Anda di halaman 1dari 65

MALARIA PADA ANAK

BETTYWATI E TUMANGGOR

POLTEKKES JAMBI
JURUSAN KEPERAWATAN
PENGERTIAN
Malaria adalah suatu penyakit infeksi yang
menginvasi sistem hematologi melalui vektor
nyamuk yang terinfeksi protozoa plasmodium.
(Arif Muttaqin, dkk, 2011)
Malaria adalah penyakit yang bersifat akut
maupun kronik yang disebabkan oleh protozoa
genus plasmodium yang ditandai dengan
demam, anemia dan splenomegali (Mansjoer,
2001, hal 406).
Malaria adalah suatu penyakit yang disebabkan
oleh protozoa obligat intraseluler dari genus
plasmodium (Harijanto, 2000, hal 1).
Malaria adalah penyakit infeksi dengan demam
berkala, yang disebabkan oleh Parasit
Plasmodium dan ditularkan oleh sejenis nyamuk
Anopeles (Tjay & Raharja, 2000).
ETIOLOGI
• Malaria paling sering di sebabkan oleh gigitan
nyamuk spesies Anopheles betina yang
terinfeksi dengan spesies dari protozoa genus
plasmodium.
• Terdapat lima spesies paling umum yang
memberikan pengaruh ceddera terhadap
manusia (fernandez, 2009), yaitu sebagai
berikut.
• a.      Plasmodium Falcifarum
• b.      Plasmodium Vivax
• c.       Plasmodium Ovale
• d.      Plasmodium Malariae
• e.       Plasmodium Knowlesi
Plasmodium Knowlesi, baru-baru ini di
identifikasi di Asia tenggara sebagai patogen
bermakna secara klinis pada manusia (Cox-
Singh, 2008) (Arif Muttaqin, dkk, 2011).
Jenis- jenis Malaria
Jenis Pyebab Klinis
Malaria Plasmodium Malaria tropika adalah jenis malaria yang
Tropika Falcifarum paling berat, di tandai dengan panas yang
iriguler, anemia, splenomogali, parasitemia,
dan sering terjadi komplikasi. Masa inkubasi 9-
14 hari. Malaria ini menyerang semua bentuk
eritrosit. Plasmodium Falcifarum menyerang
sel darah merah seumur hidup. Infeksi
plasmodium falcifarum sering sekali
menyebabkan sel darah merah yang
mengandung parasit menghasilkan banyak
tonjolan untuk melekat pada lapisan endotel
dinding kapiler dengan akibat obstruksi
trombosis dan iskemik lokal. Infeksi ini sering
kali lebih berat dan infeksi lainnya dengan
angka komplikasi tinggi (Murphy, 1996)
Malaria Plasmodium malariae Plasmodium malariae mempunyai tropozoit
Kwartana yang serupa dengan plasmodium vivak, lebih
kecil dan s
itoplasmanya lebih kompak/lebih
biru.tropozoit matur mempunyai granula
coklat tua sampia hitam dan terkadang
mengumpul sampai terbentuk pita. Skizon
plasmodium malariae mempunyai 8-10
merozoit yang tersusun seperti kelopak
bunga/rosate. Bentuk gametosit sangat mirip
dengan plasmodium vivax tetapi lebih kecil.
(Cunha, 2008)
Malaria Plasmodium malariae
Kwartana Ciri-ciri demam tiga hari sekali setelah puncak
48 jam. Gejala lain adalah nyeri pada kepala
dan punggung, mual, pembesaran limpa, dan
melaise umum. Komplikasi jarang terjadi,
namun dapat terjadi seperti sindrome nefrotik
dan komplikasi terhadap ginjal lainnya. Pada
pemeriksaan akan di temukan edema, asites,
proteinuria, hipoproteinemia, tanpa uremia
dan hipertensi (Dorsey, 2000)
Malaria Ovale Plasmodium Ovale . tersiana (plasmodium Ovale)
