Anda di halaman 1dari 16

ASUHAN KEPERAWATAN

DENGUE HAEMORAHAGIC FEVER (DHF)


(Keperawatan Anak)

Dosen Pengampu:
Yunike, S.Kep, Ns, M.Kes

Disusun oleh:
Kelompok 11
Dewinda PO.71.20.1.18.030
Hary Akbar PO.71.20.1.18.046

Tingkat 2A

POLTEKKES KEMENKES PALEMBANG


PRODI DIII KEPERAWATAN
TAHUN 2020
ASUHAN KEPERAWATAN
DENGUE HAEMORHAGIC FEVER (DHF)

1. KONSEP PENYAKIT

A. Pengertian
Dengue haemorhagic fever (DHF) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus
dengue sejenis virus yang tergolong arbovirus dan masuk kedalam tubuh
penderita melalui gigitan nyamuk aedes aegypty (Nursalam, dkk. 2008)

Dengue haemorhagic fever (DHF) adalah penyakit yang terdapat pada anak
dan orang dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan nyeri sendi yang
disertai ruam atau tanpa ruam. DHF sejenis virus yang tergolong arbo virus dan
masuk kedalam tubuh penderita melalui gigitan nyamuk aedes aegypty (betina)
(Hidayat, 2006)

B. Anatomi Fisiologis Sistem Hematologi


a. Pembuluh Darah

1) Struktur
Dinding arteri terdiri atas tiga lapis, yaitu :
a) Tunika adventisia, lapisan terluar yang terdiri
atas jaringan ikat yang fibrus
b) Tunika media, lapisan tengah yang berotot dan
elastik
c) Tunika intima, lapisan dalam yang endotelial
2) Jenis – Jenis
a) Arteri dan Arteriol
Arteri merupakan struktur berdinding tebal yang membawa darah
keluar dari jantung, selalu membawa darah segar berisi O2, kecuali
arteri pulmoner yang membawa darah ’kotor’ yang memerlukan
oksigenasi..
b) Vena dan Venula
Vena dan venula membawa darah ke arah jantung dan selalu
membawa darah yang miskin akan oksigen, kecuali vena
pulmoner. Struktur dinding vena yang tipis dan sedikit ototnya
memungkinkan dinding vena mengalami distensi lebih besar
dibanding arteri.
c) Kapiler
Kapiler adalah pembuluh darah yang sangat kecil dan disitu
arteriol berakhir dan venula mulai (Pearce, 1997 : 145). Kapiler
membentuk jalinan pembuluh darah bercabang – cabang di dalam
sebagian besar jaringan tubuh.
d) Pembuluh Limfe
Pembuluh limfe merupakan sistem kmpleks pembuluh berdinding
tipis yang mirip dengan kapiler darah. Pembuluh limfe berfungsi
untuk mengumpulkan cairan limfa dari jaringan dan organ serta
mengangkat cairan tersebut ke sirkulasi vena.

3) Sirkulasi Darah
Sirkulasi darah dalam tubuh ada dua, yaitu :
a) Sirkulasi Sistemik
Darah dari ventrikel kiri (jantung) → aorta → arteri → arteriola →
kapiler → venula → vena cava inferior dan superior → atrium
kanan (jantung)
b) Sirkulasi Pulmonal
Darah dari ventrikel kanan (jantung) → arteri pulmonalis → paru –
paru kanan dan kiri → vena pulmonalis → atrium kiri (jantung)
b. Darah
Darah adalah organ khusus yang berbeda dengan organ lain karena
berbentuk cairan. Darah diproduksi di sumsum tulang dan nodus limfa.
Cairan darah tersusun atas komponen – komponen, yaitu :
1) Serum Darah / Plasma
Serum atau plasma darah terdiri atas :
a) Air (91,0 %)
b) Protein (8,0 %) : Albumin, Globulin,
Protrombin, dan Fibrinogen
c) Mineral (0,9 %) : NaCl, Na2CO2, garam dan
kalsium, P, Mg, Fe
d) Bahan organik : glukosa, lemak, urea, asam
urat, kreatinin, kolesterol, asam amino
e) Gas : O2 dan CO2
f) Hormon – hormon
g) Enzim
h) Antigen
2) Sel Darah
Sel darah dibagi menjadi :
a) Sel darah merah (Eritrosit)
Bentuk eritrosit adalah cakram bikonkaf, cekung pada
kedua sisinya sehingga dilihat dari samping tampak seperti dua
buah bulan sabit yang saling bertolak belakang. Diameternya ± 8
µm. Nilai normal eritrosit adalah 4.500.000 – 5.500.000 / mm3.

b) Sel darah putih (Leukosit)


Nilai normal leukosit adalah 5.000 – 10.000 / mm 3. Leukosit
berfungsi untuk melindungi tubuh terhadap invasi bakteri atau
benda asing.
c) Butir pembeku (Trombosit)

Nilai normal trombosit adalah 150.000 – 450.000 / mm3.


