Anda di halaman 1dari 17

KEJANG DEMAM

MAKALAH

Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah KGD (Kegawatdaruratan)

Disusun oleh :

1. Riska Pratiwi 16213112


2. Sarah Fitriani Dewi 16213119
3. Siti Maharani 16213127
4. Siti Sumaedah 16213136
5. Syarif Jafar Sidiq 16213144
6. Vivie Aprilya Al Hawari 16213152
7. Yhola Amelia 16213162
8. Ibnu Baidillah 16213057

Tingkat 3 C Keperawatan

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes) YATSI TANGERANG

Jl. Arya Santika No. 40A , Karawaci, Tangerang-Banten 15113

Telp : 55726558/55725974

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat limpahan rahmat
dan karunia-Nya, kami dapat menyusun makalah yang berjudul “KEJANG DEMAM” hingga
selesai.

Makalah ini telah kami susun dengan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat
memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan terimakasih kepada pihak
yang telah membantu dalam pembuatan makalah ini, yaitu:
1. ALLAH SWT yang telah memberikan nikmat serta karunia-Nya.
2. Ibu Ida Faridah, S. Kp., M.Kes., selaku ketua STIKes Yatsi Tangerang.
3. Ibu Ns. Febi Ratnasari, S. Kep., M. Kep., selaku kaprodi keperawatan.
4. Ibu Ns. Siti Robeatul Adawiyah, S. Kep., selaku penanggung jawab tingkat III.
5. Ibu Ns. Ria Setia Sari, S.Kep., M.Kep., selaku dosen mata kuliah KGD.
6. Teman-teman yang telah membantu pembuatan makalah ini, dan semua pihak yang tidak
dapat kami sebutkan satu persatu.
Dan semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu yang turut serta membantu
kami dalam proses pembuatan makalah ini.

Terlepas dari itu semua, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik
dari segi penyusunan kalimat maupun tata bahasa dalam makalah ini. Oleh karena itu, dengan
tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik yang membangun dari teman-teman agar
kami dapat memperbaiki makalah ini. Akhir kata, kami berharap semoga makalah ini dapat
memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap pembacanya.

Tangerang, 05 Mei 2019

PENYUSUN

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................ ii

DAFTAR ISI ....................................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ........................................................................................................ 1


B. Rumusan Masalah ................................................................................................... 2
C. Tujuan Penulisan ..................................................................................................... 3
D. Manfaat Penulisan ................................................................................................... 3
BAB II TINJAUAN TEORI

A. Definisi .................................................................................................................... 4
B. Etiologi .................................................................................................................... 4
C. Manifestasi Klinis ................................................................................................... 5
D. Klasifikasi ............................................................................................................... 5
E. Patofisiologi ............................................................................................................ 5
F. Pemeriksaan Penunjang .......................................................................................... 6
G. Penatalaksanaan ...................................................................................................... 7
H. Komplikasi .............................................................................................................. 8
I. Pencegahan .............................................................................................................. 9

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN

A. Diagnosa Yang Sering Muncul ............................................................................... 10


B. Intervensi Keperawatan ........................................................................................... 10

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan ............................................................................................................. 13
B. Saran ........................................................................................................................ 13

