Anda di halaman 1dari 12

BAB IIi

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Atrial Fibrilasi

2.1.1 Defenisi Fibrilasi Atrium

Fibrilasi atrium (FA) merupakan aritmia yang paling sering dijumpai dalam praktek
sehari-hari dan paling sering menjadi penyebab individu harus menjalani perawatan
di rumah sakit. Fibrilasi atrium (FA) bukan merupakan keadaan yang mengancam
jiwa, namun FA berhubungan dengan peningkatan angka morbiditas dan mortalitas.

Fibrilasi atrium (FA) merupakan takiaritmia supraventrikuler yang ditandai dengan


aktivasi atrium yang tidak terkoordinasi. Pada elektrokardiogram (EKG) FA
menunjukkan gelombang P yang digantikan oleh gelombang getar (fibrilasi) yang
bervariasi bentuk, durasi dan amplitudo yang dapat diikuti dengan respon ventrikel
yang ireguler.

Ciri-ciri FA pada EKG umumnya memiliki gambaran sebagai berikut:

a. Pola interval RR yang ireguler dan tidak repetitif.

b. Tidak terdapat gelombang P yang jelas pada gambaran EKG.

Kadang-kadang dapat terlihat aktivitas atrium yang ireguler pada

beberapa sadapan EKG, paling sering pada sadapan V1.

c. Siklus atrium (interval antara dua gelombang aktivasi atrium) tersebut biasanya
bervariasi, umumnya kecepatannya melebihi

450x/menit.
Gambar 1. Gambaran EKG pada Fibrasi Atrium

2.1.2 Mekanisme Elektrofisiologis Fibrilasi Atrium

Pola konduksi abnormal supraventrikel merupakan penyebab munculnya FA.


Terdapat dua teori mekanisme elektrofisiologis pada FA yaitu mekanisme fokal dan
hipotesis wavelet multipel, meskipun kedua mekanisme tersebut dapat terjadi secara
bersamaan.

Teori mekanisme fokal, terdapat pemicu (triggers) ektopik fokal dari serabut
muskuler pada daerah tertentu seperti vena pulmonalis, vena cava superior,
posterior atrium kiri, dan ligamentum Marshall.Hal ini disebabkan oleh karena
mekanisme selular dari aktivitas fokal sehingga terjadi pemendekan dari periode
refrakter pada serat miosit dan gangguan konduksi, sehingga dapat berpotensi untuk
mencetuskan takiaritmia atrium.

Teori hipotesis wavelet multipel, FA disebabkan oleh konduksi kontinyu yang


dihasilkan oleh gelombang-gelombang reentry yang menjalar ke otot dinding atrium.
Gelombang-gelombang tersebut dapat terpecah menjadi gelombang-gelombang
lebih kecil, bergabung satu sama lain menimbulkan gelombang yang lebih besar, atau
dapat bertabrakan sehingga meniadakan satu sama lain. Jika cetusan gelombang
masih cukup banyak, kondisi FA tetap dapat dipertahankan.
Gambar 2. Gambaran skematik pada konduksi abnormal pada fibrilasi atrium

2.1.3 Faktor Resiko Fibrilasi Atrium

Fibrilasi atrium (FA) mempunyai kaitan erat dengan kelainan pada sistem
kardiovaskuler. Beberapa literatur membagi faktor risiko FA menjadi dua jenis yaitu
FA dengan kondisi kelainan jantung (cardiac) maupun kelainan non jantung (non
cardiac). Beberapa contoh faktor risiko klasik seperti hipertensi, penyakit katup
jantung, kardiomiopati, penyakit jantung koroner, diabetes mellitus, dan penyakit
tiroid.

Secara umum, faktor risiko FA dibagi menjadi dua kategori yaitu kelainan pada
jantung dan kelainan non jantung. Faktor risiko tersebut meliputi :

1) Kelainan pada jantung

a) Penyakit katup mitral

b) Gagal jantung

c) Infark miokard

d) Kardiomiopatihipertrofik

e) Perikarditis

f) Sick Sinus Syndrome


g) Wolff-Parkinson-Whitesyndrome

2) Penyakit nonjantung

a) Konsumsi alkohol

b) Hipertiroidisme atau hipotiroidisme

c) Emboli pulmonal

d) Sepsis, pneumonia

e) Obesitas

f) Hipertensi

g) Penyakit paru obstruktif kronik.

2.1.4 Manifestasi Klinis Fibrilasi Atrium

Manifestasi klinis yang diakibatkan FA berhubungan dengan kecepatan laju ventrikel, penyakit

yang mendasari FA, lamanya FA dan komplikasi yang ditimbulkan FA. Gejala umum yang dapat

ditimbulkan seperti ansietas, palpitasi, dispneu, pusing, nyeri dada, cepat lelah dan gejala

tromboemboli.20,26 Diperkirakan 25% pasien dengan FA bersifat asimptomatik terutama pada

pasien lanjut usia dan pasien dengan FA persisten.

