Anda di halaman 1dari 10

Dunia Keperawatan, Volume 5, Nomor 2, September 2017: 65-74

TERAPI BERMAIN PUZZLE TERHADAP PENURUNAN TINGKAT


KECEMASAN PADA ANAK USIA PRASEKOLAH (3-6 TAHUN)
YANG MENJALANI KEMOTERAPI DI RUANG HEMATOLOGI
ONKOLOGI ANAK

Winda Fitriani, Eka Santi, Devi Rahmayanti

Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran


Universitas Lambung Mangkurat
Jl. A. Yani KM. 36 Banjarbaru, 70714

Email korespondensi: ndafitria93@gmail.com

ABSTRAK
Kecemasan merupakan salah satu gangguan psikis yang dapat terjadi pada anak yang menjalani
kemoterapi. Puzzle adalah salah satu bentuk permainan yang diduga mampu menurunkan tingkat
kecemasan pada anak usia prasekolah. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui pengaruh
pemberian terapi menggunakan permainan puzzle terhadap penurunan tingkat kecemasan pada
anak usia prasekolah (3-6 tahun) yang menjalani kemoterapi di ruang Hematologi Onkologi Anak
RSUD Ulin Banjarmasin. Penelitian ini merupakan penelitian pra-eksperimental dengan One
Group pre-post test design. Pengambilan sampel menggunakan teknik consecutive sampling
dengan jumlah 14 responden. Instrumen yang digunakan yaitu kuesioner kecemasan anak usia
prasekolah yang di uji validitas dan reliabilitasnya. Hasil penelitian menggunakan wilcoxon sign
rank test didapatkan p-value 0,005 menunjukkan bahwa terapi bermain puzzle memberikan
pengaruh terhadap penurunan tingkat kecemasan pada anak usia prasekolah yang menjalani
kemoterapi di ruang Hematologi Onkologi Anak RSUD Ulin Banjarmasin. Terapi bermain
menggunakan puzzle dapat disarankan sebagai salah satu terapi bermain untuk menurunkan
tingkat kecemasan.
Kata kunci: kecemasan, kemoterapi, puzzle, terapi bermain.

ABSTRACT
Anxiety was one of the psychological distress that can occur in children undergo chemotherapy.
Puzzle is one of play form that allegedly could decrease anxiety levels in preschoolers. The
purpose of this research was to know the effectiveness of puzzle play therapy on decreasing
anxiety levels in preschoolers (3-6 years) undergo chemotherapy in Pediatric Hematology
Oncology RSUD Ulin Banjarmasin. This study was a pre-experimental study with One Group
pre-post test design. Sampling used consecutive sampling technique with 14 respondents. The
instrument used an anxiety questionnaire of preschoolers that has been tested for validity and
reliability. The result of research using wilcoxon sign rank test got p-value 0,005 showed that
puzzle play therapy had an effect to decrease anxiety level in preschoolers undergo chemotherapy
in Pediatric Hematology Oncology RSUD Ulin Banjarmasin. Play therapy using a puzzle can be
suggested as one of the play therapy to decrease anxiety levels.
Keywords: anxiety, chemotherapy, play therapy, puzzle.