DAFTRA PUSTAKA

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Kejang demam merupakankelainan neurologis yang paling sering terjadi pada anak, 1
dari 25 anak akan mengalami satu kali kejang demam. Hal ini dikarenakan, anak yang masih
berusia dibawah 5 tahun sangat rentan terhadap berbagai penyakit disebabkan sistem
kekebalan tubuh belum terbangun secara sempurna (Harjaningrum, 2011). Serangan kejang
demam pada anak yang satu dengan yang lain tidaklah sama, tergantung nilai ambang kejang
masing-masing. Oleh karena itu, setiap serangan kejang harus mendapat penanganan yang
cepat dan tepat, apalagi kejang yang berlangsung lama dan berulang.Sebab, keterlambatan
dan kesalahan prosedur bisa mengakibatkan gejala sisa pada anak, bahkan bisa menyebabkan
kematian (Fida&Maya, 2012). Kejang yang berlangsung lama biasanya disertai apneu (henti
nafas) yang dapat mengakibatkan terjadinya hipoksia (berkurangnya kadar oksigen jaringan)
sehingga meninggikan permeabilitas kapiler dan timbul edema otak yang mengakibatkan
kerusakan sel neuron otak. Apabila anak sering kejang, akan semakin banyak sel otak yang
rusak dan mempunyai risiko menyebabkan keterlambatan perkembangan, retardasi mental,
kelumpuhan dan juga 2-10% dapat berkembang menjadi epilepsi (Mohammadi, 2010).
Insiden terjadinya kejang demam diperkirakan mencapai 4-5% dari jumlah penduduk di
Amerika Serikat, Amerika Selatan, dan Eropa Barat.Namun di Asia angka kejadian kejang
demam lebih tinggi, seperti di Jepang dilaporkan antara 6-9% kejadian kejang demam, 5-10%
di India, dan 14% di Guam (Hernal, 2010).
Kejang pada anak dapat mengganggu kehidupan keluarga dan kehidupan sosial orang tua
khususnya ibu, karena ibu dibuat stress dan rasa cemas yang luar biasa.Bahkan, ada yang
mengira anaknya bisa meninggal karena kejang. Beberapa ibu panik ketika anak mereka
demam dan melakukan kesalahan dalam mengatasi demam dan komplikasinya.Kesalahan
yang dilakukan ibu salah satunya disebabkan karena kurang pengetahuan dalam menangani.
Memberikan informasi kepada ibu tentang hubungan demam dan kejang itu sendiri
merupakan hal yang penting untuk menghilangkan stress dan cemas mereka (Hazaveh, 2011).
Dari hasil studi pendahuluan yang dilakukan peneliti didapatkan data angka kejadian
kejang demam yang terdapat pada rekam medik sepanjang tahun 2011-2012 di Puskesmas
Gatak Sukoharjo sebanyak 38 anak dari usia 1-3 tahun dan merupakan angka kejadian kejang
demam tertinggi di seluruh Puskesmas di Kabupaten Sukoharjo. Bahkan dalam kurun waktu

1
2

kurang dari 6 bulan terdapat beberapa anak yang kembali dirawat dengan kasus yang
sama. Hasil wawancara oleh beberapa ibu, mereka mengatakan datang dengan keadaan cemas
dan panik terhadap kondisi anak. Mereka tidak tahu tentang apa yang terjadi pada anak
mereka dan tidak mampu memberikan pertolongan terhadap anak mereka. Dari situlah
peneliti tertarik untuk meneliti tentang “Hubungan antara tingkat pengetahuan ibu tentang
kejang demam dengan frekuensi kejang anak toddler di rawat inap Puskesmas Gatak
Sukoharjo.”

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang dijelaskan pada makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Apa definisi dari kejang demam?
2. Apa saja etiologi daru kejang demam?
3. Apa saja manifestasi klinis dari kejang demam?
4. Apa saja klasifikasi dan komplikasi dari kejang demam?
5. Bagaimana patofisiologi dari kejang demam?
6. Bagaimana pemeriksaan penunjang dari kejang demam?
7. Bagaimana penatalaksanaan dari kejang demam?
8. Apa saja komplikasi dari kejang demam?
9. Bagaimana pencegahan dari kejang demam?
10. Apa saja diagnose yang sering muncul pada pasien kejang demam?

C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan dalam pembuatan makalah ini, yaitu sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui definisi dari kejang demam.
2. Untuk mengetahui etiologi dari kejang demam.
3. Untuk mengetahui manifestasi klinis dari kejang demam.
4. Untuk mengetahui klasifikasi dari kejang demam.
5. Untuk mengetahui potofisiologi dari kejang demam.
6. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang dari kejang demam.
7. Untuk mengetahui penatalaksanaan dari kejang demam.
8. Untuk mengetahui komplikasi dari kejang demam.
9. Untuk mengetahui pencegahan dari kejang demam.
10. Untuk mengetahui diagnose yang sering muncul pada pasien kejang demam.
3

