Anda di halaman 1dari 197

LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN HOLISTIK

(KONSEP KDM)
KEBUTUHAN DASAR FISIOLOGIS SIRKULASI
DI HOLISTIK CARE KALIBARU

Oleh :
Ika Nur Rahmawati
NIM.21101036

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS dr. SOEBANDI
2022
1.1 Pengertian
Sistem sirkulasi merupakan suatu sistem transportasi yang bertugas
untuk mengedarkan semua sari makanan dan oksigen (O2) ke jaringan
tubuh, mengembalikan karbon dioksida (CO2) ke paru-paru zat sisa
metabolisme ke ginjal, serta mengedarkan hormon untuk kelangsungan
hidup sel tubuh. Sistem sirkulasi adalah sistem transportasi yang berfungsi
untuk mengangkut berbagai zat di dalam tubuh, pada manusia berupa
sistem peredaran darah. Berikut beberapa fungsi peredaran darah dan
menunjukkan betapa pentingnya darah bagi manusia (Krisnawati, 2021).
1. Mengedarkan oksigen dari pari-paru ke seluruh tubuh dan
mengangkut karbon dioksida sisa aktivitas sel dari tubuh ke paru-
paru untuk dibuang.
2. Mengangkut nutrisi yang diperlukan untuk metabolisme tubuh dari
sistem pencernaan dan membawa sisa metabolisme ke ginjal untuk
dibuang.
3. Mengangkut hormone
4. Mengangkut sistem kekebalan tubuh
5. Mengatur suhu tubuh
Tubuh manusia membutuhkan sistem sirkulasi yang baik karena, darah
tidak bisa mengalir dengan sendirinya ke seluruh tubuh. Tubuh manusia
membutuhkan sebuah mesin pemompa agar darah dapat mengalir di dalam
tubuh, organ tersebut adalah jantung. Darah yang terdapat di dalam tubuh
akan tetap terus berada di dalam pembuluh-pembuluh darah, yaitu pada
pembuluh besar dan pembuluh kecil. Dilansir laman Rumah
Belajar, sistem sirkulasi darah pada manusia terdiri dari sistem sirkulasi
pulmonalis dan sistem sirkulasi sistemik (Krisnawati, 2021).
1. Sistem sirkulasi pulmonalis
Sistem sirkulasi pulmonalis (peredaran darah kecil), yaitu darah yang
kaya karbon dioksida mengalir dari ventrikel kanan jantung menuju ke
paru-paru, melalui arteri pulmonalis. Kemudian, darah yang kaya
oksigen akan kembali menuju ke atrium kiri jantung melalui vena
pulmonalis.
2. Sistem sirkulasi sistemik
Sistem peredaran darah sistemik (peredaran darah besar) adalah darah
yang kaya oksigen dan mengalir dari ventrikel kiri jantung ke seluruh
tubuh, kecuali paru-paru melalui aorta. Kemudian, darah yang kaya
karbon dioksida akan kembali dari seluruh tubuh menuju atrium kanan
jantung melalui vena cava superior dan vena cava inferior.
a. Organ Sirkulasi
Menurut e-Modul Biologi, terdapat dua komponen penting untuk
menjalankan fungsi sistem sirkulasi. Dua komponen itu adalah darah dan
alat-alat peredaran darah (Krisnawati, 2021).
1. Darah
Darah adalah medium transport dalam sistem sirkulasi. Secara
keseluruhan darah manusia berwarna merah karena mengandung
haemoglobin. Adapun komponen pada darah terdiri dari dua bagian
utama. Pertama, plasma darah yang berbentuk cair. Kedua, sel darah
yang berbentuk padat. Plasma Darah terdiri atas air dan zat, ion, yang
terlarut di dalamnya. Sementara sel darah terdiri dari tiga jenis, yaitu
sel darah merah (eritrosit), sel darah putih (leukosit), dan keping
darah (trombosit).
2. Alat-alat peredaran darah
Alat-Alat Peredaran Darah adalah sarana untuk mengedarkan darah
seluruh tubuh berupa pembuluh darah dan jantung. Berikut
penjelasannya.
a. Pembuluh darah
Pembuluh Darah adalah sarana untuk mengedarkan darah ke seluruh
bagian tubuh. Terdapat dua jenis pembuluh darah, yaitu arteri dan
vena. Arteri adalah pembuluh yang berperan sebagai pengangkut
darah yang keluar dari jantung. Tekanan darah di pembuluh memiliki
muatan cukup besar terhadap dinding pembuluh. Agar dapat menahan
tekanan tersebut, arteri harus mempunyai dinding yang cukup tebal
dan elastis. Letak pembuluh arteri lebih ke dalam jaringan tubuh.
Vena atau pembuluh balik adalah pembuluh yang membawa darah
menuju jantung. Di sepanjang pembuluh vena, terdapat katup-katup
yang mencegah darah kembali ke jaringan tubuh. Pembuluh vena
terletak lebih ke permukaan jaringan tubuh.
b. Jantung
Jantung berperan sebagai alat pemompa darah dan terletak di rongga
dada sebelah kiri. Jantung dibungkus oleh tiga lapisan, yaitu
endokardium, miokardium dan perikardium. Endokardium merupakan
selaput yang membatasi ruangan jantung. Lapisan ini mengandung
pembuluh darah, saraf. dan cabang-cabang dari sistem peredaran
darah ke jantung. Kemudian, miokardium merupakan otot jantung
yang tersusun dari berkas-berkas otot. Sementara, perikardium
merupakan selaput pembungkus jantung yang terdiri dari dua lapis
dengan cairan limpha di antaranya yang bertugas sebagai pelumas
untuk menahan gesekan. Ruang jantung manusia terdiri dari empat
ruangan, yaitu atrium kanan, atrium kiri, ventrikel kanan, dan
ventrikel kiri. Di antara atrium kanan dengan ventikel kanan terdapat
katup trikuspidalis. Katup ini berfungsi untuk mencegah agar darah
dalam ventrikel kanan tidak masuk kembali ke atrium kanan. Di
antara atrium kiri dengan ventikel kiri terdapat katup bikuspidalis.
Katup bikuspidalis berfungsi untuk mencegah darah dalam ventrikel
kiri tidak mengalir kembali ke atrium kiri. Lalu, untuk mencegah
terjadinya aliran balik darah dari aorta ke ventrikel kiri dibatasi oleh
katup semilunaris aorta. Untuk mencegah terjadinya aliran balik darah
dari arteri pulmoner ke ventrikel kanan maka dibatasi oleh katup
semilunaris pulmoner (Krisnawati, 2021).
b. Mekanisme Sirkulasi
Sistem peredaran darah atau sirkulasi pada manusia dikendalikan
oleh organ jantung yang berguna untuk memompa darah agar mampu
mengalir ke semua tubuh. Ketika otot jantung berelaksasi, jantung dalam
keadaan mengembang, volumenya besar, dan tekanannya kecil.
Berdasarkan cara kerjanya sistem peredaran darah dibagi menjadi dua,
yaitu peredaran darah kecil dan peredaran darah besar (Krisnawati, 2021).
1. Peredaran darah Kecil
Peredaran darah kecil merupakan peredaran darah yang mengalirkan
darah dari jantung ke paru-paru dan lagi lagi ke jantung. Urutannya
adalah Jantung (bilik kanan) > arteri pulmonalis > paru-paru > vena
pulmonalis > jantung (serambi kiri) (Krisnawati, 2021).
2. Peredaran darah besar
Peredaran darah besar adalah peredaran darah yang mengalirkan darah
yang kaya oksigen dari bilik kiri jantung lalu diedarkan ke semua
jaringan tubuh. Urutannya adalah Jantung (bilik kiri) > aorta > seluruh
tubuh > vena cava > jantung (serambi kanan) (Krisnawati, 2021).

1.2 Anatomi

1.2.1 Anatomi Fisiologi

Menurut (Purba, 2013) anatomi fisiologi jantung adalah :

Gambar 1 Anatomi Fisiologi Jantung (Purba, 2013)

a. Anatomi Jantung

Untuk mengetahui denyutan jantung, kita dapat memeriksa dibawah


papilla mamae 2 jari setelahnya. Berat pada orang dewasa sekitar 250-350
gram (Ramli & Karani, 2018).

1. Atrium kanan berfungsi sebagai penampung (reservoir) darah yang


rendah oksigen dari seluruh tubuh. Darah tersebut mengalir melalui vena
kava superior, vena kava inferior, kemudian darah dipompa ke ventrikel
kanan dan selanjutnya ke paru-paru. Atrium kiri menerima darah yang
kaya oksigen dari kedua paru melalui vena pulmonalis. Kemudian
mengalir ke ventrikel kiri dan

dipompa keseluruh tubuh melalui aorta. Kedua atrium tersebut dipisahkan


oleh sekat yang di sebut septum interatrial (Purba, 2013).

2. Ventrikel kanan menerima darah dari atrium kanan dan dipompa ke


paru-paru melalui arteri pulmonalis. Ventrikel kiri menerima darah dari
atrium kiri dan di pompa ke seluruh tubuh melalui aorta (Purba, 2013)

1.2.2 Fisiologi Jantung

Jantung terdiri dari empat ruangan yaitu atrium kanan dan kiri.
Diantara atrium kanan dan atrium kiri terdapat pemisah yaitu septum
interatrial baikkan pemisah ventrikel kanan dan kiri adalah septum
intervetrikuler. Atrium kanan menerima darah dari vena cava superior dan
vena cava inferior, baikkan atrium kirimenerima darah dari vena
pulmonalis. Ventrikel, sebaliknya memompa darah yang diterima dari
atrium. Ventrikel kanan memompa darah ke paru-paru melalui arteri
pulmonalis untuk mengalami oksigenasi, ventrikel kiri memompakan
darah yang diterima dari atrium kiri menuju ke aorta (Purba, 2013).

1.3 Klasifikasi Hiperkolesterol


1.3.1 Hiperkolesterol primer
Hiperkolesterol primer adalah suatu penyakit herediter yang
menyebabkan seseorang mewarisi kelainan gen pembentuk reseptor
lipoprotein berdensitas rendah pada permukaan membran sel tubuh. Bila
reseptor ini tidak ada, hati tidak dapat mengabsorpsi lipoprotein
berdensitas baik atau lipoprotein berdensitas rendah. Tanpa adanya
absorpsi tersebut, mesin kolesterol di sel hati menjadi tidak terkontrol dan
terus membentuk kolesterol baru. Hati tidak lagi memberi respons
terhadap inhibisi umpan balik dari jumlah kolesterol plasma yang terlalu
besar. Akibatnya jumlah lipoprotein berdensitas sangat rendah yang
dilepaskan oleh hati ke dalam plasma menjadi sangat meningkat. Pasien
dengan hiperkolesterol yang parah memiliki konsentrasi kolesterol darah
sebesar 600 sampai 1000 mg/dl, yaitu empat sampai enam kali nilai
normal. Banyak pasien seperti ini yang meninggal sebelum usia 20, karena
infark miokardium atau gejala sisa penyumbatan atherosklerosis di seluruh
pembuluh darah tubuh (Evania, 2018).
1.3.2 Hiperkolesterol sekunder
Hiperkolesterol sekunder disebabkan oleh kebiasaan diet lemak
jenuh, kurangnya aktifitas fisik, obesitas, konsumsi alkohol, serta sindrom
nefrotik (Evania, 2018).
LDL (Kolesterol Jahat)
< 100 Optimal
101-129 Mendekati Optimal
130-159 Batas Normal tertinggi
160-189 Tinggi
>190 Sangat Tinggi
HDL (Kolesterol Baik)
<40 Rendah
>60 Tinggi
Total Cholesterol (TC)
<200 Yang diperlukan
201-239 Batas Normal tertinggi
>240 Tinggi

Tabel 1. Klasifikasi LDL, Total, dan Kolesterol HDL (mg / dL) (Sari,
2014)

1.4 Etiologi
Kolesterol tinggi dapat menyebabkan penyakit jantung karena
masalah kesehatan ini mengganggu kinerja pembuluh darah. Melansir
WebMD, tingginya kolesterol dalam darah dapat menyebabkan kolesterol
menumpuk di dinding pembuluh darah arteri. Kondisi ini disebut
aterosklerosis. Saat arteri menyempit, aliran darah ke otot jantung jadi
menyempit atau terhambat. Hal ini bisa berdampak fatal. Pasalnya, darah
membawa oksigen ke jantung (Dadan, 2012).
Hiperkolesterolemia biasanya tidak menunjukkan gejala khas,
seringkali seseorang baru mengetahui terkena hiperkolesterolemia ketika
mereka melakukan pemeriksaan kesehatan ke pelayanan kesehatan atau
karena keluhan lain. Hanya saja gejala yang sering ditemui yaitu sering
pusing di kepala bagian belakang, tengkuk dan pundak terasa pegal, sering
pegal, kesemutan di tangan dan kaki bahkan ada yang mengeluhkan dada
sebelah kiri terasa nyeri seperti tertusuk. Jika hiperkolesterolemia ini
dibiarkan begitu saja, akan meningkatkan risiko terjadinya penyakit.
jantung koroner dan stroke (Dadan, 2012).

1.5 Manisfestasi Klinis


Menurut (Evania, 2018) Kelebihan kolesterol tidak menimbulkan
keluhan sama sekali. Bahkan seseorang yang kadar kolesterolnya 3-4 kali
lipat dari kadar normal tidak merasakan keluhan apapun. Kadar
kolesterol yang tinggi ini akan merusak dinding pembuluh darah,
sehingga dapat memicu timbulnya berbagai penyakit, baik yang mengenai
jantung seperti Penyakit Jantung Koroner (PJK), maupun otak seperti
stroke. Umumnya seseorang baru mengetahui dirinya mengidap kelebihan
kolesterol ketika melakukan check up darah di laborat, atau ketika dirinya
sudah terserang stroke atau Penyakit Jantung Koroner (PJK). Gejala yang
umum pada penderita hiperkolesterol adalah gejala seperti kekurangan
oksigen yang disebabkan karena adanya penyumbatan lemak dalam darah.
Arteri adalah pembuluh darah pembawa oksigen serta nutrisi dari
dan ke jantung juga ke seluruh organ lain. Tersumbatnya arteri akibat
penumpukan plak kolesterol akan menghambat aliran darah ke organ-
organ tubuh. Pada awalnya, aterosklerosis tidak menimbulkan gejala.
Gejala baru muncul ketika aliran darah ke organ atau jaringan terhambat.
Penumpukan plak hingga menimbulkan gejala bisa memakan waktu
hingga bertahun-tahun.Gejala dan Komplikasi Aterosklerosis.
Aterosklerosis awalnya tidak menimbulkan gejala, sampai
pembuluh darah arteri sudah sangat menyempit bahkan tertutup hingga
tidak lagi dapat menyalurkan darah dalam jumlah cukup ke organ-organ
tubuh. Akibatnya, banyak orang tidak mengetahui bahwa dirinya
menderita aterosklerosis hingga timbul komplikasi. Komplikasi ini
biasanya terjadi ketika pembuluh darah sudah menyempit.
Aterosklerosis pada jantung bisa menyebabkan penyakit jantung
koroner dan serangan jantung. Kedua gangguan tersebut memiliki
sejumlah gejala yang serupa, yaitu: Nyeri dada seperti ditekan atau
diremas (angina). Nyeri atau tekanan pada pundak, lengan, rahang, atau
punggung. Gangguan irama jantung (aritmia). Sesak napas, berkeringat,
dan gelisah. Aterosklerosis pada tungkai
Aterosklerosis pada area tungkai kaki maupun lengan bisa
menyebabkan penyakit arteri perifer. Gangguan ini ditandai dengan gejala-
gejala sebagai berikut: Nyeri, kram, hingga mati rasa pada area lengan
maupun tungkai. Nyeri saat berjalan dan mereda setelah beristirahat
(klaudikasio intermiten). Tungkai bagian bawah terasa dingin. Luka di
jempol, telapak, atau kaki tak kunjung sembuh.
Aterosklerosis pada otak. Bila terjadi pada pembuluh darah di otak,
aterosklerosis bisa menyebabkan stroke yang ditandai dengan gejala
berupa: Mati rasa hingga lumpuh pada salah satu sisi wajah, lengan, atau
tungkai. Kebingungan dan sulit untuk dapat berbicara dengan jelas.
Kehilangan penglihatan pada salah satu mata atau kedua mata. Kehilangan
koordinasi dan keseimbangan. Pusing dan sakit kepala berat. Sulit
bernapas dan kehilangan kesadaran.
Aterosklerosis pada ginjal. Penumpukan plak pada pembuluh arteri
di ginjal dapat menyebabkan gagal ginjal. Gangguan ini bisa dikenali dari
sejumlah gejala, seperti: Jarang buang air kecil. Terus menerus merasa
mual. Merasa sangat lelah dan mengantuk. Tungkai membengkak.
Bingung dan sulit berkonsentrasi. Sesak napas dan dada terasa nyeri.

