Anda di halaman 1dari 16

GLOMERULONEFRITIS

MAKALAH
Disusun guna memenuhi Tugas Mata Kuliah Sistem Perkemihan

Oleh

1. Safitri Lestari 16213117


2. Sisca Veronika 16213123
3. Sri Indriani 16213140
4. Utari Nursafitri 16213149
5. Vindy Litaferina 16213151
6. Wahyu Puspitasari 16213153
7. Winda Sugianti 16213156
8. Matiyas Pratama S. 16213070

Tingkat 3 Semester 5 (Keperawatan C)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes) YATSI TANGERANG

Jl. Arya Santika No. 40A , Karawaci, Tangerang-Banten 15113

Telp : 55726558/55725974

2018
i

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat limpahan rahmat
dan karunia-Nya, kami dapat menyusun makalah yang berjudul “GLOMERULONEFRITIS”
hingga selesai.
Makalah ini telah kami susun dengan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat
memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan terimakasih kepada
pihak yang telah membantu dalam pembuatan makalah ini, yaitu:
1. ALLAH SWT yang telah memberikan nikmat serta karunia-Nya.
2. Ibu Ida Faridah, S. Kp., M.Kes., selaku ketua STIKes Yatsi Tangerang.
3. Ibu Ns. Febi Ratnasari, S. Kep., M. Kep., selaku kaprodi keperawatan.
4. Ibu Ns. Siti Robeatul Adawiyah, S. Kep., selaku penanggung jawab tingkat III
keperawatan.
5. Ibu Ns. Ria Setia Sari, S.Kep., M.Kep., selaku dosen mata kuliah Sistem Perkemihan.
6. Teman-teman yang telah membantu pembuatan makalah ini, dan semua pihak yang tidak
dapat kami sebutkan satu persatu.
Dan semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu yang turut serta membantu
kami dalam proses pembuatan makalah ini.
Terlepas dari itu semua, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik
dari segi penyusunan kalimat maupun tata bahasa dalam makalah ini. Oleh karena itu, dengan
tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik yang membangun dari teman-teman agar
kami dapat memperbaiki makalah ini. Akhir kata, kami berharap semoga makalah ini dapat
memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap pembacanya.

Tangerang,24 Oktober 2018

PENYUSUN

i
ii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................... i

DAFTAR ISI.................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ............................................................................. 2

C. Tujuan ............................................................................................... 2

BAB II TINJAUAN TEORI

A. Definisi ............................................................................................... 3

B. Klasifikasi ......................................................................................... 4

C. Etiologi ............................................................................................... 4

D. Manifestasi Klinis .............................................................................. 4

E. Komplikasi ........................................................................................ 5

F. Pemeriksaan Penunjang ..................................................................... 6

G. Penatalaksanaan Medis ...................................................................... 7

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN

A. Intervensi............................................................................................ 8

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan ...................................................................................... 10

B. Saran ................................................................................................ 10

DAFTAR PUSTAKA

ii
1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Glomerulonefritis merupakan masalah kesehatan yang masih membebani dunia.


Setiap tahunnya diperkirakan terdapat 470.000 kasus baru dan 5.000 kematian akibat
glomerulonefritis pada anak, dimana 97% kasus terjadi di negara yang berkembang
(Carapetis et al, 2005). Glomerulonefritis akut juga menjadi etiologi dari 25% semua
kasus end stage renal disease (ESRD), dimana ESRD menyebabkan penurunan kualitas
hidup yang dramatis serta peningkatan mortalitas yang signifikan (Tonelli et al., 2006).
Selain itu, masih sangat sedikit yang diketahui tentang agen etiologi atau faktor
pencetus yang menyebabkan penyakit, sehingga pengobatan dan prevensi masih
menjadi hal yang sulit (Vehaskari, 2011).

Manifestasi klinis yang sering muncul, sekaligus merupakan prediktor luaran


terpenting pada glomerulonefritis adalah proteinuria (Reich et al, 2010). Sepahi et al.
(2011) melaporkan bahwa 68,08% anak dengan glomerulonefritis akut mengalami
proteinuria. Studi lain yang dilakukan oleh Albar dan Rauf (2005) menunjukkan bahwa
diantara semua pasien dengan glomerulonefritis akut, 98,5% menunjukkan gejala
proteinuria. Dari semua hasil pemeriksaan penunjang, proteinuria positif merupakan
hasil yang paling sering ditemukan pada pasien (Albar dan Rauf, 2005).

