Anda di halaman 1dari 29

REFERAT

Dosen Pembimbing:
dr.ARSY WIDYASTRIASTUTI,Sp.A

Oleh:
ERISI SYAFIRIL UMAH

SMF ILMU KESEHATAN ANAK RS BHAYANGKARA KEDIRI


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
FAKULTAS KEDOKTERAN
2017
DEFINISI
• Kejang demam adalah bangkitan
kejang yang terjadi pada anak
berumur 6 bulan sampai 5 tahun yang
mengalami kenaikan suhu tubuh (suhu
di atas 38⁰C, dengan metode
pengukuran suhu tubuh apa pun) yang
tidak disebabkan oleh proses
interakranial
• Bukan disebabkan infeksi pada SSP,
gangguan elektrolit, atau metabolik
lain.

Unit kerja koordinasi neurologi IDAI, 2016


• Anak yang pernah mengalami • Kejang disertai demam pada bayi
kejang tanpa demam, kemudian berumur < 1 bulan tidak termasuk
kejang demam kembali tidak dalam kejang demam.
termasuk dalam kejang demam.

• Bila anak berumur <6 bulan atau


>5 tahun mengalami kejang
didahului demam, pikirkan
kemungkinan lain misalnya infeksi
SSP, atau epilepsi yang kebetulan
terjadi bersama demam.

Unit kerja koordinasi neurologi IDAI, 2016


EPIDEMIOLOGI
2-4% anak berumur 6 bulan – 5 tahun.

♂:♀  1,2–1,6 : 1

>90% pada anak usia < 5 tahun.

Insiden tertinggi terjadi pada usia 18 bulan.

(Karande, 2007)(Nelson 2000)


ETIOLOGI
infeksi bakteri, virus, maupun parasit

infeksi saluran pernapasan atas


Otitis media akut

(Soebandi,2014) (Nelson, 2000) 2056


PATOGENESIS
3 interaksi faktor sebagai penyebab kejang demam,
1)Demam, dimana kebutuhan oksigen dan metabolisme
meningkat,
2) Imaturitas otak dan termoregulator,
3) Predisposisi genetic

(Unit Kerja Koordinasi Neurologi, 2016)


PATOFISIOLOGI
Metabolisme Glukosa
KEJANG
Diubah sebagai energi

Mempertahankan sel

Na – K
ATP-ase
(mempertahankan beda Muatan listrik terlepas
v potensial)

Potensial membran Perbedaan potensial

1. Perubahan konsentrasi ion di ruang ekstraseluler


PATOFISIOLOGI
DEMAM
(suhu tubuh ↑ 10 C)

Metabolisme basal me ↑ Kebutuhan O2 meningkat


(10-15%) (±20%)

Hipoksia Jar. otak

Penimbunan asam glutamat


ekstrasel, ↓inhibisi GABA KEJANG

Me ↑ permeabilitas
membran sel thd ion Na+ Lepas muatan listrik
.( Fuadi, 2010)
(Nelson,2000)
(Matondang, 2013) Perubahan konsentrasi Perubahan potensial
Predisposisi genetik
Na+ intrasel & ekstrasel membran
First de gree relative
PATOFISIOLOGI
imaturitas otak

asam glutamat merupakan


reseptor GABA sebagai
reseptor eksitator padat dan
inhibitor kurang aktif
aktif

sehingga pada otak yang belum


matang eksitasi lebih dominan
dibanding inhibisi

Perubahan potensial
.( Fuadi, 2010) membran
(Nelson,2000)
(Johnston, M.V. 2007)
Lepas muatan listrik KEJANG
PATOFISIOLOGI

Pada otak yang belum matur


regulasi ion Na+, K+, dan Ca2+
belum sempurna

sehingga mengakibatkan gangguan


repolarisasi pasca depolarisasi dan
meningkatkan eksitabilitas neuron.
Eksitator lebih dominan dibanding inhibitor,
sehingga tidak ada keseimbangan antara
eksitator dan inhibitor
.( Fuadi, 2010)
(Nelson,2000)
(Johnston, M.V. 2007)
developmental
window
KLASIFIKASI
Kejang demam • Berlangsung singkat, <15 menit, dan umumnya akan
berhenti sendiri.
sederhana • Kejang umum tonik dan atau klonik, tanpa gerakan fokal.
(Simple febrile • Tidak berulang dalam waktu 24 jam.
seizure) • KDS merupakan 80% di antara seluruh kejang demam.

Kejang demam • Kejang lama > 15 menit


kompleks • Kejang fokal atau parsial satu sisi, atau kejang umum
(Complex febrile didahului kejang parsial
• Berulang atau > 1 kali dalam 24 jam
seizure)

ILAE, Commission on Epidemiology and Prognosis.


