Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Malaria merupakan penyakit yang terdapat di daerah Tropis. Penyakit ini sangat

dipengaruhi oleh kondisi-kondisi lingkungan yang memungkinkan nyamuk untuk

berkembangbiak dan berpotensi melakukan kontak dengan manusia dan menularkan

parasit malaria. Contoh faktor-faktor lingkungan itu antara lain hujan, suhu,

kelembaban, arah dan kecepatan angin, ketinggian. Salah satu faktor lingkungan yang

juga mempengaruhi peningkatan kasus malaria adalah penggundulan hutan, terutama

hutan-hutan bakau di pinggir pantai. Akibat rusaknya lingkungan ini, nyamuk yang

umumnya hanya tinggal di hutan, dapat berpindah di pemukiman manusia, kerusakan

hutan bakau dapat menghilangkan musuh-musuh alami nyamuk sehingga kepadatan

nyamuk menjadi tidak terkontrol.

Penyakit malaria disebabkan oleh Plasmodium sp. yang terdiri atas 4 spesies,

diantaranya adalah Plasmodium falciparum, Plasmodium vivax, Plasmodium malariae,

Plasmodium ovale.

1.2. Rumusan Masalah

Masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah penyakit Malaria?

1.3. Tujuan
Makalah ini ditulis dengan tujuan untuk membahas Penyakit Malaria.

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Definisi Malaria

Malaria adalah penyakit yang dapat bersifat cepat maupun lama prosesnya,
malaria disebabkan oleh protozoa genus Plasmodium bentuk aseksual yang masuk
kedalam tubuh manusia ditularkan oleh nyamuk malaria (anopeles) betina. Selain
berasal dari vektor nyamuk, malaria juga dapat ditularkan melalui transfusi darah
atau jarum suntik yang terkontaminasi darah penderita malaria. Malaria kongenital
disebabkan oleh penularan agen penyebab melalui barier plasenta, namun kejadian
ini jarang terjadi. Sebaliknya, malaria neonatus, agak sering terjadi dan merupakan
akibat dari pencampuran darah ibu yang terinfeksi dengan darah bayi selama
proses kelahiran.
Menurut Departemen Kesehatan RI tahun 2003 malaria adalah penyakit
infeksi yang disebabkan oleh beberapa parasit plasmodium yang hidup dan
berkembang biak dalam sel darah merah manusia dan penyakit ini secara alami
ditularkan melalui gigitan nyamuk anopheles betina. Penyakit malaria adalah salah
satu penyakit yang menular, penyakit parasit yang hidap dalam sel darah manusia
yang ditularkan melelui nyamuk malaria dari penderita malaria kepada orang lain,
penyakit malaria dapat menyerang kelompok umur dan semua jenis kelamin.
Malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh plasmodium dan ditularkan
kepada manusia melalui vector nyamuk anopheles. (Harijanto, 2000)
Malaria adalah suatu penyakit yang ditandai oleh rasa dingin dan badan
menggigil, suhu badan meningkat dan denyut nadi cepat (Nadesul, 1995

Jenis-Jenis Malaria

Menurut Harijanto (2000) pembagian jenis-jenis malaria berdasarkan jenis


plasmodiumnya antara lain sebagai berikut :

a. Malaria Tropika (Plasmodium Falcifarum)


Malaria tropika/ falciparum malaria tropika merupakan bentuk yang paling
berat, ditandai dengan panas yang ireguler, anemia, splenomegali, parasitemia
yang banyak dan sering terjadi komplikasi. Masa inkubasi 9-14 hari. Malaria
tropika menyerang semua bentuk eritrosit. Disebabkan oleh Plasmodium
2
falciparum. Plasmodium ini berupa Ring/ cincin kecil yang berdiameter 1/3
diameter eritrosit normal dan merupakan satu-satunya spesies yang memiliki 2
kromatin inti (Double Chromatin).

