Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN

KEPERAWATAN PERUBAHAN PADA SISTEM


PERKEMIHAN
Disusun untuk memenuhi mata kuliah Keperawatan Maternitas I yang dibimbing oleh :
Indah Rohmawati, M.Kep.

Oleh
kelompok 3 :

1. Achmad Fachtur Rohwi ( A2R17039)


2. Ayang Nanda Satria ( A2R17044)
3. Dimas Izza Ilham Mahendra (A2R17059)
4. Luluk Wahyu Mawati (A2R17059)
5. Nanang Aziz Santoso (A2R17062)
6. Wakhidatun Nur Aini (A2R17076)
7. Yesty Seftariany (A2R17077)

STIKes Hutama Abdi Husada Tulungagung


S1 Keperawatan / II-B

2018/2019
Gangguan sistem perkemihan pada ibu melahirkan

1.1 Gangguan Sistem Perkemiahn pada Ibu melahirkan

1. Perubahan Pada Masa Nifas

Pada masa nifas terjadi beberapa perubahan di antaranya perubahan sistem


reproduksi, sistem perkemihan, sistem endokrin, sistem kardiovaskuler. Yang akan
di bahas lebih detail yaitu perubahan pada sistem perkemihan. Pada sistem
perkemihan terjadi beberapa perubahan yaitu perubahan pda anatomi dan perubahan
pada fisiologinya.

2. Anatomi sistem perkemihan

Sistem perkemihan atau sistem urinaria, adalah suatu sistem dimana


terjadinya proses penyaringan darah sehingga darah bebas dari zat-zat yang tidak
dipergunakan oleh tubuh dan menyerap zat-zat yang masih di pergunakan oleh
tubuh. Zat-zat yang tidak dipergunakan oleh tubuh larut dalam air dan dikeluarkan
berupa urin (air kemih). Adapun susunan sistem perkemihan atau sistem urinaria,
yaitu :

1. Ginjal

Kedudukan ginjal terletak dibagian belakang dari kavum abdominalis di


belakang peritonium pada kedua sisi vertebra lumbalis III, dan melekat langsung
pada dinding abdomen. Bentuknya seperti biji buah kacang merah (kara/ercis),
jumlahnaya ada 2 buah kiri dan kanan, ginjal kiri lebih besar dari pada ginjal kanan.

Pada orang dewasa berat ginjal ± 200 gram. Dan pada umumnya ginjal laki –
laki lebih panjang dari pada ginjal wanita. Satuan struktural dan fungsional ginjal
yang terkecil di sebut nefron. Tiap – tiap nefron terdiri atas komponen vaskuler dan
tubuler. Komponen vaskuler terdiri atas pembuluh – pembuluh darah yaitu
glomerolus dan kapiler peritubuler yang mengitari tubuli. Dalam komponen tubuler
terdapat kapsul Bowman, serta tubulus – tubulus, yaitu tubulus kontortus proksimal,
tubulus kontortus distal, tubulus pengumpul dan lengkung Henle yang terdapat pada
medula.

Kapsula Bowman terdiri atas lapisan parietal (luar) berbentuk gepeng dan
lapis viseral (langsung membungkus kapiler glomerulus) yang bentuknya besar
dengan banyak juluran mirip jari disebut podosit (sel berkaki) atau pedikel yang
memeluk kapiler secara teratur sehingga celah – celah antara pedikel itu sangat
teratur.

Kapsula bowman bersama glomerolus disebut korpuskel renal, bagian


tubulus yang keluar dari korpuskel renal disebut dengan tubulus kontortus proksimal
karena jalannya yang berbelok – belok, kemudian menjadi saluran yang lurus yang
semula tebal kemudian menjadi tipis disebut ansa Henle atau loop of Henle, karena
membuat lengkungan tajam berbalik kembali ke korpuskel renal asal, kemudian
berlanjut sebagai tubulus kontortus distal.

a. Bagian – Bagian Ginjal

Bila sebuh ginjal kita iris memanjang, maka akan tampak bahwa ginjal terdiri
dari tiga bagian, yaitu bagian kulit (korteks), sumsum ginjal (medula), dan bagian
rongga ginjal (pelvis renalis).

1). Kulit Ginjal (Korteks)

Pada kulit ginjal terdapat bagian yang bertugas melaksanakan penyaringan


darah yang disebut nefron. Pada tempat penyaringan darah ini banyak mengandung
kapiler – kapiler darah yang tersusun bergumpal – gumpal disebut glomerolus. Tiap
glomerolus dikelilingi oleh simpai bownman, dan gabungan antara glomerolus
dengan simpai bownman disebut badan malphigi. Penyaringan darah terjadi pada
badan malphigi, yaitu diantara glomerolus dan simpai bownman. Zat – zat yang
terlarut dalam darah akan masuk ke dalam simpai bownman. Dari sini maka zat – zat
tersebut akan menuju ke pembuluh yang merupakan lanjutan dari simpai bownman
yang terdapat di dalam sumsum ginjal.