2.1.5 Komplikasi Fibrilasi Atrium

Fibrilasi atrium mempunyai hubungan dengan meningkatnya risiko mortalitas, stroke,

tromboemboli, gagal jantung, dan disfungsi ventrikel kiri.Fibrilasi atrium merupakan faktor

independen yang meningkatkan risiko mortalitas hingga dua kali lipat.

Stroke pada pasien dengan FA seringkali berdampak buruk seperti disabilitas jangka panjang

atau kematian. Sekitar seperlima kasus stroke diakibatkan oleh FA. Selain itu, FA yang tidak

terdiagnosis dapat menyebabkan stroke kriptogenik. Fibrilasi atrium paroksismal mempunyai

kecenderungan yang sama pada FA persisten atau permanen pada kejadian stroke.

Pasien dengan FA juga berpotensi untuk mengalami gangguan fungsi ventrikel kiri yang

disebabkan kecepatan kontraksi ventrikel yang meningkat dan ireguler, penurunan kontraktilitas
atrium, dan peningkatan tekanan pengisian fase diastolik akhir (end diastolic). Pengaturan

kecepatan denyut jantung dan mempertahankannya pada irama sinus dapat meningkatkan fungsi

ventrikel kiri pada pasien FA.

2.2 Atrial Flutter

2.2.1 Defenisi Atrial Flutter

Atrial flutter adalah gangguan irama jantung yang mirip dengan atrial fibrilasi.
Atrial flutter terjadi ketika jantung Anda berdetak dengan cepat karena terlalu banyak
impuls listrik yang tidak biasa. Atrial bergetar ketika mereka mencoba untuk
bersentuhan, tetapi kontraksi terjadi terlalu cepat. Pada kondisi ini, atrial dapat
bergetar hingga mencapai 300 kali per menit, di mana normalnya hanya bergetar 60
sampai 100.

Gambar 3. Gambaran EKG pada Atrial Flutter

2.2.2 Manifestasi Klinis Atrial Flutter

Beberapa tanda dan gejala khas dari atrial flutter adalah:

 Palpitasi (perasaan bahwa jantung berdebar atau berpacu)


 Pusing

 Hilang keseimbangan
 Merasa lesu
Gejala lain mungkin terjadi yaitu angina atau gagal jantung. Angina adalah nyeri
jantung yang disebabkan oleh suplai darah cukup rendah. Masalah pernapasan, nyeri
dada, dan pingsan bisa terjadi bersamaan dengan gagal jantung.

2.2.3 Etiologi Atrial Flutter

Berbagai hal yang bisa meningkatan faktor risiko untuk atriall flutter adalah:

 Penggunaan alkohol (terutama minum terlalu banyak dalam waktu singkat)


 Penyakit jantung koroner
 Riwayat serangan jantung
 Pernah melakukan operasi bypass jantung
 Gagal jantung atau jantung yang membesar
 Penyakit katup jantung (paling sering katup mitral)
 Hipertensi

 Mengonsumsi obat tertentu


 Kelenjar tiroid terlalu aktif (hipertiroidisme)
 Perikarditis

 Sakit sindrom sinus

2.2.4 Faktor Resiko Atrial Flutter

 Usia. Semakin tua usia Anda, semakin besar risiko Anda mengalami atrial
flutter
 Penyakit jantung. Siapapun dengan penyakit jantung – seperti masalah katup
jantung, penyakit jantung bawaan, gagal jantung kongestif, penyakit arteri
koroner, atau riwayat serangan jantung dan operasi jantung – memiliki
peningkatan risiko atrial flutter
 Tekanan darah tinggi. Memiliki tekanan darah tinggi, terutama jika tidak
dirawat dengan perubahan gaya hidup atau penggunaan obat, dapat
meningkatkan risiko atriall flutter
 Mengonsumsi alkohol. Bagi sebagian orang, minum alkohol dapat memicu
adamya atrial flutter. Minum dalam jumlah banyak di waktu singkat dapat
meningkatkan risiko Anda menjadi lebih tinggi
 Riwayat keluarga. Peningkatan risiko atrial flutter dapat terjadi pada
beberapa keluarga.

2.3 Konsep asuhan keperawatan Atrial Fibrilasi dan Atrial Flutter

I. ASUHAN KEPERAWATAN (PENGKAJIAN, DIAGNOSA, INTERVENSI)

1. Pengkajian

Pengkajian primer

a. Airway

1) Kaji dan pertahankan jalan napas.

