Tugas ini dibuat untuk memenuhi mata kuliah Keperawatan Anak II yang dibina
oleh:
Ns. Lilla Maria S.Kep ., M.Kep
Disusun oleh:
Kelompok 5
Dinda Rizki Dwi Maharani (1714314201010)
Daud Naruwu (1714314201006)
Ovrina Sintya Putri (1714314201019)
Yovina Nuriati (1714314201026)
Nurrahmi (1714314201031)
0
KATA PENGANTAR
(Kelompok)
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Manfaat
2
Manfaat yang diharapkan oleh kelompok pada anak dengan malaria adalah
sebagai berikut :
1. Untuk masyarakat : sebagai bahan informasi untuk menambah
pengetahuan kesehatan
2. Untuk Mahasiswa : di harapkan makalah ini dapat bermanfaat
sebagai bahan pembanding tugas serupa.
3. Untuk Insatansi : agar tercapainya tingkat kepuasan kerja
yang optimal
4. Untuk tenaga kesehatan : makalah ini bisa di jadikan bahan acuan
untuk melakuakan tindakan asuhan keperawatan pada kasus yang
serupa.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.2 Etiologi
Malaria paling sering di sebabkan oleh gigitan nyamuk spesies
Anopheles betina yang terinfeksi dengan spesies dari protozoa genus plasmodium.
Terdapat lima spesies paling umum yang memberikan pengaruh cedera terhadap
manusia (fernandez, 2009), yaitu sebagai berikut:
1. Plasmodium Falcifarum
2. Plasmodium Vivax
3. Plasmodium Ovale
4. Plasmodium Malariae
5. Plasmodium Knowlesi
Plasmodium Knowlesi, baru-baru ini di identifikasi di Asia tenggara
sebagai patogen bermakna secara klinis pada amanusia (Cox-Singh, 2008) (Arif
Muttaqin, dkk, 2011).
4
2.1.3 Jenis-jenis Malaria
Sesuai dengan penyebab malaria di bedakan berdasarkan jenis plasmodiumnya.
(Arif Muttaqin, dkk, 2011)
Nama Patogen Catatan
Malaria Plasmodium Malaria parah yang
Falciparum memengaruhi sistem
kardiovaskuler dan menyebakan
kedinginan dan kejutan sirkulasi
Malaria bilious Plasmodium Malaria parah yang
falciparum memengaruhi hati dan
menyebabkan muntah dan
penyakit kuning
Malaria serebral Plasmodium Malaria parah yang
falciparum memengaruhi otak besar
Malaria kongenital Berbagai plasmodia Plasmodium yang menginfeksi
dari ibu melalui sirkulasi fetal
Malaria falciparum, Plasmodium
malaria plasmodium falciparum
falciparum, malaria
pernisiosa
Malaria ovale. Plasmodium oval
Malaria plasmodium
ovale
Malaria kuartana. Plasmodium malariae Hilang timbul setiap hari
Malaria malariae, keempat (quartan), menghitung
5
malaria plasmodium hari kejadian sebagai hari
malariae pertama
Malaria quotidian Plasmodium Hilang timbul setiap hari
falciparum. (quotidian)
Plasmodium vova
Malaria tertiana Plasmodium Hilang timbul setiap hari ketiga
falciparum. (tertian), menghitung hari
Plasmodium ovale. kejadian sebagai hari pertama
Plasmodium vivax
Malaria tranfusi Berbagai plasmodia Plasmodium yang menginfeksi
melalui tranfusi darah, berbagai
jarum, atau perlukaan jarum
suntik
Malaria vivax, Plasmodium vivax
malaria plasmodium
vivax
6
stadium parasit. Akibatnya tidak ada gambar morfologi parasit yang sama pada
lapang pandang atau sediaan darah yang berbeda.
c. Pergerakan.
Plasmodium bergerak dengan cara menyebarkan sitoplasmanya yang
berbentuk kaki-kaki palsu (pseudopodia). Pada Plasmodium vivax, penyebaran
sitoplasma ini lebih jelas terlihat yang berupa kepingan-kepingan sitoplasma.
Bentuk penyebaran ini dikenal sebagai bentuk sitoplasma amuboit (tanpa bentuk).
d. Berkembang biak.
Berkembang biak artinya berubah dari satu atau sepasang sel menjadi
beberapa sel baru.
