KELOMPOK 1 :
5. Ardiyansyah 19031005
DOSEN PEMBIMBING :
FAKULTAS KESEHATAN
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT atas berkat rahmat dan hidayahnya-lah
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini dengan baik.Tak lupa pula penulis ucapkan
salam dan shalawat kepada Nabi Muhammad SAW,karena beliaulah yang telah
menghantarkan kita dari zaman jahiliyah menuju zaman yang penuh berkah.
Adapun judul makalah yang akan dibahas adalah “Konsep dan Aasuhan Keperawatan
Kegawat Daruratan pada Pasien dengan Gangguan Aritmia Letal : Cardiac Arrest (Ventrikel
Takikardi Tanpa Nad dan Ventrikel Fibrilasi, Asistol dan PEA) melalui Interpretasi EKG”,
dan kami sangat berharap semoga dengan adanya makalah ini kami dapat memberikan sedikit
gambaran dan memperluas wawasan.
Dalam kesempatan ini kami menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu hingga terselesainya makalah ini,baik secara langsung maupun tidak
langsung.
Akhirnya kritik dan saran yang bersifat membangun penulis harapkan dari semua
pihak demi sempurnanya makalah ini.Semoga makalah ini bermanfaat bagi semua pihak yang
berkepentingan.
Kelompok 1
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii
BAB I : PENDAHULUAN.......................................................................................................1
1.1. Latar
Belakang...............................................................................................................1
1.2. Tujuan...................................................................................................................
..........1
1.3. Manfaat.................................................................................................................
..........2
2.2. Konsep
Penyakit.............................................................................................................5
2.2.1 Definisi...............................................................................................................5
2.2.2 Klasifikasi...........................................................................................................6
2.2.3 Etiologi.............................................................................................................10
ii
2.3.2 Lihat di EKG monitor apakah ada gambaran aktivitas listrik atau
tidak?................................................................................................................15
2.3.3 Apakah ada gambaran komplek QRS sempit atau tidak ?. Lalu bagaimana
hubungan QRS dengan gelombang P?.............................................................15
2.3.4 Jika tidak ada gambaran gelombang QRS sempit, bagaimana gambaran
komplek QRS lebarnya ? Teratur atau Tidak?.................................................16
2.3.5 Lakukan manajemen bantuan hidup jantung lanjut (ACLS) sesuai dengan
algoritma...........................................................................................................16
2.3.6 Kesimpulan.......................................................................................................16
2.4.1 Pengkajian........................................................................................................17
3.1. Kasus....................................................................................................................
........26
3.2. Asuhan
Keperawatan....................................................................................................27
3.2.1 Pengkajian........................................................................................................27
BAB IV : PEMBAHASAN....................................................................................................37
iii
4.1. Pengkajian............................................................................................................
........37
4.2. Diagnosa...............................................................................................................
........37
4.3. Intervensi..............................................................................................................
........38
4.4. Implementasi........................................................................................................
........39
4.5. Evaluasi................................................................................................................
........39
BAB V : PENUTUP................................................................................................................41
5.1. Kesimpulan...........................................................................................................
........41
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................42
iv
BAB I
PENDAHULUAN
Aritmia adalah variasi-variasi di luar irama normal jantung berupa kelainan pada
kecepatan, keteraturan, tempat asal impuls, atau urutan aktivasi, dengan atau tanpa
adanya penyakit jantung struktural yang mendasari. (Kamus Kedokteran Dorland).
Berdasarkan definisi tersebut, maka kondisi yang tergolong sebagai aritmia adalah
laju dengan frekuensi terlalu cepat > 100x / menit atau frekuensi terlalu lambat <
60x / menit , irama yang tidak teratur, irama yang berasal bukan dari nodus SA
( Sinoatrial Node ), maupun adanya hambatan impuls supra atau intraventrikular.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Laurentia Mihardja pada tahun 2007,
prevalensi penyakit jantung di Indonesia pada populasi usia 15 tahun ke atas adalah
9,2%, dimana 5,9 % diantaranya mengalami gejala aritmia.
Adanya aritmia dapat menyebabkan beberapa kondisi yang berakibat fatal, seperti
cardiac arrest , kegagalan organ-organ lain ( otak, ginjal, paru, hati ), stroke ( terutama
pada aritmia jenis atrial fibrilasi).
Timbulnya aritmia dapat disebabkan oleh beberapa hal, seperti hipertensi, diabetes,
adanya kelainan jantung bawaan, dan penggunaan obat-obatan tertentu.
Selain itu, aritmia dapat pula disebabkan oleh adanya gangguan tiroid. Terdapat 2 tipe
gangguan tiroid yaitu hipotiroidisme dan hipertiroidisme yang dapat dibedakan
melalui manifestasi klinik yang timbul dan pemeriksaan laboratorium kadar T3, T4,
dan TSH serum.Gangguan tiroid diketahui dapat mengakibatkan perubahan pada
kontraktilitas jantung, fungsi diastolik, konsumsi oksigen miokard, curah jantung dan
tekanan darah, tahanan vaskular sistemik, dan gangguan irama jantung.