1.6 Patofisiologi
Arterosklerosis merupakan sekumpulan kompleks yang melibatkan
darah dan kandungan materi didalamnya, endotel vaskular dan vasa
vasorum. Daerah yang sering terjadi yaitu di daerah aorta dan arteri
koronaria.Prosesnya diawali dengan perubahan kolestrol LDL yang
mengalami oksidasi menjadi LDL yang teroksidasi (Ox LDL). Kemudian
hal tersebut akan semakin beresiko jika pada pembuluh darah terdapat
kemungkinan kerusakan dari nitrogen monoksida (NO) yang berfunsi
untuk melindungi dinding endotel pembuluh darah dari bahan-bahan yang
beresiko menempel dan membentuk trombus seperti Ox LDL, trombosit
dan monosit yang berubah menjadi makrofag. Jika terdapat kerusakan,
maka endotel dapat menjadi aktif dan mengalami gangguan fungsi
kemudian dapat terjadi deendotelisasi dengan atau tanpa disertai proses
adesi trombosit. Berdasarkan ukuran dan konsentrasinya, molekul plasma
dan molekul lain lipoprotein bisa melakukan ekstravasasi melalui endotel
yang rusak dan masuk melalui ruang sub endotelial. Ox LDL yang
tertahan akan berubah menjadi bersifat sitotoksik, proinflamasi,
khemotaktik dan proaterogenik. Karena keadaan tersebut, endotel sulit
untuk menghasilkan NO sebagai pelindung serta fungsi dilatasi pun
berkurang (Adi, 2014).
NO yang berkurang juga mengakibatkan keluarnya sel-sel adesi
(Vascular Cell Adhesion Molecule-1, Intercelular Adhesion Molecule-1, E
selectin, P selectin) dan menangkap monosit dan sel T. kemudian monosit
tersebut melewati endotel memasuki lapisan intima dinding pembuluh dan
berdiferensiasi menjadi makrofag yang selanjutnya mencerna tumpukan
Ox LDL dan berubah menjadi sel busa (foam cell). Foam cell macrophage
kemudian menjadi satu pada pembuluh darah dan membentuk fatty streak
yang nampak. Jika dibiarkan terus menerus, fatty streak akan bertambah
besar seiring berjalannya waktu bersamaan dengan berproliferasinya
jaringan ikat fibrosa dan jaringan otot polos disekitarnya sehingga
membentuk plak yang makin lama makin membesar. Plak yang membesar
menunjol kearah dalam lumen arteri sehingga mengurangi aliran darah
menyebabkan timbunan sejumlah besar jaringan ikat padat dan arteri pun
menjadi lebih kaku dan tidak lentur. Selanjutnya, garam kalsium seringkali
mengendap bersamaan dengan kolesterol dan lipid yang lain sehingga
menyebabkan arteri mengeras akibat kalsifikasi (Guyton & Hall, 2012).
Dinding plak akan mengalami degenerasi sehingga mudah sekali untuk
robek. Pada robekan tersebut memungkinkan untuk trombosit menempel
pada permukaan tersebut sehingga dapat membentuk suatu bekuan darah
dan sewaktu-waktu dapat menyumbat aliran darah sehingga aliran darah
dapat terhenti secara tiba-tiba (Guyton & Hall, 2012).
1.7 Pathway

1.8 Pemeriksaan Penunjang


Pemeriksaan laboratorium sangat diperlukan untuk membantu
menegakkan diagnosa suatu penyakit dan memperoleh hasil pemeriksaan
yang akurat karena setelah melakukan pemeriksaan kadar kolesterol pasien
dapat merubahan pola dan gaya hidup sehat, untuk menghindari makanan
yang mengandung kolesterol tinggi (Widada, Martiningsik, & Carolina,
2016)
1.9 Komplikasi
Tingginya kadar kolesterol dapat menyebabkan atherosklerosis yaitu
kondisi dimana terjadinya akumulasi kolesterol dan plak pada dinding
arteri. Plak dapat menghambat aliran darah pada pembuluh darah arteri.
Berikut komplikasi yang dapat terjadi :

1. Nyeri dada
Pembuluh darah arteri adalah bagian dari tubuh yang mengirimkan
darah pada jantung. Jika kerja pembuluh darah arteri terhambat maka
dapat menyebabkan terjadinya nyeri dada atau angina dan gejala lain
dari penyakit jantung.
2. Serangan jantung
Jika plak pada dinding pembuluh darah bocor atau pecah dan terjadi
pembekuan darah maka dapat menghambat peredaran darah pada
pembuluh darah sehingga dapat menyebabkan pengiriman darah ke
jantung juga terhambat. Hal tersebut menyebabkan serangan jantung.
3. Stroke
Seperti pada serangan jantung, jika aliran darah ke otak terhambat
karena terjadi pembekuan darah maka dapat menyebabkan terjadinya
stroke.

1.10 Penatalaksanaan Medis dan Keperawatan/Farmakologi dan Non


Farmakologi/Konvensional dan Komplementer
Fungsi perawatan kesehatan sangat penting dalam membentuk keluarga
yang sehat, perawat mempunyai peran penting dalam mewujudkan
masyarakat yang sehat (Erwina & Yeni, 2018) Menurut (Evania, 2018)
penatalaksanaan hiperkolesteroldapat dilakukan dengan menjaga kadar
kolesterol total agar tetap berada di bawah angka 200 mg/dL, baikkan
kadar kolesterol LDL tidak melebihi angka 100 mg/dL. Hiperkolesterol
yang utama terdiri dari dua macam yaitu nonfarmakologi dan farmakologi
(obatobatan). Terapi farmakologi biasanya diberikan jika kadar kolesterol
saat diperiksa sudah tinggi sehingga perlu penggunaan obatobatan yang
dapat menurukan kadar kolesterol darah. Penatalaksanaan hiperkolesterol
bertujuan untuk menjaga kadar kolesterol total <200 mg/dL dan kadar
kolesterol LDL <100 mg/dL.
1. Non farmakologiS
a. Pengendalian Berat Badan
Kelebihan bobot badan (overweight) atau obesitas dapat menimbulkan
tingginya kadar kolesterol darah. Pengendalian berat badan dapatdilakukan
dengan membatasi asupan kalori, terutamamakanan yang tinggi lemak
jenuh (Evania, 2018).
b. Aktivitas fisik
Aktivitas fisik dapat menaikkan kadar HDL, mengurangi kadar LDL dan
trigliserida, menurunkan tekanan darah, dan memperbaiki sensitivitas
insulin. Aktivitas fisik dengan intensitas baikdianjurkan untuk setiap orang
dewasa. Contoh aktivitas fisik intensitas baik yaitu jalan cepat selama 30-
40 menit (Erwinanto et al., 2017).
c. Pengaturan Makanan
Asupan yang dianjurkan mempertahankan kadar kolesterol dan lemak
dikenal dikenal dengan diet dyslipidemia. Secara umum, diet dyslipidemia
dibedakan menjadi dua tahap dengan prinsip pembatasan asupan lemak
khususnya lemak jenuh dan kolesterol dari makanan. Selain itu, dalam
pengaturan makanan harus memperhatikan 3 J yaitu jenis, jumlah, dan
jadwal. Prinsip 3J secara umum berlaku untuk semua jenis penyakit. Bagi
penderita hiperkolesterol dianjurkan dalam sehari mengkonsumsi makanan
yang harus disesuaikan dengan kadar kolesterol, lipoprotein serta ada
tidaknya penyakit penyerta lain seperti jantung dan diabetes (Evania,
2018).
d. Berhenti merokok
Merokok bisa mengurangi kadar kolesterol baik (HDL) dan meningkatkan
kadar kolesterol jahat (LDL), merokok menyebabkan bertambahnya kadar
karbon monoksida di dalam darah, sehingga meningkatkan resiko
terjadinya cedera pada lapisan dinding arteri. Merokok meningkatkan
kecenderungan darah untuk membentuk bekuan, sehingga meningkatkan
resiko terjadinya penyakit arteri perifer, penyakit arteri coroner, stroke
dan penyubatan pada arteri. Menghentikan merokok dapat meningkatkan
konsentrasi kolesterol HDL sebesar 5-10% (Erwinanto et al., 2017).
2. Farmakologis
Terdapat beberapa golongan obat, antara lain :
a. Resin Penukar Anion
Kolestiramin dan kolestipol adalah resin penukar anion yang digunakan
dalam penatalaksanaan hiperkolesterolemia. Obat-obat tersebut bekerja
dengan cara mengikat asamempedu didalam lumen usus dan mencegah
reabsorbsi.
b. Kelompok klofibrat
Klofibrat (turunan asam ariloksibutirat) dan beberapa analognya
(bezafibral, siprofibral, finofibrat, gemfibrozil) dapat dianggap sebagai
hipolipidemik berspektrum luas.Klofibrat dan beberapa analognya
digunakan dalam pengobatan hyperlipidemia tipe II maupun IV yang efek
utamanya berupa gangguan pada saluran pencernaan.
c. Statin
Statin menghambat secara kompetitif enzim HMG CoAreductase, yakni
enzim pada sintesis kolesterol,terutama dalam hati. Obat-obat ini lebih
efektif dibandingkanresin penukar anion untuk menurunkan lemak jahat
(LDL) tetapi kurang efektif dibandingkan kelompok klofibrat dalam
menurunkan trigliseridadan meningkatkan lemak baik (HDL).Contoh
jenis obat : Atorvastatin, Fluvastatin, Pravastatin, Simvastatin, Lovastatin
d. Kelompok Asam Nikotinat
Asam nikotinat (niasin) merupakan vitamin larut air yang mampu
menurunkan kadar trigliserida dan kolesterol plasma. Mekanisme kerjanya
melalui hambatan mobilisasi lemak serta hambatan sintesis Very Low
Density Lipoprotein (VLDL) dalam hati dan lebih lanjut kolesterol (LDL).
Selain itu, asam nikotinat juga meningkatkan lemak baik (HDL).
e. Omega 3
Minyak ikan yang kaya akan trigliserida laut omega 3, bermanfaat dalam
pengobatan hipertrigliseridemia berat.

1.11Konsep Keperawatan
1.11.1 Pengkajian
1. Health Promotion
Meliputi : kesadaran kesehatan dan manajemen kesehatan tentang
hiperkolesterol.
2. Nutrition
Meliputi : perbandingan antara intake sebelum dan sesudah menderita
hiperkolesterol.
3. Elimination
Meliputi : frekuensi buang air besar dan buang air kecil sebelum dan
sesudah menderita hiperkolesterol. Menjelaskan karakteristik buang air
besar dan buang air kecil tersebut.
4. Activity Rest
Meliputi : jam tidur sebelum dan sesudah menderita hiperkolesterol.
5. Perception/cognition
Meliputi : cara pandang klien tentang hiperkolesterol ,apakah klien
memiliki pemahaman khusus tenteng hiperkolesterol.
6. Self perception
Meliputi : apakah klien merasa cemas/takut tentang penyakit
hiperkolesterol
7. Role perception
Meliputi : hubungan klien dengan perawat yang membantu dalam
menurunkan hiperkolesterol.
8. Sexuality
Meliputi : gangguan atau kelainan seksualitas
9. Coping/Stress Tolerance
Meliputi : bagaimana cara klien mengatasi stressor dalam penyakit yang
dideritanya.
10. Life Principles
Meliputi : apakah klien tetap menjalankan sholat/ibadah yang lain selama
perawatan, apa prinsip hidup yang dimiliki klien.
11. Safety/ Protection
Meliputi : apakah klien merasa nyaman dengan proses perawatan,
bagaimana penampilan psikologis klien seperti tenang, bingung.
12. Growt/ Development
Meliputi : apakah ada kenaikan/penurunan berat badan sebelum dan
sesudah menderita hiperkolesterol.
Pemeriksaan fisik mulai dari pengukuran tanda vital sebagai
berikut; tanda-tanda vital terjadi peningkatan tekanan darah, suhu tubuh,
dan disertai ada atau tidak ada peningkatan nadi, pernapasan. Pada
penderita hiperkolesterol yang tidak diimbangi dengan diet dan aktivitas
fisik kemungkinan besar akan terjadi atherosklerosis yang akan
menjadikan beban berat pada kerja jantung. Jika kerja jantung meningkat
maka frekuensi/irama jantung menjadi tidak teratur dan muncul diagnosa
resiko penurunan curah jantung, jantung tidak akan bekerja dengan normal
sehingga dalam pengangkutan O2 menuju otak menjadi terganggu
sehingga muncul diagnosa nyeri akut dan pola nafas tidak efektif.
1.11.2 Diagnosa Keperawatan
Menurut SDKI Edisi 1 kemungkinan diagnose yang muncul akibat
hiperkolesterolemia yaitu:
a. Risiko perfusi miokard tidak efektif
b. Risiko perfusi perifer tidak efektif
c. Risiko perfusi serebral tidak efektif
d. Defisit pengetahuan
e. Gangguan sirkulasi spontan
f. Penurunan curah jantung
g. Perfusi perifer tidak efektif
h. Risiko pendarahan
g. Risiko perfusi gastrointertinal tidak efektif
1.11.3 Perencanaan
Menurut SIKI Edisi 1 Cetakan II kemungkinan intervensi yang bisa
dilakukan oleh penderita hiperkolesterolemia yaitu:
a. Manajemen Aritmia
b. Perawatan Sirkulasi
c. Edukasi diet
d. Manajemen peningkata tekanan intrakranial
DAFTAR PUSTAKA

Adi PR. 2014. Pencegahan dan penatalaksanaan aterosklerosis. Buku Ajar Ilmu
Penyakit. Dalam. Ed I. Jakarta:InternaPublishing, pp: 1425-1434.
Dadan, n. 2012. Hubungan Kebiasaan Konsumsi Lemak Jenuh dan Obesitas
Sentral dengan Kolesterol Total pada Dosen dan Karyawan Universitas
Siliwangi.
dengan Kadar Kolesterol Pasien Hiperkolesterolemia di Wilayah Kerja Puskesmas
Andalas Padang Tahun 2013. NERS Jurnal Keperawatan, 9(1),30.
https://doi.org/10.25077/njk.9.1.30-38.2013
Erwina, I., & Yeni, F. (2018). Hubungan Fungsi Perawatan Kesehatan Keluarga
Erwinanto, Santoso, A., Putranto, J. N. eko, Pradana, T., Sukmawan, R.,
Evania, A. (2018). Pengaruh Terapi Bekam terhadap Kadar Kolesterol Total pada
Pasien Hiperkolesterolemia di Klinik Pengobatan Islami Refleksi dan
Bekam Samarinda.
Guyton AC, Hall JE, editors. Buku ajar fisiologi kedokteran edisi 11. Jakarta :
Buku Kedokteran EGC; 2008. p. 82-93.
Krisnawati, Ega. 2021. Rangkuman Sistem Sirkulasi pada Manusia, Organ, dan
Mekanismenya. https://amp-tirto-
id.cdn.ampproject.org/v/s/amp.tirto.id/rangkuman-sistem-sirkulasi-pada-
manusia-organ-dan-mekanismenya-
gig8amp_js_v=a6&amp_gsa=1&usqp=mq331AQKKAFQArABIIACAw%
3D%3D#aoh=16412987623066&referrer=https%3A%2F2Fwww.google.co
m&amp_tf=Dari%20%251%24s&ampshare=https%3A%2F%2Ftirto.id%2F
rangkuman-sistem-sirkulasi-pada-manusia-organ-dan-mekanismenya-gig8 .
Diakses pada Januari 2022.
Purba, B. A. (2013). Fisiologi Kardiovaskuler.
Ramli, D., & Karani, Y. (2018). Anatomi dan Fisiologi Kompleks Mitral, Jurnal
Kesehatan Andalas. Anatomi Dan Fisiologi Kompleks Mitral, 103–112.
Sari, D. K. (2014). Tanda gejala dan bahaya hiperkolesterolemia. Tanda Gejala
Dan Bahaya Hiperkolesterolemia, (1988), 1–8.
Suryawan, R., … Kasiman, S. (2017). Panduan Tata Laksana Dislipidemia 2017.
Widada, S. T., Martiningsik, M. A., & Carolina, S. C. (2016). Gambaran
Perbedaan Kadar Kolesterol Total Metode CHOD-PAP ( Cholesterol
Oxidase – Peroxsidase Aminoantypirin ) Sampel Serum dan Sampel
Plasma. Teknologi Laboratorium, 5(1), 1–4.
https://doi.org/10.1243/09544070260340871
Willy, Tjin. 2019. Aterosklerosis. https://www.alodokter.com/aterosklerosis.
Diakses pada Januari 2022-01-05
LAPORAN PENDAHULUAN (KONSEP KDM)
KEBUTUHAN RASA AMAN DAN NYAMAN
DI HOLISTIC CARE KALIBARU, BANYUWANGI

