Oleh:
masalah yang terjadi dalam tubuh. Demam pada umumnya tidak berbahaya,
tetapi bila demam tinggi dapat menyebabkan masalah serius pada anak.
Masalah yang sering terjadi pada kenaikan suhu tubuh diatas 38ºC yaitu
suhu 38℃ biasanya terjadi pada usia 3 bulan – 5 tahun. Sedangkan usia < 4
minggu dan pernah kejang tanpa demam tidak termasuk dalam kategori ini.
yang terjadi pada saat seorang bayi ataupun anak mengalami demam tanpa
infeksi sestem saraf pusat yang dapat timbul bila seorang anak mengalami
adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rektal di
atas 38℃) yang disebabkan oleh proses ekstrakranium terutama pada anak
abnormalitas perkembangan
selanjutnya. Keadaan ini sangat penting terutama pada kejang yang sulit diatasi
atau kejang berulang. Etiologi kejang yang tersering pada anak dapat dilihat
pada tabel 1.
Tabel 1
Etiologi Kejang
pada Anak
4. Manifestasi Klinis
Kejang demam biasanya terjadi pada awal demam. Saat kejang, anak
akan terlihat aneh untuk beberapa saat, hilang kesadaran, tangan dan kaki
kaku, tersentak- sentak atau kelojotan, dan mata berputar-putar sehingga hanya
putih mata yang terlihat. Anak tidak responsive untuk beberapa waktu, napas
akan terganggu dan kulit akan tampak lebih gelap dari biasanya. Namun, tidak
2017).
5. Patofisiologi Kejang Demam
65% dari seluruh tubuh, dibandingkan dengan orang dewasa yang hanya 15%.
keseimbangan dari membran sel neuron. Dalam waktu yang singkat terjadi
difusi dari ion Kalium maupun ion Natrium melalui membran tadi, akibatnya
terjadinya lepasan muatan listrik. Lepasan muatan listrik ini dapat meluas ke
dan terjadilah kejang. Tiap anak mempunyai ambang kejang yang berbeda dan
tergantung pada tinggi atau rendahnya ambang kejang seseorang anak pada
anak tersebut mempunyai ambang kejang yang rendah, sedangkan pada suhu
40ºC atau lebih anak tersebut mempunyai ambang kejang yang tinggi. Dari
Hipertermia
Resiko perfusi jaringan
serebral tidak efektif
Inkordinasi
konstraksi otot
mulut dan lidah
Resiko cedera
7
7. Pemeriksaan Penunjang
epilepsi atau kejang demam yang berulang dikemudian hari. Saat ini
pemeriksaan EEG tidak lagi dianjurkan untuk pasien kejang demam yang
terutama pada pasien kejang demam yang pertama. Pada bayi yang masih
lumbal pungsi pada bayi yang berumur kurang dari 6 bulan dan dianjurkan
a. Tatalaksana yang dilakukan saat anak datang dalam keadaan kejang adalah:
Bila belum terpasang akses intravena atau dilakukan di Rumah, bisa diberikan
mg untuk BB > 10 kg
Bila diazepam rektal diberikan oleh orang tua di Rumah, dengan 2 kali
Bila kejang belum berhenti, rawat ruang intensif untuk diberikan obat-obatan
anestesi.
b. Berobat jalan
pada:
Kejang lebih dari 2x dalam 24 jam, atau kurang usia 12 bulan, atau lebih sama
Anjurkan orang tua atau pengasuh untuk lakukan hal-hal berikut bila
Jangan tahan anak dalam keadaan kejang, posisikan anak di tempat yang
Bila orang tua memiliki diazepam sediaan rektal, berikan dengan dosis 5
Bila kejang tidak berhenti dalam 10 menit, segera bawa anak ke Unit
d. Medikamentosa
Diazepam
mg/kgBB atau diazepam rektal dengan 0.5 mg/kgBB pada saat demam
Fenitoin
Fenobarbital
adalah 40 mg/kgBB.
fenitoin.
Antikonvulsan Rumatan
sederhana.
bawah 2 tahun
Antipiretik
Zink
pemberiannya sebagai terapi suportif masih dalam pro dan kontra. Studi
keuntungan.
1. Pengkajian
a. Identitas
b. Keluhan Utama
Kejang merupakan gangguan tersier pada anak yang sering terjadi
bersamaan dengan demam yang melebihi 38oC (Juanita & Manggarwati,
2016). Keluhan utama pada kejang demam dapat mengakibatkan
hipertermi. Hipertermi yaitu peningkatan suhu tubuh di atas normal
(wilkison, 2016).
c. Riwayat Penyakit Sekarang
kejang demam merupakan bangkitan kejang akibat kenaikan suhu
tubuh di atas 38oC yang disebabkan oleh suatu proses
ekstrakranium(Badrul, 2015). Menurut Nurhayati et al., 2017 dalam
penelitian menyebutkan bahwa demam memiliki resiko lebih besar
terjadinya kejang demam pada anak.