1.2. Tujuan.
1
b. Untuk mengetahui Cara Mengenali Aritmia Letal Melalui Interpretasi EKG.
1.3. Manfaat.
Manfaat dari pembuatan makalah ini adalah agar kita bisa lebih mudah memahami
mengenai Konsep dan Aasuhan Keperawatan Kegawat Daruratan pada Pasien dengan
Gangguan Aritmia Letal : Cardiac Arrest (Ventrikel Takikardi Tanpa Nadi dan
Ventrikel Fibrilasi, Asistol dan PEA) melalui Interpretasi EKG.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Berdasarkan struktur anatomi, jantung hewan mamalia terbagi menjadi 4 ruang yaitu
atrium kiri dan kanan, ventrikel kiri dan kanan, serta memiliki empat katup, yaitu dua
katup atrio ventrikular (AV) yang terdiri dari katup trikuspidalis dan katup
bikuspidalis. Dua katup semilunar yang terdiri dari katup aorta dan katup pulmonari.
Jantung juga memiliki sistem sirkulasi sistemik yaitu berupa aorta, arteri, arteriole dan
kapiler. Sedangkan sistem sirkulasi pulmonik terdiri dari vena cava, vena dan venula
(Cunningham, 2002).
Jantung memiliki tiga tipe otot utama yakni : otot atrium, otot ventrikel dan serabut
otot eksitatorik dan konduksi khusus. Tipe otot atrium dan otot ventrikel berkontraksi
dengan cara yang sama seperti otot rangka, hanya saja durasi kontraksi otot-otot
tersebut lebih lama. Sebaliknya, serabut-serabut khusus ekstitatorik dan konduksi
berkontraksi dengan lemah sekali sebab serabut-serabut ini hanya mengandung sedikit
serabut kontraktil yang memperlihatkan pelepasan muatan listrik yang berirama yang
otomatis (Guyton dan Hall, 2008). Kekuatan kontraksi jantung, kecepatan denyut
jantung serta aliran darah dipengaruhi dan dikontrol oleh syaraf otonom yang berpusat
pada medulla oblongata. Otot jantung diinervasi oleh sistem syaraf simpatis dan
parasimpatis, stimulasi syaraf-syaraf parasimpatis (vagus) cenderung untuk
menghambat kerja jantung dengan menurunkan daya kontraksi dari otot jantung.
3
Sebaliknya, rangsangan syaraf simpatis akan bekerja meningkatkan aktivitas jantung
dan tenaga kontraksi, kecepatan kontraksi, kecepatan konduksi impuls dan aliran
darah (Frandson, 1992) dalam (Swedianto, 2010). Faktor-faktor yang mempengaruhi
frekuensi jantung adalah jenis hewan, ukuran tubuh, umur dan jenis kelamin,
sedangkan kondisi fisiologis yang dapat meningkatkan frekuensi jantung yaitu laktasi,
shock, pergerakan atau exercise, posisi hewan, saat makan dan pengaruh lingkungan
seperti suhu (Cunningham, 2002; Gavahan, 2003).
Jantung dibentuk oleh tiga jenis sel eksitasi yaitu sel pacu jantung (pacemaker), sel
penghantar listrik (konduksi) dan sel miokardium. Sel pacemaker sebagai dominan
berada di nodus sinoatrial (SA) mencetuskan impuls bergantung aktivitas syaraf
otonom. Sel konduksi seperti halnya kabel sirkuit, dimana sel ini menghantarkan arus
listrik dengan cepat dan efisien ke seluruh jantung. Sedangkan sel miokardium
bertanggung jawab terhadap kontraksi dan relaksasi berulang sehingga dapat
mengalirkan darah ke seluruh tubuh (Thaler, 2009).
Peristiwa permulaan denyut jantung hingga denyut jantung berikutnya disebut siklus
jantung. Siklus jantung diawali oleh pembentukan potensial aksi yang spontan dari
nodus SA. Nodus SA terletak pada dinding lateral superior atrium kanan dekat tempat
masuk vena cava superior dan potensial aksi menjalar dari sini dengan kecepatan
tinggi menuju sel-sel yang ada pada kedua atrium dan melalui berkas A-V menuju
ventrikel melalui sistem konduksi jantung (Guyton dan Hall, 2008). Sistem konduksi
jantung yang menyalurkan arus bioelektrik yang jauh lebih cepat dan lebih efisien
dibandingkan sel-sel jantung lain, maka gelombang depolarisasi jantung yang berasal
dari nodus SA akan merambat lebih cepat mengikuti urutan jalur sistem konduksi ini,
yaitu dari nodus SA menuju ke nodus AV, sesudah itu berjalan mengikuti berkas His
dan membelok sedikit ke arah ventrikel kanan sesuai dengan percabangan berkas His,
kemudian melalui septum menuju ke apex melalui serabut Purkinje dan menyebar ke
kedua ventrikel (Cunningham, 2002; Boswood, 2008).