7
2.1.6 Faktor Host Yang Mempengaruhi Terjadinya Penyakit Malaria
Umur
Anak-anak lebih rentan terhadap infeksi parasit malaria, terutama pada
anak dengan gizi buruk (Rampengan T.H., 2000). Infeksi akan berlangsung lebih
hebat pada usia muda atau sangat muda karena belum matangnya system imun
pada usia muda sedangkan pada usia tua disebabkan oleh penurunan daya tahan
tubuh misalnya oleh karena penyakit penyerta seperti Diabetes Melitus (Weir
D.M., 1987). Perbedaan angka kesakitan malaria pada berbagai golongan umur
selain dipengaruhi oleh faktor kekebalan juga dipengaruhi oleh faktor lain seperti
pekerjaan , pendidikan dan migrasi penduduk (Departemen Kesehatan RI,2000).
Jenis kelamin
Perbedaan angka kesakitan malaria pada anak laki-laki dan perempuan
dipengaruhi oleh faktor pekerjaan, migrasi penduduk dan lain-lain (Departemen
Kesehatan., RI 1991).
Riwayat malaria sebelumnya
Orang yang pernah terinfeksi malaria sebelumnya biasanya akan terbentuk
imunitas sehingga akan lebih tahan terhadap infeksi malaria. Contohnya penduduk
asli daerah endemik akan lebih tahan dibandingkan dengan transmigran yang
dating dari daerah non endemis (Dachlan Y.P., 1986 : Smith, 1995 : Maitland,
1997)
Ras
Beberapa ras manusia atau kelompok penduduk mempunyai kekebalan
alamiah terhadap malaria, misalnya “siekle cell anemia” merupakan kelainan
yang timbul karena penggantian asam amino glutamat pada posisi 57 rantai
hemoglobin. Bentuk heterozigot dapat mencegah timbulnya malaria berat, tetapi
tidak melindungi dari infeksi. Mekanisme perlindungannya belum jelas, diduga
karena eritrosit Hb S (sickle cell train0 yang terinfeksi parasit lebih mudah rusak
di system retikuloendothelial, dan/atau karena penghambatan pertumbuhan
parasit akibat tekanan O2 intraeritrosit rendah serta perubahan kadar kalium
intra sel yang akan mengganggu pertumbuhan parasit atau karena adanya akulasi
bentuk heme tertentu yang toksik bagi parasit (Nugroho A., 2000). Selain itu
penderita ovalositosis (kelainan morfologi eritrosit berbentuk oval) di Indonesia
8
banyak terdapat di Indonesia bagian timur dan sedikit di Indonesia bagian barat.
Prevalensi ovalosis mulai dari 0,25 % (suku Jawa) sampai 23,7 % suku Roti
(Setyaningrum, 1999).
Kebiasaan
Kebiasaan sangat berpengaruh terhadap penyebaran malaria. Misalnya
kebiasaan tidak menggunakan selambu saaat tidur dan senang berada diluar rumah
pada malam hari. Seperti pada penelitian di Mimiki Timur, Irian Jaya ditemukan
bahwa kebiasaan penduduk menggunakan selambu masih rendah (Suhardja, 1997)
Status gizi
Status gizi ternyata berinteraksi secara sinergis dengan daya tahan tubuh.
Makin baik status gizi seseorang, makin tidak mudah orang tersebut terkena
penyakit . Dan sebaliknya makin rendah status gizi seseorang makin mudah orang
tersebut terkena penyakit (Nursanyoto, 1992).
Pada banyak penyakit menular terutama yang dibarengi dengan dengan
demam, terjadi banyak kehilangan nitrogen tubuh. Nitorgen tubuh diperoleh dari
perombakan protein tubuh. Agar seseorang pulih pada keadaan kesehatan yang
normal, diperlukan peningkatan dalam protein makanan. Penting diperhatikan
pula bahwa fungsi dari semua pertahanan tubuh membutuhkan kapasitas sel-sel
tubuh untuk membentuk protein baru. Inilah sebabnya maka setiap defesiensi atau
ketidak seimbangan zat makanan yang mempengaruhi setiap system protein dapat
pula menyebabkan gangguan fungsi beberapa mekanisme pertahanan tubuih
sehingga pada umumnya melemahkan resistensi host. Malnutrisi selalu
menyebabkan peningkatan insiden penyakit-penyakit infeksi dan terhadap
penyakit yang sudah ada dapat meningkatka keparahannya (Maria, 1992).
Sosial ekonomi
Faktor social ekonomi sangat berkaitan dengan kemampuan seseorang
untuk mencukupi kebutuhan dasarnya seperti : sandang, pangan dan papan.
Semakin tinggi sosial ekonomi seseorang semakin mudah pula seseorang
mencukupi segala kebutuhan hidupnya termasuk di dalamnya kebutuhan akan
pelayanan kesehatan, makanan yang bergizi serta tempat tinggal yang layak dan
lain-lain . Menurut Biro Pusat Statistik, semakain tinggi status social ekonomi
seseorang maka pengeluaran cenderung bergeser dari bahan makanan ke bahan
9
non makanan. Jadi faktor social ekonomi seperti kemiskinan, harga barang yang
tinggi, pendapatan keluarga rendah, dan produksi makanan rendah merupakan
resiko untuk terjangkitnya malaria (Wirjatmadi B., 1985).
