PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Kejang demam merupakan kejang yang terjadi pada saat seorang bayi atau
anak mengalami demam tanpa infeksi sistem saraf pusat. Kejang demam
biasanya terjadi pada awal demam. Anak akan terlihat aneh untuk beberapa saat,
kemudian kaku, kelojotan dan memutar matanya. Anak tidak responsif untuk
beberapa waktu, napas akan terganggu, dan kulit akan tampak lebih gelap dari
biasanya. Setelah kejang, anak akan segera normal kembali. Kejang biasanya
berakhir kurang dari 1 menit, tetapi walaupun jarang dapat terjadi selama lebih
dari 15 menit.Berdasarkan hal tersebut kelompok tertarik untuk membahas
tentang penyakit kejang demam dan dapat mengaplikasikan dalam memberikan
asuhan keperawatan khususnya kepada anak.
B. Tujuan penulisan
1. Tujuan umum
2. Tujuan khusus
1
7. penatalaksanaan penyakit kejang demam pada anak.
8. asuhan keperawatan yang harus diberikan pada klien dengan kejang demam
2
BAB II
PEMBAHASAN
1. DEFINISI
Kejang demam ialah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu
rektal di atas 38°C) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakarnium. Kejang demam
merupakan kelainan neurologis yang paling sering dijumpai pada anak, terutama pada
2. Menurut Wegman (1939) dan Prichardl dan Mc. Greal (1958) adalah terjadinya
bangkitan kejang demam bergantung kepada umur, tinggi serta cepatnya suhu
meningkat.
bangkitan kejang demam diturunkan oleh sebuah gen domman dengan penetrasi
2. ETIOLOGI
suhu tubuh, faktor genetik dan gangguan sistem saraf pusat sebelum dan sesudah
lahir.
3
Kenaikan suhu tubuh biasanya berhubungan dengan penyakit saluran nafas bagian atas,
radang telinga tengah, radang paru, gastroenteritis dan infeksi saluran kencing, kejang
dapat pula terjadi pada bayi mengalami kenaikan suhu sesudah vaksinasi terutama
vaksinasi terhadap bentuk rejan. Kadang-kadang juga terjadi setelah vaksinasi tampak
akan tetapi angka kejadian kejang demam pasca vaksinasi tampak lebih kecil (1,9%) bila
3. MANIFESTASI KLINIS
Terjadinya bangkitan kejang pada bayi dan anak kebanyakan bersamaan dengan
kenaikan suhu badan yang tinggi dan cepat, yang disebabkan oleh infeksi di luar susunan
saraf pusat; misalnya tonsilitis, otitis media akut, bronkitis, furunkulasis, dan lain-lain.
Umumnya kejang demam berhenti sendiri. Begitu kejang berhenti anak tidak memberi
reaksi apapun untuk sejenak tetapi setelah beberapa detik atau menit anak akan terbangun
6. Pemeriksaan EEG yang dibuat sedikitnya 1 minggu sesudah suhu normal tidak
menunjukkan kelainan.
4
Pemeriksaan EKG sebaiknya dilakukan sedikit setelah 1 minggu suhu normal,
oleh karena kenaikan suhu tubuh sendiri dapat menimbulkan kelainan yang tidak spesifik
pada gambaran EEG, yang dapat menetap hingga lebih kurang 1 minggu sesudahnya.
4. PATOFISIOLOGI
Tiap anak mempunyai ambang kejang yang berbeda dan tergantung dari tinggi
rendahnya ambang kejang. Pada anak dengan ambang kejang yang rendah, kejang telah
terjadi pada suhu 38°C, sedang pada anak dengan ambang kejang yang tinggi, kejang
baru terjadi pada suhu 40°C atau lebih. Kejang demam lebih sering terjadi pada ambang
kejang yang rendah sehingga dalam penanggulangannya perlu diperhatikan pada tingkat
Kejang demam yang berlangsung singkat pada umumnya tidak berbahaya dan
tidak menimbulkan gejala sisa. Tetapi pada kejang yang berlangsung lama lebih dari 15
menit biasanya disertai terjadinya apnea. Meningkatnya kebutuhan oksigen dan energi
untuk kontruksi otot skelot yang akhirnya terjadi hipoksemia, hiperkapnia, asidosis laktat
disebabkan oleh metabolisme anaerobik, hipotensi, areterial disertai denyut jantung yang
tidak teratur dan suhu tubuh makin meningkat menyebabkan metabolisme otak
5
neuron otak selama berlangsungnya kejang lama. Faktor terpenting adalah gangguan
kapiler dan timbul odema otak yang mengakibatkan kerusakan sel neuron otak.