 Klasifikasi penyebaran Malaria Tropika:


Plasmodium Falcifarum menyerang sel darah merah seumur hidup. Infeksi
Plasmodium Falcifarum sering kali menyebabkan sel darah merah yang
mengandung parasit menghasilkan banyak tonjolan untuk melekat pada
lapisan endotel dinding kapiler dengan akibat obstruksi trombosis dan
iskemik lokal. Infeksi ini sering kali lebih berat dari infeksi lainnya dengan
angka komplikasi tinggi (Malaria Serebral, gangguan gastrointestinal, Algid
Malaria, dan Black Water Fever).

b. Malaria Kwartana (Plasmoduim Malariae)


Plasmodium Malariae mempunyai tropozoit yang serupa dengan
Plasmoduim vivax, lebih kecil dan sitoplasmanya lebih kompak/ lebih biru.
Tropozoit matur mempunyai granula coklat tua sampai hitam dan kadang-
kadang mengumpul sampai membentuk pita. Skizon Plasmodium malariae
mempunyai 8-10 merozoit yang tersusun seperti kelopak bunga/ rossete.
Bentuk gametosit sangat mirip dengan Plasmodium vivax tetapi lebih kecil.
Ciri-ciri demam tiga hari sekali setelah puncak 48 jam. Gejala lain
nyeri pada kepala dan punggung, mual, pembesaran limpa, dan malaise umum.
Komplikasi yang jarang terjadi namun dapat terjadi seperti sindrom nefrotik
dan komplikasi terhadap ginjal lainnya. Pada pemeriksaan akan di temukan
edema, asites, proteinuria, hipoproteinemia, tanpa uremia dan hipertensi.

c. Malaria Ovale (Plasmodium Ovale)


Malaria Tersiana (Plasmodium Ovale) bentuknya mirip Plasmodium
malariae, skizonnya hanya mempunyai 8 merozoit dengan masa pigmen hitam
di tengah. Karakteristik yang dapat di pakai untuk identifikasi adalah bentuk
eritrosit yang terinfeksi Plasmodium Ovale biasanya oval atau ireguler dan
fibriated. Malaria ovale merupakan bentuk yang paling ringan dari semua
malaria disebabkan oleh Plasmodium ovale. Masa inkubasi 11-16 hari, walau

3
pun periode laten sampai 4 tahun. Serangan paroksismal 3-4 hari dan jarang terjadi
lebih dari 10 kali walau pun tanpa terapi dan terjadi pada malam hari.

d. Malaria Tersiana (Plasmodium Vivax)

Malaria Tersiana (Plasmodium Vivax) biasanya menginfeksi eritrosit muda


yang diameternya lebih besar dari eritrosit normal. Bentuknya mirip dengan
plasmodium Falcifarum, namun seiring dengan maturasi, tropozoit vivax berubah
menjadi amoeboid. Terdiri dari 12-24 merozoit ovale dan pigmen kuning tengguli.
Gametosit berbentuk oval hampir memenuhi seluruh eritrosit, kromatinin
eksentris, pigmen kuning. Gejala malaria jenis ini secara periodik 48 jam dengan
gejala klasik trias malaria dan mengakibatkan demam berkala 4 hari sekali dengan
puncak demam setiap 72 jam.

Dari semua jenis malaria dan jenis plasmodium yang menyerang system
tubuh, malaria tropika merupakan malaria yang paling berat di tandai dengan
panas yang ireguler, anemia, splenomegali, parasitemis yang banyak, dan sering
terjadinya komplikasi.

2.2. Patofisiologi
Patofisiologi pada malaria belum diketahui dengan pasti. Patofisiologi malaria adalah
multifaktorial dan mungkin berhubungan dengan hal-hal sebagai berikut :
2.2.1 Penghancuran eritrosit.
Penghancuran eritrosit ini tidak saja dengan pecahnya eritrosit yang
mengandung parasit, tetapi juga oleh fagositosis eritrosit yang mengandung parasit
dan yang tidak mengandung parasit, sehingga menyebabkan anemia dan anoksia
jaringan. Dengan hemolisis intra vaskular yang berat, dapat terjadi hemoglobinuria
(blackwater fever) dan dapat mengakibatkan gagal ginjal.