IKA NUR RAHMAWATI


21101036

PRODI ILMU KEPERAWATAN


UNIVERSITAS dr. SOEBANDI JEMBER
YAYASAN JEMBER INTERNATIONAL SCHOOL
2022
LAPORAN PENDAHULUAN
KEBUTUHAN RASA AMAN NYAMAN
1.1. Pengertian
1.1.1. Keamanan
Aman adalah mearasa tidak terancam, merasa nyaman adalah merasa enak,
terlindungi terpelihara, dianggap dan diperdulikan. (Yuni, 2016)
Keamanan (Keselamatan) atau rasa aman adalah keadaan bebas daricedera fisik dan
psikologis atau bisa juga keadaan aman dan tentram. ( Poter an Perry, 2006) (S,
2015)
1.1.2. Kenyamanan
Kolcaba (Dalam Potter & Perry, 2006) mendefinisikan kenyamanan sebagai suatu
keadaan telah terpenuhi kebutuhan dasar manusia. Kebutuhan ini meliputi kebutuhan
akan ketentraman (suatu kepuasan yang meningkatkan penampilan sehari-hari),
kelegaan (kebutuhan telah terpenuhi), dan transenden (keadaan tentang sesuatu yang
melebihi masalah atau nyeri).
1.1.3. Anatomi Fisiologi Aman dan Nyaman
1. sistem Saraf
Sistem saraf adalah sistem kompleks yang berperan dalam mengatur dan
mengoordinasikan seluruh aktivitas tubuh. Sistem ini memungkinkan Anda untuk
melakukan berbagai kegiatan, seperti berjalan, berbicara, menelan, bernapas, serta
semua aktivitas mental, termasuk berpikir, belajar, dan mengingat. Ini juga
membantu Anda mengontrol bagaimana tubuh bereaksi dalam keadaan darurat.
Sistem saraf pada manusia terdiri dari otak, sumsum tulang belakang, organ-organ
sensorik (mata, telinga, dan organ lainnya), dan semua saraf yang
menghubungkan organ-organ tersebut dengan seluruh tubuh. Sistem ini bekerja
dengan mengambil informasi melalui bagian tubuh atau indera tertentu,
memproses informasi tersebut, serta memicu reaksi, seperti membuat otot Anda
bergerak, merasakan sakit, atau bernapas.
Dalam menjalankan kerjanya tersebut, sistem saraf terbagi menjadi dua struktur
atau susunan, yaitu sistem saraf pusat dan sistem saraf tepi. Sistem saraf pusat
terdiri dari otak dan sumsum tulang belakang, sedangkan saraf tepi terdiri dari
saraf yang menghubungkan saraf pusat ke seluruh tubuh Anda. Adapun saraf tepi
terbagi ke dalam dua susunan besar, yaitu saraf somatik dan otonom.
Anatomi dan bagian sistem saraf

Secara garis besar, terdapat tiga bagian pada sistem saraf pusat manusia. Ketiga
bagian tersebut adalah:
1. Otak
Otak adalah mesin pengendali utama dari segala fungsi tubuh. Seperti yang
disebutkan di atas, organ ini merupakan bagian dalam sistem saraf pusat manusia.
Jika saraf pusat merupakan pusat kontrol tubuh, maka otak adalah markas
besarnya. Otak terbagi ke dalam beberapa bagian dengan fungsinya masing-
masing. Secara umum, bagian otak terdiri dari otak besar, otak kecil, batang otak,
serta bagian-bagian otak lainnya. Bagian-bagian ini dilindungi oleh tengkorak dan
selaput otak (meninges) dan dikelilingi oleh cairan serebrospinal untuk
menghindari terjadinya cedera otak
2. Sumsum tulang belakang
Sama dengan otak, sumsum tulang belakang juga merupakan bagian dari susunan
saraf pusat. Sumsum tulang belakang langsung terhubung ke otak melalui batang
otak dan kemudian mengalir sepanjang ruas tulang belakang. Saraf tulang
belakang berperan dalam aktivitas sehari-hari dengan mengirimkan sinyal dari
otak ke bagian lain dari tubuh dan memerintahkan otot untuk bergerak. Selain itu,
sumsum tulang belakang juga menerima masukan sensorik dari tubuh,
memprosesnya, dan mengirimkan informasi tersebut ke otak.
3. Sel saraf atau neuron
bagian tang tak kalah penting dari anatomi sistem saraf adalah sel saraf itu sendiri
atau disebut neuron. Fungsi sel saraf atau neuron adalah menghantarkan implus
saraf.
Berdasarkan fungsinya, neuron terbagi ke dalam tiga jenis, yaitu neuron sensorik
yang membawa pesan ke saraf pusat, neuron motorik yang membawa pesan dari
saraf pusat, serta interneuron yang menghantarkan pesan di antara neuron sensorik
dan motorik di saraf pusat.
Setiap neuron atau sel saraf tersebut terdiri dari tiga bagian atau struktur dasar.
Anatomi neuron tersebut, yaitu:
1) Badan Sel
Badan sel, yang memiliki inti.
2) Dendrit,
Dendrit yang berbentuk seperti cabang dan berfungsi menerima situmulus dan
membawa impuls ke badan sel.
3) Akson
Akson, yaitu bagian dari sel saraf yang membawa impuls keluar dari badan sel.
Akson umumnya dikelilingi oleh mielin, yaitu lapisan padat berlemak yang
melindungi saraf dan membantu pesan untuk keluar. Pada saraf tepi, mielin ini
diproduksi oleh sel Schwann.
Sel-sel saraf ini dapat ditemukan di seluruh tubuh dan berkomunikasi satu sama
lain untuk menghasilkan respons dan tindakan fisik. Dilansir dari National
Institues of Health, diperkirakan terdapat sekitar 100 miliar neuron di otak. Sel
saraf ini termasuk dengan 12 pasang saraf kranial, 31 pasang saraf tulang
belakang, dan di bagian lainnya.
Fungsi sistem saraf
Secara umum, sistem saraf pada manusia memiliki beberapa fungsi. Fungsi
tersebut adalah:
- Mengumpulkan informasi dari dalam dan luar tubuh (fungsi sensorik).
- Mengirimkan informasi ke otak dan sumsum tulang belakang.
- Memproses informasi di otak dan sumsum tulang belakang (fungsi
integrasi).
- Mengirimkan informasi ke otot, kelenjar, dan organ sehingga dapat
merespon dengan tepat (fungsi motorik).
Masing-masing struktur sistem saraf, yaitu saraf pusat dan tepi, menjalankan
fungsi yang berbeda. Berikut adalah penjelasannya.
1. Sistem saraf pusat
Sistem saraf pusat, yang terdiri dari otak dan sumsum tulang belakang, memiliki
fungsi untuk menerima informasi atau rangsangan dari semua bagian tubuh,
kemudian mengontrol dan mengendalikan informasi atau rangsangan ini termasuk
yang berkaitan dengan gerakan, seperti bicara atau berjalan, atau gerakan tak
sadar, seperti berkedip dan bernapas. Ini juga termasuk bentuk informasi lainnya,
seperti pikiran, persepsi, dan emosi manusia.
2. Sistem saraf tepi
Secara garis besar, fungsi saraf tepi adalah menghubungkan respon sistem saraf
pusat ke organ tubuh dan bagian lainnya di tubuh Anda. Saraf ini meluas dari
saraf pusat ke area terluar tubuh sebagai jalur penerimaan dan pengiriman
rangsangan dari dan ke otak. Masing-masing susunan saraf tepi, yaitu somatik dan
otonom, memiliki fungsi yang berbeda. Berikut adalah penjelasan mengenai
fungsi dari bagian-bagian sistem saraf tepi:
a. Sistem saraf somatik
Sistem saraf somatik bekerja dengan mengontrol semua hal yang Anda sadari dan
secara sadar memengaruhi respon tubuh, seperti menggerakkan lengan, kaki, dan
bagian tubuh lainnya. Fungsi saraf ini menyampaikan informasi sensorik dari
kulit, organ indera, atau otot ke sistem saraf pusat. Selain itu, saraf somatik juga
membawa respons keluar dari otak untuk menghasilkan respon berupa gerakan.
Sebagai contoh, saat menyentuh termos panas, saraf sensorik membawa informasi
ke otak bahwa ini adalah sensasi panas. Setelah itu, saraf motorik membawa
informasi dari otak ke tangan untuk segera menghindar dengan menggerakkan,
melepas, atau menarik tangan dari termos panas tersebut. Keseluruhan proses ini
terjadi kurang lebih dalam waktu satu detik.
b. Sistem saraf otonom
Sebaliknya, sistem saraf otonom mengontrol aktivitas yang Anda lakukan secara
tak sadar atau tanpa perlu memikirkannya. Sistem ini terus menerus aktif untuk
mengatur berbagai aktivitas, seperti bernapas, detak jantung, dan proses
metabolisme tubuh. Ada dua bagian dari saraf ini:
a. Sistem simpatik
Sistem ini mengatur respons perlawanan dari dalam tubuh ketika ada ancaman
pada diri Anda. Sistem ini juga mempersiapkan tubuh untuk mengeluarkan energi
dan menghadapi potensi ancaman di lingkungan. Misalnya, ketika Anda sedang
cemas atau takut, saraf simpatik akan memicu respons dengan mempercepat detak
jantung, meningkatkan laju pernapasan, meningkatkan aliran darah ke otot,
mengaktifkan kelenjar produksi keringat, dan melebarkan pupil mata. Ini dapat
membuat tubuh merespons dengan cepat dalam situasi gawat darurat.
b. Sistem parasimpatik
Sistem ini gunanya menjaga fungsi tubuh normal setelah ada sesuatu yang
mengancam diri Anda. Setelah ancaman berlalu, sistem ini akan memperlambat
detak jantung, memperlambat pernapasan, mengurangi aliran darah ke otot, dan
menyempitkan pupil mata. Ini memungkinkan kita untuk mengembalikan tubuh
ke kondisi normal.
2. Sistem Integumen
Sistem integumen adalah organ tubuh terbesar yang membentuk penghalang fisik
antara lingkungan eksternal dan lingkungan internal tubuh yang berfungsi untuk
melindungi dan memelihara. Sistem integumen meliputi epidermis, dermis,
hipodermis, kelenjar, rambut, dan kuku. Selain fungsi penghalangnya, sistem ini
melakukan banyak fungsi rumit seperti pengaturan suhu tubuh, pemeliharaan
cairan sel, sintesis Vitamin D, dan deteksi rangsangan. Berbagai komponen sistem
ini bekerja bersama untuk menjalankan fungsi-fungsi tersebut—sebagai contoh
misalnya, pengaturan suhu tubuh terjadi melalui termoreseptor yang mengarah
pada penyesuaian aliran darah perifer, tingkat pengeluaran keringat, dan kondisi
rambut tubuh. Sistem integumen bukan hanya tentang wajah yang menawan saja.
Sistem integumen melakukan banyak fungsi vital, diantaranya perlindungan
struktur tubuh bagian dalam, persepsi sensorik, pengaturan suhu tubuh, ekskresi
beberapa cairan tubuh.
1. Perlindungan struktur tubuh bagian dalam
Kulit mempertahankan integritas permukaan tubuh dengan migrasi dan shedding.
Dapat memperbaiki luka permukaan dengan mengintensifkan mekanisme
penggantian sel normal. Lapisan atas kulit, yang dikenal sebagai epidermis,
melindungi tubuh dari bahan kimia berbahaya dan invasi patogen.
Sel Langerhans
Sel Langerhans adalah sel khusus di dalam epidermis. Mereka meningkatkan
respon imun tubuh dengan membantu limfosit memproses antigen yang masuk ke
dalam kulit.
2. Sun block dari kulit itu sendiri
Melanosit, jenis sel kulit lainnya, melindungi kulit dengan memproduksi pigmen
coklat melanin, yang membantu menyaring sinar ultraviolet (UV) (iradiasi).
Paparan pada Sinar UV dapat merangsang produksi melanin.
3. Persepsi Sensorik
Serabut saraf sensorik berasal dari akar saraf di sepanjang tulang belakang dan
memberikan sensasi ke area tertentu dari kulit yang disebut dermatom. Serabut
saraf ini mengirimkan berbagai sensasi, seperti suhu, sentuhan, tekanan, nyeri, dan
gatal, dari kulit ke sistem saraf pusat. Serabut saraf otonom membawa impuls ke
otot polos di dinding pembuluh darah kulit, ke otot di sekitar akar rambut, dan ke
kelenjar keringat.
4. Pengaturan Suhu Tubuh
Saraf, pembuluh darah, dan kelenjar ekrin yang melimpah di dalam lapisan kulit
yang lebih dalam, dermis, membantu mengontrol suhu tubuh (termoregulasi).
Ketika tubuh kedinginan : Ketika kulit terkena dingin atau suhu tubuh internal
jatuh, pembuluh darah menyempit, menurunkan aliran darah dan melestarikan
panas tubuh.
5 Ekskresi Beberapa Cairan Tubuh
Kulit juga merupakan organ ekskresi. Kelenjar keringat mengeluarkan keringat,
yang mengandung air, elektrolit, urea, dan asam laktat. Disaat kulit
menghilangkan limbah tubuh melalui lebih dari dua juta pori-pori, kulit juga
mencegah cairan tubuh keluar.Di sini, kulit kembali melindungi tubuh dengan
mencegah dehidrasi disebabkan oleh hilangnya cairan tubuh internal — serta
mempertahankan kadar ini dengan mengatur kandungan dan volume keringat.
Juga menjaga cairan yang tidak diinginkan di lingkungan memasuki tubuh.
a. Lapisan-Lapisan Kulit