Salah satu komplikasi dari glomerulonefritis adalah berkembangnya penyakit


ginjal kronis, yang ditandai dengan adanya proteinuria persisten (Reich et al., 2010).
Marshall et al. (2011) melaporkan bahwa sekitar 2% pasien penderita glomerulonefritis
akut akan berkembang menjadi penyakit ginjal kronis. Penyakit ginjal kronis
dibuktikan meningkatkan mortalitas dan morbiditas akibat penyakit kardiovaskuler
(Foley et al., 1998). Risiko kematian akibat penyakit ginjal kronis secara signifikan
lebih tinggi pada populasi anak (Tonelli et al., 2006).

Dalam usaha mengurangi mortalitas dan memperbaiki kualitas hidup pasien


anak akibat glomerulonefritis akut perlu diketahui terlebih dahulu kemungkinan suatu
gagal ginjal akut berkembang menjadi penyakit ginjal kronis. Hal ini penting untuk
diketahui karena akan menjadi dasar pembuatan keputusan untuk memberi pengobatan

1
2

kepada pasien dengan glomerulonefritis. Pengobatan secara adekuat dari penyakit serta
komplikasi yang timbul akan memperbaiki prognosis bagi pasien glomerulonefritis
(Park & Shin, 2011). Penelitian yang saat ini ada di dunia sangat sedikit, dan di
Indonesia bahkan tidak ditemukan. Selain itu, dikarenakan komplikasi penyakit ginjal
kronis yang dapat muncul dari glomerulonefritis, sangatlah penting untuk diteliti
hubungan derajat gagal ginjal akut dengan proteinuria persisten pada pasien anak
penderita glomerulonefiritis akut untuk membantu pembuatan keputusan serta
pencegahan komplikasi.,

B. Rumusan Masalah

1. Apa definisi dari glomerulonefritis ?


2. Apa etiologi dari glomerulonefritis ?
3. Apa manifestasi klinis dari glomerulonefritis ?
4. Apa saja pemeriksaan penunjang dari glomerulonefritis ?
5. Apa komplikasi dari glomerulonefritis ?
6. Bagaimana penatalaksanaan dari glomerulonefritis ?
C. Tujuan

1. Untuk mengetahui definisi dari glomerulonefritis .


2. Untuk mengetahui etiologi dari glomerulonefritis.
3. Untuk mengetahui manifestasi klinis dari glomerulonefritis.
4. Untuk mengetahui pemerksaan penunjang dari glomerulonefritis.
5. Untuk mengetahui komplikasi dari glomerulonefritis.
6. Untuk mengetahui pentalaksanaan dari glomerulonefritis.