2.2.2. Mediator endotoksin-makrofag.

Pada saat skizogoni, eirtosit yang mengandung parasit memicu makrofag yang
sensitif endotoksin untuk melepaskan berbagai mediator yang berperan dalam

4
perubahan patofisiologi malaria. Endotoksin tidak terdapat pada parasit malaria,
mungkin berasal dari rongga saluran cerna. Parasit malaria itu sendiri dapat
melepaskan faktor neksoris tumor (TNF). TNF adalah suatu monokin , ditemukan
dalam darah hewan dan manusia yang terjangkit parasit malaria. TNF dan sitokin lain
yang berhubungan, menimbulkan demam, hipoglimeia dan sindrom penyakit
pernafasan pada orang dewasa (ARDS = adult respiratory distress syndrome) dengan
sekuestrasi sel neutrofil dalam pembuluh darah paru. TNF dapat juga menghancurkan
plasmodium falciparum in vitro dan dapat meningkatkan perlekatan eritrosit yang
dihinggapi parasit pada endotelium kapiler. Konsentrasi TNF dalam serum pada anak
dengan malaria falciparum akut berhubungan langsung dengan mortalitas,
hipoglikemia, hiperparasitemia dan beratnya penyakit.

2.2.3. Sekuestrasi eritrosit yang terinfeksi.

Eritrosit yang terinfeksi plasmodium falciparum stadium lanjut dapat


membentuk tonjolan-tonjolan (knobs) pada permukaannya. Tonjolan tersebut
mengandung antigen malaria dan bereaksi dengan antibodi malaria dan berhubungan
dengan afinitas eritrosit yang mengandung plasmodium falciparum terhadap
endotelium kapiler darah dalam alat dalam, sehingga skizogoni berlangsung di
sirkulasi alat dalam, bukan di sirkulasi perifer. Eritrosit yang terinfeksi, menempel
pada endotelium kapiler darah dan membentuk gumpalan (sludge) yang membendung
kapiler dalam alam-alat dalam.

Protein dan cairan merembes melalui membran kapiler yang bocor (menjadi
permeabel) dan menimbulkan anoksia dan edema jaringan. Anoksia jaringan yang
cukup meluas dapat menyebabkan kematian. Protein kaya histidin P. falciparum
ditemukan pada tonjolan-tonjolan tersebut, sekurang-kurangnya ada empat
macam protein untuk sitoaherens eritrosit yang terinfeksi plasmodium P.
falciparum.

5
2.3. Tanda dan Gejala

Menurut berat-ringannya tanda-tanda dan gejalanya, gejala malaria dapat dibagi


menjadi 2 jenis:

2.3.1. Gejala malaria ringan (malaria tanpa komplikasi)

Meskipun disebut malaria ringan, sebenarnya gejala yang dirasakan penderitanya


cukup menyiksa. Gejala malaria yang utama  yaitu: demam dan menggigil, juga dapat
disertaisakit kepala, mual, muntah, diare, nyeri otot atau pegal-pegal. Gejala-gejala yang
timbul dapat bervariasi tergantung daya tahan tubuh penderita dan gejala spesifik dari
mana parasit berasal. Gejala malaria ini terdiri dari tiga stadium berurutan yang disebut
trias malaria, yaitu
1. Stadium dingin (cold stage)

Berlangsung kurang kebih 15 menit sampai dengan 1 jam. Dimulai dengan menggigil
dan perasaan sangat dingin, gigi gemeretak, denyut nadi cepat tetapi lemah, bibir dan jari-
jari pucat kebiru-biruan (sianotik), kulit kering dan terkadang disertai muntah.
2. Stadium demam (hot stage)

Berlangsung lebih dari 2 hingga 4 jam. Penderita merasa kepanasan (fever). Muka
merah, kulit kering, sakit kepala dan sering kali muntah. Nadi menjadi kuat kembali,
merasa sangat haus dan suhu tubuh dapat meningkat hingga 41oC atau lebih. Pada anak-
anak, suhu tubuh yang sangat tinggi dapat menimbulkan kejang-kejang.
3. Stadium berkeringat (sweating stage)

Berlangsung lebih dar 2 hingga 4 jam. Penderita berkeringat sangat banyak. Suhu
tubuh kembali turun, kadang-kadang sampai di bawah normal. Setelah itu biasanya
penderita beristirahat hingga tertidur. Setelah bangun tidur penderita merasa lemah tetapi
tidak ada gejala lain sehingga dapat kembali melakukan kegiatan sehari-hari.