Dua lapisan kulit yang berbeda, epidermis dan dermis, terletak di atas lapisan
ketiga jaringan subkutan—kadang disebut hipodermis.
1. Lapisan Epidermis
Epidermis adalah lapisan terluar dan ketebalannya bervariasi dari kurang dari 0,1
mm pada kelopak mata hingga lebih dari 1 mm pada telapak tangan dan sol.
Epidermis ini tembus pandang, sehingga memungkinkan cahaya untuk melewati
lapisan epidermis.Epidermis terdiri dari avaskular, berlapis, skuamosa (bersisik
atau seperti piring) jaringan epitel dan dibagi menjadi lima lapisan berbeda. Setiap
lapisan diberi nama berdasarkan struktur atau fungsinya:
Stratum korneum, atau lapisan tanduk, adalah lapisan terluar dan terdiri dari
lapisan membran sel yang tersusun rapat dan keratin.
Stratum lucidum, atau lapisan bening, menghalangi keluar masuknya air. Pada
beberapa kulit tipis lapisan ini mungkin tidak ditemukan.
Stratum granulosum, atau lapisan granular, bertanggung jawab untuk
pembentukan keratin dan, seperti stratum lucidum, pada beberapa kulit tipis
lapisan ini mungkin tidak ditemukan.
Stratum spinosum, atau lapisan berduri, juga membantu pembentukan keratin dan
kaya akan asam ribonukleat.
Stratum basale, atau lapisan basal, adalah lapisan terdalam dan menghasilkan sel-
sel baru untuk menggantikan sel-sel keratin superfisial. Pada lapisan ini juga
terdapat melanosit, yaitu sel pembentuk warna kulit (pigmen) yang berfungsi
untuk melindungi kulit dari radiasi.
Epidermis tidak mengandung pembuluh darah. Makanan, vitamin, dan oksigen
diangkut ke lapisan ini melalui struktur seperti jari disebut rete pegs, yang berisi
jaringan pembuluh darah kecil. Rete pegs menonjol ke bawah dari epidermis dan
naik melalui dermis, meningkatkan kontak antar lapisan.
2. Lapisan Dermis
Dermis, juga disebut corium, adalah lapisan kulit kedua yang elastis, mengandung
dan mendukung pembuluh darah, pembuluh limfatik, saraf, dan pelengkap
epidermis. Sebagian besar dermis terdiri dari bahan ekstraseluler yang disebut
matriks. Matriks berisi:kolagen, protein yang dibuat oleh fibroblas yang memberi
kekuatan dan ketahanan pada dermis serat elastis, yang mengikat kolagen dan
membuat kulit fleksibel. Dermis itu sendiri memiliki dua lapisan: Dermis papiler
memiliki tonjolan seperti jari, papila, yang menghubungkan dermis dengan
epidermis. Lapisan ini mengandung karakteristik tonjolan-tonjolan yang terdapat
pada jari-jari tersebut dikenal sebagai sidik jari. Lapisan ini juga membantu jari
tangan dan kaki dalam mencengkeram permukaan. Dermis retikuler menutupi
lapisan jaringan subkutan, terbuat dari serat kolagen dan memberikan kekuatan,
struktur, dan elastisitas pada kulit.
3. Penunjang Epidermal
Banyak penunjang atau aksesoris epidermal yang ada di seluruh kulit. Termasuk
didalamnya adalah rambut, kuku, kelenjar sebaceous, dan kelenjar keringat.
a. Rambut
Rambut panjang dan ramping terdiri dari keratin. Di ujung bawah yang diperluas
dari setiap rambut adalah umbi atau akar. Pada permukaan bawahnya, akarnya
diindentasi oleh papila rambut, sekelompok jaringan ikat jaringan dan pembuluh
darah. Setiap rambut terletak di dalam selubung berlapis epitel yang disebut
folikel rambut. Seikat serat otot polos, arrector pili, memanjang melalui dermis
untuk menempel pada dasar folikel. Ketika otot-otot ini berkontraksi, maka
rambut akan berdiri. Folikel rambut juga kaya akan darah dan saraf pemasok.
2 Kuku
Kuku terletak di atas permukaan distal dari ujung masing-masing jari tangan dan
kaki. Kuku terdiri dari jenis keratin khusus. Lempeng kuku, dikelilingi di tiga sisi
oleh lipatan kuku, atau kutikula, terletak di dasar kuku. Lempeng kuku dibentuk
oleh kuku matriks, yang memanjang secara proksimal sekitar 0,5 cm di bawah
lipatan kuku. Bagian distal dari matriks yang pucat berbentuk bulan sabit disebut
lunula.
3. Kelenjar Sebaceous
Kelenjar sebaceous adalah bagian dari folikel rambut dan terdapat pada semua
bagian kulit kecuali telapak tangan dan telapak kaki. Biasanya paling sering
ditemukan di kulit kepala, wajah, tubuh bagian atas, dan alat kelamin. Kelenjar
sebasea menghasilkan sebum, campuran keratin, lemak, dan sisa-sisa selulosa.
Dikombinasikan dengan keringat, sebum membentuk kelembapan, berminyak,
film asam yang sedikit antibakteri dan antijamur dan itu melindungi permukaan
kulit. Sebum keluar melalui folikel rambut yang terbuka untuk mencapai
permukaan kulit.
1.1.4 Kebutuhan Fisiologis Rasa Aman
Yakni terpenuhinya dengan baik :
1. Oksigen : Kondisi rumah dengan sedikit ventilasi dan sistem pembuangan gas sisa
pembakaran (memasak) yang tidak baik memberikan resiko bahaya yang lebih
besar pada setiap penghuninya.
2. Kelembaban : Kondisi lingkungan yang lembab misalnya keadaan lantai yang
lembab meningkatkan resiko untuk terjatuh dan terpeleset. Selain itu udara dengan
kelembaban yang berlebihan menjadi media yang baik bagi perkembangbiakan
bakteri atau patogen.
3. Nutrisi : Makanan dan persediaan air menjadi suatu hal yang wajib dikontrol hal
initerkait dengan penularan suatu penyakit melalui makanan.
4. Suhu : Pemaparan terhadap suhu haruslah stabil.
a. Suhu rendah sangat berisiko menyebabkan mengalami hipotermi. Hipotermi
terjadi pada saat suhu tubuh inti kurang dari 35ºC dan dapat menyebabkan denyut
jantung lemah dan tidak teratur, pernapasan dangkal dan lambat, muka pucat, dan
menggigil.
b. Suhu panas yang ekstrem dapat menyebabkan diaforesis yang berlebihan,
hipotensi, perubahanstatus mental, kejang otot, dan mual.
5. Cahaya : Pencahayaan yang adekuat dapat meningkatkan keamanandalam
melakukan aktivitas. (Iskak, 2016)
1.1.5 Kebutuhan Fisiologis Rasa Nyaman
Kenyamanan mesti dipandang secara holistik yang mencakup empat aspek yaitu :
a. Fisik, berhubungan dengan sensasi tubuh.
b. Sosial, berhubungan dengan hubungan interpersonal, keluarga, dan sosial.
c. Psikospiritual, berhubungan dengan kewaspadaan internal dalam diri sendiri yang
meliputi harga diri, seksualitas, dan makna kehidupan).
d. Lingkungan, berhubungan dengan latar belakang pengalaman eksternal manusia
seperti bahaya, bunyi, temperatur, warna, dan unsur alamiah lainnya.
Meningkatkan kebutuhan rasa nyaman diartikan perawat telah memberikan
kekuatan, harapan, hiburan, dukungan, dorongan, dan bantuan. Secara umum dalam
aplikasinya pemenuhan kebutuhan rasa nyaman adalah kebutuhan rasa nyaman bebas
dari rasa nyeri, dan hipo & hipertermia. Hal ini disebabkan karena kondisi nyeri dan
hipo & hipertermia merupakan kondisi yang mempengaruhi perasaan tidak nyaman
pasien yang ditunjukan dengan adanya tanda dan gejala pada pasien. Nyeri
merupakan kondisi berupa perasaan yang tidak menyenangkan, bersifat sangat
subyektif karena perasaan nyeri berbeda pada setiap orang dalam hal skala atau
tingkatannya, dan hanya pada orang tersebutlah yang dapat menjelaskan atau
mengevaluasi rasa nyeri yang dialaminya.
1.1.6 Jenis Gangguan Pada Rasa Aman Dan Nyaman
1. Nyeri
Nyeri merupakan kondisi berupa perasaan tidak menyenangkan bersifat sangat
subjektif karena perasaan nyeri berbeda pada setiap orang dalam hal skala atau
tingkatannya, dan hanya orang tersebutlah yang dapat menjelaskan atau
mengevaluasi rasa nyeri yang dialaminya (Hidayat. 2012:214). Secara umum,
nyeri dibagi menjadi dua, yaitu nyeri akut dan kronis. Nyeri akut adalah keadaan
ketika individu mengalami dan mengeluhkan ketidaknyamanan yang hebat atau
sensasi yang tidak menyenangkan selama satu detik hingga kurang dari enam
bulan (Lynda. 2012:85). Sedangkan, nyeri kronis adalah keadaan ketika individu
mengalami nyeri yang menetap atau intermiten dan berlangsung lebih dari enam
bulan. (Lynda. 2012:93).
Berdasarkan durasi terjadinya, nyeri dibagi menjadi:
a. Nyeri akut
b. Nyeri kronik
c. Referred pain
Berdasarkan sifatnya, nyeri dibagi menjadi:
a. nyeri fisiologis adalah sensor normal yang berfungsi sebagai alat proteksi tubuh
b. nyeri patologis adalah sensor abnormal yang menderitakan seseorang.
Berdasarkan sumbernya, nyeri dibagi menjadi:
a. Nyeri Kutan (Cutaneus Pain). Nyeri berasal dari kulit dan jaringan subkutan.
Lokasi
sumber nyeri biasanya diketahui dengan pasti dan nyeri biasanya tajam serta rasa
terbakar.
b. Nyeri Somatis Dalam (Deep Somatic Pain). Nyeri berasal dari otot, tendon,
sendi,
pembuluh darah atau tulang. Sifat nyeri biasanya menyebar.
c. Nyeri Visera (Visceral Pain). Nyeri berasal dari organ internal, misalnya: Ulser
pada
lambung, appendicitis atau batu ginjal. Sensasi nyeri disalurkan dari organ
melalui saraf
simpatis atau parasimpatis ke susunan saraf pusat.
d. Psychogenic Pain; dipengaruhi oleh pengalaman fisik dan mental seseorang.
Berdasarkan penyebabnya, nyeri dibagi menjadi:
a. Neuropatik, berkaitan dengan adanya gangguan/masalah pada sistem saraf baik
pusat maupun perifer, contohnya post-stroke pain
b. Nosciceptive, berkaitan dengan adanya gangguan/masalah pada jaringan tubuh
(musculoskeletal, kutaneus, atau visceral), contohnya nyeri inflamasi
c. Campuran, berkaitan dengan komponen neuropati dan nosciceptive, contohnya
LBP disertai radiculopathy.
Perbedaan nyeri akut dan nyeri kronis menurut Barbara C. Long (Dalam Hidayat,
A. Aziz Alimul.2012) :
Karakteristik Nyeri Akut Nyeri Kronis
Pengalaman Satu kejadian Satu situasi, status
eksistensi
Sumber Sebab eksternal atau penyakit dari Tidak diketahui atau
dalam pengobatan yang terlalu
lama
Serangan Mendadak Bisa mendadak,
berkembang, dan
terselubung
Waktu Sampai enam bulan Lebih dari enam bulan
sampai bertahun-tahun
Pernyataan nyeri Daerah nyeri tidak diketahui dengan Daerah nyeri sulit
pasti dibedakan intensitasnya,
sehingga sulit dievaluasi
(perubahan perasaan)
Gejala-gejala Pola respon yang khas dengan gejala Pola respon yang
klinis yang lebih jelas bervariasi dengan sedikit
gejala (adaptasi)
Pola Terbatas Berlangsung terus, dapat
bervariasi
Perjalanan Biasanya berkurang setelah beberapa Penderitaan meningkat
saat setelah beberapa saat

Tahapan Nyeri
Karakteristik Nyeri Bisa diukur dengan PQRST:
P (pamacu) : Faktor yang mempengaruhi gawat dan ringannya nyeri
Q (quality) : seperti apa nyerinya
R (region) : daerah atau tempat nyeri atau lokasi
S (severity/ skala nyeri) : keparahan atau intensitas nyeri
T (time) : lama atau waktu serangan atau frekuensi nyeri
Skala Nyeri menurut Mc Gill
0 : tidak nyeri
1 : nyeri ringan
2 : tidak menyenangkan
3 : nyeri menekan
a. : sangat nyeri
5 : nyeri menyiksa

Persyarafan Nyeri
1) Asenden : persyarafan yang membawa nyeri akut tajam dan kronik lambat
2) Desendens
 Macam Skala Nyeri
1) Skala Numeric : secara garis besar di gambarkan dalam bentuk nilai angka.
2) Skala analog fisual : berupa rentang garis sepanjang kurang lebih 10 cm, di
mana pada ujung garis kiri tidak mengindikasikan nyeri, sementara ujung
satunya lagi mengindikasikan rasa nyeri terparah yang mungkin terjadi.
3) Skala wajah : melihat ekspresi wajah
4) Skala oucher :
 Nyeri Berdasarkan Berat Ringannya
5) Nyeri rendah : nyeri dengan intensitas rendah
6) Nyeri sedang : nyeri yang menimbulkan reaksi
7) Nyeri berat : nyeri yang dengan intensitas tinggi
 Cara mengukur intensitas nyeri :
Intensitas nyeri dapat diukur dengan menggunakan numerical rating scale (NRS),
verbal rating scale (VRS), visual analog scale (VAS) dan faces rating scale. VAS
(Visual Analogue Scale) telah digunakan sangat luas dalam beberapa dasawarsa
belakangan ini dalam penelitian terkait dengan nyeri dengan hasil yang handal, valid
dan konsisten.VAS adalah suatu instrumen yang digunakan untuk menilai intensitas
nyeri dengan menggunakan sebuah tabel garis 10 cm dengan pembacaan skala 0–100
mm dengan rentangan makna:
Skala nyeri menurut hayword, biasanya untuk dewasa

Keterangan skala nomerik :


Skala O : tidak nyeri
Skala 1-3 : nyeri ringa
Skala 4-6 : nyeri sedang
Skala 7-9 : nyeri berat terkontrol
Skala 10 : nyeri tidak terkontrol
Syaka nyeri pada anak:

Keterangan :
0 : tidak nyeri
1-3 : nyeri ringan
4-6 : nyeri sedang
7-9 : sangat nyeri tapi masih terkontrol
10 : sangat nyeri tidak terkontrol
2. Resiko Jatuh
Factor resiko jatuh meliputi factor intrinsik dan ekstrinsik. Factor intrinsik adalah
system saraf pusat, dimensia, gangguan system sensorik, gangguan system
kardiofaskuler, gangguan metabolisme dan gangguan gaya berjalan. Factor intrinsik
meliputi lingkungan, aktivitas, dan obat-obatan selama proses penuaan lansia
mempunyai konsekuensi untuk jatuh.
Skala MFS
NO RESIKO SKALA NILAI
SKOR
1 Riwayat jatuh yang baru atau dalam 3 bulan Tidak : 0
terahir Ya : 25
2 Diagnose medis skunder > 1 Tidak : 0
Ya : 0
3 Alat bantu : 0
Badrash dibantu perawat 15
Penopang, tongkat 30
Farnitur
4 Memakai heparion lock/IV Tidak : 0
Ya : 25
5 Cara berjalan / berpindah 0
1) Normal 15
2) Lemah 30
3) Terganggu
6 Status mental :
4) Orientasi sesuuai kemampuan diri
5) Orientasi sesuai kemampuan diri 0
6) Lupa keterbatasan diri 15
Keterangan :
Tingkat resiko ditentukan dengan cara:
Skala :
0-24 : tidak beresiko
25-50 : resiko rendah
> : resiko tinggi
3. Resiko Cidera
Beresiko cidera sebagai akibaat kondisi lingkungan yang berinteraksi dengan
sumber adaptif dan sumber nevensif individu.
Faktor resiko:
- Eksternal : biologis, misalkan tingkat imunisasi komunitas, zat kimia manusia.
- Internal : profil darah abnormal, disfungsi biokimia, disfungsi imun auto imun,
usia perkembangan.

1.2. Etiologi
1.2.1 faktor yang mempengaruhi rasa aman dan nyaman:
1. Emosi
Kecemasan, depresi, dan marah akan mudah terjadi dan mempengaruhi keamanan dan
kenyamanan
2. Status Mobilisasi
Keterbatasan aktivitas, paralisis, kelemahan otot, dan kesadaran menurun memudahkan
terjadinya resiko injury.
3. Gangguan Persepsi Sensory
Mempengaruhi adaptasi terhadap rangsangan yang berbahaya seperti gangguan
penciuman dan penglihatan.
4. Keadaan Imunitas
Gangguan ini akan menimbulkan daya tahan tubuh kurang sehingga mudah terserang
penyakit.
5. Tingkat Kesadaran
Pada pasien koma, respon akan menurun terhadap rangsangan, paralisis, disorientasi, dan
kurang tidur.
6. Informasi atau Komunikasi
Gangguan komunikasi seperti aphasia atau tidak dapat membaca dapat menimbulkan
kecelakaan.
7. Gangguan Tingkat Pengetahuan
Kesadaran akan terjadi gangguan keselamatan dan keamanan dapat diprediksi
sebelumnya.
8. Penggunaan antibiotik yang tidak rasional
Antibiotik dapat menimbulkan resisten dan anafilaktik syok
9. Status nutrisi
Keadaan kurang nutrisi dapat menimbulkan kelemahan dan mudah menimbulkan
penyakit, dan demikian sebaliknya dapat beresiko terhadap penyakit tertentu.
10. Usia
Pembedaan perkembangan yang ditemukan diantara kelompok usia anak-anak dan lansia
mempengaruhi reaksi terhadap nyeri
11. Jenis Kelamin
Secara umum pria dan wanita tidak berbeda secara bermakna dalam merespon nyeri dan
tingkat kenyamanannya.
12. Kebudayaan
Keyakinan dan nilai-nilai kebudayaan mempengaruhi cara individu mengatasi nyeri dan
tingkat kenyaman yang mereka punyai

1.2.2 Faktor yang mempengaruhi rasa nyaman terkait nyeri:


Factor yang mempengaruhi pemenuhan kebutuhan aman dan nyaman terkait nyeri
yaitu :
a. Emosi : kecemasan, depresi dan marah akan mudah terjadi.
b. Status mobilisasi : keterbatasan aktivitas kelemahan otot
c. Gangguan persepsi sensori : mempengaruhi adaptasi terhadap rangsangan.
d. Tingkat kesadaran : pada pasien koma
e. Usia : perbedaan usia dapat mempengaruhi
f. Kebudayaan : keyakinan dan kebudayaan berpengaruh
g. Gangguan tingkat pengetahuan : berdaarkan terjadi gangguan keselamatan dan
keamanan pasien.
1.3. Penatalaksanaan Medis dan Keperawatan/ Farmakologi dan Non Farmakologi/
Konvensional dan Komplementer
a) Farmakologi Untuk Aman dan Nyaman
1. Farmakologi
Yaitu dengan pemberian obat analgesik, yang dilakukan guna mengganggu atau
memblok transmisi stimulus agar terjadi perubahan persepsi dengan cara mengurangi
kortikal terhadap nyeri.
Ada tiga jenis analgesik :
1. Analgesik non-narkotik dan obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID)
NSAID non narkotik umumnya menghilangkan nyeri ringan dan nyeri sedang, seperti
nyeri yang terkait dengan artritis reumatoid, prosedur pengobatan gigi dan prosedur
bedah minuor, episiotomi, dan masalah pada punggung bagian bawah.
2. Analgesik narkotik atau opiat
Analgesik opiat umumnya diresepkan untuk nyeri yang sedang sampai berat, seperti
nyeri pascaoperasi dan nyeri maligna. Ini bekerja pada sistem saraf pusat untuk
menghasilkan kombinasi efek yang mendepresi dan menstimulasi.
3. Obat tambahan (adjuvan) atau koanalgesik
Adjuvan, seperti sedatif, anticemas, dan relaksan otot meningkatkan kontrol nyeri,
seperti depresi dan mual. Agens tersebut diberikan dalam bentuk tunggal atauu disertai
analgesik. Obat-obatan ini dapat menimbulkan rasa kantuk dan kerusakan koordinasi,
keputusan, dan kewaspadaan mental.