Malaria
bentuknya mirip plasmodium malariae,
skizonnya hanya mempunyai 8 merozoid
dengan masa pigmen hitam di tengah.
Karakteristik yang dapat di pakai untuk
identifikasi adalah bentuk eritrosit yang
terinfeksi plasmodium ovale dimana biasanya
oval atau ireguler dan fibriated. Malaria ovale
merupakan bentuk yang paling ringan dari
semua bentuk malaria yang di sebabkan oleh
plasmodium ovale. Masa inkubasi 11-16 hari,
walaupun priode laten sampai 4 tahun.
Serangan proksismal 3-4 hari dan jarang
terjadi lebih dari 10 kali walaupun tanpa terapi
dan terjadi pada amalam hari ( Busch, 2003)
Malaria Plasmodium Vivax Malaria tersiana (plasmodium vivax) biasanya
Tersiana menginfeksi eritrosit muda yang diameternya
lebih besar dari eritrosit noramal, bentuknya
mirip dengan plasmodium falcifarum, namun
seiring dengan maturasi, tropozoid vivax berubah
menjadi amoeboid. Terjadi atas 12-24 merozoid
ovale dan pigment kuning tengguli. Gametosit
berbentuk aval hampir memenuhi seluruh
eritrosit, kromatinin eksternis, pigmen kuning.
Gejala malaria jenis ini secara periodik 48 jam
dengan gejala klasik trias malaria dan
mengakibatkan demam berkala 4 hari sekali
dengan puncak demam 72 jam (karmona, 2009).
Proses kehidupan plasmodium
Sebagaimana makhluk hidup lainnya, plasmodium
juga melakukan proses kehidupan yang meliputi:
a.       Metabolisme (pertukaran zat).
Untuk proses hidupnya, plasmodium mengambil
oksigen dan zat makanan dari haemoglobin sel
darah merah. Dari proses metabolisme
meninggalkan sisa berupa pigmen yang terdapat
dalam sitoplasma. Keberadaan pigmen ini bisa
dijadikan salah satu indikator dalam identifikasi.
b. Pertumbuhan.
Yang dimaksud dengan pertumbuhan ini adalah
perubahan morfologi yang meliputi perubahan bentuk,
ukuran, warna, dan sifat dari bagian-bagian sel.
Perubahan ini mengakibatkan sifat morfologi dari suatu
stadium parasit pada berbagai spesies, menjadi
bervariasi.Setiap proses membutuhkan waktu, sehingga
morfologi stadium parasit yang ada pada sediaan darah
dipengaruhi waktu dilakukan pengambilan darah. Ini
berkaitan dengan jam siklus perkembangan stadium
parasit. Akibatnya tidak ada gambar morfologi parasit
yang sama pada lapang pandang atau sediaan darah yang
berbeda.
.
• c.       Pergerakan.
Plasmodium bergerak dengan cara menyebarkan
sitoplasmanya yang berbentuk kaki-kaki palsu
(pseudopodia). Pada Plasmodium vivax,
penyebaran sitoplasma ini lebih jelas terlihat yang
berupa kepingan-kepingan sitoplasma. Bentuk
penyebaran ini dikenal sebagai bentuk sitoplasma
amuboit (tanpa bentuk).
d.      Berkembang biak.
Berkembang biak artinya berubah dari satu atau
sepasang sel menjadi beberapa sel baru.
KARAKTERISTIK NYAMUK
Menurut Harijanto (2000) malaria pada manusia
hanya dapat ditularkan oleh nyamuk betina
Anopheles. Lebih dari 400 spesies Anopheles di
dunia, hanya sekitar 67 yang terbukti
mengandung sporozoit dan dapat menularkan
malaria. Di Indonesia telah ditemukan 24 spesies
Anopheles yang menjadi vektor malaria.
.