2.3.2.   Gejala malaria berat (malaria dengan komplikasi)

Penderita dikatakan menderita malaria berat bila di dalam darahnya ditemukan


parasit malaria melalui pemeriksaan laboratorium Sediaan Darah Tepi atau Rapid

6
Diagnostic Test (RDT) dan disertai memiliki satu atau beberapa gejala/komplikasi
berikut ini:
 Gangguan kesadaran dalam berbagai derajat (mulai dari koma sampai penurunan
kesadaran lebih ringan dengan manifestasi seperti: mengigau, bicara salah, tidur
terus, diam saja, tingkah laku berubah)
 Keadaan umum yang sangat lemah (tidak bisa duduk/berdiri)
 Kejang-kejang
 Panas sangat tinggi
 Mata atau tubuh kuning
 Tanda-tanda dehidrasi (mata cekung, turgor dan elastisitas kulit berkurang, bibir
kering, produksi air seni berkurang) Perdarahan hidung, gusi atau saluran
pencernaan
 Nafas cepat atau sesak nafas
Penyebab malaria yang paling utama adalah karena penularan parasit malaria
yang dibawa oleh nyamuk Anopheles. Tanda-tanda dan gejala malaria yang paling umum
adalah deman spesifik dimana tubuh terasa panas, namun penderita merasakan
kedinginan yang amat sangat.

2.4. Test Diagnostik

2.4.1. Pemeriksaan mikroskopis malaria

Diagnosis malaria sebagai mana penyakit pada umumnya didasarkan pada


manifestasi klinis (termasuk anamnesis), uji imunoserologis dan ditemukannya parasit
(plasmodium) di dalam penderita. Uji imunoserologis yang dirancang dengan bermacam-
macam target dianjurkan sebagai pelengkap pemeriksaan mikroskopis dalam menunjang
diagnosis malaria atau ditujukan untuk survey epidemiologi di mana pemeriksaan
mikrokopis tidak dapat dilakukan. Diagnosis definitif demam malaria ditegakan dengan
ditemukanya parasit plasmodium dalam darah penderita. Pemeriksaan mikrokropis satu
kali yang memberi hasil negatif tidak menyingkirkan diagnosis deman malaria. Untuk itu
diperlukan pemeriksaan serial dengan interval antara pemeriksaan satu hari.

7
Pemeriksaan mikroskropis membutuhkan syarat-syarat tertentu agar mempunyai
nilai diagnostik yang tinggi (sensitivitas dan spesifisitas mencapai 100%).

1. Waktu pengambilan sampel harus tepat yaitu pada akhir periode demam
memasuki periode berkeringat. Pada periode ini jumlah trophozoite dalam
sirkulasi dalam mencapai maksimal dan cukup matur sehingga
memudahkan identifikasi spesies parasit.
2. Volume yang diambil sebagai sampel cukup, yaitu darah kapiler (finger prick)
dengan volume 3,0-4,0 mikro liter untuk sediaan tebal dan 1,0-1,5 mikro liter
untuk sedian tipis.
3. Kualitas perparat harus baik untuk menjamin identifikasi spesies plasmodium
yang tepat.
4. Identifikasi spesies plasmodium
5. Identifikasi morfologi sangat penting untuk menentukan spesies plasmodium dan
selanjutnya digunakan sebagai dasar pemilihan obat.

2.4.2. QBC (Semi Quantitative Buffy Coat)

Prinsip dasar: tes floresensi yaitu adanya protein pada plasmodium yang dapat
mengikat acridine orange akan mengidentifikasi eritrosit terinfeksi plasmodium. QBC
merupakan teknik pemeriksaan dengan menggunakan tabung kapiler dengan diameter
tertentu yang dilapisi acridine orange tetapi cara ini tidak dapat membedakan spesies
plasmodium dan kurang tepat sebagai instrumen hitung parasit.

2.4.3. Pemeriksaan imunoserologis


Pemeriksaan imunoserologis didesain baik untuk mendeteksi antibodi spesifik
terhadap paraasit plasmodium maupun antigen spesifik plasmodium atau eritrosit yang
terinfeksi plasmodium teknik ini terus dikembangkan terutama menggunakan teknik
radioimmunoassay dan enzim immunoassay.
2.4.4. Pemeriksan Biomolekuler
Pemeriksaan biomolekuler digunakan untuk mendeteksi DNA spesifik parasit/
plasmodium dalam darah penderita malaria.tes ini menggunakan DNA lengkap yaitu
dengan melisiskan eritrosit penderita malaria untuk mendapatkan ekstrak DNA.

8
2.5. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan khusus pada kasus- kasus malaria dapat diberikan tergantung dari
jenis plasmodium, menurut Tjay & Rahardja (2002) antara lain sebagai berikut:

2.5.1. Malaria Tersiana/ Kuartana


Biasanya di tanggulangi dengan kloroquin namun jika resisten perlu di tambahkan
mefloquin single dose 500 mg p.c (atau kinin 3 dd 600 mg selama 4-7 hari). Terapi
ini disusul dengan pemberian primaquin 15 mg /hari selama 14 hari)

2.5.2. Malaria Ovale


Berikan kinin dan doksisklin (hari pertama 200 mg, lalu 1 dd 100 mg selama 6 hari).
Atau mefloquin (2 dosis dari masing-masing 15 dan 10 mg/ kg dengan interval 4-6
jam). Pirimethamin-sulfadoksin (dosis tunggal dari 3 tablet ) yang biasanya di
kombinasikan dengan kinin (3 dd 600 mg selama 3 hari).

2.5.3. Malaria Falcifarum


Kombinasi sulfadoksin 1000 mg dan pirimetamin 25 mg per tablet dalam dosis
tunggal sebanyak 2-3 tablet. Kina 3 x 650 mg selama 7 hari. Antibiotik seperti
tetrasiklin 4 x 250 mg/ hari selama 7-10 hari dan aminosiklin 2 x 100 mg/ hari
selama 7 hari

2.6. Pengobatan Penyakit Malaria

Secara global WHO telah menetapkan di pakainya pengobatan malaria dengan


memakai obat ACT (Artemisinis DBase Combination Therapy). Golongan artemisinis
(ART) telah di pilih sebagai obat utama karena efektif dalam mengatasi plasmodium yang
resisten dengan pengobatan. Selain itu artemisinis juga bekerja membunuh plasmodium
dalam semua stadium termasuk gametosit. Juga efektif terhadap semua
spesies, P.falciparum, P.vivax, maupun lainnya.
Parasit malaria mengandung Apicoplasts, organel biasanya di temukan pada
tanaman, lengkap dengan sendiri genom. Apicoplasts ini di perkirakan beasal
melaluiendosimbiosis  ganggang dan memainkan peran penting dalam berbagai aspek

9
metabolisme parasit, seperti asam lemak biosintesis. Dengan terjadinya plasmodium yang
resistan terhadap obat, strategi baru sedang di kembangkan untung memerangi penyakit
yang meluas. Salah satu pendekatan tersebut terletak pada pengenalan sintetikpiridoksal-
amino asam adisi, yang di ambil oleh parasit dan akhirnya menganggu kemampuannya
untuk membuat beberapa vitamin B. Obat antimalaria menggunakan Logam Sintetis
Kompleks yang menarik minat penelitian.
Malaria di obati dengan obat  antimalaria, yang di gunakan tergantung pada jenis
dan tingkat keparahan terhadap penyakit. Sementara obat terhadap demam yang umum di
gunakan, efeknya pada hasil yang tidak jelas.
Malaria tanpa komplikasi dapat di obati dengan obat oral. Perawatan yang paling
efektif untuk P.infeksi falciparum adalah penggunaan artemisinin dalam kombinasi dengan
antimalaria lain (di kenal sebagai terapi artemisinin-kombinasi, ACT), yang menurunkan
resistensi terhadap komponen obat tunggal. Antimalaria tambahan meliputi : Amodiakuin,
lumefantrine, mefloquine, atau sulfadoksin/pirimetamin. Untuk mengobati malaria selama
kehamilan, WHO merekomendasikan penggunaan kina di tambah klindamisin awal dalam
kehamilan (trimester 1), dan ACT dalam tahap akhir (ke-2 dan ke-3 trimester).
Rekomendasi pengobatan untuk malaria berat adalah intravena penggunaan obat
antimalaria. Untuk malaria berat, artesunate lebih unggul kina pada anak-anak dan orang
dewasa. Pengobatan malaria berat melibatkan langkah-langkah dukungan yang paling baik
dilakukan dalam unit perawatan kritis . Ini termasuk pengelolaan demam tinggi dan kejang
yang mungkin timbul dari itu, juga mencakup pemantauan upaya miskin bernapas , gula
darah rendah, dan kalium darah rendah.
       Obat antimalaria terdiri dari 5 jenis, antara lain :
       1. Skizontisid jaringan primer yang membasmi parasit praeritrosit, yaitu proguanil,
           Primetamin.
       2. Skizontisid jaringan sekunder yang membasmi parasit eksoeritrosit, yaitu primakuin.
       3. Skizontisid darah yang membasmi parasit fase eritrosit, yaitu kina, klorokuin, dan
           Amodiakuin.
       4. Gametosid yang menghancurkan bentuk seksual. Primakuin adalah gametosid yang
           Ampuh bagi ke-4 spesies. Gametosid untuk P.vivax, P.malariae, P.ovale adalah kina