b) Non Farmakologi
a. Mengurangi faktor yang dapat menambah nyeri, misalnya ketidak percayaan,
kesalahpahaman, ketakutan, kelelahan, dan kebosanan.
b. Memodifikasi stimulus nyeri dengan menggunakan teknik-teknik seperti :
1. Bekam
Bekam atau hijjamah juga berperan mengeluarkan zat penyebab nyeri, yaitu zat
yang terbentuk karena kematian atau peradangan jaringan, seperti bradikinin dan
histamin, pengeluaran zat ini bukan saja berperan mengurangi rasa nyeri tetapi juga
mengurangi peradangan yang timbul dibagian tubuh yang sakit. Berbekam atau
hijjamah menurut bahasa adalah ungkapan tentang menghisap darah dan
mengeluarkannya dari permukaan kulit (Yasin, 2012). Dari hasil penelitian
menunujukkan adanya perbedaan antara nyeri sebelum dengan setelah bekam berarti
terdapat pengaruh signifikan terapi bekam basah terhadap perubahan nyeri pada
penderita Rheumatoid Artritis. Dalam teori disebutkan bekam dapat meringankan
rasa sakit dan mengurangi penumpukan darah (Yasin, 2005). Pada penelitian yang
dilakukan, pengukuran nyeri dilaksanakan 15 menit setelah bekam, sehingga tubuh
sudah mengalami perbaikan mikrosirkulasi pembuluh darah akibatnya timbul efek
relaksasi (pelemasan) otot-otot yang kaku oleh isapan alat bekam (Yasin, 2005).
Teori ini bisa menjelaskan mengapa proses bekam bisa mengurangi rasa nyeri
disebabkan oleh kuatnya isapan alat bekam yang berperan menyibukkan jalur saraf
yang mentransmisikan sinyal rasa nyeri ke otak (fitra , idayati dan purwati, 2020)
1.4. Konsep Keperawatan
1.4.1 Pengkajian
1. Pengkajian Umum
Mengkaji identitas pasien dan identitas penanggung jawab pasien dengan format
nama, umur, jenis kelamin, status, agama, pekerjaan, suku bangsa, alamat,
pendidikan, diagnosa medis, sumber biaya, hubungan antara pasien dengan
penanggung jawab.
2. Pengkajian Kasus
Pengkajian pada masalah nyeri yang dapat dilakukan adalah riwayat nyeri;
keluhan nyeri seperti lokasi nyeri, intensitas nyeri, kualitas nyeri, dan waktu
serangan. Pengkajian dapat dilakukan dengan cara PQRST:
 P (pemicu), yaitu faktor yang mempengaruhi gawat atau ringannya nyeri,
 Q (quality) dari nyeri, apakah terasa tumpul, tajam, tersayat,
 R (region) yaitu daerah perjalanan nyeri,
 S (severty) adalah keparahan atau intensitas nyeri,
 T (time) adalah lama/waktu serangan atau frekuensi nyeri.
3. Riwayat Kesehatan Klien
a. Riwayat kesehatan sekarang
b. Riwayat kesehatan dahulu
c. Riwayat kesehatan keluarga
4. Kebutuhan bio-psiko-sosial-spiritual
4.1 Bernapas
4.2 Nutrisi
4.3 Eliminasi
4.4 Aktivitas
4.5 Istirahat tidur
4.6 Berpakaian
4.7 Pengaturan suhu tubuh
4.8 Personal Hygiene
4.9 Rasa Aman Nyaman
4.10 Komunikasi
4.11 Spiritual
4.12 Rekreasi
4.13 Bekerja
4.14 Pengetahuan atau belajar
5. Data pengkajian fisik
5.1 Keadaan umum pasien
Meliputi kesadaran, postur tubuh, kebersihan diri, turgor kulit, warna kulit
5.2 Gejala Kardial
Meliputi suhu, tensi, nadi, dan napas.
5.3 Keadaan fisik
Meliputi pengkajian dari head to toe meliputi kepala, mata, hidung, mulut,
telinga, leher, thoraks, abdomen, dan ekstermitas.

1.4.2 Diagnosa Keperawatan Kebutuhan Aman dan Nyaman


1. gangguan rasa aman dan nyaman
tanda mayor:
mengeluh tidak nyaman (subjektif)
gelisah (objektif)
2. ketidaknyamanan pasca partum
mengeluh tidak nyaman (subjektif)
tampak meringis, terdapat kontraksi uterus, luka episiotomi, payudara bengkak
(objektif)
3. nausea
mengeluh mual, merasa ingin mantuh tidak berminat makan
4. nyeri akut
mengeluh nyeri (subjektif)
tampak meringis, bersikap protektif, gelisah, frekuensi nadi meningkat, sulit tidur
(objektif)
5. nyeri kronis
mengeluh nyeri, merasa depresi (subjektif)
tampak meringis, gelisah, tidak menuntaskan aktivitas (objektif)
6. nyeri melahirkan
mual, perineum terasa tertekan (subjektif)
ekspresi wajah merigis, berposisi meringankan nyeri, uterus teraba membulat
(objektif)

1.4.3 Perencanaan
Menurut SIKI Edisi 1 cetakan II kemungkinan intervensi yang bisa dilakukan oleh
penderita myalgia yaitu:
1. Manajemen Nyeri
2. Pengaturan Posisi
3. Terapi Relaksasi
4. Kompres Dingin
5. Kompres Panas
6. Adekasi Aktivitas Atau Istirahat
7. Edukasi Penyakit
8. Terapi Bekam
9. Pemberian Obat
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito-Moyet, Lynda Juall. 2012. Buku Saku Diagnosa Keperawatan, Edisi 13.
Jakarta: EGC.
Doenges, Marilynn E., dkk. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Keperawatan Pasien. Jakarta:EGC.
Herdman, T. Heather. 2012. Diagnosis Keperawatan: Definisi dan Klasifikasi 2012-
2014. Jakarta: EGC.
Hidayat, A.Aziz Alimul. 2012. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia: Aplikasi Konsep
dan Proses Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Potter, Patricia A., & Perry, Anne Griffin. 2006. Buku Ajar Fundamental Keperawatan:
Konsep, Proses, dan Praktik, Edisi 4, Volume 2. Jakarta: EGC.
Taylor, Cynthia M., & Ralph, Sheila Sparks. 2010. Diagnosis Keperawatan: Dengan
Rencana Asuhan, Edisi 10. Jakarta: EGC.
S, D. T. (2015, Januari 12). Slide Share. Retrieved Juli 16, 2019, from Slide Share:
https://www.slideshare.net
Yuni, S. (2016, 11 10). Retrieved Juli 16, 2019, from https://www.scribd.com
Wong-Baker Pain Rating Scale. http://wongbakerfaces.org/wp-
content/uploads/2016/05/FACES_English_Blue_w-instructions.pdf (diakses pada 1
Maret 2019)
H.Alimul, A. Aziz. 2011. Pengantar Konsep Dasar Manusia 1.
LAPORAN PENDAHULUAN (KONSEP KDM)
KEBUTUHAN NUTRISI
Di Holistic Care Kalibaru, Banyuwangi

Ika Nur Rahmawati


21101036

PRODI ILMU KEPERAWATAN


UNIVERSITAS dr. SOEBANDI JEMBER
YAYASAN JEMBER INTERNATIONAL SCHOOL
2022
LAPORAN PENDAHULUAN
KEBUTUHAN RASA AMAN NYAMAN
1.1. Pengertian
1.1.1. Nutrisi
Tubuh memerlukan energi dan fungsi-fungsi organ tubuh, pergerakan tubuh,
mempertahankan, fungsi enzim, pertumbuhan dan pergantian sel yang rusak.
Metabolisme merupakan semua proses biokimia pada sel tubuh. Proses metabolisme
dapat berupa anabolisme (membangun) dan katabolisme (pemecahan).
Masalah nutrisi erat kaitannya dengan intake makanan dan metabolisme tubuh
serta faktor-faktor yang memengaruhinya.Secara umum faktor yang memengaruhi
kebutuhan nutrisi adalah faktor fisiologis untuk kebutuhan metabolisme basal, faktor
patofisiologi seperti adanya penyakit tertentu yang mengganggu pencernaan atau
meningkatkan kebutuhan nutrisi, faktor sosioekonomi seperti adanya kemampuan
individu dalam memenuhi kebutuhan nutrisi. Nutrisi adalah zat-zat gisi dan zat lain
yang berhubungan dengan kesehatan dan penyakit, termasuk keseluruhan proses
dalam tubuh manusia untuk menerima makanan atau bahan-bahan dari lingkungan
hidupnya dan menggunakan bahan-bahan tersebut untuk aktivitas penting dalam
tubuhnya serta mengeluarkan sisanya. Nutrisi dapat dikatakan sebagai ilmu tentang
makanan, zat-zat gizi dan zat lain yang terkandung, aksi, reaksi, dan keseimbangan
yang berhubungan dengan kesehatan dan penyakit (Tarwoto, Wartonah, 2006 :26).
Menurut Alimul (2015), nutrisi merupakan proses pemasukan dan pengolahan zat
makanan oleh tubuh yang bertujuan menghasilkan energi dan digunakan dalam
aktivitas tubuh. Fungsi utama nutrisi adalah untuk memberi energi bagi aktivitas
tubuh,membentuk struktur kerangka dan jaringan tubuh, serta mengatur
berbagai proses kimia di dalam tubuh (Mubarak, 2008:27).
Nutrisi juga dapat dikatakan sebagai elemen yang dibutuhkan untuk proses dan
fungsi tubuh. Kebutuhan energi didapatkan dari berbagai nutrisi, seperti: karbohidrat,
protein, lemak, air, vitamin, dan mineral (Potter and Perry, 2010 :275).
1.1.2. Elemen Nutrisi
Menurut Tarwoto, Wartonah (2006), Elemen nutrient/zat gizi terdiri atas:
1. Karbohidrat.
2. Protein.
3. Lemak.
4. Vitamin.
5. Mineral.
6. Air.
Fungsi zat gizi adalah:
1. Sebagai penghasil energi bagi fungsi organ, gerakan, dan kerja fisik.
2. Sebagai bahan dasar untuk pembentukan dan perbaikian jaringan.
3. Sebagai pelindung dan pengatur.
Karbohidrat, lemak, dan protein disebut energi nutrient karena merupakan
sumber energi dari makanan; sedangkan vitamin, mineral, dan air merupakan
substansi penting untuk membangun, mempertahankan, dan mengatur metabolisme
jaringan tubuh.
1. Karbohidrat
Karbohidrat merupakan sumber energi utama. Hampir 80% energi dihasilkan
dari karbohidrat. Setiap 1 gram karbohidrat mengahasilkan 4 kilokalori (kkal).
Karbohidrat yang disimpan dalam hati dan otot berbentuk glikogen dengan
jumlah yang sangat sedikit. Glikogen adalah sintesis dari glukosa. Pemecahan
energi selama masa istirahat/puasa. Kelebihan energi karbohidrat berbentuk
asam lemak.
a. Jenis karbohidrat
Berdasarkan susunan kimianya karbohidrat digolongkan menjadi tiga jenis
yaitu monosakarida, disakarida, dan polisakarida.
1) Monosakarida
Monosakarida merupakan jenis karbohidrat yang paling sederhana dan
merupakan molekul yang paling kecil. Dalam bentuk ini molekul dapat
langsung diserap oleh pembuluh darah. Jenis dari monosakarida adalah
glukosal dektrosa yang banyak terdapat pada buah-buahan dan sayuran,
fruktosa banyak terdapat pada buah, sayuran, madu, dan galaktosa yang
berasal dari pecahan disakarida.
2) Disakarida
Jenis disakarida adalah sukrosa, maltose, dan laktosa. Sukrosa dan maltose
banyak pada makanan nabati, sedangkan laktosa yaitu merupakan jenis gula
dalam air susu baik susu ibu maupun susu hewan.
3) Polisakarida
Merupakan gabungan dari beberapa molekul monosakarida. Jenis polisakarida
adalah zat pati, glikogen, dan selulosa.
b. Fungsi karbohidrat
1) Sumber energi yang murah.
2) Sumber energi utama bagi otak dan saraf.
3) Membuat cadangan tenaga tubuh.
4) Pengaturan metabolisme lemak.
5) Untuk efesiensi penggunaan protein.
6) Memberikan rasa kenyang.
c. Sumber karbohidrat
Sumber karbohidrat umumnya adalah makanan pokok, umumnya berasal dari
tumbuh-tumbuhan seperti beras, jagung, kacang, sagu, singkong, dan lain-
lain. Sedangkan pada karbohidrat hewani berbentuk glikogen.
d. Metabolisme karbohidrat
Proses dari makanan sampai dapat digunakan oleh tubuh melalui pencernaan,
absorpsi, dan metabolisme.
e. Metabolisme karbohidrat
Proses dari makanan sampai dapat digunakan oleh tubuh melalui pencernaan,
absorpsi, dan metabolisme. Pencernaan adalah memecahkan makanan
menjadi bagian yang lebih kecil dan dapat diabsorpsi melalui cairan tubuh.
Mekanisme pencernaan bisa secara mekanik maupun secara kimia.
Pencernaan secara mekanik melibatkan fungsi saraf dan otot untuk
memindahkan makanan dalam saluran pencernaan melalui kontraksi otot,
pencernaan secara kimia melalui tipe sekresi yang diproduksi pada saluran
pencernaan. Ada 4 tipe produk sekresi yang dapat membantu pencernaan
yaitu enzym yang spesifik, Hcl, mucus, air, dan elektrolit.
Zat gizi diabsorpsi oleh usus kecil dan bagian proksimal usus besar
metabolisme karbohidrat mengandung tiga proses :
1) Perubahan dari katabolisme glikogen menjadi glukosa, kabon dioksida,
dan air disebut Glikogenolisis.
2) Perubahan dari anabolisme glukosa menjadi glikogen disebut
Glikogenesis.
3) Perubahan dari asam amino dan gliserol menjadi glukosa disebut
Glukoneogenesis.
f. Masalah-masalah yang terkait dengan karbohidrat
Penyakit Kurang Kalori dan Protein (KKP) atau Protein Energi Malnutrisi
(PEM) dan penyakit kegemukan karena ketidakseimbangan antara asupan
dengan energi yang dibutuhkan. Penyakit akibat gangguan metabolisme
karbohidrat tampak pada Diabetes Mellitus.
2. Protein
Protein berfungsi sebagai pertumbuhan, mempertahankan dan mengganti
jaringan tubuh. Setiap 1gram protein menghasilan 4 kkal. Bentuk sederhana dari
protein adalah asam amino. Asam amino disimpan dalam jaringan dalam bentuk
hormone dan enzim. Asam amino esensial tidak dapat disintesis dalam tubuh
tetapi harus didapat dari makanan. Jenis asam amino esensial diantaranya lisin,
triptofan, fenilalanin, leusin.Berdasarkan susunan kimianya, protein dapat dibagi
menjadi tiga golongan yaitu:
a) Protein sederhana
Jenis protein ini tidak berkaitan dengan zat lain, misalnya abumin dan
globulin.
b) Protein bersenyawa
Protein ini dapat membentuk ikatan dengan zat lain seperti glikogen
membentuk glikoprotein, dengan hemoglobin membentuk kromoprotein.
c) Turunan atau devirat dari protein
Termasuk dalam turunan protein adalam albuminosa, pepton, dan gelatin.
a. Fungsi Protein
1) Untuk keseimbangan cairan yaitu dengan meningkatkan tekanan osmotik
koloid, keseimbangan asam.
2) Pertumbuhan dan pemeliharaan jaringan.
3) Pengaturan metabolisme dalam bentuk enzim dan homon.
4) Sumber energi di samping karbohidrat dan lemak.
5) Dalam bentuk kromosom, protein berperan sebagai tempat menyimpan dan
meneruskan sifat-sifat keturunan dalam bentuk genes.
b. Sumber Protein
1) Protein hewani yaitu protein yang berasal dari hewan seperti susu, daging,
telur, hati, udang, ikan, kerang, ayam, dan sebagainya.
2) Protein nabati yaitu protein yang berasal dari tumbuhan seperti jagung,
kedelai, kacang hijau, terigu, dan sebagainya.
c. Metabolisme Protein
Jika makanan yang sudah berada dalam lambung, maka akan dikeluarkan
enzim protease yaitu pepsin. Pepsin mengubah protein menjadi albuminosa
dan pepton. Albuminosa dan pepton di dalam usus halus diubah menjadi
asam-asam amino dengan bantuan enzim tripsin dari pankreas dan
selanjutnya diserap atau berdisfusi ke aliran darah yang menuju ke hayi.
Asam-asam amino disebar oleh hati ke jaringan tubuh untuk mengganti sel-
sel yang rusak dan sebagian digunakan untuk membuat protein darah. Karena
protein dapat larut dalam air sehingga umumnya dapat dicerna secara
sempurna sehingga hampir tidak tersisa protein makanan dalam feses.
Asam amino yang tidak dapat digunakan ditranspor kembali ke hati
kemudian dilepaskan ikatan nitrogennya seghingga terpecah menjadi dua
macam zat yaitu asam organik dan amoniak (NH3). Amoniak dibuang
melalui ginjal, sedangkan asam organic dimanfaatkan sebagai sumber energi.
Faktor-faktor yang memengaruhi kebutuhan protein di antaranya:
1) Berat badan individu.
2) Aktivitas.
3) Keadaan pertumbuhan, bayi: 3gr/kg BB, anak-anak: 1,75-2,5gr/kg BB,
dan pada remaja sampai dengan lanjut usia: 1,25-1,75gr/kg BB.
4) Pada wanita hamil ditambah 10gr/hari.
5) Pada ibu menyusui ditambah 20gr/hari.
6) Keadaan/kondisi kesehatan.
3. Lemak
Lemak atau lipid merupakan sumber energi paling besar. Berdasarkan ikatan
kimianya lemak dibedakan menjadi:
a) Lemak murni yaitu lemak yang terdiri atas asam lemak dan gliserol.
b) Zat-zat yang mengandung lemak misalnya fosfolipid yaitu ikatan lemak
dengan garam fosfor, glikolipid yaitu ikatan lemak dengan glikogen.
a. Fungsi lemak
1) Memberikan kalori, di mana setiap 1 gram lemak dalam peristiwa
oksidasi akan memberikan kalori sebanyak 9 kkal.
2) Melarutkan vitamin sehingga dapat diserap oleh dinding usus.
3) Memberikan asam-asam lemak esensial.
b. Sumber lemak
Menurut sumbernya lemak berasal dari nabati dan hewani. Lemak nabati
mengandung lebih banyak asam lemak tak jenuh seperti yang terdapat pada
kacang-kacangan, kelapa, dan lain-lain. Sedangkan lemak hewani banyak
mengandung asam lemak jenuh dengan rantai panjang seperti pada daging
sapi, kambing, dan lain-lain.
c. Metabolisme lemak
Pencernan lemak dimulai dari lambung dengan bantuan enzim lipase yang
berasal dari pankreas. Di dalam duodenum trigliserida dipecah menjadi
diglyserida, monoglysakarida, dan asam lemak bebas dengan bantuan lipase.
Asam lemak bebas rantai panjang tidak larut dalam air tetapi berkaitan
dengan garam-garam empedu dan dapat larut (emulsi). Lemak kemudian
diserap ke darah menuju ke hati. Di dalam hati sebagian digunakan untuk
energi, sebagian diubah menjadi zat keton, dan sebagian lagi disimpan
dalam bentuk lemak badan. Apabila tubuh kehabisan glikogen maka lemak
badan akan diambil kembali. Mula-mula lemak badan menjadi fosfolipid,
kemudian dalam hati dalam bentuk lemak bebas, jika dalam makanan
terdapat kelebihan karbohidrat atau lemak dari kebutuhan tubuh maka
kelebihan tersebut disimpan sebagai cadangan tenaga. Lemak cadangan
disimpan disekitar jantung, paru-paru, ginjal, dan alat tubuh yang lain.
Simpanan lemak dalam tubuh digunakan sebagai:
1) Cadangan tenaga/energi.
2) Bantalan bagi alat-alat tubuh seperti ginjal, biji mata.
3) Mempertahankan panas tubuh.
4) Perlindungan tubuh terhadap trauma, zat-zat kimia berbahaya.
5) Membentuk postur tubuh.

