Anda di halaman 1dari 52

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN
DENGAN DEMAM
BERDARAH DENGUE (DBD)
DI RSU BUNDA PALEMBANG
TAHUN 2022

Tugas pada Stase Keperawatan Medikal Bedah


Program Studi Ilmu Keperawatan Profesi Ners Reg A3 Semester 1

Disusun Oleh:
Ayu Fuji Lestari

(22.14901.11.11)

Dosen Pembimbing : Ns. Aris Citra Wisuda S. Kep., M. Kep

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATANPROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BINA HUSADA PALEMBANG
2022
LAPORAN PENDAHULUAN

A. Definisi Demam Berdarah Dengue


Demam dengue/DF dan demam berdarah dengue/DBD (dengue haemorrhagic
fever/DHF) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue dengan
manifestasi klinis demam, nyeri otot atau nyeri sendi yang disertai leukopenia, ruam,
limfadenopati, trombositopenia dan ditesis hemoragik. Pada DBD terjadi perembesan
plasma yang ditandai dengan hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit) atau
penumpukan cairan dirongga tubuh. Sindrome renjatan dengue (dengue shock syndrome)
adal demam berdarah dengue yang ditandai oleh renjatan/syok (Nurarif & Hardhi, 2015).
Dhf adalah suatu infeksi akut yang masuk kedalam tubuh melalui gigitan nyamuk
spesies aides. Penyakit ini serinag menyerang anak, remaja, dan dewasa yang ditandai
dengan dengan deman, nyeri otot dan sendi. Dbd sering disebut juga dengue hemoragic
fever (DHF). (desmawati, 2013)
Dengue Hemmorhagic Fever adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue
melalui gigitan nyamuk, penyakit ini telah dengan cepat menyebar di seluruh wilayah
WHO dalam beberapa tahun terakhir. Virus dengue ditularkan oleh nyamuk betina
terutama dari spesies Aedes aegypti dan, pada tingkat lebih rendah, A. albopictus.
Penyakit ini tersebar luas di seluruh daerah tropis, dengan variasi lokal dalam risiko
dipengaruhi oleh curah hujan, suhu dan urbanisasi yang cepat tidak direncanakan (WHO,
2015).

B. Anatomi Fisiologi
Berikut adalah anatomi fisiologi menurut (Vyas, et al, 2014) yang berhubungan degan
penyakit DHF yang petama adalah sistem sirkulasi. Sistem sirkulasi adalah sarana untuk
menyalurkan makanan dan oksigen dari traktus distivus dan dari paru-paru ke sela-sela
tubuh. Selain itu, sistem sirkulasi merupakan sarana untuk membuang sisa-sisa
metabolisme dari sel- sel ke ginjal, paru-paru dan kulit yang merupakan tempat ekskresi
sisa-sisa metabolisme. Organ-organ sistem sirkulasi mencakup jantung, pembuluh darah,
dan darah
1. Jantung
Merupakan organ yang berbentuk kerucut, terletak didalam thorax, diantara paruparu,
agak lebih kearah kiri
2. Pembuluh Darah

Pembuluh darah ada 3 yaitu :


a. Arteri (Pembuluh Nadi)
Arteri meninggalkan jantung pada ventikel kiri dan kanan. Beberapa pembuluh
darah arteri yang penting :
1) Arteri koronaria
Arteri koronaria adalah arteri yang mendarahi dinding jantung
2) Arteri subklavikula
Arteri subklafikula adalah bawah selangka yang bercabang kanan kiri leher
dan melewati aksila.
3) Arteri Brachialis
Arteri brachialis adalah arteri yang terdapat pada lengan atas
4) Arteri radialis
Arteri radialis adalah arteri yang teraba pada pangkal ibu jari
5) Arteri karotis
Arteri karotis adalah arteri yang mendarahi kepala dan otak
6) Arteri temporalis
Arteri temporalis adalah arteri yang teraba denyutnya di depan telinga
7) Arteri facialis
Teraba facialis adalah arteri yang denyutan disudut kanan bawah.
8) Arteri femoralis
Arteri femorais adalah arteri yang berjalan kebawah menyusuri paha menuju
ke belakang lutut
9) Arteri Tibia
Arteri tibia adalah arteri yang terdapat pada kaki
10) Arteri Pulmonalis
Arteri pulmonalis adalah arteri yang menuju ke paru-paru.
b. Kapiler
Kapiler adalah pembuluh darah yang sangat kecil yang teraba dari cabang terhalus
dari arteri sehingga tidak tampak kecuali dari bawah mikroskop. Kapiler
membentuk anyaman di seluruh jaringan tubuh, kapiler selanjutnya bertemu satu
dengan yang lain menjadi darah yang lebih besar yang disebut vena.
c. Vena (pembuluh darah balik)
Vena membawa darah kotor kembali ke jantung. Beberapa vena yang penting :
1) Vena Cava Superior
Vena balik yang memasuki atrium kanan, membawa darah kotor dari daerah
kepala, thorax, dan ekstremitas atas
2) Vena Cava Inferior
Vena yang mengembalikan darah kotor ke jantung dari semua organ tubuh
bagian bawah
3) Vena jugularis
Vena yang mengembalikan darah kotor dari otak ke jantung
4) Vena pulmonalis
Vena yang mengembalikan darah kotor ke jantung dari paru-paru
3. Darah