D. Manfaat Penulisan
Adapun manfaat yang kami harapkan dari penulisan makalah ini adalah sebagai
berikut:
1. Bagi Penulis
Dapat menambah pengetahuan dan memberikan gambaran mengenai kejang
demam.
2. Bagi Profesi Perawat
Penulisan makalah ini diharapkan dapat dipergunakan untuk meningkatkan
kemampuan dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan
kejang demam.
3. Bagi Pendidikan
Dapat menambah referensi, memberikan informasi, gambaran serta
penjelasan tentang kejang demam.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi
Kejang demam merupakan gangguan translien pada anak yang terjadi bersamaan
dengan demam. Keadaan ini merupakan salah satu gangguan neurologik yang paling
sering dijumpai pada anak-anak dan menyerang sekitar 4% anak. Kebanyakan serangan
kejang terjadi setelah usia 6 bulan dan biasanya sebelum usia 3 tahun dengan peningkatan
frekuensi serangan pada anak-anak yang berusia kurang dari 18 bulan. Kejang demam
jarang terjadi setelah usia 5 tahun ( Dona L. Wong,2008)
Setiap anak dengan kejang demam memiliki ambang kejang yang berbeda
dimana anak dengan ambang kejang yang rendah terjadi apabila suhu tubuh 38◦C tetapi
pada anak yang memilki ambang kejang yang tinggi terjadi pada 40◦C bahkan bisa lebih
dari itu. Demam dapat terjadi setiap saat dan bisa terjadi pada saat setelah kejang serta
anak dengan kejang demam memilki suhu lebih tinggi dibandingkan dengan penyakit
demam kontrol ( Newton, 2015).
Kejang demam adalah serangan kejang terjadi karena kenaikan suhu tubuh suhu
rektal diatas 38◦C (Riyadi dan Sujono,2009).

B. Etiologi
Penyebab kejang demam belum dapat dipastikan. Pada sebagian besar anak
tingginya suhu tubuh, bukan kecepatan kenaikan suhu tubuh, menjadi faktor pencetus
serangan kejang demam. Kondisi yang dapat menyebabkan kejang demam antara lain :
infeksi yang mengenai jaringan ekstrakranial seperti tonsilitis, otitis, bronkitis (Riyadi
dan Sujono,2009).
Menurut penelitian yang dilakukan, penyebab kejang demam dikarena infeksi
virus dan bakteri (Dewi, 2013). Sedangkan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) (2013),
menjelaskan bahwa penyebab terjadinya kejang demam antara lain obat-obatan,
ketidakseimbangan ion yang mengubah keseimbangan elektrolit sehingga mengganggu
homeostasis kimiawi neuron sehingga terjadi kelainan depolarisasi neuron seperti
hiperkalemia, hipoglikemia, asidosis, demam, patologis otak dan eklamsia (ibu yang
mengalami hipertensi prenatal, toksimea gravidarum).

4
5

C. Manifestasi
Djamaludin (2010), menjelaskan bahwa tanda pada anak yang mengalami kejang
adalah sebagai berikut :
1) suhu badan mencapai 39ºC;
2) saat kejang anak kehilangan kesadaran, kadang-kadang napas dapat terhenti beberapa
saat;
3) tubuh termasuk tangan dan kaki jadi kaku, kepala terkulai ke belakang disusul
munculnya gejala kejut yang kuat;
4) warna kulit berubah pucat bahkan kebiruan dan bola mata naik ke atas;
5) gigi terkatup dan terkadang disertai muntah;
6) napas dapat berhenti selama beberapa saat;
7) anak tidak dapat mengontrol untuk buang air besar atau kecil.

D. Klasifikasi
Menurut American Academy of Pediatrics (2011), kejang demam dibagi menjadi
dua jenis diantaranya adalah simple febrile seizure atau kejang demam sederhana dan
complex febrile seizure atau kejang demam kompleks.
Kejang demam sederhana adalah kejang general yang berlangsung singkat
(kurang dari 15 menit), bentuk kejang umum (tonik dan atau klonik) serta tidak berulang
dalam waktu 24 jam dan hanya terjadi satu kali dalam periode 24 jam dari demam pada
anak yang secara neorologis normal. Sedangkan kejang demam kompleks memiliki ciri
berlangsung selama lebih dari 15 menit, kejang fokal atau parsial dan disebut juga kejang
umum didahului kejang parsial dan berulang atau lebih dari satu kali dalam waktu 24 jam.