Sarang nyamuk Anopheles bervariasi, ada yang di air tawar, air


payau dan ada pula yang bersarang pada genangan air pada
cabang-cabang pohon yang besar (Slamet, 2002, hal 103).
Karakteristik nyamuk Anopeles adalah sebagai berikut :
a.  Hidup di daerah tropic dan sub tropic, ditemukan
hidup di dataran rendah
b. Menggigit antara waktu senja (malam hari) dansubuh hari
c.  Biasanya tinggal di dalam rumah, di luar rumah, dan
senang mengigit manusia (menghisap darah)
d.  Jarak terbangnya tidak lebih dari 2-3 km
e.  Pada saat menggigit bagian belakangnya mengarah ke
atas dengan sudut 48 derajat
f.   Daur hidupnya memerlukan waktu ± 1 minggu .
g.  Lebih senang hidup di daerah rawa
Faktor yang mempengaruhi host
a.       Umur
Anak-anak lebih rentan terhadap infeksi parasit
malaria, terutama pada anak dengan gizi buruk
(Rampengan T.H., 2000). Infeksi akan
berlangsung lebih hebat pada usia muda atau
sangat muda karena belum matangnya system
imun pada usia muda sedangkan pada usia tua
disebabkan oleh penurunan daya tahan tubuh
misalnya oleh karena penyakit penyerta seperti
Diabetes Melitus (Weir D.M., 1987).
.
Perbedaan angka kesakitan malaria pada
berbagai golongan umur selain dipengaruhi oleh
faktor kekebalan juga dipengaruhi oleh faktor
lain seperti pekerjaan , pendidikan dan migrasi
penduduk (Departemen Kesehatan RI,2000). 
.
b.      Jenis kelamin
Perbedaan angka kesakitan malaria pada anak laki-laki dan
perempuan dipengaruhi oleh faktor pekerjaan, migrasi
penduduk dan lain-lain (Departemen Kesehatan., RI 1991).

c.       Riwayat malaria sebelumnya


Orang yang pernah terinfeksi malaria sebelumnya biasanya
akan terbentuk imunitas sehingga akan lebih tahan
terhadap infeksi malaria. Contohnya penduduk asli daerah
endemik akan lebih tahan dibandingkan dengan
transmigran yang dating dari daerah non endemis
(Dachlan Y.P., 1986 : Smith, 1995 : Maitland, 1997)
.
d.      Ras
Beberapa ras manusia atau kelompok penduduk
mempunyai kekebalan alamiah terhadap
malaria, misalnya “siekle cell anemia”
merupakan kelainan yang timbul karena
penggantian asam amino glutamat pada posisi
57 rantai hemoglobin. Bentuk heterozigot dapat
mencegah timbulnya malaria berat, tetapi tidak
melindungi dari infeksi.
.

e.       Kebiasaan
Kebiasaan sangat berpengaruh terhadap
penyebaran malaria. Misalnya kebiasaan tidak
menggunakan kelambu saaat tidur dan senang
berada diluar rumah pada malam hari. Seperti
pada penelitian di Mimiki Timur, Irian Jaya
ditemukan bahwa kebiasaan penduduk
menggunakan kelambu masih rendah (Suhardja,
1997)
.

  d. Status gizi
Status gizi ternyata berinteraksi secara sinergis
dengan daya tahan tubuh. Makin baik status gizi
seseorang, makin tidak mudah orang tersebut
terkena penyakit . Dan sebaliknya makin rendah
status gizi seseorang makin mudah orang
tersebut terkena penyakit (Nursanyoto, 1992).
Pada banyak penyakit menular terutama yang
dibarengi dengan dengan demam, terjadi
banyak kehilangan nitrogen tubuh.
.