2). Sumsum Ginjal (Medula)

Sumsum ginjal terdiri beberapa badan berbentuk kerucut yang disebut


piramid renal. Dengan dasarnya menghadap korteks dan puncaknya disebut apeks
atau papila renis, mengarah ke bagian dalam ginjal. Satu piramid dengan jaringan
korteks di dalamnya disebut lobus ginjal. Piramid antara 8 hingga 18 buah tampak
bergaris – garis karena terdiri atas berkas saluran paralel (tubuli dan duktus
koligentes). Diantara pyramid terdapat jaringan korteks yang disebut dengan
kolumna renal. Pada bagian ini berkumpul ribuan pembuluh halus yang merupakan
lanjutan dari simpai bownman. Di dalam pembuluh halus ini terangkut urine yang
merupakan hasil penyaringan darah dalam badan malphigi, setelah mengalami
berbagai proses.

3). Rongga Ginjal (Pelvis Renalis)

Pelvis Renalis adalah ujung ureter yang berpangkal di ginjal, berbentuk


corong lebar. Sabelum berbatasan dengan jaringan ginjal, pelvis renalis bercabang
dua atau tiga disebut kaliks mayor, yang masing – masing bercabang membentuk
beberapa kaliks minor yang langsung menutupi papila renis dari piramid. Kaliks
minor ini menampung urine yang terus kleuar dari papila. Dari Kaliks minor, urine
masuk ke kaliks mayor, ke pelvis renis ke ureter, hingga di tampung dalam kandung
kemih (vesikula urinaria).
b. Fungsi Ginjal

1. Mengekskresikan zat – zat sisa metabolisme yang mengandung nitrogennitrogen,


misalnya amonia.

2. Mengekskresikan zat – zat yang jumlahnya berlebihan (misalnya gula dan


vitamin) dan berbahaya (misalnya obat – obatan, bakteri dan zat warna).

3. Mengatur keseimbangan air dan garam dengan cara osmoregulasi.

4. Mengatur tekanan darah dalam arteri dengan mengeluarkan kelebihan asam atau
basa.

c. Tes Fungsi Ginjal Terdiri Dari :

1. Tes untuk protein albumin. Bila kerusakan pada glomerolus atau tubulus, maka
protein dapat bocor masuk ke dalam urine.

2. Mengukur konsentrasi urenum darah. Bila ginjal tidak cukup mengeluarkan


urenum maka urenum darah naik di atas kadar normal (20 – 40) mg%.

3. Tes konsentrasi. Dilarang makan atau minum selama 12 jam untuk melihat sampai
seberapa tinggi berat jenisnya naik.

d. Peredaran Darah dan Persyarafan Ginjal

1. Peredaran Darah

Ginjal mendapat darah dari aorta abdominalis yang mempunyai percabangan


arteria renalis, yang berpasangan kiri dan kanan dan bercabang menjadi arteria
interlobaris kemudian menjadi arteri akuata, arteria interlobularis yang berada di tepi
ginjal bercabang menjadi kapiler membentuk gumpalan yang disebut dengan
glomerolus dan dikelilingi oleh alat yang disebut dengan simpai bowman,
didalamnya terjadi penyadangan pertama dan kapiler darah yang meninggalkan
simpai bowman kemudian menjadi vena renalis masuk ke vena kava inferior.

2. Persyarafan Ginjal

1. Ginjal

Ginjal mendapat persyarafan dari fleksus renalis (vasomotor) saraf ini


berfungsi untuk mengatur jumlah darah yang masuk ke dalam ginjal, saraf ini
berjalan bersamaan dengan pembuluh darah yang masuk ke ginjal. Anak ginjal
(kelenjar suprarenal) terdapat di atas ginjal yang merupakan sebuah kelenjar buntu
yang menghasilkan 2(dua) macam hormon yaitu hormone adrenalin dan hormn
kortison.
2. Ureter

Terdiri dari 2 saluran pipa masing – masing bersambung dari ginjal ke


kandung kemih (vesika urinaria) panjangnya ± 25 – 30 cm dengan penampang ± 0,5
cm. Ureter sebagian terletak dalam rongga abdomen dan sebagian terletak dalam
rongga pelvis. Lapisan dinding ureter terdiri dari :

a. Dinding luar jaringan ikat (jaringan fibrosa)

b. Lapisan tengah otot polos

c. Lapisan sebelah dalam lapisan mukosa

Lapisan dinding ureter menimbulkan gerakan – gerakan peristaltik tiap 5


menit sekali yang akan mendorong air kemih masuk ke dalam kandung kemih
(vesika urinaria). Gerakan peristaltik mendorong urin melalui ureter yang
dieskresikan oleh ginjal dan disemprotkan dalam bentuk pancaran, melalui osteum
uretralis masuk ke dalam kandung kemih.Ureter berjalan hampir vertikal ke bawah
sepanjang fasia muskulus psoas dan dilapisi oleh pedtodinium. Penyempitan ureter
terjadi pada tempat ureter terjadi pada tempat ureter meninggalkan pelvis renalis,
pembuluh darah, saraf dan pembuluh sekitarnya mempunyai saraf sensorik.