Trombosit merupakan partikel kecil dengan diameter 2 – 4 µm
yang terdapat dalam sirkulasi plasma darah.
Trombosit berperan dalam mengontrol perdarahan. Apabila terjadi
cedera vaskuler, maka trombosit menggumpal pada tempat cedera
tersebut.

C. Etiologi
Dengue haemoragic Fever (DHF) disebabkan oleh arbovirus (Arthopodborn
Virus) dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes Aegepthy. Virus Nyamuk
aedes aegypti berbentuk batang, stabil pada suhu 370 C. Adapun ciri-ciri nyamuk
penyebar demam berdarah menurut (Nursalam ,2008) adalah :
1. Badan kecil, warna hitam dengan bintik-bintik putih
2. Hidup didalam dan sekitar rumah
3. Menggigit dan menghisap darah pada waktu siang hari
4. Senang hinggap pada pakaian yang bergantung didalam kamar
5. Bersarang dan bertelur digenangan air jernih didalam dan sekitar
rumah seperti bak mandi, tempayan vas bunga.

D. Klasifikasi
Berdasarkan standar WHO (2002), DHF dibagi menjadi empat derajat sebagai
berikut:
1. Derajat I :
Demam disertai gejala klinis lain atau perdarahan spontan, uji turniket positi,
trombositopeni dan hemokonsentrasi.
2. Derajat II :
Seperti derajat I namun di sertai perdarahan spontan di kulitdan atau
perdarahan lain.
3. Derajat III :
Ditemukan kegagalan sirkulasi darah dengan adanya nadi cepat dan lemah,
tekanan darah menurun disertai kulit dingin, lembab dan gelisah.
4. Derajat IV :
Renjatan berat dengan nadi tidak teratur dan tekanan darah yang tidak dapat
diukur.

E. Tanda dan Gejala


Menurut Nursalam, 2008 tanda dan gejala penyakit DHF antara lain

1. Demam tinggi selama 5 – 7 hari

2. Mual, muntah, tidak ada nafsu makan, diare, konstipasi.

3. Perdarahan terutama perdarahan bawah kulit, ptechie, echymosis, hematoma.

4. Epistaksis, hematemisis, melena, hematuri.

5. Nyeri otot, tulang sendi, abdoment, ulu hati dan Sakit kepala.

6. Pembengkakan sekitar mata, Pembesaran hati, limpa, dan kelenjar getah


bening.

7. Tanda-tanda renjatan (sianosis, kulit lembab dan dingin, tekanan darah


menurun, gelisah, capillary refill lebih dari dua detik, nadi cepat dan lemah).

F. Patofisiologi
Virus dengue masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes aegypty
dimana virus tersebut akan masuk ke dalam aliran darah, maka terjadilah viremia
(virus masuk ke dalam aliran darah). Kemudian akan bereaksi dengan antibody
dan terbentuklah kompleks virus antibody yang tinggi akibatnya terjadilah
peningkatan permeabilitas pembuluh darah karena reaksi imunologik. Virus yang
masuk ke dalam pembuluh darah dan menyebabkan peradangan pada pembuluh
darah vaskuler atau terjadi vaskulitis yang mana akan menurunkan jumlah
trombosit (trombositopenia) dan factor koagulasi merupakan factor terjadi
perdarahan hebat. Keadaan ini mengkibatkan plasma merembes (kebocoran
plasma) keluar dari pembuluh darah sehingga darah mengental, aliran darah
menjadi lambat sehingga organ tubuh tidak cukup mendapatkan darah dan terjadi
hipoksia jaringan.
Pada keadaan hipoksia akan terjadi metabolisme anaerob , hipoksia dan
asidosis jaringan yang akan mengakibatkan kerusakan jaringan dan bila kerusakan
jaringan semakin berat akan menimbulkan gangguan fungsi organ vital seperti
jantung, paru-paru sehingga mengakibatkan hipotensi , hemokonsentrasi ,
hipoproteinemia, efusi pleura, syok dan dapat mengakibatkan kematian. Jika virus
masuk ke dalam sistem gastrointestinal maka tidak jarang klien mengeluh mual,
muntah dan anoreksia.
Bila virus menyerang organ hepar, maka virus dengue tersebut menganggu
sistem kerja hepar, dimana salah satunya adalah tempat sintesis dan osidasi
lemak. Namun, karena hati terserang virus dengue maka hati tidak dapat
memecahkan asam lemak tersebut menjadi bahan keton, sehingga menyebabkan
pembesaran hepar atau hepatomegali, dimana pembesaran hepar ini akan
menekan abdomen dan menyebabkan distensi abdomen. Bila virus bereaksi
dengan antbody maka mengaktivasi sistem koplemen atau melepaskan histamine
dan merupakan mediator factor meningginya permeabilitas dinding pembuluh
darah atau terjadinya demam dimana dapat terjadi DHF dengan derajat I,II,III,
dan IV.
G. Pathway
H. Pemeriksaan Penunjang

Menurut (Nursalam, 2008) Pemeriksaan penunjang meliputi:


1. Pemeriksaan Darah Lengkap :
a. IgG dengue positif
b. Trombositopenia
c. Hematokrit meningkat >20 merupakan indikator akan timbulnya rejatan
d. Hb meningkat lebih dari 20%
e. Leukopenia pada hari 2 dan 3
f. Masa perdarahan memanjang
g. Hipoproteinemia
h. Hiponatremia
i. Hipokloremia
j. SGOT dan SGPT meningkat
k. Ureum, Ph darah bisa meningkat
2. Pemeriksaan Urine : Albuminuria
3. Rontgen thorax : Effusi pleura

I. Komplikasi
Adapun komplikasi dari penyakit Dengue Hemoragic Fever menurut ( Hidayat
Alimul , 2008) diantaranya:
1. Ensepalopati
Sebagai komplikasi syok yang berkepanjangan dengan perdarahan dan
kemungkinan dapat disebabkan oleh thrombosis pembuluh darah ke otak.
2. Syok (renjatan)
Karena ketidakseimbangan cairan dan elektrolit sehingga dapat terjadi syok
hipovolemik.
3. Efusi Pleura
Adanya edema paru akibat pemberian cairan yang berlebihan dengan tanda
pasien akan mengalami distress pernafasan.
4. Perdarahan intravaskuler menyeluruh.
J. Penatalaksanaan
Prinsip penatalaksanaan secara umum :
1. Tirah baring
2. Makanan lunak dan minum 2 liter/24 jam
3. Pemberian cairan melalui infus
4. Pemberian obat obatan (antipiretik dan konvulsif)
5. Minum banyak 1,5-2 liter perhari dengan air the, gula atau susu.

2. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan


A. Pengkajian
a. Identitas Pasien
Nama, umur (pada DHF, paling sering menyerang anak – anak dengan
usia kurang dari 15 tahun), jenis kelamin, alamat, pendidikan, nama orang
tua, pendidikan orang tua, dan pekerjaan orang tua.
b. Keluhan Utama
Alasan / keluhan yang menonjol pada pasien DHF untuk datang ke rumah
sakit adalah panas tinggi dan anak lemah.
c. Riwayat Penyakit Sekarang
Didapatkan adanya keluhan panas mendadak yang disertai menggigil dan
saat demam, kesadaran compos mentis. Turunnya panas terjadi antara hari
ke – 3 dan ke – 7, dan anak semakin lemah. Kadang – kadang disertai
dengan keluhan batuk pilek, nyeri telan, mual, muntah, anoreksia, diare /
konstipasi, sakit kepala, nyeri otot dan persendian, nyeri ulu hati dan
pergerakan bola mata terasa pegal, serta adanya manifestasi perdarahan
pada kulit, gusi (grade III, IV), melena atau hematemesis.
d. Riwayat Penyakit Yang Pernah Diderita
Penyakit apa saja yang pernah diderita. Pada DHF, anak bisa mengalami
serangan ulangan DHF dengan tipe virus yang lain.
e. Kondisi Lingkungan
Sering terjadi di daerah yang padat penduduknya dan lingkungan yang
kurang bersih, seperti air yang menggenang dan gantungan baju di kamar.
f. Pola Kebiasaan
1) Nutrisi dan metabolisme : frekuensi, jenis, pantangan, nafsu makan
berkurang, dan nafsu makan menurun.
2) Eliminasi alvi (buang air besar). Kadang – kadang anak mengalami
diare / konstipasi. Sementara DHF grade III – IV bisa terjadi melena.
3) Eliminasi urine (buang air kecil) perlu dikaji apakah sering kencing,
sedikit / banyak, sakit / tidak. Pada DHF grade IV sering terjadi
hematuria.
4) Tidur dan istirahat. Anak sering mengalami kurang tidur karena
mengalami sakit / nyeri otot dan persendian sehingga kuantitas dan
kualitas tidur maupun istirahatnya kurang.
5) Kebersihan. Upaya keluarga untuk menjaga kebersihan diri dan
lingkungan cenderung kurang terutama untuk membersihkan tempat
sarang nyamuk aedes aegypti.
6) Perilaku dan tanggapan bila ada keluarga yang sakit serta upaya
untuk menjaga kesehatan.
g. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik, meliputi inspeksi, palpasi, auskultasi, dan perkusi dari
ujung rambut sampai ujung kaki. Berdasarkan tingkatan (grade) DHF,
keadaan fisik anak adalah sebagai berikut :
1) Grade I : kesadaran
compos mentis, keadaan umum lemah, tanda – tanda vita dan nadi
lemah.
2) Grade II : kesadaran
compos mentis, keadaan umum lemah, ada perdarahan spontan :
ptekie, perdarahan gusi dan telinga, serta nadi lemah, kecil, dan tidak
teratur.
3) Grade III : kesadaran
apatis, somnolen, keadaan umum lemah, nadi lemah, kecil, dan tidak
teratur, serta tensi menurun.
4) Grade IV : kesadaran
coma, tanda – tanda vital : nadi tidak teraba, tensi tidak terukur,
pernapasan tidak teratur, ekstremitas dingin, berkeringat, dan kulit
tampak biru.
h. Pemeriksaan Laboratorium
Pada pemeriksaan darah pasien DHF akan dijumpai :
1) Hb dan PCV meningkat (≥ 20 %)
2) Trombositopenia (≤ 100.000 / ml)
3) Leukopenia (mungkin normal atau
leukositosis)
4) Ig D Dengue positif
5) Hasil pemeriksaan kimia darah
menunjukkan : hipoproteinemia, hipokloremia, dan hiponatremia.
6) Ureum dan pH darah mungkin meningkat
7) Asidosis metabolik : pCO2 < 35 – 40 mmHg
dan HCO3 rendah
8) SGOT / SGPT mungkin meningkat

B. Diagnosa Keperawatan
a. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit (inflasi) ditandai
dengan Suhu tubuh diatas normal, kulit terasa hangat.
b. Resiko syok berhubungan dengan kekurangan volume cairan tubuh
c. Defisit nutrisi berhubungan dengan kurangnya asupan makanan ditandai
dengan (mual,muntah)
d. Resiko pendarahan berhubungan dengan gangguan koagulasi (mis
trombositopenia)
C. Intervensi
a. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit (inflasi) ditandai
dengan Suhu tubuh diatas normal, kulit terasa hangat.
Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam masalah
keperwatan hipertermi dapat sedikit teratasi.
Krieria Hasil:
- Suhu tubuh menjadi normal yaitu (36-37C)
- Pasien bebas demam
Intervensi :
1. Identifikasi penyebab hipertermi
2. Monitor suhu tubuh
3. Lakukan pendinginan eksternal (dengan kompres air hangat pada
dahi,leher,dada,abdomen,aksila)
4. Anjurkan tirah baring
5. Kolaborasi pemberian cairan dan elektorit melalui intravena

b. Resiko syok berhubungan dengan kekurangan volume cairan tubuh


Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam masalah
keperwatan hipertermi dapat sedikit teratasi.
Krieria Hasil:
Volume cairan tubuh terpenuhi
Intervensi
1. Monitor status hidrasi
2. Catat intake-output dan hitung balans cairan 24 jam
3. Berikan asupan cairan 24 jam sesuai kebutuhan
4. Berikan cairan melalui intravena
c. Defisit nutrisi berhubungan dengan kurangnya asupan makanan ditandai
dengan (mual,muntah)
Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam masalah
keperwatan hipertermi dapat sedikit teratasi.
Krieria Hasil:
Kebutuhan Nutrisi terpenuhi
Intervensi:
1. Identifikasi status nutrisi
2. Identifikasi makanan yang disukai
3. Monitor asupan makanan
4. Monitor berat badan
5. Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai
6. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan
jenis nutrient yang dibutuhkan
7. Identifikasi penyebab pendarahan

d. Resiko pendarahan berhubungan dengan gangguan koagulasi (mis


trombositopenia)
Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam masalah
keperwatan hipertermi dapat sedikit teratasi.
Krieria Hasil:
Tidak terjadi tanda-tanda pendarahan lebih lanjut
Intervensi:
1. Monitor nilai hemoglobin dan hematokrit sebelum dan setelah
kehilangan darah
2. Monitor koaglasi darah (jumlah trombosit)
3. Jumlah tanda-tanda pendarahan
4. Anjurkan melapor jika menemukan tanda-tanda pendarahan.
DAFTAR PUSTAKA

Doengoes, E Marilyn. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3, EGC : Jakarta


Nursalam, dkk. 2008. Asuhan keperawatan bayi dan anak. Jakarta : salemba medika
Hidayat alimul aziz. 2006. Pengantar ilmu keperawatan anak. Jakarta : salemba
medika
Rampengan. 2007. Penyakit infeksi tropik pada anak. Jakarta : EGC
Suriadi. 2010. Asuhan keperawatan pada anak. Jakarta : cv sagung seto.

Anda mungkin juga menyukai