Immunitas
Immunitas ini merupakan suatu pertahanan tubuh. Masyarakat yang
tinggal di daerah endemis malaria biasanya mempunyai imunitas yang alami
sehingga mempunyai pertahanan alam terhadap infeksi malaria.
2.1.7 Patofisiologi
Pasien malaria biasanya memperoleh infeksi di daerah endemik melalui
gigitan nyamuk. Vektor, spesies nyamuk Anopheles, melewati plasmodia, yang
terkandung dalam air liur masuk ke dalam tubuh manusia saat nyamuk tersebut
menghisap darah.
Hasil infeksi tergantung pada imunitas host. Individu dengan kekebalan dapat
secara spontan menghapus parasit. Pada mereka yang tidak memiliki kekebalan,
parasit, memperluas infeksi. Sejumlah kecil parasit menjadi gametocytes, yang
mengalami reproduksi, seksual ketika diisap oleh nyamuk. Hal ini dapat
berkembang menjadi infeksi sporozoites. yang terus berkembang menjadi siklus
transmisi baru setelah menggigit ke dalam host baru. Secara garis besar semua
jenis plasmodium memiliki siklus hidup yang sama yaitu tetap sebagian di tubuh
manusia dan sebagian di tubuh nyamuk.
Kondisi masuknya sporozit ke dalam tubuh manusia, maka akan terjadi siklus
malaria yang terdiri atas siklus eksoeritrosit, siklus eritrosit, dan siklus sporogonik
(CDC, 2009).
a. Siklus eksoeritrosit.
Siklus ini terjadi di dalam tubuh manusia dan terjadi di dalam hati.
Penularan terjadi bila nyamuk betina yang terinfeksi parasit, menyengat
manusia dan dengan ludahnya memasukkan sporozoit ke dalam peredaran
darah yang untuk selanjutnya bermukim pada sel hepatosit di parenkim hati.
Parasit tumbuh dan mengalami pembelahan. Setelah 6-9 hari skizon menjadi
dewasa dan pecah dengan melepaskan beribu-ribu merozoit. Sebagian
merozoit memasuki sel-sel darah merah dan berkembang di sini menjadi
10
trofozoit. Sebagian lainnya memasuki jaringan lain, antara lain limpa atau
diam di hati. Dalam waktu 48-72 jam, sel-sel darah merah pecah dan
merozoit yang dilepaskan dapat memasuki siklus dimulai kembali.
b. Siklus eritrosit.
Fase eritrosit dimulai dan merozoid dalam darah menyerang
eritrosit membentuk tropozoid. Proses berlanjut menjadi trofozoit-
skizonmerozoit. Setelah 2-3 generasi merozoit dibentuk, sebagian merozoit
berubah menjadi bentuk seksual. Masa antara permulaan infeksi sampai
ditemukannya parasit dalam darah tepi adalah masa prapaten, sedangkan
masa tunas dimulai dari masuknya sporozoit dalam badan hospes sampai
timbulnya gejala klinis demam.
c. Siklus sporogonik.
Siklus ini terjadi di dalam tubuh nyamuk (sporogoni). Setelah
beberapa siklus, sebagian merozoit di dalam eritrosit dapat berkembang
menjadi bentuk-bentuk seksual jantan dan betina. Gametosit ini tidak akan
berkembang lalu mati bila tidak diisap oleh Anopheles betina. Di dalam
lambung nyamuk terjadi penggabungan dari gametosit jantan dan betina
menjadi zigot, yang kemudian melakukan penetrasi pada dinding lambung
dan berkembang menjadi okista. Dalam waktu 3 minggu, sporozoit kecil
akan memasuki kelenjar ludah nyamuk.
Di dalam vaskular, protozoa bereplikasi di dalam sel dan
menginduksi sitolisis sel darah merah menyebabkan pelepasan produk
metabolik toksik ke dalam aliran darah dan memberikan gejala, seperti
menggigil, sakit kepala, mialgia, dan malaise. Kondisi ini terjadi dalam
siklus eritrosit. Parasit juga dapat menyebabkan ikterus dan
anemia. Plasmodium. falciparum merupakan jenis yang paling berbahaya
dari lima spesies plasmodium karena dapat menyebabkan gagal ginjal,
koma, dan kematian. Kematian akibat malaria dapat dicegah. jika perawatan
yang tepat dicari dan diimplementasikan.
Plasmodium vivax dan Plasmodium ovale dapat menghasilkan
bentuk yang tidak aktif tetapi masih tetap ada dalam hati orang yang
terinfeksi dan muncul di lain waktu.