E. Patofisiologi
Ngastiyah (2014), menjelaskan bahwa untuk mempertahankan kelangsungan
hidup sel atau organ otak diperlukan energi yang didapat dari metabolisme. Bahan baku
untuk metabolisme otak terpenting adalah glukosa. Sifat proses ini adalah oksidasi
dengan perantara fungsi paru-paru dan diteruskan ke otak melalui kardiovaskular. Dari
uraian tersebut dapat diketahui bahwa sumber energi otak adalah glukosa yang melalui
proses oksidasi dipercah menjadi CO2 dan air. Sel dikelilingi oleh membran yang terdiri
dari permukaan dalam yaitu lipoid dan permukaan luar yaitu ionik. Dalam keadaan
normal membran sel neoron dapat dilalui dengan mudah oleh ion kalium dan sangat sulit
dilalui oleh ion natrium dan elektrolit lainnya kecuali ion klorida. Akibatnya konsentrasi
6

kalium dalam sel neuron tinggi dan konsentrasi natrium rendah, sedangkan di luar sel
terdapat keadaan sebaliknya. Pada keadaan demam kenaikan suhu 1 derajat Celcius akan
mengakibatkan kenaikan metabolisme basar 10-15% dan kebutuhan oksigen akan
meningkat 20%. Pada seorang anak berumur 3 tahun sirkulasi otak mencapai 65% dari
seluruh tubuh dibandingkan dengan orang dewasa yang hanya 15%. Oleh karena itu,
kenaikan suhu tubuh dapat mengubah keseimbangan dari membran sel neuron dan dalam
waktu yang singkat terjadi difusi dari ion kalium maupun ion natrium melalui membran
tersebut dengan akibat terjadinya lepas muatan listrik. Lepas muatan listrik ini demikian
besarnya sehingga dapat meluas ke seluruh sel maupun ke membran sel sekitarnya
dengan bantuan bahan yang disebut neurotransmitter dan terjadi kejang. Faktor genetik
merupakan peran utama dalam ketentanan kejang dan dipengaruhi oleh usia dan metoritas
otak. Kejang demam yang berlangsung lebih dari 15 menit biasanya disertai apnea,
meningkatnya kebutuhan oksigen dan akhirnya terjadi hipoksemia., hiperkapnia,
asidodosis laktat disebabkan oleh matabolisme anaerobik, hipotensi arterial disertai
denyut jantung yang tidak teratur dan suhu tubuh makin meningkat yang disebabkan
makin meningkatnya aktivitas otot dan selanjutnya menyebabkan metabolisme otot
meningkat. Hal ini mengakibatkan terjadinya kerusakan pada neuron dan terdapat
gangguan perederan darah yang mengakibatkan hipoksia sehingga meninggalkan
permeabilitas kapiler dan timbul edema otak. Kerusakan pada daerah medial lobus
temporalis setelah mendapatkan serangan kejang sedang berlangsung lama di kemudian
hari sehingga terjadi serangan epilepsi yang spontan. Karena itu kejang demam yang
berlansung lama dapat menyebabkan kelainan anatomis di otak hingga terjadi epilepsi
(Nurindah , 2014).

F. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang pada anak yang mengalami kejang demam adalah
sebagai berikut:
1. Pemeriksaan laboratorium
pada anak yang mengalami kejang demam yang bertujuan untuk mengevaluasi
sumber infeksi penyebab demam atau keadaan lain misalnya gastroenteritis dehidrasi
disertai demam dan pemeriksaan laboratorium antara lain pemeriksaan darah
lengkap, elektrolit serum (terutama pada anak yang mengalami dehidrasi, kadar gula
darah, serum kalsium, fosfor, magnesium, kadar Bloof Urea Nitrogen (BUN) dan
urinalisis (Arief, 2015).
7

2. Pungsi lumbal
pungsi lumbal merupakan indikasi penting karena pengobatan antibiotik sebelumnya
dapat menutupi gajala meningitis (Ikatan Dokter Anak Indonesia, 2016)
3. CT-Scan
Untuk mengidentifikasi lesi serebral. Misalnya : Infark, hematoma, edema serebral
dan abses
4. Elektroensefalogram (EEG)
Untuk membuktikan jenis kejang fokal/gangguan difusi otak akibat lesi organic,
melalui pengukuran EEG ini dilakukan 1 minggu atau kurang setelah kejang.