3. Vesikula Urinaria ( Kandung Kemih )

Kandung kemih dapat mengembang dan mengempis seperti balon karet,


terletak di belakang simfisis pubis di dalam ronga panggul. Bentuk kandung kemih
seperti kerucut yang dikelilingi oleh otot yang kuat, berhubungan ligamentum vesika
umbikalis medius. Bagian vesika urinaria terdiri dari:

1. Fundus, yaitu bagian yang mengahadap ke arah belakang dan bawah, bagian ini
terpisah dari rektum oleh spatium rectosivikale yang terisi oleh jaringan ikat duktus
deferent, vesika seminalis dan prostate.

2. Korpus, yaitu bagian antara verteks dan fundus.

3. Verteks, bagian yang maju kearah muka dan berhubungan dengan ligamentum
vesika umbilikalis.

Dinding kandung kemih terdiri dari beberapa lapisan yaitu, peritonium (lapisan
sebelah luar), tunika muskularis, tunika submukosa, dan lapisan mukosa (lapisan
bagian dalam).

Proses Miksi (Rangsangan Berkemih)

Distensi kandung kemih, oleh air kemih akan merangsang stres reseptor yang
terdapat pada dinding kandung kemih dengan jumlah ± 250 cc sudah cukup untuk
merangsang berkemih (proses miksi). Akibatnya akan terjadi reflek kontraksi
dinding kandung kemih, dan pada saat yang sama terjadi relaksasi spinser internus,
diikuti oleh relaksasi spinter eksternus, dan akhirnya terjadi pengosongan kandung
kemih.
Rangsangan yang menyebabkan kontraksi kandung kemih dan relaksasi spinter
interus dihantarkan melalui serabut – serabut para simpatis.

Kontraksi sfinger eksternus secara volunter bertujuan untuk mencegah atau


menghentikan miksi. kontrol volunter ini hanya dapat terjadi bila saraf – saraf yang
menangani kandung kemih uretra medula spinalis dan otak masih utuh.
Bila terjadi kerusakan pada saraf – saraf tersebut maka akan terjadi inkontinensia
urin (kencing keluar terus – menerus tanpa disadari) dan retensi urine (kencing
tertahan).
Persarafan dan peredaran darah vesika urinaria, diatur oleh torako lumbar dan
kranial dari sistem persarafan otonom. Torako lumbar berfungsi untuk relaksasi
lapisan otot dan kontraksi spinter interna.

Peritonium melapis kandung kemih sampai kira – kira perbatasan ureter


masuk kandung kemih. Peritoneum dapat digerakkan membentuk lapisan dan
menjadi lurus apabila kandung kemih terisi penuh. Pembuluh darah Arteri vesikalis
superior berpangkal dari umbilikalis bagian distal, vena membentuk anyaman
dibawah kandung kemih. Pembuluh limfe berjalan menuju duktus limfatilis
sepanjang arteri umbilikalis.
4. Uretra

Uretra merupakan saluran sempit yang berpangkal pada kandung kemih yang
berfungsi menyalurkan air kemih keluar. Pada laki- laki uretra bewrjalan berkelok –
kelok melalui tengah – tengah prostat kemudian menembus lapisan fibrosa yang
menembus tulang pubis kebagia penis panjangnya ± 20 cm.
Uretra pada laki – laki terdiri dari :

1. Uretra Prostaria

2. Uretra membranosa

3. Uretra kavernosa

Lapisan uretra laki – laki terdiri dari lapisan mukosa (lapisan paling dalam),
dan lapisan submukosa.Uretra pada wanita terletak dibelakang simfisis pubis
berjalan miring sedikit kearah atas, panjangnya ± 3 – 4 cm. Lapisan uretra pada
wanita terdiri dari Tunika muskularis (sebelah luar), lapisan spongiosa merupakan
pleksus dari vena – vena, dan lapisan mukosa (lapisan sebelah dalam). Muara uretra
pada wanita terletak di sebelah atas vagina (antara klitoris dan vagina) dan uretra di
sini hanya sebagai saluran ekskresi.