4. Mineral
Mineral adalah elemen anorganik esensial untuk tubuh karena perannya
sebagai katalis dalam reaksi biokimia. Mineral dapat diklasifikasikan menjadi
makromineral yaitu jika kebutuhan tubuh 100mg atau lebih; dan mikromineral
jika kebutuhan tubuh kurang dari 100mg. Termasuk dalam makromineral adalah
kalsium, magnesium fosfat sedangkan yang termasuk dalam mikromineral
adalah klorida, yodium, iron, zinc.
Secara umum fungsi dari mineral adalah:
1) Membangun jaringan tulang.
2) Mengatur tekanan osmotik dalam tubuh.
3) Memberikan elektrolit untuk keperluan otot-otot dan saraf.
4) Membuat berbagai enzim.

5. Vitamin
Vitamin adalah sustansi organik, keberadaannya sangat sedikit pada makanan
dan tidak dapat dibuat dalam tubuh. Vitamin sangat berperan dalam proses
metabolisme karena fungsinya sebagai katalisator. Vitamin dapat dikasifikasikan
menjadi:
1) Vitamin yang larut dalam air: Vitamin B kompleks, B1, B2, B3, B12, folic
acid, serta vitamin C.
2) Vitamin yang larut dalam lemak: Vitamin A, D, E, K.
Fungsi utama vitamin adalah untuk pertumbuhan, perkembangan, dan
pemeliharaan kesehatan.

6. Air
Air adalah komponen tubuh yang sangat penting karena fungsi sel
bergantung pada lingkungan air.Air membentuk 60-70% berat tubuh total.
Persentase air dalam seluruh tubuh lebih besar untuk orang kurus daripada orang
yang obesitas karena otot terdiri atas lebih banyak air daripada jaringan yang lain,
kecuali darah. Bayi memiliki persentase total air yang paling besar dalam tubuh,
dan lansia memiliki persentase total air yang paling sedikit. Saat kehilangan air,
seseorang tidak akan mampu bertahan hidup lebih dari beberapa hari. Individu
memenuhi cairan yang dibutuhkan dengan minum air dan makan makanan yang
tinggi air, seperti buah-buahan, dan sayur-sayuran segar. Air juga di produksi
selama proses pencernaan saat makanan dioksidasi. Pada individu yang sehat,
asupan cairan dari berbagai sumber sama dengan keluaran cairan melalui
eleminasi, respirasi dan keringat. Seseorang yang sakit memiliki kebutuhan cairan
yang meningkat.Sebaliknya, seseorang yang sakit juga mengalami penurunan
kemampuan untuk mengekskresikan cairan yang menyebabkan dibutuhkannya
restriksi cairan.

1.1.3. Anatomi Fisiologi Nutrisi


Sistem pencernaan, atau sistem gastrointestinal, terdiri dari organ-organ
pencernaan yang dibagi menjadi dua kelompok utama, yaitu organ dalam saluran
pencernaan dan organ pencernaan pelengkap.
Saluran pencernaan atau disebut juga dengan saluran gastrointestinal, adalah
saluran yang memanjang dari mulut hingga ke anus. Saluran ini berfungsi untuk
mencerna, memecah, dan menyerap zat gizi makanan untuk dikirimkan melalui
peredaran darah. Organ-organ saluran pencernaan meliputi mulut, esofagus
(kerongkongan), lambung, usus halus, usus besar, rektum, dan anus. Sementara itu,
organ-organ pencernaan pelengkap adalah mulut, kantung empedu, kelenjar air liur,
hati, dan pankreas. Kerja sistem pencernaan manusia dikendalikan oleh sistem saraf,
peredaran darah, dan beragam hormon. Selain itu, proses pencernaan makanan juga
dibantu oleh triliunan bakteri bermanfaat di dalam usus yang disebut flora atau
mikrobioma. Setiap organ sistem pencernaan membantu menggerakkan makanan dan
cairan yang Anda konsumsi dalam urutan tertentu. Sepanjang berada dalam saluran
pencernaan, semua makanan dan cairan akan diuraikan menjadi bentuk yang sangat
kecil.
Hasil pencernaan yang berukuran kecil tersebut kemudian diserap dan disalurkan
ke seluruh tubuh melalui sistem peredaran darah. Sementara itu, ampas makanan
yang tidak lagi mengandung zat gizi akan dikeluarkan dalam bentuk feses.
Pencernaan amatlah penting karena tubuh membutuhkan zat gizi dari makanan serta
cairan dari minuman untuk tetap sehat dan berfungsi dengan normal. Zat gizi pun
diperlukan untuk pembentukan energi, pertumbuhan, dan perbaikan jaringan.
Makanan yang Anda konsumsi akan diuraikan menjadi dua macam zat gizi. Ada zat
gizi makro (makronutrien) yang dibutuhkan dalam jumlah banyak, serta zat gizi
mikro (mikronutrien) yang dibutuhkan dalam jumlah sedikit.
Zat gizi makro terdiri dari karbohidrat, protein, dan lemak. Karbohidrat memiliki
fungsi utama sebagai sumber energi, protein sebagai pembangun jaringan tubuh,
sedangkan lemak sebagai cadangan energi dan pelindung organ-organ tubuh. Di sisi
lain, zat gizi yang termasuk mikronutrien adalah vitamin dan mineral. Meskipun
dibutuhkan dalam jumlah kecil, mikronutrien berperan besar dalam produksi energi,
sistem imun, pertumbuhan, keseimbangan cairan, dan masih banyak lagi.
Urutan pencernaan pada manusia
Berikut organ-organ yang menyusun sistem pencernaan manusia dan fungsinya.
1. Mulut
Proses pencernaan dimulai di dalam mulut, tempat terjadinya pencernaan mekanik
dan kimiawi. Mulut berfungsi untuk mengunyah makanan menjadi lebih halus agar
mudah dicerna. Di dalamnya terdapat organ-organ pelengkap, yaitu lidah, gigi, dan
kelenjar ludah. Gigi memotong makanan menjadi potongan-potongan kecil.
Potongan kecil makanan lalu dibasahi oleh air liur sebelum lidah dan otot-otot lain
mendorong makanan ke dalam faring dan melanjutkannya ke dalam kerongkongan
(esophagus). Bagian luar lidah terdiri dari papilla, yakni tonjolan-tonjolan yang
berfungsi mencengkeram makanan dan mengenali rasa. Sementara itu, kelenjar ludah
yang terletak di bawah lidah dan dekat rahang bawah menghasilkan air liur ke dalam
mulut.
Air liur berperan penting untuk memecah makanan, melembapkannya, dan
membuatnya lebih mudah untuk ditelan. Air liur juga memecah karbohidrat dengan
salah satu enzim pencernaan terpenting bagi manusia, yaitu enzim ptialin/amilase.
Gerakan lidah dan mulut mendorong makanan ke belakang tenggorokan. Pada
persimpangan antara tenggorokan dan kerongkongan, terdapat katup bernama
epiglotis yang mencegah makanan masuk ke dalam sistem pernapasan.
2. Kerongkongan (esofagus)
Esofagus (kerongkongan) adalah saluran yang menghubungkan mulut dengan
lambung. Saluran ini merupakan jalan bagi makanan yang telah dikunyah dari mulut
menuju proses pencernaan selanjutnya di dalam lambung. Otot-otot kerongkongan
memindahkan makanan dengan gerakan peristaltik. Ini adalah kumpulan kontraksi
dan relaksasi otot yang menimbulkan gerakan seperti gelombang sehingga makanan
terdorong masuk menuju lambung. Pada ujung kerongkongan terdapat sfingter, atau
otot-otot berbentuk cincin. Otot-otot ini memungkinkan makanan untuk masuk ke
lambung dan kemudian menutupnya untuk mencegah makanan dan cairan naik
kembali ke kerongkongan.
3. Lambung
Lambung adalah organ berbentuk huruf ‘J’ yang berukuran sekitar dua kepalan
tangan. Lambung terletak di antara esofagus dan usus halus pada perut bagian atas.
Lambung memiliki tiga fungsi utama dalam sistem pencernaan manusia. Fungsinya
yakni menyimpan makanan dan cairan yang tertelan, mencampur makanan dan
cairan pencernaan yang diproduksinya, serta perlahan-lahan mengosongkan isinya ke
dalam usus kecil. Hanya zat-zat tertentu yang dapat diserap langsung oleh lambung.
Sementara itu, zat gizi dari makanan harus menjalani proses penguraian dahulu.
Dinding otot lambung melakukan proses ini dengan mencampur dan mengocok
makanan bersama asam dan enzim.
Makanan diolah menjadi bagian-bagian kecil dalam bentuk setengah padat yang
disebut kim. Setelah proses pencernaan selesai, kim akan dilepaskan sedikit demi
sedikit melalui otot-otot berbentuk cincin yang disebut sfingter pilorus. Sfingter
pilorus terletak pada perbatasan antara lambung bawah dan bagian pertama usus
halus yang disebut duodenum (usus dua belas jari). Sebagian besar makanan baru
meninggalkan perut hingga empat jam setelah makan.
4. Usus halus
Usus halus adalah saluran kecil selebar 2,5 cm dengan panjang sekitar 10 meter.
Usus halus terdiri dari tiga bagian, yaitu duodenum (usus dua belas jari), jejunum
(usus kosong), dan ileum (usus penyerapan). Dinding bagian dalam usus halus penuh
dengan tonjolan dan lipatan. Fungsi lipatan usus halus adalah memaksimalkan
pencernaan makanan dan penyerapan zat gizi. Saat makanan meninggalkan usus
halus, sekitar 90 persen zat gizi telah diserap untuk diedarkan oleh darah.
Berikut proses yang terjadi pada usus dalam sistem pencernaan manusia.
Proses penguraian makanan menjadi bentuk yang lebih kecil telah selesai di sini.
Kelenjar pada dinding usus mengeluarkan enzim yang memecah pati dan gula.
Pankreas mengeluarkan enzim ke dalam usus kecil yang membantu memecah
karbohidrat, lemak, dan protein. Hati menghasilkan empedu, yang disimpan di
kantong empedu. Empedu membantu melarutkan lemak sehingga dapat diserap oleh
tubuh. Usus halus menyerap nutrisi dari proses pencernaan. Dinding bagian dalam
dari usus kecil ditutupi oleh tonjolan yang disebut vili. Tonjolan-tonjolan ini
meningkatkan luas permukaan usus halus secara besar-besaran sehingga penyerapan
zat gizi lebih maksimal.
5. Usus besar
Usus besar membentuk huruf ‘U’ terbalik di sekitar usus halus yang berlipat-lipat.
Saluran ini dimulai dari sisi kanan bawah tubuh dan berakhir di sisi kiri bawah.
Panjang usus besar sekitar 5 – 6 meter dan terdiri dari tiga bagian, yaitu sekum,
kolon, dan rektum. Sekum adalah kantung pada bagian awal usus besar. Area ini
menyalurkan hasil pencernaan makanan yang telah diserap dari usus halus menuju
usus besar. Kolon adalah tempat cairan dan garam diserap dan memanjang dari
sekum ke rektum. Fungsi utama dari usus besar yaitu membuang air dan mineral
elektrolit dari ampas makanan yang tidak tercerna, lalu membentuk limbah padat
yang dapat dikeluarkan. Bakteri dalam usus besar membantu memecah bahan yang
tidak tercerna tersebut.
6. Rektum dan anus
Sisa isi usus besar yang telah menjadi feses kemudian disalurkan ke arah rektum.
Rektum adalah bagian akhir dari usus besar yang berfungsi sebagai tempat
penampungan feses sementara sebelum dikeluarkan dari tubuh. Saat rektum sudah
mulai penuh, otot-otot di sekelilingnya akan terangsang untuk mengeluarkan feses.
Inilah yang membuat Anda merasa mulas dan ingin buang air besar. Feses nantinya
akan dikeluarkan melalui anus. Anus merupakan bagian paling akhir dari saluran
pencernaan yang berbatasan langsung dengan lingkungan luar. Fungsi anus tak lain
adalah sebagai tempat keluarnya feses. Otot-ototnya bisa berkontraksi di bawah
kendali Anda untuk mengatur pengeluaran feses.
1.1.4 Status Nutrisi
Tubuh membutuhkan bahan bakar untuk menyediakan energi untuk metabolisme
dan perbaikan sel, fungsi organ, pertumbuhan, serta pergerakan tubuh.Laju
metabolisme basal (Basal Metabolic Rate/ BMR) adalah energi yang di butuhkan
untuk memepertahankan aktivitas kelangsungan hidup (bernapas, sirkulasi, denyut
jantung, dan suhu) pada periode waktu tertentu saat istirahat. Faktor-faktor seperti
usia, berat badan, jenis kelamin, demam, kelaparan, menstruasi, penyakit, cidera,
infeksi, tingkat aktivitas, atau fungsi tiroid dapat memengaruhi kebutuhan energi.
Penggunaan energi istirahat (Resting Energy Expenditure/ REE) atau laju
metabolisme istirahat adalah jumlah energi yang dibutuhkan oleh individu selama 24
jam sehingga tubuh dapat mempertahankan semua aktivitas kerja internal saat
beristirahat. Faktor yang memengaruh metabolisme adalah penyakit, kehamilan,
laktasi, dan tingkat aktivitas. Di rumah sakit, hitung kebutuhan energi dengan
menghitung konsumsi oksigen, produksi karbon dioksida, dan ekskresi nitrogen rata-
rata pada table metabolisme (Potter and Perry, 2010 :274). Pemecahan makanan,
pencernaan, absorpsi, dan asupan makanan merupakan faktor penting dalam
menentukan status nutrisi(Wartonah Tarwoto, 2006 : 26-29).
1.1.5 Keseimbangan energi
Energi adalah kekuatan untuk bekerja. Manusia membutuhkan energi untuk terus-
menerus berhubungan dengan lingkungannya.

