TINJAUAN TEORI
A. Anatomi Fisiologi
Berikut adalah anatomi fisiologi yang berhubungan dengan penyakit DHF
adalah sistem sirkulasi. Sistem sirkulasi adalah sarana untuk menyalurkan makanan
dan oksigen dari traktus distivus dan dari paru-paru ke sela-sela tubuh. Selain itu,
sistem sirkulasi merupakan sarana untuk membuang sisa-sisa metabolisme dari sel-
sel ke ginjal, paru-paru dan kulit yang merupakan tempat ekskresi sisa-sisa
metabolisme. Organ-organ sistem sirkulasi mencakup jantung, pembuluh darah,
dan darah.
1. Jantung.
Merupakan organ yang berbentuk kerucut, terletak didalam thorax, diantara
paru-paru, agak lebih kearah kiri.
C. Definisi Syok
Syok adalah hambatan di dalam peredaran darah perifer yang meyebabkan
perfusi jaringan tak cukup untuk memenuhi kebutuhan sel akan zat makanan dan
membuang sisa metabolism tau suatu perfusi jaringan yang kurang sempurna.
Langkah pertama untuk bisa menanggulangi syok harus bisa mengenal gejala
syok. Tidak ada tes laboratorium yang bisa mendiagnosa syok dengan segera.
Diagnose dibuat berdasarkan pemahaman klinis tidak adekuatnya perfusi organ
dan oksigenasi jaringan. Langkah kedua dalam menanggulangi syok adalah
berusaha mengetahui kemungkinan penyebab syok.
E. Etiologi
Virus dengue termasuk group B arthro podborn virus (arbovirus) dan
sekarang dikenal sebagai genus flavivirus/family flaviviridae yang mempunyai 4
jenis serotype yang diberi nama Den-1, Den-2, Den-3 dan Den-4. (Sumarmo,S
dkk, 2008). Virus dengue dengan serotype Den-1 sampai dengan Den-4 yang
ditularkan melalui vector nyamuk Aedes Aegypti, Aedes albopictus dan Aedes
Polynesiensis dan beberapa spesies lain yang merupakan vector yang kurang
berperan. Virus DEN virionnya tersusun oleh genom RNA dikelilingi oleh
nukleokapsid, ditutupi oleh suatu selubung dari lipid yang mengandung 2 protein
yaitu selubung protein E dan protein membrane M. Infeksi dengan salah satu
serotype akan menimbulkan antibody seumur hidup terhadap serotype yang
bersangkutan akan tetapi tidak ada perlindungan antibody terhadap serotype
yang lain (Mansjoer, Arief dkk, 2010).
F. Manifestasi Klinis
Infeksi virus dengue hampir sama dengan infeksi virus yang lain yang
merupakan self limiting infections desease yang akan berakhir antara hari 2 – 7,
G. Patofisiologi
Virus dengue masuk ke dalam tubuh manusia lewat gigitan nyamuk Aedes
aegypty atau Aedes albopictus dengan organ sasaran adalah organ hepar, nodus
limfaticus, sumsum tulang belakang dan paru. Dalam peredaran darah, virus
tersebut akan difagosit oleh sel monosit perifer. Virus DEN mampu bertahan
hidup dan mengadakan multifikasi dalam sel tersebut. Infeksi virus dengue
dimulai dengan menempelnya virus genomnya masuk ke dalam sel dengan
bantuan organel-organel sel, genom virus membentuk komponen-komponenya.
Setelah terbentuk, virus dilepaskan dari sel. Proses perkembangbiakan sel virus
DEN terjadi di sitoplasma sel. Infeksi oleh satu serotip virus DEN menimbulkan
H. Klasifikasi
Menurut WHO tahun 2000 gejala klinis DBD dibagi menjadi 4 derajat
(Vasanwala dkk, 2011):
1. Derajat I
Demam tinggi mendadak (terus menerus 2-7 hari) disertai tanda dan gejala
klinis (nyeri ulu hati, mual, muntah, hepatomegali), tanpa perdarahan
spontan, trombositopenia dan hemokonsentrasi, uji tourniquet positif.
I. Diagnosa Medis
Diagnosa medis DHF/DSS masih berdasarkan patokan WHO 2000 yang
terdiri dari 4 kriteria dan 2 kriteria laboratorium dengan syarat bila criteria
laboratorik terpenuhi minimal 2 kriteria klinik satu diantaranya adalah demam,
derajat I dan II disebut DHF/DBD sedangkan derajat III dan IV DHF/DBD
dengan renjatan atau DSS.
J. Pemeriksaan Penunjang
1. Darah
a. Kadar trombosit darah menurun (trombositopenia) (≤ 100000/µI)
b. Hematokrit meningkat ≥ 20%, merupakan indikator akan timbulnya
renjatan. Kadar trombosit dan hematokrit dapat menjadi diagnosis
pasti pada DBD dengan dua kriteria tersebut ditambah terjadinya
trombositopenia, hemokonsentrasi serta dikonfirmasi secara uji
serologi hemaglutnasi (Brasier, Ju, Garcia, Spratt, Forshey, Helsey,
2012).
K. Penatalaksanaan
1. Pre Hospital
Penatalaksanaan prehospital DBD bisa dilakukan melalui 2 cara yaitu
pencegahan dan penanganan pertama pada penderita demam berdarah. Dinas
Kesehatan Kota Denpasar menjelaskan pencegahan yang dilakukan meliputi
kegiatan pemberantasan sarang nyamuk (PSN), yaitu kegiatan memberantas
jentik ditempat perkembangbiakan dengan cara 3M Plus:
a. Menguras dan menyikat tempat-tempat penampungan air, seperti bak
mandi / WC, drum, dan lain-lain seminggu sekali (M1).
b. Menutup rapat-rapat tempat penampungan air, seperti gentong
air/tempayan, dan lain-lain (M2).
c. Mengubur atau menyingkirkan barang-barang bekas yang dapat
menampung air hujan (M3).
Plusnya adalah tindakan memberantas jentik dan menghindari gigitan
nyamuk dengan cara:
a. Membunuh jentik nyamuk Demam Berdarah di tempat air yang sulit
dikuras atau sulit air dengan menaburkan bubuk Temephos (abate) atau
Altosid. Temephos atau Altosid ditaburkan 2-3 bulan sekali dengan
Distress nafas
IVFD stop setelah 24-48 jam HtDepKes
naik HT turun
Gambar: Alur
Apabila tanda vital dan Hb
Terjadinya DBD (Sumber: RI, 2007)
Tekanan nadi < 20 mmHg
stabil, diuresis cukup
Penatalaksanaan DBD Derajat I dan II
Perbaikan
Gambar: Penatalaksanaan DBD derajat I dan II (Sumber: DepKes RI, 2007)
Penatalaksanaan DBD Derajat III dan IV
Evaluasi ketat
Tanda vital
Tanda Perdarahan
Diuresis Syock belum teratasi
Syok teratasi
Pantau Hb, Ht, trombosit
Tetesan 3 ml/kgBB/jam
e. Obat-obat yg diberikan
L. Komplikasi
1. Perdarahan massif
2. Kegagalan pernafasan karena edema paru dan kolaps paru
3. Ensefalopati dengue
4. Kegagalan jantung
2. Diagnosa Keperawatan
a. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan berpindahnya cairan
intraseluler ke ekstraseluler (kebocoran plasma dari endotel)
Ditandai dengan:
1) Hipotensi
2) Takikardi
3) Pengisian kapiler lambat
4) Berkeringat
5) Urin pekat atau menurun
b. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan cairan di rongga
paru (effusi pleura)
Ditandai dengan:
1) Perubahan kedalaman dan kecepatan pernafasan