5. Urine (Air Kemih)

1. Sifat – sifat air kemih


a. Jumlah eksresi dalam 24 jam ± 1.500 cc tergantung dari masuknya (intake) cairan
serta faktor lainnya.

b. Warna bening muda dan bila dibiarkan akan menjadi keruh.


c. Warna kuning tergantung dari kepekatan, diet obat – obatan dan sebagainya.
d. Bau khas air kemih bila dibiarkan terlalu lama maka akan berbau amoniak.
e. Berat jenis 1.015 – 1.020.

f. Reaksi asam bila terlalu lama akan menjadi alkalis, tergantung pada diet (sayur
menyebabkan reaksi alkalis dan protein memberi reaksi asam)

2. Komposisi air kemih

a. Air kemih terdiri dari kira – kira 95 % air

b. Zat – zat sisa nitrogen dari hasil metabolisme protein asam urea, amoniak dan
kreatinin

c. Elektrolit, natrium, kalsium, NH3, bikarbonat, fosfat dan sulfat

d. Pigmen (bilirubin, urobilin)

e. Toksin

f. Hormon

3. Mekanisme Pembentukan Urine

Dari sekitar 1200 ml darah yang melalui glomerulus setiap menit terbentuk
120 – 125 ml filtrat (cairan yang telah melewati celah filtrasi). Setiap harinyadapat
terbentuk 150 – 180L filtart. Namun dari jumlah ini hanya sekitar 1% (1,5 L) yang
akhirnya keluar sebagai kemih, dan sebagian diserap kembali.

4. Tahap – tahap Pembentukan Urine

a. Proses filtrasi

Terjadi di glomerolus, proses ini terjadi karena permukaan aferent lebih


besar dari permukaan aferent maka terjadi penyerapan darah, sedangkan sebagian
yang tersaring adalah bagian cairan darah kecuali protein, cairan yang tersaring
ditampung oleh simpai bowman yang terdiri dari glukosa, air, sodium, klorida,
sulfat, bikarbonat dll, diteruskan ke seluruh ginjal.

b. Proses reabsorpsi

Terjadi penyerapan kembali sebagian besar dari glukosa, sodium, klorida,


fosfat dan beberapa ion karbonat. Prosesnya terjadi secara pasif yang dikenal dengan
obligator reabsorpsi terjadi pada tubulus atas. Sedangkan pada tubulus ginjal bagian
bawah terjadi kembali penyerapan dan sodium dan ion karbonat, bila diperlukan
akan diserap kembali kedalam tubulus bagian bawah, penyerapannya terjadi secara
aktif dikienal dengan reabsorpsi fakultatif dan sisanya dialirkan pada pupila renalis.

c. Augmentasi (Pengumpulan)

Proses ini terjadi dari sebagian tubulus kontortus distal sampai tubulus
pengumpul. Pada tubulus pengumpul masih terjadi penyerapan ion Na+, Cl-, dan
urea sehingga terbentuklah urine sesungguhnya. Dari tubulus pengumpul, urine yang
dibawa ke pelvis renalis lalu di bawa ke ureter. Dari ureter, urine dialirkan menuju
vesika urinaria (kandung kemih) yang merupakan tempat penyimpanan urine
sementara. Ketika kandung kemih sudah penuh, urine dikeluarkan dari tubuh melalui
uretra.

d. Mikturisi

Peristiwa penggabungan urine yang mengalir melui ureter ke dalam kandung


kemih., keinginan untuk buang air kecil disebabkan penanbahan tekanan di dalam
kandung kemih dimana saebelumnmya telah ada 170 – 23 ml urine. Miktruisi
merupakan gerak reflek yang dapat dikendalikan dan dapat ditahan oleh pusat –
pusat persyarafan yang lebih tinggi dari manusia, gerakannya oleh kontraksi otot
abdominal yang menekan kandung kemih membantu mengosongkannya.

5. Ciri – ciri Urine Normal

Rata – rata dalam satu hari 1 – 2 liter, tapi berbeda – beda sesuai dengan
jumlah cairan yang masuk. Warnanya bening oranye pucat tanpa endapan, baunya
tajam, reaksinya sedikit asam terhadap lakmus dengan pH rata – rata 6.

2.1 Perubahan sistem perkemihan

Aliran darah ke ginjal,GFR dan ureter dalam waktu sebulan secara bertahap
akan kembali seperti keadaan sebelum hamil. selama proses melahirkan kandung
kemih mendapatkan trauma yang mengakibatkan oedema dan menghilangkan
sensivitas terhadap tekanan cairan,dengan adanya perubahan tersebut dapat
menyebabkan tekanan yang berlebihan dan pengosongan yang tidak sempurna dari
kandung kemih.Biasanya hal ini terjadi dalam 2 hari pertama pascasalin. Beberapa
pendapat ahli mengutarakan bahwa terjadi penimbunan cairan dalam jaringan
selama kahamilan yang dikeluarkan melalui diuresis,sehingga wanita kehilangan BB
2,5 kg pada minggu pertama pascasalin.

ETIOLOGI

§ Distensi kandung kemih sebagai akibat peningkatan kapasitas kandung kemih


selama kehamilan.
§ Tonus otot kandung kemih lemah disebabkan berkurangnya suplay hormon
progesteron pada pascasalin.