Kerusakan pada daerah mesial lobus temporalis setelah mendapat serangan kejang
yang berlangsung lama dapat menjadi “matang” di kemudian hari, sehingga terjadi
serangan epilepsi yang spontan. Jadi kejang demam yang berlangsung lama dapat
6
Patwey /kejang/demam
Gangguan Kurangnya
Proses tingkat
inflamasi metabolisme Perubahan
seluruh tubuh zat kimia pendidikan
dan
adanya
Gangguan Hcl tekanan
termoregula meningkat kranial Kurang
si informasi
dan
Sb Mual Kejang
meningkat muntah
/kejang /output
berlebih Kurang
pengetahuan
Risiko
Hypertermi
Peubahan kerusakan
a
nutrisi sel otak
7
5. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Foto x-ray kepala dan CT-scan biasanya merupakan bagian dari tindakan
diagnosa pada kejang demam menunjukkan anatomi. Pemeriksaan metabolik dapat juga
berguna, pemeriksaan glukosa darah, elektrolit, kalsium dan fungsi hepar serta ginjal
sering kali didapatkan tentang platelet, kecepatan, sedimentasi dan pemeriksaan genelogi
atau imunologi mungkin juga dipesankan (Hudak dan Gallo, 1996 : 282).
LCS juga dapat diperiksa terhadap sel-sel dan protein, serta penurunan glukosa,
dibandingkan dan nilai serum normalnya. Semua glukosa setengah atau dua pertiga nilai
serum. EEG sering memberikan keuntungan dalam menentukan diagnosa kejang dan
dalam menemukan lesi jika keduanya terjadi memperlihatkan fungsi neurologi (Hudak
6. PENATALAKSANAAN
Dalam penanggulangan kejang demam ada 4 faktor yang perlu dikerjakan :
Bila pasien datang dalam keadaan status konvulsivus, obat pilihan utama adalah
diazepam yang diberikan secara intravena. Efek terapeutiknya sangat cepat yaitu
kira-kira 30 detik 5 menit dan efek toksik yang serius hampir tidak dijumpai
apabila diberikan secara perlahan dan dosis tidak melebihi 50 mg per suntikan.
Dosis sesuai dengan BB < dari 10 kg 0,5-0,75 mg/kg BB dengan minimal dalam
spuit 7,5 mg dan di atas 20 kg 0,5 kg/kg BB. Biasanya dosis rata-rata yang dipakai
0,3 mg/kg BB/kali dengan maksimum 5 mg pada anak berumur < dari 5 tahun dan
8
Sebelum memberantas kejang tidak boleh melupakan perlunya pengobatan
penunjang yaitu semua pakaian ketat dibuka, posisi kepala sebaiknya miring
untuk mencegah aspirasi isi lambung, usahakan jalan nafas bebas untuk
menjamin kebutuhan oksigen, bila perlu dilakukan intubasi atau trakeostomi dan
Lanjutan pengobatan rumit tergantung dari pada keadaan pasien pengobatan ini
yang menderita kejang demam, sederhana diberikan obat campur anti konvulsan
4-5 mg/kg BB/hari. Obat anti piretika yang dipakai misalnya aspirin, dosis yang
Ini diberikan pada keadaan 1) Epilepsi yang diprovokas oleh demam, 2)
yang telah disepakati pada konsensus bersama ialah pada semua kejang demam
2) Bila kejang berlangsung lebih dari 15 menit, bersifat fokal atau diikuti kelainan
9
3) Bila terdapat riwayat kejang tanpa demam yang bersifat genetik pada orang tua
4) Pada kasus tertentu yang dianggap perlu yaitu bila kadang-kadang terdapat
kejang berulang atau kejang demam pada bayi berumur di bawah umru 12 bulan.