Nitorgen tubuh diperoleh dari perombakan protein


tubuh. Agar seseorang pulih pada keadaan
kesehatan yang normal, diperlukan peningkatan
dalam protein makanan. Penting diperhatikan pula
bahwa fungsi dari dari semua pertahanan tubuh
membutuhkan kapasitas sel-sel tubuh untuk
membentuk protein baru. Inilah sebabnya maka
setiap defesiensi atau ketidak seimbangan zat
makanan yang mempengaruhi setiap system protein
dapat pula menyebabkan gangguan fungsi beberapa
mekanisme pertahanan tubuh sehingga pada
umumnya melemahkan resistensi host
.
Malnutrisi selalu menyebabkan peningkatan
insiden penyakit-penyakit infeksi dan terhadap
penyakit yang sudah ada dapat meningkatkan
keparahannya (Maria, 1992).
.

g.      Sosial ekonomi


Faktor social ekonomi sangat berkaitan dengan
kemampuan seseorang untuk mencukupi
kebutuhan dasarnya seperti : sandang, pangan
dan papan. Semakin tinggi sosisla ekonomi
seseorang semakin mudah pula seseorang
mencukupi segala kebutuhan hidupnya termasuk
di dalamnya kebutuhan akan pelayanan
kesehatan, makanan yang bergizi serta tempat
tinggal yang layak dan lain-lain .
.

• h.      Immunitas
Immunitas ini merupakan suatu pertahanan
tubuh. Masyarakat yang tinggal di daerah
endemis malaria biasanya mempunyai imunitas
yang alami sehingga mempunyai pertahanan
alam terhadap infeksi malaria.
PATOFISIOLOGI
• Pasien malaria biasanya memperoleh infeksi di
daerah endemik melalui gigitan nyamuk. Vektor,
spesies nyamuk Anopheles, melewati plasmodia, yang
terkandung dalam air liur masuk ke dalam tubuh
manusia saat nyamuk tersebut menghisap darah.
• Hasil infeksi tergantung pada imunitas host. Individu
dengan kekebalan dapat secara spontan menghapus
parasit. Pada mereka yang tidak memiliki kekebalan,
parasit, memperluas infeksi. Sejumlah kecil parasit
menjadi gametocytes, yang mengalami reproduks,
seksual ketika diisap oleh nyamuk.
.

• Hal ini dapat berkembang menjadi infeksi


sporozoites. yang terus berkembang menjadi
siklus transmisi baru setelah menggigit ke
dalam host baru. Secara garis besar semua
jenis plasmodium memiliki siklus hidup yang
sama yaitu tetap sebagian di tubuh manusia
dan sebagian di tubuh nyamuk. 
• Kondisi masuknya sporozit ke dalam tubuh
manusia, maka akan terjadi siklus malaria
yang terdiri atas siklus eksoeritrosit, siklus
eritrosit, dan siklus sporogonik (CDC, 2009).
.

a.       Siklus eksoeritrosit.


Siklus ini terjadi di dalam tubuh manusia dan
terjadi di dalam hati. Penularan terjadi bila
nyamuk betina yang terinfeksi parasit,
menyengat manusia dan dengan ludahnya
memasukkan sporozoit ke dalam peredaran
darah yang untuk selanjutnya bermukim pada sel
hepatosit di parenkim hati. Parasit tumbuh dan
mengalami pembelahan. Setelah 6-9 hari skizon
menjadi dewasa dan pecah dengan melepaskan
beribu-ribu merozoit.
.
Sebagian merozoit memasuki sel-sel darah
merah dan berkembang di sini menjadi trofozoit.
Sebagian lainnya memasuki jaringan lain, antara
lain limpa atau diam di hati. Dalam waktu 48-72
jam, sel-sel darah merah pecah dan merozoit
yang dilepaskan dapat memasuki siklus dimulai
kembali.
.

b.     Siklus eritrosit.