§ Rasa nyeri pada panggul dan daerah sekitar jalan lahir yang menimbulkan rasa
sakit pada saat berkemih.

§ Faktor psikologis ibu yang masih trauma dengan proses persalinan ataupun
laseresi jalan lahir yang di alaminya

KONDISI PATOLOGIS

Distensi kandun kemih yang muncul segera setelah BBL dapat menyebabkan
perdarahan karena kontraksi uterus terganggu dan jika terjadi pada tahap lanjut maka
dapat menyebabkan kandung kemih lebih peka terhadap infeksi sehingga
mengganggu proses berkemih normal,bila hal ini berlangsung lama maka dinding
kandung kemih akan mengalami kerusakan. Hematuri yang terjadi pada minggu
pertama postpartum menandakan adanya trauma pada kandung kemih waktu
persalinan, selanjutnya terjadi infeksi pada saluran perkemihan.

2.2 RETENSIO URINE

2.2.1 Pengertian

Retensio urine adalah tertahannya urine didalam kandung kemih, dapat


terjadi secara akut maupun kronis. Pada keadaan akut miksi berhenti secara
mendadak, klientidak bisa BAK. Dalam keadaan kronis retensi urine terjadi akibat
adanya obstruksi yang terus-menerus pada uretra.

2.2.2 Etiologi

Kalkulus pada lumen uretra , striktur uretra, BPH, Penekanan kepala Janin

2.2.3 Insiden

Sistitis penyebabnya adalah Escherichia coli 73 %-90% dari kasus dan


pielonefritis (Infeksi pelvis renalis) penyebabnya terbanyak dari kasus oleh infeksi
asenden
TINJAUAN KASUS

3.1 Kasus

Ny Wusia 21 tahun ke poli kebidanan RSU dr.slamet garu bersama suaminya


yang bernama Tn.j pada tanggal 25 november2010 untuk mengonsultasikan
masalahnya.Bidan menyambut Ny W dengan terbuka dan ibu bidan mengatakan
bahwa mereka senang atas kedatangannya. Bidan mulai mengumpulkan data Ny
W,langkah pertama proses manajeman kebidanan. Ny w bertempat tinggal di
Jl.wanaraja no25, garut. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas sekarang.

Ibu melahirkan 10 hari yang lalu kehamilan 9 bulan, persalinan dirumah di


tolong paraji, jenis kelamin bayi laki-laki, berat bayi tidak di timbang. Lama
mengedan sekitar 2 jam, tali pusat lahir sekitar setengah jam setelah bayi lahir.
Sesak ibu melahirkan ibu mengeluh susah kencing, 5 hari hari yang lalu ibu merasa
panas dingin. Telah berobat ke mantri tidak ada perbaikan oleh keluarga ibu dibawa
ke rumah sakit.

Riwayat kesahatan yang lalu

Ibu tidak pernah menderita penyakit yang berhubungan dengan alat


kandungan, titak menderita penyakit berat, di keluarga tidak ada yang menderita
penyakit berat, menular dan keturunan.

Riwayat sosial ekonomi

Ibu mengharapkan kelahiran ini, ibu masih tinggal bersama orang tuanya.
Pengambilan keputusan pada dirinya ada pada suami, ibu sangat cemas ketika harus
dibawa ke rumah sakit. Ibu makan 2x sehari dengan menu seadanya, minum 4 gelas
tiap hari air teh karen ibu takut sering kencing. Sejak melahirkan BAB baru 1 kali,
konistensi keras, BAK susah dan sedikit-sedikit dan terasa sakit. Ibu belum
melakukan aktivitas sesak 5 hari lalu, ibu hanya tidur saja. Ibu tidur tidak nyenyak
sesak setelah pemeriksaan fisik.

TB :155 cm BB : 60 kg

TD :110/70 mmHg N : 84x/mnit R : 24x/mnit S : 37c

Muka : tidak bengkak, tampa kemerahan

Hidung : Tidak ada polip

Mulut : Caries ada

Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar thyroid dan kelenjar getah bening.

Dada : Payudara simetris, puting menonjol


Abdomen : TFU 2jari di atas pusat, biass penuh, nyeri tekan ada

Organ ginetalia : Vulva kotor haemoroid tidak ada

Extremitas atas : tidak ada oedem, pucat

Bawah : tidak oedem, refleks patela positif

Pemeriksaan penun jang

HB :9,7 gr/dl
ASUHAN KEPERAWATAN PADA IBU NIFAS DENGAN GANGGUAN
ELIMINASI TERHADAP Ny. W DI BPS. ANAS SUTRIMAH
GENDOH-SEMPU

A. Pengumpulan Data Dasar (21 November 2009 jam: 16.30 wib)

1. Identitas

Nama Pasien : Ny w Nama Suami : Tn. Arief


Umur : 28 tahun Umur : 33 tahun
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : SMA
Pendidikan : SLTP pendidikan : (Islam) wiraswasta
Agama : Islam Agama : Islam
Suku : Jawa Suku : Jawa
Alamat :Krajan Alamat : Krajan

2. Keluhan Utama
Keluhan yang dirasakan ibu saat ini. Ibu mengatakan nyeri dan pedih pada
bagian vulva, susah BAK dan BAB selama 2 hari post partum.