10
           Klorokuin dan amodiakuin.
       5. Sporontosid, mencegah gametosid dalam darah untuk membentuk ookista dan
           Sporozoit dalam nyamuk anopheles,  yaitu primakuin dan proguanil.

2.7. Program Pemerintah dalam penanggulangan Malaria

1. Memperingati hari malaria sedunia


Peringatan Hari Malaria Sedunia (HMS) merupakan program pemerintah yang dilakukan
setiap tanggal 25 April. Kegiatan ini dimaksudkan untuk meningkatkan kinerja dalam
menuju eliminasi malaria serta meningkatkan kepedulian dan peran aktif masyarakat
dalam penanggulangan dan pencegahan malaria.

2. Lima kebijakan pemerintah dalam pemberantasan malaria


a. Diagnosa malaria yang harus dilakukan sampai ukuran mikroskopis dengan Rapid
Diagnostic Test (RDT).
b. Pengobatan dengan metode Artemisinin Combination Therapy (ACT) yang
ditanggung APBN dan diberikan gratis bagi penderita malaria.
c. Pencegahan penularan dengan pembagian kelambu yang mengandung insektisida
bagian dalamnya (Long Lasting Insecticidal Net) yang bisa bertahan 3-5 tahun.
d. Kerjasama lintas sektor dengan adanya Gerakan Berantas Kembali (Gebrak) Malaria.
e. Memperkuat desa siaga dengan pembuatan Pos Malaria Desa (Posmaldes).
3.

11
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan

Malaria merupakan   penyakit menular yang disebabkan oleh nyamuk


plasmodium antara lain plasmodium malariae, plasmodium vivax, plasmodium
falciparum, plasmodium ovale yang hanya dapat dilihat dengan mikroskop yang
ditularkan oleh nyamuk malaia (anopheles)/, penyakit malaria dapat menyerang semua
orang baik laki-laki maupun perempuan, pada semua golongan umur (dari bayi, anak-
anak, sampai dewasa). Penularaan penyakit ini biasa secara alami, yaitu melalui gigitan
nyamuk anopheles dan secara tidak alami yaitu secara bawaan dan secara mekanik. Dan
diagnosanya dapat diketahui melalui pemeriksaan darah di laboratoium yang
menggunakan mikroskof. Gejala yang ditimbulkan bila seseorang terkena malaria adalah
demam, menggigil, kepala sakit, bias disertai muntah-muntah .

3.2. Saran

Penyakit malaria disebabkan oleh nyamuk maka mengurangi penyebaran dan


berkembang biaknya nyamuk, maka dihimbau kepada masyarakat agar hidup bersih dan
sehat :
Seperti, menjaga kebersihan lingkungan, rumah, bila terkena malaria cepat
berobat ke puskesmas atau rumah sakit terdekat.

12
DAFTAR PUSTAKA

Doenges, ME., 1999),  RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN  EDISI 3,Ahli Bahasa: I


Made Kariasa, S.Kp.; Ni Made Sumarwati, S.Kp., Jakarta: EGC
Mansjoer, A,dkk. (1999).  KAPITA SELEKTA KEDOKTERAN EDISI TIGA JILID
SATU, Jakarta:FKUI
Smeltzer, Suzaanne C. 2002. BUKU AJAR KEPERAWATAN MEDIKAL
BEDAH. Jakarta : EGC
http://www.depkes.go.id/article/print/1055/bersama-kita-berantas-malaria.html
https://news.detik.com/berita/d-1119811/target-ri-bebas-malaria-tahun-2030-depkes-luncurkan-
5-kebijakan

13

Anda mungkin juga menyukai