Fase eritrosit dimulai dan merozoid dalam darah
menyerang eritrosit membentuk tropozoid.
Proses berlanjut menjadi trofozoit-
skizonmerozoit. Setelah 2-3 generasi merozoit
dibentuk, sebagian merozoit berubah menjadi
bentuk seksual. Masa antara permulaan infeksi
sampai ditemukannya parasit dalam darah tepi
adalah masa prapaten, sedangkan masa tunas
dimulai dari masuknya sporozoit dalam badan
hospes sampai timbulnya gejala klinis demam.
.

c. Siklus sporogonik.
Siklus ini terjadi di dalam tubuh nyamuk (sporogoni).
Setelah beberapa siklus, sebagian merozoit di dalam
eritrosit dapat berkembang menjadi bentuk-bentuk
seksual jantan dan betina. Gametosit ini tidak akan
berkembang lalu mati bila tidak diisap oleh
Anopheles betina. Di dalam lambung nyamuk terjadi
penggabungan dari gametosit jantan dan betina
menjadi zigot, yang kemudian melakukan penetrasi
pada dinding lambung dan berkembang menjadi
okista. Dalam waktu 3 minggu, sporozoit kecil akan
memasuki kelenjar ludah nyamuk.
..

Di dalam vaskular, protozoa bereplikasi di dalam sel


dan menginduksi sitolisis sel darah merah
menyebabkan pelepasan produk metabolik toksik ke
dalam aliran darah dan memberikan gejala, seperti
menggigil, sakit kepala, mialgia, dan malaise. Kondisi
ini terjadi dalam siklus eritrosit. Parasit juga dapat
menyebabkan ikterus dan anemia.
Plasmodium. falciparum merupakan jenis yang paling
berbahaya dari lima spesies plasmodium karena dapat
menyebabkan gagal ginjal, koma, dan kematian.
Kematian akibat malaria dapat dicegah. jika
perawatan yang tepat dicari dan diimplementasikan.
.

• Plasmodium vivax dan Plasmodium ovale dapat


menghasilkan bentuk yang tidak aktif tetapi masih
tetap ada dalam hati orang yang terinfeksi dan
muncul di lain waktu.
• Parasit memperoleh energi mereka semata-mata
dari glukosa dan mereka mencernanya 70 kali lebih
cepat dari sel darah merah yang mereka tempati
sehingga menyebabkan insufisiensi insulin
(Gambar 2.2) yang akan memberikan manifestasi
penurunan intake glukosa jaringan. Kondisi ini akan
memberikan dampak terhadap hipoglikemia
intrasel dan ekstrasel
..

Hipoglikemia intrasel akan dilanjutkan dengan


respons peningkatan glukogenesis dan
glukoneogenesis yang memberikan manifestasi
pemecahan lemak dan perubahan sintesis protein.
Peningkatan pemecahan lemak akan
meningkatkan produksi keton yang juga akan
meningkatkan risiko terjadinya ketoasidosis
diabetikum. Perubahan sintesis protein akan
meningkatkan risiko kaheksia, letargi, dan terjadi
penurunan gama globulin yang juga meningkatkan
risiko infeksi akibat kerusakan jaringan kulit.
.

• Pada hipoglikemi ekstrasel akan memberikan


manifestasi peningkatan osmotik plasma dan
peningkatan pengeluaran glukosa oleh ginjal.
Pada kondisi peningkatan osmotik plasma
akan terjadi dehidrasi sel yang berlanjut pada
koma hiperglikemi. Respons dari peningkatan
pengeluaran glukosa oleh ginjal akan
menyebabkan diuresis osmotik dengan
manifestasi poliuri, polidipsi, hipokalemi, dan
hiponatremi.
.
. Plasmodia juga menyebabkan lisis dari sel
darah merah (baik yang terinfeksi dan yang tidak
terinfeksi), penekanan proses hematopoiesis,
dan peningkatan pembersihan sel darah merah
oleh limpa yang menyebabkan kondisi anemia
serta splenomegali. Seiring waktu, malaria dan
infeksi juga dapat menyebabkan
trombositopenia.
KOMPLIKASI
Komplikasi yang lazim terjadi pada malaria terutama
yang disebabkan oleh Plasmodium falcifarum adalah
sebagai berikut.
a.       Koma (malaria serebral).
Koma pada malaria meliputi kondisi penurunan
kesadaran, perubahan status mental, dan kejang.
Kondisi koma malaria merupakan kondisi paling
umum yang menyebabkan kematian pada pasien
dengan penyakit malaria. Jika tidak diobati,
komplikasi ini sangat mematikan. Gejala malaria
serebral mirip dengan ensefalopati toksik.
.

