Anda di halaman 1dari 54

MAKALAH DAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA ANAK DENGAN MALARIA

DI SUSUN OLEH :

NAMA : NURUL ILMI


NIM : PO713201181040
KELAS : 2.A

POLTEKKES KEMENKES MAKASSAR


PRODI DIII KEPERAWATAN
TAHUN AJARAN 2020/2021
BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Malaria merupakan penyakit yang terdapat di daerah Tropis. Penyakit ini sangat
dipengaruhi oleh kondisi-kondisi lingkungan yang memungkinkan nyamuk untuk
berkembangbiak dan berpotensi melakukan kontak dengan manusia dan menularkan parasit
malaria. Contoh faktor-faktor lingkungan itu antara lain hujan, suhu, kelembaban, arah dan
kecepatan angin, ketinggian. Salah satu faktor lingkungan yang juga mempengaruhi
peningkatan kasus malaria adalah penggundulan hutan, terutama hutan-hutan bakau di
pinggir pantai. Akibat rusaknya lingkungan ini, nyamuk yang umumnya hanya tinggal di
hutan, dapat berpindah di pemukiman manusia, kerusakan hutan bakau dapat menghilangkan
musuh-musuh alami nyamuk sehingga kepadatan nyamuk menjadi tidak terkontrol.
Malaria masih merupakan masalah penyakit endemik di wilayah Indonesia Timur
khususnya NusaTenggara Barat. Salah satu masalah yang dihadapi adalah kesulitan
mendiagnosis secara cepat dan tepat. Berdasarkan hasil evaluasi Program Pemantapan Mutu
Eksternal Laboratorium Kesehatan pada pemeriksaan mikroskopis malaria, yang dilakukan
oleh Balai Laboratorium Kesehatan Mataram, dari 19 laboratorium di NTB yang
mengevaluasi menggunakan preparat positif malaria, hanya 79% peteknik laboratorium yang
dapat membaca preparat dengan benar. Kepentingan untuk mendapatkan diagnosis yang
cepat pada penderita yang diduga menderita malaria merupakan tantangan untuk
mendapatkan uji/metode laboratorik yang tepat, cepat, sensitif, mudah dilakukan, serta
ekonomis.
Peranan keendemikan (endemisitas) malaria, migrasi penduduk yang cepat, serta
berpindah-pindah (traveling) dari daerah endemis, secara tidak langsung mempengaruhi
masalah diagnostik laboratorik maupun terapi malaria. Perubahan gambaran morfologi
parasit malaria, serta variasi galur (strain), yang kemungkinan disebabkan oleh pemakaian
obat antimalaria secara tidak tepat (irasional), membuat masalah semakin sulit terpecahkan
bila hanya mengandalkan teknik diagnosis mikroskopis.
Ditambah lagi rendahnya mutu mikroskop dan pereaksi (reagen) serta kurang
terlatihnya tenaga pemeriksa, menimbulkan kendala dalam memeriksa parasit malaria secara
mikroskopis yang selama ini merupakan standar emas (gold standard) pemeriksaan
laboratoris malaria.
Penelitian terbaru telah mengembangkan metode diagnostik yang dapat
diperbandingkan dengan metode yang lazim (konvensional). WHO bersama para ilmuwan,
ahli laboratorik, serta peklinik mengembangkan alat uji diagnostik cepat (Rapid Diagnostic
Test/RDTs) yang mudah dilakukan, tepat, sensitif, dan sesuai biaya (cost-effective).
Sebagian besar RDTs  malaria menggunakan asas imunokromatografi yang
menggunakan antibodi monoklonal yaitu HRP-2 (Histidine Rich Protein) untuk Plasmodium
falciparum dan pLDH (parasite Lactate Dehydrogenase) untuk mengetahui Plasmodium
vivax sebagai indikator infeksi.
Ada beberapa antigen malaria yang dapat digunakan sebagai sasaran (target)
pemeriksaan ini, yaitu: HRP-2, pLDH, dan Plasmodium aldolase. HRP-2 adalah protein larut
air yang dihasilkan pada tahap aseksual dan gametositPlasmodium falciparum  dan
dikeluartekankan (diekspresikan) di membran sel eritrosit. HRP-2 banyak dihasilkan
oleh Plasmodium falciparum, sehingga merupakan sasaran (target) antigen utama dalam
membuat uji diagnostik cepat malaria. pLDH adalah enzim glikolitik di Plasmodium sp, yang
dihasilkan pada tahap seksual dan aseksual parasit.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hasil uji diagnostik metode
imunokromatografi diperbandingkan dengan pemeriksaan laboratorik mikroskopis malaria.
Diharapkan hasil penelitian ini dapat berguna dan memberikan sumbangan serta masukan
bagi perkembangan teknologi diagnostik laboratoris malaria.
B.     Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui asuhan keperawatan gangguan sistem pencernaan pada anak dengan
malaria.
2. Tujuan Khusus
a.       Agar mahasiswa mampu melakukan tindakan pengkajian pada kliendengan malaria.

b.      Agar mahasiswa mampu melakukan intervensi dan implementasi pada klien


dengan malaria.

c.       Agar mahasiswa mampu melakukan tindakan evaluasi pada klien dengan malaria.

C.      Manfaat
Manfaat yang diharapkan oleh penulis pada anak dengan malaria adalah sebagai berikut
:
1.       Untuk masyarakat : sebagai bahan informasi untuk menambah pengetahuan kesehatan
2.       Untuk Mahasiswa : di harapkan makalah ini dapat bermanfaat sebagai bahan pembanding
tugas serupa.
3.       Untuk Insatansi : agar tercapainya tingkat kepuasan kerja yang optimal
4.       Untuk tenaga kesehatan : makalh ini bisa di jadikan bahan acuan untuk melakuakan
tindakan asuhan keperawatan pada kasus yang serupa.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A.    Konsep Dasar Teori


1.      Pengertian/Definisi
Malaria adalah suatu penyakit infeksi yang menginvasi sistem hematologi melalui
vektor nyamuk yang terinfeksi protozoa plasmodium.(Arif Muttaqin, dkk, 2011)
Malaria adalah penyakit yang bersifat akut maupun kronik yang disebabkan oleh
protozoa genus plasmodium yang ditandai dengan demam, anemia dan splenomegali
(Mansjoer, 2001, hal 406).
Malaria adalah infeksi parasit pada sel darah merah yang disebabkan oleh suatu protozoa
spesies plasmodium yang ditularkan kepada manusia melalui air liur nyamuk (Corwin, 2000,
hal 125).
Malaria adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh protozoa obligat intraseluler dari
genus plasmodium (Harijanto, 2000, hal 1).
Malaria adalah penyakit infeksi dengan demam berkala, yang disebabkan oleh Parasit
Plasmodium dan ditularkan oleh sejenis nyamuk Anopeles (Tjay & Raharja, 2000).
Malaria adalah penyakit infeksi parasit yang disebabkan oleh plasmodium yang
menyerang eritrosit dan ditandai dengan ditemukannya bentuk aseksual di dalam darah. (Ilmu
Penyakit Dalam, 2009)
Penyakit malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh parasit dari genus Plasmodium
yang termasuk golongan protozoa melalui perantaraan tusukan (gigitan) nyamuk Anopheles
spp. (www.depkes.go.id)
Malaria adalah penyakit akut dan dapat menjadi kronik yang disebabkan oleh protozoa
(genus plasmodium) yang hidup intra sel (Iskandar Zulkarnain, 1999).
2.      Etiologi
Malaria paling sering di sebabkan oleh gigitan nyamuk spesiesAnopheles betina yang
terinfeksi dengan spesies dari protozoa genus plasmodium. Terdapat lima spesies paling
umum yang memberikan pengaruh ceddera terhadap manusia (fernandez, 2009), yaitu
sebagai berikut.
a.      Plasmodium Falcifarum
b.      Plasmodium Vivax
c.       Plasmodium Ovale
d.      Plasmodium Malariae
e.       Plasmodium Knowlesi
Plasmodium Knowlesi, baru-baru ini di identifikasi di Asia tenggara sebagai patogen
bermakna secara klinis pada amanusia (Cox-Singh, 2008) (Arif Muttaqin, dkk, 2011).

3.      Jenis-jenis Malaria
           Sesuai dengan penyebab malaria di bedakan berdasarkan jenis plasmodiumnya. (Arif
Muttaqin, dkk, 2011)
JENIS MALARIA
Jenis Penyebab Klinis
Malaria Plasmodium Malaria tropika adalah jenis malaria
Tropika Falcifarum yang paling berat, di tandai dengan
panas yang iriguler, anemia,
splenomogali, parasitemia, dan sering
terjadi komplikasi. Masa inkubasi 9-14
hari. Malaria ini menyerang semua
bentuk eritrosit. Plasmodium
Falcifarum menyerang sel darah
merah seumur hidup. Infeksi
plasmodium falcifarum sering sekali
menyebabkan sel darah merah yang
mengandung parasit menghasilkan
banyak tonjolan untuk melekat pada
lapisan endotel dinding kapiler dengan
akibat obstruksi trombosis dan
iskemik lokal. Infeksi ini sering kali
lebih berat dan infeksi lainnya dengan
angka komplikasi tinggi (Murphy,
1996)
Malaria Plasmodium Plasmodium malariae mempunyai
Kwartana malariae tropozoit yang serupa dengan
plasmodium vivak, lebih kecil dan
sitoplasmanya lebih kompak/lebih
biru.tropozoit matur mempunyai
granula coklat tua sampia hitam dan
terkadang mengumpul sampai
terbentuk pita. Skizon plasmodium
malariae mempunyai 8-10 merozoit
yang tersusun seperti kelopak
bunga/rosate. Bentuk gametosit sangat
mirip dengan plasmodium vivax tetapi
lebih kecil. (Cunha, 2008)
Ciri-ciri demam tiga hari sekali setelah
puncak 48 jam. Gejala lain adalah
nyeri pada kepala dan punggung,
mual, pembesaran limpa, dan melaise
umum. Komplikasi jarang terjadi,
namun dapat terjadi seperti sindrome
nefrotik dan komplikasi terhadap
ginjal lainnya. Pada pemeriksaan akan
di temukan edema, asites, proteinuria,
hipoproteinemia, tanpa uremia dan
hipertensi (Dorsey, 2000)
Malaria Plasmodium Malaria tersiana (plasmodium Ovale)
Ovale Ovale bentuknya mirip plasmodium
malariae, skizonnya hanya mempunyai
8 merozoid dengan masa pigmen
hitam di tengah. Karakteristik yang
dapat di pakai untuk identifikasi
adalah bentuk eritrosit yang terinfeksi
plasmodium ovale dimana biasanya
oval atau ireguler dan fibriated.
Malaria ovale merupakan bentuk yang
paling ringan dari semua bentuk
malaria yang di sebabkan oleh
plasmodium ovale. Masa inkubasi 11-
16 hari, walaupun priode laten sampai
4 tahun. Serangan proksismal 3-4 hari
dan jarang terjadi lebih dari 10 kali
walaupun tanpa terapi dan terjadi pada
amalam hari ( Busch, 2003)
Malaria Plasmodium Malaria tersiana (plasmodium vivax)
Tersiana Vivax biasanya menginfeksi eritrosit muda
yang diameternya lebih besar dari
eritrosit noramal, bentuknya mirip
dengan plasmodium falcifarum,
namun seiring dengan maturasi,
tropozoid vivax berubah menjadi
amoeboid. Terjadi atas 12-24
merozoid ovale dan pigment kuning
tengguli. Gametosit berbentuk aval
hampir memenuhi seluruh eritrosit,
kromatinin eksternis, pigmen kuning.
Gejala malaria jenis ini secara periodik
48 jam dengan gejala klasik trias
malaria dan mengakibatkan demam
berkala 4 hari sekali dengan puncak
demam 72 jam (karmona, 2009).

4.      Proses Kehidupan Plasmodium


                        Sebagaimana makhluk hidup lainnya, plasmodium juga melakukan proses
kehidupan yang meliputi:
a.       Metabolisme (pertukaran zat).
                        Untuk proses hidupnya, plasmodium mengambil oksigen dan zat makanan dari
haemoglobin sel darah merah. Dari proses metabolisme meninggalkan sisa berupa pigmen
yang terdapat dalam sitoplasma. Keberadaan pigmen ini bisa dijadikan salah satu indikator
dalam identifikasi.
b.      Pertumbuhan.
                        Yang dimaksud dengan pertumbuhan ini adalah perubahan morfologi yang
meliputi perubahan bentuk, ukuran, warna, dan sifat dari bagian-bagian sel. Perubahan ini
mengakibatkan sifat morfologi dari suatu stadium parasit pada berbagai spesies, menjadi
bervariasi.Setiap proses membutuhkan waktu, sehingga morfologi stadium parasit yang ada
pada sediaan darah dipengaruhi waktu dilakukan pengambilan darah. Ini berkaitan dengan
jam siklus perkembangan stadium parasit. Akibatnya tidak ada gambar morfologi parasit
yang sama pada lapang pandang atau sediaan darah yang berbeda.
c.       Pergerakan.
                        Plasmodium bergerak dengan cara menyebarkan sitoplasmanya yang
berbentuk kaki-kaki palsu (pseudopodia). Pada Plasmodium vivax, penyebaran sitoplasma ini
lebih jelas terlihat yang berupa kepingan-kepingan sitoplasma. Bentuk penyebaran ini dikenal
sebagai bentuk sitoplasma amuboit (tanpa bentuk).
d.      Berkembang biak.
                        Berkembang biak artinya berubah dari satu atau sepasang sel menjadi
beberapa sel baru.
5.      Karakteristik Nyamuk
Menurut Harijanto (2000) malaria pada manusia hanya dapat ditularkan oleh nyamuk
betina Anopheles. Lebih dari 400 spesies Anopheles di dunia, hanya sekitar 67 yang terbukti
mengandung sporozoit dan dapat menularkan malaria. Di Indonesia telah ditemukan 24
spesies Anopheles yang menjadi vektor malaria.
Sarang nyamuk Anopheles bervariasi, ada yang di air tawar, air payau dan ada pula
yang bersarang pada genangan air pada cabang-cabang pohon yang besar (Slamet, 2002, hal
103). Karakteristik nyamuk Anopeles adalah sebagai berikut :
a.       Hidup di daerah tropic dan sub tropic, ditemukan hidup di dataran rendah
b.      Menggigit antara waktu senja (malam hari) dan subuh hari
c.       Biasanya tinggal di dalam rumah, di luar rumah, dan senang mengigit manusia (menghisap
darah)
d.      Jarak terbangnya tidak lebih dari 2-3 km
e.       Pada saat menggigit bagian belakangnya mengarah ke atas dengan sudut 48 derajat
f.       Daur hidupnya memerlukan waktu ± 1 minggu .
g.      Lebih senang hidup di daerah rawa
6.      Faktor Host Yang Mempengaruhi Terjadinya Penyakit Malaria
a.       Umur
Anak-anak lebih rentan terhadap infeksi parasit malaria, terutama pada anak dengan
gizi buruk (Rampengan T.H., 2000). Infeksi akan berlangsung lebih hebat  pada usia muda
atau sangat muda karena belum matangnya system imun pada usia muda sedangkan pada usia
tua disebabkan oleh penurunan daya tahan tubuh misalnya oleh karena penyakit penyerta
seperti Diabetes Melitus (Weir D.M., 1987). Perbedaan angka kesakitan malaria pada
berbagai golongan umur selain dipengaruhi oleh faktor kekebalan juga dipengaruhi oleh
faktor lain seperti pekerjaan , pendidikan dan migrasi penduduk (Departemen Kesehatan
RI,2000).
b.      Jenis kelamin
Perbedaan angka kesakitan malaria pada anak laki-laki dan perempuan dipengaruhi
oleh faktor pekerjaan, migrasi penduduk dan lain-lain (Departemen Kesehatan., RI 1991).
c.       Riwayat malaria sebelumnya
Orang yang pernah terinfeksi malaria sebelumnya biasanya akan terbentuk imunitas
sehingga akan lebih tahan terhadap infeksi malaria. Contohnya penduduk asli daerah endemik
akan lebih tahan dibandingkan dengan transmigran yang dating dari daerah non endemis
(Dachlan Y.P., 1986 : Smith, 1995 : Maitland, 1997)
d.      Ras
Beberapa ras manusia atau kelompok penduduk mempunyai kekebalan alamiah
terhadap malaria, misalnya “siekle cell anemia” merupakan kelainan yang timbul karena
penggantian asam amino glutamat pada posisi 57 rantai hemoglobin. Bentuk heterozigot
dapat mencegah timbulnya malaria berat, tetapi tidak melindungi dari infeksi. Mekanisme
perlindungannya belum jelas, diduga karena eritrosit Hb S (sickle cell train0 yang terinfeksi
parasit lebih mudah rusak di system retikuloendothelial, dan/atau karena penghambatan
pertumbuhan parasit akibat tekanan O2 intraeritrosit rendah serta perubahan kadar kalium
intra sel yang akan mengganggu pertumbuhan parasit atau karena adanya akulasi bentuk
heme tertentu yang toksik bagi parasit (Nugroho A., 2000). Selain itu penderita ovalositosis
(kelainan morfologi eritrosit berbentuk oval) di Indonesia banyak terdapat di Indonesia
bagian timur dan sedikit di Indonesia bagian barat. Prevalensi ovalosis mulai dari 0,25 %
(suku Jawa) sampai 23,7 % suku Roti (Setyaningrum, 1999).
e.       Kebiasaan
Kebiasaan sangat berpengaruh terhadap penyebaran malaria. Misalnya kebiasaan tidak
menggunakan kelambu saaat tidur dan senang berada diluar rumah pada malam hari. Seperti
pada penelitian di Mimiki Timur, Irian Jaya ditemukan bahwa kebiasaan penduduk
menggunakan kelambu masih rendah (Suhardja, 1997)
f.       Status gizi
Status gizi ternyata berinteraksi secara sinergis dengan daya tahan tubuh. Makin baik
status gizi seseorang, makin tidak mudah orang tersebut terkena penyakit . Dan sebaliknya
makin rendah status gizi seseorang makin mudah orang tersebut terkena penyakit
(Nursanyoto, 1992).
Pada banyak penyakit menular terutama yang dibarengi dengan dengan demam, terjadi
banyak kehilangan nitrogen tubuh. Nitorgen tubuh diperoleh dari perombakan protein tubuh.
Agar seseorang pulih pada keadaan kesehatan yang normal, diperlukan peningkatan dalam
protein makanan. Penting diperhatikan pula bahwa fungsi dari dari semua pertahanan tubuh
membutuhkan kapasitas sel-sel tubuh untuk membentuk protein baru. Inilah sebabnya maka
setiap defesiensi atau ketidak seimbangan zat makanan yang mempengaruhi setiap system
protein dapat pula menyebabkan gangguan fungsi beberapa mekanisme pertahanan tubuih
sehingga pada umumnya melemahkan resistensi host. Malnutrisi selalu menyebabkan
peningkatan insiden penyakit-penyakit infeksi dan terhadap penyakit yang sudah ada dapat
meningkatkan keparahannya (Maria, 1992).
g.      Sosial ekonomi
Faktor social ekonomi sangat berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk
mencukupi kebutuhan dasarnya seperti : sandang, pangan dan papan. Semakin tinggi sosisla
ekonomi seseorang semakin mudah pula seseorang mencukupi segala kebutuhan
hidupnya  termasuk di dalamnya kebutuhan akan pelayanan kesehatan, makanan yang bergizi
serta tempat tinggal yang layak dan lain-lain . Menurut Biro Pusat Statistik, semakain tinggi
status social ekonomi seseorang maka pengeluaran cenderung bergeser dari bahan makanan
ke bahan non makanan. Jadi faktor social ekonomi seperti kemiskinan, harga barang yang
tinggi, pendapatan keluarga rendah, dan produksi makanan rendah merupakan resiko untuk
terjangkitnya malaria (Wirjatmadi B., 1985).
h.      Immunitas
Immunitas ini merupakan suatu pertahanan tubuh. Masyarakat yang tinggal di daerah
endemis malaria biasanya mempunyai imunitas yang alami sehingga mempunyai pertahanan
alam terhadap infeksi malaria.
7.      Patofisiologi
Pasien malaria biasanya memperoleh infeksi di daerah endemik melalui gigitan
nyamuk. Vektor, spesies nyamuk Anopheles, melewati plasmodia, yang terkandung dalam
air liur masuk ke dalam tubuh manusia saat nyamuk tersebut menghisap darah
Hasil infeksi tergantung pada imunitas host. Individu dengan kekebalan dapat
secara spontan menghapus parasit. Pada mereka yang tidak memiliki kekebalan,
parasit, memperluas infeksi. Sejumlah kecil parasit menjadi gametocytes, yang mengalami
reproduks, seksual ketika diisap oleh nyamuk. Hal ini dapat berkembang menjadi infeksi
sporozoites. yang terus berkembang menjadi siklus transmisi baru setelah menggigit ke dalam
host baru. Secara garis besar semua jenis plasmodium memiliki siklus hidup yang sama yaitu
tetap sebagian di tubuh manusia dan sebagian di tubuh nyamuk.

Kondisi masuknya sporozit ke dalam tubuh manusia, maka akan terjadi siklus malaria
yang terdiri atas siklus eksoeritrosit, siklus eritrosit, dan siklus sporogonik (CDC, 2009).

a.       Siklus eksoeritrosit.
Siklus ini terjadi di dalam tubuh manusia dan terjadi di dalam hati. Penularan terjadi
bila nyamuk betina yang terinfeksi parasit, menyengat manusia dan dengan ludahnya
memasukkan sporozoit ke dalam peredaran darah yang untuk selanjutnya bermukim pada sel
hepatosit di parenkim hati. Parasit tumbuh dan mengalami pembelahan. Setelah 6-9 hari
skizon menjadi dewasa dan pecah dengan melepaskan beribu-ribu merozoit. Sebagian
merozoit memasuki sel-sel darah merah dan berkembang di sini menjadi trofozoit. Sebagian
lainnya memasuki jaringan lain, antara lain limpa atau diam di hati. Dalam waktu 48-72 jam,
sel-sel darah merah pecah dan merozoit yang dilepaskan dapat memasuki siklus dimulai
kembali.
b.      Siklus eritrosit.
Fase eritrosit dimulai dan merozoid dalam darah menyerang eritrosit membentuk
tropozoid. Proses berlanjut menjadi trofozoit-skizonmerozoit. Setelah 2-3 generasi merozoit
dibentuk, sebagian merozoit berubah menjadi bentuk seksual. Masa antara permulaan infeksi
sampai ditemukannya parasit dalam darah tepi adalah masa prapaten, sedangkan masa tunas
dimulai dari masuknya sporozoit dalam badan hospes sampai timbulnya gejala klinis demam.
c.       Siklus sporogonik.
Siklus ini terjadi di dalam tubuh nyamuk (sporogoni). Setelah beberapa siklus,
sebagian merozoit di dalam eritrosit dapat berkembang menjadi bentuk-bentuk seksual
jantan dan betina. Gametosit ini tidak akan berkembang lalu mati bila tidak
diisap olehAnopheles betina. Di dalam lambung nyamuk terjadi penggabungan dari
gametosit jantan dan betina menjadi zigot, yang kemudian melakukan penetrasi pada dinding
lambung dan berkembang menjadi okista. Dalam waktu 3 minggu, sporozoit kecil akan
memasuki kelenjar ludah nyamuk.
Di dalam vaskular, protozoa bereplikasi di dalam sel dan menginduksi sitolisis sel
darah merah menyebabkan pelepasan produk metabolik toksik ke dalam aliran darah
dan memberikan gejala, seperti menggigil, sakit kepala, mialgia, dan malaise. Kondisi ini
terjadi dalam siklus eritrosit. Parasit juga dapat menyebabkan ikterus dan
anemia. Plasmodium. falciparum merupakan jenis yang paling berbahaya dari lima spesies
plasmodium karena dapat menyebabkan gagal ginjal, koma, dan kematian. Kematian akibat
malaria dapat dicegah. jika perawatan yang tepat dicari dan diimplementasikan.
Plasmodium  vivax dan Plasmodium ovale dapat menghasilkan bentuk yang tidak
aktif tetapi masih tetap ada dalam hati orang yang terinfeksi dan muncul di lain waktu.
Parasit memperoleh energi mereka semata-mata dari glukosa dan mereka
mencernanya 70 kali lebih cepat dari sel darah merah yang mereka tempati sehingga
menyebabkan insufisiensi insulin (Gambar 2.2) yang akan memberikan manifestasi
penurunan intake glukosa jaringan. Kondisi ini akan memberikan dampak terhadap
hipoglikemia intrasel dan ekstrasel.
Hipoglikemia intrasel akan dilanjutkan dengan respons peningkatan glukogenesis dan
glukoneogenesis yang memberikan manifestasi pemecahan lemak dan perubahan sintesis
protein. Peningkatan pemecahan lemak akan meningkatkan produksi keton yang juga akan
meningkatkan risiko terjadinya ketoasidosis diabetikum. Perubahan sintesis protein akan
meningkatkan risiko kaheksia, letargi, dan terjadi penurunan gama globulin yang juga
meningkatkan risiko infeksi akibat kerusakan jaringan kulit.
Pada hipoglikemi ekstrasel akan memberikan manifestasi peningkatan osmotik
plasma dan peningkatan pengeluaran glukosa oleh ginjal. Pada kondisi peningkatan osmotik
plasma akan terjadi dehidrasi sel yang berlanjut pada koma hiperglikemi. Respons dari
peningkatan pengeluaran glukosa oleh ginjal akan menyebabkan diuresis osmotik dengan
manifestasi poliuri, polidipsi, hipokalemi, dan hiponatremi.
Plasmodia juga menyebabkan lisis dari sel darah merah (baik yang terinfeksi dan yang
tidak terinfeksi), penekanan proses hematopoiesis, dan peningkatan pembersihan sel darah
merah oleh limpa yang menyebabkan kondisi anemia serta splenomegali. Seiring waktu,
malaria dan infeksi juga dapat menyebabkan trombositopenia.
Kondisi malaria akan memberikan berbagai masalah keperawatan yang muncul pada
pasien (Gambar 2.3) dan memberikan implikasi pada asuhan keperawatan. Masalah
keperawatan yang muncul berhubungan dengan pelepasan produk metabolik toksik ke dalam
aliran darah yang memberikan berbagai manifestasi pada respons sistemik, respons intestinal,
respons sistem saraf pusat, respons kardiorespirasi, dan muskuloskeletal.

8.      Komplikasi
Komplikasi yang lazim terjadi pada malaria terutama yang disebabkan
oleh Plasmodium falcifarum adalah sebagai berikut.
a.       Koma (malaria serebral).
Koma pada malaria meliputi kondisi penurunan kesadaran, perubahan status mental,
dan kejang. Kondisi koma malaria merupakan kondisi paling umum yang menyebabkan
kematian pada pasien dengan penyakit malaria. Jika tidak diobati, komplikasi ini sangat
mematikan. Gejala malaria serebral mirip dengan ensefalopati toksik.
b.      Kejang (sekunder baik untuk hipoglikemia atau serebral malaria).
c.       Gagal ginjal akut.
Sebanyak 30% dari orang dewasa yang terinfeksi denganPlasmodium
falciparum menderita gagal ginjal akut (Hanson, 2009).
d.      Hipoglikemia.
e.       Hemoglobinuria (blackwater fever).
Kondisi hemoglobinuria ditandai dengan urine sangat gelap yang merupakan
manifestasi dari hemolisis, hemoglobinemia yang berlanjut pada hemoglobinuria dan
hemozoinuria.
f.       ARDS, edema paru nonkardiogenik.
Kondisi ini paling sering terjadi pada wanita hamil dan menyebabkan kematian pada
80% pasien (Perez-Jorge, 2009). •
g.      Anemia.
h.      Pendarahan (koagulopati).
9.  Manifestasi Klinis
a.       Plasmodium vivax ( malaria tertiana )
1)      Meriang
2)      Panas dingin menggigil/ demam ( 8 sampai 12 jam, dapat terjadi dua hari sekali setelah
gejala pertama terjadi dapat terjadi selama 2 minggu setelah infeksi)
3)      Keringat dingin
4)      Kejang-kejang
5)      Perasaan lemas, tidak nafsu makan, sakit pada tulang dan sendi.
b.      Plasmodium falcifarum ( malaria tropika )
1)      Meriang
2)      Panas dingin menggigil/ demam ( lebih dari 12 jam, dapat terjadi dua hari sekali setelah
gejala pertama terjadi dapat terjadi selama 2 miggu setelah infeksi)
3)      Keringat dingin
4)      Kejang-kejang
5)      Perasaan lemas, tidak nafsu makan, sakit pada tulang dan sendi.
c.       Plasmodium malariae ( malaria kuartana )
1)      Meriang
2)      Panas dingin menggigil/ demam ( gejala pertama tidak terjadi antara 18 sampai 40 hari
setelah infeksi terjadi. Gejala tersebut kemudian akan terulang kembali setiap 3 hari )
3)      Keringat dingin
4)      Kejang-kejang
5)      Perasaan lemas, tidak nafsu makan, sakit pada tulang dan sendi
d.      Plasmodium ovale ( jarang ditemukan ).
Dimana manifestasi klinisnya mirip malaria tertiana :
1)      Meriang
2)      Panas dingin menggigil/ demam ( 8 sampai 12 jam, dapat terjadi dua hari sekali setelah
gejala pertama terjadi dapat terjadi selama 2 minggu setelah infeksi)
3)      Keringat dingin
4)      Kejang-kejang
5)      Perasaan lemas, tidak nafsu makan, sakit pada tulang dan sendi.
11.  Pemeriksaan diagnostik
a.      Pemeriksaan mikroskopis malaria
               Diagnosis malaria sebagai mana penyakit pada umumnya didasarkan pada
manifestasi klinis (termasuk anamnesis), uji imunoserologis dan ditemukannya parasit
(plasmodium) di dalam penderita. Uji imunoserologis yang dirancang dengan bermacam-
macam target dianjurkan sebagai pelengkap pemeriksaan mikroskopis dalam menunjang
diagnosis malaria atau ditujukan untuk survey epidemiologi di mana pemeriksaan mikrokopis
tidak dapat dilakukan.
               Diagnosis definitif demam malaria ditegakan dengan ditemukanya parasit
plasmodium dalam darah penderita. Pemeriksaan mikrokropis satu kali yang memberi hasil
negatif tidak menyingkirkan diagnosis deman malaria. Untuk itu diperlukan pemeriksaan
serial dengan interval antara pemeriksaan satu hari.
               Pemeriksaan mikroskropis membutuhkan syarat-syarat tertentu agar mempunyai
nilai diagnostik yang tinggi (sensitivitas dan spesifisitas mencapai 100%).
1)      Waktu pengambilan sampel harus tepat yaitu pada akhir periode demam memasuki periode
berkeringat. Pada periode ini jumlah trophozoite dalam sirkulasi dalam mencapai maksimal
dan cukup matur sehingga memudahkan identifikasi spesies parasit.
2)      Volume yang diambil sebagai sampel cukup, yaitu darah kapiler (finger prick) dengan
volume 3,0-4,0 mikro liter untuk sediaan tebal dan 1,0-1,5 mikro liter untuk sedian tipis.
3)      Kualitas perparat harus baik untuk menjamin identifikasi spesies plasmodium yang tepat.
4)      Identifikasi spesies plasmodium
5)      Identifikasi morfologi sangat penting untuk menentukan spesies plasmodium dan
selanjutnya digunakan sebagai dasar pemilihan obat.
b.      QBC (Semi Quantitative Buffy Coat)
               Prinsip dasar: tes floresensi yaitu adanya protein pada plasmodium yang dapat
mengikat acridine orange akan mengidentifikasi eritrosit terinfeksi plasmodium. QBC
merupakan teknik pemeriksaan dengan menggunakan tabung kapiler dengan diameter
tertentu yang dilapisi acridine orange tetapi cara ini tidak dapat membedakan spesies
plasmodium dan kurang tepat sebagai instrumen hitung parasit.
c.       Pemeriksaan imunoserologis
               Pemeriksaan imunoserologis didesain baik untuk mendeteksi antibodi spesifik
terhadap paraasit plasmodium maupun antigen spesifik plasmodium atau eritrosit yang
terinfeksi plasmodium teknik ini terus dikembangkan terutama menggunakan teknik
radioimmunoassay dan enzim immunoassay.
d.      Pemeriksan Biomolekuler
               Pemeriksaan biomolekuler digunakan untuk mendeteksi DNA spesifik parasit/
plasmodium dalam darah penderita malaria.tes ini menggunakan DNA lengkap yaitu dengan
melisiskan eritrosit penderita malaria untuk mendapatkan ekstrak DNA.
12.  Penatalaksanaan
           Penatalaksanaan khusus pada kasus- kasus malaria dapat diberikan tergantung dari
jenis plasmodium, menurut Tjay & Rahardja (2002) antara lain sebagai berikut :
a.       Malaria Tersiana/ Kuartana
                        Biasanya di tanggulangi dengan kloroquin namun jika resisten perlu di
tambahkan mefloquin single dose 500 mg p.c (atau kinin 3 dd 600 mg selama 4-7 hari).
Terapi ini disusul dengan pemberian primaquin 15 mg /hari selama 14 hari)
b.      Malaria Ovale
                        Berikan kinin dan doksisklin (hari pertama 200 mg, lalu 1 dd 100 mg selama 6
hari). Atau mefloquin (2 dosis dari masing-masing 15 dan 10 mg/ kg dengan interval 4-6
jam). Pirimethamin-sulfadoksin (dosis tunggal dari 3 tablet ) yang biasanya di kombinasikan
dengan kinin (3 dd 600 mg selama 3 hari).
c.       Malaria Falcifarum
                        Kombinasi sulfadoksin 1000 mg dan pirimetamin 25 mg per tablet dalam
dosis tunggal sebanyak 2-3 tablet. Kina 3 x 650 mg selama 7 hari. Antibiotik seperti
tetrasiklin 4 x 250 mg/ hari selama 7-10 hari dan aminosiklin 2 x 100 mg/ hari selama 7 hari.

B.     Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
1.      Pengkajian
a)    Anamnesa
Keluhan utama pada pasien malaria bervariasi sesuai dengan siklus yang terjadi di
dalam tubuh pasien. Pada pengkajian, perawat mungkin mendapatkan keluhan utama demam.
Serangan klasik demam tiba-tiba dimulai dengan periode menggigil yang berlangsung selama
sekitar 1-2 jam dan diikuti dengan demam tinggi. Setelah itu akan terjadi penurunan suhu
tubuh secara berlebihan disertai diaforesis dan suhu tubuh pasien turun menjadi normal atau
di bawah normal. Menurut Dorsey (2000) terdapat trias klasik malaria  yang terbagi dalam 3
periode. (Arif Muttaqin, dkk, 2011)
Trias Klasik Malaria (Malaria Proxysm)
Fase Klinis
Fase dingin Pada fase ini pasien terlihat menggigil dan
kedinginan, pasien sering membungkus diri
dengan selimut dan pada saat menggigil disertai
badan bergetar, pucat sampai sianosis. Fase ini
berlangsung 15 menit sampai 1 jam diikuti
dengan meningkatnya temperatur
Fase hipertermi Perubahan integumen dengan muka menjadi
merah, kulit ppanas dan kering. Perubahan TTV
dengan nadi cepat dan panas tetap tinggi sampai
400C atau lebih, respirasi meningkat. Perubahan
sistemik dengan adanya nyeri kepala, mual-
muntah, gejala syok (takanan darah menurun),
penurunan tingkat kesadaran menjadi delirium
dan kejang. Fase ini lebih lama dari fase dingin,
dapat sampai 2 jamatau lebih, di ikuti dengan
keadaan berkeringat.
Fase diaforesis Pasien berkeringat mulai dari kening, di ikuti
seluruh tubuh, sampai basah sampai seluruh
tubuh, temperatur turun, pasien kemudian
keletihan dan kemudian tertidur. Bila pasien
bangun akan merasa sehat dan dapat melakukan
aktivitas rutin seperti biasa.
(Dimodifikasi dari Dorsey G, Gandhi M, Oyugi JH, Rosenthai PJ.,
2000)

Keluhan klinis sistemik secara umum yang mengikuti, meliputi batuk, cepat letih,


malaise, nyeri otot (mialgia), nyeri sendi (artralgia), dan peningkatan produksi keringat
(setiap 48 atau 72 jam, tergantung pada spesies). Keluhan sistemik lainnya bisa didapatkan
adanya anoreksia dan letargi, mual dan muntah, sakit kepala, serta ikterus mungkin
didapatkan pada beberapa kasus.
Pada riwayat kesehatan, pengkajian awal yang penting bagi perawat untuk ditanyakan
adalah apakah pasien pernah pergi atau diam di tempat endemik malaria. Kebanyakan pasien
tinggal di atau baru saja bepergian ke daerah endemik, namun beberapa kasus dilaporkan
setiap tahun di mana pasien tidak memiliki riwayat perjalanan tersebut (misalnya kendaraan
daran atau air yang pernah singgah atau melewati daerah endemik).
Pengkajian lainnya adalah untuk menentukan status kekebalan pasien, seperti umur,
alergi, kondisi-kondisi medis lainnya, obat lain, dan status kehamilan.
Pengkajian psikososial terutama ditujukan dalam penurunan kecemasan dan
pemenuhan informasi.
b)   Pemeriksaan Fisik
Secara umum pasien terlihat sangat sakit, terdapat perubahan status kesadaran yang
semakin menurun sesuai dengan tingkat keaktifan kuman dalam tubuh. TTV biasanya
mengalami perubahan seperti takikardia, hipertermi, peningkatan frekuensi napas, dan
penurunan tekanan darah.
Bl      : Fungsi pernapasan biasanya tidak ada masalah, tetapi pada malaria falcifarum
dengan komplikasi akan didapatkan adanya perubahan takipnu dengan penurunan
kedalaman pernapasan, serta napas pendek pada istirahat dan aktivitas.
B2     : Pada fase demam akan didapatkan takikardia, tekanan darah menurun, kulit hangat, dan
diuresis (diaforesis) karena vasodilatasi. Pucat dan lembap berhubungan dengan adanya
anemia, hipovolemia, dan penurunan aliran darah. Pada pasien malaria dengan komplikasi
berat sering didapatkan adanya tanda-tanda syok hipovolemik dan tanda DIC.
B3     : Sistem neuromotorik biasanya tidak ada masalah. Pada beberapa kasus pasien
terkihat gelisah dan ketakutan. Pada kondisi yang lebih berat akan didapatkan adanya
perubahan tingkat kesadaran dengan manifestasi disorientasi, delirium, bahkan
koma. Padabeberapa kasus pasien dengan adanya perubahan elektrolit sering didapatkan
adanya kejang.
B4     : Sistem perkemihan biasanya tidak masalah, tetapi pada saat fase demam didapatkan adanya
penurunan produksi urine, sedangkan pada fase lanjut didapatka adanya poliuri sekunder dari
perubahan glukosa darah.
B5     : Pada inspeksi didapatkan gangguan pencernaan, seperti mual dan muntah, diare
atau konstipasi. Pada auskultasi didapatkan penurunan bising usus. Pada perkusi
didapatkan adanya timfani abdomen. Pada palpasi abdomen sangat sering didapatkan acaura
splenomegali.
B6     : Pada pengkajian integumen didapatkan adanya tanda-tanda anemia dan
ikterus. Pada pemeriksaan muskuloskeletal didapatkan adanya keletihan dan kelemahan
fisik umum, malaise, dan penurunan kekuatan otot.
c)    Pemeriksaan Diagnostik
1)   Pemeriksaan imunoserologis.
                        Pemeriksaan  imunoserologis  didesain  baik  untuk mendeteksi  antibody spes
ifik terhadap parasit plasmodium maupun antigen spesifik plasmodium atau eritrosit
yang terinfeksi plasmodium. Teknik ini terus dikembangkan terutama menggunakan
radioimmunoassay dan enzim immunoassay.
2)   Pemeriksan Biomolekuler.
                        Pemeriksaan biomolekuler digunakan untuk mendeteksi DNA spesifik
parasit/plasmodium dalam darah penderita malaria. Tes ini menggunakan DNA lengkap,
yaitu dengan melisiskan eritrosit penderita malaria untuk mendapatkan ekstrak DNA.
d)   Penatalaksanaan Medis
Intervensi medis disesuaikan dengan kondisi klinis pada pasien malaria. Tujuan pemberian
terapi, meliputi hal-hal sebagai berikut.
1)   Intervensi darurat.
         Rehidrasi dengan pemberian IVFD.
         Tranfusi RBC (red blood cells)
         Mengatasi hiponatremi dan hipokalemi.
         Monitor dan mengobati hipoglikemia.
         Monitor kasus malaria dengan penurunan daya tahan tubuh (pada anak-anak, kehamilan,
imunodefisiensi).
         Perawatan di ruang intensif (koagulopati atau kegagalan organ akhir, malaria serebral,
penurunan kesadaran, kejang berulang, koma).
2)   Terapi malaria.
         Malaria Tersiana/Kuartana.
Biasanya ditanggulangi dengan kloroquin, namun jika pasien resisten perlu ditambahkan
mefloquin dosis tunggal 500 mg p.c (atau kinin 3 dd 600 mg selama 4-7 hari). Terapi ini
disusul dengan pemberian primaquin 15 mg/hari selama 14 hari).
         Malaria Ovale.  .    •
Berikan kinin dan doksisklin (hari pertama 200 mg, lalu 1 dd 100 mg selama 6 hari) atau
mefloquin (2 dosis dari masing-masing 15 dan 10 mg/kg dengan interval 4-6 jam).
Pirimethamin-sulfadoksin (dosis tunggal dari 3 tablet) yang biasanya dikombinasikan dengan
kinin (3 dd 600 mg selama 3 hari).
         Malaria falcifarum.
Kombinasi sulfadoksin 1000 mg dan pirimetamin 25 mg per tablet dalam dosis tunggal
sebanyak 2-3 tablet. Kina 3 x 650 mg selama 7 hari. Antibiotik seperti tetrasiklin 4 x 250 mg/
hari selama 7-10 hari dan aminosiklin 2 x 100 mg/hari selama 7 hari.
e)    Analisa Data
Symtom Etiologi Masalah
Ds : Pelepasan produksi Hipertermi
         Klien biasanya metabolik toksik
mengeluh badannya kedalam aliran darah
panas ↓
         Orangtua Klien Respon inflamasi
biasanya mengatakan sistemik
panasnya kurang lebih 2- ↓
4 hari dirumah Hipertermi
         Klien biasanya susah
tidur
Do :
         Keadan umum :
lemah
         Wajah pasien
biasanya kemerahandan
suhu tubuhnya 39,50C
         Nadi : 98 x / menit
         Pernapasan : 28
X /menit
Ds : Anemia hipovolemi Penurunan
         Klien ↓ perfusi jaringan
biasanyamengeluh pusin Penurunan aliran
g. darah dan penurunan
Do : imunitas
         Klien akan terlihat ↓
sesak dan pucat Penurunan perfusi
         Suhu 39,5-400C jaringan
Ds : Anemia hipovolemi Resiko tinggi
Klien biasanya mengeluh ↓ gangguan
nyeri kepala dan mual. Penurunan aliran elektrolit
Do : darah dan penurunan
         Klien akan terlihat imunitas
gelisah ↓
         Suhu 39,5-400C Resiko tinggi
         Klien biasanya gangguan elektrolit
terlihat lemas dan
keringat dingin
Ds : Respon intestinal Nutrisi kurang
         Klien biasanya ↓ darikebutuhan
mengatakan tidak ada Mual, muntah, tubuh
nafsu buat makan anoreksia dan
Do : penurunan motilitas
         Klien akan terlihat ↓intake nutrisi tidak
kurus dan lemas. adekuat konstipasi
         Porsi makanan yang ↓
disediakan, biasanya Nutrisi kurang
hanya ¼ porsi yang darikebutuhan tubuh
dihabiskan
         Berat badan pasien
biasanya menurun dari
sebelumnya.
Ds : Anemia hipovolemi Resiko infeksi
         Klien biasanya ↓
mengeluh badannya Penurunan aliran
panas darah dan penurunan
Do : imunitas
         Biasanya leukosit ↓
dalam batas tidak normal Resiko infeksi
         Suhu badan : 39,50C
         Nadi : 98 x/menit
         Pernapasan : 28
X/menit
         Kulit biasanya
tanpak kotor
Ds : Resiko inflamasi Nyeri
         Klien biasanya sitemik
mengeluh nyeri pada ↓
seluruh badan Mialgia dan
         Klien biasanya Artralgia
mengatakan badanya ↓
terasa lemas Nyeri
Do :
         Klien akan terlihat
gelisah
         Tidur kurang dari 6
jam
         Sering terjaga
Ds : Invasi kuman ke Cemas
         Orang tua biasanya hepatosit
bertanya – tanya tentang ↓
penyakit anaknya. Malaria
         Orang tua akan ↓
mengatakan khawatir Respon psikososial
tentang penyakit ↓
anaknya. Cemas
Do :
         Klien akan terlihat
cemas atau ketakutan
         Klien akan tampak
gelisah.
         Orang tua biasanya
tampak gelisah.

2.      Diagnosa Keperawatan
a)      Hipertermia b/d  peningkatan metabolisme, dehidrasi, efek langsung sirkulasi kuman pada
hipotalamus.
b)      Perubahan perfusi jaringan b/d anemia, penurunan komponen seluler yang diperlukan
untuk pengiriman oksigen dan nutrien dalam tubuh.
c)      Aktual/resiko tinggi gangguan elektrolit (hiponatremi, hipokalemi) b/d diuresis osmotik,
diaforesis
d)     Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d intake makanan yang tidak adekuat,
anoreksia, mual/muntah.
e)      Resiko tinggi infeksi b/d penurunan sistem kekebalan tubuh
f)       Nyeri dan ketidaknyamanan b/d resfon inflamasi sistemik, mialgia, artralgia, diaforesis.
g)      Kecemasan b/d kondisi sakit, prognosis penyakit malaria falciparum
h)      Kurang pengetahuan mengenai penyakit, prognosis dan kebutuhan pengobatan b/d
kurangnya pemajanan, kesalahan interprestasi informasi, keterbatasan kognitif.
3.      Rencana Keperawatan
Hipertermia b/d  peningkatan metabolisme, dehidrasi, efek
langsung sirkulasi kuman pada hipotalamus.
Tujuan : dalam waktu 1 x 24 jam terjadi penurunan suhu tubuh
Kriteria Hasil :
1.      Klien mampu menjelaskan kembali pendidikan kesehatan yang di
berikan
2.      Klien mampu termotivasi untuk melaksanakan penjelasan yang telah
di berikan
Intervensi Rasional
Evaluasi TTV pada setiap Sebagai pengawasan terhadap
pergantian sif atau setiap ada adanya perubahan keadaan umum
keluhan dari klien klien sehingga dapat di lakukan
penanganan dan perawatan secara
cepat dan tepat
Kaji pengetahuan klien dan Sebagai data dasar untuk
keluarga tentang cara memberikan intervensi selanjutnya.
menurunkan suhu tubuh
Lakuakan tirah bafring total Penurunan aktivitas akan
menurunkan laju metabolisme yang
tinggi pada fase akut, dengan
demikian akan membantu
menurunkan suhu tubuh
Beri kompres dengan hangat Dapat membentu mengurangi
pada daerah aksila, lipat paha demam, penggunaan es/alkohol
dan temporal bila terjadi panas mungkin dapat menyebabkan
kedinginan dan menggigil. Selain
itu, alkohol dapat mengeringkan
kulit.
Anjurkan klien untuk memakai Pengeluaran suhu tubuh seecara
pakaian yang menyerap keringat evaporasii berkisar 22% dari
seperti katun. pengeluaran suhu tubuh. Pakaian
yang mudah menyerap keringan
sangat efektif meningkatkan efek
dari evaporasi.
Anjurkan keluarga untuk Masase di lakukan untuk
melakukan masase pada meningkatkan aliran darah ke
ekstermitas. perifer dan terjadi vasodilatasi
perifer yang akan meningkatkan
efek evaporasi. Penggunaan cairan
penghangat seperti minyak kayu
putih dapat digunakan untuk
meningkatkan efektivitas intervensi
masase.
Kolaborasi dengan dokter dalam Antipiretik bertujuan untuk
pemberian obat antipiretik. memblok respons panas sehingga
suhu tubuh klien dapat lebih cepat
menurun.

Perubahan perfusi jaringan b/d anemia, penurunan komponen


seluler yang diperlukan untuk pengiriman oksigen dan nutrien
dalam tubuh.
Tujuan : dalam waktu 2 x 24 jam terjadi penurunan tingkat kesadaran
dan dapat mempertahankan Cardiac Output secara adekuat guna
meningklatkan perfusi jaringan.
Kriteria Hasil :
1.      Klien tidak mengeluh pusing
2.      TTV dalam batas normal, tidak terjadi sesak, mual dan muntahtanda
diaforesis dan pucat/sianosis hilang, akral hangat, kulit segar, produksi
urine >30 ml/jam, respon verbal baik, EKG Normal.
Intervensi Rasional
Kaji status mental klien secara Mengetahui derajat hipoksia pada
teratur. otak.
Pertahankan tirah baring bantu Menurunkan kerja miokard dan
dengan aktivitas perawatan. konsumsi oksigen, memaksimalkan
efektivitas dari perfusi jaringan.
Panatau terhadap kecendrungan Hipotensi akan
tekanan darah, mencatat berkembangbersamaan dengan
perkembangan hipotensi, dan kuman yang menyerang darah.
perubahan pada tekanan nadi.
Perhatikan kualitas dan kekuatan Pada awalnya nadi cepat dan kuat
dari denyut perifer. karena peningkatan curah jantung,
nadi dapat lemah atau lambat
karena hipotensi yang terus
menerus, penurunan curah jantung
dan vasokontriksi perifer.
Observasi perubahan sensori dan Bukti aktual terhadap penurunan
tingkat kesadran pasien yang aliran darah ke jaringan serebral
menunjukkan penurunan perfusi adalah adanya perubahan respons
otak (gelisah, Confuse/bingung, sensori dan penurunan tingkat
apatis, samnolen). kesadaran pada fase akut. Adanya
kegagalan harus di lakuakan
monitoring yang ketat.
Kurangi aktivitas yang Respons valsava akan
merangsang timbulnya respons meningkatkan beban jantung
valsava / aktivitas. sehingga akan menurunkan curah
jantung ke otak.
Catat adnya keluhan pusing Keluhan pusing merupakan
manifestasi penurunan suplai darah
ke jaringan otak.
Kolaborasi dengan tenaga Jalur yang paten penting untuk
kesehatan lain dalam pemberian pemenuhan lisis darah sebagai
transfusi darah PRC (packed red intervensi kedaruratan.
cells).

Aktual/resiko tinggi gangguan elektrolit (hiponatremi, hipokalemi)


b/d diuresis osmotik, diaforesis
Tujuan : dalam waktu 1 x 24 jam tidak terjadi hiponatremi atau kondisi
hiponatremi dan hipokalemi dapat teratasi.
Kriteria Hasil :
1.      Klien tidak gelisah, klien tidak mengeluh nyeri kepal, mual dan
muntah, GCS : 4, 5, 6.
2.      TTV dalam batas normal.
3.      Klien tidak mengalami defisit neurologis.
Intervensi Rasional
Kaji faktor penyebab dari situasi Kehilangan natrium yang
atau keadaan individu dan mengakibatkandefletional
faktor-faktor yang dapat hyponatremia dapat disebabkan
menurunkan osmolalitas serum. oleh mekanisme ginjal dan
nonginjal. Kehilangn garam melalui
nonginjal terjadi pada kehilangan
volume cairan seperti pada muntah,
diare, atau diaforesis yang
berlebihan.
Monitor temperatur dan Panas merupakan refleks dari
pengaturan suhu lingkungan. hipotalamus. Peningkatan
kebutuhan metabolisme dan
oksigen akan menunjang
peningkatan TIK/ICP(Intracranial
Pressure).
Bantu pasien untuk membatasi Aktivitas ini dapat meningkatkan
muntah dan batuk. Anjurkan tekanan intrkarnial dan
pasien untuk mengeluarkan intraabdominal. Mengeluarkan
napas apbila bergerak atau nafas sewaktu bergerak atau
berbalik di tempat tidur. mengubah posisi dapat melindungi
diri dari efek valsava.
Perttahankan kepala/leher pada Perubahan kepala pada satu sisi
posisi yang netral, usahakan dapat menimbulakan penekanan
dengan sedikit bantal. Hindari pada vena jugularis dan
penggunaan bantal yang tinggi menghambat aliran darah otak
pada kepala. sehingga dapat meningkatkan
tekanan intrakarnial.
Bantu pasien jika batuk atau Aktivitas ini dapat meningkatkan
muntah. intratoraks atau tekanan dalam
toraks dan tekanan pada abdomen
dimana aktivitas ini dapat
meningkatkan tekanan TIK.
Observasi tingkat Perubahan kesadaran menunjukkan
kesadaran  dengan GCS. peningkatan TIK dan berguna
menentukan lokasi dan
perkembangan penyakit.
Kolaborasi :
    Pemberian oksigen sesuai      Mengurangi hipoksemia,
indikasi dimana dapat meningkatkan
vasodilatasi cerebral dan volume
darah dan menaikkan TIK.
    Berikan cairan intrvena jenis      Pemenuhan natrium secara
NaCL intravena akan meningkatkan kadar
natrium ke sirkulasi otak
    Berikan obat deuretik osmotic      Diuretik mungkin digunakan
contohnya : mannitol, furoscide pada fase akut untuk mengalirkan
air dari brain cells dan
mengurangi  edema cerebral dan
TIK.
Memonitor tanda-tanda vital tiap Adanya perubahan TTV secara
4 jam. cepat dapat menjadi pencetus
aritmia pada klien hipokalemi.
Berikan diet sumber kalium Sumber-sumber kalium termasuk
buah dan sari buah, sayur-sayuran
segardan beku,daging segar,dan
makanan olahan. Sementara itu
pisang, aprikot, jeruk, avokad,
kacang-kacangan, kismis, kentang
merupakan pengganti garam yang
mengandung 50 sampai 60 mEq
kalium.

Resiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh


b/d ketidakadekuatan intake nutrisi sekunder dari nyeri,
ketidaknyamanan lambung dan intestinal
Tujuan : dalam waktu 3 x 24 jam klien akan mempertahankan
kebutuhan nutrisi yang adekuat.
Kriteria Hasil :
1.      Membuat pilihan diet untuk memenuhi kebutuhan nutrisi dalam
situasi individu,menunjukkan peningkatan BB.
Intervensi Rasional
Kaji pengetahuan klien tentang Tingkat pengetahuandipengaruhi
intake nutrisi olehkondisi sosial ekonomi klien.
Perawat menggunakan pendekatan
yang sesuai dengan kondisi
individu klien. Dengan mengetahui
tingkat pengetahuan tersebut,
perawat dapat lebih terarah dalam
memberikan pendidikan yang
sesuai dengan pengetahuan klien
secara efesien dab efedktif.
Kaji riwayat nutrisi termasuk Peran perawat dalam mengawasi
makanan yang disukai. masukan kalori atau kualitas
Observasi dan catat masukan kekurangan konsumsi makanan.
makanan pasien.
Diskusikan yang disukai klien Dapat meningkatkan masukan,
dan masukan dalam diet murni. meningkatkan rasa berpartisipasi
atau kontrol.
Observasi dan catat kejadian gejalaGI dapat menunjukkan efek
mual atau muntah dan gejala lain anemia (hipoksia) pada organ.
yang berhubungan.
Monitor perkembangan berat Penimbangan berat badan
badan. dilakuakan sebagai evaluasi
terhadap intervensi yang di berikan.

Resiko tinggi infeksi b/d penurunan sistem kekebalan tubuh


Tujuan : dalam waktu 3 x 24 jam tidak terjadi infeksi berhubungan
dengan penurunan sistem kekebalan tubuh.
Kriteria Hasil :
1.      Tidak terdapat tanda-tanda infeksi dan peradanganm sistemik
2.      Leukosit dalam batas normal
3.      TTV dalam batas normal.
Intervensi Rasional
Pantau terhadap kecendrungan Demam yang di sebabkan oleh
peningkatan suhu tubuh. endoktoksin pada hipotalamus dan
hipotermia adalah tanda-tanda
penting yang merefleksikan
perkembangan status
syok/penurunan perfusi jaringan.
Amati adanya menggigil dan Menggigil sering kali mendahului
diaforesis memuncaknya suhu pada infeksi
umum.
Observasi tanda-tanda Dapat menunjukkan ketidaktepatan
penyimpangan terapi antibiotik atau pertumbuhan
kondisi/kegagalan untuk dari organisme.
memperbaiki selama masa
terapi.
Berikan obat anti malaria sesuai Dapat membasmi atau memberikan
petunjuk. imunitas sementara untuk infeksi
umum.
Pantau pemeriksaan laboratoris. Identifikasi terhadap penyebab
jenis infeksi malaria.

Nyeri dan ketidaknyamanan b/d respons inflamasi sistemik,


mialgia, artralgia, diaforesis.
Tujuan : dalam waktu 3 x 24 jam terjadi penurunan keluhan nyeri dan
ketidaknyamanan.
Kriteria Hasil :
1.      Secara objektif melaporkan nyeri berkurang atau dapat diadaptasi
2.      Skal nyeri 0-1 (0-4). Dapat mengidentifikasi aktivitas yang
meningkatkan atau menurunkan nyeri
3.      Klien tidak gelisah
Intervensi Rasional
Jelaskan dan bantu klien dengan Pendekatan menggunakan relaksasi
tindakan pereda nyeri dan nonfarmakologi lainnya telah
nonfarmakologi dan noninvasif. menunjukkan kesepakatan
keefektifan dalam mengurangi
nyeri.
Lakukan manajmen nyeri
keperawatan.
    Istirahatkan klien pada saat    Istirahat secara fisikologis akan
nyeri muncul menurunkan kebutuhan oksigen
yang diperlukan untuk memenuhi
kebutuhan metabolisme basal.
    Ajarkanteknik relaksasi    Meningkatkan intake oksigen
pernapasan dalam pada saat sehingga akan menurunkan nyeri
nyeri muncul sekunder dari iskemia spina.
    Manajmen lingkungan     Lingkungan tenang akan
1. Lingkungan tenang menurunkan stimulus nyeri
2. Batasi pengunjung eksternal dan batasan pengunjung
3. Istirahatkan klien akan membantu meningkatkan
kondisi oksigen ruangan yang akan
berkurang apabila banyak
pengunjung yang berada di
ruangan. Istirahat akan menurunkan
kebutuhan oksigen jaringan perifer.
Tingkatkan pengetahuan tentang Pengetahuan mengenai hal yang
sebab-sebab nyeri dan akan di rasakan membantu
menghubungkan berapa lama mengurangi nyerinya dan dapat
nyeri akan berlangsung. membantu mengembangkan
kepatuhan klien terhadap rencana
terapeutik.

Kecemasan b/d kondisi sakit,prognosis penyakit malaria


falcifarum
Tujuan : secara objektif melaporkan rasa cemas berkurang
Kriteria Hasil :
1.      Klien mampu mengungkapkan perasaannya kepada perawat.
2.      Klien dapat mendemonstrasikan keterampilan pemecahan
masalahnya koping dan perubahan koping yang digunakan sesuai
situasi yang dihadapi.
3.      Klien dapat mencatat penurunan kecemasan/ketakutan di bawah
standar.
4.      Klien dapat rileks dan tidur/istirahat dengan baik.
Intervensi Rasional
Monitor respon fisik, seperti Digunakan dalam mengevaluasi
kelemahan, perubahan tanda derajat/tingkat
vital, dan gerakan yang kesadaran/konsentrasi, khususnya
berulang-ulang. Catat kesesuaian ketika melakukan komunikasi
respons verbal dan nonverbal verbal.
selama komunikasi.
Anjurkan klien dan keluarga Kesempatan diberikan pada klien
untuk mengungkapkan dan untuk mengekspresikan rasa
mengekspresikan rasa takutnya. takutdan kekhawatiran tentang akan
merasa malu akibat kurang kontrol
terhadap eliminasi usus. Ketakutan
akan rasa malu ini sering menjadi
masalah utama.
Catat redaksi dari klien atau Anggota keluarga dengan
keluarga. berikan kesempatan responnya padaa apa yang terjadi
untuk mendiskusikan dan kecemasannya dapat
perasaannya atau konsentrasinya disampaikan kepada perawat.
dan harapan masadepan.
Anjurkan aktivitas pengalihan Meningkatkan distraksi dari pikiran
perhatian sesuai kemampuan klien dengan kondisi sakit.
individu, seperti nonton TV.

Kurang pengetahuan mengenai penyakit, prognesis dan


kebutuhan pengobatan b/d kurangnya pemajanan, kesalahan
interprestasi informasi, keterbatasan kognitif.
Tujuan : Dalam waktu 1 x 24 jam klien mampu melaksanakan apa
yang telah di informasikan.
Kriteria Hasil :
1.      Klien mampu mengulang kembali informasi penting yang di berikan.
2.      Klien terlihat termotivasi terhadap informasi yang di jelaskan.
Intervensi Rasional
Kaji kemampuan klien untuk Keberhasilan proses pembelajaran
mengikuti pembelajaran (tingkat di pengaruhi oleh kesiapan fisik,
kecemasan, kelelahan umum, emosional dan lingkungan yang
pengetahuan klien sebelumnya kondusif.
dan suasana yang tepat).
Tinjau proses penyakit dan Memberikan pengetahuan dasar
harapan masa depan. dimana pasien membuat pilihan.
Berikan informasi mengenai Meningkatkan pemahaman dan
terapi obat-obatan, interaksi kerjasama dalam penyembuhan
obat, efek samping, dan ketaatan serta mengurangi kambuhnya
terhadap program. komplikasi
Diskusikan kebutuhan untuk Perlu untuk penyembuhan optimal
pemasukan nutrisional yang dan kesejahteraan umum.
tepat dan seimbang
Dorong periode istirahat dan Mencegah pemenatan,
aktivitas yang terjadwal penghematan energi dan
meningkatkan penyembuhan.
Tinjau perlunya kesehatan Membantu mengontrol pemajanan
pribadi dan kebersihan lingkungan dengan mengurangi
lingkungan jumlah penyebab penyakit yang
ada.
Tekankan pentingnya terapi Penggunaan terhadap pencegahan
antibiotik sesuai kebutuhan . terhadapinfeksi.

4.      Implementasi
Sesuai dengan intervensi
5.      Evaluasi
Hasil yang di harapkan pada asuhan keperawatan pada anak dengan malaria meliputi :
a)      Penurunan suhu tubuh
b)      Terpenuhinya perfusi jaringan
c)      Tidak terjadi gangguan elektrolit
d)     Terpenuhinya kebutuhan nutrisi
e)      Tidak terjadi infeksi
f)       Tidak mengeluh nyeri dan peningkatan perasaan nyaman
g)      Kecemasan berkurang atau teradaptasi
h)      Terpenuhinya kebutuhan pengetahuan individu.

BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Malaria adalah suatu penyakit infeksi yang menginvasi sistem hematologi melalui
vektor nyamuk yang terinfeksi protozoa plasmodium. (Arif Muttaqin, dkk, 2011)
Malaria adalah penyakit yang bersifat akut maupun kronik yang disebabkan oleh
protozoa genus plasmodium yang ditandai dengan demam, anemia dan splenomegali
(Mansjoer, 2001, hal 406).
Malaria adalah infeksi parasit pada sel darah merah yang disebabkan oleh suatu
protozoa spesies plasmodium yang ditularkan kepada manusia melalui air liur nyamuk
(Corwin, 2000, hal 125).
Terdapat lima spesies paling umum yang memberikan pengaruh cedera terhadap
manusia (fernandez, 2009), yaitu sebagai berikut.
1.      Plasmodium Falcifarum
2.      Plasmodium Vivax
3.      Plasmodium Ovale
4.      Plasmodium Malariae
5.      Plasmodium Knowlesi
Plasmodium Knowlesi, baru-baru ini di identifikasi di Asia tenggara sebagai patogen
bermakna secara klinis pada amanusia (Cox-Singh, 2008) (Arif Muttaqin, dkk, 2011).
Sesuai dengan penyebab malaria di bedakan berdasarkan jenis plasmodiumnya. (Arif
Muttaqin, dkk, 2011)
Pasien malaria biasanya memperoleh infeksi di daerah endemik
melaluigigitan nyamuk. Vektor, spesies nyamuk Anopheles, melewati plasmodia, yang
terkandung dalam air liur masuk ke dalam tubuh manusia saat nyamuk tersebut menghisap
darah.
Hasil infeksi tergantung pada imunitas host. Individu dengan kekebalandapat
secara spontan menghapus parasit. Pada mereka yang tidak memiliki kekebalan,
parasit, memperluas infeksi. Sejumlah kecil parasit menjadigametocytes, yang mengalami
reproduks, seksual ketika diisap oleh nyamuk. Hal ini dapat berkembang menjadi infeksi
sporozoites. yang terus berkembang menjadi siklus transmisi baru setelah menggigit ke dalam
host baru. Secara garis besar semua jenis plasmodium memiliki siklus hidup yang sama yaitu
tetapsebagian di tubuh manusia dan sebagian di tubuh nyamuk.
B.     Saran
Diharapkan oleh penulis adalah penulis lebih memahami prosester jadinya
penyakit malaria pada anak, penyebab, klasifikasi, tanda dan gejala sampai pengobatan yang
tepat sesuai dengan keadaan penyakit klien dan rasional sesuaidengan fakta yang ada. Selain
itu diharapkan dengan adanya makalah ini dapatmembantu teman-teman dalam mengenal dan
memahami penyakit malaria secaramenyeluruh.
BAB IV

TINJAUAN KASUS

Pengkajian

Diagnosa medik : malaria


Ruangan : poli anak

Tgl masuk : 23 – 01 – 07

Tgl pengkajian : 23 – 01 – 07

II . BIODATA

1. Identitas klien

 Nama : An .R

 Umur : 4 tahun

 Jenis kel amin : laki – laki

 Agama : islam

 Pendidikan : -

 Alamat : Jln Jend. Nasution

2. Identitas orang tua

 Ayah

Nama : Tn . D

Usia : 42 tahun

Jenis kelamin : laki-laki

Agama : islam

Pendidikan : D3

Pekerjaan : PNS

Suku / bangsa : Tolaki/ indonesia


Hubungan dengan klien : Ayah kandung

Alamat : Jln Jend. Nasution

 Ibu

Nama : Ny M

Usia : 37 tahun

Jenis kelamin : perempuan

Agama : islam

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : wiraswasta

Suku / bangsa : Tolaki / Indonesia

Hubungan dengan klien : Ibu kandung

Alamat : Jend. Nasution

 Identitas saudara kandung

No Identitas saudara Usia Hubungan Status kes


kandung
1 An . Oni 18 tahun Kakak kandung Sehat

2 An . agus 15 tahun Kakak kandung Sehat

3 An . Rani 12 tahun Kakak kandung Sehat

II . Riwayat kesehatan.

A. Keluhan utama : panas

Waktu timbulnya penya, : kira – kira 6 hari yang lalu dan berhenti 2 hari setelah itu
timbul Lagi.sering timbul pada waktu siang dan malam.
Awal munulnya : ibu klien mengatakan panas dan kemudian 2 hari yang lalu

muntah

keadaan waktu dikaji : klien tampak lemas mual – mual suhu tubuh 39 C

B . Riwayat kesehatan keluarga :

Ibu klien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit keturunan
dalam keluarga.

Riwayat Imunisasi.

Ibu klien mengatakan anaknya mendapatkan imunisasi di posyandu tempat


tinggal klien.

Jenis imunisasi yang sudah didapat klien adalah : BCG , DPT , polio ,campak
dengan waktu pemberian tepat sesuai usia namun ibu klien tidak ingat setiap jenis
imunisasi.

Riwayat pertumbuhan dan perkembangan

 Pertumbuhan fisik anak.

Berat badan : 12 kg

Panjang badan lahir : -

Usia mulai timbul gigi 8 bulan jumlah gigi 20 buah.

 Perkembangan anak..

Dari hasil anamnese dengan ibu klien mulai berguling dada usia 5 bulan duduk
pada usia 8 bulan merangkak pada usia 9 setengah bulan berdiri pada usia 12
bulan, mulai berjalan pada usia 13 bulan , dan mulai berbicara pada usia 15 bulan.

Riwayat nutrisi.
 Pemberian ASI.

Anak pertama kali diberi ASI sejak 3 hari dan cara pemberiannya anak
dibaringkan.lamanya pemberian tidak menentu.asi di berikan sampai seusia 2
tahun.ibu juga memberikan susu formula pada kepada klien.pemberian susu dalam
sehari _+ 4 gelas (1800 cc ).

 Pemberian makanan tambahan.

Pertama kali diberikan makanan tambahan pada usia 4 bulan preminasun nestle
beras merah. Lama pemberian berupa promina sun nestle beras merah usia 5
bulan.

Riwayat psikososial

Berdasarkan anamnese dengan ibu klien di dapat : klien tinggal bersama orang tua
letak rumah klien ditengah kota dan jauh dari sekolah.

Aktivitas sehari – hari.

1. pola nutrisi.

 Selera makan : selera makan klien baik.

 Menu makan ; nasi + ikan + sayur . klien makan 3X dalam sehari.

 Cara makan klien : klien makan sendiri.

Perubahan ; klien selama sakit,ibu klien mengatakan selera makan anaknya


berkurang. Porsi makannya selalu tidak dihabiskan.

2. pola cairan

 .jenis minuman yang dikomsumsi : susu

 Frekwensi minum +_3 gelas (1900 cc )

Perubahan selama sakit tidak ada perubahan.


3. pola eliminasi.

 BAB

Frekwensi 1 kali sehari.

Konsistensi lunak

 BAK

Frekwensi 4 – 5 kali sehari

Perubahan selama sakit klien mengatakan kadang dalam 1 hari tidak BAB. BAK klien
selama sakit tidak ada perubahan.

4. pola istrahat tidur.

 Tidur siang dari jam 13.00 -15.00 (2 jam)

 Tidur malam dari jam 20.00-06.00 (10 jam)

Perubahan selama klien sakit:ibu klien klien mengatakan waktu tidur sering terjaga
dan gelisah.

5. pola personal hyegiene.

 Mandi 2-3 kali sehari.

 Cuci rambut dangan memakai sahmpo 2 kali dalam seminggu.

 Menggunting kuku bila panjang

Perubahan selama klien sakit : ibu klien mengatakan selama sakit klien jarang
dimandikan hanya menglap badannya dengan handuk basah.

Pemeriksaan fisik.

1. keadaan umum
 Klien tampak gelisah , pakaian klien rapi dan bersih

2 tanda tanda vital

 Suhu tubuh :39 C

 Denyut nadi : 120 dpm

 Pernapasan : -

3 kepala

 Bentuk kepala oval.

 Kulit kepala bersih

4 rambut

 Hitam lurus , tummbuhnya merata.

5 hidung dan telinga

 Bentuk lubang hidung kiri dan kanan simetris.tidak ada cairan dan tidak ada
infeksi pada lubang telinga.

6 mata

 Sclera tidak ikterus , konjungtiva tidak anemis.bala mata simetris

7 mulut dan gigi

 Bentuk datar, atas`dan bawah simetris, bibir anak kering, tidak ada karies,
jumlah gigi 20 buah, tidak ada peradamgan pada tonsil.

8 leher

 Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid.

9 thoraks
 Bentuk simetris kiri dan kanan pergerakan simetris.

10 abdomen

 Tidak ada kelainan (benjolan)

11. ekstermitas

 Koordinasi gerak baik.

IX. Data penunjang.

Pemeriksaan laboratorium : anemia.

PENGUMPULAN DATA

 Ibu klien mengatakan cemas.

 Suhu tubuh 39 C

 Denyut nadi 120 dpm

 Berat badan 15 kg

 Ibu klien mengatakan panas

 Klien tampak lemas

 Anoreksia

 Mengigil

 BB menurun

 Anak tampak gelisah dan lemah

 Mual

 Pada pemeriksaan DDR positif


 Ibu klien mengatakan selera makannya menurun

 Panas saat dipalpasi

 Orang tua klien sering bertanya

KLASIFIKASI DATA

DS :

 Ibu klien mengatakan anaknya panas

 Ibu klien mengatakan cemas

 Ibu klien mengatakan anaknya mual muntah

 Ibu klien mengatakan anaknya kurang nafsu makan.

Do :

 Anoreksia

 Mengigil

 Anak tampak gelisah dan lemah

 Pada pemeriksaan DDR positif

 Denyut nadi 120 dpm

 Suhu tubuh 39 C

 Berat badan 15 kg

 Panas saat palpasi

ANALISA DATA
N SYIMPTOM ETIOLOGI PROBLEM
O
1 Ds : tubuh t’infeksi Hipertermi

Ibu klien mengatakan reaksi inflamasi


anaknya panas.
P produksi leukosit
Do :
Memfagosit MO
Suhu tubuh 39 C
Leukosit mati
Denyut nadi 120 dpm
MO mlpskn pirogen, interleukin II
Mengigil
Ke hipotalamus
Anak tampak gelisah
Meningkatkan thermostat set paint
Panas saat palpasi
Hipertermi
2 Ds : Parasit Plasmodium Nutrisi kurang
dari kebutuhan
Ibu klien mengatakan Masuk mll darah host
tubuh
anaknya mual
oleh gigitan anopheles
Do :
menybr sal. Pncrnaan
Berat badan 13 kg.
pe sekresi enzim2 sal.cerna
Berat badan menurun
Pe asam lambung
Anoreksia
Perasaan mual dan muntah

(anoreksia)

Intake nutrisi menurun/kurang

Nutrisi (-) dari kebutuhan tubuh


3 Ds : Hospitalisasi Kecemasan
orang tua
Ibu klien mengatakan Informasi in adekuat
cemas
Koping keluarga tdk efektif
Do ;
Kecemasan orang tua
Orang tua klien
nampak cemas.

Orang tua klien


sering bertanya

DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Hipertermi yang berhubungan dengan proses inflamasi ditandai dengan :

Ds :

Ibu klien mengatakan anaknya panas.

Do :

 Suhu tubuh 39 C

 Denyut nadi 120 dpm

 Mengigil

 Anak tampak gelisah

 Panas saat palpasi

2.Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan intake yang inadekuat
ditandai dengan :

Ds :

Ibu klien mengatakan anaknya mual


Do :

 Berat badan 13 kg.

 Berat badan menurun

 Anoreksia

3.Kecemasan orang tua yang berhubungan dengan informasi in adekuat

ditandai dengan :

Ds :

Ibu klien mengatakan cemas

Do ;

Orang tua klien nampak cemas.

Orang tua klien sering bertanya

RENCANA ASUHAN KEPEREWATAN

Nama : An . R diagnosa : malaria

Umur : 4 tahun alamat : Jln. Nasution

N DIAGNOSA RENCANA KEPERAWATAN RASIONAL


O
TUJUAN INTERVENSI
1 2 3 4 5
1 Hipertermi yang Klien akan 1. kaji vital sign  Untuk
berhubungan menunjukan mengklasifikas
dengan proses suhu tubuh ikan intervensi
2. Pantau suhu pasien
inflamasi ditandai dalam batas selanjutnya
(derajat dan pola),
dengan : normal
perhatikan menggigil.  Hipertermi
dengan
Ds : menunjukan
criteria :
3. anjurkan pada klien untuk
proses penyakit
Ibu klien kompres hangat pada
-Suhu tubuh infeksius akut.
mengatakan daerah dahi dan ketiak
36 -37 C Pola demam
anaknya panas.
menunjukkan
4. anjurkan pada ibu klien
-Klien tidak
diagnosis.
Do : untuk memakaikan
gelisah
pakaian tipis yang mudah
 Menimbulkan
-Suhu tubuh 39 C
menyerap keringat
evek
-Denyut nadi 120 vasodelatasi
5. anjurkan pada klien untuk
dpm vaskularisasi
memberikan anaknya
sehingga
banyak minum
Mengigil
mempercepat
6. kolaborasi dengan tim proses
-Anak tampak
medis untuk pemberian evaporasi dan
gelisah
anti biotic dan anti menurunkan
-Panas saat piuretik. panas.
palpasi
 Memberikan
rasa nyanman
pada klien

 Untuk
perubahan
cairan dan
mempercepat
penurunan
panas

 Pemberian obat
mempercepat
penyembuhan
penyakit.
2 Nutrisi kurang Klien 1. Kaji riwayat nutrisi, termasuk  mengawasi
akan
dari menunjukan makanan yang disukai. masukan kalori
kebutuhantubuh tanda-tanda Observasi dan catat atau kualitas
yang kebutuhan masukan makanan klien kekeurangan
berhubungan nutrisi yang konsumsi
2. Anjurkan pada ibu klien
dengan intake adekuat makanan
untuk memberikan makanan
yang inadekuat dengan
sedikit tapi sering  Porsi yang kecil
ditandaidengan : criteria :
tapi sering,
3. beri HE ttg pentingnya nutrisi
Ds : -selera makan membantu
yang adekuat bagi tubuh.
klien dalam
-Ibu klien
meningkat memenuhi
4. Pertahankan jadwal
mengatakan
nutrisi yang
penimbangan berat badan
anaknya mual -BB dalam
adekuat.
secara teratur.
batas normal
Do :
 Untuk
5. Observasi dan catat kejadian
membantu
-Berat badan 13 mual/ muntah, dan gejala
pasien
kg. lain yang berhubungan
memahami
-Berat badan 6. Diskusikan yang disukai pentingnya
menurun klien dan masukan dalam nutrisi bg
diet murni. tubuh
-Anoreksia
7. kolaborasi rujuk atau  Mengawasi
konsultasi dengan ahli gizi. penurunan
berat badan
atau efektifitas
nitervensi
nutrisi

 Gejala GI dapat
menunjukan
efek anemia
(hipoksia) pada
organ

 Dapat
meningkatkan
masukan,
meningkatkan
rasa
berpartisipasi/
control

 Perlu bantuan
dalam
perencanaan
diet yang
memenuhi
kebutuhan
nutrisi
3 Kecemasanorang Kecemasan 5.kaji tingkat kecemasan  Menentukan
tua yang orang tua orang tua. intervensi
berhubungan hilang atau dini
6.dorong dan anjurkan
dengan berkurang
pada ibu klien untuk  Memberikan
ketidaktahuan dengan
mengungkapkan rasa nyaman
tentang masalah criteria :
perasaannya setelah
ditandai dengan :
Ibu klien mengungkap
7.berukan support
Ds : mengerti kan masalah.
mental pada ibu
terhadap
Ibu klien klien  Support
penjelasan
mengatakan mental dapat
yang
8.berikan HE pada ibu
cemas membuat ibu
diberikan.
klien ttg penyakit
lebih rileks
Do ; anaknya.
Ekspresiwaja
 Meningkatka
-Orang tua klien h klien n
nampak cemas. nampak pengetahuan
tenang. kepada klien
-Orang tua klien
untuk
sering bertanya
mengurangi
kecemasan
klien.

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN

N0 TGL DX JAM IMPLEMENTASI PARAF JAM EVALUASI


1 2 3 4 5 6 7 8
1 24/01/0 1 08.00 1. mengkaji vital sign S : ibu klien
7 mengatakan mengerti
2. memantau suhu
/ paham dengan apa
pasien (derajat dan
yang dijelaskan
pola), perhatikan
/dianjurkan
menggigil.
0 : ibu klien tampak
3. menganjurkan pada
tenang dan rileks.
klien untuk
kompres hangat A :tujuan tercapai.
pada daerah dahi
P : pertahankan dan
dan ketiak
lanjutkan intervensi.
4. menganjurkan pada
ibu klien untuk
memakaikan
pakaian tipis yang
mudah menyerap
keringat

5. menganjurkan pada
klien untuk
memberikan
anaknya banyak
minum

6. mengkolaborasikan
dengan tim medis
untuk pemberian
anti biotic dan anti
piuretik
2 24/01/0 08.45 1. mengkaji riwayat S : ibu klien
7 nutrisi, termasuk menyatakan
makanan yang mengerti/paham
disukai. Observasi dengan apa yang
dan catat masukan dijelaskan/dianjurkan.
makanan klien
O : ibu klien nampak
2. menganjurkan tenang
pada ibu klien
A : tujuan tercapai.
untuk memberikan
makanan sedikit
P : pertahankan dan
tapi sering
lanjutkan intervensi.

3. memberi HE ttg
pentingnya nutrisi
yang adekuat bagi
tubuh.

4. mempertahankan
jadwal
penimbangan berat
badan secara
teratur.

5. mengobservasi dan
catat kejadian
mual/ muntah, dan
gejala lain yang
berhubungan

6. mendiskusikan
yang disukai klien
dan masukan
dalam diet murni.

7. mengkolaborasi
rujuk atau
konsultasi dengan
ahli gizi.
3 24/01/0 10.30 1. mengkaji tingkat S : ibu klien
7 kecemasan orang mengatakan sedikit
tua. lega

2. mendorong dan 0 : ibu klien nampak


anjurkan pada ibu tenang dan rileks
klien untuk
A : tujuan tercapai.
mengungkapkan
perasaannya
P : intervensi
dihentikan.
3. memberikan
support mental
pada ibu klien

4. memberikan HE
pada ibu klien ttg
penyakit anaknya
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Adapun kesimpulan dari pembuatan makalah ini yaitu :

a. Malaria adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh parasit dari
genus Plasmodium, yang ditularkan melalui gigitan nyamuk anopheles
dengan gambaran penyakit berupa demam yang sering periodik, anemia,
pembesaran limpa dan berbagai kumpulan gejala oleh karena pengaruhnya
pada beberapa organ misalnya otak, hati dan ginjal
b. Manifestasi Klinik yaitu Meriang ,Panas dingin ,Keringat dingin ,Kejang-
kejangPerasaan lemas, tidak nafsu makan, sakit pada tulang dan sendi.

c. Diagnose keperawatan yaitu Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh


Resiko tinggi terhadap infeksi ,Hipertermia,Kurang pengetahuan,
Kecemasan orang tua

d. Diagnosa dalam kasus yaitu Hipertermia, Perubahan nutrisi kurang dari


kebutuhan tubuh, dan Kecemasan orang tua

B. Saran

Dari kesimpulan diatas maka kelompok kami dapat mengambil kesimpulan


bahwa Penyakit ini sangat dipengaruhi oleh kondisi-kondisi lingkungan yang
memungkinkan nyamuk untuk berkembangbiak dan berpotensi melakukan
kontak dengan manusia dan menularkan parasit malaria. Oleh karena itu,
marilah kiat memodifikasi lingkungan dengan baik

Anda mungkin juga menyukai