G. Penatalaksanaan
Penatalaksaan kejang demam menurut Ngastiyah (2014) :
1. Memberantas kejang secepat mungkin Pada saat pasien datang dalam keadaan
kejang lebih dari 30 menit maka diberikan obat diazepam secara intravena karena
obat ini memiliki keampuhan sekitar 80-90% untuk mengatasi kejang demam.
Efek terapeutinya sangat cepat yaitu kira-kira 30 detik dampai 5 menit.
Jika kejang tidak berhenti makan diberikan dengan dosis fenobarbital. Efek
samping obat diazepam ini adalah mengantuk, hipotensi, penekanan pusat
pernapasan, laringospasme dan henti jantung (Newton, 2013).
2. Pengobatan penunjang yaitu dengan melepas pakaian ketat yang digunakan
pasien, kepala pasien sebaiknya dimiringkan untuk mencegah aspirasi isi
lambung, usahakan agar jalan napas bebas untuk menjamin kebutuhan oksigen
dan bila perlu dilakukan inkubasi atau trakeostomi serta penghisapan lendir harus
dilakukan secara teratur dan diberikan oksigen.
Fungsi vital seperti kesadaran, suhu, tekanan darah, pernapasan dan fungsi
jantung diawasi secara ketat. Berikut tindakan pada saat kejang :
(1) baringkan pasien ditempat yangrata, kepala dimiringkan dan pasangkan sudip
lidih yang telah dibungkus kasa atau bila ada guedel lebih baik;
(2) singkirkan benda-benda yang ada di sekitar pasien dan lepaskan pakaian yang
mengganggu pernapasan seperti ikat pinggang dan gurita;
(3) bila suhu tinggi berikan kompres secara intensif;
(4) setelah pasien bangun dan sadar berikan minum hangat;
(5) isap lendir sampai bersih, berikan oksigen boleh sampai 4L/menit dan jika
pasien upnea lakukan tindakan pertolongan; (Ngastiyah, 2014).
8

Penkes untuk orang tua :


Patel (2015), menjelaskan bahwa orang tua harus di ajari bagaimana cara
menolong pada saat anak kejang dan tidak boleh panik serta yang penting adalah
mencegah jangan sampai timbul kejang serta memberitahukan orang tua tentang apa yang
harus dilakukan jika kejang demam berlanjut dan terjadi di rumah dengan tersedianya
obat penurun panas yang didapat atas resep dokter yang telah mengandung antikonvulsan,
anak segera diberikan obat antipiretik bila orang tua mengetahui anak mulai demam dan
jangan menunggu suhu meningkat serta pemberian obat diteruskan sampai suhu sudah
turun selama 24 jam berikutnya (Ghassabian, et al. 2012). Jika terjadi kejang, anak harus
dibaringkan ditempat yang rata dan kepalanya dimiringkan serta buka baju anak dan
setelah kejang berhenti, pasien bangun kembali suruh minum obat dan apabila suhu pada
waktu kejang tersebut tinggi sekali supaya dikompres serta beritahukan kepada orang tua
pada saat anak mendapatkan imunisasi agar segera beritahukan dokter atau petugas
imunisasi bahwa anak tersebut menderita kejang demam agar tidak diberikan pertusis
(Patil, et al. 2012).

H. Komplikasi
Komplikasi kejang demam menurut (Waskitho, 2013 dalam Wulandari & Erawati, 2016)
yaitu :
1. Kerusakan neurotransmitter
Lepasnya muatan listrik ini demikian besarnya sehingga dapat meluas ke seluruh
sel ataupun membrane sel yang menyebabkan kerusakan pada neuron.
2. Epilepsi
Kerusakan pada daerah medial lobus temporalis setelah mendapat serangan
kejang yang berlangsung lama dapat menjadi matang di kemudian hari sehingga
terjadi serangan epilepsi yang spontan.
3. Kelainan anatomis di otak
Serangan kejang yang berlangsung lama yang dapat menyebabkan kelainan di
otak yang lebih banyak terjadi pada anak baru berumur 4 bulan - 5 tahun.
4. Mengalami kecacatan atau kelainan neurologis karena disertai demam.
5. Kemungkinan mengalami kematian
9

I. Pencegahan
Pencegahan kejang demam adalah tindakan menghilangkan penyebab ketidaksesuaian
yang potensial atau situasi yang tidak dikehendaki (Hadi, 2007). Pencegahan yang harus
dilakukan pada anak yang mengalami kejang demam adalah sebagai berikut :
1. Imunisasi adalah dengan sengaja memasukkan vaksin yang berisi mikroba hidup
yang sudah dilemahkan pada balita yang bertujuan untuk mencegah dari
berbagain macam penyakit. Imunisasi akan memberikan perlindungan seumur
hidup pada balita terhadap serangan penyakit tertentu. Apabila kondisi balita
kurang sehat bisa diberikan imunisasi karena suhu badannya akan meningkat
sangat tinggi dan berisiko mengalami kejang demam. Berbagai jenis vaksinasi
atau imunisasi yang saat ini dikenal dan diberikan kepada balita dan anak adalah
vaksin poliomyelitis, vaksin DPT (difteria, pertusis dan tetanus), vaksin BCG
(Bacillus Calmette Guedrin), vaksin campak (Widjaja, 2009).
2. Orang tua harus mengupayakan diri setenang mungkin dalam mengamati anak
dengan cara jangan meletakkan benda apapun dalam mulut si anak karena benda
tersebut justru dapat menyumbat jalan napas, anak harus dibaringkan ditempat
yang datar dengan posisi menyamping bukan terlentang untuk menghindari
bahaya tersedak, jangan memegangi anak untuk melawan, jika kejang terus
berlanjut selama 10 menit anak harus segera dibawa ke fasilitas kesehatan
terdekat dan setelah kejang berakhir jika <10 menit anak perlu dibawa ke dokter
untuk meneliti sumber demam terutama jika ada kekakuan leher, muntah-muntah
yang berat dan anak terus tampak lemas (Lissauer, 2013).
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Diagnosa Yang Sering Muncul


No Diagnosa Keperawatan
1 Domain 11. Keamanan/perlindungan
Kelas 6. Termoregulasi
00007 Hipertermia
2 Domain 2 keamanan/perlindungan
Kelas 2 cedera fisik
00031 ketidakefektifan jalan nafas
3 Domain 3 Eliminasi dan Pertukaran
Kelas 4 Fungsi Respirasi
00030 Gangguan pertukaran gas

B. Intervensi Keperawatan
Diagnosa Keperawatan NOC NIC
Domain 11. Domain II : kesehatan Domain II : Fisiologi
Keamanan/perlindung fisiologis kompleks

an Kelas I : Regulasi Kelas M : Termogulasi


Metabolik 3786 perawatan
Kelas 6. Termoregulasi
0800 Termogulasi hipertermia
00007 Hipertermia
Setelah dilakukan tindakan  Monitor tanda – tanda
keperawatan perawatan vital
termogulasi selama 16-30  Hentikan aktifitas
menit dengan kriteria hasil : fisik
080010 Berkeringat Saat  Berikan metode
Panas (2-4) pendinginan eksternal
080013 Tingkat Pernafasan (kompres dingin pada
(2-4) leher, ketiak dan
080019 Hipertermia (2-4) selangkangan).
 Pastikan kepatenan
jalan nafas

10
Domain 2 Domain II : Kesehatan Domain II : Fisiologi
keamanan/perlindungan Fisiologis kompleks
Kelas 2 cedera fisik Kelas E : Jantung Paru Kelas K : Manajemen
00031 ketidakefektifan 0410 Status Pernafasan : pernfasan
jalan nafas Kepatenan Jalan Nafas 3180 Manajemen Jalan
Setelah dilakukan tindakan Nafas
keperawatan manajemen  Buka jalan nafas
jalan nafas selama 16-30 dengan teknik chin lift
menit dengan kriteria hasil atau jaw thrust,
: sebagai mana
041004 frekuensi mestinya.
peenafasan (2-4)  Buang sekret dengan
041005 Irama pernafasan memotifasi pasien
(2-4) untuk melakukan
041002 ansietas (2-4) batuk atau sedot
041019 batuk (2-4) lendir.
 Motivasi pasien untuk
bernafas pelan, dalam
dan batuk.
 Intruksikan bagaimana
agar bias melakukan
batuk efektif.
 Auskultasi suara
nafas, catat area yang
ventilasinya menurun
dan adanya suara
tambahan.
Domain 3 Eliminasi Domain II Kesehatan Domain II : Fisiologi
dan Pertukaran Fisiologis kompleks
Kelas 4 Fungsi Kelas E Jantung Paru Kelas K : Manajemen
Respirasi
0402 Status Pernafasan : Pernafasan
00030 Gangguan
pertukaran gas Pertukaran Gas 3350 Monitor Pernafasan