7. KOMPLIKASI
Kerusakan otak
Retardasi mental
Epilepsi
8. PENCEGAHAN
Cegah trauma
Cegah infeksi
Cegah perdarahan
Atur nutisi
10
TINJAUAN KASUS
11
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Pengkajian Primer
A : Terjadi sumbatan jalan nafas karena lidah jatuh ke bawah
B : Pola nafa cepat 29x/m
C : Tidak ada perdarahan
D : adanya repon pupil saat inspeksi, V : 5 M :4 E :4 jumlah 13 Apatis
E : Klien hipertermi dan dilakukan kontror termoregulasi
PENGKAJIAN SEKUNDER
1. Biodata.
a. Identitas klien
Nama : An. R
Tanggal lahir : 19 Juli 2007
Jenis Kelamin : Perempuan
Pendidikan :-
Alamat : Mogolaing
Agama : Kristen
Tanggal masuk : 19 Juli 2015
Tanggal pengkajian : 19 Juli 2015
Diagnosa medis : kejang demam
No register : 106076
b. Identitas orang tua
1. ayah
Nama : Tn.D
Umur : 30 tahun
Pendidikan : SLTA
Pekerjaan : swasta
Agama : Kristen
Alamat : Mogolaing
Hubungan dengan klien : ayah kandung
12
2. Ibu
Nama : Ny.g
Umur : 28 tahun
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Swasta
Agama : Kristen
Alamat : Mogolaing
Hubungan dengan klien : ibu kandu2. Riwayat Kesehatan.
a. Keluhan Utama.
Kejang demam 3 kali sehari dengan durasi kejang 5 menit suhu badan klien 38,5
oC
b. Riwayat Penyakit Sekarang.
Anak R umur 10 tahun masuk Rs Monompia Kotamobagu tanggal 19 Juli 2015
degan keluahan panas disertai kejang dan terkadang mual muntah, klien sangat lemah ibu
klien mengatakan klien sudah sakit selama 3 hari tapi hanya dilakukan perawatan rumah
dan diberikan obat warung. Ibu klien mengatakan klien kejang kurang lebih 3 kali/hari
lama klien kejang 5 menit dan terkadang disertai dengan mual muntah. Ibu klien
mengatakan klien kurang nafsu makan dan jika makan klien tidak dapat menghabiskan
satu porsi makanan bubur nasi.
Hasil pemeriksaan fisik perawat didapati TTV :
Td : Nd: 115 x/menit Sb : 38,5 oC R : 29x/m
Hasil opservasi badan klien lemah, pucat, turgor kulit jelek kurang elastic, mata cekung,
sianosis, konjungtiva Anemis, cuping hidung.
Terapi : Klien terpasang IVFD Rl dan D5 20 gtt/m, Klien terpasang O2, Nofalgin Inj 3 X
90 mg, seftriaxine, 2x22mg Stesolit 5 mg, Diet bubur nasi, lauk dan buah. Klien
terpasang staple lidah selama di UGD. Ibu klien mengatakan sangat cemas dengan
kondisi anaknya dan apa yang akan terjadi pada anaknya
c. Riwayat Penyakit Dahulu.
Menurut keterangan ibu klien, klien memang sering mengalami panas demam
tetapi baru kali ini mengalami Kejang. Ibu klien juga mengatakan bahwa klien
pernah jatuh dari sepeda sebulan yang lalu tapi hanya di bawah ke tukang urut.
13
d. Riwayat Penyakit Keluarga.
Keluarga klien tidak ada riwayat kejang, hipertermi dan stroke
e. Riwayat Alergi.
Anak R tidak punya riwayat alergi.
f. Riwayat Imunisasi.
Ibu anak mengatakan bahwa anaknya sudah mendapat imunisasi secara lengkap
yaitu : BCG, DPT, I, II, III, hepatitis B, I, II, III, IV dan campak
g. Riwayat Tumbuh Kembang.
Klien hanya bisa miring kanan dan kri pada umur 4 bualn, tengkurep pada umur 5
bulan,gigi mulai tumbuh umur 7 bulan. Pada umur 10 bulan anak dapat duduk
sendiri,tetapi sebelumnya harus dibantu.
h. Riwayat Kehamilan dan Persalinan.
1) Prenatal.
Selama hamil ibu tak pernah menderita penyakit yang berarti
selama hamil ibu memeriksakan kehamilan ke bidan terdekat danselama mend
apat suntikan TT
2) Natal.
Klien dilahirkan di rumah sakit dengan SC pada umur kehamilan 9 bulan dengan
berat badan lahir 330 gr, panjang 48 cm.
3) Pos natal.