• Kondisi malaria akan memberikan berbagai


masalah keperawatan yang muncul pada
pasien dan memberikan implikasi pada
asuhan keperawatan. Masalah keperawatan
yang muncul berhubungan dengan pelepasan
produk metabolik toksik ke dalam aliran darah
yang memberikan berbagai manifestasi pada
respons sistemik, respons intestinal, respons
sistem saraf pusat, respons kardiorespirasi,
dan muskuloskeletal. 
.

b.      Kejang (sekunder baik untuk hipoglikemia atau serebral malaria).


c.       Gagal ginjal akut.
Sebanyak 30% dari orang dewasa yang terinfeksi dengan
Plasmodium falciparum menderita gagal ginjal akut (Hanson,
2009).
d.      Hipoglikemia.
e.       Hemoglobinuria (blackwater fever).
Kondisi hemoglobinuria ditandai dengan urine sangat gelap yang
merupakan manifestasi dari hemolisis, hemoglobinemia yang
berlanjut pada hemoglobinuria dan hemozoinuria.
f.       ARDS, edema paru nonkardiogenik.
Kondisi ini paling sering terjadi pada wanita hamil dan
menyebabkan kematian pada 80% pasien (Perez-Jorge, 2009). •
g.      Anemia.
h.      Pendarahan (koagulopati).
MANIFESTASI KLINIS
a.       Plasmodium vivax ( malaria tertiana )
1)      Meriang
2)      Panas dingin menggigil/ demam ( 8 sampai
12 jam, dapat terjadi dua hari sekali setelah
gejala pertama terjadi dapat terjadi selama
2 minggu setelah infeksi)
3)      Keringat dingin
4)      Kejang-kejang
5)      Perasaan lemas, tidak nafsu makan, sakit
pada tulang dan sendi.
.
b.      Plasmodium falcifarum ( malaria tropika )
1)      Meriang
2)      Panas dingin menggigil/ demam ( lebih dari
12 jam, dapat terjadi dua hari sekali setelah
gejala pertama terjadi dapat terjadi selama
2 minggu setelah infeksi)
3)      Keringat dingin
4)      Kejang-kejang
5)      Perasaan lemas, tidak nafsu makan, sakit
pada tulang dan sendi.
.

c.       Plasmodium malariae ( malaria kuartana )


1)      Meriang
2)      Panas dingin menggigil/ demam ( gejala
pertama tidak terjadi antara 18 sampai 40
hari setelah infeksi terjadi. Gejala tersebut
kemudian akan terulang kembali setiap 3 hari )
3)      Keringat dingin
4)      Kejang-kejang
5)      Perasaan lemas, tidak nafsu makan, sakit
pada tulang dan sendi
.
d.      Plasmodium ovale ( jarang ditemukan ). Dimana
manifestasi klinisnya mirip malaria tertiana :
1)      Meriang
2)      Panas dingin menggigil/ demam ( 8 sampai 12
jam, dapat terjadi dua hari sekali setelah
gejala pertama terjadi dapat terjadi selama 2
minggu setelah infeksi)
3)      Keringat dingin
4)      Kejang-kejang
5)      Perasaan lemas, tidak nafsu makan, sakit pada
tulang dan sendi.
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
a.      Pemeriksaan mikroskopis malaria
Diagnosis malaria sebagai mana penyakit pada
umumnya didasarkan pada manifestasi klinis
(termasuk anamnesis), uji imunoserologis dan
ditemukannya parasit (plasmodium) di dalam
penderita.
Uji imunoserologis yang dirancang dengan bermacam-
macam target dianjurkan sebagai pelengkap
pemeriksaan mikroskopis dalam menunjang diagnosis
malaria atau ditujukan untuk survey epidemiologi di
mana pemeriksaan mikrokopis tidak dapat dilakukan.
.
Diagnosis definitif demam malaria ditegakan
dengan ditemukanya parasit plasmodium dalam
darah penderita. Pemeriksaan mikrokropis satu
kali yang memberi hasil negatif tidak
menyingkirkan diagnosis deman malaria. Untuk
itu diperlukan pemeriksaan serial dengan
interval antara pemeriksaan satu hari.
.

• Pemeriksaan mikroskropis membutuhkan


syarat-syarat tertentu agar mempunyai nilai
diagnostik yang tinggi (sensitivitas dan
spesifisitas mencapai 100%).
• 1)      Waktu pengambilan sampel harus tepat
yaitu pada akhir periode demam memasuki
periode berkeringat. Pada periode ini jumlah
trophozoite dalam sirkulasi dalam mencapai
maksimal dan cukup matur sehingga
memudahkan identifikasi spesies parasit.
.

2)      Volume yang diambil sebagai sampel cukup,


yaitu darah kapiler (finger prick) dengan
volume 3,0-4,0 mikro liter untuk sediaan tebal
dan 1,0-1,5 mikro liter untuk sedian tipis.
3)      Kualitas perparat harus baik untuk menjamin
identifikasi spesies plasmodium yang tepat.
4)      Identifikasi spesies plasmodium
5)      Identifikasi morfologi sangat penting untuk
menentukan spesies plasmodium dan
selanjutnya digunakan sebagai dasar
pemilihan obat.
.

b.      QBC (Semi Quantitative Buffy Coat)


Prinsip dasar: tes floresensi yaitu adanya protein
pada plasmodium yang dapat mengikat acridine
orange akan mengidentifikasi eritrosit terinfeksi
plasmodium. QBC merupakan teknik
pemeriksaan dengan menggunakan tabung
kapiler dengan diameter tertentu yang dilapisi
acridine orange tetapi cara ini tidak dapat
membedakan spesies plasmodium dan kurang
tepat sebagai instrumen hitung parasit.
.

c.       Pemeriksaan imunoserologis


Pemeriksaan imunoserologis didesain baik untuk
mendeteksi antibodi spesifik terhadap paraasit
plasmodium maupun antigen spesifik plasmodium atau
eritrosit yang terinfeksi plasmodium teknik ini terus
dikembangkan terutama menggunakan teknik
radioimmunoassay dan enzim immunoassay.
d.      Pemeriksan Biomolekuler
Pemeriksaan biomolekuler digunakan untuk mendeteksi
DNA spesifik parasit/ plasmodium dalam darah penderita
malaria.tes ini menggunakan DNA lengkap yaitu dengan
melisiskan eritrosit penderita malaria untuk mendapatkan
ekstrak DNA.
Penatalaksanaan

a) Cara Modern. Jika terkena penyakit malaria,


usahakan cepat ditangani dengan membawanya
berobat ke dokter ahli penyakit malaria. Jika sudah
ditangan dokter pastinya akan cepat ditangani
namun bagaimana jika anda berada ditempat
terpencil dan sangat jauh dari tempat dokter, anda
bisa menggunakan cara tradisional.
b) Cara Tradisional. Cara tradisional dapat dijadikan alternatif
jika ada kendala berobat kepada dokter. Untuk pengobatan
secara tradisonal sangat mudah yaitu menggunakan “Daun
Pepaya”. Jangan salah, daun papaya juga sangat manjur untuk
mengobati penyakit malaria. Caranya yaitu siapkan beberapa
daun papaya kemudian rebus dan minum airnya 3 kali sehari.
Lakukan ini secara teratur setiap hari dan yakinlah bahwa
anda akan sembuh.
.