Keseimbangan energi = Pemasukan energi – pengeluaran energi


Atau
Pemasukan energi = Total pengeluaran energi (panas + kerja + energi yang disimpan)
a. Pemasukan energi
Pemasukan energi merupakan energi yang dihasilkan selama oksidasi
makanan. Makanan merupakan sumber utama energi manusia. Dari makanan yang
dimakan kemudian dipecah secara kimiawi menjadi protein, lemak, dan
karbohidrat. Besarnya energi yang dihasilkan dengan satuan kalori. Satu kilokalori
juga disebut juga satu kalori besar (K) atau kkal adalah jumlah panas yang
dibutuhkan untuk menaikkan suhu 1 kg air besar 1 derajat celcius. Satu kkal = 1 K
atau sama dengan 1.000 kalori. Ketika makanan tidak tersedia maka akan terjadi
pemecahan glikogen yang merupakan cadangan karbohidrat yang disimpan dalam
hati dan jaringan otot.
b. Pengeluaran energi
Pengeluaran energi adalah energi yang digunakan oleh tubuh untuk men-
support jaringan dan fungsi-fungsi organ tubuh. Cadangan energi tubuh
berbentuk senyawa fosfat seperti adenosin tripshsfat (ATP).
Kebutuhan energi seseorang ditentukan oleh Basal Metabolism Rate (BMR) dan
aktivitas fisik.

Kebutuhan (0,1 x (Energi


energi setiap = (BMR + 24) + Konsumsi + untuk
hari ditentukan kkal setiap hari) aktivitas)
dengan rumus

Jika nilai pemasukan energi lebih kecil dari pengeluaran energi maka akan
terjadi keseimbangan negatif sehingga cadangan makanan dikeluarkan, hal ini
akan berakibat pada penurunan berat badan. Sebaiknya, jika pemasukan energi
lebih banyak dari pengeluaran energi maka terjadi keseimbangan positif,
kelebihan energi akan disimpan dalam tubuh sehingga terjadi peningkatan berat
badan.
c. Basal Metabolism Rate (BMR)
Basal Metabolism Rate adalah energi yang digunakan tubuh pada saat istirahat
yaitu untuk kegiatan fungsi tubuh sepergi pergerakan jantung, pernapasan,
peristaltik usus, kegiatan kelenjar-kelenjar tubuh.
Kebutuhan kalori basal dipengaruhi oleh:
1.Usia
Pada usia 0-10 tahun kebutuhan metabolisme basal bertambah dengan cepat, hal
ini berhubungan dengan faktor pertumbuhan. Setelah usia 20 tahun lebih konstan.
2.Jenis kelamin
Kebutuhan metabolisme basal laki-laki lebih besar disbanding wanita. Pada
laki-laki kebutuhan BMR 1,0 kkal/Kg BB/jam sedangkan pada wanita 0,9
kkal/Kg BB/jam.
3.Tinggi dan berat badan
Tinggi dan berat badan berpengaruh terhadap luas permukaan tubuh. Makin luas
pengeluaran panas akan lebih banyak sehingga kebutuhan basal metabolisme
lebih besar.
4.Kelainan endokrin
Hormon tiroksin berpengaruh terhadap metabolisme, peningkatan tiroksin
mislanya pada hipertiroid akan meningkatkan basal metabolisme sedangkan
penurunan kadar tiroksin akan menurunkan metabolisme.
5.Suhu lingkungan
Suhu lingkungan yang lebih dingin akan menigkatkan metabolisme untuk
menyesuaikan diri, tubuh harus lebih banyak memproduksi panas.
6.Keadaaan sakit
Pada orang sakit suhu tubuh meningkat. Peningkatan suhu tersebut akan
mempercepat reaksi kimia, di mana peningkatan 1derajat celcius akan
meningkatkan Bmr sebanyak 14%.
7.Keadaan hamil
Konsumsi oksigen pada orang hamil meningkat untuk memenuhi kebutuhan dan
pertumbuhan janin, sehingga metabolisme juga akan meningkat.
8.Keadaan stres dan ketegangan
Keadaan stres dan keterangan akan merangsang produksi katekolamin yang
mempunyai efek peningkatan metabolisme.

Karakteristik status nutrisi ditentukan dengan adanya Body Mass Index (BMI)
dan Ideal Body Weight (IBW).
1. Body Mass Index (BMI)
Merupakan ukuran dari gambaran berat badan seseorang dengan tinggi
badan. BMI dihubungkan dengan total lemak dalam tubuh dan sebagai
panduan untuk mengkaji kelebihan berat badan (over weight) dan obesitas.
Rumus BMI diperhitungkan:

( ) ( ) ,
atau
( ) ( )
2. Ideal Body Weight (IBW)
Merupakan perhitungan berat badan optimal dalam fungsi tubuh yang
sehat. Berat badan ideal adalah jumlah tinggi dalam sentimeter dikurangi
dengan 100 dan dikurangi 10% dari jumlah itu.
Kegiatan yang membutuhkan energi, antara lain:
1) Vital kehidupan, pernapasan sirkulasi darah, suhu tubuh, dan lain-lain.
2) Kegiatan mekanik otot.
3) Aktivitas otot dan saraf.
4) Energi kimia untuk membangun jaringa, enzim, dan hormon.
5) Sekresi cairan pencernaan.
6) Absorpsi zat-zat gizi di saluran pencernaan.
7) Pengeluaran hasil metabolisme

1.2. Etiologi
1.2.1 faktor yang mempengaruhi kebutuhan nutrisi:
Faktor-faktor yang memengaruhui kebutuhan energi:
1. Peningkatan basal metabolism rate.
2. Aktivitas tubuh.
3. Faktor usia.
4. Suhu lingkungan.
5. Penyakit atau status kesehatan.
 Faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Nutrisi
Menurut Alimul (2015) faktor yang mempengaruhi kebutuhan nutrisi adalah sebagai
berikut:
1) Pengetahuan
Pengetahuan yang kurang tentang manfaat makanan bergizi dapat memengaruhi
pola konsumsi makan.Hal tersebut dapat disebabkan oleh kurangnya informasi
sehingga dapat terjadi kesalahan dalam memahami kebutuhan gizi.
2) Prasangka
Prasangka buruk terhadap beberapa jenis bahan makanan bergizi tinggi dapat
memengaruhi status gizi seseorang. Misalnya, di beberapa daerah, tempe
merupakan sumber protein yang paling murah, tidak dijadikan bahan makanan
yang layak untuk dimakan karena masyarakat menganggap bahwa mengonsumsi
makanan tersebut dapat merendahkan derajat mereka.
3) Kebiasaan
Adanya kebiasaan yang merugikan atau pantangan terhadap makanan tertentu
juga dapat memengaruhi status gizi.Misalnya di beberapa daerah, terdapat
larangan makan pisang dan papaya bagi para gadis remaja.Padahal, makanan
tersebut merupakan sumber vitamin yang sangat baik.Ada pula larangan makan
ikan bagi anak-anak karena ikan dianggap dapat mengakibatkan cacingan, padahal
ikan merupakan sumber protein yang sangat baik bagi anak-anak.
4) Kesukaan
Kesukaan yang berlebihan terhadap suatu jenis makanan dapat mengakibatkan
kekurangan variasi makanan, sehingga tubuh tidak memperoleh zat-zat yang
dibutuhkan secara cukup.Kesukaan dapat mengakibatkan merosotnya gizi pada
remaja bila nilai gizinya tidak sesuai dengan yang diharapkan.
5) Ekonomi
Status ekonomi dapat memengaruhi perubahan status gizi karena penyediaan
makanan bergizi membutuhkan pendanaan yang tidak sedikit.Oleh karena itu,
masyarakat dengan kondisi perekonomian yang tinggi biasanya mampu
mencukupi kebutuhan gizi keluargannya dibandingkan masyarakat dengan kondisi
perekonomian rendah.
1.2.2 Faktor-faktor yang memengaruhui kebutuhan energi:
1. Peningkatan basal metabolism rate.
2. Aktivitas tubuh.
3. Faktor usia.
4. Suhu lingkungan.
5. Penyakit atau status kesehatan.
1.3 Manifestasi Klinis
1. Defisit nutrisi
a. Data mayor
- Berat badan menurun minimal 10% dibawah rentang ideal
b. Data minor
- Cepat kenyang setelah makan
- Kram/nyeri abdomen
- Nafsu makan menurun
- Bising usus hiperaktif
- Otot pengunyah lemah
- Otot menelan lemah
- Membran mukosa pucat
- Sariawan
- Serum albumin turun
- Rambut rontok berlebihan
- Diare
2. Berat badan lebih
a. Data mayor
- IMT > 25 kg/m2 (pada dewasa) atau berat dan panjang badan lebih dari presentil 95
(pada anak 2-18 tahun)
b. Data minor
- Tebal lipatan kulit trisep >25 mm
3. ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah
a. Data mayor
- Mengantuk
- Pusing
- Gagguan koordinasi
- Kadar glukosa dalam darah/urin rendah atau tinggi
1.4 Patofisiologi
Patofisiologi malnutrisi berkaitan dengan seluruh organ dalam tubuh. Protein sebagai
sumber asam amino diperlukan untuk berbagai proses sintesis di dalam tubuh. Untuk
menjalankan fungsi tubuh, energi diperlukan dalam seluruh proses biokimia. Selain
makronutrien, berbagai komponen mikronutrien juga diperlukan sebagai kofaktor dalam proses
enzimatik di dalam tubuh. ecara umum, malnutrisi sering kali disebabkan oleh kurangnya asupan
nutrisi. Jika asupan energi yang masuk tidak mencukupi kebutuhan tubuh, hal ini akan
menyebabkan terjadinya pengambilan nutrisi dari tubuh sehingga menjadi sangat kurus dan
lemah. Defisiensi protein akan menyebabkan terjadinya penurunan sintesis protein visceral,
termasuk penurunan sintesis albumin. Hipoalbuminemia ini akan menyebabkan terjadinya edema
akibat penumpukan cairan ekstravaskular. Defisiensi protein juga akan menyebabkan
terjadinya fatty liver (Shasidar HR et al, 2017).

1.5 Pathway

1.6 Pemeriksaan Penunjang


Pemerikasaan diagnose dapat dilakukan melalui pemeriksaan laboratorium dengan ketentuan
nilai normal yakni sebagai berikut:
 Albumin (N: 4-5,5 mg/100 ml).
 Ransferin (N: 170-25 mg/100 ml).
 Hb (N: 12 mg %).
 BUN (N: 10-20 mg/100 ml).
 Ekskresi kreatinin untuk 24 jam (N: laki-laki: 0,6-1,3 mg/100 ml,wanita: 0,5- 1,0 mg/100
ml).
1.7 Komplikasi
Alimul, Aziz (2015) menuliskan secara umum, gangguan kebutuhan nutrisi terdiri atas
kekurangan dan kelebihan nutrisi, obesitas, malnutrisi, diabetes militus, hipertensi, jantung
coroner, kanker, dan anoreksia nervosa.
1) Kekurangan Nutrisi
Kekurangan nutrisi merupakan keadaan yang dialami seseorang dalam keadaan yang
dialami seseorang dalam keadaan tidak berpuasa (normal) atau risiko penurunan berat
badan akibat ketidakcukupan asupan nutrisi untuk kebutuhan metabolisme.
2) Kelebihan Nutrisi
Kelebihan nutrisi merupakan suatu keadaan yang dialami seseorang yang mempunyai
risiko peningkatan berat badan akibat asupan kebutuhan metabolisme secara berlebih.
3) Obesitas
Obesitas merupakan masalah peningkatan berat badan yang mencapai lebih dari 20%
berat badan normal.Status nutrisinya adalah melebihi kebutuhan metabolisme karena
kelebihan asupan kalori dan penurunan dalam penggunaan kalori.
4) Malnutrisi
Malnutrisi adalah masalah yang berhubungan dengan kekurangan zat gizi pada
tingkat seluler atau dapat dikatakan sebagai masalah asupan zat gizi yang tidak sesuai
dengan kebutuhan tubuh.
5) Diabetes Melitus
Diabetes mellitus merupakan gangguan kebutuhan nutrisi yang ditandai dengan
adanya gangguan metabolisme karbohidrat akibat kekurangan insulin atau
penggunaan karbohidrat secara berlebihan.
6) Hipertensi
Hipertensi merupakan gangguan nutrisi yang juga disebabkan oleh berbagai masalah
pemenuhan kebutuhan seperti penyebab dari obesitas, serta asupan kalsium, natrium
dan gaya hidup yang berlebihan.
7) Penyakit Jantung Koroner
Penyakit jantung coroner merupakan gangguan nutrisi yang sering disebabkan oleh
adanya peningkatan kolesterol darah dan merokok. Gangguan ini sering dialami
karena adanya perilaku atau gaya hidup yang tidak sehat, obesitas, dan lain-lain.
8) Kanker
Kanker merupakan gangguan kebutuhan nutrisi yang disebabkan oleh konsumsi
lemak secara berlebihan.
9) Anoreksia Nervosa
Anoreksia Nervosa merupakan penurunan berat badan secara mendadak dan
berkepanjangan, ditandai dengan adanya konstipasi, pembengkakan badan, nyeri
abdomen, kedinginan, letargi, dan kelebihan energi.

1.8 Penatalaksanaan Medis


Pelaksanaan (Tindakan) yang dapat dilakukan pada klien yang mengalami
ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh adalah sebai berikut:
1. Pemberian Nutrisi Melalui Oral
Pemberian nutrisi melalui oral merupakan tindakan keperawatan yang dilakukan pada
pasien yang tidak mampu memenuhi kebutuhan nutrisi secara sendiri dengan cara
membantu memberikan makan/nutrisi melalui oral (mulut), bertujuan memenuhi
kebutuhan nutrisi pasien dan membangkitkan selera makan pada pasien.
2. Pemberian Nutrisi Melalui Pipa Penduga/Lambung
Pemberian nutrisi melalui pipa penduga/lambung merupakan keperawatan yang
dilakukan pada pasien yang tidak mampu memenuhi kebutuhan nutrisi secara oral atau
tidak mampu menelan dengan cara memberi makanan melalui pipa lambung atau pipa
penduga. Tujuannya adalah untuk memenuhi kebutuhan nutrisi pasien.
3. Pemberian Nutrisi Melalui Parenteral
Pemeberian nutrisi melalui parenteral merupakan pemberian nutrisi berupa cairan
infus yang dimasukkan ke dalam tubuh melalui dara vena, baik secara sentral (untuk
nutrisi parenteral total) ataupun vena perifer ( untuk nutrisi parenteral parsial).
Pemberian nutrisi melalui parenteral dilakukan pada pasien yang tidak bisa makan
melalui oral atau pipa nasogastric dengan tujuan untuk menunjang nutrisi enteral yang
hanya memenuhi sebagian kebutuhan nutrisi harian.
Metode Pemberian
a) Nutrisi parenteral parsial
Merupakan pemberian nutrisi melalui intravena yang digunakan untuk memenuhi
sebagian kebutuhan nutrisi harian pasien kerena pasien masih dapat menggunakan
saluran pencernaan. Cairan yang biasanya digunakan dalam bentuk dekstrosa atau
cairan asam amino.
b) Nutrisi parenteral total
Merupakan pemberian nutrisi melalui intravena yakni kebutuhan nutrisi sepenuhnya
melalui cairan infus karena keadaan saluran pencernaan pasien tidak dapat digunakan.
Cairan yang dapat digunakan adalah cairan yang mengandung asam amino seperti
Pan Amin G, dan cairan yang mengandung lemak seperti intralipid.
c) Jalur pemberian nutrisi parenteral dapat melalui vena sentral untuk jangka waktu
lama dan melalui vena perifer(Hidayat dan Uliyah, 2005).
1.9 Konsep Keperawatan