Pada waktu lahir keadaan tubuh normal, tidak ada kelainan.
4) Riwayat imunisasi.
Ibu mengatakan bahwa anaknya sudah mendapatkan imunisasi
secara lengkap antara lain: BCG, DPT, I, II , III, Hepatitis, B, I ,II,
II dan campak.
3. Pola Kesehatan Fungsional.
a. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan.
14
Menurut ibu klien kesehatan adalah sangat penting karena merupakan anugerah dari
Tuhan yang perlu dijaga dan disyukuri, bila klien sakit ibu klien selalu
memeriksakan ke tempat kesehatan terdekat.
e. Pola persepsi sensasi dan kognitif.
Klien tidak menggunakan alat bantu penglihatan, pendengaran
f. Pola hubungan dengan orang lain.
Hubungan dengan keluarga, perawat, maupun orang lain tidak ada masalah baik
selama dirawat dirumah sakit, orang yang paling dekat adalah ibunya
g. Pola mekanisme koping.
Ibunya mengatakan dalam menghadapi masalah si anak selalu mengadu
kepada ibunya
h. Pola nilai keperawatan dan keyakinan.
Keluarga beragama islam dan selalu menjalankan ibadah sholat 5
waktu orang tua menginginkan anaknya menjadi anak yang sholeh.
i. Pola Persepsi.
15
Harapan klien dan ibu klien semoga anaknya cepat sembuh agar cepat
pulang ke rumah
4. Pemeriksaan Fisik.
Dilakukan pada tanggal: 19 juli 2015
Keluhan Utama : Lemah
Kesadaran : Apatis
TTV
Td :
Nd: 115 x/menit
Sb : 38,5 oC
R : 29x/m
BB : 25 Kg
TB : 120 cm.
Kepala : Mesochepal.
Mata : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, rambut tampak kotor,
Hidung : Tidak ada polip, tidak ada napas cuping hidung
Telinga : Telinga tidak kotor, tidak ada serumen pendengaran baik.
Mulut : Bibir kering, lidah bersih,tidak ada peradangan tonsil
Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, tidak ada nyeri tekan.
Dada : Simetris, sterin fremitus kanan : kiri, konfigurasi
normal, bunyi tidak ada gallop.
Kulit : Sawo matang, kulit bersih, kuku pendek,
Genetalia : Tidak terpasang DC, tidak ada luka.
Abdomen : Datar, tidak ada luka, tidak ada nyeri tekan, tidak
ada pembesaran hepar.
Ekstremitas catas: Terpasang infus RL 10 tetes/menit kekuatan otot
atas 4/4 bawah 4/4 dari (0 – 5).
5. Therapy
Klien terpasang IVFD Rl dan D5 20 gtt/m, Klien terpasang O2, Nofalgin Inj 3 X
90 mg,paracetamol 250 mg, ranitidine25 mg inj/8 jam, seftriaxone, 2x22mg Stesolit 5
16
mg, Diet bubur nasi, lauk dan buah. Klien terpasang staple lidah selama di UGD. Ibu
klien mengatakan sangat cemas dengan kondisi anaknya dan apa yang akan terjadi pada
anaknya.
B. ANALISA DATA
17
DO:
Anak R tampak lemas
Turgor kulit jelek
Konjungtifa Anemis
Klien sianosis
Wajah klien pucat
terpasang infus RL 20 tetes / menit
DS: Tingkat pendidikan Kurang
Ibu klien mengatakan anaknya sudah sakit rendah pengetahuan
selama 3 hari dan hanya dilakukan
perawatan rumah
Ibu klien mengatakan klien pernah jatuh
dari sepeda dan hanya dibawah ke tukang
urut
3 Ibu klien mengatakan klien klien sudah
kejang berapa kali kejang di rumah baru
dibwah de RS.