1
3
3. Intervensi Keperawatan
Diagnosa Kriteria Hasil dan Intervensi (SIKI)
Keperawatan Tujuan (SLKI)
Resiko perfusi Setelah dilakukan asuhan Manajemen peningkatan tekanan intrakranial
jaringan serebral keperawatan selama ... x 24 Observasi
tidak efektif jam perfusi jaringan membaik 1. Identifikasi penyebab peningkatan tekanan intrakranial
dengan kriteria hasil: 2. Monitor tanda dan gejala peningkatan TIK
Perfusi serebral 3. Monitor status pernapasan
Tingkat kesadaran Terapeutik
meningkat (5) 4. Minimalkan stimulus dengan menyediakan lingkungan yang
Tekanan intrakranial tenang
menurun (5) 5. Berikan posisi semi fowler
Gelisah menurun (5) 6. Hindari pemberian cairan IV hipotonik
Perawatan Sirkulasi
Observasi
1
5
Manajemen kejang
Observasi
1
7
Kemampuan melaporkan 6. Pertahankan posisi tempat tidur di posisi terendah saat digunakan
efek samping obat 7. Pastikan roda tempat tidur atau kursi roda dalam kondisi terkunci
meningkat (5) 8. gunakan pengaman tempat tidur sesuai dengan kebijakan fasilitas
Manajemen kejang
Observasi
19. Monitor terjadinya kejang berulang
20. Monitor karakteristik kejang ( mis. Aktivitas motorik dan progresi
kejang)
21. Monitor status neurologis
22. Monitor tanda-tanda vital
Terapeutik
23. Baringkan pasien agar tidak terjatuh
24. berikan alasan di bawah kepala jika memungkinkan
25. Pertahankan kepatenan jalan nafas
26. Longgarkan pakaian, terutama di bagian leher
27. Dampingi selama periode kejang
28. Jauhkan benda-benda berbahaya terutama benda tajam
29. Catat durasi kejang
30. Reorientasi ikan setelah periode kejang
31. Dokumentasikan periode terjadinya kejang
2
1
(5) Edukasi
5. Jelaskan cara mengukur suhu tubuh, nadi, pernapasan dan tekanan
Tidak menjalani
darah pasien
pemeriksaan yang tepat
6. Ajarkan cara memberikan kompres hangat
menurun (5)
7. Anjurkan menggunakan selimut hipotermia sesuai kebutuhan
8. Anjurkan menggunakan pakaian yang menyerap keringat
2
3
4. Implementasi
Implementasi adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana
keperawatan yang telah di susun pada tahap perencanaan. Ukuran intervensi
keperawatan yang diberikan kepada klien terkait dengan dukungan,
pengobatan, tindakan untuk memperbaiki kondisi, pendidikan untuk klien-
keluarga, atau tindakan untuk mencegah masalah kesehatan yang muncul
dikemudian hari (Atmirah, 2016).
5. Evaluasi
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan
yang menandakan seberapa jauh diagnosis keperawatan, rencana tindakan dan
pelaksaan sudah berhasil tercapai (Atmirah, 2016)
Evaluasi formatif (proses) Adalah evaluasi yang dilakukan selama proses
asuhan keperawatan dan bertujuan untuk menilai hasil implementasi secara
bertahap sesuai dengan kegiatan yang dilakukan, system penulisan evaluasi
formatif ini biasanya ditulis dalam catatan kemajuan atau menggunakan
system
S : Subjective (Data dari pasien sendiri)
O : Objective (Data dari observasi)
A : Assesment (Masalah sudah teratasi apa belum)
P : Planning (Rencana yang akan dilakukan)
Evaluasi sumatif (hasil) adalah evaluasi akhir yang bertujuan untuk
menilai secara keseluruhan, sistem penulisan evaluasi sumatif ini dalam
bentuk catatan naratif atau laporan ringkasan.
2
5
DAFTAR PUSTAKA
Diarini, E.D.A., 2017. Asuhan Keperawatan Anak Kejang Demam Pada Klien An. Y
Dan An. H Dengan Masalah Keperawatan Hipertermi Di Ruang
Bougenvile Di Rsud Dr. Haryoto Lumajang. Karya Tulis Ilmiah. Lumajang :
Akademi Keperawatan Lumajang Akademi Keperawatan Lumajang.
Farida, J. & Selviana, M., 2016. Peningkatan Self Efficacy Ibu Melalui Metode
Chalk And Talk Tentang Penanganan Pertama Kejang Demam Pada Balita Di
Desa Plosowahyu Kabupaten Lamongan. Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 9,
No. 2, Pp.178-85.
Hidayat, A.A., 2012. Riset Keperawatan Dan Penulisan Teknik Ilmiah. Jakarta:
Salemba Medika.
Hk, N., Susilawati, F. & Amatiria, G., 2017. Faktor-Faktor Yang Berpengaruh
Dengan Kejadian Kejang Demam Pada Pasien Anak Dirumh Sakit Dalam
Wilayah Provinsi Lampung. XIII (1), 94-102.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2016). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia.
(2016). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia. Jakarta: DPP PPNI. .
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia .
Jakarta: DPP PPNI.
2
6
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia (1 ed.,
Vol. 2). Jakarta: PPNI.