3. Riwayat Persalinan Sekarang

a. G2P1A0
Ibu partus spontan pada tanggal 20 November 2009
Pukul 09.00 Wib, letak belakang kepala, jenis kelamin : laki-laki, hidup tunggal,
tidak ada kecacatan, BB : 3600 gr, PB ; 49 cm, Apgar Score 8/9
b. Tempat persalinan : ibu melahirkan di rumah bersalin mitra keluarga
c. Komplikasi persalinan : ibu dan bayi tidak mengalami komplikasi dalam persalinan,
perdarahan normal 200 cc, 2 jam pertama ibu ganti pembalut pada perineum terdapat
laserasi ringan.
d. Lama persalinan
Kala I : lamanya 8 jam, berlangsung normal, jumlah perdarhaan 30 cc
Kala II : lamanya 35 menit, persalinan spontan pukul 9.00 Wsib jumlah perdarahan
100 cc, jenis kelamin laki-laki BB : 3600 gr, PB : 49 cm, APGAR score
8/9
Kala III : Lamanya 15 menit, pukul 9.15 Wib, plasenta lahir spontan, berat placenta
500 gr, panjagn tali pusat 35 cm, jumlah perdarahan 200 cc
Kala IV : berlangsung normal, kontraksi uterus baik, jumlah perdarahan 150 cc,
hecting perineum 2, keadaan umum ibu baik
TD : 120/80, Nadi : 82 x/mnt, RR : 20 x/mnt, suhu : 370C

4. Riwayat kesehatan

Ibu tidak pernah menderita sakit parah sehingga harus dirawat di RS, ibu juga tidak
mengidap penyakit keturunan seperti DM dan lain-lain. Selama ibu hamil ibu
melakukan senam hamil.

5. Riwayat psikososial

a. Ibu merasa senang dengan kahadiran anaknya, suami dan keluarganya juga merasa
bahagia dengan adanya anggota baru dalam keluarga.
b. Ibu mau menyusui bayinya
c. Ibu merasa khawatir karena rasa mules dibagian perut bawah dan mengeluh letih
setelah melahirkan.

6. Pola kebutuhan dasar

a. Personal hygiene
Sebelum melahirkan : ibu mandi 2x sehari, menggosok gigi 3 x/hr, keramas
setiap hari, ganti pakaian 2 x/hr
Setelah melahirkan : ibu mandi 2 x/sehari, menggosok gigi 2 x/hr, keramas 2
hari sekali ganti pakaian 2 x/hr
b. Nutrisi
S Sebelum melahirkan : makan 3-4 x sehari, minum 8-10 gelas sehari
Setelah melahirkan : makan 3-4 x sehari, minum 6-7 gelas sehari
c. Eliminasi
Sebelum melahirkan : BAK 6-7 x sehari, BAB 1 x/hari
Setelah melahirkan : BAK 4-5 x sehari, belum BAB selama 2 hari post partum.
d. Aktifitas
Sebelum melahirkan : ibu biasa melakukan aktivitas kegiatan rumah tangga
sendiri tanpa bantuan orang lain
Setelah melahirkan : ibu hanya bisa berjalan pelan-pelan dan butuh bantuan
orang lain dalam mengerjakan pekerjaan rumah tangga

7. Pemeriksaan Fisik
a. Pemeriksaan umum : keadaan ibu baik TB : 160 cm
Kesadaran : komposmentis BB sebelum hamil : 50 kg
b. Tanda-tanda vital :
TD : 120/80 mmHg
RR : 20 x/mnt
Suhu : 370C
Pols : 82 x/mnt
c. Rambut : tampak lembab karena berkeringat
d. Muka : tidak ada oedem
e. Mata : simetris, conjungtiva merah, sklera normal tidak ada
pembengkakan, fungsi penglihatan normal
f. Hidung : tidak ada skret, tidak ada peradangan tidak ada polip, fungsi
penciuman normal
g. Mulut : bersih, tidak ada caries, tidak ada stomatitis, dan tidak ada
peradangan tonsil
h. Telinga : simetris, bersih, tidak ada peradangan, fungsi pendengaran
normal.
i. Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tyroid dan vena jugularis
j. Dada (payudara) : siemtris, puting susu keluar (menonjol), sedikit keluar
colostrum, tidak ada masa
k. Abdomen : terdapat strie livida, linea rigra, TFU 2 jari bawah pusat,
kontraksi baik, konsistensi keras
l. Ekstremitas alat : simetris, tidak ada odem, jari-jari lengkap
m. Ekstremitas bawah : tidak ada odem, tidak ada varices. Reflek patela (+),
simetris, tidak ada pembengkakan
n. Genitalia : lochea rubra, warna dan bau normal, tidak ada varices,
ada laserasi ringan diperineum hecting, perih saat BAB / BAK.