DO:
Ibu klien tampak bingung
Ibu klien cemas
Ibu klien sering bertanya apa yang akan
terjadi pada anaknya
4 DS Kejang Resiko
Resiko terjadi kerusakan sel otak kerusakan sel
berhubungan dengan kejang. otak
Ditandai dengan:
DS:
ibu klien mengatakan sebelum masuk
rumah sakit klien mengalami kejang 3 kali
disertai demam tinggi
klien kejang selama 5 menit setiap kali
kejang
18
DO:
Anak tampak lemas
Terpasang infus RL 20 tetes / menit,wajah
tampak tegang
Klien terpasang O2, Nofalgin Inj 3 X
90 mg, seftriaxine, 2x22mg Stesolit 5
mg
19
C. DIAGNOSA KEPEREWATAN
Hari senin 19 Juli 2015
Jam : 08.00
1. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi ditandai dengan
DS:
Ibu klien mengatakan klien sudah 3 hari sakit dan hanya dilakukan perawatan
rumah
klien mengatakan badan klien dingin dan menggigil
Klien mengatakan tidak nyaman
Ibu klien mengatakan klien mengalami kejang
DO :
TTV klien, Nd: 115 x/menit, Sb : 38,5 oC , R : 29x/m
Badan klien teraba panas
Klien tampak kedinginan dan menggigil
Wajah klien tampak kemerahan
2. Kekurangan volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan intek kurang dan
output berlebih
DS:
Ibu klien mengatakan klien sulit makan nafsu makan menurun
Ibu klien mengatakan jika klien makan hanya menghabiskan setengah porsi
makanan
Ibu klien mengatakan saat di rumah klien makan bubur nasi
DO:
Anak R tampak lemas
Turgor kulit jelek
Konjungtifa Anemis
Klien sianosis
Wajah klien pucat
terpasang infus RL 20 tetes / menit
3. Kurang pengetahuan berhubungan dengan tingkat pendidikan rendah
DS:
20
Ibu klien mengatakan anaknya sudah sakit selama 3 hari dan hanya dilakukan
perawatan rumah
Ibu klien mengatakan klien pernah jatuh dari sepeda dan hanya dibawah ke tukang
urut
Ibu klien mengatakan klien klien sudah kejang berapa kali kejang di rumah baru
dibwah de RS.
DO:
Ibu klien tampak bingung
Ibu klien cemas
Ibu klien sering bertanya apa yang akan terjadi pada anaknya
4. Resiko terjadi kerusakan sel otak berhubungan dengan kejang Ditandai dengan:
DS:
ibu klien mengatakan sebelum masuk rumah sakit klien mengalami kejang1 kali
disertai demam tinggi
klien kejang selama 5 menit setiap kali kejang
DO:
Anak tampak lemas
Terpasang infus RL 20 tetes / menit
Wajah tampak tegang
Klien terpasang O2, Nofalgin Inj 3 X 90 mg, seftriaxine, 2x22mg Stesolit 5
mg
21
NO TUJUAN INTERVENSI IMPLEMENTASI EVALUASI
1 Setelah dilakukan 1. Kaji tanda dan gejala adanya pe 8.30 08 : 00
S:
tindakan keperawatan ningkatan suhu tubuh 1. Mengkaji tanda dan gejala adanya
Ibu klien mengatakan
selama dan penyebabnya. peningkatan suhu tubuh hasil :
badanya masih panas
1 X 8 jam tidak 2. Monitor TTV, suhu 0
klien masih panas Sb klien 39 C) Klien mengatakan badanya
terjadi hipertermi. tiap 6 jam sekali
dan penyebabnya. terasa dingin dan menggigil
Dengan kriteria hasil: 3. Mengatur posisi klien
2. Monitor TTV hasil O :
Suhu tubuh normal 4. Anjurkan klien banyak minum
Td : 0
2 Liter/24 jam Suhu badan klien 38.5 C
0
(36-37 C) Nd: 115 x/menit
5. Anjurkan untuk Posisi klien Semifowler
Klien tidak demam Sb : 38,5 oC
memakai pakaian tipis Klien memakai pakaian
klien tampak nyaman. R : 29x/m
dan menyerap keringat tipis dan menyerap keringat
Wajah klien tidak 6. Menganjurkan untuk kompres 3. Mengatur posisi klien : Posisi
Klien dikompres hangat
kemerahan klien diatur semifowler
air hangat dan alkohol
Klien tidak menggigil 7. Mengkolaborasi dengan dokter 4. Anjurkan klien banyak minum 2
A : Masalah belum teratasi
dan kejang Liter/24 jam hasil : Klien minum
dalam pemberian terapi P : Intervensi dilanjutkan.
