Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN ANEMIA

Kelompok IV

NAMA KELOMPOK :

Aris Tri Kusuma

Cut Melisa

Gauri Devia Roza

Nadia Amara

Nurul Puspita

Rizka Funna

Tiara Manzana

POLTEKKES KEMENKES ACEH

PRODI KEPERAWATAN KOTA LANGSA

TAHUN AKADEMIK 2020-2021

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esakarena berkat rahmat-NYA
lah penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul ‘’ANEMIA ‘’ tepat pada waktunya.
Makalah ini penulis susun untuk melengkapi tugas,selain itu untuk mengetahui dan memehami
Sistem Endokrin manusia.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang telah membantumenyelesaikan
makalah ini. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh darikata sempurna.Untuk itu
setiap pihak diharapkan dapat memberikan masukan berupa kritik dan saran yang bersifat
membangun.

Langsa, oktober 2020

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
2. Tujuan
BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian
B. Klasifikasi
C. Etiologi
D. Patofisiologi
E. Tanda dan gejala
F. Komplikasi
G. Pemeriksaan penunjang
H. Penatalaksaan medis

ASUHAN KEPERAWATAN ANEMIA

BAB III PENUTUP

1. Kesimpulan
2. Saran

DAFTAR PUSTAKA

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Penyakit anemia atau kurang darah adalah suatu kondisi dimana jumlah sel darah merah
(hemoglobin) dalam sel darah merah berada dibawah normal.Hemoglobin yang
terkandung dalam sel darah merah berperan dalam mengangkut oksigen dari paru-paru
dan mengantarkannya ke seluruh bagian tubuh.Seorang pasien dikatakan aneia apabila
konsentrasi hemoglobin (Hb) pada laki-laki kurang dari 13,5 G/DL dan Hematokrit
kurang dari 41 %,pada peremmpuan konsetrasi hemoglobin kurang dari 11,5 G/DL atau
Hematokrit kurang dari 30 %.

Anemia (Bahasa Yunani) adalah keadaan saat jumlah sel darah merah atau jumlah
hemoglobin (protein pembawa oksigen )dalam sel darah merah berada dibawah
normal.Sel darah merah mengandung hemoglobin yang memungkinkan mereka
mengangkut oksigen dari paru-paru dan mengantarkannya keseluruh bagian tubuh.

Anemia adalah kumpulan gejalayang ditandai dengan kulit dan membran mukosa pucat
dan pada tes laboratorium didapatkan hitung Hemoglobin (Hb),Hematokrit (Hm) dan
erotrosit kurang dari normal.Rendahnya kadar hemoglobin itu mempengaruhi
kemampuan darah mengantarkan oksien yang dibutuhkan untuk metabolisme tubuh yang
optima.

Anemia menyebabkan berkurang nya sel darah merah atau jumlah hemoglobin dalam sel
darah merah ,sehingga darah tidak dapat mengangkut oksigen dalam jumlah sesuai yang
diperlukan tubuh,keadaan ini sering menyebabkan energi dalam tubuh menjadi menurun
sehingga terjadi 5L atau lemah,lesu, lemas,lunglai,dan letih.Dalam hal ini orang yang
terkena anemia adalah orang yang menderita zat besi.seseorang yang mnderita anemia
akan sering mengalami keadaan pusing yang sedang hingga berta dikarenakan
meningkatnya penghancuran sel darah merah reaksi autoimun terhadap sel darah merah :
Hemoglobinuria noktumal paroksimal,sferesitosis heriditer , Elliptositosis
herediter,seseorang yang mengalami anemia disebakan kerena pasokan yang tidak
mencukupi kebutuhan ini ,bervariasi.

Anemia bisa menyebabkan kelelahan,kelemahan,kurang tenaga dan kepala terasa


melayang .Jika anemia bertambah berat bisa menyebabkan stroke atan serangan jantung.

2. Tujuan Penulisan

1.Tujuan Umum

Mampu memahami secara umum tentang anemia dan melaksanakan asuhan


keperawatan yang komprehensif.

2.Tujuan Khusus
Memahami hal-hal yang berkaitan dengan anemia yaitu :

a. Definisi
b. Klasifikasi
c. Macam- macam
d. Etiologi
e. Patofisiologi
f. Tanda dan gejala
g. Penatalaksanaan/penanganan

BAB II
PEMBAHASAN

A.        PENGERTIAN
Anemia adalah suatu kondisi dimana terjadi penurunan kadar hemoglobin (Hb) atau
sel darah merah (eritrosit) sehingga menyebabkan penurunan kapasitas sel darah merah dalam
membawa oksigen (Badan POM, 2011)

Anemia adalah penyakit kurang darah, yang ditandai dengan kadar hemoglobin (Hb)
dan sel darah merah (eritrosit) lebih rendah dibandingkan normal. Jika kadar hemoglobin kurang
dari 14 g/dl dan eritrosit kurang dari 41% pada pria, maka pria tersebut dikatakan Anemia.
Demikian pula pada wanita, wanita yang memiliki kadar hemoglobin kurang dari 12 g/dl dan
eritrosit kurang dari 37%, maka wanita itu dikatakan Anemia. Anemia bukan merupakan
penyakit, melainkan merupakan pencerminan keadaan suatu penyakit atau akibat gangguan
fungsi tubuh.  Secara fisiologis Anemia terjadi apabila terdapat kekurangan jumlah hemoglobin
untuk mengangkut oksigen ke jaringan.

Anemia didefinisikan sebagai penurunan volume eritrosit atau kadar Hb sampai di


bawah rentang nilai yang berlaku untuk orang sehat. Anemia adalah gejala dari kondisi yang
mendasari, seperti kehilangan komponen darah, elemen tidak adekuat atau kurang nutrisi yang
dibutuhkan untuk pembentukan sel darah, yang mengakibatkan penurunan kapasitas pengangkut
oksigen darah dan ada banyak tipe Anemia dengan beragam penyebabnya. (Marilyn E, Doenges,
Jakarta, 2002)

Anemia adalah keadaan dimana jumlah sel darah merah atau konsentrasi hemoglobin
turun dibawah normal.(Wong, 2003). Anemiaadalah istilah yang menunjukan rendahnya
hitungan sel darah merah dan kadar hemoglobin dan hematokrit di bawah normal (Smeltzer,
2002 : 935).Anemia adalah berkurangnya hingga di bawah nilai normal sel darah merah, kualitas
hemoglobin dan volume packed red bloods cells (hematokrit) per 100 ml darah (Price, 2006 :
256).   
Dengan demikian Anemia bukan merupakan suatu diagnosis atau penyakit,
melainkan merupakan pencerminan keadaan suatu penyakit atau gangguan fungsi tubuh dan
perubahan patotisiologis yang mendasar yang diuraikan melalui anemnesis yang seksama,
pemeriksaan fisik dan informasi laboratorium.

B.        KLASIFIKASI ANEMIA

Klasifikasi berdasarkan pendekatan fisiologis:


1.    Anemia hipoproliferatif, yaitu Anemia defisiensi jumlah sel darah merah disebabkan oleh defek
produksi sel darah merah, meliputi:
1.    Anemia aplastik
Penyebab:
        agen neoplastik/sitoplastik
        terapi radiasi
        antibiotic tertentu
        obat antu konvulsan, tyroid, senyawa emas, fenilbutason, benzene
        infeksi virus (khususnya hepatitis)


Penurunan jumlah sel eritropoitin (sel induk) di sumsum tulang
Kelainan sel induk (gangguan pembelahan, replikasi, deferensiasi)
Hambatan humoral/seluler

Gangguan sel induk di sumsum tulang

Jumlah sel darah merah yang dihasilkan tak memadai

Pansitopenia

Anemia aplastik

Gejala-gejala:
        Gejala Anemia secara umum (pucat, lemah, dll)
        Defisiensi trombosit: ekimosis, petekia, epitaksis, perdarahan saluran cerna, perdarahan
saluran kemih, perdarahan susunan saraf pusat.
        Morfologis: Anemia normositik normokromik

2.    Anemia pada penyakit ginjal


Gejala-gejala:
        Nitrogen urea darah (BUN) lebih dari 10 mg/dl
        Hematokrit turun 20-30%
        Sel darah merah tampak normal pada apusan darah tepi

Penyebabnya adalah menurunnya ketahanan hidup sel darah merah maupun defisiensi eritopoitin
3.    Anemia pada penyakit kronis
Berbagai penyakit inflamasi kronis yang berhubungan dengan Anemiajenis normositik
normokromik (sel darah merah dengan ukuran dan warna yang normal).  Kelainan ini meliputi
artristis rematoid, abses paru, osteomilitis, tuberkolosis dan berbagai keganasan

4.    Anemia defisiensi besi
Penyebab:
        Asupan besi tidak adekuat, kebutuhan meningkat selama hamil, menstruasi
        Gangguan absorbsi (post gastrektomi)
        Kehilangan darah yang menetap (neoplasma, polip, gastritis, varises oesophagus, hemoroid,
dll.)


gangguan eritropoesis

Absorbsi besi dari usus kurang

sel darah merah sedikit (jumlah kurang)
sel darah merah miskin hemoglobin

Anemia defisiensi besi

Gejala-gejalanya:
        Atropi papilla lidah
        Lidah pucat, merah, meradang
        Stomatitis angularis, sakit di sudut mulut
        Morfologi: Anemia mikrositik hipokromik

5.    Anemia megaloblastik
Penyebab:
        Defisiensi defisiensi vitamin B12 dan defisiensi asam folat
        Malnutrisi, malabsorbsi, penurunan intrinsik faktor
        Infeksi parasit, penyakit usus dan keganasan, agen kemoterapeutik, infeksi cacing pita,
makan ikan segar yang terinfeksi, pecandu alkohol.

Sintesis DNA terganggu

Gangguan maturasi inti sel darah merah

Megaloblas (eritroblas yang besar)

Eritrosit immatur dan hipofungsi

2.    Anemia hemolitika, yaitu Anemia defisiensi jumlah sel darah merah disebabkan oleh destruksi


sel darah merah:
        Pengaruh obat-obatan tertentu
        Penyakit Hookin, limfosarkoma, mieloma multiple, leukemia limfositik kronik
        Defisiensi glukosa 6 fosfat dihidrigenase
        Proses autoimun
        Reaksi transfusi
        Malaria


Mutasi sel eritrosit/perubahan pada sel eritrosit

Antigesn pada eritrosit berubah

Dianggap benda asing oleh tubuh

sel darah merah dihancurkan oleh limposit

Anemia hemolisis

Pembagian derajat Anemia menurut WHO dan NCI (National Cancer Institute)

DERAJAT WHO NCI


Derajat 0 (nilai normal) > 11.0 g/dL Perempuan 12.0-16.0 g/dL
Laki-laki 14.0 - 18.0 g/dL
Derajat 1 (ringan) 9.5 - 10.9 g/dL 10.0 g/dL - nilai normal
Derajat 2 (sedang) 8.0 - 9.4 g/dL 8.0 - 10.0 g/dL
Derajat 3 (berat) 6.5 - 7.9 g/dL 6.5 - 7.9 g/dL
Derajat 4 (mengancam jiwa) < 6.5 g/dL < 6.5 g/dL

C.ETIOLOGI:

1.    Hemolisis (eritrosit mudah pecah)


2.    Perdarahan
3.    Penekanan sumsum tulang (misalnya oleh kanker)
4.    Defisiensi nutrient (nutrisional Anemia), meliputi  defisiensi besi, folic acid, piridoksin, vitamin
C dan copper

Menurut Badan POM (2011), Penyebab Anemia yaitu:

1.    Kurang mengkonsumsi makanan yang mengandung zat besi, vitamin B12, asam folat,
vitamin C, dan unsur-unsur yang diperlukan untuk pembentukan sel darah merah.
2.    Darah menstruasi yang berlebihan. Wanita yang sedang menstruasi rawan
terkena Anemia karena kekurangan zat besi bila darah menstruasinya banyak dan dia tidak
memiliki cukup persediaan zat besi.
3.      Kehamilan. Wanita yang hamil rawan terkena Anemia karena janin menyerap zat besi
dan vitamin untuk pertumbuhannya.
4.      Penyakit tertentu. Penyakit yang menyebabkan perdarahan terus-menerus di saluran
pencernaan seperti gastritis dan radang usus buntu dapat menyebabkan Anemia.
5.     Obat-obatan tertentu. Beberapa jenis obat dapat menyebabkan perdarahan lambung
(aspirin, anti infl amasi, dll). Obat lainnya dapat menyebabkan masalah dalam penyerapan
zat besi dan vitamin (antasid, pil KB, antiarthritis, dll).
6.      Operasi pengambilan sebagian atau seluruh lambung (gastrektomi). Ini dapat
menyebabkan Anemia karena tubuh kurang menyerap zat besi dan vitamin B12.
7.    Penyakit radang kronis seperti lupus, arthritis rematik, penyakit ginjal, masalah pada
kelenjar tiroid, beberapa jenis kanker dan penyakit lainnya dapat
menyebabkan Anemia karena mempengaruhi proses pembentukan sel darah merah.
8.       Pada anak-anak, Anemia dapat terjadi karena infeksi cacing tambang, malaria, atau
disentri yang menyebabkan kekurangan darah yang parah.

D.PATOFISIOLOGI

Adanya suatu Anemia mencerminkan adanya suatu kegagalan sumsum atau kehilangan


sel darah merah berlebihan atau keduanya. Kegagalan sumsum (misalnya berkurangnya
eritropoesis) dapat terjadi akibat kekurangan nutrisi, pajanan toksik, invasi tumor atau penyebab
lain yang belum diketahui. Sel darah merah dapat hilang melalui perdarahan atau hemolisis
(destruksi).

Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam sel fagositik atau dalam
system retikuloendotelial, terutama dalam hati dan limpa.  Hasil samping proses ini adalah
bilirubin yang akan memasuki aliran darah.  Setiap kenaikan destruksi sel darah merah
(hemolisis) segera direfleksikan dengan peningkatan bilirubin plasma (konsentrasi normal ≤ 1
mg/dl, kadar diatas 1,5 mg/dl mengakibatkan ikterik pada sclera).

Apabila sel darah merah mengalami penghancuran dalam sirkulasi, (pada kelainan
hemplitik) maka hemoglobin akan muncul dalam plasma (hemoglobinemia).  Apabila
konsentrasi plasmanya melebihi kapasitas haptoglobin plasma (protein pengikat untuk
hemoglobin bebas) untuk mengikat semuanya, hemoglobin akan berdifusi dalam glomerulus
ginjal dan kedalam urin (hemoglobinuria). 

Kesimpulan  mengenai apakah suatu Anemia pada pasien disebabkan oleh


penghancuran sel darah merah atau produksi sel darah merah yang tidak mencukupi biasanya
dapat diperoleh dengan dasar:1. hitung retikulosit dalam sirkulasi darah; 2. derajat proliferasi sel
darah merah muda dalam sumsum tulang dan cara pematangannya, seperti yang terlihat dalam
biopsi; dan ada tidaknya hiperbilirubinemia dan hemoglobinemia.

Anemia

viskositas darah menurun

resistensi aliran darah perifer

penurunan transport O2 ke jaringan

hipoksia, pucat, lemah

beban jantung meningkat

kerja jantung meningkat

payah jantung
E. TANDA DAN GEJALA
1.    Lemah, letih, lesu dan lelah
2.    Sering mengeluh pusing dan mata berkunang-kunang
3.    Gejala lanjut berupa kelopak mata, bibir, lidah, kulit dan telapak tangan menjadi pucat.Pucat
oleh karena kekurangan volume darah dan Hb, vasokontriksi
4.    Takikardi dan bising jantung (peningkatan kecepatan aliran darah) Angina (sakit dada)
5.    Dispnea, nafas pendek, cepat capek saat aktifitas (pengiriman O2berkurang)
6.    Sakit kepala, kelemahan, tinitus (telinga berdengung) menggambarkan berkurangnya oksigenasi
pada SSP
7.    Anemia berat gangguan GI dan CHF (anoreksia, nausea, konstipasi atau diare)

F.KEMUNGKINAN KOMPLIKASI YANG MUNCUL


Komplikasi umum akibat Anemia adalah:
1.    Gagal jantung,
2.    Kejang.
3.    Perkembangan otot buruk ( jangka panjang )
4.    Daya konsentrasi menurun
5.    Kemampuan mengolah informasi yang didengar menurun

G .PEMERIKSAAN KHUSUS DAN PENUNJANG


1.    Kadar Hb, hematokrit, indek sel darah merah, penelitian sel darah putih, kadar Fe, pengukuran
kapasitas ikatan besi, kadar folat, vitamin B12, hitung trombosit, waktu perdarahan, waktu
protrombin, dan waktu tromboplastin parsial. 
2.    Aspirasi dan biopsy sumsum tulang. Unsaturated iron-binding capacity serum
3.    Pemeriksaan diagnostic untuk menentukan adanya penyakit akut dan kronis serta sumber
kehilangan darah kronis.

H.   PENATALAKSANAAN MEDIS
Penatalaksanaan Anemia ditujukan untuk mencari penyebab dan mengganti darah yang hilang:
1.  Anemia aplastik:
        Transplantasi sumsum tulang
        Pemberian terapi imunosupresif dengan globolin antitimosit (ATG)

2.  Anemia pada penyakit ginjal


        Pada paien dialisis harus ditangani denganpemberian besi dan asam folat
        Ketersediaan eritropoetin rekombinan

3.  Anemia pada penyakit kronis


Kebanyakan pasien tidak menunjukkan gejala dan tidak memerlukan penanganan untuk
aneminya, dengan keberhasilan penanganan kelainan yang mendasarinya, besi sumsum tulang
dipergunakan untuk membuat darah, sehingga Hb meningkat.

4.  Anemia pada defisiensi besi


        Dicari penyebab defisiensi besi
        Menggunakan preparat besi oral: sulfat feros, glukonat ferosus dan fumarat ferosus.

5.  Anemia megaloblastik
        Defisiensi vitamin B12 ditangani dengan pemberian vitamin B12, bila difisiensi disebabkan
oleh defekabsorbsi atau tidak tersedianya faktor intrinsik dapat diberikan vitamin B12 dengan
injeksi IM.
        Untuk mencegah kekambuhan Anemia terapi vitamin B12 harus diteruskan selama hidup
pasien yang menderita Anemia pernisiosa atau malabsorbsi yang tidak dapat dikoreksi.
        Anemia defisiensi asam folat penanganannya dengan diet dan penambahan asam folat 1
mg/hari, secara IM pada pasien dengan gangguan absorbsi.

ASUHAN KEPERAWATAN ANEMIA

I.  PENGKAJIAN KEPERAWATAN
Pengkajian adalah langkah awal dan dasar dalam proses keperawatan secara menyeluruh
(Boedihartono, 1994). Pengkajian pasien dengan Anemia(Doenges, 1999) meliputi :
1.      Aktivitas / istirahat
Keletihan, kelemahan, malaise umum.Kehilangan produkifitas, penurunan semangat untuk
bekerja Toleransi terhadap latihan rendah.Kebutuhan untuk istirahat dan tidur lebih banyak
2.      Sirkulasi
Riwayat kehilangan darah kronis, Riwayat endokarditis infektif kronis, palpitasi
3.      Integritas ego
Keyakinan agama atau budaya mempengaruhi pemilihan pengobatan, misalnya penolakan
transfusi darah
4.      Eliminasi
Gagal ginjal, Hematemesi, Diare atau konstipasi
5.      Makanan/cairan 
Nafsu makan menurun, mual/muntah, berat badan menurun.
6.      Nyeri/ kenyamanan 
Lokasi nyeri terutama didaerah abdomen dan kepala
7.   Pernapasan
Napas pendek pada saat istirahat maupun aktifitas
8.   Seksualitas
Perubahan menstruasi misalnya menoragia, amenore . Menurunnya fungsi seksual
9.   Observasi adanya manifestasi Anemia
a.  Manifestasi umum
        Kelemahan otot
        Mudah lelah
        Kulit pucat

b.  Manifestasi system saraf pusat


        Sakit kepala
        Pusing
        Kunang-kunang
        Peka rangsang
        Proses berpikir lambat
        Penurunan lapang pandang
        Apatis
        Depresi

c.   Syok (Anemia kehilangan darah)


        Perfusi perifer buruh
        Kulit lembab dan dingin
        Tekanan darah rendah dan tekanan darah setral
        Peningkatan frekwensi jatung

K.DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN MASALAH KOLABORASI YANG MUNGKIN


MUNCUL
1.    Perfusi jaringan tidak efektif b.d  perubahan ikatan O2 dengan Hb, penurunan konsentrasi Hb
dalam darah.
2.    Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d inadekuat intake makanan.
3.    Defisit perawatan diri b.d kelemahan
4.    Resiko infeksi b.d pertahanan sekunder tidak adekuat (penurunan Hb)
5.    Intoleransi aktifitas b.d ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen.
6.    Gangguan pertukaran gas b.d ventilasi perfusi
7.    Ketidakefektifan pola nafas b.d keletihan
8.    Keletihan b.d Anemia
PERENCANAAN KEPERAWATAN

NO DIAGNOSA NIC NOC


1. Perfusi jaringan tidak Setelah dilakukan tindakan Peripheral Sensation
keperawatan selama ………jam Management
efektif b/d penurunan
perfusi jaringan klien adekuat         -Monitor adanya daerah
konsentrasi Hb dan darah, dengan kriteria : tertentu yang hanya peka
suplai oksigen berkurang. -Membran mukosa merah terhadap panas / dingin /
-Konjungtiva tidak anemis tajam / tumpul.
-Akral hangat        - Monitor adanya
-Tanda-tanda vital dalam paretese
rentang normal         -Instruksikan keluarga
untuk mengobservasi kulit
jika ada lesi atau laserasi.
        -Gunakan sarun tangan
untuk proteksi
        -Batasi gerakan pada
kepala, leher dan punggung
        -Monitor kemampuan
BAB
        -Kolaborasi pemberian
analgetik
        -Monitor adanya
tromboplebitis
        -Diskusikan menganai
penyebab perubahan
sensasi

2. Ketidakseimbangan Setelah dilakukan tindakan NIC :


nutrisi kurang dari keperawatan Nutrition Management
kebutuhan tubuh b/d selama ……….status nutrisi           Kaji adanya alergi
intake yang kurang, klien adekuat dengan kriteria makanan
anoreksia hasil:         - Kolaborasi dengan
-Adanya peningkatan berat ahli gizi untuk menentukan
badan sesuai dengan tujuan jumlah kalori dan nutrisi
-Beratbadan ideal sesuai dengan yang dibutuhkan pasien.
tinggi badan          -Anjurkan pasien
-Mampu mengidentifikasi untuk meningkatkan intake
kebutuhan nutrisi Tidk ada Fe
tanda tanda malnutrisi         -- Anjurkan pasien
Menunjukkan peningkatan untuk meningkatkan
fungsi pengecapan dari menelan protein dan vitamin C
        -Tidak terjadi penurunan          -Berikan substansi gula
berat badan yang berarti          Yakinkan diet yang
         -Pemasukan yang adekuat dimakan mengandung
        -Tanda-tanda malnutri si tinggi serat untuk
        - Membran konjungtiva dan mencegah konstipasi
mukos tidk pucat          -Berikan makanan
           Nilai Lab.: yang terpilih ( sudah
dikonsultasikan dengan ahli
Protein total: 6-8 gr% gizi )
Albumin: 3.5-5,3 gr %         - Ajarkan pasien
Globulin 1,8-3,6 gr % bagaimana membuat
HB tidak kurang dari 10 gr % catatan makanan harian.
         -Monitor jumlah
nutrisi dan kandungan
kalori
         -Berikan informasi
tentang kebutuhan nutrisi
         -Kaji kemampuan
pasien untuk mendapatkan
nutrisi yang dibutuhkan

Nutrition Monitoring
         -BB pasien dalam
batas normal
         -Monitor adanya
penurunan berat badan
         -Monitor tipe dan
jumlah aktivitas yang biasa
dilakukan
         -Monitor interaksi
anak atau orangtua selama
makan
         -Monitor lingkungan
selama makan
        - Jadwalkan
pengobatan  dan tindakan
tidak selama jam makan
         -Monitor kulit kering
dan perubahan pigmentasi
         -Monitor turgor kulit
         -Monitor kekeringan,
rambut kusam, dan mudah
patah
         -Monitor mual dan
muntah
         -Monitor kadar
albumin, total protein, Hb,
dan kadar Ht
         -Monitor makanan
kesukaan
         -Monitor pertumbuhan
dan perkembangan
         -Monitor pucat,
kemerahan, dan kekeringan
jaringan konjungtiva
         -Monitor kalori dan
intake nuntrisi
         -Catat adanya edema,
hiperemik, hipertonik
papila lidah dan cavitas
oral.
         -Catat jika lidah
berwarna magenta, scarlet

3. Defisit perawatan diri b/d Setelah dilakukan tindakan NIC :


keperawatan Self Care assistane :
kelemahan fisik
selama ……….jam kebutuhan ADLs
mandiri klien terpenuhi dengan        -Monitor kemempuan
kriteria hasil: klien untuk perawatan diri
        - Klien terbebas dari bau yang mandiri.
badan          -Monitor kebutuhan
        - Menyatakan kenyamanan klien untuk alat-alat bantu
terhadap kemampuan untuk untuk kebersihan diri,
melakukan ADLs berpakaian, berhias,
toileting dan makan.
 Dapat melakukan ADLS         -Sediakan bantuan
dengan bantuan sampai klien mampu secara
utuh untuk melakukan self-
care.
        -Dorong klien untuk
melakukan aktivitas sehari-
hari yang normal sesuai
kemampuan yang dimiliki.
         Dorong untuk
melakukan secara mandiri,
tapi beri bantuan ketika
klien tidak mampu
melakukannya.
         Ajarkan klien/
keluarga untuk mendorong
kemandirian, untuk
memberikan bantuan hanya
jika pasien tidak mampu
untuk melakukannya.
         Berikan aktivitas rutin
sehari-hari sesuai
kemampuan.

         Pertimbangkan usia


klien jika mendorong
pelaksanaan aktivitas
sehari-har
4. Resiko infeksi Setelah dilakukan tindakan NIC :
Faktor-faktor resiko: keperawatan Infection Control
         Prosedur Infasif selama ……….jam status imun (Kontrol infeksi)
         Ketidakcukupan klien meningkat dengan          Bersihkan lingkungan
pengetahuan untuk kriteria: setelah dipakai pasien lain
menghindari paparan          Klien bebas dari tanda dan         Pertahankan teknik
patogen gejala infeksi isolasi
         Trauma          Menunjukkan kemampuan         Batasi pengunjung bila
         Kerusakan jaringan untuk mencegah timbulnya perlu
dan peningkatan paparan infeksi           Instruksikan pada
lingkungan          Jumlah leukosit dalam pengunjung untuk mencuci
         Ruptur membran batas normal tangan saat berkunjung dan
amnion          Menunjukkan perilaku setelah berkunjung
         Agen farmasi hidup sehat meninggalkan pasien
(imunosupresan)          Gunakan sabun
         Malnutrisi antimikrobia untuk cuci
         Peningkatan paparan tangan
lingkungan patogen           Cuci tangan setiap
          Imonusupresi sebelum dan sesudah
         Ketidakadekuatan tindakan kperawtan
imum buatan           Gunakan baju, sarung
         Tidak adekuat tangan sebagai alat
pertahanan sekunder pelindung
(penurunan Hb,          Pertahankan
Leukopenia, penekanan lingkungan aseptik selama
respon inflamasi) pemasangan alat
         Tidak adekuat          Ganti letak IV perifer
pertahanan tubuh primer dan line central dan
(kulit tidak utuh, trauma dressing sesuai dengan
jaringan, penurunan kerja petunjuk umum
silia, cairan tubuh statis,          Gunakan kateter
perubahan sekresi pH, intermiten untuk
perubahan peristaltik) menurunkan infeksi
         Penyakit kronik kandung kencing
         Tingktkan intake
nutrisi
         Berikan terapi
antibiotik bila perlu

Infection Protection
(proteksi terhadap
infeksi)
         Monitor tanda dan
gejala infeksi sistemik dan
lokal
         Monitor hitung
granulosit, WBC
         Monitor kerentanan
terhadap infeksi
         Batasi pengunjung
         Saring pengunjung
terhadap penyakit menular
         Pertahankan teknik
isolasi k/p
         Berikan perawatan
kulit pada area epidema
         Inspeksi kulit dan
membran mukosa terhadap
kemerahan, panas, drainase
         Ispeksi kondisi luka /
insisi bedah
         Dorong masukkan
nutrisi yang cukup
         Dorong masukan
cairan
         Dorong istirahat
         Instruksikan pasien
untuk minum antibiotik
sesuai resep
         Ajarkan pasien dan
keluarga tanda dan gejala
infeksi
         Ajarkan cara
menghindari infeksi
         Laporkan kecurigaan
infeksi
         Laporkan kultur positif

5. Intoleransi aktifitas b.d Setelah dilakukan tindakan Toleransi aktivitas


ketidakseimbangan suplai keperawatan selama ……..klien         Menentukan penyebab
dan kebutuhan oksigen dapat beraktivitas dengan intoleransi
kriteria hasil: aktivitas&menentukan
         Berpartisipasi dalam apakah penyebab dari fisik,
aktivitas fisik dgn TD, HR, RR psikis/motivasi
yang sesuai          Observasi adanya
         Menyatakan gejala pembatasan klien dalam
memburuknya efek dari OR & beraktifitas.
menyatakan onsetnya segera          Kaji kesesuaian
         Warna kulit normal, hangat aktivitas&istirahat klien
& kering sehari-hari
         Memverbalisasikan          ↑ aktivitas secara
pentingnya aktivitas secara bertahap, biarkan klien
bertahap berpartisipasi dapat
         Mengekspresikan perubahan posisi,
pengertian pentingnya berpindah & perawatan diri
keseimbangan latihan&istirahat         Pastikan klien
mengubah posisi secara
         Peningkatan toleransi bertahap. Monitor gejala
aktivitas intoleransi aktivitas
         Ketika membantu klien
berdiri, observasi gejala
intoleransi spt mual, pucat,
pusing, gangguan
kesadaran&tanda vital
         Lakukan latihan ROM
jika klien tidak dapat
menoleransi aktivitas
         Bantu klien memilih
aktifitas yang mampu
untuk dilakukan

6. Gangguan pertukaran gas Setelah dilakukan tindakan Terapi Oksigen


b.d ventilasi-perfusi keperawatan          Bersihkan mulut,
selama ……..status respirasi : hidung dan secret trakea
pertukaran gas membaik           Pertahankan jalan
dengan kriteria : nafas yang paten
         Mendemonstrasikan          Atur peralatan
peningkatan ventilasi dan oksigenasi
oksigenasi yang adekuat          Monitor aliran oksigen
         Memelihara kebersihan          Pertahankan posisi
paru paru dan bebas dari tanda pasien
tanda distress pernafasan          Onservasi adanya
         Mendemonstrasikan batuk tanda tanda hipoventilasi
efektif dan suara nafas yang          Monitor adanya
bersih, tidak ada sianosis dan kecemasan pasien terhadap
dyspneu (mampu mengeluarkan oksigenasi
sputum, mampu bernafas
dengan mudah, tidak ada pursed
lips) Vital sign Monitoring
         Tanda tanda vital dalam          Monitor TD, nadi,
rentang normal suhu, dan RR
         Catat adanya fluktuasi
tekanan darah
         Monitor VS saat pasien
berbaring, duduk, atau
berdiri
         Auskultasi TD pada
kedua lengan dan
bandingkan
         Monitor TD, nadi, RR,
sebelum, selama, dan
setelah aktivitas
         Monitor kualitas dari
nadi
         Monitor frekuensi dan
irama pernapasan
         Monitor suara paru
         Monitor pola
pernapasan abnormal
         Monitor suhu, warna,
dan kelembaban kulit
         Monitor sianosis
perifer

         Monitor adanya


cushing triad (tekanan nadi
yang melebar, bradikardi,
peningkatan sistolik)
         Identifikasi penyebab
dari perubahan vital sign

7. Ketidakefektifan pola Setelah dilakukan tindakan


nafas b.d Keletihan keperawatan selama …….… Airway Management
SS status respirasi klien membaik          Buka jalan nafas,
dengan kriteria hasil: guanakan teknik chin lift
         Mendemonstrasikan batuk atau jaw thrust bila perlu
efektif dan suara nafas yang          Posisikan pasien untuk
bersih, tidak ada sianosis dan memaksimalkan ventilasi
dyspneu (mampu mengeluarkan          Identifikasi pasien
sputum, mampu bernafas perlunya pemasangan alat
dengan mudah, tidak ada pursed
lips) jalan nafas buatan
         Menunjukkan jalan nafas          Pasang mayo bila perlu
yang paten (klien tidak merasa          Lakukan fisioterapi
tercekik, irama nafas, frekuensi dada jika perlu
pernafasan dalam rentang          Keluarkan sekret
normal, tidak ada suara nafas dengan batuk atau suction
abnormal)          Auskultasi suara nafas,
         Tanda Tanda vital dalam catat adanya suara
rentang normal (tekanan darah, tambahan
nadi, pernafasan)          Lakukan suction pada
mayo
         Berikan bronkodilator
bila perlu
         Berikan pelembab
udara Kassa basah NaCl
Lembab
         Atur intake untuk
cairan mengoptimalkan
keseimbangan.

8. Keletihan b.d Anemia Setelah dilakukan tindakan Energi manajemen


keperawatan selama ……..          Monitor respon klien
keletihan klien teratasi dengan terhadap aktivitas takikardi,
kriteria : disritmia, dispneu, pucat,
         Kemampuan aktivitas dan jumlah respirasi
adekuat          Monitor dan catat
         Mempertahankan nutrisi jumlah tidur klien
adekuat          Monitor
         Keseimbangan aktivitas ketidaknyamanan atau
dan istirahat nyeri selama bergerak dan
         Menggunakan teknik energi aktivitas
konservasi          Monitor intake nutrisi
         Mempertahankan interaksi         Instruksikan klien
sosial untuk mencatat tanda-tanda
         Mengidentifikasi faktor- dan gejala kelelahan
faktor fisik dan psikologis yang         Jelaskan kepada klien
menyebabkan kelelahan hubungan kelelahan dengan
proses penyakit
         Mempertahankan          Catat aktivitas yang
kemampuan untuk konsentrasi dapat meningkatkan
kelelahan
         Anjurkan klien
melakukan yang
meningkatkan relaksasi
         Tingkatkan
pembatasan bedrest dan
aktivitas

BAB III

PENUTUP

1.KESIMPULAN

Anemia adalah turungnya kadar sel darah merah atau hemoglobin dalam darah,anemia dapat
diketahui dengan adanya pemeriksaan darah lengkaplaboratorium .pemeriksaan darah lengkap
adalah pemeriksaan yang dilakukan pada darah manusia dengan menghitung seluruh komponen
pembentuk darah banyakcara penanganan yang dilakukan untuk mengatasi penyakit ini salah
satunya adalah pemberian fe,dan lain-lain.

2.SARAN
Karena kesehatan adalah nikmat yang paling berharga yang diberikan oleh Tuhan Yang Maha
Esa ,maka dari itu kesehatan perlu dipelihara dan dipertahankan .Sebelum mengobati lebih baik
mencegah maka dari iu kesehatan perlu dipelihara dan dipertahankan

DAFTAR PUSTAKA

Boedihartono. 1994. Proses Keperawatan di Rumah Sakit. Jakarta.


Burton, J.L. 1990. Segi Praktis Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Binarupa Aksara

Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar keperawtan medikal bedah, edisi 8 vol 3. Jakarta: EGC
Carpenito, L.J. 2000. Diagnosa Keperawatan, Aplikasi pada Praktik Klinis, edisi 6. Jakarta: EGC
Johnson, M., et all. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC) Second Edition. New Jersey: Upper
Saddle River
Marlyn E. Doenges, 2002. Rencana Asuhan Keperawatan, Jakarta: EGC
Mc Closkey, C.J., et all. 1996. Nursing Interventions Classification (NIC) Second Edition. New
Jersey: Upper Saddle River
Patrick Davay, 2002, At A Glance Medicine, Jakarta: EMS
Santosa, Budi. 2007. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006. Jakarta: Prima Medika
Smeltzer & Bare. 2002. Keperawatan Medikal Bedah II. Jakarta: EGC
Wilkinson, Judith M. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. edisi 7. EGC : Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai