Anda di halaman 1dari 18

ASUHAN KEPERAWATAN (ASKEP) PERIKARDITI

OLEH :

KELOMPOK 1

1. AINUN VAHRIANA BR SIMANJUNTAK


2. HIKMAH NADYA
3. NADIA MUHAREZA
4. OKVIKA SYAFRIOSA
5. RISKI CAHYA ANANDA
6. TANIA ARTHADITYA
7. CUT NUZUL SAFURA

Dosen pembimbing : Ns.Zulkarnaini,M.Kep

POLTEKKES KEMENKES ACEH


TAHUN AJARAN 2020
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr.wb

Puji syukur saya ucapakan atas kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang
“ASUHAN KEPERAWATAN (ASKEP) PERIKARDITIS” dengan baik dan sesuai
kemampuan kami meskipun banyak kekurangan di dalamnya. Kami berterima kasih
kepada dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan dalam penyelesaian tugas
ini.

Besar harapan kami agar makalah ini dapat berguna untuk menambah wawasan
serta pengetahuan bagi si pembaca. Kami menyadari sepenuhnya bahwa di dalam
makalah ini masih banyak hal yang perlu diperbaiki jauh dari kata dan sempurna. Oleh
sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan agar makalah selanjutnya bisa
menjadi lebih baik lagi. Karena saran dan kritik merupakan satu kesatuan yang mampu
menciptakan kesempurnaan.

Harapan kami semoga makalah ini dapat dipahami dan berguna bagi siapapun
yang membacanya. Apabila terjadi salah kata maupun cara kami meminta maaf yang
sebesar besarnya.

Aceh Timur, 27 September 2020


DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL........................................................................................

KATA PENGANTAR...................................................................................... v

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1

1.1 Latar Belakang.......................................................................... 1

1.3 Tujuan....................................................................................... 1

1.3 Manfaat .................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN….......................................................................... 3

2.1 Definisi .................................................................... 3

2.2 Etiologi .................................................................... 3

2.3 Manifestasi Klinis .................................................................... 3

2.4 Pemeriksaan Diagnosik............................................................ 3

2.5 Penatalaksanaan Medis............................................................. 5

2.6 Komplikasi .................................................................... 6

2.7 Prognosis .................................................................... 7

2.2 Patofisiologi .................................................................... 7


BAB III ASUHAN KEPERAWATAN ........................................................ 9

3.1 Kajian....................................................................................... 9

3.3.1 Anamnesa..................................................................... 9

3.3.2 Pemeriksaan Fisik......................................................... 9

3.2. Analisa Data.............................................................................. 10

3.2. Diagnosa Keperawatan............................................................. 11

3.2. Intervensi.................................................................................. 11

Bab V KESIMPULAN………………….................................................... 15

4.1 Kesimpulan……....................................................................... 15

DAFTAR PUSTAKA ………………………....................................

LAMPIRAN-LAMPIRAN…………………………………….....................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Jantung merupakan sebuah organ yang terdiri dari otot. Otot jantung merupakan
jaringan istimewa karena kalau dilihat dari bentuk dan susunannya sama dengan otot
serat lintang, tetapi cara bekerjanya menyerupai otot polos yaitu diluar kemauan kita
(dipengaruhi oleh susunan saraf otonom). Perikardium merupakan lapisan jantung
sebelah luar yang merupakan selaput pembungkkus terdiri dari dua lapisan yaitu lapisan
parietal dan viseral yang bertemu di pangkal jantung membentuk kantung jantung.
Diantara dua lapisan jantung ini terdapat lendir sebagai pelicin untuk menjaga agar
pergesekan antara perikardium pleura tidak menimbulkan gangguan terhadap jantung.
Jantung bekerja selama kita masih hidup, karena itu membutuhkan makanan yang
dibawa oleh darah, pembuluh darah yang terpenting dan memberikan darah untuk
jantung dari aorta asendens dinamakan arteri koronaria.
Perikardium dapat terlibat dalam berbagai kelainan hemodinamika, radang,
neoplasi, dan bawaan. Penyakit perikardium dinyatakan oleh tmbunan cairan (disebut
efusi perikardium), radang (yaitu perikarditis). Perikarditis ialah penyakit sekunder
dimanapun di tubuh contohnya penyebaran infeksi kedalam kantung perikareritematasus
sistemik. Tetapi kadang-kadang perikarditis terjadi sebagai kelainan primer.
Pada perikarditis, ditemukan reaksi radang yang mengenai lapisan perikardium viseratis
dan atau parietalis.ditemukan banyak penyebab tetapi yang paling sering ialah akut,
perikarditis non spesifik (viral), infark miokard dan uremia.
Untuk itu dalam makalah ini kelompok akan menjelaskan tentang perikarditis beserta
asuhan keperawatannya dan diharapkan bisa membantu mahasiswa, tenaga kesehatan
dan masyarakat umum untuk lebih memahami tentang masalah perikarditis.