B. Intepretasi Data Dasar


a. Diagnosa
Ibu post partum hari ke 2 dengan gangguan pola eliminasi
Dasar :
1. Ibu belum BAB sudah 2 hari
2. Ibu mengatakan takut bila BAB
3. Ibu mengatakan perih saat BAK
4. Ada luka perineum, heating 2

b. Masalah
1. Ketidaknyamanan ibu post partum
Dasar :

a. Ibu mengatakan mulas pada bagian perut


b. Ibu mengatakan perih saat BAK

2. Ibu merasa cemas


Dasar :

a. Ibu belum BAB sudah 2 hari


b. Ibu mengatakan takut bila BAB
c. Ada luka perineum, heating 2

AKebutuhan

1. Mobilisasi
Dasar :
a) Ibu mengatakan pegal pada tangan dan kaki
b) Ibu belum BAB sudah 2 hari
c) Ibu mengeluh perutnya mulas
2. Nutrisi
Dasar : ibu belum BAB sudah 2 hari
C. Antisipasi Diagnosa dan masalah Potensial

a. Potensial konstipasi

Dasar :
1. Ibu belum BAB sudah 2 hari
2. Ada luka perineum heating 2

b. Potensial inkontinensia uri

Dasar : ibu post partum hari ke 2

D. Kebutuhan Terhadap Tindakan Segera dan Kolaborasi


Bila menunjukkan ke arah tanda-tanda bahaya lakukan kolaborasi atau rujukan

E. Rencana Manajemen (21 November 2009 jam: 16.30 wib)


1. Ibu post partum hari ke – 3 dengan gangguan eliminasi
a. Menjelaskan kondisi ibu saat ini bahwa ibu dalam proses involusi
b. Menjelaskan tentang pentingnya makanan bersama
c. Libatkan keluarga dalam pemenuhan nutrisi dan cairan pada ibu
d. Evaluasi apakah kebutuhan ibu telah terpenuhi
e. Observasi apakah ibu masih mengalami gangguan pada eliminasi
2. Kebutuhan mobilisasi
a. Menjelaskan pada ibu saat ini ibu dalam proses involusi
b. Menjelaskan tentang pentingnya mobilisasi
c. Libatkan keluarga dalam proses mobilisasi
d. Ajarkan pada ibu teknik mobilisasi
e. Evaluasi apakah ibu sudah dapat melakukan mobilisasi
f. Observasi apakah ibu masih memerlukan mobilisasi
3. Kebutuhan nutrisi
a. Menjelaskan pada ibu bahwa ibu saat ini dalam proses involusi
b. Menjelaskan tentang pentingya kecukupan gizi di masa nifas
c. Libatkan keluarga dalam proses pemenuhan gizi ibu nifas
d. Evaluasi apakah gizi ibu terpenuhi
e. Observasi apakah ibu masih belum tercukupi kebutuhan nutrisinya
F. Implementasi

1. Menjelaskan pada ibu bahwa ibu dalam proses involusi


2. Mengobservasi keadaan umum ibu

a. Mengobservasi proses involusi


1) Melakukan pengukuran TFU
2) Melakukan observasi pengeluaran pervaginam
b. Pemeriksasan tanda-tanda vital
1) TD : 120/80 mmHg
2) Pols : 82 x/mnt
3) RR : 20 x/mnt
4) Suhu : 37 x/mnt

3. Menganjurkan ibu untuk banyak makan, makanan yang banyak mengandung serat,
buah-buahan dan banyak minum air putih minimal 8 gelas sehari
4. Menganjurkan ibu untuk mobilisasi dini agar ibu cepat sehat dan kuat dan
mempercepat faal usus dan kandung kemih
5. a. Memberikan informasi pada ibu dan keluarga tentang tanda-tanda bahaya

post partum.
1) Perdarahan luar biasa, tiba-tiba jadi banyak dan banyak
2) Rasa sakit pada daerah di bawah abdomen / punggung
3) Sakit kepala, nyeri epigastrik, masalah penglihatan, odem wajah dan tangan
4) Payudara terasa teragng dan merah, sakit serta panas
5) Kurangnya nafsu makan yang lama
6) Rasa sakit, merah, panas dan odem pada kaki
7) Rasa cemas dan sedih yang berlebihan
8) Merasa letih dan terengah-engah
b. Jika terjadi atau ditemukan tanda bahaya menghubungi keluarga pasien