11
Parasit memperoleh energi mereka semata-mata dari glukosa dan
mereka mencernanya 70 kali lebih cepat dari sel darah merah yang mereka
tempati sehingga menyebabkan insufisiensi insulin yang akan memberikan
manifestasi penurunan intake glukosa jaringan. Kondisi ini akan
memberikan dampak terhadap hipoglikemia intrasel dan ekstrasel.
Hipoglikemia intrasel akan dilanjutkan dengan respons
peningkatan glukogenesis dan glukoneogenesis yang memberikan
manifestasi pemecahan lemak dan perubahan sintesis protein. Peningkatan
pemecahan lemak akan meningkatkan produksi keton yang juga akan
meningkatkan risiko terjadinya ketoasidosis diabetikum. Perubahan sintesis
protein akan meningkatkan risiko kaheksia, letargi, dan terjadi penurunan
gama globulin yang juga meningkatkan risiko infeksi akibat kerusakan
jaringan kulit.
Pada hipoglikemi ekstrasel akan memberikan manifestasi
peningkatan osmotik plasma dan peningkatan pengeluaran glukosa oleh
ginjal. Pada kondisi peningkatan osmotik plasma akan terjadi dehidrasi sel
yang berlanjut pada koma hiperglikemi. Respons dari peningkatan
pengeluaran glukosa oleh ginjal akan menyebabkan diuresis osmotik dengan
manifestasi poliuri, polidipsi, hipokalemi, dan hiponatremi.
Plasmodia juga menyebabkan lisis dari sel darah merah (baik yang
terinfeksi dan yang tidak terinfeksi), penekanan proses hematopoiesis, dan
peningkatan pembersihan sel darah merah oleh limpa yang menyebabkan
kondisi anemia serta splenomegali. Seiring waktu, malaria dan infeksi juga
dapat menyebabkan trombositopenia.
Kondisi malaria akan memberikan berbagai masalah keperawatan
yang muncul pada pasien dan memberikan implikasi pada asuhan
keperawatan. Masalah keperawatan yang muncul berhubungan dengan
pelepasan produk metabolik toksik ke dalam aliran darah yang memberikan
berbagai manifestasi pada respons sistemik, respons intestinal, respons
sistem saraf pusat, respons kardiorespirasi, dan muskuloskeletal.
12
2.1.8 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
A. Pengkajian
1. Anamnesa
Keluhan utama pada pasien malaria bervariasi sesuai dengan siklus
yan terjadi di dalam tubuh pasien. Pada pengkajian, perawat mungkin
mendapatkan keluhan utama demam. Serangan klasik demam tiba-tiba
dimulai dengan periode menggigil yang berlangsung selama sekitar 1-2
jam dan diikuti dengan demam tinggi. Setelah itu akan terjadi penurunan
suhu tubuh secara berlebihan disertai diaforesis dan suhu tubuh pasien
turun menjadi normal atau di bawah normal. Menurut Dorsey (2000)
terdapat trias klasik malaria yang terbagi dalam 3 periode. (Arif Muttaqin,
dkk, 2011)
Trias Klasik Malaria (Malaria Proxysm)
Fase Klinis
Fase dingin Pada fase ini pasien terlihat menggigil dan
kedinginan, pasien sering membungkus diri
dengan selimut dan pada saat menggigil disertai
badan bergetar, pucat sampai sianosis. Fase ini
berlangsung 15 menit sampai 1 jam diikuti
dengan meningkatnya temperatur
Fase hipertermi Perubahan integumen dengan muka menjadi
merah, kulit ppanas dan kering. Perubahan TTV
dengan nadi cepat dan panas tetap tinggi sampai
400C atau lebih, respirasi meningkat. Perubahan
sistemik dengan adanya nyeri kepala, mual-
muntah, gejala syok (takanan darah menurun),
penurunan tingkat kesadaran menjadi delirium
dan kejang. Fase ini lebih lama dari fase dingin,
dapat sampai 2 jamatau lebih, di ikuti dengan
keadaan berkeringat.
Fase diaforesis Pasien berkeringat mulai dari kening, di ikuti
seluruh tubuh, sampai basah sampai seluruh
tubuh, temperatur turun, pasien kemudian
keletihan dan kemudian tertidur. Bila pasien
bangun akan merasa sehat dan dapat melakukan
aktivitas rutin seperti biasa.
(Dimodifikasi dari Dorsey G, Gandhi M, Oyugi JH, Rosenthai PJ.,
2000)
13
2. Pemeriksaan fisik
Secara umum pasien terlihat sangat sakit, terdapat perubahan status
kesadaran yang semakin menurun sesuai dengan tingkat keaktifan
kuman dalam tubuh. TTV biasanya mengalami perubahan seperti
takikardia, hipertermi, peningkatan frekuensi napas, dan penurunan
tekanan darah.