4
Muatan listrik sel-sel jantung dalam keadaan normal mengalami depolarisasi dan
repolarisasi. Pada keadaan istirahat (repolarisasi) maka muatan listrik di luar sel
positif dan di dalam sel negatif. Pada keadaan depolarisasi maka muatan listrik di luar
sel negatif dan di dalam sel positif. Fase depolarisasi, terjadi akibat penyebaran
rangsang. (Atkins et al., 1995; Guyton dan Hall, 2008). Depolarisasi dan repolarisasi
ini merupakan suatu proses yang berlangsung terus menerus agar jantung tetap
berdenyut. Kedua proses ini saling bergantung satu sama lain. Depolarisasi hanya
dapat timbul setelah sel dalam keadaan repolarisasi, sebaliknya repolarisasi baru
terjadi setelah sel berdepolarisasi (Schwartz et al., 2002).
2.2.1 Definisi.
5
aritmia yang menyebabkan kematian. Aritmia timbul akibat perubahan
elektrofisiologi sel-sel miokardium. Perubahan elektrofisiologi ini
bermanifestasi sebagai perubahan bentuk potensial aksi yaitu rekaman grafik
aktivitas listrik sel (Price, 1994). Gangguan irama jantung tidak hanya terbatas
pada iregularitas denyut jantung tapi juga termasuk gangguan kecepatan
denyut dan konduksi (Hanafi, 1996).
2.2.2 Klasifikasi.
Terdapat empat jenis aritmia letal yang dibagi dalam dua kelompok besar,
yaitu aritmia letal dengan irama yang shockable (artinya berespon terhadap
tindakan defibrilasi) dan aritmia letal yang non-shockkable (artinya tidak
berespon terhadap tindakan defibrilasi.
6
Disritmia ini disebabkan oleh peningkatan iritabilitas miokard, seperti
PVC. Penyakit ini biasanya berhubungan dengan penyakit arteri
koroner dan terjadi sebelum fibrilasi ventrikel. Takikardia ventrikel
sangat berbahaya dan harus dianggap sebagai keadaan gawat darurat.
Pasien biasanya sadar akan adanya irama cepat ini dan sangat cemas.
b. Ventrikel Fibrilasi.
7
Ventrikel fibrilasi adalah denyutan ventrikel yang cepat dan tak efektif.
Pada disritmia ini denyut jantung tidak terdengar dan tidak teraba, dan
tidak ada respirasi. Polanya sangat ireguler dan dapat dibedakan
dengan disritmia tipe lainnya. Karena tidak ada koordinasi aktivitas
jantung, maka dapat terjadi henti jantung dan kematian bila fibrilasi
ventrikel tidak segera dikoreksi.
a. Asistol.
Ciri-ciri Asistol :
8
b. Pulseless Electrical Activity (PEA).
Ciri-ciri Asistol :
9
Berikut gambar EKG Asistol :
2.2.3 Etiologi.
Penyebab dari aritmia jantung biasanya satu atau gabungan dari kelainan
berikut ini dalam sistem irama-konduksi jantung :
2. Pergeseran pacu jantung dari nodus sinus ke bagian lain dari jantung.
3. Karena obat (intoksikasi) antara lain oleh digitalis, quinidin, dan obat-obat
anti aritmia lainnya.
10
8. Gangguan endokrin (hipertiroidisme, hipotiroidisme).
3. Nyeri dada ringan sampai berat, dapat hilang atau tidak dengan obat
antiangina, gelisah.
1. EKG.
2. Monitor Halter.
11
Gambaran EKG (24 jam) mungkin diperlukan untuk menentukan dimana
disritmia disebabkan oleh gejala khusus bila pasien aktif (di rumah/kerja).
Juga dapat digunakan untuk mengevaluasi fungsi pacu jantung/efek obat
antidisritmia.
3. Foto Dada.
6. Elektrolit.
7. Pemeriksaan Obat.
8. Pemeriksaan Tyroid.
9. Laju Sedimentasi.
12
10. GDA / Nadi Oksimatri.
1. Terapi Medis.
1) Kelas I A :
2) Kelas I B :
3) Kelas I C :
13
d. Anti aritmia kelas 4 (calcium channel blocker).
2. Terapi Mekanis.
a. Kardioversi.
b. Defibrilasi.
d. Terapi Pacemaker.
Mengenali aritmia letal sederhana pada EKG monitor ini dapat dilakukan
dengan 3 langkah yaitu :
Langkah ini dapat membantu dalam mengenali aritmia letal walau cara ini
bukan satu-satunya. Latihan interpretasi EKG monitor secara rutin dan
berkelanjutan akan membantu dalam mengenali kegawatan jantung.