2) Lakukan head tilt, chin lift jika perlu.

3) Gunakan alat batu untuk jalan napas jika perlu.

4) Pertimbangkan untuk merujuk ke ahli anestesi untuk dilakukan intubasi

jika tidak dapat mempertahankan jalan napas.

b. Breathing

1) Kaji saturasi oksigen dengan menggunakan pulse oximeter, untuk

mempertahankan saturasi >92%.

2) Berikan oksigen dengan aliran tinggi melalui non re-breathing mask.

3) Pertimbangkan untuk mendapatkan pernapasan dengan menggunakan


bag-valve-mask ventilation.

4) Lakukan pemeriksaan gas darah arterial untuk mengkaji PaO2 dan

PaCO2.

5) Kaji jumlah pernapasan.

6) Lakukan pemeriksan system pernapasan.

7) Dengarkan adanya bunyi pleura.

8) Lakukan pemeriksaan foto thorak.

c. Circulation

1) Kaji heart rate dan ritme, kemungkinan terdengar suara gallop.

2) Kaji peningkatan JVP.

3) Catat tekanan darah.

4) Pemeriksaan EKG.

d. Disability

1) Kaji tingkat kesadaran dengan menggunakan AVPU atau gasglow coma

scale (GCS) .

2) Penurunan kesadaran menunjukan tanda awal pasien masuk kondisi

ekstrim dan membutuhkan pertolongan medis segera dan membutuhkan

perawatan di ICU/ICVCU.

e. Exposure
1) Jika pasien stabil lakukan pemeriksaan riwayat kesehatan dan pemeriksaan fisik
lainnya.

2) Jangan lupa pemeriksaan untuk tanda DVT.

pengkajian sekunder

a. Riwayat penyakit sekarang

Lama menderita hipertensi atau penyakit jantung lainnya, hal yang menimbulkan
serangan, obat yang pakai tiap hari dan saat serangan.

b. Riwayat penyakit sebelumnya

c. Riwayat makanan.

d. Riwayat perawatan keluarga

Adakah riwayat penyakit hipertensi, stroke atau penyakit jantung lainnya pada
keluarga.

e. Riwayat sosial ekonomi

Jenis pekerjaan, kebiasaan seperti merokok atau minuman beralkohol dan tingkat
stressor.

2. Diagnosa Keperawatan

a. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran kapiler-


alveolar.

b. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan kontraktilitas


miokardial/perubahan inotropik

c. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan kerusakan


transpor oksigen melalui membran alveolar/ dan atau membran kapiler,

perubahan kemampuan hemoglobin untuk mengikat oksigen

d. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum

e. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang terpajannya informasi

3. Intervensi

a. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran alveolar-


kapiler.

Definisi : Kelebihan atau defisit pada oksigenasi dan atau eliminasi karbondioksida
pada membran alveolar-kapiler.

NOC :

a) Respiratory status : Gas exchange

b) Respiratory status : Ventilation

c) Vital sign status

Kriteria hasil :

1) Mendemonstrasikan peningkatan ventilasi dan oksigenasi yang

adekuat

2) Memelihara kebersihan paru-paru dan bebas dari tanda-tanda distress pernapasan

3) Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak ada sianosis
dan dyspneu (mampu mengeluarkan sputum, mampu bernafas dengan mudah, tidak
ada pursed lips)
4) Tanda-tanda vital dalam rentang normal

Intervensi (NIC) :

1) Monitor pola napas (bradipnea, takipnea, kusmaull, hiperventilasi, dll),

frekuensi, kedalaman, irama dan usaha respirasi (adanya pergerakan

dada, penggunaan otot bantu pernapasan, retraksi dinding dada) Rasional :


Mengetahui status pernapasan klien dan sebagai dasar dalam menentukan intervensi
selanjutnya

2) Pantau bunyi nafas, catat krekles

Rasional : Menyatakan adanya kongesti paru/pengumpulan secret menunjukkan


kebutuhan untuk intervensi lanjut.

3) Ajarkan/anjurkan klien untuk batuk efektif, nafas dalam.

Rasional : Membersihkan jalan nafas/mengeluarkan cairan atau sekret dan


memudahkan aliran oksigen.

4) Dorong perubahan posisi.

Rasional : Membantu mencegah atelektasis dan pneumonia.

5) Kolaborasi dalam pantau/gambarkan seri GDA, nadi oksimetri.

Rasional : Hipoksemia dapat terjadi berat selama edema paru.

6) Kolaborasi pemberian obat bronkodilator/suction/oksigen tambahan sesuai indikasi

Rasional : Membantu dalam mengurangi edema dan memudahkan

jalan nafas.

Anda mungkin juga menyukai