air sedikit-sedikit
5. Anjurkan untuk
10 : 00
memakai pakaian tipis
S:
dan menyerap keringat hasil : Ibu klien mengatakan panas
klien memakai kaos tipis dan klien menurun
menyerap keringat Klien mengatakan badanya
22
6. Menganjurkan untuk kompres air terasa dingin dan menggigil
hangat : klien dilakukan O :
kompres hangat dan dikolaborasi 0
Suhu badan klien 37.9 C
dengan kompres alcohol
Posisi klien Semifowler
7. Mengkolaborasi dengan dokter
Klien dikompres hangat dan
dalam pemberian terapi :
alkohol
Klien terpasang IVFD Rl
Klien memakai pakaian
paracetamol 250 mg
tipis dan menyerap keringat
seftriaxon 2x22mg
A : Masalah belum teratasi
sebagagian
P : Intervensi dilanjutkan.
12 : 00
S:
Ibu klien mengatakan
badan klien hangat
Klien mengatakan badanya
terasa dingin
O :
0
Suhu badan klien 37 C
23
Klien dikompres hangat dan
alkohol
Klien memakai pakaian
tipis dan menyerap keringat
A : Masalah belum teratasi
sebagagian
P : Intervensi dilanjutkan.
2 Setelah dilakukan 1. Kaji status nutrisi klien 1. Mengkaji status nutrisi klien 08.00
tindakan selama 1 x 8 2. Kaji dan ketahui makanan Hasil : Nutrisi klien tidak S :
jam diharapkan kesukaan klien terpenuhi karena mual muntah Klien mengatakan badanya
pemenuhan nutrisi klien 3. Berikan motovasi pada klien dan kurang nafsu makan masih lemas
terpenuhi dengan untuk memenuhi kebetuhan 2. Mengkaji dan ketahui makanan KLien mengatakan makan
memperihatkan tanda- nutrisi yang adekuate kesukaan klien hasil : Klien bubur nasi sedikt tapi sering
tanda 4. Pantau BB klien mengatakan suka makan telur O :
Keluarga melaporkan 5. Anjurkan klien untuk banyak goreng dan ikan goreng Klien tampak lemah
tingkatan pola asupan makan bergizi 3. Memberikan motovasi pada klien Turgor kulit klien jelek
makanan kembali 6. Berikan klien makanan yang untuk memenuhi kebetuhan Konjungtifa anemis
normal lunak dalam porsi kecil tapi nutrisi yang adekuate : hasil klien
BB klien 25 Kg
Klien memperlihatkan sering ingin makan bubur nasi
A : Masalah belum teratasi
peningkatan status gizi 7. Kolaborasi dengan dokter 4. Memantau BB klien : BB klien
P : Intervensi dilanjutkan
24
Klien melaporkan dalam pemberian terapi saat ini 25 kg 12.00
tingkat energi yang antiemetik dan vitamin 5. Mengjurkan klien untuk banyak S :
adekuate makan bergizi hasil : Klien Klien mengatakan badanya
Klien mampu makan sedikit tapi sering masih lemas
mempertahankan BB 6. Berikan klien makanan yang Klien mengatakan sudah
lunak dalam porsi kecil tapi tidak mual muntah
sering Klien mengatakan makan
Kolaborasi dengan dokter dalam bubur nasi sedikt tapi sering
pemberian terapi antiemetik dan O:
vitamin hasil : Klien diberikan Klien tampak lemah
cairan RL 20 gtt/m ranitidine Inj/ Turgor kulit klien jelek
8 jam, vitamin B Compleks dan
Konjungtiva anemis
VIt C
BB klien 25 Kg
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
14.00
S:
Klien mengatakan badanya
masih lemas
Klien mengatakan sudah
25
tidak mual muntah
Klien mengatakan makan
bubur nasi sedikt tapi sering
O:
Klien tampak lemah
Turgor kulit klien membaik
Konjungtiva anemis
BB klien 25 Kg
A : Masalah teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkan
3 Setelah dilakukan 1. Kaji tingkatan pengetahuan 1. Mengkaji tingkat pengetahuan 08.00
tindakan pendidikan klien dan keluarga tentang klien tentang penyakit hasil : klien S :
kesehatan selama 1 x 8 masalah penyakit dan tidak mengerti Klien mengatakan sudah
jam diharapkan 2. Kaji penyebab kegelisahan dan 2. Mengkaji penyebab kegelisahan menerti tentang
kebutuhan pengetahuan kecemasan hasil : Ibu klien gelisa karena penyakitnya