Darah merupakan jaringan ikat berbentuk cairan. Darah bersirkulasi secara


tetap ke seluruh tubuh, memungkinkan komunikasi tetap antara jaringan yang jauh
satu dengan yang lain.. Darah menyusun 7 % BB (sekitar 5,6 lt pada pria dewasa
dengan BB 70 kg). Darah terdiri dari cairan jernih, berwarna kekuningan yang disebut
plasma dimana didalamnya terdapat beberapa sel darah merah yang berbeda. Plasma
secara normal mengambil bagian 55% dari volume darah dan sel darah 45%
(widowati & evi, 2020)
Fungsi darah secara umum terdiri dari :
a) Sebagai Alat Pengangkut
- Mengambil O2 atau zat pembakaran dari paru-paru untuk diedarkan
keseluruh jaringan tubuh.
- Mengangkut CO2 dari jaringan untuk dikeluarkan melalui paru- paru.
- Mengambil zat-zat makanan dari usus halus untuk diedarkan dan dibagikan
ke seluruh jaringan/alat tubuh.
- Mengangkat atau mengeluarkan zat-zat yang tidak berguna bagi tubuh
untuk dikeluarkan melalui kulit dan ginjal.
b) sebagai pertahanan tubuh terhadap serangan bibit penyakit dan racun yang
akan membinasakan tubuh dengan perantara leukosit, antibody atau zat-zat
anti racun.
c) Menyebarkan panas keseluruh tubu
a. Plasma
Tersusun dari air 90-92% dan zat terlarut yg meliputi : protein plasma, garam
anorganik, nutrien yang berasal dari makann yang dicerna, materi sisa, hormon
dan gas.
b. Protein plasma
Protein plasma menyusun 7 % komposisi plasma. Protein plasma
bertanggungjawab dalam menciptakan tekanan osmotik darah (normalnya 25
mmHg atau 3,3 kPa), yang mempertahankan cairan plasma di dalam sirkulasi.
Albumin merupakan protein plasma yang diproduksi di hati dan paling banyak
(sekitar 60 dari total %). Albumin berfungsi untuk mempertahankan tekanan
osmotik plasma yang normal, pembawa hormon steroid.
c. Faktor pembekuan darah
Faktor ini bertanggung jawal terhadap koagulasi darah. Serum adalah plasma yang
didapat dari pemisahan faktor pembekuan darah. Faktor pembekuan darah yang
paling banyak adalah fibrinogen
d. Garam anorganik
Garam ini berperan dalam kontraksi otot, transmisi impuls saraf, pembentukan
sekresi dan mempertahankan keseimbangan asam dan basa.
e. Nutrien
Dalam saluran cerna, makanan dipecah menjadi molekulmolekul kecil, misalnya
monosakarida, asam amino, asam lemak dan dliserol agar dapat di absorpsi.
Molekul kecil ini bersama garam mineral diperlukan oleh sel tubuh untuk
menghasilkan energi, panas, materi untuk perbaikan, penggantian dan sintesis
komponen darah dan sekresi tubuh lainnya.
f. Produk sisa
Darah berperan dalam menhantarkan produksi sisa metabolisme protein seperti
urea, kreatini dan asam urat. Produk sisa ini dibentuk di hati. Karbondioksida dari
metabolisme jaringan ditransportasikan ke paru-paru untuk di ekskresi.
g. Hormon
Hormon adalah zat yang disintesis oleh kelenjar endokrin. Darah menghantarkan
hormon secara langsung dari sel endokrin menuju jaringan target.
h. Gas
Oksigen, karbondioksida dan nitrogen dihantarkan ke seluruh tubuh dengan
melarutkan diri ke dalam plasma. Sebagian besar oksigen dibawa ke seluruh tubuh
dengan berikatan dengan hemoglobin dan sebagian besar karbondioksida yang
dipecah menjadi ion bikarbonat terlarut di dalam plasma
i. Sel Darah
Sel-sel darah terutama disintesis di dalam sumsum tulang merah, kecuali beberapa
limfosit diproduksi di dalam jaringan limfoid. Proses pembentukan sel darah
disebut hemopoesis dan berlangsung di sumsung tulang
1) Eritrosit (sel darah merah)
Sel darah merah merupakan sel darah yang paling banyak (99% dari seluruh
sel darah). Sel darah mereh berbentuk kepingan bikonkaf yang tidak memiliki inti
sel dan berdiameter sekitar 7 mikrometer. Fungsi utama eritrosit adalah
mengangkut terutama oksigen dan sebagian karbondioksida. Fungsi ini terkait
dengan hemoglobin yang ada di dalam eritrosit. Hemoglobin adalah protein
kompleks berukuran besar yang mengandung protein globular (globin) dan
kompleks yang mengandung zat besi berpigmen yang disebut heme. Rata-rata sel
darah merah membawa seitar 280 juta molekul hemoglobin (1 molekul
hemoglobin dapat membawa 4 molekul oksigen).
Eritrosit dihasilkan di sumsum merah tulang di sumsum tulang, yang berada
di ujung tulang panjang, tulang pipih dan iregular. Masa hidup eritrosit adalah
sekitar 120 hari. Proses perkembangan sel darah merah berlangsung selama 7 hari
dan disebut eritropoiesis. Vitamin B12 dan asam folat dibutuhkan untuk sintesis
sel darah merah.
2) Leukosit (Sel darah putih)
Sel ini berperan penting dalam pertahanan tubuh terhadap mikroba dan materi
asinglainnya. Leukosit adalah sel darah yang paling besar dan menysun sekitar 1%
volume darah. Leukosit mengandung inti sel dan sebagian leukosit memiliki
granula dalam sitoplasmanya. Ada dua jenis leukosit yaitu granulosit/leukosit
plimorfonuklear (neutrofil, eosinofil dan basofil) dan agranulosit (limfosit dan
monosit). Peningkatan jumlah sel darah putih dalam aliran darah biasanya
mengindikasikan masalah fisiologia seperti infeksi, trauma atau keganasan.
- Neutrofil merupakan penyapu yang kecil, cepat dan aktif melindungi tubuh
terhadap invasi bakteri dan membuang sel-sel mati dan tidak berguna dari
jaringan yang rusak. Neutrofil ditarik masuk ke area infesi oleh suatu zat kimia
yang dilepaskan oleh sel yang rusak yang disebut kemotaksin.
- Eosinofil berperan dalam menyingkirkan parasit seperti cacing yg terlalu besar
untuk difagosit. Eosinofil memiliki zat kimia toksik, yang disimpan di dalam
granula yangdilepaskan saat eosinofil mengikat organisme penginfeksi.
Eosinofil sering ditemukan pada sisi inflamasi akibat alergi seperti asma dan
alergi kulit.
- Basofil merupakan sel darah putih yang sangat berkaitan dengan reaksi alergi,
mengandung padatan granula sitoplasmik dengan heparin (antikoagulan),
histamin (agen inflamasi) dan zat lain yang meningkatkan inflamasi. Stimulus
yang biasanya menyebabkan basofil melepaskan isi granulnya adalah alergen
(antigen penyebab alergi). Alergen berikatan dengan reseptor antibodi pada
membran basofil.
Monosit merupakan sel mononuklear berukuran besar yang dihasilkan sumsum
merah tulang. Sebagian sel ini dalam darah dan secara aktif bergerak dan
melakukan fagosit, sementara sebagian sel lainnya berpindah ke jaringan
dimana sel ini berkembang menjadi makrofag.
- Limfosit berukuran lebih kecil daripada monosit dan memiliki inti sel yang
besar. Limfosit bersirkulasi dalam darah dan berada di jaringan limfatik (nodus
limfe dan limpa) dalam jumlah yang besar. Limfosit berfungsi dalam
mekanisme pertahanan tubuh terhadap antigen seperti sel yang dianggap
abnormal (misal virus, sel kanker dan sel jaringan transplan). Limfosit terdiri
atas dua yaitu limfoosit T dan limfosit B
- Trombosit Merupakan kepingan berukuran sangat kecil, berdiameter 2-4 µm
dan tidak berinti, dihasilkan oleh sitoplasma megakariosit pada sumsum merah
tulang. Trombosit mengandung berbagai zat yang meningkatkan pembekuan
darah yang menyebabkan penghentian perdarahan. Jumlah trombosit normal
sekitar 200.000- 350.000/mm3 . Masa hidup trombosit antara 8-11 hari dan sisa
trombosit yang tidak digunakan dalam hemostasis dihancurkan oleh makrofag
terutama di limpa.
j. Golongan darah
Golongan darah terdiri atas empat golongan yaitu A, B, AB, dan O. Pada
orang yang memiliki golongan darah O, orang tersebut tidak memiliki baik
antigen A maupun antigen B di dalam membran sel darah merahnya, dan darah
mereka dapat ditranfusikan ke semua golongan darah sehingga disebut donor
universal. Sebaliknya golonga darah AB tidak memiliki bai antibosi anti-A
maupun B sehingga dapat menerima transfusi dari semua golongan darah disebut
resipien universal. Kesalahan transfusi dapat berakibat fatal pada penerima donor
(resipien). Ketidakcocokan transfusi golongan darah dapat menyebabkan
hemolisis, peningkatan suhu tubuh, kerusakan ginjal dan lain-lain.
k. Faktor Rhesus
Selain pemeriksaan golongan darah ABO, faktor rhesus juga harus
diperhatikan saat transfusi darah. Golongan darah rhesus pada manusia terdiri atas
Rhesus D positif dan negatif. Jika faktor rhesus darah resipien adalah negatif dan
menerima transfusi dari golongan darah yang positif untuk pertama kali, tidak
menimbulkan bahaya. Akan tetapi, jika selanjutnya resipien menerima transfusi
faktor rhesus positif untuk kedua kalinya akan 1 terjadi reaksi dalam sistem
peredaran darah yang membahayakan. Di Asia, 99% penduduk tergolong rhesus D
positif. (widowati & evi, 2020)

C. Etiologi
Penyebab DBD adalah virus dengue, yang mana memiliki 4 serotipe yaitu dengue-1,
dengue-2, dengue-3 dan dengue-4 dan telah ditemukan di seluruh Indonesia, serta
termasuk dalam group B Arthropod Borne Virus (Arbovirus). Saat ini Indonesia yang
dominan adalah dengue-3. Nyamuk aedes aegypti mengalami metamorphosis di dalam air
mulai dari telurjentik-kepongpong-nyamuk. Telur menetas menjadi jentik berlangsung
selama dua hari terendam dalam air, stadium jentik berlangsung selama enam sampai
delapan hari dan stadium kepongpong selama dua sampai empat hari serta dari telur
menjadi nyamuk dewasa berlangsung selama sembilan sampai sepuluh hari. nyamuk
aedes aegypti menggigit pada siang hari sekitar jam 09.00 sampai 10.00 dan sore hari
sekitar jam 14.00 sampai jam 17.00 (yuliastati, 2016)

D. Tanda dan Gejala


Gejala klinis berikut ini harus ada yaitu:
1) Demam tinggi mendadak tanpa sebab yang jelas, berlangsung terus- menerus
selama 2-7 hari.
2) Terdapat manifestasi perdarahan yang ditandai dengan:
- Uji bending positif.
- Petekie, ekimosis dan purpura.
- Perdarahan mukosa, epistaksis dan perdarahan gusi.
- Hematemisis dan atau melena. (yuliastati, 2016)
3) Pembesaran hati
4) Syok, yang ditandai dengan nadi cepat dan lemah sampai tak teraba, penyempitan
tekanan nadi ( ≤ 20 mmHg), hipotensi sampai tidak terukur, kaki dan tangan dingin,
kulit lembab, capillary refill time memanjang ( > 2 detik) dan pasien tampak gelisah.
Gambaran klinis berdasarkan fase meliputi:
1) Fase febris, biasanya demam mendadak tinggi 2-7 hari, disertai muka kemerahan,
eritema kulit, nyeri seluruh tubuh, mialgia, artralgia dan sakit kepala. Pada beberapa
kasus ditemukan nyeri tenggorok, injeksi farings dan konjungtiva, anoreksia, mual
dan muntah. Pada fase ini dapat pula ditemukan tanda perdarahan seperti ptekie,
perdarahan mukosa, walaupun jarang dapat pula terjadi perdarahan pervaginam dan
perdarahan gastrointestinal.
2) Fase kritis, terjadi pada hari 3 - 7 sakit dan ditandai dengan penurunan suhu tubuh
disertai kenaikan permeabilitas kapiler dan timbulnya kebocoran plasma yang
biasanya berlangsung selama 24 - 48 jam. Kebocoran plasma sering didahului oleh
lekopeni progresif disertai penurunan hitung trombosit. Pada fase ini dapat terjadi
syok. (Nining, 2016)
3) Fase pemulihan, bila fase kritis terlewati maka terjadi pengembalian cairan dari
ekstravaskuler ke intravaskuler secara perlahan pada 48 - 72 jam setelahnya. Keadaan
umum penderita membaik, nafsu makan pulih kembali, hemodinamik stabil dan
diuresis membaik.

E. Klasifikasi DBD
Derajat penyakit DBD dapat diklasifikasikan dalam 4 derajat dimana pada setiap derajat
sudah ditemukan trombositopenia dan hemokonsentrasi, yang terdiri dari:
1) Derajat I: demam disertai gejala tidak khas dan satu-satunya manifestasi perdarahan
ialah uji bendung.
2) Derajat II: seperti derajat I, disertai perdarahan spontan di kulit dan atau perdarahan
lain.
3) Derajat III: didapatkan kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan lambat, tekanan nadi
menurun (20 mmHg atau kurang) atau hipotensi, sianosis di sekitar mulut, kulit dingin
dan lembab dan anak tampak gelisah.
4) Derajat IV: syok berat, nadi tidak dapat diraba dan tekanan darah tidak teratu
(yuliastati, 2016)
F. Patofisiologi

Aedes aegypti

Virus dengue

viremia

komplek virus antibodi Sakit kepala, petekhie mual/muntah

Mengaktivasi system komplemen Intake berkurang


Nyeri
(C3 dan C5)

Gangguan
pemenuhan nutrisi
Meningkatkan permeabilitas agersi trombosit
Dinding pembulu darah

System kebocoran plasma Aminevaso aktif (histamin & serotonin)

Darah kejaringan ekstravaskuler hipotalamus

Peningkatan Ht Peningkatan suhu tubuh

Gangguan aliran darah Gangguan


termoregulasi

Edema

Kelebihan
volume
cairan
G. Komplikasi
Adapun komplikasi dari DHF (Hadinegoro, 2008) adalah:
1) Perdarahan Disebabkan oleh perubahan vaskuler, penurunan jumlah trombosit dan
koagulopati, dan trombositopeni dihubungkan meningkatnya megakoriosit muda
dalam sel-sel tulang dan pendeknya masa hidup trombosit. Tendensi perdarahan dapat
dilihat pada uji torniquet positif, ptekie, ekimosis, dan perdarahan saluran cerna,
hematemesis, dan melena.
2) Kegagalan sirkulasi DSS (Dengue Syock Syndrom) terjadi pada hari ke 2-7 yang
disebabkan oleh peningkatan permeabilitas vaskuler sehingga terjadi kebocoran
plasma, efusi cairan serosa ke ronnga pleura dan peritoneum, hiponatremia,
hemokonsentrasi, dan hipovolemi yang mngekaibatkan berkurangnya alran balik
vena, penurunan volume sekuncup dan curah jantung sehingga terjadi 13 disfungsi
atau penurunan perfusi organ. DSS juga disertai kegagalan hemeostasis yang
mengakibatkan aktivitas dan integritas sistem kardiovaskular, perfusi miokard dan
curah jantung menurun, sirkulasi darah terganggu dan terjadi iskemi jaringan dan
kerusakan fungsi sel secara progresif dan irreversible, terjadi kerusakan sel dan organ
sehingga pasien akan meninggal dalam wakti 12-24 jam
3) Hepatomegali Hati umumnya membesar dengan perlemakan yang dihubungkan
dengan nekrosis karena perdarahan yang terjadi pada lobulus hati dan sel-sel kapiler.
Terkadang tampak sel metrofil dan limphosit yang lebih besar dan lebih banyak
dikarenakan adanya reaksi atau komplek virus antibody.
4) Efusi Pleura Terjadi karena kebocoran plasma yang mngekibatkan ekstrasi cairan
intravaskuler sel, hal tersebut dibuktikan dengan adanya cairan dalam rongga pleura
dan adanya dipsnea.

H. Pemeriksaan Penunjang
Menurut (Centers for Disease Control and Prevention, 2009), Pada setiap penderita
dilakukan pemeriksaan darah lengkap. Pada penderita yang disangka menderita DHF
dilakukan pemeriksaan hemoglobin, hematocrit, dan trombosit setiap 2-4 jam pada hari
pertama perawatan. Selanjutnya setiap 6-12 jam sesuai dengan pengawasan selama
perjalanan penyakit. Misalnya dengan dilakukan uji tourniquet.
1. Uji tourniquet
Perocbaan ini bermaksud menguji ketahanan kapiler darah dengan cara mengenakan
pembendungan kepada vena sehingga darah menekan kepada dinding kapiler.
Dinding kapiler yang oleh suatu penyebab kurang kuat akan rusak oleh
pembendungan itu, darah dari dalam kapiler itu keluar dari kapiler dan merembes ke
dalam jaringan sekitarnya sehingga Nampak sebagai bercak kecil pada permukaan
kulit. Pandangan mengenai apa yang boleh dianggap normal sering berbedabeda. Jika
ada lebih dari 10 petechia dalam lingkungan itu maka test biasanya baru dianggap
abnormal, dikatakan juga tes itu positif. Seandainya dalam lingkungan itu tidak ada
petechial, tetapi lebih jauh distal ada, percobaan ini (yang sering dinamakan Rumpel-
Leede) positif juga,
2. Hemoglobin
Kadar hemoglobin darah dapat ditentukan dengan bermacam- macam cara yaitu
dengan cara sahli dan sianmethemoglobin. Dalam laboratorium cara
sianmethemoglobin (foto elektrik) banyak dipakai karena dilihat dari hasilnya lebih
akurat disbanding sahli, dan lebih cepat. Nilai normal untuk pria 13-15 gr/dl dan
wanita 12-14 gr.dl. Kadar hemoglobin pada hari-hari pertama biasanya normal atau
sedikit menurun. Tetapi kemudian kadarnya akan naik mengikuti peningkatan
hemokonsentrasi dan merupakan kelainan hematologi paling awal yang dapat
ditemukan pada penderita demam berdarah atau yang biasa disebut dengan Demam
Berdarah Dengue (DBD) atau DHF.
3. Hematokrit
Nilai hematokrit ialah volume semua eritrosit dalam 100 ml darah dan disebut dengan
persen dan dari volume darah itu. Biasanya nilai itu ditentukan dengan darah vena
atau darah kapiler. Nilai normal untuk pria 40-48 vol% dan wanita 37-43 vol%.
penetapan hematocrit dapat dilakukan sangat teliti, kesalahan metodik rata-rata
kurang lebih 2%. Hasil itu kadangkadang sangat penting untuk menentukan keadaan
klinis yang menjurus kepada tindakan darurat.
Nilai hematokrit biasanya mulai meningkat pada hari ketiga dari perjalanan
penyakit dan makin meningkat sesuai dengan proses perjalanan penyakit demam
berdarah. Seperti telah disebutkan bahwa peningkatan nilai hematocrit merupakan
manifestasi hemokonsentrasi yang terjadi akibat kebocoran plasma. Akibat kebocoran
ini volume plasma menjadi berkurang yang dapat mengakibatkan terjadinya syok
hipovolemik dan kegagalan sirkulasi. Pada kasus-kasus berat yang telah disertai
perdarahan, umumnya nilai hematocrit tidak meningkat bahkan menurun.
Telah ditentukan bahwa pemeriksaan Ht secara berkala pada penderita DHF
mempunyai beberapa tujuan, yaitu:
a. Pada saat pertama kali seorang anak dicurigai menderita DHF, pemeriksaan ini
turut menentukan perlu atau tidaknya anak itu dirawat.
b. Pada penderita DHF tanpa rejatan pemeriksaan hematocrit berkala ikut
menentukan perlu atau tidaknya anak itu diberikan cairan intravena.
c. Pada penderita DHF pemeriksaan Ht berkala menentukan perlu atau tidaknya
kecepatan tetesan dikurangi, menentukan saat yang tepat untuk menghentikan
cairan intravena dan menentukan saat yang tepat untuk memberikan darah.
4. Trombosit
Trombosir sukar dihitung karena mudah sekali pecah dan sukar dibedakan
deari kotoran kecil. Lagi pula sel-sel itu cenderung melekat pada permukaan asing
(bukan endotel utuh) dan menggumpal-gumpal
Jumlah trombosit dalam keadaan normal sangat dipengaruhi oleh cara
menghitungnya, sering dipastikan nilai normal itu antara 150.000 – 400.000/µl darah.
Karena sukarnya dihitung, penelitian semukuantitatif tentang jumlah trombosit dalam
sediaan apus darah sangat besar artinya sebagai pemeriksaan penyaring. Cara
langsung menghitung trombosit dengan menggunakan electronic particle counter
mempunyai keuntungan tidak melelahkan petugas laboratorium (Sofiyatun, 2008).
Diagnosis tegas dari infeksi dengue membutuhkan konfirmasi laboratorium,
baik dengan mengisolasi virus atau mendeteksi antibodidengue spesifik. untuk virus
isolasi atau deteksi DENV RNA dalam serum spesimen oleh serotipe tertentu, real-
time terbalik transcriptase polymerase chain reaction (RT-PCR), an-fase akut
spesimen serum harus dikumpulkan dalam waktu 5 hari dari onset gejala. Jika virus
tidak dapat diisolasi atau dideteksi dari sampel ini, spesimen serum fase sembuh
diperlukan setidaknya 6 hari setelah timbulnya gejala untuk membuat diagnosis
serologi dengan tes antibodi IgM untuk dengue dengan IgM antibodi-capture enzyme-
linked immunosorbent assay (MAC-ELISA) (Centers for Disease Control and
Prevention, 2009).
Pemeriksaan diagnosis dari infeksi dengue dapat dibuat hanya dengan
pemeriksaan laboratorium berdasarkan pada isolasi virus, terdeteksinya antigen virus
atau RNA di dalam serum atau jaringan, atau terdeteksinya antibody yang spesifik
pada serum pasien.
Pada fase akut sample darah diambil sesegera mungkin setelah seranganatau
dugaan penyakit demam berdarah dan pada fase sembuh idealnya sample diambil 2-3
minggu kemudian. Karena terkadang sulit untuk mendapatkan sampel pada fase
sembuh, bagaimanapun, sampel darah kedua harus selalu diambil dari pasien yang
dirawat pada saat akan keluar dari rumah sakit .
a) Diagnosis serologis
Lima tes serologi dasar telah secara rutin digunakan untuk diagnosis infeksi
dengue; hemaglutinasi-inhibisi (HI), complement fixation (CF), uji netralisasi (NT),
imunoglobulin M (IgM) enzyme-linked immunosorbent assay capture (MAC-ELISA),
dan imunoglobulin G langsung ELISA. Terlepas dari uji yang digunakan, diagnosis
serologi tegas tergantung signifikan (empat kali lipat atau lebih) kenaikan titer
antibodi spesifik antara sampel serum fase akut dan fase sembuh. Antigen baterai
untuk sebagian besar tes serologi harus mencakup semua serotipe dengue empat virus,
flavivirus lain (seperti virus demam kuning, virus ensefalitis Jepang, atau St Louis
ensefalitis virus), nonflavivirus (seperti virus Chikungunya atau timur kuda virus
ensefalitis ), dan idealnya, kontrol jaringan antigen yang tidak terinfeksi.
Dari tes di atas, HI paling sering digunakan; karena sensitif, mudah untuk
dilakukan, hanya membutuhkan peralatan minim, dan sangat tepat jika dilakukan
dengan benar. Karena antibodi HI bertahan untuk waktu yang lama (hingga 48 tahun
dan mungkin lebih lama), tes ini ideal untuk studi seroepidemiologic.
Tes CF tidak sering digunakan untuk pemeriksaan diagnostic serologis secara
rutin. Karena lebih sulit untuk dilakukan, dibutuhkan tenaga yang sangat terlatih, dan
karena itu tidak digunakan di sebagian besar laboratorium dengue. NT adalah tes
serologi yang paling spesifik dan sensitif untuk virus dengue. Protokol yang paling
umum digunakan di laboratorium dengue adalah serum pengenceran pengurangan
plak NT. Secara umum, titer antibodi penetral-naik pada waktu yang sama atau sedikit
lebih lambat dari titer antibodi HI dan ELISA tetapi lebih cepat daripada titer antibodi
CF dan bertahan selama setidaknya 48 tahun.
MAC ELISA adalah tes serologis yang sangat sering digunakan untuk
mendiagnosis dengue yang terjadi pada beberapa tahun yang lalu. Karena mudah dan
cepat. Anti dengue IgM berkembang menjadi sedikit lebih cepat daripada antibody
IgG. Kespesifikan dari MAC-ELISA sama dengan HI
b) PCR
Reverse transcriptase PCR (RT-PCR) telah dikembangkan untuk sejumlah
virus RNA dalam beberapa tahun terakhir dan memiliki potensi untuk merevolusi
diagnosis laboratorium; untuk demam berdarah, RT- PCR menyediakan diagnosis-
serotipe spesifik yang cepat. Metode ini cepat, sensitif, sederhana, dan
direproduksi jika dikontrol dengan baik dan dapat digunakan untuk mendeteksi
RNA virus dalam sampel manusia klinis, jaringan otopsi, atau nyamuk. Meskipun
RT-PCR memiliki sensitivitas yang mirip dengan sistem isolasi virus yang
menggunakan C6 / 36 kultur sel, penanganan yang buruk, penyimpanan yang
buruk, dan adanya antibodi biasanya tidak mempengaruhi hasil PCR seperti yang
mereka lakukan isolasi virus. Sejumlah metode yang melibatkan primer dari
lokasi yang berbeda dalam genom dan pendekatan yang berbeda untuk mendeteksi
produk RT-PCR telah dikembangkan selama beberapa tahun terakhir.

I. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan DHF menurut (Centers for Disease Control and Prevention, 2009), yaitu
1) Beritahu pasien untuk minum banyak cairan dan mendapatkan banyak istirahat.
2) Beritahu pasien untuk mengambil antipiretik untuk mengontrol suhu mereka. anak-
anak dengan dengue beresiko untuk demam kejang selama fase demam.
3) Peringatkan pasien untuk menghindari aspirin dan nonsteroid lainnya, obat anti
inflamasi karena mereka meningkatkan risiko perdarahan.
4) Memantau hidrasi pasien selama fase demam
5) Mendidik pasien dan orang tua tentang tanda-tanda dehidrasi dan pantau output urine
6) Jika pasien tidak dapat mentoleransi cairan secara oral, mereka mungkin perlu cairan
IV.
7) Kaji status hemodinamik dengan memeriksa denyut jantung, pengisian kapiler, nadi,
tekanan darah, dan Output urine.
8) Lakukan penilaian hemodinamik, cek hematokrit awal, dan jumlah trombosit.
9) Terus memantau pasien selama terjadi penurunan suhu badan sampai yg normal.
10) Fase kritis DBD dimulai dengan penurunan suhu badan sampai yg normal dan
berlangsung 24-48 jam.

J. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian dengan Penyakit infeksi Demam Berdarah Dengue menurut (Nurarif &
Hardhi, 2015) adalah :
a. Identitas pasien
Nama, umur, jenis kelamin, alamat, pendidikan, nama orang tua, pendidikan orang
tua, dan pekerjaan orang tua.
b. Keluhan utama
Alasan/keluhan yang menonjol pada pasien Demam Berdarah Dengue untuk
datang ke Rumah Sakit adalah panas tinggi dan anak lemah.
c. Riwayat penyakit sekarang
Didapatkan adanya keluhan panas mendadak yang disertai menggigil, dan saat
demam kesadaran komposmentis. Turunnya panas terjadi antara hari ke 3 dan ke 7
dan anak semakin lemah. Kadang-kadang disertai dengan keluhan batuk pilek,
nyeri telan, mual, muntah, anoreksia, diare atau konstipasi, sakit kepala, nyeri otot
dan persendian, nyeri uluh hati, dan pergerakan bola mata terasa pegal, serta
adanya manisfestasi perdarahan pada kulit, gusi (grade 3 dan 4), melena, atau
hematemesis.
d. Riwayat penyakit yang pernah diderita
Penyakit apa saja yang pernah diderita. Pada Demam Berdarah Dengue, anak bisa
mengalami serangan ulangan Demam Berdarah Dengue dengan tipe virus yang
lain.
e. Riwayat imunisasi Apabila anak mempunyai kekebalan yang baik, maka
kemungkinan akan timbulnya komplikasi dapat dihindarkan.
f. Riwayat gizi Status gizi anak yang menderita Demam Berdarah Dengue dapat
bervariasi. Semua anak dengan status gizi baik maupun buruk dapat beresiko,
apabila terdapat faktor predisposisinya. Anak yang menderita DHF sering
mengalami keluhan mual, muntah, dan napsu makan menurun. Apabila kondisi ini
berlanjut, dan tidak disertai dengan pemenuhan nutrisi yang mencukupi, maka
anak dapat mengalami penurunan berat badan sehingga status gizinya menjadi
kurang.
g. Kondisi lingkungan Sering terjadi di daerah yang padat penduduknya dan
lingkungan yang kurang bersih (seperti air yang menggenang dan gantungan baju
di kamar)
h. Pola kebiasaan
1) Nutrisi dan metabolisme: frekuensi, jenis, pantangan, napsu makan berkurang,
napsu makan menurun.
2) Eliminasi atau buang air besar.Kadang-kadang anak mengalami diare atau
konstipasi. Sementara Demam Berdarah Dengue pada grade III-IV bisa terjadi
melena.
i. Eliminasi urine atau buang air kecil perlu dikaji apakah sering kencing sedikit atau
banyak sakit atau tidak. Pada Demam Berdarah Dengue grade IV sering terjadi
hematuria.
j. Tidur dan istirihat. Anak sering mengalami kurang tidur karena mengalami
sakit/nyeri otot dan persendian sehingga kuantitas dan kualitas tidur maupun
istirahatnya kurang.
k. Kebersihan. Upaya keluarga untuk menjaga kebersihan diri dan lingkungan
cenderung kurang terutama untuk membersikan tempat sarang nyamuk Aedes
Aegypti.
l. Perilaku dan tanggapan bila ada keluarga yang sakit serta upaya untuk menjaga
kesehatan.
m. Pemeriksaan fisik meliputi inspeksi, palpasi, auskultasi, danperkusi dari ujung
rambut sampai ujung kaki. Berdasarkan tingkatan atau (grade) Demam Berdarah
Dengue, keadaan fisik anak adalahsebgai berikut:
1) Grade I : kesadaran komposmentis, keadaan umum lemah, tandatanda vital
dan nadi lemah.
2) Grade II : kesadaran kompos mentis, keadaan umum lemah, dan perdarahan
spontan petekie, perdarahan gusi dan telinga, serta nadi lemah, kecil dan tidak
teratur.
3) Grade III : kesadaran apatis, somnolent, keadaan umum lemah, nadi lemah,
kecil dan tidak teratur, serta tensi menurun.
4) Grade IV : kesadaran koma, tanda-tanda vital : nadi tidak teraba, tensi tidak
terukur, pernapasan tidak teratur, ekstremitas dingin, berkeringat, dan kulit
tampak biru.
n. Sistem integument
Adanya petekia pada kulit, turgor kulit menurun, dan muncul keringat dingin, dan
lembab.
1) Kuku sianosis/tidak
2) Kepala dan leher
Kepala terasa nyeri, muka tampak kemerahan karena demam (flusy), mata
anemis, hidung kadang mengalami perdarahan (epistaksis) pada grade II, III,
IV. Pada mulut didapatkan bahwa mukosa mulut kering, terjadi perdarahan
gusi dan nyeri telan. Sementara tenggorokan mengalami hiperemia pharing (
pada Grade II, III, IV).
3) Dada Bentuk simetris dan kadang-kadang terasa sesak. Pada foto thorax
terdapat adanya cairan yang tertimbun pada paru sebelah kanan ( efusi pleura),
rales (+), Ronchi (+), yang biasanya terdapat pada grade III dan IV.
4) Abdomen Mengalami nyeri tekan, Pembesaran hati (hepetomegali), asites.
5) Ekstremitas
6) Akral dingin, serta terjadi nyeri otot, sendi, serta tulang.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang muncul pada anak dengan penyakit infeksi Demam
Berdarah Dengue tergantung pada data yang ditemukan, diagnosa keperawatan yang
muncul antara lain:
1) Peningkatan suhu tubuh (hipertermia) berhubungan dengan infeksi virus.
2) Nyeri berhubungan dengan gangguan metabolisme pembuluh darah perifer.
3) Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan mual, muntah, tidak ada napsu makan.
4) Potensial terjadi perdarahan berhubungan dengan trombositopenia.
5) Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan permeabilitas
kapiler, muntah dan demam.
6) Gangguan aktivitas sehari-hari berhubungan dengan kelemahan tubuh
3. Perencanaan
Tabel 2 Perencanaan Teoritis
Diagnosa Keperawatan/ Masalah Rencana keperawatan
Kolaborasi Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Hipertermia NOC: NIC :
Berhubungan dengan : Thermoregulasi 1. Monitor suhu sesering mungkin
 penyakit/ trauma 2. Monitor warna dan suhu kulit
 peningkatan metabolisme Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3. Monitor tekanan darah, nadi dan RR
 aktivitas yang berlebih … x …. Jam diharapkan suhu tubuh klien kembali 4. Monitor penurunan tingkat kesadaran
 dehidrasi normal dengan kriteria hasil : 5. Monitor WBC, Hb, dan Hct
DO/DS: a. Suhu tubuh dalam batas normal 6. Monitor intake dan output
 kenaikan suhu tubuh diatas dengan kreiteria hasil: 7. Berikan anti piretik:
rentang normal b. Suhu 36 – 37C 8. Kelola Antibiotik:………………………..
 serangan atau konvulsi (kejang) c. Nadi dan RR dalam rentang normal 9. Selimuti pasien
 kulit kemerahan Tidak ada perubahan warna kulit dan 10. Berikan cairan intravena
 pertambahan RR tidak ada pusing, merasa nyaman 11. Kompres pasien pada lipat paha dan
aksila
 takikardi
12. Tingkatkan sirkulasi udara
Kulit teraba panas/ hangat
13. Tingkatkan intake cairan dan nutrisi
14. Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
15. Catat adanya fluktuasi tekanan darah
16. Monitor hidrasi seperti turgor
kulit, kelembaban membran
mukosa)
Nyeri akut berhubungan dengan: NOC : NIC :
Agen injuri (biologi, kimia, a. Pain Level, 1. Lakukan pengkajian nyeri secara
fisik, psikologis), kerusakan b. pain control, komprehensif termasuk lokasi,
jaringan c. comfort level karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas
DS: Setelah dilakukan tinfakan keperawatan selama dan faktor presipitasi
 Laporan secara verbal DO: … x …. pasien tidak mengalami nyeri, dengan 2. Observasi reaksi nonverbal dari
 Posisi untuk menahan nyeri kriteria hasil: ketidaknyamanan
 Tingkah laku berhati-hati a. Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab 3. Bantu pasien dan keluarga untuk

 Gangguan tidur (mata sayu, nyeri, mampu menggunakan tehnik mencari dan menemukan dukungan
tampak capek, sulit atau gerakan nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri, 4. Kontrol lingkungan yang dapat
kacau, menyeringai) mencari bantuan) mempengaruhi nyeri seperti suhu
 Terfokus pada diri sendiri b. Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan ruangan, pencahayaan dan kebisingan

 Fokus menyempit (penurunan menggunakan manajemen nyeri 5. Kurangi faktor presipitasi nyeri
persepsi waktu, kerusakan proses c. Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, 6. Kaji tipe dan sumber nyeri untuk
berpikir, penurunan interaksi frekuensi dan tanda nyeri) menentukan intervensi
dengan orang dan lingkungan) d. Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri 7. Ajarkan tentang teknik non
Tingkah laku distraksi, contoh : jalan- berkurang farmakologi: napas dala, relaksasi,
jalan, menemui orang lain dan/atau e. Tanda vital dalam rentang distraksi, kompres hangat/ dingin
aktivitas, aktivitas berulang-ulang) normal Tidak mengalami gangguan 8. Berikan analgetik untuk
tidur mengurangi nyeri:
9. Tingkatkan istirahat

Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari NOC: NIC


kebutuhan tubuh a. Nutritional status: Adequacy of 1. Kaji adanya alergi makanan
Berhubungan dengan : nutrient 2. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
Ketidakmampuan untuk memasukkan atau b. Nutritional Status : food and menentukan jumlah kalori dan
mencerna nutrisi oleh karena faktor Fluid Intake nutrisi yang dibutuhkan pasien
biologis, psikologis atau ekonomi. c. Weight Control 3. Yakinkan diet yang dimakan
DS: Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama … x mengandung tinggi serat untuk mencegah
a. Nyeri abdomen … jam diharapkan nutrisi kurang teratasi dengan konstipasi
c. Muntah Kejang perut indikator: 4. Ajarkan pasien bagaimana membuat
d. Rasa penuh tiba-tiba a. Albumin serum catatan makanan harian.
setelah makan b. Pre albumin serum 5. Monitor adanya penurunan BB dan
DO: c. Hematokrit gula darah
a. Diare d. Hemoglobin 6. Monitor lingkungan selama makan
7. Jadwalkan pengobatan dan tindakan
b. Rontok rambut yang berlebih e. Total iron binding capacity tidak selama jam makan
c. Kurang nafsu makan f. Jumlah limfosit 8. Monitor turgor kulit
d. Bising usus berlebih 9. Monitor kekeringan, rambut kusam,
e. Konjungtiva pucat total protein, Hb dan kadar Ht
f. Denyut nadi lemah 10. Monitor mual dan muntah
11. Monitor pucat, kemerahan, dan
kekeringan jaringan konjungtiva
12. Monitor intake nuntrisi
13. Informasikan pada klien dan
keluarga tentang manfaat nutrisi
14. Kolaborasi dengan dokter tentang
kebutuhan suplemen makanan seperti
NGT/ TPN sehingga intake cairan
yang adekuat dapat dipertahankan.
15. Atur posisi semi fowler atau fowler
tinggi selama makan
16. Kelola pemberan anti emetik:.....
17. Anjurkan banyak minum
18. Pertahankan terapi IV line
19. Catatadanya edema, hiperemik,
hipertonik papila lidah dan cavitas oval
Defisit Volume Cairan NOC: NIC :
Berhubungan dengan: a. Fluid balance 1. Pertahankan catatan intake dan output yang
 Kehilangan volume cairan secara b. Hydration akurat
aktif
c. Nutritional Status : Food and Fluid Intake 2. Monitor status hidrasi ( kelembaban
 Kegagalan mekanisme pengaturan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama … membran mukosa, nadi adekuat, tekanan
x darah ortostatik ), jika diperlukan
DS :
…. Jam diharapkan defisit volume cairan teratasi 3. Monitor hasil lab yang sesuai dengan
 Haus DO:
dengan kriteria hasil: retensi cairan (BUN , Hmt , osmolalitas
 Penurunan turgor kulit/lidah
a. Mempertahankan urine output sesuai dengan urin, albumin, total protein )
 Membran mukosa/kulit kering
usia dan BB, BJ urine normal, 4. Monitor vital sign setiap 15menit – 1 jam
 Peningkatan denyut nadi, penurunan
b. Tekanan darah, nadi, suhu tubuh dalam batas 5. Kolaborasi pemberian cairan IV
tekanan darah, penurunan
normal 6. Monitor status nutrisi
volume/tekanan nadi
c. Tidak ada tanda tanda dehidrasi, Elastisitas 7. Berikan cairan oral
 Pengisian vena menurun
turgor kulit baik, membran mukosa lembab, 8. Berikan penggantian nasogatrik sesuai
 Perubahan status mental
tidak ada rasa haus yang berlebihan output (50 – 100cc/jam)
 Konsentrasi urine meningkat
d. Orientasi terhadap waktu dan tempat baik 9. Dorong keluarga untuk membantu pasien
Temperatur tubuh meningkat
e. Jumlah dan irama pernapasan dalam batas makan
normal 10. Kolaborasi dokter jika tanda cairan
f. Elektrolit, Hb, Hmt dalam batas berlebih muncul meburuk
normal pH urin dalam batas normal
Intoleransi aktivitas NOC : NIC :
Berhubungan dengan : a. Self Care : ADLs 1. Observasi adanya pembatasan klien dalam
 Tirah Baring atau imobilisasi b. Toleransi aktivitas melakukan aktivitas
 Kelemahan menyeluruh c. Konservasi energi 2. Kaji adanya faktor yang menyebabkan
 Ketidakseimbangan antara suplei Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama … kelelahan
oksigen dengan kebutuhan x…. jam diharapkan pasien bertoleransi terhadap 3. Monitor nutrisi dan sumber energi yang
Gaya hidup yang dipertahankan. DS: aktivitas dengan Kriteria Hasil : adekuat
 Melaporkan secara verbal adanya a. Berpartisipasi dalam aktivitas fisik tanpa 4. Monitor pasien akan adanya kelelahan
kelelahan atau kelemahan. disertai peningkatan tekanan darah, nadi dan fisik dan emosi secara berlebihan
 Adanya dyspneu atau RR 5. Monitor respon kardivaskuler terhadap
ketidaknyamanan saat beraktivitas. b. Mampu melakukan aktivitas sehari hari aktivitas (takikardi, disritmia, sesak nafas,
DO : (ADLs) secara mandiri diaporesis, pucat, perubahan
 Respon abnormal dari tekanan Keseimbangan aktivitas dan istirahat hemodinamik)
darah atau nadi terhadap aktifitas 6. Monitor pola tidur dan lamanya
 Perubahan ECG : aritmia, iskemia tidur/istirahat pasien
4. Implementasi
Implementasi adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang
telah disusun pada tahap perencanaan dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan klien
secara optimal. Pada tahap ini perawat menerapkan pengetahuan intelektual, kemampuan
hubungan antar manusia (komunikasi) dan kemampuan teknis keperawatan, penemuan
perubahan pada pertahanan daya tahan tubuh, pencegahan komplikasi, penemuan
perubahan sistem tubuh, pemantapan hubungan klien dengan lingkungan, implementasi
pesan tim medis serta mengupayakan rasa aman, nyaman dan keselamatan klien.
5. Evaluasi
Evaluasi merupakan perbandingan yang sistemik dan terencana mengenai
kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan dan dilakukan secara
berkesinambungan dengan melibatkan klien dan tenaga kesehatan lainnya. Penilaian
dalam keperawatan bertujuan untuk mengatasi pemenuhan kebutuhan klien secara
optimal dan mengukur hasil dari proses keperawatan.
ASUHAN KEPERAWATAN

Nama Mahasiswa :Ayu Fuji Lestari


Semester/Tingkat: I
Tempat Praktek : RS Bunda Palembang
Tanggal Pengkajian:01 November 2022

DATA KLIEN
A. DATA UMUM
1. Nama Inisial Klien : An. S
2. Umur : 12 tahun
3. Alamat : Jln pangeran ayin
4. Agama : Islam
5. Tanggal Masuk RS/RB : 01 November 2022
6. Nomor Rekam Medis 3639

- Pola hidup (konsumsi/alkohol/olahraga, dll)


Keluarga an. S mengatakan pola hidup an.S sehat, tidak makan sembarangan

PENGKAJIAN 13 DOMAIN NANDA

1. HEALTH PROMOTION
a. Kesehatan Umum : Compos Mentis
- Alasan masuk rumah sakit :
Keluarga mengatakan an. S sudah demam 4 hari sebelum ke rumah sakit,
mual,dan ada bintik merah di tubuh
- Tekanan darah: -
- Nadi : 100x/menit
- Suhu : 36,5°c
- Respirasi : 20x/menit
b. Riwayat masa lalu (penyakit, kecelakaan, dll) :
Keluarga mengatakan an. S tidak ada menderita penyakit lain sebelumnya
c.
d. Riwayat pengobatan
Nama Obat/Jamu Dosis Keterangan
- - -
- - -
- - -

e. Kemampuan mengontrol kesehatan :


- Yang dilakukan bila sakit : Keluarga an.S mengatakan pada saat sakit an.S
sering tidur dan tidak nafsu makan
f. Faktor sosial ekonomi (penghasilan/asuransi kesehatan, dll) : -
g. Pengobatan sekarang :
No Nama Obat Dosis Kandungan Manfaat
1. Psidii 3x1 Ekstrak daun Untuk
jambu biji meningkatkan
trombosit
2. Isoprinol 3x1 Antivirus Untukinfeksi
virus
3. Omeprazole 1x2 mg Anti refluks Untuk
mengurangi
produksi
asam
lambung
4. Ceftazidime 3x1 gr Antibiotik Untuk infeksi
bakteri

h. Riwayat Imunisasi (pada anak) :


Jenis Imunisasi Ke-1 Ke-2 Ke-3
BCG Umur : 1 bulan
Oleh : bidan
Komplikasi : tidak ada
Hepatitis B Umur : 0 bulan Umur : 1 bulan Umur : 6 bulan
Oleh :perawat di Oleh : bidan Oleh : bidan
rumah sakit Komplikasi : Komplikasi :
Komplikasi : tidak tidak ada tidak ada
ada
DPT Umur :2 bulan Umur : 3 bulan Umur : 4 bulan
Oleh : bidan Oleh : bidan Oleh : bidan
Komplikasi : tidak Komplikasi : Komplikasi :
ada tidak ada tidak ada
Polio Umur : 1 bulan Umur :- Umur :-
Oleh : bidan Oleh :- Oleh :-
Komplikasi : tidak Komplikasi :- Komplikasi :-
ada
Campak Umur : 9 bulan
Oleh : bidan
Komplikasi : tidak ada
Imunisasi lain yang Jelaskan : tidak pernah
pernah dijalani

2. NUTRION
a. A (Antropometri) meliputi BB, TB, LK, LD, LILA, IMT :
1) BB biasanya : 35 kg dan BB sekarang 30 kg
2) Lingkar perut :-
3) Lingkar kepala :-
4) Lingkar dada :-
5) Lingkar lengan atas :-

6) IMT : IMT = 20 𝑘𝑔
= 20 𝑘𝑔 20
122 𝑐𝑚 = = 13,43 (normal)
1,22 𝑚 𝑥 1,22 𝑚 1,4884

b. B (Biochemical) meliputi data laboratorium yang abnormal


-Trombosit : 45 103/Ul (rendah)
-Netrofil segmen : 30% (rendah)
-Limfosit : 58% (tinggi)
c. C (Clinical) meliputi tanda-tanda klinis rambut, turgor kulit, mukosa bibir,
Conjungtiva anemis/tidak :
Rambut pasien bersih, konjungtiva anemis, mukosa bibir pasien kering, turgor
kulit pasien pada saat disentuh cepatkembali, di badan pasien tampak ada bintik
merah.

d. D (Diet) meliputi nafsu, jenis, frekuensi makanan yang diberikan selama


dirumah sakit :
Keluarga mengatakan an.S selama di rumah sakit makan bubur, porsi makan habis
sebanyak ¼ porsi.

e. E (Energy) meliputi kemampuan klien dalam beraktifias selama di rumah


sakit :
Keluarga an.S mengatakan an.S kurang beraktifitas selama di rumah sakit, hanya
berbaring di tempat tidur sesekali duduk pada waktu makan.

f. F (Factor) meliputi penyebab masalah nutrisi : (kemampuan menelan,


mengunyah, dll)
Keluarga mengatakan an.S tidak ada gangguan atau masalah dalam mengunyah
makan dan menelan makanan.

g. Penilaian Status Gizi


Berat badan pasien sebelum sakit adalah 35 kg dan berat badan pasien pada saat
sakit adalah 30kg, selama sakit nafsu makan pasien berkurang, pasien
menghabiskan makan sebanyak ¼ porsi.

h. Pola Asupan Cairan


Pasien dalam 1 hari minum sebanyak kurang lebih 4 gelas atau sekitar 1.500 cc
dalam 1 hari.

i. Cairan Masuk
Keluarga mengatakan biasanya an.A minum sebanyak kurang lebih 4 gelas dalam
1 hari (kurang lebih 1500 cc)
j. Cairan Keluar
Keluarga mengatakan an.A dalam 1 hari buang air kecil (BAK) sebanyak kurang
lebih 900 cc

k. Penilaian Status Cairan (Balance


Cairan) Intake cairan pasien : 1500cc
Output pasien 900 cc
Intake cairan urin- output cairan urin = 1500 cc - 900 cc
= 600 cc
l. Pemeriksaan Abdomen
Pada saat melakukan palpasi tidak ada nyeri tekan diperut pasien an.S, perut
pasien tampak simetris dan tidak ada asites

3. ELIMINATION
a. Sistem Urinary
1) Pola pembuangan urine (frekuensi, jumlah, ketidaknyamanan)
Keluarga mengatakan an.S buang airkecil kurang lebih sebanyak 900 cc dalam
1 hari

2) Riwayat kelainan kandung kemih


Keluarga mengatakan an.S tidak ada masalah pada saat BAK tidak merasakan
sakit pada saat buang air kecil

3) Pola urine (jumlah, warna, kekentalan, bau)


Keluarga mengatakan urin pasien tidak berbau, berwarna kuning jernih dan
BAK kurang lebih 10 cc

4) Distensi kandung kemih/retensi urine


Tidak ada distensi kandung kemih

b. Sistem Gastrointestinal
1) Pola eliminasi
Keluarga mengatakan an.S dalam 1 hari buang air besar 1-2 kali sebanyak
kurang lebih 300 cc
2) Konstipasi dan factor penyebab konstipasi
Keluarga mengatakan an.S tidak ada mengalami konstipasi

c. Sistem Integumen
1) Kulit (integritas kulit/hidrasi/turgor/warna/suhu)
Turgor kulit pasien normal, suhu tubuh 36.5°c, tidak pucat, integritas kulit
normal, pasien mengeluarkan keringat.

4. ACTIVITY/REST
a. Istirahat/tidur
1) Jam tidur : Keluarga mengatakan pada malam hari an.S tidur pukul 20.00
atau 21.00, pada siang hari terkadang pasien tidur selama kurang lebih 1-2jam
2) Insomnia : Keluarga mengatakan pasien tidak ada gangguan insomnia
3) Pertolongan untuk merangsang tidur :
Keluarga mengatakan sebelumtidur an.S biasanya memainkan handphone atau
menonton agar mengantuk dan cepat tidur

b. Aktivitas
1) Pekerjaan :-
2) Kebiasaan olahraga :-
3) ADL
a) Makan :An. S makan sebanyak 3 kali dalam satu hari
b) Toileting : An.S BAB dan BAK secara mandiri dan BAB
sebanyak 1 kali dalam sehari, BAK kurang lebih 4 kalidalam satu
hari
c) Kebersihan : An.S diajarkan untuk mencuci tangan sebelum dan
sesudah makan atau setelah menyetuh barang kotor
d) Berpakaian : An. S sudah bisa berpakaian sendiri
4) Bantuan ADL : Saat pasien dirumahsakit aktifitas sepenuhnya dibantu
ibu pasien
5) Kekuatan otot :-
6) ROM :-
7) Resiko utuk cidera :-
c. Cardio respons
1) Penyakit jantung : Keluarga mengatakan an.S tidak memiliki penyakit
jantung
2) Edoma esktremitas :-
3) Tekanan darah dan nadi :
a) Berbaring : 100x/menit
b) Duduk :-
4) Tekanan vena jugularis: Tidak ada pembesaran vena jugularis
5) Pemeriksaan jantung
a) Inspeksi : Tidak terlihat adanya pembesaran jantung, bentuk
dada simetris, tidak ada edema
b) Palpasi : Tidak ada pembeseran di sekitar jantung,
c) Perkusi : sonor
d) Auskultasi : normal (bunyi lup dup)
d. Pulmonary respon
1) Penyakit system nafas : Keluarga mengatakan an.S tidak ada gangguan
penyakit pernapasan
2) Penggunaan O2 : An.S tidak menggunakan oksigen
3) Kemampuan bernafas : Tidakada tekanan dalam bernapas, tidak terlihat sesak
4) Gangguan pernafasan (batuk, suara nafas, sputum, dll)
Tidak ada gangguan pernapasan,pasien tidak mengalami batuk dan tidak ada
sputum
5) Pemeriksaan paru-paru
a) Inspeksi : Dada pasien terlihat simetris, tidak ada lesi
b) Palpasi : Tidak ada retraksi dinding dada, vocal premitus
(bunyi getaran normal saat dilakukan palpasi dada di tulang belakang)
c) Perkusi : sonor
d) Auskultasi : normal tidak ada suara napas tambahan

5. PERCEPTION/COGNITION
a. Oerintasi/kognisi
1) Tingkat pendidikan : An.S masih sekolah dasar
2) Kurang pengetahuan : Pasien tidak tahu penyebab penyakit
3) Pengetahuan tentang penyakit: Pasien mengatakan pasien sakit demam
4) Orientasi (waktu, tempat, orang): -
b. Sensasi/persepsi
1) Riwayat penyakit jantung : Keluarga mengatakan an.S tidak ada riwayat
penyakit jantung
2) Sakit kepala : An.S tidak merasakan sakit kepala
3) Penggunaan alat bantu : Pasien tidak menggunakan alat bantu
4) Penginderaan :
-Indera Penglihatan : pasien bisa melihat dengan jelas tidak kabur
-Indera perasa : pasien bisa merasakan rasa makanan
-Indera peraba: pasien dapat merasakan jika disentuh
-Indera penciuman : pasien bisa mencium bau
c. Communication
1) Bahasa yang digunakan : Bahasa Indonesia
2) Kesulitan berkomunikasi : Pasien tidak ada kesulitan
dalam berkomunikasi

6. SELF PERCEPTION
a. Self-concept/self-esteem
1) Perasaan cemas/takut : Pasien tidak merasa cemas atau takut
2) Perasaan putus asa/kehilangan : Tidak ada
3) Keinginan untuk menciderai : Tidak ada
4) Adanya luka/cacat : Tidak ada luka atau cacat di tubuh
pasien

7. ROLE RELATIONSHIP
a. Peranan hubungan
1) Status hubungan : Anak
2) Orang terdekat : Orang terdekat pasien adalah ayah dan
ibu
3) Perubahan konflik/peran :-
4) Perubahan gaya hidup :-
5) Interaksi dengan orang lain : Pada saat sebelum sakit an.S cukup
aktif dan mau berinteraksi dengan orang lain, namun pada saat sakit pasien
agak diam

8. SEXUALITY
a. Identitasseksual
1) Masalah/disfungsiseksual :-
2) Periodenmenstruasi :-
3) Metode KB yang digunakan :-
4) Pemeriksaan SADARI :-
5) Pemeriksaanpasmear :-

9. COPING/STRESS TOLERANCE
a. Coping respon
1) Rasa sedih/takut/cemas : Pasien tidak merasa takut atau cemas
2) Kemampuan untuk mengatasi :-
3) Perilaku yang menampakkan cemas : Tidak ada

10. LIFE PRINCIPLES


a. Nilai kepercayaan
1) Kegiatan keagamaan yang diikuti : Keluarga mengatakan an.S sholat
2) Kemampuan untuk berpartisipasi :-
3) Kegiatan kebudayaan :-
4) Kemampuan memecahkan masalah :-

11. SAFETY/PROTECTION
a. Alergi : Keluarga mengatakanan.S tidak ada alergi
b. Penyakit autoimmune : Keluarga mengatakan tidak ada penyakit
autoimmune
c. Tanda infeksi : Tidak ada
d. Gangguan thermoregulasi : Tidak ada
e. Gangguan /resiko (komplikasi immobilisasi, jatuh, aspirasi, disfungsi
neurovaskuler peripheral, kondisihipertensi, perdarahan, hipoglikemia, syndrome
disuse, gaya hidup yang tetap)
Tidak ada resiko jatuh/ tidak ada gangguan

12. COMFORT
a. Kenyamanan/Nyeri
1) Provokes (yang menimbulkan nyeri) :-
2) Quality (bagaimana kualitasnya) :-
3) Regio (dimana letaknya) :-
4) Scala (berapa skalanya) :-
5) Time (waktu) :-
b. Rasa tidak nyaman lainnya :-
c. Gejala yang nmenyertai :-

13. GROWTH/DEVELOPMENT
a. Pertumbuhan dan perkembangan :-
b. DDST (Form dilampirkan) :-
B. DATA LABORATORIUM
Tanggal & Hasil Harga
Jenis Pemeriksaan Satuan Interpretasi
Jam Pemeriksaan Normal
02/11/202 Hemoglobin 148 11-14,7 g/dL -
2 Leukosit 5 0-20 mm/jam -
Trombosit 45 150-440 103/uL -
Eritrosit 5.2 3,8 − 5,2 106/uL -
Hematokrit 42 33 − 45 % -
Basofil 0 0-1 % -
Netrofil batang 4 2-6 % -
Netrofil segmen 3O 50-70 % -
Limfosit 58 20-40 % -
Monosit 6 2-8 % -
Eosinofil 2 1-3 % -
MCV 80 69-93 Fl -
MCH 28 22-34 Pg -
MCHC 35 2-36 g/Dl -
ANALISIS DATA

Nama Pasien : An. S Diagnosa Medis : DBD Grade II


Jenis Kelamin :Perempuan No. Medis Record : 3639
No. Kamar Bed : 514 Hari/tanggal :02 November 2022
No Data Senjang Etiologi Masalah Nama dan
Keperawatan Paraf
Perawat
1 Ds : Keluarga Infeksi virus Resiko Perdarahan
mengatakan ada bintik
merah di badan pasien Antigen
Do : menyerang
-Trombosit: 45 103/Ul trombosit
-Suhu :36,5°c
-RR : 20x/menit Destruksi
-Konjungtiva anemis trombosit dalam
-Tampak bintik merah sel penyaji
antigen di picu
oleh antibody

Pembentukan
neo antigen

Trombositopenia

Perdarahan

2 Ds: Keluarga Respon Ketidakseimbangan


mengatakan an.S peningkatan nutrisi kurangdari
makan ¼ porsi, mual suhu tubuh kebutuhan tubuh
Do : Mukosa bibir
kering, BB sebelum Merangsang
sakit 22 kg dan BB central vomiting
sesudah sakit 20 kg, centre
Konjungtiva anemis
Mual

Tidak napsu
makan

Intake nutrisi
kurang

MASALAH KEPERAWATAN
1. Resiko perdarahan b.d trombositopenia
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d kurang asupan makan

DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Resiko perdarahan b.d trombositopenia
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d kurang asupan makan
NURSING PLANING

Nama Pasien : An. S Diagnosa Medis : DBD Grade II


Jenis Kelamin :Perempuan No. Medis Record : 3639
No. Kamar Bed : 514 Hari/tanggal :01 November 2022

No Diagnosa Jam Tujuan Rencana Keperawatan Nama


Keperawatan (SMART) dan TT
perawat
1 Resiko perdarahan 09.30 Setelah dilakukan Label: Pencegahan
b.d trombositopenia tindakan keperawatan perdarahan
selama 1x24 jam 1.Monitor status cairan
diharapkan keparahan termasuk intake dan
kehilangan darah tidak output pasien
terjadi dengan kriteria 2.Pertahankan
hasil : kepatenan akses IV
a) Kehilangan 3. Beri produk darah
panas tubuh (trombosit)
berkurang 4. Instruksikan keluarga
b) Kulit tidak akan tanda perdarahan
kering dan tindakan yang tepat
c) Membran (memberitahu perawat)
mukosa tidak 5. Instruksikan pasien
kering dan akan pembatasan
pucat aktivitas

2 Ketidakseimbangan 13:00 Setelah dilakukan Label : Manajemen


nutrisi kurang dari tindakan keperawatan Nutrisi
kebutuhan tubuh b.d selama 1x24 jam 1.Identifikasi adanya
kurang asupan diharapkan status alergi makan yang
makan nutrisi teratasi, dengan dimiliki pasien
kriteria hasil: 2.Ciptakan lingkungan
a)Asupan makanan yang optimal pada saat
sepenuhnya adekuat makan
(normal) 3.Lakukan/bantu pasien
b) Asupan cairan terkait perawatan mulut
adekuat sebelum makan
c) Rasio beratbadan 4.Anjurkan keluarga
bertambah untuk membawa
makanan favorit pasien
sementara
5.Anjurkan keluarga
terkait kebutuhan
makanan tertentu
berdasarkan
perkembangan
usia(peningkatan
kalsium, protein, dll)
NURSING IMPLEMENTASI
Nama Pasien : An. S Diagnosa Medis : DBD Grade II
Jenis Kelamin :Perempuan No. Medis Record : 3639
No. Kamar Bed : 514 Hari/tanggal :02 November 2022

No Diagnosa Jam Tindakan Rencana Nama


Keperawatan Keperawatan Keperawatan dan TT
perawat
1 Resiko perdarahan 02.11.2022 1.Memonitor status 1.Keluarga
b.d trombositopenia cairan termasuk intake mengatakan an.S
dan output pasien minum kurang
2.Mempertahankan lebih sudah gelas
kepatenan akses IV dari pagi sampai
3.Memberi produk sore dan BAK
darah (trombosit) sebanyak 2 kali
4.Menginstruksikan 2.An.S terpasang
keluarga akan tanda IV dan tidak ada
perdarahan dan masalah
tindakan yang tepat 3.Tidak ada
(memberitahu perawat) keluhan,
5.MengiInstruksikan menunggu cek
pasien akan pembatasan laboratorium
aktivitas 4.Keluarga
memahami apa
yang
diinstruksikan
5. Pasien dan
keluarga mengerti
apa yang
diinstruksikan

2 Ketidakseimbangan 02.11.2022 1.Mengidentifikasi 1.Pasien tidak ada


nutrisi kurang dari adanya alergi makan alergi makanan
kebutuhan tubuh b.d yang dimiliki pasien 2.Pasien merasa
kurang asupan 2.Menciptakan nyaman
makan lingkungan yang 3.Pasian merasa
optimal pada saat lebih bersih
makan 4.Keluarga mau
3.Melakukan/membantu membawa
pasien terkait perawatan makanan favorit
mulut sebelum makan an.S
4.Menganjurkan
keluarga untuk
membawa makanan
favorit pasien
sementara

Nama Pasien : An. S Diagnosa Medis : DBD Grade II


Jenis Kelamin :Perempuan No. Medis Record : 3639
No. Kamar Bed : 514 Hari/tanggal :03 Novembe 2022

No Diagnosa Jam Tindakan Rencana Nama


Keperawatan Keperawatan Keperawatan dan TT
perawat
1 Resiko perdarahan 03.11.2022 1.Memonitor status 1.Keluarga
b.d trombositopenia cairan termasuk intake mengatakan an.S
dan output pasien sudah mau makan
2.Mempertahankan dan sudah lumayan
kepatenan akses IV banyak minum,
3.Memberi produk tidak mual, masih
darah (trombosit) ada bintik merah
5.MengiInstruksikan 2.An.S terpasang
pasien akan pembatasan IV dan tidak ada
aktivitas masalah
3. Tidak ada
keluhan
4. Pasien dan
keluarga mengerti
dan menurut apa
yang
diinstruksikan

2 Ketidakseimbangan 03.11.2022 1.Menciptakan 1.Pasien merasa


nutrisi kurang dari lingkungan yang nyaman
kebutuhan tubuh b.d optimal pada saat 3.Pasian merasa
kurang asupan makan lebih bersih
makan 2.Melakukan/membantu 4.Keluarga
pasien terkait perawatan membawa
mulut sebelum makan makanan favorit
3.Menganjurkan an.S
keluarga untuk
membawa makanan
favorit pasien
sementara
EVALUASI KEPERAWATAN

Nama Pasien : An. S Diagnosa Medis : DBD Grade II


Jenis Kelamin :Perempuan No. Medis Record : 3639
No. Kamar Bed : 514 Hari/tanggal :03 November 2022
No Diagnosa Jam Evaluasi Nama
Keperawatan dan TT
Perawat
1 Resiko perdarahan b.d 02.11.2022 S : Keluarga
trombositopenia mengatakan ada
bintik merah
O:
-Trombosit: 45
103/Ul
-Suhu :36,5°c
-RR : 20x/menit
-Konjungtiva anemis
-Tampak bintik
merah
A :Masalah teratasi
sebagian
P:Intervensi
dilanjutkan
2 Ketidakseimbangan nutrisi 02.11.2022 S :Keluarga
kurang dari kebutuhan mengatakan an.S
tubuh b.d kurang asupan makan ¼ porsi, mual
Makan O : Mukosa bibir
kering, BB sebelum
sakit 35 kg dan BB
sesudah sakit 30 kg,
Konjungtiva anemis
A : Masalah teratasi
sebagian
P : Intervensi
dilanjutkan

Nama Pasien : An. S Diagnosa Medis : DBD Grade II


Jenis Kelamin :Perempuan No. Medis Record : 3639
No. Kamar Bed : 514 Hari/tanggal :03 November 2022
No Diagnosa Jam Evaluasi Nama
Keperawatan dan TT
Perawat
1 Resiko perdarahan b.d 03.11.2022 S : Keluarga
trombositopenia mengatakan masih
ada bintik merah,
an.S sudah nafsu
makan, tidak mual
dan sudah banyak
minum
O:
-Mukosa bibir
lembab
-Konjungtiva tidak
anemis
A :Masalah teratasi
sebagian
P:Intervensi
dihentikan
2 Ketidakseimbangan nutrisi 03.11.2022 S :Keluarga
kurang dari kebutuhan mengatakan an.S
tubuh b.d kurang asupan sudah nafsu makan,
Makan sudah banyak
minum, tidak mual
O : Mukosa bibir
lembab, Konjungtiva
tidak anemis
A : Masalah teratasi
sebagian
P : Intervensi
dihentikan
CATATAN PERKEMBANGAN

Nama Pasien : An. A Diagnosa Medis : DBD Grade II


Jenis Kelamin :Perempuan No. Medis Record : 2021-19-83 − 87
No. Kamar Bed : 514 Hari/tanggal : 23 Oktober 2021
Catatan Perkembangan Nama &
No Diagnosa Jam
Paraf
Keperawatan
Perawat
Shift Pagi
1 Resiko 02.11 S : Keluarga mengatakan ada bintik
perdarahan b.d .2022 merah
trombositopenia 09:00 O :
-Trombosit: 45 103/Ul
-Suhu :36,5°c
-RR : 20x/menit
-Konjungtiva anemis
-Tampak bintik merah
A :Masalah teratasi sebagian
P: Intervensi dilanjutkan

1.Memonitor cairan
2.Mempertahankan IV
3.Memberi produk darah
4.Menginstruksikan pasien pembatasan
aktivitas

12:00 S : Keluarga mengatakan an.S sudah


mau makan dan sudah lumayan
banyak minum, tidak mual, masih ada
bintik merah
O:
-Mukosa bibir lembab
-Konjungtiva tidak anemis
-Tampak bintik merah
A: Masalah teratasi sebagian
P :Intervensi dihentikan

2 Ketidakseimbang 03.11 S :Keluarga mengatakan an.S makan ¼


an nutrisi kurang .2022 porsi, mual
dari kebutuhan 09:00 O : Mukosa bibir kering, BB sebelum
tubuh b.d kurang sakit 22 kg dan BB sesudah sakit 20 kg,
asupan makan Konjungtiva anemis
A : Masalah teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkan

1. Menciptakan lingkungan yang


optimal saat makan
2. Membantu pasien perawatan
mulut sebelum makan
3. Menganjurkan keluarga untuk
membawa makanan favorit pasien

12:00 S : Keluarga mengatakan an.S sudah


nafsu makan dan lumayan banyak
minum, tidak mual
O: Mukosa bibir lembab,konjungtiva
tidak anemis
A :Masalah teratasi sebagian
P : Intervensi dihentikan
Standar operasional prosedur
pemasangan infus

Pengertian
pemasangan infuse merupakan tindakan yang di lakukan pada pasien yang memerlukan
masukan cairan atau obat langsung kedalam pembuluh darah vena dalam jumlah dan
waktu tertentu dengan menggunakan infusset (potter,2005)

Tujuan
a. mempertahankan atau mengganti cairan tubuh elektrolit,vitamin,protein, kalori dan
nitrogen. Pada klien yang tidak mampu mempertahankan masukan yang adekuat melalui
mulut
b. memulihkan keseimbangan asam-asam
c. memulihkan volume darah dan,
d. memberikan saluran terbuka untuk pemberiaan obat-obat an

Indikasi
a. pasien syok
b. pasien yang mengalami pengeluaran cairan yang berlebihan
c. intoksikasi berat
d. sebelum tranfusi darah
e. pasien yang membutuhkan pengobatan tertentu.

Persiapan alat
Alat steril
1. Bak instrumen berisi handscon dan kasa steril
2. Infus set steril
3. Jarum / wingnedle / abocath dengan nomor yang sesuai
4. Korentang dan tempatnya
5. Kom tutup berisi kapas alcohol

Alat tidak steril


1. Standart infus
2. Bidai dan pembalut jika perlu
3. Perlak dan alasnya
4. Torniquiet
5. Plester
6. Gunting perban
7. Bengkok
8. Sarung tangan bersih

Obat obatan
1. Alcohol 70%
2. Cairan sesuai advis dokter, misal Nacl 0,9%, dextrose 5%cdll.

Pelaksanaan
Persiapan pasien:
1. Memperkenalkan diri
2. Memberitahu dan menjelaskan tujuan tindakan
3. Meminta kesedian pasien untuk di rawat
4. Atur posisi yang nyaman bagi klien

Persiapan lingkungan:
5. Ciptakan lingkungan yang tenang dan nyaman
6. Gunakan sketsel saat melakukan prosedur
7. Membawa alat ke dekat pasien

Pelaksanaan:
8. Mencuci tangan
9. Membuka sarung tangan
10. Membuka daerah yang dipasang infus
11. Membuka set infus dan meletakan nya pada bak instrumen streil
12. Menusukan jarum set infus kedalam botol infus kemudian mengalirkan cairan ke
selang infus berakhir di bengkok untuk mengeluarkan udara dan mengisi selang infus
13. Isi tempat tetesan infus sesuai kurang lebih separuhnya
14. Pastikan roller selang infus dalam keadaan menutup
15. Menggantungkan selang infus pada standar infus
16. Buka abocath dari bungkusnya
17. Potong 3 lembar plaster
18. Pilih pembuluh darah yang akan di pasang infus,dengan syarat: pembuluh darah
berukuran besar, pembuluh darah tidak bercabang,pembuluh darah tidak di area
persendian
19. Bendung bagian proksimal/ atas dari pembuluh darah yang akan di pasang infus
dengan torniquet
20. Minta pasien menggengamkan tangan dengan ibu jari pasien di dalam genggaman
21. Mendesinfeksi daerah yang akan di pasang infus
22. Menusukan jarum infus ke vena dengan lubang jarum menghadap ke atas. Pastikan
darah mengaliri jarum dan abocath. Jika belum teraliri oleh darah, temukan pembuluh
darah sampai darah mengaliri jarum dan abocath
23. Tourniket di lepas bila darah sudah masuk
24. Lepas jarum sambil meninggalkan abocath di dalam pembuluh darah.
25. Tekan pangkal abocath untuk mencegah darah keluar dan masukan ujung selang infus
set ke abocath
26. Fiksasi secara menyilang menggunakan plester abocath yang sudah terpasang
27. Alirkan cairan dari botol ke pembuluh darah dengan membuka roller. Bila tetesan
lancar, jarum masuk di pembuluh darah yang bener
28. Fiksasi dengan cara kupu-kupu meletakan plester dengan cara terbalik dibawah
selang infus kemudian disilangkan
29. Menutup jarum dan tempat tusukan dengan kassa streil dan diplester
30. Mengatur / menghitung jumlah tetesan
31. Mengatur posisi pada anggota tubuh yang diinfus bila perlu di beri spalk
32. Menuliskan tanggal pemasangan infus pada plester terakhir
33. Merapikan alat dan pasien
34. Melepas sarung tangan dan mencuci tangan

Evaluasi
a. aliran dan tetesan infus lancar
b. tidak terjadi hematom
c. sterilitas terjaga
d. infus terpasang rapi
e. pasien nyaman
f. lingkungan bersih

Anda mungkin juga menyukai