B. Tujuan
a. Tujuan Umum
Tujuan umum makalah ini adalah untuk mengetahui tentang Asuhan
Keperawatan pada klien dengan Perikarditis.
b. Tujuan Khusus
1. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian pada klien dengan perikarditis.
2. Mahasiswa mampu menegakkan diagnosa keperawatan pada klien dengan
perikarditis.
3. Mahasiswa mampu menyusun intervensi keperawatan pada klien dengan
perikarditis.
4. Mahasiswa mampu menerapkan implementasi keperawatan pada klien
dengan perikarditis.
5. Mahasiswa mampu mengevaluasi implementasi keperawatan yang telah
dilaksanakan pada klien dengan perikarditis.
6. Mahasiswa mampu mendokumentasikan keperawatan yang telah
dilaksanakan pada klien dengan perikarditis.

C. Manfaat Penulisan Makalah


Adapun manfaat dari makalah ini adalah :
1. Hasil makalah ini dapat kita gunakan sebagai sumber pengetahuan tentang
perikarditis.
2. Hasil makalah ini dapat memberikan kontribusi bagi penelitian kesehatan
dan ilmu keperawatan
3. Hasil makalah ini dapat memberikan masukan bagi ilmu keperawatan
tentang tingkat pengetahuan kita tentang penyakit perikarditis, sehingga
apabila diperlukan dapat kita lakukan penyuluhan kepada masyarakat
tentang kesehatan khusunya perikarditis.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi
Perikarditis ialah peradangan pericardium viseralis dan parietalis dengan atau
tanpa disertai timbulnya cairan dalam rongga perikard yang baik bersifat transudat atau
eksudat maupun seraosanguinis atau purulen dan disebabkan oleh berbagai macam
penyebab. (IKA FKUI, 2007)
Perikarditis adalah peradangan pericardium parietal, pericardium visceral, atau
keduanya. Perikarditis  dibagi atas perikarditis akut, subakut, dan kronik. Perikarditis
subakut dan kronik mempunyai etiologi, manifestasi klinis, pendekatan diagnostic, dan
penatalaksanaan yang sama. (Arif, 2009)

2.2 Etiologi
Penyebab yang paling sering ialah reuma, yang merupakan 55% dari seluruh
kasus. Perikarditis purulenta/ septic (28%) disebabkan oleh kuman Staphylococcus
aureus, Diplococcus pneumoniae, dan Streptococcus hemolyticus. Penyebab lainnya
ialah tuberculosis, virus Coxsackie, rheumatoid, uremia, trauma dan idiopatik.

2.3 Manifestasi Klinis


Nyeri, batuk kering, demam, fatigue, cemas, ulsus paradoksus, JVD, CRT turun,
gangguan status mental, kreatinin meningkat, cardiac marker meningkat,kardiak marker
meningkat, ST segmen elevasi, PR depresi kecuali segmen aVR.
Manifestasi perikarditis konstriktif sangat bervariasi bergantung pada berat,
distribusi, dan kecepatan terjadinya sikatriks. Tanda-tanda perikarditis konstriktif
menurut urutan, yaitu dispnea, edema perifer, pembesaran perut, gangguan abdominal,
lelah, ortopnea, palpitasi, batuk, nausea, dan paroxysmal nocturnal dyspnea.
2.4 Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan Elektrokardiografi 
Elektrokardiografi memperlihatkan elevasi segmen ST dan perubahan
resiprokal, voltase QRS yang rendah (low voltage) tapi EKG bisa juga normal atau
hanya terdapat gangguan irama berupa fibrilasi atrium.
Pemeriksaan ekokardiografi M-Mode atau dua dimensi sangat baik untuk memastikan
adanya efusi pericardium dan memperkirakan banyaknya cairan pericardium.
Pada fase akut, akan tampak elevasi segmen S-T yang berbentuk konkaf terutama pada
antar pericardium kiri. Mula-mula T masih normal, kemudian menjadi datar/ negative.
Kelainan T lebih lama menetap, yaitu sampai 2-3 minggu, bahkan kadang-kadang
berbulan-bulan seperti pada perikarditis tuberkulosa. Amplitude QRS dan T akan
mengecil (low voltage) sesuai dengan jumlah cairan yang ada.
Pemeriksaan Radiologis
Foto rontgen toraks bila efusi pericardium hanya sedikit, tetapi tetap tampak
bayangan jantung membesar seperti water bottle dengan vaskularisasi paru normal dan
adanya efusi pericardium yang banyak. Pada efusi pericardium, gambaran Rontgen
toraks memperlihatkan suatu konfigurasi bayangan jantung berbentuk buli-buli air tapi
dapat juga normal atau hamper normal.
Pada posisi berdiri atau duduk, maka akan tampak pembesaran jantung yang
berbentuk segitiga dan akan berubah bentuk menjadi globular pada posisi tiduran.
Kadang-kadang tampak gambaran bendungan pembuluh darah vena. Pada fluoroskopi
tampak jantung yang membesar dengan pulsasi yang minimal atau tidak tampak pulsasi
sama sekali (silent heart). Jumlah cairan yang ada dan besar jantung yang sebenarnya
dapat diduga dengan angiokardiogram atau ekokardiogram.

Pemeriksaan Laboratorium
Laju endap darah umumnya meninggi terutama pada fase akut. Terdapat pula
leukositosis yang sesuai dengan kuman penyebab. Cairan perikard yang ditemukan
dapat bersifat transudat seperti perikarditis rheumatoid, reumatik, uremik, eksudat
serosanguinous dapat ditemukan pada perikarditis tuberkulosa dan reumatika.
Cairan yang purulen ditemukan pada infeksi banal. Terhadap cairan perikard ini, harus
dilakukan pemeriksaan mikroskopis terhadap jenis sel yang ditemukan, pemeriksaan
kimia terhadap komposisi protein yang ada dan pemeriksaan bakteriologis dengan
sediaan langsung, pembiakan kuman atau dengan percobaan binatang yang ditujukan
terhadap pemeriksaan basil tahan asam maupun kuman-kuman lainnya.

2.5 Penatalaksanaan Medis


Pengobatan penyakit dasar merupakan tujuan utama, tetapi beberapa kronis
idiopatik dapat diobati dengan menggunakan indometasin atau kortikosol. Bila efusi
pericardium kronis tetap menimbulkan gejala keluhan, maka perlu dipertimbangkan
perikardiektomi.
Bila diagnosis perikarditis konstriktif telah dibuat, maka perikardiektomi merupakan
satu-satunya pengobatan untuk menghilangkan tahanan pengisian ventrikel pada fase
diastolic.
Penatalaksanaan pada efusi pericardium yang massif adalah dengan melakukan
perikardisentesis ke dalam kantong pericardium dengan tujuan agar proses drainase dari
aspirasi dapat adekuat. (Rubin, 1990)
Penatalaksanaan tamponade jantung dengan pengobatan yang sesegera mungkin
dapat menyelamatkan klien dari kematian, maka pemeriksaan yang cepat dan tepat
untuk menegakkan diagnosis secara tepat, misalnya pemeriksaan ekokardiografi yang
diikuti pemeriksaan kateterisasi jantung, harus dilaksanakan. Tamponade jantung
memerlukan aspirasi pericardium dengan jarum. Monitor EKG memerlukan perhatian
dan kecurigaan yang lebih cermat, karena dalam banyak hal, tidak ada penyebab yang
jelas terlihat yang menyatakan adanya penyakit pericardium. Pada klien dengan
hipotensi dan evaluasi tekanan darah jugularis, dengan lekuk x yang menonjol, bahkan
tanpa adanya lekuk y,  kemungkinan adanya tamponade jantung harus diperhatikan.
Tamponade jantung harus dicapai bila terdapat perluasan daerah perkusi yang redup di
daerah dada anterior, nadi paradoksal, gambaran paru yang cukup bersih, pulsasi
bayangan jantung yang berkurang pada fluoroskopi, pengurangan amplitude QRS,
gangguan listrik dari P, QRS, dan T, serta hal-hal tersebut di awal.
Pada tamponade jantung dengan tekanan yang rendah, klien biasanya tanpa gejala, atau
mengeluh sesak dan kelemahan badab yang ringan, dan dalam hal ini diagnosis
ditegakkan dengan ekokardiografi. Kelainan hemodinamikdan gejala klinis segera
membaik setelah dilakukan perikardiosentesis.

Perikardiosentesis
Perikardiosentesis merupakan tindakan aspirasi efusi pericardium atau pungsi
pericardium. Pungsi pericardium dapat dilakukan untuk konfirmasi dan mencari etiologi
efusi sebagai penegakan diagnosis dan tindakan invasive untuk pengobatan.
Lokasi Pungsi Perikardium .Sudut antara prosesus xifoideus dengan arkus iga kiri. Titik
ini paling aman karena jantung tidak ditutupi paru sehingga mengurangi kemungkinan
penyebaran infeksi ke paru atau perikarditis purulen. Hal ini juga untuk menghindari
tertusuknya arteri mamaria interna. Lokasi efusi pericardium umumnya berada di
bawah, sehingga cairan yang sedikit pun dapat diperoleh di sini.
Peran perawat dalam pelaksanaan perikardiosentesis adalah mempersiapkan klien
sebelum dan sesudah tindakan, dukungan psikologis, dan persiapan alat tindakan.
2.6 Komplikasi 

1. Tamponade jantung
Tamponade jantung adalah keadaan yang mengancam nyawa, dimana ditemukan
penekanan pada jantung, akibat terjadi pengumpulan cairan (darah, nanah) atau gas di
ruangan perikardium (ruangan antara 2 selaput pelapis jantung) yang disebabkan karena
trauma atau robeknya otot jantung, atau karena perembesan cairan (efusi). Hal ini dapat
menyebabkan jantung tidak dapat memompa darah ke seluruh tubuh secara optimal.
2.Perikarditiskonstriktif
3.Aritmi jantung
Contoh-contoh dari atrial tachycardias termasuk atrial fibrillation, atrial flutter, and
paroxysmal atrial tachycardia (PAT). Aritmia-aritmia ini terjadi karena gangguan listrik
di atria dan/atau di AV node menyebabkan denyut jantung yang cepat.
4.Nyeri dada berulang-ulang.

2.7 Prognosis
Bergantung kepada penyebabnya. Pada perikarditis reumatik ditentukan oleh
berat ringannya miokarditis yang menyertainya. Prognosis perikarditis purulenta
ditentukan oleh cepatnya pengobatan antibiotika yang diberikan dan tindakan  bedah
yang dilakukan. Kematian pada perikarditis tuberkulosa menjadi sangat menurun
dengan ditemukannya tuberkulostatikum yang lebih poten. Tanpa tindakan pembedahan
perikarditis konstriktiva mempunyai prognosis yang buruk.
2.8 Patofisiologi
Proses inflamasi dan akibat sekunder dari fenomena infeksi pada perikarditis
akan memberikan respons sebagai berikut:
1. Terjadinya vasodilatasi dengan peningkatan akumulasi cairan ke kantong
perikardium.
2. Peningkatan permeabilitas vaskular sehingga kandungan protein, termasuk
fibrinogen atau fibrin, di dalam cairan akan meningkat.
3. Peningkatan perpindahan leukosit terutama pada perikarditis purulenta.
4. Perdarahan akibat trauma tembus juga merupakan penyebab yang mungkin.
Perubahan patologis selanjutnya yang terjadi berupa terbentuknya jaringan parut dan
perlengketan disertai klasifikasi lapisan perikardium viseral maupun parietal yang
menimbulkan suatu perikarditis konstriktif yang apabila cukup berat akan menghambat
pengembangan volume jantung pada fase diastolik.
Pada kondisi lain, terakumulasinya cairan pada perikardium yang sekresinya melebihi
absorpsi menyebabkan suatu efusi perikardium. Pengumpulan cairan intraperikardium
dalam jumlah yang cukup untuk menyebabkan obstruksi serius terhadap masuknya
darah ke kedua bilik jantung bisa menimbulkan tamponade jantung. Salah satu
komplikasi perikarditis paling fatal dan memerlukan tindakan darurat tamponade.
Tamponade jantung merupakan akibat peninggian tekanan intraperikardium dan
restriksi progresif pengisian ventrikel.

Tamponade Jantung
Penyebab tamponade paling sering adalah perdarahan ke dalam rongga
perikardium setelah suatu operasi jantung atau trauma, termasuk yang diakibatkan oleh
perforansi selama prosedur diagnostik: TBC dan tumor, yang kebanyakan adalah
karsinoma paru dan payudara, serta limfoma.
Tamponade juga dapat timbul pada perikarditis idiopatik dan perikarditis akut oleh
karena virus, perikarditis pasca-penyinaran, gagal ginjal selama dialisis, dan
hemoperikardium sebagai akibat pengobatan antikoagulan pada klien dengan berbagai
bentuk perikarditis akut.
Jumlah cairan yang cukup untuk menimbulkan tamponade jantung adalah 250 cc
bila pengumpulan cairan tersebut berlangsung cepat, dan 1000 cc bila pengumpulan
cairan tersebut berlangsung lambat, karena perikardium mempunyai kesempatan untuk
meregang dan menyesuaikan diri dengan volume cairan yang bertambah tersebut.
Jumlah cairan yang dibutuhkan untuk menghasilkan tamponade bervariasi tergantung
dari tebalnya miokardium ventrikel, dan kebalikannya dengan tebalnya perikardium
parietal. Lebih sering terjadi adalah tamponade berlangsung lebih perlahan dan gejala
klinisnya menyerupai gagal jantung, termasuk dispnea, ortopnea, bendungan hati, dan
hipertensi vena jugularis.
 

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
 
3.1 Pengkajian
3.1.1 Anamnesa
1.  Identitas pasien.
2.  Keluhan utama: Nyeri dada atau sesak nafas
3.  Riwayat penyakit sekarang
Harus ditanya dengan jelas tetang gejala yang timbul seperti edema perifer,
gangguan abdominal, lelah, ortopnea, palpitasi, batuk, nausea, dan paroxysmal
nocturnal dyspnea . Kapan mulai serangan, sembuh atau bertambah buruk, bagaimana
sifat timbulnya, dan stimulus apa yang sering menimbulkan nyeri dada.
4.  Riwayat penyakit dahulu
Harus diketahui apakah pasien pernah terkena TBC, rheumatoid, uremia, ada
trauma dada atau pernah mengalami serangan jantung lainnya.

5.  Riwayat  psikososial


           Respon emosi pengkajian mekanisme koping yang digunakan pasien juga
penting untuk menilai pasien terhadap penyakit yang dideritanya dan perubahan peran
pasien dalam keluarga dan masyarakat serta respon atau pengaruhnya dalam kehidupan
sehari harinya baik dalam keluarga ataupun dalam masyarakat.

3.1.2 Pemeriksaan fisik


 B1               : Breathing (Respiratory System)
                  Sesak nafas, takipnea, suara nafas ronkhi, batuk (+)
 B2               : Blood (Cardiovascular system)
                         takikardi, penurunan TD, aritmia jantung
 B3        : Brain (Nervous system)
                         Normal
 B4        : Bladder (Genitourinary system)
                           penurunan frekuensi / jumlah urine, urine pekat gelap
 B5        : Bowel (Gastrointestinal System)
                      Anorexia, muntah, mual, kekurangan nutrisi
 B6        : Bone (Bone-Muscle-Integument)
                      Lemah dan nyeri pada daerah ekstremitas
 
3.2 Analisa Data
Data Etiologi Masalah
Subyektif: pasien mengeluh nyeri  Kemampuan bdilatasi Nyeri
dada jantung Kontraktilitas
Obyektif: - CRT > 3 detik ventrikel kiri Curah
-   Skala nyeri 7 jantung O2 Nyeri
-   Penurunan TD
-   Aritmia  (+)
Subyektif: pasien mengeluh nyeri Kemampuan dilatasi Penurunan curah
dada jantung Kontraktilitas jantung
Obyektif: - CRT > 3 detik ventrikel kiri Curah
-   Pengeluaran urine inadekuat jantung
-   Penurunan TD
-   Aritmia  (+)
DS: Pasien mengeluh lemah Emboli dalam pembuluh Gangguan Perfusi
karena hipoksia darah Jaringan
DO:  Pasien terlihat lemah karena Obstruksi pemuluh darah
O2 jaringan menurun. Aliran darah ke jaringan
  terganggu
  Perubahan perfusi jaringan
Subyektif: pasien mengeluh Perfusi jaringan Intoleransi  Aktifitas
badannya terasa lemah Aliran darah tidak adekuat
Obyektif: klien tidak mampu ke sistemik Kelemahan
bermobilisasi di tempat tidur fisik
Subyektif: - kemampuan dilatasi jatung Resikotinggi infeksi
Obyektif: terjadi akumulasi cairan  akumulasi bakteri di
di perikardium perikardium resiko tinggi
infeksi

3.3 Diagnosa Keperawatan


1. Nyeri b.d efusi perikardium
2. Penurunan Curah jantung b.d kompresi perikardial
3. Gangguan perfusi jaringan perifer b.d curah jantung menurun
4. Intoleransi Aktifitas b.d kelemahan dan keletihan fisik
5. Resiko tinggi infeksi b.d akumulasi cairan di perikardium
3.4 Intervensi
1. Nyeri b.d efusi di perikardium
Tujuan             : dalam 1x24 jam skala nyeri <2
Kriteria Hasil   :  -     CRT < 3 detik
-          TD normal
-          Aritmia jantung (-)
-          Penurunan curah jantung teratasi
Intervensi Rasional
Kolaborasi Memaksimalkan ketersediaan oksigen
Berikan oksigen suplemen sesuai indikasi untuk menurunkan beban kerja
jantung dan menurunkan
ketidaknyamanan berhungan dengan
iskemia.
Mandiri Palpasi nadi perifer  Mengontrol penurunan curah jantung
Istirahatkan klien dengan tirah baring Menurunkan kebutuhan pemompaan
optimal jantung
Observasi adanya hipotensi, peningkatan Manifestasi klinis pada kardiak
JVP, perubahan suara jantung, penuruna tamponade yang mungkin terjadi pada
tingkat kesadaran perikarditis ketika akumulasi cairan
eksudat pada rongga perikardial.
Pantau perubahan pada sensorik Menunjukkan tidak adekuatnya perfusi
serebral sebagai dampak sekunder
terhadap penuruna curah jantung
Kolaborasi Pemberian diet  jantung Pembatasan natrium untuk mencegah,
mengatur, atau mengurangi edema
Pemberian vasodilator Meningkatkan curah jantung,
menurunkan volume sirkulasi dan
tahanan vaskular sistemik, juga kerja
ventrikel
1. Penurunan curah jantung b.d kompresi perikardial
Tujuan             : dalam 3x24 jam penurunan curah jantung teratasi
Kriteria Hasil   :  -     CRT < 3 detik
-          Pengeluaran urine adekuat
-          TD normal
-          Aritmia jantung (-)
Intervensi Rasional
Mandiri  Mengontrol penurunan curah jantung
Palpasi nadi perifer
Pantau output urine Mengetahui respon ginjal dalam
menurunkan curah jantung
Istirahatkan klien dengan tirah baring Menurunkan kebutuhan pemompaan
optimal jantung
Observasi adanya hipotensi, peningkatan Manifestasi klinis pada kardiak
JVP, perubahan suara jantung, penuruna tamponade yang mungkin terjadi pada
tingkat kesadaran perikarditis ketika akumulasi cairan
eksudat pada rongga perikardial.
Kaji perubahan pada sensorik Menunjukkan tidak adekuatnya perfusi
serebralk sebagai dampak sekunder
terhadap penuruna curah jantung
Kolaborasi  Pembatasan natrium untuk mencegah,
Pemberian diet  jantung mengatur, atau mengurangi edema
Pemberian vasodilator Meningkatkan curah jantung,
menurunkan volume sirkulasi dan
tahanan vaskular sistemik, juga kerja
ventrikel
3. perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan proses penyakit.
Tujuan : Perfusi jaringan kembali normal
Kriteria hasil:
mempertahankan atau mendemonstrasikan perfusi jaringan adekuat secara individual
misalnya mental normal, tanda vital stabil, kulit hangat dan kering, nadi perifer`ada atau
kuat, masukan/ haluaran seimbang.

Intervensi Rasional
Mandiri  
1. Evaluasi status mental. 1.  Indikator yang menunjukkan
Perhatikan terjadinya embolisasi sistemik pada otak.
hemiparalisis, afasia, kejang, 2.  Emboli arteri, mempengaruhi jantung
muntah, peningkatan TD. dan / atau organ vital lain, dapat terjadi
2. Selidiki nyeri dada, dispnea tiba- sebagai akibat dari penyakit katup, dan/
tiba yang disertai dengan atau disritmia kronis
takipnea, nyeri pleuritik, 3.  Dapat mencegah pembentukan atau
sianosis, pucat migrasi emboli pada pasien endokarditis.
1. Tingkatkan tirah baring dengan Tirah baring lama, membawa resikonya
tepat sendiri tentang terjadinya fenomena
  tromboembolic.
1. Dorong latihan aktif/ bantu 4.  Meningkatkan sirkulasi perifer dan
dengan rentang gerak sesuai aliran balik vena karenanya menurunkan
toleransi. resiko pembentukan thrombus.
Kolaborasi Heparin dapat digunakan secara
Berikan antikoagulan, contoh heparin, profilaksis bila pasien memerlukan tirah
warfarin (coumadin) baring lama, mengalami sepsis atau GJK,
dan/atau sebelum/sesudah bedah
penggantian katup.
Catatan : Heparin kontraindikasi pada
perikarditis dan tamponade jantung.
Coumadin adalah obat pilihan untuk
terapi setelah penggantian katup jangka
panjang, atau adanya thrombus perifer.
 
4. Intoleransi Aktivitas b.d kelemahan dan keletihan fisik
Tujuan             : meningkatkan kemampuan beraktifitas
Kriteria Hasil   :  -    klien mampu bermobilisasi di tempat tidur
-          Aktivitas sehari – hari klien terpenuhi

Intervensi Rasional
Tingkatkan istirahat dan berikan aktivitas Mengurangi kebutuhan oksigen
senggang yang tidak berat
Anjurkan menghindari tekanan abdomen, Dengan mengejan dapat
seperti mengejan saat defekasi mengakibatkan bradikardi,
menurunkan curah jantung dan
takikardi, serta peningkatan TD
Tingkatkan klien duduk di kursi dan Untuk meningkatkan vena balik
tinggikan kaki klien
Pertahankan rentang gerak pasif selama Meningkatkan kontraksi otot
sakit krisis sehingga membantu vena balik
Bantu mobilisasi pasien Mencegah dekubitus
5. Resiko tinggi infeksi b.d akumulasi bakteri di perikardium
Tujuan : Tidak terjadi infeksi
Kriteria hasil : akumulasi cairan (-)
                        Tanda-tanda infeksi (-)
Intervensi Rasional
Mandiri  Suhu pasien merupakan tanda-tanda
Pantau suhu pasien terjadinya infeksi
Kolaborasi  Perikardiosentesis merupakan
Lakukan tindakan perikardiosentesis tindakan aspirasi efusi
Kolaborasi  Pungsi perikardium untuk
Lakukan tindakan pungsi perikardium konfirmasi dan mencari etiologi efusi
sebagai penegakan diagnosis
 

BAB IV
KESIMPULAN

4.1 Kesimpulan
Perikarditis adalah peradangan perikardium parietal, perikardium viseral, atau
kedua-duanya. Penyakit perikarditis tidak menular atau menjadi kanker, kecuali
disebabkan penyebaran kanker di tempat lain. Adapun penyebab dari perikarditis belum
diketahui secara pasti, akan tetapi secara umum yang menyebabkan perikarditis oleh
banyak faktor baik bisa disebabkan oleh penyakit lain maupun infeksi dari virus. Pada
tanda dan gejala, pasien lebih sering merasakan nyeri pada daerah dada karena
terjadinya peradangan pada lapisan jantung yang paling luar.
 

DAFTAR PUSTAKA
 
Carpentino, Lynda Juall.2001.Buku Saku : Diagnosa keperawatan edisi : 8 Penterjemah
Monica Ester.EGC.Jakarta
Doengoes, E Marlynn,dkk.1999. Rencana Asuhan Keperawatan edisi 3 penterjemah
Monica Ester.EGC.Jakarta
Sudoyo, Aru W. 2006. Ilmu Penyakit Dalam. Jilid III Edisi IV. Penerbit Ilmu Penyakit
Dalam: Jakarta
 

Anda mungkin juga menyukai