klien terpenuuhi dengan 3. Berikan penguatan dan takut akan apa yang akan terjadi Ibu klien mengatakan sudah
meperlihatkan tanda- dukungan klien dan keluarga pada anaknya mengerti tentang penyakit
tanda untuk hal penyembuhan 3. Memberikan penguatan pada anaknya dan cara
Klien dan keluarga 4. Berikan pendidikan kesehatan klien dan keluarga untuk hal menangananya
mampu beradaptasi tentang proses penyakit dan penyembuhan hasil : Ibu klien O:
dengan kondisi fisik cara mencegahnya sampai termotivasi dan lebih tabah dan Ibu klien termotifasi dan
26
dan psikologis perawatan sampai klien pulang kuat tidak sedih
Klien melaporkan 4. Keluarga klien sudah mengerti Ibu klien sudan tampak
adanya penguatan dengan penyakit klien dan tenang
positif dalam hal sikap mengerti tentang cara A : Masalah teratasi sebagian
Klien melaporkan menanganan dan perawatan klien P : Intervensi dilanjutkan
adanya peningkatan sampai pulang
pengetahuan akan
penyakit
4 Setelah dilakukan 1. Atur kepala dan beri 1. Atur kepala dan beri 08.00
tindakan keperawatan sel bantal yang empuk, beri bantal yang empuk, beri S:
ama 1 x 8 posisi yang nyaman posisi yang nyaman Klien mengatakan sudah
jam tidak terjadi 2. Longgarkan pakaian pada daer 2. Longgarkan pakaian pada daerah menerti tentang
terjadi kerusakan sel ah leher atau leher atau dada dan abdomen. penyakitnya
otak dan tidak dada dan abdomen. 3. Lakukan tanda-tanda Ibu klien mengatakan sudah
terjadi komplikasi. 3. Lakukan tanda-tanda vital dan tingkat kesadaran mengerti tentang penyakit
Dengan kriteria hasil: vital dan tingkat kesadaran 4. .Kolaborasi pemberian tambahan anaknya dan cara
tidak ada tanda tanda 4. .Kolaborasi pemberian tambah O2 menangananya
kejang an O2 5. Kolaborasi pemberian O:
peredaran darah lancar 5. Kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi seftriaxone, Ibu klien termotifasi dan
suplai oksigen lanca obat sesuai indikas 2x22mg, Stesolid 5 mg tidak sedih
komplikasi otak tidak Ibu klien sudan tampak
27
terjadi tenang
kerusakan sel otak tidak A : Masalah teratasi sebagian
terjadi P : Intervensi dilanjutkan
28
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kejang demam ialah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rektal di
atas 38°C) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakarnium. Kejang demam merupakan
kelainan neurologis yang paling sering dijumpai pada anak, terutama pada golongan umur 6
1. Menurut Milichap (1968) adalah hampir 3% daripada anak yang berumur dibawah 5
2. Menurut Wegman (1939) dan Prichardl dan Mc. Greal (1958) adalah terjadinya
bangkitan kejang demam bergantung kepada umur, tinggi serta cepatnya suhu meningkat.
kejang demam diturunkan oleh sebuah gen domman dengan penetrasi yang tidak sempurna.
4. Menurut Lernox (1949) berpendapat bahwa 41,2% anggota keluarga penderita mempunyai
B.Saran
dan praktik berkenaan dengan sistem gawat darurat untuk mengoptimalkan pelayanan yang
profesional .
29
DAFTAR PUSTAKA
Nurarif, Amin & Hardhi, 2013, Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Hidayat, Aziz Alimul A, 2006, Keterampilan Dasar Praktik Klinik Kebidanan, Salemba
Medika, Jakarta
Hidayat, Aziz Alimul A, 2005. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak 1, Salemba Medika,
Jakarta
Publishing, Yogyakarta
Kusyati, Eni, 2006, Keterampilan dan Prosedur Laboratorium Keperawatan Dasar, EGC,
Jakarta
Nursalam, 2005, Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak (Untuk Perawat dan Bidan), Salemba
Medika, Jakarta
IDAI, 2008, Buku Ajar Infeksi & Pediatri Tropis, Edisi krdua, Badan penerbit IDAI,
Jakarta.
Purtri, Triloka dan Baidul Hasniah, 2009, Menjadi Dokter Pribadi bagi Anak Kita,Katahati,
Jogjakarta
30