Epilepsia 1993; 34:592-8.
Kriteria Livingstone
• Pedoman membuat diagnosis kejang demam sederhana, yaitu:

1. Umur anak ketika kejang antara 6 bulan dan 4 tahun

2. Kejang berlangsung tidak lebih 15 menit

3. Kejang bersifat umum

4. Kejang timbul dalam 16 jam pertama setelah timbulnya demam

5. Pemeriksaan saraf sebelum dan sesudah kejang normal

6. Pemeriksaan EEG yang dibuat sedikitnya 1 minggu sesudah suhu

normal tidak menunjukkan kelainan

7. Frekuensi kejang bangkitan dalam 1 tahun tidak melebihi 4 kali


Diagnosis
• Anamnesis untuk kejang :
– Frekuensi dan lamanya kejang ?
– Kapan kejang pertama kali terjadi ?
– Apakah kejang itu baru pertama kali atau sudah pernah
sebelumnya ?
– Bila sudah pernah, berapa kali dan waktu anak berumur
brp?
– Apakah kejang bersifat tonik, klonik, umum, atau fokal ?
– Berapa lama serangan ?
– Apakah terjadi interval antara dua serangan?
– Gejala lain yang menyertai termasuk demam, muntah,
lumpuh, penurunan kesadaran, kemunduran kepandaian,
penyebab demam di luar SSP (Gx ISPA, ISK, OMA , dll).

Unit kerja koordinasi neurologi IDAI, 2016


PEMERIKSAAN FISIK
• KU dan tingkat kesadaran apakah terdapat penurunan
kesadaran?
• TTV ?
• Status neurologis (meningeal sign, pmx N. kranialis) ?
• Apakah ada tanda-tanda peningkatan TIK (ubun-ubun besar
menonjol, papil edema) ?
• Apakah ada tanda-tanda infeksi di luar SSP (ISPA, ISK, OMA,
dan sebagainya)?

Unit kerja koordinasi neurologi IDAI, 2016


PEMERIKSAAN PENUNJANG
• Indikasi pemeriksaan lain
– Tidak rutin dikerjakan
– In : mencari penyebab demam
• DL, UL
• Elektrolit, GD
– In : Muntah, diare, dehidrasi, asupan cairan kurang
• Pungsi lumbal
– Pmx cairan serebrospinal dilakukan untuk menegakkan
atau menyingkirkan kemungkinan meningitis. Nilai normal
nilai leukosit pada css adalah 0-5/mm3 . Jika nilai
ditemukan jumlah sel lebih dari 100-1000 leukosit/mm3.
Jumlah sel lebih dari normal, tapi kurang dari 100, dapat
ditemukan pada meningitis viral.
– Risiko meningitis bakterialis  0,6%-6,7%.

(Fuadi, 2010)
PUNGSI LUMBAL

1. Terdapat tanda dan gejala rangsangan


meningeal
2. Kecurigaan adanya infeksi SSP berdasarkan
anamnesis dan pemeriksaan klinis
3. Dipertimbangkan pada anak dengan kejang
demam yng sebelumnya telah mendapat
terapi antibiotik

American Academi of Pediatric, 2011


PUNGSI LUMBAL

Di anjrkan pada :
Bayi usia <12bulan : sangat di anjurkan
Bayi usia 12-18 bulan : dianjurkan
Bayi usia lebih dari 18 bulan tidak rutin
dilakukan

American Academi of Pediatric, 2011


• EEG
– Pemeriksaan EEG tidak diperlukan untuk kejang
demam KECUALI apabila bangkitan bersifat fokal.

• Pencitraan
– Foto X-ray kepala dan CT-scan atau MRI jarang sekali
dikerjakan, tidak rutin dan hanya atas indikasi seperti:
1. Kelainan neurologik fokal yang menetap
(hemiparesis)
2. Paresis nervus VI
3. Papiledema

Unit kerja koordinasi neurologi IDAI, 2016


DD

Meningitis Ensefalitis

Unit kerja koordinasi neurologi IDAI, 2016


PROGNOSIS

• Kemungkinan mengalami kecacatan atau kelainan neurologis


– Perkembangan mental dan neurologis umumnya tetap normal pada pasien yang
sebelumnya normal.
– Sebagian kecil kasus, dan kelainan ini terjadi pada kasus kejang lama atau kejang
berulang baik umum atau fokal.

