999) diperoleh data
sebagai berikut:
Data umum
1. Umur dan Jenis Kelamin
Hernia bisa terkena pada semua umur baik tua maupun muda. Umumnya
hernia lebih sering terjadi pada pria
2. Aktivitas/istirahat
Tanda dan gejala: Atropi otot, gangguan dalam berjalan, riwayat
pekerjaan yang perlu mengangkat benda berat, duduk dalam waktu lama;
3. Eliminasi
Gejala: Konstipasi, mengalami kesulitan dalam defekasi adanya
inkontinensia atau retensi urin.
4. Integritas ego
Tanda dan gejala: Cemas, depresi, menghindar ketakutan akan timbulnya
paralisis, ansietas masalah pekerjaan, finansial keluarga.
5. Neuro sensori
Tanda dan gejala: Penurunan reflek tendon dalam kelemahan otot
hipotonia, nyeri tekan, kesemutan, ketakutan kelemahan dari tangan dan
kaki.
6. Nyeri atau ketidaknyamanan
Gejala: Sikap, perubahan cara berjalan, nyeri seperti tertusuk benda tajam,
semakin memburuk dengan batuk, bersin membengkokkan badan.
7. Keamanan
8. Gejala: adanya riwayat masalah punggung yang baru saja terjadi.
9. Pemeriksaan fisik
-Inspeksi
Mengkaji tingkat kesadaran, perhatikan adanya bengkak; ada atau tidak
adanya benjolan
-Palpasi
Tugor kulit, palpasi terhadap nyeri dan massa
-Auskultasi
Bising usus, bunyi nafas, bunyi jantung
-Perkusi
kembung
10. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan darah koagulasi
Pemeriksaan urine
EKG
Arief Mansjoer, dkk. (2002). Askariasis. Dalam : Kapita Selekta Kedokteran. Jilid
1, Edisi 3. Jakarta : Media Aesculapius FKUI. Halaman : 416 – 418.