G. Evaluasi (21 November 2009 jam: 17.00 wib)

1. Ibu mengerti tentang kondisinya ibu saat ini

a. Keadaan umum ibu baik, kesadaran composmentis


b. TD : 120/80 mmHg, pols : 82 x/mnt, RR : 20 x/mnt, Suhu : 370C
c. Involusi baik, TFU 1 jari bawah pusat, kontraksi uterus baik, loechea rubra, jumlah
dan bau normal
d. Keluarga mau membantu dalam perawatan nifas

2. Ibu mengerti tentang pentingnya makanan berserat

a. Ibu mendapatkan makanan berserat, buah dan banyak minum air putih
b. Ibu sudah BAB dan tidak takut akan BAB dan BAK

3. Ibu mengerti tentang mobilisasi dini

a. Ibu dapat melakukan mobilisasi dini yang diajarkan


b. Keluarga mau membantu ibu

4. Tanda-tanda yang mengarah ke bahaya tidak terjadi

Catatan Perkembangan
1. Evaluasi hari ke 3 post partum tanggal 23-11-2009
S : a. Ibu mengatakan sudah tidak lemas dan letihnya berkurang
b. Belum BAB dan sedikit BAK
O : Keadaan umum baik, TD : 120/80 mmHg, pols : 82 x/mnt
RR : 20 x/mnt Suhu : 370C
a. TFU 3 jari bawah pusat, kontraksi uterus baik
b. Lochea rubra, jumlah dan bau normal
c. Belum bisa BAB, BAK 4-5 x/hr
d. ASI belum keluar
A : G2P1A0 post partum hari ke 3
Dasar :
Ibu partus tanggal 21 November 2007, pengeluaran pervaginam locehar ubra, TFU 3
jari bawah pusat

Masalah : gangguan pola eliminasi


Kebutuhan : makanan berserat, buah-buahan, minum air putih 8 gelas / hari,
mobilisasi dini
P : a. Observasi proses involusi
b. Teruskan mobilisasi dini seperti berjalan ringan dan senam nifas
c. Banyak makan-makanan berserat seperti sayur-sayuran, buah-buahan seperti pepaya,
jeruk juga perbanyak minum air putih minimal 8 gelas per hari
d. Anjurkan ibuuntuk melakukan personal hygiene

2. Evaluasi hari ke 7 pos partum tanggal 27-11-2009


S : a. Ibu mengatakan sudah dapat BAB dan BAK
b. Ibu mengeluh pengeluaran ASI masih sedikit
O : Keadaan umum baik, TD : 120/80 mmHg, pols : 80 x/mnt
RR : 22 x/mnt Suhu : 37,20C
a. TFU 3 jari bawah pusat, kontraksi baik
b. Lochea rubra, jumlah dan bau normal
c. ASI masih belum keluar
d. Luka heating sudah mulai kering
A : G2P1A0 post partum hari ke 7
Dasar :
Ibu partus tanggal 20 November 2007, pengeluaran pervaginam locehar ubra, TFU 3
jari bawah pusat

Masalah : ASI masih belum lancar


Kebutuhan : makanan yang bergizi, contoh : daun katuk, bayam, susu dan lain-lain.

P : a. Observasi proses involusi


b. Banyak makan-makanan yang mengandung nilai gizi tinggi dan penuhi kebutuhan
cairan ibu
d. Ajarkan tentang perawatan bayi baru lahir sehari-hari seperti cara memandikan bayi
(Mandi rendam).

3. Evaluasi hari ke 14 pos partum tanggal 6-12-2009


S : a. Ibu mengatakan ASI sudah banyak keluar
b. Ibu mengatakan sudah tidak mengeluarkan cairan dari vaginanya
O : Keadaan umum baik, TD : 120/80 mmHg, pols : 78 x/mnt
RR : 20 x/mnt Suhu : 370C
a. TFU sudah tidak teraba
b. Lochea alba, jumlah dan bau normal
c. ASI sudah lancar
d. Luka heating sudah kering
A : G2P1A0 post partum hari ke 14
Dasar :
Ibu partus tanggal 20 November 2009, pengeluaran pervaginam loceha alba, TFU
sudah tidak teraba

Masalah : Ibu belum memiliki rencana untuk ber KB


Kebutuhan : penyuluhan tentang pentingnya ber KB

P : a. Observasi proses involusi


b. Lakukan penyuluhan tentang pentingnya ber KB
d. Jelaskan tentang pemilihan ALKON (alat kontrasepsi)
DAFTAR PUSTAKA

Huliana, Mellyna, 2003, Perawatan Ibu Pasca Melahirkan, Jakarta : Puspaswara

Farrer, Helen, 1999, Perawatan Maternitas, Jakarta : EGC

Mansjoer Arief, 2000, Kapita Selekta Kedokteran, Jakarta : Media Assculapius

Wiknjoasastro Hanifa, 2005, Ilmu Kebidanan, Jakarta : YBP-SP

Fakultas Kedokteran UNPAD, 1983, Obstetri Fisiologi, Bandung : Eleman

Anda mungkin juga menyukai