14
2.3. Cara Mengenali Aritmia Letal melalui Interpretasi EKG.
2.3.2 Lihat di EKG monitor apakah ada gambaran aktivitas listrik atau tidak?.
Jika sudah tersedia defibrilator atau sudah terpasang EKG monitor, lakukan
pengkajian irama awal yaitu melihat apakah ada gambaran aktivitas listrik atau
tidak. Ada 2 kemungkinan yaitu ada gambaran aktivitas listrik atau tidak ada
gambaran aktvitas listrik jantung.
a. Jika tidak ada gambaran aliran listrik jantung atau garis datar maka terjadi
asistol.
b. Jika ada gambaran aliran listrik jantung, maka lanjutkan ke langkah analisa
selanjutnya.
2.3.3 Apakah ada gambaran komplek QRS sempit atau tidak ?. Lalu bagaimana
hubungan QRS dengan gelombang P?.
15
Jika ada gambaran gelombang komplek QRS sempit, maka akan ada beberapa
kemungkinan irama yaitu sinus, atrial, junctional atau pulseless electrical
activity (PEA). Nah dalam membedakan 4 irama inilah fungsi hubungan
dengan gelombang P menjadi penting.
b. Atrial jika rasio antara gelombang P dan kompleks QRS adalah >1 : 1
( lebih dari 1 gelombang P diikuti hanya 1 gelombang QRS) dan biasanya
ireguler.
c. Junctional jika terdapat gelombang P yang inversi (pada selain lead aVR)
atau terdapat gelombang P yang retrograde atau P-nya hilang.
d. Pulseless Electrical Activity (PEA) jika tidak teraba nadi namun ada
gambaran aktivitas listrik pada EKG monitor.
Jika tidak ada gambaran gelombang QRS sempit, maka lanjutkan ke langkah
analisa selanjutnya.
2.3.4 Jika tidak ada gambaran gelombang QRS sempit, bagaimana gambaran
komplek QRS lebarnya ? Teratur atau Tidak?.
Jika EKG monitor menunjukkan gambaran komplek QRS yang lebar maka
perlu dilihat bentuk QRS yang lebar tersebut apakah teratur atau tidak. a. Jika
gambaran komplek QRS lebar dan teratur dengan bentuk yang sama maka
terjadi takikardi ventrikel (VT). b. Jika gambaran komplek QRS lebar dan
tidak teratur dengan bentuk yang berbeda maka terjadi fibrilasi ventrikel (VF).
2.3.5 Lakukan manajemen bantuan hidup jantung lanjut (ACLS) sesuai dengan
algoritma.
2.3.6 Kesimpulan.
16
Aritmia letal ada 4 yaitu asistol, pulseless electrical activity (PEA), takikardi
ventrikel tanpa nadi (pulseless VT - pVT) dan fibrilasi ventrikel (VF).
Kemampuan tenaga kesehatan dalam mengenali aritmia letal ini menjadi dasar
untuk memberikan pertolongan dalam bantuan hidup jantung lanjut (Advanced
Cardiovascular Life Support – ACLS). Mengenali aritmia letal sederhana pada
EKG monitor ini dapat dilakukan dengan 3 langkah yaitu 1) melihat apakah
ada gambaran aktivitas listrik atau tidak; 2) melihat gambaran gelombang P;
dan 3) melihat gambaran komplek QRS. Langkah ini dapat membantu dalam
mengenali aritmia letal walau cara ini bukan satu-satunya. Latihan interpretasi
EKG monitor secara rutin dan berkelanjutan akan membantu dalam mengenali
kegawatan jantung.
2.4.1 Pengkajian.
a. Pengkajian primer :
1) Airway.
2) Breathing
3) Circulation.
17
Apakah haluaran urin menurun ?.
b. Pengkajian sekunder.
1) Riwayat penyakit.
Kondisi psikososial.
18
f. Nyeri/ketidaknyamanan : nyeri dada ringan sampai berat, dapathilang atau
tidak dengan obat antiangina, gelisah.
19
Mempertahankan/meningkatkan curah jantung adekuat yang
dibuktikan oleh tekanan darah/nadi dalam rentang normal haluaran
urine adekuat nadi teraba sama, status mental biasa.
Intervensi :
1. Pantau tanda vital dan kaji keadekuatan. Laporkan variasi penting pada
TD/frekuensi nadi, kesamaan, pernafasan, perubahan pada warna
kulit/suhu, tingkat kesadaran/sensori, dan haluaran urine selama
episode disritmia.
a) Takikardi.
b) Bradikardia.
c) Disritmia atrial.
20
Denyutan atrial akut dan kronis dan/atau fibrilasi dapat terjadi
karena penyakit arteri koroner atau katup dan dapat atau bukan
merupakan patologis. Denyutan atrial cepat/ fibrilasi
menurunkan curah jantung sebagai akibat tidak penuhnya
pengisian ventrikel (pemendekan siklus jantung) dan
meningkatnya kebutuhan oksigen.
d) Disrtimia ventrikel.
4. Kolaborasi.
b) Kadar obat.
21
d) Berikan obat sesuai indikasi.
e) Kalium.
f) Antidisritmia.
22
Penyekat-b adrenergik mempunyai kandungan antiadrener-
gik dan menurunkan otomatisita. Sehingga berguna
pengobatan disritmia yang terjadi karena disfungsi nodus
SA dan AV (contoh takikardi supraventrikuler, denyut atrial
atau fibrilasi).
23
i) Masukan/pertahankan masukan IV. R/ : Jalan masuk paten
diperlukan untuk pemberian obat darurat.
Intervensi :
24
3. Anjurkan pasien melakukan pengukuran nadi dengan tepat. Dorong
pencatatan nadi harian sebelum minum obat/latihan. Identifikasi situasi
yang memerlukan intervensi medis cepat.
25
BAB III
3.1. Kasus.
Studi kasus dilakukan di RSUD Arifin Ahmad Pekanbaru. Pada tanggal 20-23 April
2022 di ruangan ICCU. Pasien yang dirawat berinisial Tn. M berusia 64 tahun, jenis
kelamin laki-laki, agama Islam, pekerjaan pensiunan PNS, alamat Panam, Taman
Karya, masuk rumah sakit pada tanggal 19 April 2022 dengan diagnosa Supra
Ventikular Takikardi (SVT), sumber informasi dari pasien, keluarga dan catatan
perawatan.
Hasil pengkajian pada tanggal 20 April 2022 pada jam 08.00 didapatkan hasil,
keluhan utama saat masuk Tn. M mengatakan jantung berdebar-debar dan merasa
pusing.
Sebelum sakit Tn. M mengatakan memiliki riwayat sakit jantung sejak tahun 2013
dan riwayat merokok sejak usia muda. Riwayat kesehatan keluarga Tn. M
mengatakan tidak ada anggota keluarga yang mengalami penyakit yang sama.
Di dapatkan Pengkajian Primer : Airways (jalan napas) : tidak ada sumbatan jalan
napas atau jalan napas Tn. M bebas, Breathing (pernapasan) : Tn. M tidak sesak
napas, tidak menggunakan otot tambahan, frekuensi pernapasan 18 x/menit, irama
teratur, bunyi napas vesikuler, Circulation : Nadi 150 x/menit, irama tidak teratur,
denyut nadi lemah, TD 120/80 mmHg, ekstremitas dingin, warna kulit pucat, pasien
mengatakan tidak nyeri dada, CRT > 3 detik, tidak oedema, turgor kulit baik, mukosa
mulut lembab, Disability: tingkat kesadaran composmentis, GCS E4M6V5 (total: 15),
pupil isokor, reflek terhadap cahaya positif.
26
26x/menit, intoksikasi: tidak ada riwayat alergi terhadap makanan, gigitan binatang,
alkohol, zat kimia dan obat-obatan. Pola istirahat dan tidur : Pasien mengatakan tidak
terganggu.
3.2.1 Pengkajian.
a. Pengkajian Primer.
1) Airways (jalan napas) : tidak ada sumbatan jalan napas atau jalan
napas Tn. M bebas.
3) Circulation : Nadi 150 x/menit, irama tidak teratur, denyut nadi lemah,
TD 120/80 mmHg, ekstremitas dingin, warna kulit pucat, pasien
mengatakan tidak nyeri dada, CRT > 3 detik, tidak oedema, turgor
kulit baik, mukosa mulut lembab,
b. Pengkajian Sekunder.
27
3) Kebutuhan cairan : oral air putih ± 300 cc/7 jam, parenteral terpasang
infuse NaCl 0,9% 500 cc/24 jam.
4) Pola eliminasi buang air kecil : Pasien tidak terpasang kateter, jumlah
urine output 700cc/7 jam, warna kuning jernih, tidak ada rasa sakit saat
BAK.
5) BAB : pasien mengatakan BAB normal (1- 2 x/hari), tidak ada diare,
bising usus 26x/menit.
10) Kimia darah : kreatinin darah 1,32 mg/dL, ion calcium 2,6 mmol/L.
Selama dalam proses perawatan Tn. M mendapatkan terapi infus NaCl
0,9% 7 tpm/IV, miniaspi 80 mg/oral, Bisoprolol 2,5 mg/oral.
DO :
a. Keadaan umum
lemah.
b. Nadi 150 x/menit.
28
c. Irama tidak teratur.
d. Nadi teraba lemah.
e. Kulit lembab.
f. Ekstremitas dingin.
g. CRT > 3 detik.
h. Hb 11,4 g/dL.
i. SPO2 98 %.
2. DS : Ketidakseimbangan Intoleransi
a. Pasien mengeluh suplai dan kebutuhan aktivitas.
lemas dan pusing. oksigen.
DO :
a. Pasien tampak
lemah.
b. Semua ADL
(toileting, personal
hygiene) dibantu
oleh perawat dan
keluarga.
c. Perubahan EKG :
supraventrikular
takikardi.
29
DO : keadaan umum lemah, N 150 x/menit, irama tidak teratur,
nadi teraba lemah, SPO2 98%, kulit lembab, CRT > 3 detik, Hb
11,4 g/dL.
30
3.2.4 Intervensi Keperawatan.
No Diagnosa Keperawatan Standar Luaran Keperawatan Indonesia Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
(SLKI) (SIKI)
1. Penurunan Curah Jantung Curah Jantung. (L.02008). Perawatan Jantung. (I.02075).
berhubungan dengan
perubahan denyut dan irama Definisi : Definisi :
jantung. (D.0008). Ketidakadekuatan jantung memompa darah Mengidentifikasi, merawat dan membatasi
untuk memenihi kebutuhan metabolisme komplikasi akibat ketidakseimbangan antara
Definisi : tubuh. suplai dan konsumsi oksigen miokard.
Ketidakadekuatan jantung
memompa darah untuk Ekspektasi : Meningkat. Tindakan.
memenihi kebutuhan Observasi :
metabolisme tubuh. Tujuan : 1. Identifikasi tanda dan gejala primer
Setelah dilakukan tindakan keperawatan, penurunan curah jantung (meliputi
Penyebab : penurunan curah jantung dapat teratasi. kelelahan, dll).
1. Perubahan irama 2. Identifikasi tanda dan gejala sekunder
jantung. Kriteria hasil : penurunan curah jantung (meliputi
2. Perubahan frekuensi 1. Kekuatan nadi perifer normal. palpitasi, kulit pucat, dll).
jantung. 2. Irama jantung normal. 3. Monitor tekanan darah.
3. Perubahan preload. 3. Denyut jantung normal. 4. Monitor intake dan output cairan.
4. Perubahan afterload. 4. Gambaran EKG Aritmia normal. 5. Monitor berat badan setiap hari pada
31
5. Pasien tidak tampak pucat lagi. waktu yang sama.
Gejala dan Tanda Mayor. 6. Tanda-tanda vital diharapkan 6. Monitor saturasi oksigen.
Subjektif : normal. 7. Monitor EKG 12 sadapan.
1. Perubaha irama 7. Pasien tidak tampak lemas lagi. 8. Monitor aritmia (kelainan irama dan
jantung. 8. CRT normal. frekuensi).
1) Palpitasi. 9. Monitor nilai laboratorium jantung )mis
2. Perubahan Preload. elektrolit, enzim jantung, dll).
1) Lelah. 10. Monitor fungsi alat pacu jantung.
Objektif : 11. Periksa tekanan darah dan frekuensi
1. Perubahan irama nadi sebelum dan sesudah aktivitas.
jantung. 12. Periksa tekanan darah dan frekuensi
1) Takikardia. nadi sebelum pemberian obat.
2) Gambaran EKG
Aritmia atau Terapeutik :
gangguan konduksi. 1. Posisikan pasien semi-fowler atau
2. Perubahan afterload. fowler dengan kaki kebawah atau posisi
1) Nadi perifer teraba nyaman.
lemah. 2. Berikan diet jantung yang sesuai (mis
2) CRT >3 detik. batasi asupan kafein, kolesterol dan
3) Warna kulit pucat. makanan tinggi lemak).
3. Ginakan stocking elastis atau pneumatik
32
Gejala dan Tanda Minor. intermiten, sesuai indikasi.
Subjektif : 4. Fasilitasi pasien dan keluarga untuk
1. Tidak ada. modifikasi gaya hidup sehat.
Objektif : 5. Berikan terapi relaksasi untuk
1. Tidak ada. mengurangi stres, jika perlu.
6. Berikan dukungan emosional dan
Kondisi Klinis Terkait : spiritual.
1. Aritmia. 7. Berikan oksigen untuk
mempertahankan saturasi oksigen
>94%.
Edukasi :
1. Anjurkan beraktivitas fisik sesuai
toleransi.
2. Anjurkan beraktivitas fisik secara
bertahap.
3. Anjurkan berhenti merokok.
4. Anjurkan pasien dan keluarga
mengukur berat badan harian.
5. Anjurkan pasien dan keluarga
mengukur intake dan output cairan
33
harian.
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian antiaritmia, jika
perlu.
2. Rujuk ke program rehabilitasi jantung.
2. Intoleransi aktivitas Toleransi Aktivitas. (L.05047). Manajemen energi. (I.05178).
berhubungan dengan
ketidakseimbangan antara Definisi : Definisi :
suplai dan kebutuhan oksigen. Respon fisiologis terhadap aktivitas yang Mengidentifikasi dan mengelola penggunaan
(D.0056). membutuhkan tenaga. energi untuk mengatasi atau mencegah
kelelahan atau mengoptimalkan proses
Definisi : Ekspektasi : Meningkat. pemulihan.
Ketidakcukupan energi untuk
melakukan aktivitas sehari- Tujuan : Tidakan.
hari. Setelah dilakukan tidakan keperawatan, Observasi :
pasien mampu melakukan aktivitas secara 1. Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang
Penyebab : mandiri. mengakibatkan kelelahan.
1. Ketidakseimbangan 2. Monitor kelelahan fisik.
antara suplaidan Kriteria Hasil : 3. Monitor pola dan jam tidur.
kebutuhan oksigen. 1. Fekuensi nadi normal. 4. Monitor lokasi dan ketidaknyamanan
2. Saturasi oksigen normal.
34
2. Kelemahan. 3. Kelelahan pasien berkurang atau selama melakukan aktivitas.
pasien tidak mudah capek.
Gejala dan Tanda Mayor. 4. Aritmia pasien berkurang / normal. Terapeutik :
Subjektif. 5. Bernapas spontan saat beraktivitas. 1. Sediakan lingkungan nyaman dan
1. Mengeluh lelah. 6. Temuan/hasil EKG normal. rendah stimulus (mis cahaya, suara,
Objektif : 7. Kemudahan dalam melakukan kunjungan).
1. Frejuensi jantung aktivitas hidup harian. 2. Lakukan latihan rentang gerak pasif dan
meningkat >20% dari 8. Frekuensi napas setelah beraktivitas aktif.
kondisi istirahat. 12-20 x/menit. 3. Berikan aktivitas distraksi yang
9. Pasien tidak pucat lagi. menenangkan.
Gejala dan Tanda Minor. 4. Fasilitasi duduk di sisi tempat tidur, jika
Subjektif : tidak dapat berpindah atau berjalan.
1. Merasa lemah.
Objektif : Edukasi :
1. Gambaran EKG 1. Anjurkan tirah baring.
menunjukkan aritmia 2. Anjurkan melakukan aktivitas secara
saat / setelah aktivitas. bertahap.
3. Anjurkan menghubungi perawat jika
Kondisi Klinis Terkait : tanda dan gejala kelelahan tidak
1. Aritmia. berkurang.
4. Ajarkan strategi koping untuk
35
mengurangi kelelahan.
Kolaborasi :
1. Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara
meningkatkan asupan makanan.
36
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1. Pengkajian.
Dari hasil pengkajian yang didapatkan pasien mengatakan jantung berdebar cepat. Di
dapatkan hasil pemeriksaan EKG 12 lead yaitu supraventrikular takikardi (SVT).
Pasien memiliki riwayat penyakit jantung sejak 9 tahun lalu dan merupakan perokok
aktif sejak usia muda hingga sekarang.
Berdasarkan teori dan kasus diatas, hasil pemeriksaan EKG 12 lead. Hal ini sesuai
dengan teori yang dikemukakan oleh (Sunu B. Raharjo, 2017) bahwa hasil EKG akan
berubah terutama pada irama sinus gelombang P.
4.2. Diagnosa.
Diagnosa yang didapat berdasarkan pada kasus terdiri dari : 1. Penurunan curah
jantung berhubungan dengan peningkatan frekuensi 2. Intoleransi aktivitas
berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen.
Pada teori yang dikemukakan oleh (Suddarth, 2014) diagnosa pada pasien dengan
supraventrikuar takikardi terdiri dari 6 diagnosa. Diagnosa yang ditegakkan pada
kasus ini adalah penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan frekuensi
dan intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen. Hal ini disebabkan karena ada data yang cukup untuk diagnosa
tersebut.
37
Diagnosa pada kasus yaitu penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan
frekuensi, data yang didapatkan untuk menegakkan diagnosa ini adalah jatung
berdebar cepat, keadaan umum lemah, N 150 x/m, irama tidak teratur, nadi teraba
lemah, kulit lembab, pucat CRT > 3 detik. Batasan karakteristik diagnosa ini menurut
(Herdman dan Kamitsuru, 2017) adalah aritmia, takikardi, bradikardi, palpitasi,
oedema, kelelahan, distensi vena jugularis, kulit dingin dan lembab, penurunan denyut
nadi perifer, oliguria, CRT > 3detik, perubahan warna kulit, kecemasan.
4.3. Intervensi.
38
Diagnosa intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai
dan kebutuhan oksigen dengan intervensi yang direncanakan pada Tn. M yaitu
terdapat 6 (enam) intervensi. Intervensi intoleransi aktivitas berhubungan denga
ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen menurut (Moorhead,
Johnson, Maas, dan Swanson, 2016) terdapat 6 (enam) intervensi. Semua intervensi
yang direncanakan sesuai dengan teori.
4.4. Implementasi.
Implementasi pada kasus dilakukan selama 3 hari. Untuk diagnosa penurunan curah
jantung berhubungan dengan peningkat frekuensi, tidak semua intervensi dilakukan
kepada pasien. Yang tidak dilakukan adalah monitor adanya nyeri dada, catat adanya
fluktuasi tekanan darah, monitor vital sign saat pasien berbaring, duduk atau berdiri
dan auskultasi tekanan darah pada kedua lengan dan bandingkan.
4.5. Evaluasi.
Tahap evaluasi merupakan tahap akhir dari proses yang digunakan untuk menilai
keberhasilan asuhan keperawatan atas tindakan yang diberikan. Pada jam 13:00 wita
mahasiswa melakukan evaluasi pada setiap tindakan berdasarkan diagnosa yang telah
ditetapkan dengan menggunakan metode SOAP yaitu :
39
Diagnosa intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai
dan kebutuhan oksigen pada tanggal 20 April 2022 : S : pasien mengatakan masih
merasa lemas dan pusing; O : pasien tampak beristirahat dengan posisi tidur
terlentang; A : masalah belum teratasi; P : lanjutkan intervensi. Pada 21 April 2022 : S
: pasien mengatakan lemas dan pusing yang dirasakan sudah berkurang; O : pasien
tampak rileks dengan posisi setengah duduk; A : masalah teratasi sebagian; P :
lanjutkan intervensi. Pada 22 April 2022 : S : pasien mengatakan tidak merasa lemas
dan pusing; O : pasien tampak beristirahat dengan posisi miring kiri; A : masalah
teratasi; P : intervensi dihentikan.
40
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan.
Gangguan irama jantung atau aritmia merupakan komplikasi yang sering terjadi pada
infark miokardium. Aritmia atau disritmia adalah perubahan pada frekuensi dan irama
jantung yang disebabkan oleh konduksi elektrolit abnormal atau otomatis. Sedangkan
aritmia letal adalah aritmia yang menyebabkan kematian. Aritmia timbul akibat
perubahan elektrofisiologi sel-sel miokardium. Perubahan elektrofisiologi ini
bermanifestasi sebagai perubahan bentuk potensial aksi yaitu rekaman grafik aktivitas
listrik sel. Gangguan irama jantung tidak hanya terbatas pada iregularitas denyut
jantung tapi juga termasuk gangguan kecepatan denyut dan konduksi.
Aritmia dapat menjadi kondisi yang dapat mengancam jiwa. Ada 4 aritmia letal yang
harus segera diberikan pertolongan yaitu, ventrikel takikardi, tanpa nadi (pulseless
VT-pVT), ventrikel fibrilasi (VF), asistol dan pulseless electrical activity (PEA).
Kemampuan tenaga kesehatan dalam mengenali aritmia letal ini menjadi dasar untuk
memberikan pertolongan dalam bantuan hidup jantung lanjut (Advanced
Cardiovascular Life Support – ACLS). Mengenali aritmia letal sederhana pada EKG
monitor ini dapat dilakukan dengan 3 langkah yaitu 1) melihat apakah ada gambaran
aktivitas listrik atau tidak; 2) melihat gambaran gelombang P; dan 3) melihat
gambaran komplek QRS. Langkah ini dapat membantu dalam mengenali aritmia letal
walau cara ini bukan satu-satunya. Latihan interpretasi EKG monitor secara rutin dan
berkelanjutan akan membantu dalam mengenali kegawatan jantung.
41
DAFTAR PUSTAKA
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia, Definisi dan
Indikator Diagnostik, Edisi I Cetakan III (Revisi). Jakarta Selatan : Dewan
Pengurus Pusat PPNI.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia, Definisi dan
Tindakan Keperawatan, Edisi I Cetakan II. Jakarta Selatan : Dewan Pengurus
Pusat PPNI
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia, Definisi dan
Kriteria Hasil Keperawatan, Edisi I Cetakan II. Jakarta Selatan : Dewan Pengurus
Pusat PPNI.
Yuniadi, Yoga. 2017. Mengatasi Aritmia, Mencegah Kematian Mendadak. Vol. 5, No. 3,
Desember 2017.
Yusuf, Robby. 2019. KARYA TULIS ILMIAH “ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. M. Y. L
DENGAN SUPRA VENTRIKULAR TAKIKARDI (SVT) DI RUANG ICCU RSUD
PROF. DR. W. Z. JOHANNES KUPANG”. Kupang : Politeknik Kesehatan
Kemenkes.
http://www.perawatpintar.web.id/2019/08/langkah-sederhana-mengenali-aritmia_23/html?
m=1
http://eprints.undip.ac.id/55171/2/
Danielle_Karen_Widjaya_22010113130175_Lap.KTI.Bab1.pdf
42