65
Winda Fitriani Dkk, Terapi Bermain Puzzle Terhadap…

PENDAHULUAN Anak juga mengalami pengalaman yang


tidak mengenakkan bagi mereka seperti
Kanker merupakan salah satu prosedur perawatan yang menimbulkan
penyakit yang menjadi penyebab nyeri, tidak dapat mengurus dirinya
kematian utama di seluruh dunia (1). sendiri, dan bermacam-macam hal lain
Tahun demi tahun terjadi peningkatan yang dapat terjadi di rumah sakit (4).
pada angka kejadian kanker pada anak Menurut penelitian yang dilakukan oleh
dengan jumlah 110 sampai 130 kasus per Setiawan (2015) kemoterapi pada
satu juta anak per tahun. Di Indonesia penderita kanker berpengaruh pada
diperkirakan terdapat 4.100 kasus baru kecemasan (5). Penelitian oleh Pandey et.
kanker pada anak setiap tahunnya. Data al. (2006) juga mengemukakan bahwa
dari Rumah Sakit Kanker Dharmais pada pengobatan jangka panjang, hospitalisasi
tahun 2006 menyatakan ±50% pasien berulang dan efek samping dari
yang datang sudah dalam keadaan kemoterapi dapat mengganggu keadaan
stadium lanjut. Sejak tahun 2006 hingga psikis seorang penderita kanker, dampak
tahun 2014, kasus kanker anak di RSK psikis yang paling sering ditemui pada
Dharmais cenderung mengalami penderita kanker yaitu cemas (6).
peningkatan. Peningkatan tertinggi pada Kecemasan adalah perasaan samar-
tahun 2011, yaitu dari 63 kasus pada samar takut atau ketakutan; merupakan
tahun 2010 menjadi 122 kasus pada tahun respon terhadap rangsangan eksternal
2011. Pada tahun 2014 ditemukan 163 atau internal berupa gejala perilaku,
kasus kanker pada anak di RSK emosi, kognitif, dan fisik (7). Kecemasan
Dharmais (1). Di daerah Kalimantan dibedakan dari takut berdasarkan
Selatan, menurut data yang diperolah dari penyebab, durasi dan penatalaksanaannya
Pusat Data Elektronik RSUD Ulin (8). Anak yang sedang sakit hampir
Banjarmasin, didapatkan sebanyak 189 selalu memperlihatkan sikap yang sangat
kasus kanker anak dari bulan Januari mudah tersinggung, mudah cemas,
hingga April 2016 di RSUD Ulin pemarah, agresif, penakut, curiga, dan
Banjarmasin (2). sensitif (9).
Kanker merupakan penyakit yang Hasil studi pendahuluan yang
apabila ditemukan pada stadium awal dilakukan pada 25 – 30 Juli 2016 di
dapat diobati dan kemungkinan besar ruang Hematologi Onkologi Anak RSUD
dapat disembuhkan (1). Terdapat Ulin Banjarmasin dengan sampel 4 anak
berbagai macam pengobatan yang dapat usia prasekolah yang akan menjalani
dilakukan untuk penderita kanker, salah kemoterapi, didapatkan hasil 2 dari 4
satu pengobatan tersebut adalah anak mengalami kecemasan sedangkan 2
kemoterapi. Kemoterapi adalah lainnya tidak mengalami kecemasan.
penggunaan obat-obatan untuk Pada anak yang mengalami kecemasan,
membunuh atau memperlambat saat dilakukan observasi anak terlihat
pertumbuhan dari sel kanker (3). diam, tegang, dan takut pada orang asing.
Pada anak prasekolah keadaan sakit Penelitian oleh Ningsih et. al (2015)
dan diharuskannya anak untuk dirawat menyatakan bahwa pada anak yang
inap menimbulkan krisis pada kehidupan sedang menjalani kemoterapi akan
mereka. Pada saat di rumah sakit, anak mengalami kecemasan baik kecemasan
dihadapkan pada lingkungan yang asing, akibat tindakan, penyakit atau efek dari
orang-orang yang tidak dikenal, dan kemoterapi itu sendiri (10). Forester et.
gangguan terhadap gaya hidup mereka. al. (1993) menggambarkan bahwa
66
Dunia Keperawatan, Volume 5, Nomor 2, September 2017: 65-74

kecemasan berkontribusi pada anoreksia, membantu perkembangan psikososial


mual, muntah dan kelelahan pada pasien pada anak (17). Puzzle merupakan
kanker (11). Enskar dan Essen (2008) permainan yang dapat memfasilitasi
dalam Ningsih et. al (2015) juga permainan asosiatif dimana pada usia
menyatakan bahwa anak yang sedang prasekolah ini anak senang bermain
menjalani kemoterapi menunjukkan dengan anak lain sehingga puzzle dapat
kecemasan dan distress psikososial yang dijadikan sarana bermain anak sambil
mempengaruhi kepuasan anak dalam bersosialisasi (17). Saat anak bermain,
berpartisipasi terhadap kehidupan maka perhatian anak akan teralihkan dari
sosialnya (10). kecemasan yang sedang dirasakannya.
Menurut Wong (2004) bermain Penggunaan metode bermain dengan
merupakan cara koping yang efektif menggunakan puzzle disamping
untuk mengurangi kecemasan yang manfaatnya yang banyak, juga dapat
dialami oleh anak (4). Bermain memberikan kesenangan kepada anak
merupakan suatu kegiatan yang saat memainkannya sehingga kecemasan
memfasilitasi anak dalam menunjukkan yang dirasakan oleh anak dapat menurun.
keterampilannya, memberikan ruang Bermain puzzle juga bermanfaat untuk
untuk anak mengekspresikan dirinya, membantu meningkatkan keterampilan
meningkatkan kreatifitas, melatih anak motorik halus pada anak (18). Puzzle juga
untuk bersikap dan berperilaku sesuai dapat membantu perkembangan mental
usia (12). Landreth (2001) dalam dan kreativitas pada anak usia prasekolah
Zellawati (2011) berpendapat bahwa (4). Pemilihan puzzle sebagai terapi
bermain dapat digunakan sebagai terapi bermain juga dikarenakan bermain puzzle
karena bermain merupakan simbol tidak memerlukan tenaga yang berlebihan
verbalisasi bagi anak sehingga anak dapat sehingga anak tidak akan capek.
mengatasi permasalahannya (13). Terapi Berdasarkan data dan masalah di
bermain membantu pelepasan stress dan atas, penelitian ini bertujuan untuk
cemas yang sedang dirasakan anak mengetahui pengaruh terapi
dikarenakan bermain memiliki manfaat menggunakan permainan puzzle terhadap
sebagai sarana pengalih perhatian penurunan tingkat kecemasan pada anak
(distraksi) yang mengakibatkan anak usia prasekolah (3-6 tahun) yang
menjadi rileks. Hal ini menyebabkan menjalani kemoterapi.
anak yang awalnya mengalami
kecemasan menjadi tidak cemas lagi (14). METODE PENELITIAN
Penelitian oleh Kaluas et. al.
(2015) mendapatkan hasil bahwa terapi Penelitian ini menggunakan
bermain puzzle efektif untuk menurunkan rancangan pra eksperimental dengan one-
kecemasan pada anak usia prasekolah group pre-post test design. Populasi yang
yang sedang dihospitalisasi (15). digunakan pada penelitian ini yaitu
Penelitian oleh Pratiwi dan Deswita semua penderita kanker usia prasekolah
(2013) juga menyatakan bahwa terapi (3-6 tahun) yang akan melakukan
bermain puzzle mampu menurunkan kemoterapi di ruang Hematologi
angka kecemasan anak usia prasekolah Onkologi Anak RSUD Ulin. Sampel pada
yang dihospitalisasi (16). penelitian ini adalah pasien kanker yang
Pada penelitian ini dilakukan terapi akan melakukan kemoterapi di ruang
bermain menggunakan puzzle. Hematologi Onkologi Anak RSUD Ulin
Pengambilan terapi bermain usia prasekolah (3-6 tahun) yang
menggunakan puzzle dikarenakan puzzle memenuhi kriteria inklusi yaitu anak usia
merupakan alat bermain yang dapat prasekolah yang mengalami kecemasan
67
Winda Fitriani Dkk, Terapi Bermain Puzzle Terhadap…

ringan, sedang atau berat, dan sedang HASIL DAN PEMBAHASAN


menjalani kemoterapi pada fase
Karakteristik Responden
konsolidasi. Pengambilan sampel
menggunakan non probability sampling, Tabel 1. Distribusi Karakteristik Responden.
consecutive sampling. Jumlah sampel
sebanyak 14 responden untuk Karakterisitik
Frekuensi Persentase
Responden
pelaksanaan penelitian dari tanggal 2 - 17
Jenis Kelamin
Juni 2017.
Laki-laki 8 57,1%
Instrumen pada penelitian ini Perempuan 6 42,9%
adalah kuesioner kecemasan pada anak
usia prasekolah yang telah diuji validitas Total 14 100%
dan reliabilitasnya. Alat yang digunakan Usia (Tahun)
pada penelitian ini adalah puzzle dengan 3 4 28,6%
jenis jigsaw puzzle. 4 4 28,6%
Data yang didapat dianalisis secara 5 5 35,7%
6 1 7,1%
univariat dan bivariat. Analisis univariat
mencakup distribusi frekuensi dan Total 14 100%
persentasi dari karakteristik variabel
Kecemasan Sebelum Terapi Bermain
penelitian yaitu usia, jenis kelamin,
Puzzle
kecemasan anak sebelum dan sesudah
diberikan terapi bermain puzzle. Analisis Tabel 2. Kecemasan Sebelum Terapi
bivariat dilakukan untuk melihat ada Bermain Puzzle
tidaknya pengaruh terapi bermain
Kategori Frekuensi Persentase
menggunakan puzzle dalam menurunkan Tidak Ada 0 0%
tingkat kecemasan pada anak usia Kecemasan
prasekolah yang menjalani kemoterapi. Kecemasan 1 7,1%
Uji normalitas data dilakukan terlebih Ringan
dahulu. Data dilihat di Shapiro-Wilk Kecemasan 8 57,1%
karena jumlah sampel yang dimiliki Sedang
kurang dari 50. Apabila nilai signifikan Kecemasan 5 35,7%
variabel penelitian >α=0,05 maka data Berat
dikatakan berdistribusi normal (19). Hasil Total 14 100%
uji normalitas didapatkan data Berdasarkan tabel 2
berdistribusi tidak normal yaitu memperlihatkan bahwa mayoritas
kecemasan sebelum terapi bermain puzzle kecemasan yang dialami oleh responden
(sig=0,002) dan kecemasan sesudah sebelum diberikan terapi bermain puzzle
terapi bermain puzzle (sig=0,000) adalah kecemasan sedang yaitu sebanyak
sehingga uji statistik nonparametrik 8 anak (57,1%). Berdasarkan hasil
Wilcoxon Sign Rank Test digunakan observasi dan kuesioner bahwa
dalam penelitian ini dengan tingkat kecemasan anak yang paling menonjol
kepercayaan 95% dan nilai signifikan p < yaitu pada pernyataan anak tidak mau
alpha (0,05). ditinggal sendiri yaitu sebanyak 9 anak
(64,2%), anak lebih banyak diam ketika
berada di ruang perawatan yaitu sebanyak
6 anak (42,8%) dan anak terlihat tegang
ketika berada di ruang perawatan yaitu
sebanyak 6 anak (42,8%). Hal ini dapat
terjadi karena anak masih belum terbiasa

68
Dunia Keperawatan, Volume 5, Nomor 2, September 2017: 65-74

dengan transisi dari rumah ke lingkungan itu American Cancer Society (2016) juga
rumah sakit, selain itu pada anak usia menyatakan bahwa kecemasan pada klien
prasekolah kecemasan yang dapat mereka dengan usia muda dapat berpengaruh
rasakan yaitu cemas akibat perpisahan pada hubungan anak dengan orang lain
dan takut diabaikan. Pernyataan ini sesuai (25). Beberapa penelitian tersebut
dengan teori Ball et. al. (2012) bahwa memiliki kesamaan dengan hasil
pada anak usia prasekolah stress penelitian ini dimana pada anak usia
hospitalisasi yang mereka rasakan dapat prasekolah terdapat beberapa anak yang
berupa cemas akibat perpisahan dan takut tampak berdiam diri di ruangan,
diabaikan (17). Ketegangan yang mereka bergantung kepada orang tuanya terutama
rasakan merupakan respon fisik yang ibu dan anak pasif ketika diajak
dapat dirasakan oleh anak. Hal ini sesuai berinteraksi oleh peneliti.
dengan teori Keltner et. al (2011) dimana Dari penjelasan di atas dapat ditarik
saat cemas ketegangan akan meningkat kesimpulan bahwa kecemasan pada anak
(20). usia prasekolah yang menjalani
National Cancer Institute (2011) kemoterapi tidak dapat dianggap remeh
mengemukakan bahwa kecemasan sehingga harus diberi suatu perlakuan
merupakan salah satu efek samping yang agar cemas anak teratasi. Apabila
akan dirasakan oleh seseorang yang kecemasan tersebut teratasi diharapkan
melakukan kemoterapi (21). Menurut tahap perkembangan anak akan berjalan
Sarah (2010) kecemasan merupakan sesuai usia walau pun anak sedang
suatu reaksi psikologis terhadap menjalani perawatan kemoterapi.
diagnosis penyakit dan pengobatan Terdapat beberapa terapi yang dapat
kanker itu sendiri. Proses pengobatan dilakukan untuk menurunkan kecemasan,
yang lama serta waktu perawatan di salah satunya yaitu dengan bermain.
rumah sakit yang tidak pasti menjadi Bermain adalah unsur penting
suatu kondisi yang menekan bagi untuk perkembangan anak baik
penderita kanker. Pada anak penderita perkembangan fisik, mental, emosi,
kanker kecemasan tersebut akan terlihat intelektual, kreativitas, dan sosial (26).
pada respon perilaku. Beberapa perilaku Hubungan sosial pada anak-anak dimulai
yang menonjol yaitu berupa perubahan dari ibu namun melalui bermainlah anak
perilaku yang menjadi pasif, menarik diri, belajar untuk membangun hubungan
tergantung kepada orang tua terutama sosial dengan anak lain. Emosi yang
kepada ibu, selain itu juga terjadi dimunculkan melalui bermain dapat
perubahan emosi yaitu anak menjadi melepaskan stress, ketegangan dan
lebih cepat marah (22). menurunkan kecemasan (27). Stress pada
Apabila kecemasan anak tidak anak akan berpengaruh pada proses
ditangani hal tersebut dapat berpengaruh tumbuh kembang anak, misalnya anak
pada perkembangan psikososial pada menarik diri dari lingkungan, rendah diri
anak. Penelitian oleh Faozi (2009) dan gagap (26).
menyatakan bahwa anak dengan Milestone perkembangan personal-
Leukemia Limfositik Akut (LLA) akan sosial oleh Augusty (2009) dalam
mengalami regresi, sering berdiam diri Soetjiningsih (2014) menyatakan bahwa
dan memiliki kecurigaan yang sangat tahap prasekolah merupakan tahap
tinggi terhadap orang asing (23). dimana anak mulai membentuk hubungan
Penelitian oleh Sherief et. al. (2015) juga sosial dan bermain dengan anak-anak
menyatakan bahwa kemoterapi memiliki lain. Personal merupakan aspek yang
dampak pada psikologis anak terutama berhubungan dengan kebiasaan,
pada tingkat kepercayaan diri (24). Selain kepribadian, watak dan emosi. Pada
69
Winda Fitriani Dkk, Terapi Bermain Puzzle Terhadap…

perkembangan sosial mencakup pada Kecemasan


aspek perkembangan kemampuan Kecemasan 4 28,6%
mandiri, bersosialisasi dan berinteraksi Ringan
dengan lingkungannya (26). Pada usia ini Kecemasan 10 71,4%
anak lebih menyukai permainan yang Sedang
bersifat asosiatif dimana mereka senang Kecemasan 0 0%
Berat
memainkan permainan yang sama namun
Total 14 100%
tanpa peraturan tertentu (29). Menurut
Parten (1932) dalam Yawkey (1984) Berdasarkan tabel 3 bermain
bermain asosiatif dapat didefinisikan puzzle, terjadi penurunan pada tingkat
bermain bersama dengan anak lainnya kecemasan yang dialami oleh anak usia
dalam suatu aktifitas yang sama. Anak prasekolah (3-6 tahun) dimana sudah
lain mungkin akan mencoba untuk tidak terdapat anak dengan kecemasan
mengontrol anak lainnya namun tiap anak berat. Mayoritas kecemasan yang
dapat bermain sesuka hatinya. Pada dirasakan oleh anak yaitu kecemasan
permainan asosiaf ketika anak saling sedang sebanyak 10 anak (71,4%).
berbicara menunjukkan bahwa anak lebih Berdasarkan hasil observasi dan
tertarik pada hubungan dengan anak kuesioner yang telah diisi bahwa pada
lainnya daripada permainan yang sedang poin pernyataan tidak mau ditinggal
dilakukan (29). Hurlock (2013) sendiri yaitu sebanyak 1 anak (7,1%)
mengatakan bahwa umumnya dalam yang masih ragu-ragu mau ditinggal oleh
kelompok bermain anak usia prasekolah orang tuanya sedangkan 13 anak (92,9%)
perilaku yang ditunjukkan yaitu anak lainnya sudah mau ditinggal sendiri oleh
akan saling mengamati, bercakap-cakap orang tuanya, pada pernyataan anak lebih
dan memberikan saran secara lisan (9). banyak diam ketika berada di ruang
Puzzle merupakan salah satu alat perawatan yaitu sebanyak 5 anak (35,7%)
bermain yang dapat membantu yang masih ragu-ragu untuk berinisiatif
perkembangan psikososial pada anak usia berinteraksi dengan anak lain sedangkan
prasekolah. Puzzle merupakan alat 9 anak (64,2%) lainnya sudah terlihat
permainan asosiatif sederhana (18). berinteraksi dengan anak lainnya dan
Penelitian mengenai terapi bermain kebanyakan anak sudah tidak terlihat
menggunakan puzzle untuk mengatasi tegang lagi ketika berada di ruang
kecemasan sendiri telah dilakukan perawatan. Hal ini dapat disebabkan
dengan hasil terapi bermain puzzle dapat karena anak merasa senang setelah
mengatasi kecemasan pada anak yang melakukan terapi bermain puzzle
dihospitalisasi. Berdasarkan hal tersebut sehingga anak merasa nyaman berada di
maka peneliti menggunakan terapi lingkungan rumah sakit. Pelaksanaan
bermain puzzle sebagai permainan yang terapi bermain puzzle dilaksanakan secara
dipilih untuk dimainkan bersama anak bersama-sama dengan anak lain agar
usia prasekolah yang menjalani ketika anak mulai tidak tertarik untuk
kemoterapi. melanjutkan bermain puzzle, anak akan
merasa tertantang ketika melihat anak di
Kecemasan Sesudah Diberikan Terapi sebelahnya hampir selesai menyusun
Bermain Puzzle puzzle. Hal tersebut dibuktikan ketika
Tabel 3. Kecemasan Sesudah Terapi Bermain anak lain tersebut hampir selesai
Puzzle. menyusun potongan puzzle, anak akan
kembali bersemangat untuk melanjutkan
Kategori Frekuensi Persentase menyusun puzzle miliknya. Beberapa
Tidak Ada 0 0% anak yang pada mulanya tidak saling
70
Dunia Keperawatan, Volume 5, Nomor 2, September 2017: 65-74

bertegur sapa pada akhirnya akan value 0,005 < 0,05 yang artinya Ho
berinteraksi ketika salah seorang dari ditolak dan Ha diterima. Dapat
mereka lebih dulu menyelesaikan disimpulkan bahwa terdapat pengaruh
permainan puzzle. Anak yang merasa terapi bermain puzzle terhadap penurunan
kalah akan menantang temannya kembali tingkat kecemasan pada anak usia
untuk menyusun puzzle ulang. Seiring prasekolah (3-6 tahun) yang menjalani
dengan hal tersebut tanpa disadari anak kemoterapi di ruang Hematologi
akan saling berinteraksi dengan teman Onkologi Anak RSUD Ulin Banjarmasin.
seusianya. Berdasarkan hal tersebut Hasil observasi dan kuesioner yang telah
diharapkan anak tidak akan hanya diisi memperlihatkan bahwa kecemasan
berdiam diri lagi di ruangan namun dapat anak sesudah diberikan terapi bermain
mengajak anak lainnya untuk berbicara ditandai oleh sikap anak yang mulai mau
ketika mulai bosan sehingga tahap berinteraksi dengan anak lain saat berada
perkembangan psikososial anak dapat di ruang perawatan, anak mau ditinggal
berjalan walau anak sedang dalam sendiri oleh orang tuanya dan anak sudah
perawatan. tidak terlihat tegang lagi.
Penelitian ini memiliki kesamaan Kecemasan pada anak dengan usia
dengan penelitian Ningsih et. al (2015) muda dapat memberikan dampak pada
dimana anak mengalami rata-rata aspek perkembangan personal-sosial
penurunan kecemasan menjadi 10,35 anak. Hal ini sesuai dengan pendapat
setelah dilakukan terapi bermain (10). American Cancer Society (2016) dimana
Hal ini sesuai dengan pernyataan pada klien dengan usia muda, kecemasan
Supartini (2004) bahwa dengan bermain ini akan berpengaruh pada hubungan
memberikan efek distraksi dan relaksasi anak dengan orang lain (25). Terdapat
pada anak sehingga anak akan merasa beberapa cara untuk mengatasi
nyaman saat berada di rumah sakit (15). kecemasan salah satunya yaitu dengan
Penelitian oleh Kaluas et. al (2015) bermain. Pada anak bermain adalah
juga menyatakan bahwa bermain puzzle kegiatan sehari-hari yang selalu mereka
dapat menurunkan kecemasan pada anak. lakukan sehingga bermain merupakan
Hal ini diakibatkan saat bermain puzzle sarana yang cocok sebagai terapi untuk
anak dituntut untuk sabar dan tekun menurunkan kecemasan pada anak. Salah
dalam merangkainya. Lambat laun hal ini satu permainan yang dapat dilakukan
akan berakibat pada mental anak pada anak usia prasekolah adalah dengan
sehingga anak terbiasa bersikap tenang, bermain puzzle. Menurut Ball et. al
tekun dan sabar dalam menghadapi (2012) puzzle merupakan salah satu alat
sesuatu (16). Dalam hal ini bermain bermain yang dapat membantu
puzzle memiliki manfaat lebih yaitu tidak perkembangan psikososial pada anak usia
hanya untuk mengatasi kecemasan prasekolah (18). Menurut Wong (2004)
namun juga membantu untuk puzzle juga membantu perkembangan
perkembangan mental anak. mental dan kreativitas pada anak (4).
Permainan puzzle memberikan efek
Pengaruh Terapi Bermain Puzzle distraksi pada anak sehingga anak akan
Terhadap Penurunan Tingkat lebih fokus kepada permainan puzzle
Kecemasan Pada Anak Usia daripada kecemasan yang dirasakannya.
Prasekolah (3-6 tahun) yang Menjalani Manfaat bermain puzzle dalam
Kemoterapi menurunkan kecemasan ini telah
dibuktikan dari beberapa penelitian.
Berdasarkan hasil analisis data Salah satu contohnya adalah penelitian
menggunakan uji wilcoxon didapatkan p- oleh Ramdaniati et. al (2016) dimana
71
Winda Fitriani Dkk, Terapi Bermain Puzzle Terhadap…

setelah diberikan terapi bermain puzzle dan anak dapat mengekspresikan


kecemasan pada anak usia prasekolah perasaan yang sedang dirasakannya
yang menjalani hospitalisasi mengalami seperti cemas, takut, tegang dan sedih.
penurunan (30). Hal ini sejalan dengan Permainan yang memberikan kesempatan
penelitian ini dimana terdapat penurunan pada anak untuk bermain bersama anak
tingkat kecemasan pada anak usia sehingga anak akan berkompetisi secara
prasekolah setelah diberikan terapi sehat akan memberikan dampat yaitu
bermain puzzle. Anak yang pada mulanya penurunan ketegangan yang dirasakan
rewel lambat laun mulai tenang dan oleh anak (4)
akhirnya berhenti menangis saat diajak Beberapa penjelasan di atas
bermain puzzle. Anak mau ditinggal membuktikan bahwa terapi bermain
sendiri oleh orang tuanya dan mulai puzzle dapat digunakan sebagai pilihan
mengajak berbicara setiap orang yang bermain untuk menurunkan tingkat
lewat dihadapannya. Sikap ini sangat kecemasan pada anak usia prasekolah
berbeda dengan sikap sebelum anak yang menjalani kemoterapi. Selain
diajak bermain puzzle yaitu anak rewel memiliki manfaat dapat menurunkan
walaupun sudah diajak ibunya berjalan ke tingkat kecemasan, puzzle juga dapat
sana kemari. Anak yang saling membantu perkembangan psikososial
berdampingan tempat tidur tampak sibuk anak, dan perkembangan mental dan
sendiri dengan kegiatannya, anak tidak kreativitas anak. Bermain puzzle juga
saling bertegur sapa namun setelah anak tidak memerlukan tenaga yang berlebihan
diajak terapi bermain puzzle bersama sehingga anak tidak akan capek pada saat
anak mulai saling berbicara walau pada bermain.
awalnya sikap ini didasari karena sikap
tidak ingin kalah satu sama lain namun PENUTUP
pada akhirnya anak mulai asyik berbicara
satu sama lain. Berdasarkan hasil penelitian di atas
Hasil penelitian ini sesuai dengan dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh
penelitian Ningsih et. al (2015) dimana pemberian terapi menggunakan
setelah diberikan terapi bermain terjadi permainan puzzle terhadap penurunan
penurunan kecemasan pada anak yang tingkat kecemasan anak usia prasekolah
menjalani kemoterapi (10). Menurut (3-6 tahun) yang menjalani kemoterapi di
Artilheiro et. al (2011) pemberian terapi ruang Hematologi Onkologi Anak RSUD
bermain kepada anak akan membuat anak Ulin Banjarmasin 2017.
lebih nyaman dan rileks ketika berada di Dari hasil penelitian tersebut
rumah sakit (27). Hal ini sesuai dengan disarankan bagi pihak rumah sakit
teori Wong (2004) bahwa bermain khususnya perawat ruang Hematologi
memiliki nilai terapeutik yaitu dapat Onkologi Anak agar dapat menggunakan
memberikan pelepasan dari stress dan terapi bermain puzzle secara bersama-
ketegangan yang sedang dirasakan oleh sama dengan anak lain disamping dapat
anak, selain itu Wong (2004) juga menurunkan kecemasan juga agar anak
berpendapat bahwa bermain di rumah dapat bersosialisasi dengan anak lainnya
sakit bermanfaat sebagai peralihan daripada anak hanya berdiam diri di
(distraksi) dan relaksasi sehingga anak ruangan dan tampak apatis terhadap
merasa lebih aman ketika berada di lingkungan sekitarnya. Bagi orang tua
lingkungan yang asing (4). Keuntungan diharapkan agar dapat memberikan
lain dari bermain di rumah sakit yang fasilitas permainan puzzle sehingga anak
dikemukakan oleh Wong (2004) yaitu tidak hanya bergantung pada gadget atau
dengan bermain anak akan merasa senang pun televisi untuk melepaskan
72
Dunia Keperawatan, Volume 5, Nomor 2, September 2017: 65-74

ketegangan yang anak rasakan ketika Lippincott Williams & Wilkins,


berada di rumah sakit. Permainan puzzle 2014.
dapat dimainkan bersama dengan anak 8. Rachman, S. Anxiety 2nd Ed. New
lainnya sehingga kreativitas anak dapat York: Psychology Press Ltd, 2004.
berkembang karena adanya stimulasi dari
anak lain, selain itu permainan puzzle 9. Hurlock, EB. Perkembangan anak
sesuai dengan tingkat perkembangan edisi keenam. Jakarta: Penerbit
psikososial pada anak usia prasekolah Erlangga, 2013.
sehingga tahap perkembangan psikososial 10. Ningsih, et. al. Pengaruh terapi
anak tetap dapat berjalan walaupun anak bermain terhadap kecemasan anak
sedang berada di rumah sakit. Bagi yang menjalani kemoterapi di Ruang
peneliti selanjutnya diharapkan dapat Pudak RSUP Sanglah Denpasar.
melanjutkan penelitian menggunakan Coping Ners 2015; 3(1).
kelompok kontrol sehingga dapat melihat
efektivitas terapi bermain puzzle terhadap 11. Stark, DPH & House, A. Anxiety in
anak usia prasekolah yang menjalani cancer patient. British Journal of
kemoterapi. Cancer 2000; 83(10): 1261–1267.
12. Hidayat, AA. Pengantar ilmu
KEPUSTAKAAN keperawatan anak. Jakarta: Salemba
1. Kementrian Kesehatan RI. Buletin Medika, 2008.
jendela data dan informasi kesehatan. 13. Zellawati, A. Terapi bermain untuk
Jakarta: Kementrian Kesehatan RI, mengatasi permasalahan pada anak.
2015. Majalah Ilmiah INFORMATIKA
2. Pusat Data Elektronik RSUD Ulin 2011; 2(3): 164-175.
Banjarmasin. Buku register Onkologi 14. Supartini, Y. Konsep dasar
Anak periode Juli-Desember 2015 keperawatan anak. Jakarta: EGC,
dan Januari-April 2016, 2004.
Banjarmasin: Instalasi PDE RSUD
Ulin, 2016. 15. Kaluas, et. al. Perbedaan terapi
bermain puzzle dan bercerita
3. Cancer Council Australia. terhadap kecemasan anak usia
Understanding chemotherapy. prasekolah (3-5 tahun) selama
Australia: Cancer Council, 2012. hospitalisasi di Ruang Anak RS Tk.
4. Wong, DL. Pedoman klinis III. R. W. Mongisidi Manado.
keperawatan pediatri. Jakarta: EGC, eJurnal Keperawatan (e-Kp) 2015; 3
2004. (2).
5. Setiawan, SD. The effect of 16. Pratiwi, ES & Deswita. Perbedaan
chemotherapy in cancer patient to pengaruh terapi bermain mewarnai
anxiety. J Majority 2015; 4(4): 94- gambar dengan bermain puzzle
99. terhadap kecemasan anak usia
prasekolah di IRNA Anak RSUP Dr.
6. Pandey, et. al. Distress, anxiety and M. Djamil Padang. Ners Jurnal
depression in cancer patients Keperawatan 2013; 9(1): 22-27.
undergoing chemotherapy. World
Jurnal of Surgical Oncology 2006; 4: 17. Ball, et. al. Principles of pediatric
68. nursing caring for children fifth
7. Videbeck, SL. Psychiatric-mental edition. New Jersey: Pearson, 2012.
health nursing 6th ed. Philadelphia:
73
Winda Fitriani Dkk, Terapi Bermain Puzzle Terhadap…

18. Mutiah, D. Psikologi bermain anak 25. American Cancer Society. Children
usia dini. Jakarta: Prenada Media, diagnosed with cancer: late effects of
2015. cancer treatment. diakses tanggal 7
April 2016,
19. Musafaah dan Rudi, F. Modul
<http://www.cancer.org/treatment/ch
biostatistik. Banjarbaru: PSIK ULM,
ildrenandcancer/whenyourchildrenha
2015.
scancer/children-diagnosed-with-
20. Keltner, et. al. Psychiatric nursing, cancer-late-effects-of-cancer-
6th edn. USA: Mosby, 2011. treatment>.
21. National Cancer Institute. 26. Soetjiningsih. Tumbuh kembang
Chemotherapy and you. U.S.: NIH anak edisi 2. Jakarta: EGC, 2014.
Publications, 2011.
27. Artilheiro, et. al. Use of therapeutic
22. Sarah dan Hasanat, N. Kajian teoritis play in preparing preschool children
pengaruh art therapy dalam for outpatient chemotherapy. Acta
mengurangi kecemasan pada Paul Enferm 2011; 24(5): 611-616.
penderita kanker. Buletin Psikologi
28. Hockenberry, et. al. Wong’s
2010; 18(1): 29-35.
essentials of pediatric nursing tenth
23. Faozi, E. Hubungan hospitalisasi edition. St. Louis Missouri: Mosby,
berulang dengan perkembangan 2017.
psikososial anak prasekolah yang
29. Yawkey, TD. Child’s play and play
menderita Leukemia Limfositik Akut
therapy. The University of
di Ruang Melati 2 RSUD Dr
California: Technomic Pub. Co.,
Moewardi Surakarta (Skripsi).
1984. diakses tanggal 15 Maret
Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
2017,<http://www.movementforchild
Muhammadiyah. Surakarta. diakses
hood.com/uploads/2/1/6/7/21671438/
tanggal 11 Juli 2017 <
caster.pdf>.
http://eprints.ums.ac.id/9478/1/J2100
60038.pdf>. 30. Ramdaniati, et. al. Comparison study
of art therapy and play therpay in
24. Sherief, et. al. Psychological impact
reducing anxiety on pre-school
of chemotherapy for childhood acute
children who experience
lymphoblastic leukemia on patients
hospitalization. Open Journal of
and their parents. Medicine 2015; 94
Nursing 2015; 6(4):52.
(51): 1-6.

74

Anda mungkin juga menyukai