PENDAHULUAN
Malaria merupakan penyakit yang terdapat di daerah Tropis. Penyakit ini sangat
parasit malaria. Contoh faktor-faktor lingkungan itu antara lain hujan, suhu,
kelembaban, arah dan kecepatan angin, ketinggian. Salah satu faktor lingkungan yang
hutan-hutan bakau di pinggir pantai. Akibat rusaknya lingkungan ini, nyamuk yang
Penyakit malaria disebabkan oleh Plasmodium sp. yang terdiri atas 4 spesies,
Plasmodium ovale.
Masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah penyakit Malaria?
1.3. Tujuan
Makalah ini ditulis dengan tujuan untuk membahas Penyakit Malaria.
1
BAB II
PEMBAHASAN
Malaria adalah penyakit yang dapat bersifat cepat maupun lama prosesnya,
malaria disebabkan oleh protozoa genus Plasmodium bentuk aseksual yang masuk
kedalam tubuh manusia ditularkan oleh nyamuk malaria (anopeles) betina. Selain
berasal dari vektor nyamuk, malaria juga dapat ditularkan melalui transfusi darah
atau jarum suntik yang terkontaminasi darah penderita malaria. Malaria kongenital
disebabkan oleh penularan agen penyebab melalui barier plasenta, namun kejadian
ini jarang terjadi. Sebaliknya, malaria neonatus, agak sering terjadi dan merupakan
akibat dari pencampuran darah ibu yang terinfeksi dengan darah bayi selama
proses kelahiran.
Menurut Departemen Kesehatan RI tahun 2003 malaria adalah penyakit
infeksi yang disebabkan oleh beberapa parasit plasmodium yang hidup dan
berkembang biak dalam sel darah merah manusia dan penyakit ini secara alami
ditularkan melalui gigitan nyamuk anopheles betina. Penyakit malaria adalah salah
satu penyakit yang menular, penyakit parasit yang hidap dalam sel darah manusia
yang ditularkan melelui nyamuk malaria dari penderita malaria kepada orang lain,
penyakit malaria dapat menyerang kelompok umur dan semua jenis kelamin.
Malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh plasmodium dan ditularkan
kepada manusia melalui vector nyamuk anopheles. (Harijanto, 2000)
Malaria adalah suatu penyakit yang ditandai oleh rasa dingin dan badan
menggigil, suhu badan meningkat dan denyut nadi cepat (Nadesul, 1995
Jenis-Jenis Malaria
3
pun periode laten sampai 4 tahun. Serangan paroksismal 3-4 hari dan jarang terjadi
lebih dari 10 kali walau pun tanpa terapi dan terjadi pada malam hari.
Dari semua jenis malaria dan jenis plasmodium yang menyerang system
tubuh, malaria tropika merupakan malaria yang paling berat di tandai dengan
panas yang ireguler, anemia, splenomegali, parasitemis yang banyak, dan sering
terjadinya komplikasi.
2.2. Patofisiologi
Patofisiologi pada malaria belum diketahui dengan pasti. Patofisiologi malaria adalah
multifaktorial dan mungkin berhubungan dengan hal-hal sebagai berikut :
2.2.1 Penghancuran eritrosit.
Penghancuran eritrosit ini tidak saja dengan pecahnya eritrosit yang
mengandung parasit, tetapi juga oleh fagositosis eritrosit yang mengandung parasit
dan yang tidak mengandung parasit, sehingga menyebabkan anemia dan anoksia
jaringan. Dengan hemolisis intra vaskular yang berat, dapat terjadi hemoglobinuria
(blackwater fever) dan dapat mengakibatkan gagal ginjal.
Pada saat skizogoni, eirtosit yang mengandung parasit memicu makrofag yang
sensitif endotoksin untuk melepaskan berbagai mediator yang berperan dalam
4
perubahan patofisiologi malaria. Endotoksin tidak terdapat pada parasit malaria,
mungkin berasal dari rongga saluran cerna. Parasit malaria itu sendiri dapat
melepaskan faktor neksoris tumor (TNF). TNF adalah suatu monokin , ditemukan
dalam darah hewan dan manusia yang terjangkit parasit malaria. TNF dan sitokin lain
yang berhubungan, menimbulkan demam, hipoglimeia dan sindrom penyakit
pernafasan pada orang dewasa (ARDS = adult respiratory distress syndrome) dengan
sekuestrasi sel neutrofil dalam pembuluh darah paru. TNF dapat juga menghancurkan
plasmodium falciparum in vitro dan dapat meningkatkan perlekatan eritrosit yang
dihinggapi parasit pada endotelium kapiler. Konsentrasi TNF dalam serum pada anak
dengan malaria falciparum akut berhubungan langsung dengan mortalitas,
hipoglikemia, hiperparasitemia dan beratnya penyakit.
Protein dan cairan merembes melalui membran kapiler yang bocor (menjadi
permeabel) dan menimbulkan anoksia dan edema jaringan. Anoksia jaringan yang
cukup meluas dapat menyebabkan kematian. Protein kaya histidin P. falciparum
ditemukan pada tonjolan-tonjolan tersebut, sekurang-kurangnya ada empat
macam protein untuk sitoaherens eritrosit yang terinfeksi plasmodium P.
falciparum.
5
2.3. Tanda dan Gejala
Berlangsung kurang kebih 15 menit sampai dengan 1 jam. Dimulai dengan menggigil
dan perasaan sangat dingin, gigi gemeretak, denyut nadi cepat tetapi lemah, bibir dan jari-
jari pucat kebiru-biruan (sianotik), kulit kering dan terkadang disertai muntah.
2. Stadium demam (hot stage)
Berlangsung lebih dari 2 hingga 4 jam. Penderita merasa kepanasan (fever). Muka
merah, kulit kering, sakit kepala dan sering kali muntah. Nadi menjadi kuat kembali,
merasa sangat haus dan suhu tubuh dapat meningkat hingga 41oC atau lebih. Pada anak-
anak, suhu tubuh yang sangat tinggi dapat menimbulkan kejang-kejang.
3. Stadium berkeringat (sweating stage)
Berlangsung lebih dar 2 hingga 4 jam. Penderita berkeringat sangat banyak. Suhu
tubuh kembali turun, kadang-kadang sampai di bawah normal. Setelah itu biasanya
penderita beristirahat hingga tertidur. Setelah bangun tidur penderita merasa lemah tetapi
tidak ada gejala lain sehingga dapat kembali melakukan kegiatan sehari-hari.
6
Diagnostic Test (RDT) dan disertai memiliki satu atau beberapa gejala/komplikasi
berikut ini:
Gangguan kesadaran dalam berbagai derajat (mulai dari koma sampai penurunan
kesadaran lebih ringan dengan manifestasi seperti: mengigau, bicara salah, tidur
terus, diam saja, tingkah laku berubah)
Keadaan umum yang sangat lemah (tidak bisa duduk/berdiri)
Kejang-kejang
Panas sangat tinggi
Mata atau tubuh kuning
Tanda-tanda dehidrasi (mata cekung, turgor dan elastisitas kulit berkurang, bibir
kering, produksi air seni berkurang) Perdarahan hidung, gusi atau saluran
pencernaan
Nafas cepat atau sesak nafas
Penyebab malaria yang paling utama adalah karena penularan parasit malaria
yang dibawa oleh nyamuk Anopheles. Tanda-tanda dan gejala malaria yang paling umum
adalah deman spesifik dimana tubuh terasa panas, namun penderita merasakan
kedinginan yang amat sangat.
7
Pemeriksaan mikroskropis membutuhkan syarat-syarat tertentu agar mempunyai
nilai diagnostik yang tinggi (sensitivitas dan spesifisitas mencapai 100%).
1. Waktu pengambilan sampel harus tepat yaitu pada akhir periode demam
memasuki periode berkeringat. Pada periode ini jumlah trophozoite dalam
sirkulasi dalam mencapai maksimal dan cukup matur sehingga
memudahkan identifikasi spesies parasit.
2. Volume yang diambil sebagai sampel cukup, yaitu darah kapiler (finger prick)
dengan volume 3,0-4,0 mikro liter untuk sediaan tebal dan 1,0-1,5 mikro liter
untuk sedian tipis.
3. Kualitas perparat harus baik untuk menjamin identifikasi spesies plasmodium
yang tepat.
4. Identifikasi spesies plasmodium
5. Identifikasi morfologi sangat penting untuk menentukan spesies plasmodium dan
selanjutnya digunakan sebagai dasar pemilihan obat.
Prinsip dasar: tes floresensi yaitu adanya protein pada plasmodium yang dapat
mengikat acridine orange akan mengidentifikasi eritrosit terinfeksi plasmodium. QBC
merupakan teknik pemeriksaan dengan menggunakan tabung kapiler dengan diameter
tertentu yang dilapisi acridine orange tetapi cara ini tidak dapat membedakan spesies
plasmodium dan kurang tepat sebagai instrumen hitung parasit.
8
2.5. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan khusus pada kasus- kasus malaria dapat diberikan tergantung dari
jenis plasmodium, menurut Tjay & Rahardja (2002) antara lain sebagai berikut:
9
metabolisme parasit, seperti asam lemak biosintesis. Dengan terjadinya plasmodium yang
resistan terhadap obat, strategi baru sedang di kembangkan untung memerangi penyakit
yang meluas. Salah satu pendekatan tersebut terletak pada pengenalan sintetikpiridoksal-
amino asam adisi, yang di ambil oleh parasit dan akhirnya menganggu kemampuannya
untuk membuat beberapa vitamin B. Obat antimalaria menggunakan Logam Sintetis
Kompleks yang menarik minat penelitian.
Malaria di obati dengan obat antimalaria, yang di gunakan tergantung pada jenis
dan tingkat keparahan terhadap penyakit. Sementara obat terhadap demam yang umum di
gunakan, efeknya pada hasil yang tidak jelas.
Malaria tanpa komplikasi dapat di obati dengan obat oral. Perawatan yang paling
efektif untuk P.infeksi falciparum adalah penggunaan artemisinin dalam kombinasi dengan
antimalaria lain (di kenal sebagai terapi artemisinin-kombinasi, ACT), yang menurunkan
resistensi terhadap komponen obat tunggal. Antimalaria tambahan meliputi : Amodiakuin,
lumefantrine, mefloquine, atau sulfadoksin/pirimetamin. Untuk mengobati malaria selama
kehamilan, WHO merekomendasikan penggunaan kina di tambah klindamisin awal dalam
kehamilan (trimester 1), dan ACT dalam tahap akhir (ke-2 dan ke-3 trimester).
Rekomendasi pengobatan untuk malaria berat adalah intravena penggunaan obat
antimalaria. Untuk malaria berat, artesunate lebih unggul kina pada anak-anak dan orang
dewasa. Pengobatan malaria berat melibatkan langkah-langkah dukungan yang paling baik
dilakukan dalam unit perawatan kritis . Ini termasuk pengelolaan demam tinggi dan kejang
yang mungkin timbul dari itu, juga mencakup pemantauan upaya miskin bernapas , gula
darah rendah, dan kalium darah rendah.
Obat antimalaria terdiri dari 5 jenis, antara lain :
1. Skizontisid jaringan primer yang membasmi parasit praeritrosit, yaitu proguanil,
Primetamin.
2. Skizontisid jaringan sekunder yang membasmi parasit eksoeritrosit, yaitu primakuin.
3. Skizontisid darah yang membasmi parasit fase eritrosit, yaitu kina, klorokuin, dan
Amodiakuin.
4. Gametosid yang menghancurkan bentuk seksual. Primakuin adalah gametosid yang
Ampuh bagi ke-4 spesies. Gametosid untuk P.vivax, P.malariae, P.ovale adalah kina
10
Klorokuin dan amodiakuin.
5. Sporontosid, mencegah gametosid dalam darah untuk membentuk ookista dan
Sporozoit dalam nyamuk anopheles, yaitu primakuin dan proguanil.
11
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
3.2. Saran
12
DAFTAR PUSTAKA
13