• Kemungkinan berulangnya kejang demam


1. Riwayat kejang demam dalam keluarga
2. Usia kurang dari 12 bulan
3. Temperatur yang rendah saat kejang
4. Cepatnya kejang setelah demam

Unit kerja koordinasi neurologi IDAI, 2016


Faktor risiko terjadinya epilepsi
1. Kelainan neurologis yang jelas sebelum kejang demam
pertama.
2. Kejang demam kompleks
3. Riwayat epilepsi pada orang tua atau saudara kandung

Masing-masing faktor risiko meningkatkan kemungkinan


kejadian epilepsi sampai 4%-6%, kombinasi dari faktor risiko
tersebut meningkatkan kemungkinan epilepsi menjadi 10%-
49%

Unit kerja koordinasi neurologi IDAI, 2016


Tata laksana kejang demam -
Kejang ☻ diazepam rektal 0,5 mg/kgbb atau status konvulsivus (IDAI,2010)
5 menit’ BB< 15 kg : 5 mg
BB > 15 kg : 10 mg
Kejang (+)
Diazepam rektal

( 5 menit )
Di rumah sakit : pencarian akses vena
Lab : darah tepi, gula darah, natrium, kalsium.

Kejang (+)
Diazepam IV 0,3 – 0,5 mg/kgBB
Kecepatan 0,5 – 1 mg/menit (3-5 menit)
( Hati-hati depresi pernafapasan )

Kejang (+) Kejang ( - )


Fenitoin bolus IV 10-20 mg/kg bila disebabkan ensefalitis atau meningitis, terapi rumatan
Kecepatan 0,5 – 1 mg/kg/menit perlu dilanjutkan dengan phenobarbital 8-10 mg/kg/hr
selama 2 hari kemudian dilanjutkan dengan 4-5 mg/kg/hr
sampai resiko kejang berulang tidak ada
Kejang ( - )
Rumatan Fenitoin IV 5 - 7 mg/kg/hari, 12 jam kemudian

Kejang (+) STATUS KONVULSIVUS

Transfer ke ruang perawatan intensif


Phenobarbital 5-15 mg/ kgBB/hari bolus iv dilanjutkan dosis 1-6 mg/kg /menit drip atau
midazolam 0,2 mg/kg dilanjutkan 0,1-0,4 mg/kg/jam.
Pemberian Obat Saat Demam
• Parasetamol 10 –15 mg/kg/kali diberikan 4 x/hr dan tidak lebih dari 5 kali.

• Ibuprofen 5-10 mg/kg/kali ,3-4 x/hr

• Diazepam oral dosis 0,3 mg/kg setiap 8 jam pada saat demam
menurunkan risiko berulangnya kejang pada 30%-60% kasus

• Diazepam rektal dosis 0,5 mg/kg setiap 8 jam pada suhu > 38,50 C

Kesepakatan Saraf Anak, 2005


Indikasi pemberian obat rumatan
1. Kejang lama > 15 menit
2. Adanya kelainan neurologis sebelum atau sesudah kejang,
ex : hemiparesis, paresis Todd, cerebral palsy, retardasi
mental, hidrosefalus.
3. Kejang fokal
4. Pengobatan rumat dipertimbangkan bila:
– Kejang berulang 2x atau lebih dalam 24 jam.
– Kejang demam terjadi pada bayi <12 bulan.
– kejang demam ≥4 kali per tahun

Unit kerja koordinasi neurologi IDAI, 2016


Antikonvulsan untuk Tx Rumatan
• Asam valproat 15-40 mg/kg/hari dalam 2-3 dosis
(DOC)
• Fenobarbital 3-4 mg/kg per hari dalam 1-2 dosis.

Unit kerja koordinasi neurologi IDAI, 2016


Penanganan
Kejang Demam

Jika kejang terus


berlanjut
Sebagian besar selama 10
kejang menit  anak
Jangan berlangsung harus segera
memegangi anak singkat dan tidak dibawa ke
untuk melawan memerlukan
Jangan fasilitas
kejang penanganan
meletakkan kesehatan
khusus. terdekat
benda apapun
dalam mulut si
anak
Anak dibaringkan di
tempat yang datar 
posisi menyamping
Beberapa hal yang harus dikerjakan
jika kejang
1. Tetap tenang dan tidak panik
2. Kendorkan pakaian yang ketat terutama disekitar leher
3. Bila tidak sadar, posisikan anak terlentang dengan kepala
miring. Bersihkan muntahan atau lendir di mulut atau
hidung. Walaupun kemungkinan lidah tergigit, jangan
memasukkan sesuatu kedalam mulut.
4. Ukur suhu, observasi dan catat lama dan bentuk kejang.
5. Tetap bersama pasien selama kejang
6. Berikan diazepam rektal. Dan jangan diberikan bila kejang
telah berhenti.
7. Bawa ke dokter atau rumah sakit bila kejang berlangsung 5
menit atau lebih
thank you

Anda mungkin juga menyukai