11
Setelah dilakukan tindakan  Monitor saturasi
keperawatan monitor oksigen pada pasien
pernafasan selama 16-30  Catat perubahan pada
menit dengan kriteria hasil saturasi oksigen dan
: perubahan nilia
040206 Sianosis (2-4) analisa gas darah
040213 Saturasi oksigen dengan tepat.
(2-4)  Monitor suara nafas
040216 Gangguan tambahan seperti
kesadaran(2-4) ngorok dan mengi

12
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Kejang demam merupakan gangguan translien pada anak yang terjadi


bersamaan dengan demam. Keadaan ini merupakan salah satu gangguan neurologik
yang paling sering dijumpai pada anak-anak dan menyerang sekitar 4% anak.
Kebanyakan serangan kejang terjadi setelah usia 6 bulan dan biasanya sebelum usia
3 tahun dengan peningkatan frekuensi serangan pada anak-anak yang berusia kurang
dari 18 bulan. Kejang demam jarang terjadi setelah usia 5 tahun ( Dona L.
Wong,2008)
Menurut penelitian yang dilakukan, penyebab kejang demam dikarena
infeksi virus dan bakteri (Dewi, 2013). Penyebab kejang demam belum dapat
dipastikan. Pada sebagian besar anak tingginya suhu tubuh, bukan kecepatan
kenaikan suhu tubuh, menjadi faktor pencetus serangan kejang demam. Kondisi
yang dapat menyebabkan kejang demam antara lain : infeksi yang mengenai
jaringan ekstrakranial seperti tonsilitis, otitis, bronkitis (Riyadi dan
Sujono,2009).

B. Saran
Bagi tenaga kesehatan, khususnya perawat diharapkan mampu mengerti
dan memahami mengenai kejadiankejang demam, mulai dari pengertian,
penyebab, gejala, pemeriksaan hingga penatalaksanaannya agar dapat lebih baik
lagi dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien yang membutuhkan
perawatan, sehingga dapat mengurangi resiko akan kejadian yang tidak
diinginkan seperti memburuknya kondisi klien.
Bagi keluarga diharapkan dapat lebih memperhatikan dan selalu
memantau gejala-gejala yang timbul sehingga apabila terjadi kegawardaruratan
dapat segera dibawa ke tenaga medis terdekat agar dapat memperoleh
penanganan yang baik.
Institusi pendidikan juga perlu menggali strategi pendidikan kesehatan
melalui metode pembelajaran sehingga para mahasiswa dapat lebih efektif dalam
menerapkan asuhan keperawatan untuk meningkatkan kesehatan klien yang
menderita kejang demam

13
DAFTAR PUSTAKA

Arief, Rifqi Fadly. 2015. Penatalaksanaan Kejang Demam. Vol 42 No.9

Dewi, VNL. 2013. Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita. Jakarta : Salemba Medika

Djamaludin, N. (2010). Panduan Pintar Merawat Bayi & balita. Jakarta : Wahyu Medika

Ngastiyah. 2014. Perawatan Anak Sakit. Edisi 2. Jakarta :EGC

Puri Mahayu. 2016. Buku Lengkap Perawatan Bayi dan Balita. Saufa : Yogyakarta.

Riyadi, Sujono & Sukarmin. 2009. Asuhan Keperawatan pada Anak. Edisi 1 Yogyakarta : Graha

Ilmu

Wong, Donna L., et al. 2008. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik Wong. Vol 2. Alih Bahasa Agus

Sunarta, Dkk. EGC : Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai