DI SUSUN OLEH :
A. Latar Belakang
Malaria merupakan penyakit yang terdapat di daerah Tropis. Penyakit ini sangat
dipengaruhi oleh kondisi-kondisi lingkungan yang memungkinkan nyamuk untuk
berkembangbiak dan berpotensi melakukan kontak dengan manusia dan menularkan parasit
malaria. Contoh faktor-faktor lingkungan itu antara lain hujan, suhu, kelembaban, arah dan
kecepatan angin, ketinggian. Salah satu faktor lingkungan yang juga mempengaruhi
peningkatan kasus malaria adalah penggundulan hutan, terutama hutan-hutan bakau di
pinggir pantai. Akibat rusaknya lingkungan ini, nyamuk yang umumnya hanya tinggal di
hutan, dapat berpindah di pemukiman manusia, kerusakan hutan bakau dapat menghilangkan
musuh-musuh alami nyamuk sehingga kepadatan nyamuk menjadi tidak terkontrol.
Malaria masih merupakan masalah penyakit endemik di wilayah Indonesia Timur
khususnya NusaTenggara Barat. Salah satu masalah yang dihadapi adalah kesulitan
mendiagnosis secara cepat dan tepat. Berdasarkan hasil evaluasi Program Pemantapan Mutu
Eksternal Laboratorium Kesehatan pada pemeriksaan mikroskopis malaria, yang dilakukan
oleh Balai Laboratorium Kesehatan Mataram, dari 19 laboratorium di NTB yang
mengevaluasi menggunakan preparat positif malaria, hanya 79% peteknik laboratorium yang
dapat membaca preparat dengan benar. Kepentingan untuk mendapatkan diagnosis yang
cepat pada penderita yang diduga menderita malaria merupakan tantangan untuk
mendapatkan uji/metode laboratorik yang tepat, cepat, sensitif, mudah dilakukan, serta
ekonomis.
Peranan keendemikan (endemisitas) malaria, migrasi penduduk yang cepat, serta
berpindah-pindah (traveling) dari daerah endemis, secara tidak langsung mempengaruhi
masalah diagnostik laboratorik maupun terapi malaria. Perubahan gambaran morfologi
parasit malaria, serta variasi galur (strain), yang kemungkinan disebabkan oleh pemakaian
obat antimalaria secara tidak tepat (irasional), membuat masalah semakin sulit terpecahkan
bila hanya mengandalkan teknik diagnosis mikroskopis.
Ditambah lagi rendahnya mutu mikroskop dan pereaksi (reagen) serta kurang
terlatihnya tenaga pemeriksa, menimbulkan kendala dalam memeriksa parasit malaria secara
mikroskopis yang selama ini merupakan standar emas (gold standard) pemeriksaan
laboratoris malaria.
Penelitian terbaru telah mengembangkan metode diagnostik yang dapat
diperbandingkan dengan metode yang lazim (konvensional). WHO bersama para ilmuwan,
ahli laboratorik, serta peklinik mengembangkan alat uji diagnostik cepat (Rapid Diagnostic
Test/RDTs) yang mudah dilakukan, tepat, sensitif, dan sesuai biaya (cost-effective).
Sebagian besar RDTs malaria menggunakan asas imunokromatografi yang
menggunakan antibodi monoklonal yaitu HRP-2 (Histidine Rich Protein) untuk Plasmodium
falciparum dan pLDH (parasite Lactate Dehydrogenase) untuk mengetahui Plasmodium
vivax sebagai indikator infeksi.
Ada beberapa antigen malaria yang dapat digunakan sebagai sasaran (target)
pemeriksaan ini, yaitu: HRP-2, pLDH, dan Plasmodium aldolase. HRP-2 adalah protein larut
air yang dihasilkan pada tahap aseksual dan gametositPlasmodium falciparum dan
dikeluartekankan (diekspresikan) di membran sel eritrosit. HRP-2 banyak dihasilkan
oleh Plasmodium falciparum, sehingga merupakan sasaran (target) antigen utama dalam
membuat uji diagnostik cepat malaria. pLDH adalah enzim glikolitik di Plasmodium sp, yang
dihasilkan pada tahap seksual dan aseksual parasit.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hasil uji diagnostik metode
imunokromatografi diperbandingkan dengan pemeriksaan laboratorik mikroskopis malaria.
Diharapkan hasil penelitian ini dapat berguna dan memberikan sumbangan serta masukan
bagi perkembangan teknologi diagnostik laboratoris malaria.
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui asuhan keperawatan gangguan sistem pencernaan pada anak dengan
malaria.
2. Tujuan Khusus
a. Agar mahasiswa mampu melakukan tindakan pengkajian pada kliendengan malaria.
c. Agar mahasiswa mampu melakukan tindakan evaluasi pada klien dengan malaria.
C. Manfaat
Manfaat yang diharapkan oleh penulis pada anak dengan malaria adalah sebagai berikut
:
1. Untuk masyarakat : sebagai bahan informasi untuk menambah pengetahuan kesehatan
2. Untuk Mahasiswa : di harapkan makalah ini dapat bermanfaat sebagai bahan pembanding
tugas serupa.
3. Untuk Insatansi : agar tercapainya tingkat kepuasan kerja yang optimal
4. Untuk tenaga kesehatan : makalh ini bisa di jadikan bahan acuan untuk melakuakan
tindakan asuhan keperawatan pada kasus yang serupa.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3. Jenis-jenis Malaria
Sesuai dengan penyebab malaria di bedakan berdasarkan jenis plasmodiumnya. (Arif
Muttaqin, dkk, 2011)
JENIS MALARIA
Jenis Penyebab Klinis
Malaria Plasmodium Malaria tropika adalah jenis malaria
Tropika Falcifarum yang paling berat, di tandai dengan
panas yang iriguler, anemia,
splenomogali, parasitemia, dan sering
terjadi komplikasi. Masa inkubasi 9-14
hari. Malaria ini menyerang semua
bentuk eritrosit. Plasmodium
Falcifarum menyerang sel darah
merah seumur hidup. Infeksi
plasmodium falcifarum sering sekali
menyebabkan sel darah merah yang
mengandung parasit menghasilkan
banyak tonjolan untuk melekat pada
lapisan endotel dinding kapiler dengan
akibat obstruksi trombosis dan
iskemik lokal. Infeksi ini sering kali
lebih berat dan infeksi lainnya dengan
angka komplikasi tinggi (Murphy,
1996)
Malaria Plasmodium Plasmodium malariae mempunyai
Kwartana malariae tropozoit yang serupa dengan
plasmodium vivak, lebih kecil dan
sitoplasmanya lebih kompak/lebih
biru.tropozoit matur mempunyai
granula coklat tua sampia hitam dan
terkadang mengumpul sampai
terbentuk pita. Skizon plasmodium
malariae mempunyai 8-10 merozoit
yang tersusun seperti kelopak
bunga/rosate. Bentuk gametosit sangat
mirip dengan plasmodium vivax tetapi
lebih kecil. (Cunha, 2008)
Ciri-ciri demam tiga hari sekali setelah
puncak 48 jam. Gejala lain adalah
nyeri pada kepala dan punggung,
mual, pembesaran limpa, dan melaise
umum. Komplikasi jarang terjadi,
namun dapat terjadi seperti sindrome
nefrotik dan komplikasi terhadap
ginjal lainnya. Pada pemeriksaan akan
di temukan edema, asites, proteinuria,
hipoproteinemia, tanpa uremia dan
hipertensi (Dorsey, 2000)
Malaria Plasmodium Malaria tersiana (plasmodium Ovale)
Ovale Ovale bentuknya mirip plasmodium
malariae, skizonnya hanya mempunyai
8 merozoid dengan masa pigmen
hitam di tengah. Karakteristik yang
dapat di pakai untuk identifikasi
adalah bentuk eritrosit yang terinfeksi
plasmodium ovale dimana biasanya
oval atau ireguler dan fibriated.
Malaria ovale merupakan bentuk yang
paling ringan dari semua bentuk
malaria yang di sebabkan oleh
plasmodium ovale. Masa inkubasi 11-
16 hari, walaupun priode laten sampai
4 tahun. Serangan proksismal 3-4 hari
dan jarang terjadi lebih dari 10 kali
walaupun tanpa terapi dan terjadi pada
amalam hari ( Busch, 2003)
Malaria Plasmodium Malaria tersiana (plasmodium vivax)
Tersiana Vivax biasanya menginfeksi eritrosit muda
yang diameternya lebih besar dari
eritrosit noramal, bentuknya mirip
dengan plasmodium falcifarum,
namun seiring dengan maturasi,
tropozoid vivax berubah menjadi
amoeboid. Terjadi atas 12-24
merozoid ovale dan pigment kuning
tengguli. Gametosit berbentuk aval
hampir memenuhi seluruh eritrosit,
kromatinin eksternis, pigmen kuning.
Gejala malaria jenis ini secara periodik
48 jam dengan gejala klasik trias
malaria dan mengakibatkan demam
berkala 4 hari sekali dengan puncak
demam 72 jam (karmona, 2009).
Kondisi masuknya sporozit ke dalam tubuh manusia, maka akan terjadi siklus malaria
yang terdiri atas siklus eksoeritrosit, siklus eritrosit, dan siklus sporogonik (CDC, 2009).
a. Siklus eksoeritrosit.
Siklus ini terjadi di dalam tubuh manusia dan terjadi di dalam hati. Penularan terjadi
bila nyamuk betina yang terinfeksi parasit, menyengat manusia dan dengan ludahnya
memasukkan sporozoit ke dalam peredaran darah yang untuk selanjutnya bermukim pada sel
hepatosit di parenkim hati. Parasit tumbuh dan mengalami pembelahan. Setelah 6-9 hari
skizon menjadi dewasa dan pecah dengan melepaskan beribu-ribu merozoit. Sebagian
merozoit memasuki sel-sel darah merah dan berkembang di sini menjadi trofozoit. Sebagian
lainnya memasuki jaringan lain, antara lain limpa atau diam di hati. Dalam waktu 48-72 jam,
sel-sel darah merah pecah dan merozoit yang dilepaskan dapat memasuki siklus dimulai
kembali.
b. Siklus eritrosit.
Fase eritrosit dimulai dan merozoid dalam darah menyerang eritrosit membentuk
tropozoid. Proses berlanjut menjadi trofozoit-skizonmerozoit. Setelah 2-3 generasi merozoit
dibentuk, sebagian merozoit berubah menjadi bentuk seksual. Masa antara permulaan infeksi
sampai ditemukannya parasit dalam darah tepi adalah masa prapaten, sedangkan masa tunas
dimulai dari masuknya sporozoit dalam badan hospes sampai timbulnya gejala klinis demam.
c. Siklus sporogonik.
Siklus ini terjadi di dalam tubuh nyamuk (sporogoni). Setelah beberapa siklus,
sebagian merozoit di dalam eritrosit dapat berkembang menjadi bentuk-bentuk seksual
jantan dan betina. Gametosit ini tidak akan berkembang lalu mati bila tidak
diisap olehAnopheles betina. Di dalam lambung nyamuk terjadi penggabungan dari
gametosit jantan dan betina menjadi zigot, yang kemudian melakukan penetrasi pada dinding
lambung dan berkembang menjadi okista. Dalam waktu 3 minggu, sporozoit kecil akan
memasuki kelenjar ludah nyamuk.
Di dalam vaskular, protozoa bereplikasi di dalam sel dan menginduksi sitolisis sel
darah merah menyebabkan pelepasan produk metabolik toksik ke dalam aliran darah
dan memberikan gejala, seperti menggigil, sakit kepala, mialgia, dan malaise. Kondisi ini
terjadi dalam siklus eritrosit. Parasit juga dapat menyebabkan ikterus dan
anemia. Plasmodium. falciparum merupakan jenis yang paling berbahaya dari lima spesies
plasmodium karena dapat menyebabkan gagal ginjal, koma, dan kematian. Kematian akibat
malaria dapat dicegah. jika perawatan yang tepat dicari dan diimplementasikan.
Plasmodium vivax dan Plasmodium ovale dapat menghasilkan bentuk yang tidak
aktif tetapi masih tetap ada dalam hati orang yang terinfeksi dan muncul di lain waktu.
Parasit memperoleh energi mereka semata-mata dari glukosa dan mereka
mencernanya 70 kali lebih cepat dari sel darah merah yang mereka tempati sehingga
menyebabkan insufisiensi insulin (Gambar 2.2) yang akan memberikan manifestasi
penurunan intake glukosa jaringan. Kondisi ini akan memberikan dampak terhadap
hipoglikemia intrasel dan ekstrasel.
Hipoglikemia intrasel akan dilanjutkan dengan respons peningkatan glukogenesis dan
glukoneogenesis yang memberikan manifestasi pemecahan lemak dan perubahan sintesis
protein. Peningkatan pemecahan lemak akan meningkatkan produksi keton yang juga akan
meningkatkan risiko terjadinya ketoasidosis diabetikum. Perubahan sintesis protein akan
meningkatkan risiko kaheksia, letargi, dan terjadi penurunan gama globulin yang juga
meningkatkan risiko infeksi akibat kerusakan jaringan kulit.
Pada hipoglikemi ekstrasel akan memberikan manifestasi peningkatan osmotik
plasma dan peningkatan pengeluaran glukosa oleh ginjal. Pada kondisi peningkatan osmotik
plasma akan terjadi dehidrasi sel yang berlanjut pada koma hiperglikemi. Respons dari
peningkatan pengeluaran glukosa oleh ginjal akan menyebabkan diuresis osmotik dengan
manifestasi poliuri, polidipsi, hipokalemi, dan hiponatremi.
Plasmodia juga menyebabkan lisis dari sel darah merah (baik yang terinfeksi dan yang
tidak terinfeksi), penekanan proses hematopoiesis, dan peningkatan pembersihan sel darah
merah oleh limpa yang menyebabkan kondisi anemia serta splenomegali. Seiring waktu,
malaria dan infeksi juga dapat menyebabkan trombositopenia.
Kondisi malaria akan memberikan berbagai masalah keperawatan yang muncul pada
pasien (Gambar 2.3) dan memberikan implikasi pada asuhan keperawatan. Masalah
keperawatan yang muncul berhubungan dengan pelepasan produk metabolik toksik ke dalam
aliran darah yang memberikan berbagai manifestasi pada respons sistemik, respons intestinal,
respons sistem saraf pusat, respons kardiorespirasi, dan muskuloskeletal.
8. Komplikasi
Komplikasi yang lazim terjadi pada malaria terutama yang disebabkan
oleh Plasmodium falcifarum adalah sebagai berikut.
a. Koma (malaria serebral).
Koma pada malaria meliputi kondisi penurunan kesadaran, perubahan status mental,
dan kejang. Kondisi koma malaria merupakan kondisi paling umum yang menyebabkan
kematian pada pasien dengan penyakit malaria. Jika tidak diobati, komplikasi ini sangat
mematikan. Gejala malaria serebral mirip dengan ensefalopati toksik.
b. Kejang (sekunder baik untuk hipoglikemia atau serebral malaria).
c. Gagal ginjal akut.
Sebanyak 30% dari orang dewasa yang terinfeksi denganPlasmodium
falciparum menderita gagal ginjal akut (Hanson, 2009).
d. Hipoglikemia.
e. Hemoglobinuria (blackwater fever).
Kondisi hemoglobinuria ditandai dengan urine sangat gelap yang merupakan
manifestasi dari hemolisis, hemoglobinemia yang berlanjut pada hemoglobinuria dan
hemozoinuria.
f. ARDS, edema paru nonkardiogenik.
Kondisi ini paling sering terjadi pada wanita hamil dan menyebabkan kematian pada
80% pasien (Perez-Jorge, 2009). •
g. Anemia.
h. Pendarahan (koagulopati).
9. Manifestasi Klinis
a. Plasmodium vivax ( malaria tertiana )
1) Meriang
2) Panas dingin menggigil/ demam ( 8 sampai 12 jam, dapat terjadi dua hari sekali setelah
gejala pertama terjadi dapat terjadi selama 2 minggu setelah infeksi)
3) Keringat dingin
4) Kejang-kejang
5) Perasaan lemas, tidak nafsu makan, sakit pada tulang dan sendi.
b. Plasmodium falcifarum ( malaria tropika )
1) Meriang
2) Panas dingin menggigil/ demam ( lebih dari 12 jam, dapat terjadi dua hari sekali setelah
gejala pertama terjadi dapat terjadi selama 2 miggu setelah infeksi)
3) Keringat dingin
4) Kejang-kejang
5) Perasaan lemas, tidak nafsu makan, sakit pada tulang dan sendi.
c. Plasmodium malariae ( malaria kuartana )
1) Meriang
2) Panas dingin menggigil/ demam ( gejala pertama tidak terjadi antara 18 sampai 40 hari
setelah infeksi terjadi. Gejala tersebut kemudian akan terulang kembali setiap 3 hari )
3) Keringat dingin
4) Kejang-kejang
5) Perasaan lemas, tidak nafsu makan, sakit pada tulang dan sendi
d. Plasmodium ovale ( jarang ditemukan ).
Dimana manifestasi klinisnya mirip malaria tertiana :
1) Meriang
2) Panas dingin menggigil/ demam ( 8 sampai 12 jam, dapat terjadi dua hari sekali setelah
gejala pertama terjadi dapat terjadi selama 2 minggu setelah infeksi)
3) Keringat dingin
4) Kejang-kejang
5) Perasaan lemas, tidak nafsu makan, sakit pada tulang dan sendi.
11. Pemeriksaan diagnostik
a. Pemeriksaan mikroskopis malaria
Diagnosis malaria sebagai mana penyakit pada umumnya didasarkan pada
manifestasi klinis (termasuk anamnesis), uji imunoserologis dan ditemukannya parasit
(plasmodium) di dalam penderita. Uji imunoserologis yang dirancang dengan bermacam-
macam target dianjurkan sebagai pelengkap pemeriksaan mikroskopis dalam menunjang
diagnosis malaria atau ditujukan untuk survey epidemiologi di mana pemeriksaan mikrokopis
tidak dapat dilakukan.
Diagnosis definitif demam malaria ditegakan dengan ditemukanya parasit
plasmodium dalam darah penderita. Pemeriksaan mikrokropis satu kali yang memberi hasil
negatif tidak menyingkirkan diagnosis deman malaria. Untuk itu diperlukan pemeriksaan
serial dengan interval antara pemeriksaan satu hari.
Pemeriksaan mikroskropis membutuhkan syarat-syarat tertentu agar mempunyai
nilai diagnostik yang tinggi (sensitivitas dan spesifisitas mencapai 100%).
1) Waktu pengambilan sampel harus tepat yaitu pada akhir periode demam memasuki periode
berkeringat. Pada periode ini jumlah trophozoite dalam sirkulasi dalam mencapai maksimal
dan cukup matur sehingga memudahkan identifikasi spesies parasit.
2) Volume yang diambil sebagai sampel cukup, yaitu darah kapiler (finger prick) dengan
volume 3,0-4,0 mikro liter untuk sediaan tebal dan 1,0-1,5 mikro liter untuk sedian tipis.
3) Kualitas perparat harus baik untuk menjamin identifikasi spesies plasmodium yang tepat.
4) Identifikasi spesies plasmodium
5) Identifikasi morfologi sangat penting untuk menentukan spesies plasmodium dan
selanjutnya digunakan sebagai dasar pemilihan obat.
b. QBC (Semi Quantitative Buffy Coat)
Prinsip dasar: tes floresensi yaitu adanya protein pada plasmodium yang dapat
mengikat acridine orange akan mengidentifikasi eritrosit terinfeksi plasmodium. QBC
merupakan teknik pemeriksaan dengan menggunakan tabung kapiler dengan diameter
tertentu yang dilapisi acridine orange tetapi cara ini tidak dapat membedakan spesies
plasmodium dan kurang tepat sebagai instrumen hitung parasit.
c. Pemeriksaan imunoserologis
Pemeriksaan imunoserologis didesain baik untuk mendeteksi antibodi spesifik
terhadap paraasit plasmodium maupun antigen spesifik plasmodium atau eritrosit yang
terinfeksi plasmodium teknik ini terus dikembangkan terutama menggunakan teknik
radioimmunoassay dan enzim immunoassay.
d. Pemeriksan Biomolekuler
Pemeriksaan biomolekuler digunakan untuk mendeteksi DNA spesifik parasit/
plasmodium dalam darah penderita malaria.tes ini menggunakan DNA lengkap yaitu dengan
melisiskan eritrosit penderita malaria untuk mendapatkan ekstrak DNA.
12. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan khusus pada kasus- kasus malaria dapat diberikan tergantung dari
jenis plasmodium, menurut Tjay & Rahardja (2002) antara lain sebagai berikut :
a. Malaria Tersiana/ Kuartana
Biasanya di tanggulangi dengan kloroquin namun jika resisten perlu di
tambahkan mefloquin single dose 500 mg p.c (atau kinin 3 dd 600 mg selama 4-7 hari).
Terapi ini disusul dengan pemberian primaquin 15 mg /hari selama 14 hari)
b. Malaria Ovale
Berikan kinin dan doksisklin (hari pertama 200 mg, lalu 1 dd 100 mg selama 6
hari). Atau mefloquin (2 dosis dari masing-masing 15 dan 10 mg/ kg dengan interval 4-6
jam). Pirimethamin-sulfadoksin (dosis tunggal dari 3 tablet ) yang biasanya di kombinasikan
dengan kinin (3 dd 600 mg selama 3 hari).
c. Malaria Falcifarum
Kombinasi sulfadoksin 1000 mg dan pirimetamin 25 mg per tablet dalam
dosis tunggal sebanyak 2-3 tablet. Kina 3 x 650 mg selama 7 hari. Antibiotik seperti
tetrasiklin 4 x 250 mg/ hari selama 7-10 hari dan aminosiklin 2 x 100 mg/ hari selama 7 hari.
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a) Anamnesa
Keluhan utama pada pasien malaria bervariasi sesuai dengan siklus yang terjadi di
dalam tubuh pasien. Pada pengkajian, perawat mungkin mendapatkan keluhan utama demam.
Serangan klasik demam tiba-tiba dimulai dengan periode menggigil yang berlangsung selama
sekitar 1-2 jam dan diikuti dengan demam tinggi. Setelah itu akan terjadi penurunan suhu
tubuh secara berlebihan disertai diaforesis dan suhu tubuh pasien turun menjadi normal atau
di bawah normal. Menurut Dorsey (2000) terdapat trias klasik malaria yang terbagi dalam 3
periode. (Arif Muttaqin, dkk, 2011)
Trias Klasik Malaria (Malaria Proxysm)
Fase Klinis
Fase dingin Pada fase ini pasien terlihat menggigil dan
kedinginan, pasien sering membungkus diri
dengan selimut dan pada saat menggigil disertai
badan bergetar, pucat sampai sianosis. Fase ini
berlangsung 15 menit sampai 1 jam diikuti
dengan meningkatnya temperatur
Fase hipertermi Perubahan integumen dengan muka menjadi
merah, kulit ppanas dan kering. Perubahan TTV
dengan nadi cepat dan panas tetap tinggi sampai
400C atau lebih, respirasi meningkat. Perubahan
sistemik dengan adanya nyeri kepala, mual-
muntah, gejala syok (takanan darah menurun),
penurunan tingkat kesadaran menjadi delirium
dan kejang. Fase ini lebih lama dari fase dingin,
dapat sampai 2 jamatau lebih, di ikuti dengan
keadaan berkeringat.
Fase diaforesis Pasien berkeringat mulai dari kening, di ikuti
seluruh tubuh, sampai basah sampai seluruh
tubuh, temperatur turun, pasien kemudian
keletihan dan kemudian tertidur. Bila pasien
bangun akan merasa sehat dan dapat melakukan
aktivitas rutin seperti biasa.
(Dimodifikasi dari Dorsey G, Gandhi M, Oyugi JH, Rosenthai PJ.,
2000)
2. Diagnosa Keperawatan
a) Hipertermia b/d peningkatan metabolisme, dehidrasi, efek langsung sirkulasi kuman pada
hipotalamus.
b) Perubahan perfusi jaringan b/d anemia, penurunan komponen seluler yang diperlukan
untuk pengiriman oksigen dan nutrien dalam tubuh.
c) Aktual/resiko tinggi gangguan elektrolit (hiponatremi, hipokalemi) b/d diuresis osmotik,
diaforesis
d) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d intake makanan yang tidak adekuat,
anoreksia, mual/muntah.
e) Resiko tinggi infeksi b/d penurunan sistem kekebalan tubuh
f) Nyeri dan ketidaknyamanan b/d resfon inflamasi sistemik, mialgia, artralgia, diaforesis.
g) Kecemasan b/d kondisi sakit, prognosis penyakit malaria falciparum
h) Kurang pengetahuan mengenai penyakit, prognosis dan kebutuhan pengobatan b/d
kurangnya pemajanan, kesalahan interprestasi informasi, keterbatasan kognitif.
3. Rencana Keperawatan
Hipertermia b/d peningkatan metabolisme, dehidrasi, efek
langsung sirkulasi kuman pada hipotalamus.
Tujuan : dalam waktu 1 x 24 jam terjadi penurunan suhu tubuh
Kriteria Hasil :
1. Klien mampu menjelaskan kembali pendidikan kesehatan yang di
berikan
2. Klien mampu termotivasi untuk melaksanakan penjelasan yang telah
di berikan
Intervensi Rasional
Evaluasi TTV pada setiap Sebagai pengawasan terhadap
pergantian sif atau setiap ada adanya perubahan keadaan umum
keluhan dari klien klien sehingga dapat di lakukan
penanganan dan perawatan secara
cepat dan tepat
Kaji pengetahuan klien dan Sebagai data dasar untuk
keluarga tentang cara memberikan intervensi selanjutnya.
menurunkan suhu tubuh
Lakuakan tirah bafring total Penurunan aktivitas akan
menurunkan laju metabolisme yang
tinggi pada fase akut, dengan
demikian akan membantu
menurunkan suhu tubuh
Beri kompres dengan hangat Dapat membentu mengurangi
pada daerah aksila, lipat paha demam, penggunaan es/alkohol
dan temporal bila terjadi panas mungkin dapat menyebabkan
kedinginan dan menggigil. Selain
itu, alkohol dapat mengeringkan
kulit.
Anjurkan klien untuk memakai Pengeluaran suhu tubuh seecara
pakaian yang menyerap keringat evaporasii berkisar 22% dari
seperti katun. pengeluaran suhu tubuh. Pakaian
yang mudah menyerap keringan
sangat efektif meningkatkan efek
dari evaporasi.
Anjurkan keluarga untuk Masase di lakukan untuk
melakukan masase pada meningkatkan aliran darah ke
ekstermitas. perifer dan terjadi vasodilatasi
perifer yang akan meningkatkan
efek evaporasi. Penggunaan cairan
penghangat seperti minyak kayu
putih dapat digunakan untuk
meningkatkan efektivitas intervensi
masase.
Kolaborasi dengan dokter dalam Antipiretik bertujuan untuk
pemberian obat antipiretik. memblok respons panas sehingga
suhu tubuh klien dapat lebih cepat
menurun.
4. Implementasi
Sesuai dengan intervensi
5. Evaluasi
Hasil yang di harapkan pada asuhan keperawatan pada anak dengan malaria meliputi :
a) Penurunan suhu tubuh
b) Terpenuhinya perfusi jaringan
c) Tidak terjadi gangguan elektrolit
d) Terpenuhinya kebutuhan nutrisi
e) Tidak terjadi infeksi
f) Tidak mengeluh nyeri dan peningkatan perasaan nyaman
g) Kecemasan berkurang atau teradaptasi
h) Terpenuhinya kebutuhan pengetahuan individu.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Malaria adalah suatu penyakit infeksi yang menginvasi sistem hematologi melalui
vektor nyamuk yang terinfeksi protozoa plasmodium. (Arif Muttaqin, dkk, 2011)
Malaria adalah penyakit yang bersifat akut maupun kronik yang disebabkan oleh
protozoa genus plasmodium yang ditandai dengan demam, anemia dan splenomegali
(Mansjoer, 2001, hal 406).
Malaria adalah infeksi parasit pada sel darah merah yang disebabkan oleh suatu
protozoa spesies plasmodium yang ditularkan kepada manusia melalui air liur nyamuk
(Corwin, 2000, hal 125).
Terdapat lima spesies paling umum yang memberikan pengaruh cedera terhadap
manusia (fernandez, 2009), yaitu sebagai berikut.
1. Plasmodium Falcifarum
2. Plasmodium Vivax
3. Plasmodium Ovale
4. Plasmodium Malariae
5. Plasmodium Knowlesi
Plasmodium Knowlesi, baru-baru ini di identifikasi di Asia tenggara sebagai patogen
bermakna secara klinis pada amanusia (Cox-Singh, 2008) (Arif Muttaqin, dkk, 2011).
Sesuai dengan penyebab malaria di bedakan berdasarkan jenis plasmodiumnya. (Arif
Muttaqin, dkk, 2011)
Pasien malaria biasanya memperoleh infeksi di daerah endemik
melaluigigitan nyamuk. Vektor, spesies nyamuk Anopheles, melewati plasmodia, yang
terkandung dalam air liur masuk ke dalam tubuh manusia saat nyamuk tersebut menghisap
darah.
Hasil infeksi tergantung pada imunitas host. Individu dengan kekebalandapat
secara spontan menghapus parasit. Pada mereka yang tidak memiliki kekebalan,
parasit, memperluas infeksi. Sejumlah kecil parasit menjadigametocytes, yang mengalami
reproduks, seksual ketika diisap oleh nyamuk. Hal ini dapat berkembang menjadi infeksi
sporozoites. yang terus berkembang menjadi siklus transmisi baru setelah menggigit ke dalam
host baru. Secara garis besar semua jenis plasmodium memiliki siklus hidup yang sama yaitu
tetapsebagian di tubuh manusia dan sebagian di tubuh nyamuk.
B. Saran
Diharapkan oleh penulis adalah penulis lebih memahami prosester jadinya
penyakit malaria pada anak, penyebab, klasifikasi, tanda dan gejala sampai pengobatan yang
tepat sesuai dengan keadaan penyakit klien dan rasional sesuaidengan fakta yang ada. Selain
itu diharapkan dengan adanya makalah ini dapatmembantu teman-teman dalam mengenal dan
memahami penyakit malaria secaramenyeluruh.
BAB IV
TINJAUAN KASUS
Pengkajian
Tgl masuk : 23 – 01 – 07
Tgl pengkajian : 23 – 01 – 07
II . BIODATA
1. Identitas klien
Nama : An .R
Umur : 4 tahun
Agama : islam
Pendidikan : -
Ayah
Nama : Tn . D
Usia : 42 tahun
Agama : islam
Pendidikan : D3
Pekerjaan : PNS
Ibu
Nama : Ny M
Usia : 37 tahun
Agama : islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : wiraswasta
II . Riwayat kesehatan.
Waktu timbulnya penya, : kira – kira 6 hari yang lalu dan berhenti 2 hari setelah itu
timbul Lagi.sering timbul pada waktu siang dan malam.
Awal munulnya : ibu klien mengatakan panas dan kemudian 2 hari yang lalu
muntah
keadaan waktu dikaji : klien tampak lemas mual – mual suhu tubuh 39 C
Ibu klien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit keturunan
dalam keluarga.
Riwayat Imunisasi.
Jenis imunisasi yang sudah didapat klien adalah : BCG , DPT , polio ,campak
dengan waktu pemberian tepat sesuai usia namun ibu klien tidak ingat setiap jenis
imunisasi.
Berat badan : 12 kg
Perkembangan anak..
Dari hasil anamnese dengan ibu klien mulai berguling dada usia 5 bulan duduk
pada usia 8 bulan merangkak pada usia 9 setengah bulan berdiri pada usia 12
bulan, mulai berjalan pada usia 13 bulan , dan mulai berbicara pada usia 15 bulan.
Riwayat nutrisi.
Pemberian ASI.
Anak pertama kali diberi ASI sejak 3 hari dan cara pemberiannya anak
dibaringkan.lamanya pemberian tidak menentu.asi di berikan sampai seusia 2
tahun.ibu juga memberikan susu formula pada kepada klien.pemberian susu dalam
sehari _+ 4 gelas (1800 cc ).
Pertama kali diberikan makanan tambahan pada usia 4 bulan preminasun nestle
beras merah. Lama pemberian berupa promina sun nestle beras merah usia 5
bulan.
Riwayat psikososial
Berdasarkan anamnese dengan ibu klien di dapat : klien tinggal bersama orang tua
letak rumah klien ditengah kota dan jauh dari sekolah.
1. pola nutrisi.
2. pola cairan
BAB
Konsistensi lunak
BAK
Perubahan selama sakit klien mengatakan kadang dalam 1 hari tidak BAB. BAK klien
selama sakit tidak ada perubahan.
Perubahan selama klien sakit:ibu klien klien mengatakan waktu tidur sering terjaga
dan gelisah.
Perubahan selama klien sakit : ibu klien mengatakan selama sakit klien jarang
dimandikan hanya menglap badannya dengan handuk basah.
Pemeriksaan fisik.
1. keadaan umum
Klien tampak gelisah , pakaian klien rapi dan bersih
Suhu tubuh :39 C
Pernapasan : -
3 kepala
4 rambut
Bentuk lubang hidung kiri dan kanan simetris.tidak ada cairan dan tidak ada
infeksi pada lubang telinga.
6 mata
Bentuk datar, atas`dan bawah simetris, bibir anak kering, tidak ada karies,
jumlah gigi 20 buah, tidak ada peradamgan pada tonsil.
8 leher
9 thoraks
Bentuk simetris kiri dan kanan pergerakan simetris.
10 abdomen
11. ekstermitas
IX. Data penunjang.
PENGUMPULAN DATA
Suhu tubuh 39 C
Berat badan 15 kg
Anoreksia
Mengigil
BB menurun
Mual
KLASIFIKASI DATA
DS :
Do :
Anoreksia
Mengigil
Suhu tubuh 39 C
Berat badan 15 kg
ANALISA DATA
N SYIMPTOM ETIOLOGI PROBLEM
O
1 Ds : tubuh t’infeksi Hipertermi
(anoreksia)
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Ds :
Do :
Suhu tubuh 39 C
Mengigil
2.Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan intake yang inadekuat
ditandai dengan :
Ds :
Anoreksia
ditandai dengan :
Ds :
Do ;
Untuk
perubahan
cairan dan
mempercepat
penurunan
panas
Pemberian obat
mempercepat
penyembuhan
penyakit.
2 Nutrisi kurang Klien 1. Kaji riwayat nutrisi, termasuk mengawasi
akan
dari menunjukan makanan yang disukai. masukan kalori
kebutuhantubuh tanda-tanda Observasi dan catat atau kualitas
yang kebutuhan masukan makanan klien kekeurangan
berhubungan nutrisi yang konsumsi
2. Anjurkan pada ibu klien
dengan intake adekuat makanan
untuk memberikan makanan
yang inadekuat dengan
sedikit tapi sering Porsi yang kecil
ditandaidengan : criteria :
tapi sering,
3. beri HE ttg pentingnya nutrisi
Ds : -selera makan membantu
yang adekuat bagi tubuh.
klien dalam
-Ibu klien
meningkat memenuhi
4. Pertahankan jadwal
mengatakan
nutrisi yang
penimbangan berat badan
anaknya mual -BB dalam
adekuat.
secara teratur.
batas normal
Do :
Untuk
5. Observasi dan catat kejadian
membantu
-Berat badan 13 mual/ muntah, dan gejala
pasien
kg. lain yang berhubungan
memahami
-Berat badan 6. Diskusikan yang disukai pentingnya
menurun klien dan masukan dalam nutrisi bg
diet murni. tubuh
-Anoreksia
7. kolaborasi rujuk atau Mengawasi
konsultasi dengan ahli gizi. penurunan
berat badan
atau efektifitas
nitervensi
nutrisi
Gejala GI dapat
menunjukan
efek anemia
(hipoksia) pada
organ
Dapat
meningkatkan
masukan,
meningkatkan
rasa
berpartisipasi/
control
Perlu bantuan
dalam
perencanaan
diet yang
memenuhi
kebutuhan
nutrisi
3 Kecemasanorang Kecemasan 5.kaji tingkat kecemasan Menentukan
tua yang orang tua orang tua. intervensi
berhubungan hilang atau dini
6.dorong dan anjurkan
dengan berkurang
pada ibu klien untuk Memberikan
ketidaktahuan dengan
mengungkapkan rasa nyaman
tentang masalah criteria :
perasaannya setelah
ditandai dengan :
Ibu klien mengungkap
7.berukan support
Ds : mengerti kan masalah.
mental pada ibu
terhadap
Ibu klien klien Support
penjelasan
mengatakan mental dapat
yang
8.berikan HE pada ibu
cemas membuat ibu
diberikan.
klien ttg penyakit
lebih rileks
Do ; anaknya.
Ekspresiwaja
Meningkatka
-Orang tua klien h klien n
nampak cemas. nampak pengetahuan
tenang. kepada klien
-Orang tua klien
untuk
sering bertanya
mengurangi
kecemasan
klien.
5. menganjurkan pada
klien untuk
memberikan
anaknya banyak
minum
6. mengkolaborasikan
dengan tim medis
untuk pemberian
anti biotic dan anti
piuretik
2 24/01/0 08.45 1. mengkaji riwayat S : ibu klien
7 nutrisi, termasuk menyatakan
makanan yang mengerti/paham
disukai. Observasi dengan apa yang
dan catat masukan dijelaskan/dianjurkan.
makanan klien
O : ibu klien nampak
2. menganjurkan tenang
pada ibu klien
A : tujuan tercapai.
untuk memberikan
makanan sedikit
P : pertahankan dan
tapi sering
lanjutkan intervensi.
3. memberi HE ttg
pentingnya nutrisi
yang adekuat bagi
tubuh.
4. mempertahankan
jadwal
penimbangan berat
badan secara
teratur.
5. mengobservasi dan
catat kejadian
mual/ muntah, dan
gejala lain yang
berhubungan
6. mendiskusikan
yang disukai klien
dan masukan
dalam diet murni.
7. mengkolaborasi
rujuk atau
konsultasi dengan
ahli gizi.
3 24/01/0 10.30 1. mengkaji tingkat S : ibu klien
7 kecemasan orang mengatakan sedikit
tua. lega
4. memberikan HE
pada ibu klien ttg
penyakit anaknya
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
a. Malaria adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh parasit dari
genus Plasmodium, yang ditularkan melalui gigitan nyamuk anopheles
dengan gambaran penyakit berupa demam yang sering periodik, anemia,
pembesaran limpa dan berbagai kumpulan gejala oleh karena pengaruhnya
pada beberapa organ misalnya otak, hati dan ginjal
b. Manifestasi Klinik yaitu Meriang ,Panas dingin ,Keringat dingin ,Kejang-
kejangPerasaan lemas, tidak nafsu makan, sakit pada tulang dan sendi.
B. Saran