B1 : Fungsi pernapasan biasanya tidak ada masalah, tetapi pada
malaria falcifarum dengan komplikasi akan didapatkan adanya
perubahan takipnu dengan penurunan kedalaman pernapasan, serta
napas pendek pada istirahat dan aktivitas.
B2 : Pada fase demam akan didapatkan takikardia, tekanan darah
menurun, kulit hangat, dan diuresis (diaforesis) karena vasodilatasi.
Pucat dan lembap berhubungan dengan adanya anemia, hipovolemia,
dan penurunan aliran darah. Pada pasien malaria dengan komplikasi
berat sering didapatkan adanya tanda-tanda syok hipovolemik dan
tanda DIC.
B3 : Sistem neuromotorik biasanya tidak ada masalah. Pada
beberapa kasus pasien terkihat gelisah dan ketakutan. Pada kondisi
yang lebih berat akan didapatkan adanya perubahan tingkat
kesadaran dengan manifestasi disorientasi, delirium, bahkan
koma. Padabeberapa kasus pasien dengan adanya perubahan
elektrolit sering didapatkan adanya kejang.
B4 : Sistem perkemihan biasanya tidak masalah, tetapi pada saat
fase demam didapatkan adanya penurunan produksi urine,
sedangkan pada fase lanjut didapatka adanya poliuri sekunder dari
perubahan glukosa darah.
B5 : Pada inspeksi didapatkan gangguan pencernaan, seperti mual
dan muntah, diare atau konstipasi. Pada auskultasi didapatkan
penurunan bising usus. Pada perkusi didapatkan adanya timfani
abdomen. Pada palpasi abdomen sangat sering didapatkan acaura
splenomegali.
14
B6 : Pada pengkajian integumen didapatkan adanya tanda-tanda
anemia dan ikterus. Pada pemeriksaan muskuloskeletal didapatkan
adanya keletihan dan kelemahan fisik umum, malaise, dan
penurunan kekuatan otot.
15
2.1.9 Pathway
Gigitan Nyamuk
Granula coklat tua Gametosit berbentuk Bentuk menjadi oval/ Infeksi menyebabkan
sampai hitam dan oval hampir ireguler dan fibriated eritrosit mengandung
kadang berbentuk memenuhi seluruh parasit
seperti pita eritrosit, kromatin
ekstentris piggmen
kuning Masa inkubasi 12-
16hr Menghasilkan banyak
Masa inkubasi 12- tonjolan untuk
14hr melekat pada endotel
Masa inkubasi 12- dinding kapiler
17hr
Obstruksi trombosis
B1 B2 B3 B4 B5 B6
MK:
Perubahan
MK:
perfusi
Penurunan
jaringann
tingkat
kesadaran
16
2.1.10 Komplikasi
Komplikasi yang lazim terjadi pada malaria terutama yang disebabkan
oleh Plasmodium falcifarum adalah sebagai berikut.
Koma (malaria serebral).
Koma pada malaria meliputi kondisi penurunan kesadaran,
perubahan status mental, dan kejang. Kondisi koma malaria merupakan
kondisi paling umum yang menyebabkan kematian pada pasien dengan
penyakit malaria. Jika tidak diobati, komplikasi ini sangat mematikan.
Gejala malaria serebral mirip dengan ensefalopati toksik.
Kejang (sekunder baik untuk hipoglikemia atau serebral malaria).
Gagal ginjal akut.
Sebanyak 30% dari orang dewasa yang terinfeksi dengan Plasmodium
falciparum menderita gagal ginjal akut (Hanson, 2009).
Hipoglikemia.
Hemoglobinuria (blackwater fever).
Kondisi hemoglobinuria ditandai dengan urine sangat gelap yang
merupakan manifestasi dari hemolisis, hemoglobinemia yang berlanjut pada
hemoglobinuria dan hemozoinuria.
ARDS, edema paru nonkardiogenik.
Kondisi ini paling sering terjadi pada wanita hamil dan
menyebabkan kematian sebanyak 80% pada pasien (Perez-Jorge, 2009). •
Anemia.
Pendarahan (koagulopati).
17
Perasaan lemas, tidak nafsu makan, sakit pada tulang dan sendi.
2. Plasmodium falcifarum ( malaria tropika )
Meriang
Panas dingin menggigil/ demam ( lebih dari 12 jam, dapat terjadi dua hari
sekali setelah gejala pertama terjadi dapat terjadi selama 2 miggu setelah
infeksi)
Keringat dingin
Kejang-kejang
Perasaan lemas, tidak nafsu makan, sakit pada tulang dan sendi.
3. Plasmodium malariae ( malaria kuartana )
Meriang
Panas dingin menggigil/ demam ( gejala pertama tidak terjadi antara 18
sampai 40 hari setelah infeksi terjadi. Gejala tersebut kemudian akan
terulang kembali setiap 3 hari )
Keringat dingin
Kejang-kejang
Perasaan lemas, tidak nafsu makan, sakit pada tulang dan sendi
4. Plasmodium ovale ( jarang ditemukan ) dan manifestasi klinisnya mirip
malaria tertiana :
Meriang
Panas dingin menggigil/ demam ( 8 sampai 12 jam, dapat terjadi dua hari
sekali setelah gejala pertama terjadi dapat terjadi selama 2 minggu setelah
infeksi)
Keringat dingin
Kejang-kejang
Perasaan lemas, tidak nafsu makan, sakit pada tulang dan sendi.
19
Pemeriksaan imunoserologis didesain baik untuk mendeteksi
antibodi spesifik terhadap paraasit plasmodium maupun antigen spesifik
plasmodium atau eritrosit yang terinfeksi plasmodium teknik ini terus
dikembangkan terutama menggunakan teknik radioimmunoassay dan enzim
immunoassay.
D. Pemeriksan Biomolekuler
Pemeriksaan biomolekuler digunakan untuk mendeteksi DNA
spesifik parasit/ plasmodium dalam darah penderita malaria.tes ini
menggunakan DNA lengkap yaitu dengan melisiskan eritrosit penderita
malaria untuk mendapatkan ekstrak DNA.
2.1.13 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan khusus pada kasus- kasus malaria dapat diberikan tergantung
dari jenis plasmodium, menurut Tjay & Rahardja (2002) antara lain sebagai
berikut :
Malaria Tersiana/ Kuartana
Biasanya di tanggulangi dengan kloroquin namun jika resisten
perlu di tambahkan mefloquin single dose 500 mg p.c (atau kinin 3 dd 600
mg selama 4-7 hari). Terapi ini disusul dengan pemberian primaquin 15 mg
/hari selama 14 hari)
Malaria Ovale
Berikan kinin dan doksisklin (hari pertama 200 mg, lalu 1 dd 100
mg selama 6 hari). Atau mefloquin (2 dosis dari masing-masing 15 dan 10
mg/ kg dengan interval 4-6 jam). Pirimethamin-sulfadoksin (dosis tunggal
dari 3 tablet ) yang biasanya di kombinasikan dengan kinin (3 dd 600 mg
selama 3 hari).
Malaria Falcifarum
Kombinasi sulfadoksin 1000 mg dan pirimetamin 25 mg per tablet
dalam dosis tunggal sebanyak 2-3 tablet. Kina 3 x 650 mg selama 7 hari.
Antibiotik seperti tetrasiklin 4 x 250 mg/ hari selama 7-10 hari dan
aminosiklin 2 x 100 mg/ hari selama 7 hari.
20
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Kasus
An. Y berusia 4 tahun di rawat di ruangan Isolasi Rawat Inap RSUP dr. M
Djamil Padang dengan keluhan panas, lemas, dan mual – mual dan muntah ketika
makan. Klien memiliki riwayat imunisasi di posyandu tempat tinggal klien. Jenis
imunisasi yang sudah didapat klien adalah : BCG , DPT , polio, campak. Ibu klien
mengatakan awal gejalanya yaitu panas dan kemudian 2 hari yang lalu muntah,
awal muncul penyakitnya kira – kira 6 hari yang lalu dan berhenti 2 hari setelah
itu timbul lagi. Sering timbul pada waktu siang dan malam. Pada pemeriksaan
didapatkan suhu tubuh 390C, denyut nadi 120 x /menit.
3.2 Pengkajian
Data Klien
Nama : An. Y
Usia : 4 Tahun
No RM : 83.01.24
Pekerjaan :-
Agama : Islam
21
Denyut Nadi : 120 x/ menit
Suhu : 39° C
Nama : Tn . D
Usia : 42 tahun
Agama : islam
Pendidikan : D3
Pekerjaan : PNS
c. Ibu :
Nama : Ny M
Usia : 37 tahun
Agama : islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : wiraswasta
22
Alamat : Jend. Nasution
Riwayat Imunisasi.
Ibu klien mengatakan anaknya mendapatkan imunisasi di posyandu tempat
tinggal klien.
Jenis imunisasi yang sudah didapat klien adalah : BCG , DPT , polio
,campak dengan waktu pemberian tepat sesuai usia namun ibu klien tidak
ingat setiap jenis imunisasi.
Riwayat pertumbuhan dan perkembangan klien
a. Pertumbuhan fisik anak.
23
- Berat badan : 13 kg
- Panjang badan lahir : -
- Usia mulai timbul gigi 8 bulan jumlah gigi 20 buah.
b. Perkembangan anak..
Dari hasil anamnese dengan ibu klien mulai berguling dada usia 5
bulan duduk pada usia 8 bulan merangkak pada usia 9 setengah bulan
berdiri pada usia 12 bulan, mulai berjalan pada usia 13 bulan , dan
mulai berbicara pada usia 15 bulan.
c. Pemberian ASI.
Anak pertama kali diberi ASI sejak 3 hari dan cara pemberiannya
anak dibaringkan.lamanya pemberian tidak menentu.asi di berikan
sampai seusia 2 tahun.ibu juga memberikan susu formula pada kepada
klien.pemberian susu dalam sehari _+ 4 gelas (1800 cc ).
d. Pemberian makanan tambahan.
Pertama kali diberikan makanan tambahan pada usia 4 bulan
preminasun nestle beras merah. Lama pemberian berupa promina sun
nestle beras merah usia 5 bulan.
Riwayat psikososial
Berdasarkan anamnese dengan ibu klien di dapat : klien tinggal
bersama orang tua letak rumah klien ditengah kota dan jauh dari
sekolah.
1) pola nutrisi.
- BAB
Frekwensi 1 kali sehari.
Konsistensi lunak
- BAK
Frekwensi 4 – 5 kali sehari
Perubahan selama sakit klien mengatakan kadang dalam 1 hari tidak BAB.
BAK klien selama sakit tidak ada perubahan.
Aktivitas 0 1 2 3 4
Makan V
Mandi V
Toileting V
Berpindah V
Berjalan V
Menaiki tangga V
26
Klien tidak mengalami gangguan dalam hal penglihatan,
pendengaran, penciuman, dan pengecapan.
g. Pola persepsi diri – konsep diri
C. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum
- Klien tampak gelisah , pakaian klien rapi dan bersih
Tanda - tanda vital
- Suhu tubuh : 39 C
- Denyut nadi : 120 dpm
- Pernapasan : -
Kepala
- Bentuk kepala oval
- Kulit kepala bersih
Rambut
- Hitam lurus , tumbuhnya merata.
Hidung dan telinga
27
- Bentuk lubang hidung kiri dan kanan simetris.tidak ada
cairan dan tidak ada infeksi pada lubang telinga.
Mata
- Sclera tidak ikterus , konjungtiva tidak anemis.bala mata
simetris
Mulut dan gigi
- Bentuk datar, atas dan bawah simetris, bibir anak kering,
tidak ada karies, jumlah gigi 20 buah, tidak ada
peradamgan pada tonsil.
Leher
- Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid.
Thoraks
- Bentuk simetris kiri dan kanan pergerakan simetris.
Abdomen
- Tidak ada kelainan (benjolan)
Ekstermitas
- Palpasi nyeri pada tungkai dan koordinasi gerak baik
D. Data Penunjang
- Sianosis, pucat
- Kulit kering
- Muka merah
- Hipertermi , suhu 39° C
- Delirium
- Anoreksia
Anemia
Ikterik
nadi cepat
Hipotensi
28
Diuresis
Respirasi meningkat
Malaise
E. Pemeriksaan Laboratorium
- Hb menurun (<7,3 g/dl)
- Protein plasma, albumin menurun
- Kreatinin serum >3,1 g/dl
- Bilirubin serum >49 mmol/l
- Natrium urin <20 mmol/l
- Asidemia pH <7,25
- Hematocrit <15%
- Hitung parasit >10 000/ul
- Plasma bikarbonat < 15 mmol/l
- Urea urin >4,1
- LED meningkat
- Hipoglikemia : gula darah <40 mg %
- Pemeriksaan darah tepi : poikilositosis, anisositosis, polikromatosis
- Urinalisis (hemoglobinuria)
- Tes serologis : IFA (Indirect fluorescent antibody test), IHA
(indirect hemaglutination test), ELISA
- QBC (Quantitative buffy coat)
- Faal koagulasi : plasma prothrombin time/PPT, activated plasma
thromboplastin time/Appt
- Pemeriksaan biomolekuler : untuk mendeteksi DNA spesifik
parasit plasmodium dalam darah
29
3.3 ANALISIS DATA
No Data Masalah Etiologi
.
- Ds: Hipertermi Pelepasan produksi metabolik
- Klien mengeluh toksik kedalam aliran darah
badannya panas dan
merasakan kedinginan
waktu suhu tubuhnya Respon inflamasi sistemik
naik
- Ibu klien mengatakan
awal gejalanya yaitu Penurunan produksi leukosit
panas, awal muncul
penyakitnya kira-kira
6 hari yang lalu dan Peningkatan trombosit
berhenti hari setelah
itu timbul lagi
Do:
- Suhu : 39c Hipertermi
- Muka merah
- Hb menurun
- Hipotensi
30
- Ibu pasien
mengatakan anak
hanya mampu Intake nutrisi tidak adekuat
menelan 2-3 sdm
Do:
- BB : 13 Kg Ketidakseimbangan Nutrisi
- Anoreksia kurang dari kebutuhan
- Pucat
- Lemas
- Ds: Gangguan Nyamuk anopheles
- Ibu klien pola tidur
mengatakan bahwa
klien susah tidur dan Plasmodium vivax
sering merengek
menangis.
- Perubahan selama Masuk jaringan tubuh
klien sakit:ibu klien
klien mengatakan
waktu tidur sering Viremia
terjaga dan gelisah.
Do :
- Malaise Inter leukin
Peningkatan hipotalamus
Insomia
31
Gangguan pola tidur
Ds Intoletansi Adanya rasa panas dan lemas
1. Ibu klien mengatakan
bahwa anaknya lemas aktiviatas
Do Gangguan pergerakan
1. Aktivitas seperti :
mandi, makan,
toileting, mobilitas
ditempat ruangan,
berpindah, berjalan, Intoleransi aktivitas
dan menaiki tangga.
Dibantu dengan orang
lain disekitar.
2. Hb menurun (<7,3
g/dl)
Resiko ketidakseimbangan
elektrolit
32
3.4 Asuhan Keperawatan
34
Sesuikan lingkungan,
misalnya cahaya,
kebisingan,suhu,kasur dan
tempat tidur
Dorong px untuk
menatapkan rutinitas tidur
untuk memfaselitasi
perpindahan dari terjaga
menuju tidur
Anjurkan px untuk
memantau pola tidur
Bantu untuk
menghilangkan situasi
stress sebelum tidur
Perawatan Sirkulasi:
Insufisiensi Vena (4066)
Definisi:
Peningkatan sirkulasi aliran
vena
Aktivitas :
Lakuan penilaian
sirkulasi perifer secara
komprehensif
Nilai udem dan nadi
perifer
Tinggikan kaki 20/
lebih dari jantung
Pertahankan hidrasi
36
yang cukup untuk
menurunkan viskositas
darah
37
total
Monitor TD, Denyut
jantung, dan RR
Monitor membrane
mukosa, turgor kulit,
dan respon haus
Monitor tanda – tanda
gejala asites
Cek grafik asupan dan
pengeluaran secara
berkala untuk
memastikan pemberian
layanan yang baik
Manajemen hipovolemi
4170
Definisi : pengurangan
volume cairan ekstraseluler
dan intraseluler dan
pencegahan komplikasi
pada pasien yang
mengalami kelebihan
Aktivitas :
Monitor adanya tanda –
tanda dehidrasi
Dukung asupan oral
Fasilitasi kebersihan
mulut
Intruksikan pada pasien
atau keluarga tindakan –
tindakan yang dilakukan
untuk mengatasi
hypovolemia
38
Pencegahan syok
Monitor terhadap
adanya tanda – tanda
respon syndrome
inflamasi sistemik
Monitor status sirkulasi
Monitor thd adanya
tanda ketidak adekuatan
perfusi oksigen ke
jaringan
Monitor suhu dan status
respirasi
Monitor hasil lab
Memberikan cairan
melalui IV / oral
Anjurkan pasien atau
keluarga mengenai
langkah – langkah yang
harus di lakukan thd
gelaja timbulnya syok
39
BAB IV
PENUTUP
4.1 kesimpulan
malaria adalaha suatu penyakit infeksi yang menginfasi sistem hematologi
melalui vektor nyamuk yang terinfeksi protozoa plasmodium (arif muttaqin,
Dkk,2011)
malaria adalah penyakit yang bersifat akut maupun kronnik yang disebabkan oleh
protozoa genus plasmodium yang ditandai dengan demam, anemia dan
splenomegali (mansjoer,2001)
terdapat lima spesies paling umum yang memeberikan pengaruh cedera
terhadap manusia (fernandez,2009), yaitu sebagai berikut :
1. plasmodium falcifarum
2. plasmodium vivax
3. plasmodium ovale
4. plasmodium malariae
5. plasmodium knowlesi
4.2 Saran
Dari kesimpulan diatas maka kelompok kami dapat mengambil
kesimpulan bahwa Penyakit ini sangat dipengaruhi oleh kondisi-kondisi
lingkungan yang memungkinkan nyamuk untuk berkembangbiak dan
berpotensi melakukan kontak dengan manusia dan menularkan parasit malaria.
Oleh karena itu, marilah kiat memodifikasi lingkungan dengan baik
40
41
DAFTAR PUSTAKA
42