Penatalaksanaan khusus pada kasus- kasus


malaria dapat diberikan tergantung dari jenis
plasmodium, menurut Tjay& Rahardja (2002)
antara lain sebagai berikut :
a.       Malaria Tersiana/ Kuartana
Biasanya di tanggulangi dengan kloroquin namun
jika resisten perlu di tambahkan mefloquin single
dose 500 mg p.c (atau kinin 3 dd 600 mg selama
4-7 hari). Terapi ini disusul dengan pemberian
primaquin 15 mg /hari selama 14 hari)
.

b.      Malaria Ovale


Berikan kinin dan doksisklin (hari pertama 200
mg, lalu 1 dd 100 mg selama 6 hari). Atau
mefloquin (2 dosis dari masing-masing 15 dan
10 mg/ kg dengan interval 4-6 jam).
Pirimethamin-sulfadoksin (dosis tunggal dari 3
tablet ) yang biasanya di kombinasikan dengan
kinin (3 dd 600 mg selama 3 hari).
.

c.       Malaria Falcifarum


Kombinasi sulfadoksin 1000 mg dan pirimetamin
25 mg per tablet dalam dosis tunggal sebanyak
2-3 tablet. Kina 3 x 650 mg selama 7 hari.
Antibiotik seperti tetrasiklin 4 x 250 mg/ hari
selama 7-10 hari dan aminosiklin 2 x 100 mg/
hari selama 7 hari
MALARIA PADA ANAK
PENULARAN

Infeksi malaria yang ditularkan


Gigitan nyamuk Anopheles melalui transfusi darah

Malaria congenital adalah malaria


pada bayi yang baru dilahirkan karena
ibunya menderita malaria.
GEJALA ??????
a) Periode Dingin

Mulai menggigil, kulit dingin dan kering, penderita sering


membungkus diri dengan selimut dan pada saat menggigil sering
seluruh badan bergetar dan gigi saling terantuk, pucat sampai
sianosis seperti orang kedinginan. Periode ini berlangsung 15 menit
sampai 1 jam diikuti dengan meningkatnya temperatur.
b) Periode Panas

Penderita muka merah, kulit panas dan kering, nadi


cepat dan panas badan tetap tinggi dapat mencapai
40 0C atau lebih, respirasi meningkat, nyeri kepala,
terkadang muntah-muntah, dan syok. Periode ini
lebih lama dari fase dingin, dapat sampai 2 jam atau
lebih diikuti dengan keadaan berkeringat.
c) Periode Berkeringat

Berkeringat Periode berkeringat mulai dari


temporal, diikuti seluruh tubuh, sampai
basah, temperatur turun, lelah, dan sering
tertidur. Bila penderita bangun akan
merasa sehat dan dapat melaksanakan
pekerjaan seperti biasa.
INFEKSI AWAL MALARIA

Demam Tinggi Menggigil

Malaise/Tidak enak
Sakit Kepala
badan, lesu
Mual dan Muntah

Diare
GEJALA PENDERITA MALARIA BERAT
1. Gangguan kesadaran dalam berbagai
derajat.
2. Kejang-kejang.
3. Panas sangat tinggi.
4. Mata atau tubuh kuning.
5. Perdarahan di hidung/gusi atau
saluran pencernaan.
6. Nafas cepat.
7. Muntah terus-menerus.
8. Tidak dapat makan/minum.
9. Warna air seni seperti teh tua sampai
kehitaman serta jumlah air seni kurang
sampai tidak ada.
Hindari daerah endemis malaria
terutama jika anda dalam kondisi yang
rentan (Hamil, balita, sistem kekebalan
tubuh yang menurun dan lanjut usia).
Sebagai pertahanan terakhir dengan
menggunakan obat-obatan.

Anda mungkin juga menyukai