2
3

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Definisi glomerulusnefritis
Glomerulosnefritik mencankup beragam penyakit sebagian besar yang di
sebabkan oleh reaksi imunologi yang mengakibatkan perubahan proliferatif dan
inflamasi pada struktur glomerular. Glomerulonefritis dapat berupa akut atau kronis.
Biasanya dimanifestasikan baik oleh sindrom nefrotik atau sindrom nefritik. Biopsi
ginjal perkuatan biasanya dilakukan untuk mengidentifikasi jenis glomerulosnefritis,
dan temuannya membantu renca intervensi dan menentukan prognosis (Black, 2014)
Glomerulusnefritis suatu keadaan dimana terjadi inflamasi pada glomerolus,
yang berdasarkan etiologi dapat terjadi primer ataupun sekunder, glomerulus primer
etiologinya tidak di ketahui tetapi umumnya merupakan proses autoimun. Glomerulus
sekunder disebabkan oleh penyait sistemik, infeksi, malignitas atau penyakit metabolik.
(Am J Nefrol, 2013).
Glomerulonefritis adalah gangguan pada ginjal yang di tandai dengan
peradangan pada kapiler glomerulus yang fungsinnya sebagai filtrasi cairan tubuh dan
sisa-sisa pembuangan .GNA adalah suatu reaksi imunologis ginjal terhadap bakteri atau
virus tertentu. GNA adalah istilah yang secara luas di gunakan yang mengacu pada
kelompok penyakit ginjal dimna infalmasi terjadi di glomerulus.
Sindrom nefrotik dapat berkembang selama perjalana setiap type
glomerolosnfritis membranosa, membranoproliferatif, pasca-streptocuccus, lupus,
infeksi kronis (termasuk malari dan skistosomiasis) dan purpura anafilaktoid. Meskipun
terjadinya syndrom nefrotik sekunder dapat menunjukan parah penyakit glomerulus,
syndrom nefrotik sering kali membaik jika nefritisnya membaik (Nelson, 2000)
Glomerulus kronik Suatu kondisi peradangan yang lama dari sel-sel glomerulus.
Kelainan ini dapat terjadi akibat glomerolonefritik akut yang tidak membaik atau timbul
secara spontan (muttaqin, dkk 2011). Glomerulonefrotis akut Merupakan penyakit yang
mengenai glomiruli kedua ginjal. Glomerulonefritis akut biasanya terjadi sekitar 2-3
minggu setelah serangan infeksi streptococcus.

3
4

B. Klasifikasi
1. Glomerolusnefrotis akut
2. Glomerolusnefrotis kronik

C. Etiologi
1. Glomerolusnefrotis Kronis
Penyebab yang paling sering adalah diabetes mellitus dan hipertensi kronik
kedua penyakit ini berkaitan dengan cedera glomerolus Yang bermakna dan
berulang. Hasil akhir dari peradangan tersebut membentuk jaringan parut dan
menurunkan fungsi glomerolus. Kerusakan glomerolus sering diikuti oleh atropi
tubulus (mutaqqin, kumala sari, 2011)
2. Glomerolusnefrotis Akut
Faktor penyebab yang mendasari sindrom ini secara luas dapat di bagi menjadi
kelompok infeksi dan non infeksi :
a. Infeksi.
infeksi streptococcus terjadi sekitar 5 – 10 % pada orang dengan radang
tenggorokan dan 25% pada mereka dengan infeksi kulit penyebab non
streptococcus, meliputi bakteri, virus, dan parasit.
b. Non infeksi.
Penyakit multisistem, seperti pada lupus eritematosus (SLE), vaskulitis,
sindrom gudpastore, granulomatosis Wegener.
Kondisi penyabab lainnya adalah pada kondisi sindrom Guillain-Barre.

D. Manifestasi Klinis
1. Glomerolusnefrotis Akut
a. Penyakit ringan umumnya ditemukan saat melakukan urinalisis secara rutin.
b. Riwayat infeksi : faringin oleh streptococcus kelompok A virus hepatitis B dan
endokarditis
c. Proteinuria, hematuria, oliguria
d. Wajah seperti bulan dan edema pada ekstermitas
e. Lemah dan anoreksia
f. Hipertensi ( ringan, sedang atau berat) dan sakit kepala.
g. Anemia akibat kehilangan sel darah kedalam urine

4
5

h. Dari hasil study klinik kejadian glumerolusnefritis akut dapat sembuh sampai
90% dengan fungsi ginjal normal dalam 60 hari :
1. Diuresis biasanya mulai 1-2 minggu sesudah serangan
2. Renalclearence dan konsentrasi urea darah kembali normal
3. Edema dan hipertensi berkurang
4. Pada pemeriksaan mikroskop proteinhematurua masih ada selama beberapa
bulan
2. Glomerolusnefrotis kronis
a. Kadang-kadang tidak memberikan keluhan sama sekali sampai terjadi gagal
ginnjal/hematuri
b. Edema, penurunan kadar albumin
c. Hipertensi (biasanya ada serangan enselopatihipertensi selanjutnya
peningkatan suhu badan )
d. Sakit kepla, lemah, gelisah
e. Mual, tidak ada nafsu makan, bb menurun
f. Ureum dan kreatinin meningkat
g. Oliguri dan anuria
h. Subfebril
i. Kolestrol darah naik
j. Fungsi ginjal menurun
k. Ureum meningkatn + kreatinin serum
l. Anemia
m. Gagal jantung kematian
n. Selalu merasa haus dan diksi pada malah hari (nocturia)

E. Komplikasi
1. Glomerolusnefrotis Akut
a. Oliguria sampai anuria dapat berlangsung 2-3 hari. Terjadi sebagai akibat
berkurangnya filtrasi glomerolus.
b. Ensefalopati hipertensi merupakan gejala serebrum karena hipertensi seperti
gangguan penglihatan, pusing, muntah, dan kejang-kejang. Hal ini disebabkan
spasme pembuluh darah lokal dengan anoksia dan edema otak.
c. Anemia dapat terjadi akibat pengeluaran eritrosit melalui urin terus menerus.

5
6

d. Gagal ginjal GNA peradangan pada glomerulus apabila hal tersebut terjadi
terus menerus dan tidak di tangani maka fungsi ginjal menurun untuk
mengimbangi fungsinya maka ginjal tesebut akan lebih kerja dari batas
kemmpuan ginjal
2. Glomerolusnefrotis Kronis
a. Oliguria sampai anuria yang dapat berlangsung 2 sampai 3 hari terjadi sebagai
akibat dari kurangnya filtrasi glomerolus. Gambaran seperti gagal insufisiensi
ginjal akut dengan urimia, hiperkalemia, hipofosfatemia, dan hidremia. Walau
oliguria dan anuria yang lama jarang terdapat dapat anak, namun bila hal ini
terjadi maka dialisis peritoneum kadang-kadang diperlukan
b. Esenfalopati hipertensi yang merupakan gejala selebrum karena hipertensi.
Terdapat gejala berupa gangguan berupa penglihatan, pusing, muntah, dan
kejang- kejang. Hal ini disebabkan spasme pembuluh darah lokal dengan
anoksia dan edema otak. Gangguan sirkulasi berupa dispneu, orthopneu,
terdapat ronchi basah, pembesaran jantung dan meningkatnya TD yang bukan
saja disebabkan spaseme pembuluh darah, tetapi juga disebabkan oleh
bertambahnya volume plasma. Jantung dapat membesar dan terjadi gagal
jantung akibat HT yang menetap dan kelainan di miokardium. Anemia karena
adanya hipervolemia disamping adanya sintesis eritopoetik yang menurun.

F. Pemeriksaan penunjang
1. Penilaian fungsi ginjal dengan kreatinin serum dan bersihan kreatinin,
2. Tes dipstik urin dan pemeriksaan mikroskopik terutama untuk mencari seldarah
merah dan silinder,
3. USG ginjal untuk mengetahui ukuran ginjal.
4. Biopsi ginjal dibutuhkan untuk menegakan diagnosis yang akurat, namun
biasanya tidak dilakukan apabila ginjalnya berukuran kecil.
5. Urinalisis (UA) menunjukan hematnya gross, protein dismonfik dan bentuk tidak
serasi Sdm, leusit dan gips hialin.
6. Nitrogen Urea Darah (BUN) dan kreatinin serum meningkat bila fungsi ginjal
mulai menurun.
7. Albumin serum dan protein total mungkin normal atau sedikit menurun (karena
hemodilusi).

6
7

8. Elektrolit serum menunjukan peningkatan natrium dan peningkatan atau


normal kadar-kadar kalium dan klorida.
9. Pemeriksaan sinar x pada dada menunjukkan pembesaran jantung dan enema
pulmonel
10. Led EKG mungkin normal imun dapat juga menunjukkan adanya hipertensi
disertai hipertropi ventrikel kiri dan gangguan elektrolit, seperti hiperkalemia
dan pusat gelombang T.
11. Pemeriksaan labolatorium

G. Penatalaksaan medis
1. Glomerolunefritis Akut
a. Pemberian penisilin pada fase akut. Pemberian antibiotic ini tidak
memengaruhi beratnya glomerulonefritis, melainkan mengurangimenyebarnya
infeksi streptococcus yang mungkin masih ada.Pemberian penisilin dianjurkan
hanya untuk 10 hari. Pemberian profilaksi yang lama sesudah nefritisnya
sembuh terhadap kuman penyebab tidak dianjurkan karena terdapat imunitas
yang menetap.Secara teoretis anak dapat terinfeksi lagi dengan kuman
neritogenlain, tetapi kemungkinan ini sangat kecil.
b. Pengobatan terhadap hipertensi. Pemberian cairan dikurangi, pemberian
sedative untuk menenangkan pasien sehingga dapat cukup beristirahat. Pada
hipertensi dengan gejala serebral diberikan reserpin dan hidralazin.
c. Diuretikum dulu tidak diberikan pada glomerulonefritis akut,tetapi akhir-akhir
ini pemberian furosamid (Lasix) secara intravena (1mg/kg BB/kali) dalam 5-
10 menit tidak berakibat buruk pada hemodinamika ginjal dan filtrasi
glomerulus.
d. Bila timbul gagal jantung, diberikan digitalis, sedativum dan oksigen.
2. Glomerolunefritis Kronik
Pengobatan ditujukan pada gejala klinik dan gangguan elektrolit.Pengobatan
aktivitas sehari-hari sesuai batas kemampuan pasien. Pengawasan hipertenasi
antihipertensi. Pemberian antibiotik untuk infeksi. Dialisis berulang untuk
memperpanjang harapan hidup pasien.

7
8

BAB III
ASUHAN KEPEAWATAN

A. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan
Domain 12 kenyamanan
Kelas 1 kenyamanan fisik
000132 nyeri akut
Domain 2 nutrisi
Kelas 5 hidrasi
Kekurangan volume cairan
Domain 2 nutrisi
Kelas 1 makan
00002 ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

B. Intervensi Keperawatan
Diagnosa Keperawatan Noc Nic
Domain 12 Domain IV pengetahuan Domain 1 fisiologi dasar
Kenyamanan tentang kesehatan dan Kelas E peningkatan
Kelas 1 kenyamanan perilaku 1400 manajemen nyeri
Fisik Kelas Q perilaku sehat 1. Lakukan pengkajian
00132 Nyeri Akut 1605 Kontrol nyeri nyeri secara
Setelah dilakukan tindakan komprehensif yang
keperawatan selama 1 jam meliputi lokasi,
dengan kriteria hasil yamg karakteristik,omset/dura
diharapkan: si, frekuensi, kualitas,
 160402 mengenali intensitas/berat
kapan nyeri terjadi (2-4) nyeri,&faktor pencetus
 160501 menggambarkan 2. Ajarkan penggunaan
faktor penyebab (2-4) teknik non farmakologi
 160504 menggunakan untuk mengurangi nyeri
tindakan pengurangan 3. Dukung istirahat/tidur
yg adekuat untuk

8
9

[nyeri] tanpa analgesik membantu penurunan


(2-4) nyeri
Domain 2 nutrisi Domain 2 kesehatan Domain 2 fisiologis :
Kelas 5 hidrasi fisiologi kompleks
Kekurangan volume Kelas G cairan & elektrolit Kelas N manajemen perfusi
cairan 0602 hidrasi jaringan
Setelah dilakukan tidakan 4130 monitor cairan
keperawatan selama 31-45 1. Tentukan jumlah dan
menit kriteria yang jenis intake/asupan
diharapkan cairan serta kebiasaan
 060215 intake cairan (2- eliminasi
4) 2. Moniotor membran
 060211 output urine (2- mukosa kulit dan haus
4) 3. Berikan cairan dengan
 060205 haus (2- 4) tepat

Domain 2 Nutrisi Domain 2 kesehatan Domain 1 fisiologi dasar


Kelas 1 Makan fisiologi Kelas D dukungan nutrisi
00002 Ketidak Kelas K pencernaan dan 1100 manajemen nutrisi
Seimbangan Nutrisi nutrisi 1. Tentukan status gizi pasien
Kurang Dari Kebutuhan Setelang dilakukan tindakan dan kemampuan (pasien
Tubuh keperawatan selama 16-30 untuk) memenuhi kebutuhan
menit dengan kriteria hasil gizi
yang diharapkan : 1. Tentukan apa yang
 1004 status nutrisi (2-4) menjadi favorit makanan
 100401 asupan gizi (2-4) bagi pasien
 100402 asupan makanan 2. Monitor
(2-4) kecenderungan terjadinya

 100405 berat badan / TB 3. penurunan dan

(2-4) kenaikan BB

9
10

BAB IV
PENUTUTP

A. Kesimpulan
Glomerulonefritis kronik adalah peradangan lama di sel-sel glomerolus.
Kelainan ini dapat terjadi akibat glomerolus akut yang tidak membaik atau timbul
secara spontan (Arif muttaqin & kumala Sari, 2011). Penyakit Ginjal Kronik (PGK)
merupakan suatu proses patofisiologi dengan etiologi yang beragam, mengakibatkan
penurunan fungsi ginjal yang progresif, dan pada umumnya berakhir dengan keadaan
klinis yang ditandai dengan penurunan fungsi ginjal yang irreversible, pada suatu
derajat yang memerlukan terapi pengganti ginjal yang tetap, berupa dialisis atau
transplantasi ginjal
Glomerulonetritis akut adalah suatu reaksi imunologis pada ginjal terhadap
bakteri atau virus tertentu. Yang bersifat akut spesifik, sembuh sendiri. Timbul akibat
susulan dari infeksi faring atau kulit oleh strain nefritogenik streptococcus haemoliticus
grup A tipe 12, 4, 16. 25 dan 49. Glomerulonefritis Akut adalah kumpulan manifestasi
klinis akibat perubahan struktur dan faal dari peradangan akut glomerulus pasca infeksi
Streptococcus. Sindrom ini ditandai dengan timbulnya oedem yang timbul mendadak,
hipertensi, hematuri, oliguri, LFG menurun, insuffisiensi ginjal.

B. Saran
Bagi tenaga kesehatan, khususnya perawat diharapkan mampu mengerti dan
memahami mengenai kejadian Glomeruonefritis akut atau kronik, mulai dari
pengertian, penyebab, gejala, pemeriksaan hingga penatalaksanaannya agar dapat lebih
baik lagi dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien yang membutuhkan
perawatan, sehingga dapat mengurangi resiko akan kejadian yang tidak diinginkan
seperti memburuknya kondisi klien.
Bagi keluarga diharapkan dapat lebih memperhatikan dan selalu memantau
gejala-gejala yang timbul sehingga apabila terjadi kegawat daruratan dapat segera
dibawa ke tenaga medis terdekat agar dapat memperoleh penanganan yang baik.
Institusi pendidikan juga perlu menggali strategi pendidikan kesehatan melalui
metode pembelajaran sehingga para mahasiswa dapat lebih efektif dalam menerapkan

10
11

asuhan keperawatan untuk meningkatkan kesehatan klien yang menderita


Glomerulonefritik

11
12

DAFTAR PUSTAKA

Albar H dan Rauf S, 2009. The Profile of acute glomerulonephritis among indonesian
children, Pediactrica Indonesian, 45 (11-12):245-69
Arvin, B. K , 2000. Ilmu Kesehatan Anak, edisi 15, vol 3, Buku Kedokteran. EGC :
Jakarta
Black , M. Joyce & Hawks J. H 2014. Keperawatan Medikal Bedah, edisi 8, Buku 2. Elsevier
: Singapore
Carapetis JR Stear AC, Mullolans EK. The Global nurden of group A streptococcal diseases.
The lancet Infectious Diseases. 2005;5: hlm. 685-94.
Muttaqin, Arif & Sari, Kumala. 2011. Gangguan Gastrointestinal : Aplikasi Asuhan
Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : Salemba Medika
Reich, H.N., Tritchler, dkk. 2010. A molecular signature of proteinuria in
glomerolunephritis. PloS One, 5(10)
Sepahi, M. A., dkk. 2011. Acute glomerolunephritis : a 7 years follow up of children in
cantre of iran. Acta Medica Iranica, 49(6) : 375-8
Tonellin , Shin, dkk. 2011. Cardiac risk factors and the use of cardioprotective medications
in patients whith chronic renal insufficiency. Am J Kidney Dis 37: 484-489

12

Anda mungkin juga menyukai