1.9.1 Pengkajian

1. Riwayat keperawatan dan diet


a. Anggaran makan, makan kesukaan, waktu makan.
b. Apakah ada diet yang dilakukan secara khusus?
c. Adakah penurunan dan peningkatan berat badan dan berapa lama periode waktunya?
d. Adakah toleransi makan/minum tertentu?
2. Faktor yang memengaruhi diet
a. Status kesehatan.
b. Kultur dan kepercayaan.
c. Status social ekonomi.
d. Faktor psikologis.
e. Informasi yang salah tentang makanan dan cara berdiet.
3. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan fisik: apatis, lesu.
b. Berat badan: obesitas, kurus (underweight).
c. Otot: flaksia/lemah, tonus kurang, tenderness, tidak mampu bekerja.
d) Sistem saraf: bingung, rasa terbakar, paresthesia, reflek menurun.
e) Fungsi gastrointestinal: anoreksia, konstipasi, diare, flatulensi, pembesaran liver/lien.
f) Kariovaskuler: denyut nadi lebih dari 100 kali/menit, irama abnormal, tekanan darah
rendah/tinggi.
g) Rambut: kusam, kering, pudar, kemerahan, tipis, pecah/patah-patah.
h) Kulit: kering, pucat, iritasi, petekhie, lemak disubkutan tidak ada.
i) Bibir: kering, pecah-pecah, bengkak, lesi, stomatitis, membrane mukosa pucat.
j) Gusi: pendarahan, peradangan.
k) Lidah: edema, hiperemis.
l) Gigi: karies, nyeri, kotor.
m) Mata: konjungtiva pucat, kering, exotalmus, tanda-tanda infeksi.
n) Kuku: mudah patah.
o) Pengukuran antropometri:
- Berat badan ideal : (TB-100) ± 10%
- Lingkar pergelangan tangan
- Lingkar lengan atas (MAC):
Nilai normal Wanita : 28,5 cm
Pria : 28,3 cm

- Lipatan kulit pada otot trisep (TSF):


Nilai normal Wanita : 16,5-18 cm
Pria : 12,5-16,5 cm
Atau dapat dilakukan dengan metode “A, B, C, D” yakni sebagai berikut:
a. Anthropometric measurement
Tujuan pengukuran ini adalah mengevaluasi pertumbuhan dan mengkaji
status nutrisi serta ketersediaan energi tubuh.Pengukuran anthopometrik terdiri atas:
1. Tinggi badan
Pengukuran tinggi badan pada individu dewasa dan alita dilakukan dalamposisi
berdiri tanpa alas kaki, sedangkan pada bayi pada posisi terbaring. Satuan tinggi
badan adalah cm atau inchi.
2. Berat badan
Alat ukur berat badan yang lazim digunakan adalah timbangan manual, meskipun
ada alat ukur yang mengunakan sistem digital elektrik. berat badan yang ideal:
(TB-100)± 10% atau 0.9 x (tinggi badan – 100). Hal-hal yang harus diperhatikan
dalam mengukur berat badan:
a) Alat ukur skala ukur yang digunakan tetap sama setiap kali menimbang
b) Menimbang tanpa alas kaki
c) Pakaian diusahakan tidak tebal dan relatif sama beratnya setiap kali
menimbang
d) Waktu (jam) penimbangan relatif sama, misalnya sebelum dan sesudah
makan.
3. Tebal lipatan kulit
Bertujuan untuk menentukan presentase lemak pada tubuh, mengkaji
kemungkinan malnutrisi, berat badan normal, atau obesitas. Area yang sering
digunakan untuk pengukuran ini adalah lipatan kulit trisep (trisep skinfold [TSF]
skapula, dan suprailiaka.Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengukuran antara
lain:
a) Anjuran klien unutk membuka baju guna mencegah kesalahan pada hasil
pengukuran.
b) Perhatikan selalu privasi dan rasa nyaman klien
c) Dalam pengukuran TSF, utamakan lengan klien yang tidak dominan
d) Pengukuran TSF dilakukan pada titik tengah lengan atas, antara akronim
dan olekranon
e) Klien dianjurkan untuk rileks saat pengukuran
f) Alat ukur yang digunakan adalah kapiler.
g) Nilai normal wanita : 16,5-18 cm
Pria : 12,5-16,5cm
h) Lingkar Tubuh
Umumnya area tubuh yang digunakan untuk pengukuran ini kepala, dada,
dan otot bagian lengan atas (LILA).
b. Biochemical data
Pengkajian status nutrisi klien ditunjang dengan pemeriksaan laboratorium.
Klien diperiksa darah dan urinnya yang meliputi pemeriksaan hemoglobin,
hemaktokrit, albumin. Albumin berfungsi untuk memelihara kesembangan cairan dan
elektrolit serta untuk transportasi nutrisi dan hormone.
1. Hemoglobin normal
Pria : 13-16 g/dl
Wanita : 12-14 g/dl
2. Hematokrit normal
Pria : 40-48 vol %
Wanita : 37-43 vol%
3. Albumin normal
Pria dan wanita: 4-5,2 g/dl
c. Clinical sign of nutrional status
Klien dengan maslah nutrisi akan memperhatikan tanda-tanda abnormal
tersebut bukan saja pada organ-organ fisiknya tetapi juga fisiologisnya. Tanda-tanda
klinik untuk mengetahui status individu:

No Bagian Tubuh Tanda klinik Kemungkinan kekurangan

1 Tanda umum Penurunan berat badan dehidrasi, Kalori,Air, dan vitamin A


haus pertumbuhan terhambat

2 Rambut Kekuningan Protein


kekurangan pigmen,kusut

3 Kulit Deatitis Niasin, riboflavin, biotin


Dermatosis pada bayi Lemak
Petechial hemorrhages Asam askorbat
Eksema

4 Mata Photopobia Riboflavin


Rabun senja Vitamin A

5 Mulut Stomatitis Riboflavin


Glositis Niasin, asam folik, vitamin
B12, zat besi

6 Gigi Karies Flour

7 Neuromoskuler Kejang otot Vitamin D


Lemah otot

8 Tulang Riketsia Vitamin D

9 Gastrointestinal Anoreksia Mual dan muntah Thiamin, garam dapur,


NaCl

10 Endokrin Gondok Iodium

11 Kardipovaskuler Pendarahan peny, Jantung, anemia Vitamin K, thiamin,


pyridoxine, zat besi

12 Sistem saraf Kelainan mental dan saraf Vitamin B12

Clinikal sign gangguan nutrisi di golongkan sebagai berikut:


1. Protein calorie malnutrision (PCM/PEM)
Suatu kondisi status nutrisi buruk akibat kekurangan kualitas dan kuantitas
konsumsi nutrisi, dengan kateggori sebagai berikut:
a. PCM/PEM ringan
BB kurang dari 80% dari BB normal sesuai umur
b. PCM/PEM sedang
60% dari BB normal sesuai umur Sd 80% dari BB normal
c. PCM/PEM berat
BB kurang dari 60% dari BB normal sesuai umur
2. Kwashior
Malnutrisi yang terjadi akibat diet protein yang tidak adekuat pada bayi
ketika sudah tidak mendapatkan ASI. Defisiensi protein dapat berakibat:
retardasik metal, kemunduran, apatis, edema, otot-otot tidak tumbuh dll. Tanda
klinis kwashiokor:
a. Edema
b. Gangguan pertumbuhan
c. Perubahan kejiwaan
d. Otot tumbuh terlihat lemah
3. Maramus
Sindrom akibat defisiensi calorie d protein. Defisiensi kalori dan protein
berakibat: kelaparan, hilangnya jaringan-jaringan tubuh, BB < dari normal,
diarePCM juga berakibat kurang baiknya penanganan klien selama menjalani
proses perawatan di berbagai fasilitas kesehatan
4. Obesitas
Status obesitas dapat ditegakkan apabila berat badan lebih dari normal
(20-30%>normal)
5. Over weight
Suatu keadaan berat badan 10% melebihi berat badan ideal
d. Dietery history
Masyarakat pada umumnya pernah melakukan diet. Akan tetapi cara ini hanya
merangsang pengeluaran cairan, bukan perubahan kebiasaan makanan (Moore Courney,
Mary, 1997). Pola makan dan kebiasaan makan dipengaruhi oleh budaya, latar belakang,
status sosial ekonomi, aspek psikologi. Faktor yang perlu dikaji dalam riwayat konsumsi
nutrisi/diet klien:
Pola diet/makan Vegetarian, tidak makan ikan laut, dll
Pengetahuan tentang nutrisi Penentuan tingkat pengetahuan klien mengenai
kebutuhan nutrisi
Kebiasaan Makanan MI melihat bersama-sama, makan sambil
mendengarkan musik, makan sambil melihat televisi
Makanan kesukaan Suka makan lalap, suka sambel, suka coklat, suka
roti
Pemasukan cairan Jumlah cairan tiap hari yang diminum, jenis
minuman, jarang minum
Problem diet Sukar menelan, kesulitan mengunyah
Tingkat aktivitas Jenis pekerjaan, waktu bekerja siang/malam, perlu
makanan tambahan atau tidak
Riwayat kesehatan/ Adanya riwayat penyakit diabetus melitus, adanya
pengkomsumsian obat alergi
1.9.2 Diagnosa Keperawatan
Diagnosis keperawatan yang mungkin terjadi pada masalah kebutuhan nutrisi,
sebagaimana menurut SDKI adalah sebagai berikut:

No. Diagnosis Faktor yang Berhubungan Batasan Karakteristik (Data


Keperawatan (Etiologi/E) Subjektif/Objektif/Symptom/S)
(Problem/P)
Defisit  Ketidakmampuan menelan a. Data mayor
nutrisi makanan - Berat badan menurun
 Ketidakmampuan mencerna minimal 10% dibawah
makanan rentang ideal
 Ketidakmampuan b. Data minor
mengobsorbsi nutrien - Cepat kenyang setelah

 Peningkatan kebutuhan makan

metabolisme - Kram/nyeri abdomen

 Faktor ekonomi (finansial - Nafsu makan menurun

tidak cukup) - Bising usus hiperaktif

 Faktor psikologis (stres, - Otot pengunyah lemah

keengganan untuk makan) - Otot menelan lemah


- Membran mukosa
pucat
- Sariawan
- Serum albumin turun
- Rambut rontok
berlebihan
- Diare

1.9.3 Perencanaan
1. Intervensi Diagnosa : Defisit Nutrisi
Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan … x 24 jam diharapkan
masalah keperawatan defisit nutrisi dapat teratasi dengan kriteria
hasil:
1. Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan
2. Berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan
3. Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi
4. Tidak ada tanda-tanda malnutrisi
5. Menunjukkan peningkatan fungsi pengecapan dari menelan
6. Tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti
 Mandiri
a. Intervensi :Buat tujuan berat badan minimum dan kebutuhan nutrisi harian.
Rasional :Malnutrisi adalah kondisi gangguan minat yang menyebabkan
depresi, agitasi, dan mempengaruhi kondisi kognitif atau
pengambilan keputusan. Perbaikan status nutrisi meningkatkan
kemampuan berpikir dan kerja psikologis
b. Intervensi :Gunakan pendekatan konsisten. Duduk dengan pasien saat
makan, sediakan dan buang makanan tanpa persuasi dan/atau
komentar.tingkatkan lingkungan yang nyaman dan catat masukan.
Rasional :Pasien mendeteksi pentingnya dan dapat bereaksi terhadap
tekanan. Komentar apapun yang dapat terlihat sebagai paksaan
memberikan focus pada makanan. Bila staf berespons secara
konsisten, pasien dapat mulai memepercayai respons staf.
c. Intervensi :Buat pilihan menu yang ada dan diizinkan pasien untuk
mengontrol pilihan sebanyak mungkin.
Rasional :Pasien yang meningkat kepercayaan dirinya dan merasa
mengontrol lingkungan lebih suka menyediakan makanan untuk
makan.
d. Intervensi :Sadari pilihan – pilihan makanan rendah kalori/minuman,
menimbun makanan, membuang makanan dalam berbagai tempat
seperti saku atau kantung pembuangan.
Rasional :Pasien akan mencoba menghindari mengambil makanan bila
tampak mengandung banyak kalori dan mau makan lama untuk
menghindari makan.
e. Intervensi :Pertahankan jadwal penimbangan berat badan teratur , seperti
Minggu, Rabu, Jumat sebelum makan pagi pada pakaian yang
sama, dan gamnbaran hasilnya.
Rasional :Memberikan catatan lanjut penuruanan dan/atau peningkatan berat
badan yang akurat. Juga menurunkan obsesi tentang peningkatan
dan/atau penurunan.
 Kolaborasi
f. Intervensi :Berikan terapi nutrisi dalam program pengobatan rumah sakit
sesuai indikasi.
Rasional : Pengobatan masalah dasar tidak terjadi tanpa perbaikan status
nutrisi. Perawatan di rumah sakit memberikan control lingkungan
dimana masukan makanan, muntah/eliminasi ,obat , dan aktivitas
dapat dipantau.
g. Intervensi :Libatkan pasien dalam penyusunan /melakukan program
perubahan prilaku. Berikan penguatan untuk peningkatan berat
badan seperti dinyatakan oleh penentuan individu ; abaikan
penurunan
Rasional :Memberikan situasi terstuktur untuk makan sementara
memungkinkan pasien mengontrol beberapa pilihan. Perubahan
perilaku dapat efektif pada kasus ringan atau untuk peningkatan
berat badan jangka pendek.
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Linda Jual. 2012. Buku Diagnosis Keperawatan. Jakarta: EGC


Hidayat, A. Aziz Alimul.2015. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia, Edisi 2 Buku 2.
Jakarta:Salemba Medika
Mubarak, Wahit Iqbal. 2007. Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia: Teori dan Aplikasi
dalam Praktik. Jakarta: EGC
Nanda NIC-NOC.2013.Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan DiagnosaMedis
EdisiRevisi Jilid 1. Jakarta: ECG
Nanda NIC-NOC.2013.Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis
Edisi Revisi Jilid 2. Jakarta: ECG
Potter & Perry. 2010. Fundamental of Nursing Fundamental Keperawatan, Buku 3 Edisi
7.Jakarta: Elsevier
Shasidar HR, Grigsby D, Windle ML, Bhatia J. Malnutrition. [artikel di internet, revisi
terakhir 19 Juli 2017] URL: https://emedicine.medscape.com/article/985140-
overview#a1
Tarwoto, Wartonah. 2006. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan. Jakarta:
Salemba Medika
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia : definisi dan
indikator diagnostik. Jakarta Selatan : DPP PPNI
LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN HOLISTIK
(KONSEP KDM)
KEBUTUHAN DASAR FISIOLOGIS OKSIGENASI
DI HOLISTIK CARE KALIBARU

Oleh :
Ika Nur Rahmawati
NIM.21101036

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS dr. SOEBANDI
2022
LAPORAN PENDAHULUAN
KLIEN DENGAN GANGGUAN KEBUTUHAN OKSIGENASI

I. KONSEP OKSIGENASI
A. PENDAHULUAN
Oksigen merupakan kebutuhan dasar manusia dan digunakan untuk
mendukung kehidupan. Ada dua organ yang penting dalam pemenuhan
kebutuhan oksigen ke dalam tubuh dan sel, organ tersebut adalah paru dan
jantung, paru sebagai organ tempat pertukaran gas (O2 dan CO2) dari dan ke
dalam darah jantung berperan dalam menghantar atau lebih tepat sebagai
pemompa darah.
B. DEFINISI
Ketidakefektifan jalan nafas merupakan suatu keadaan dimana seorang
individu mengalami suatu ancaman yang nyata atau potensial pada status
pernafasan yang berhubungan dengan ketidakmampuan untuk batuk secara
efektif. Respirasi atau pernafasan adalah suatu proses pertukaran gas antara
individu dengan lingkungan disekitarnya (Kozier,2003).
1. Respirasi eksternal /pernafasan luar
Yaitu bentuk pertukaran gas dimana oksigen dan pau-paru berpindah ke
dalam darah, karbondioksida dan air berpindah dari dalam ke paru- paru.
2. Respirasi internal/pernafasan dalam
Yaitu proses dimana sel tubuh menukar karbondioksida dengan oksigen di
dalam tubuh.
C. KONSEP DASAR
1. Anatomi dan fisiologi saluran pernafasan
a. Saluran pernafasan atas
Terdiri atas :- Hidung
- Pharing
- Laring
- Epiglottis
Fungsi: menyaring, menghangatkan dan melembabkan yang dihirup.
b. Saluran pernafasan bawah
Terdiri dari: Trachea, bronchus, segmen bronci dan bronchioles
Fungsi: mengalirkan udara, membersihkan dengan mucouliary dan
memproduksi subcutan
2. Fisiologi pernafasan
a. Ventilasi
Adalah proses masuknya oksigen ke dalam paru (inspirasi) dan
pengeluaran karbondioksida ke udara (ekspirasi)
Faktor yang mempengaruhi ventilasi adalah
1. Keadekuatan atsmosfer
2. Kebersihan jalan nafas
3. Kompliente paru
4. Regulasi pernafasan
Jumlah udara pernafasan :
1. Volume respirasi
2. Kapasitas respirasi
b. Difusi
Adalah proses perpindahan gas dari alveoli ke kapiler paru, difusi
berlangsung di alveoli.
Faktor yang mempengaruhi difusi yaitu
1) Ketbalan membran
(semakin tebal membran semakin sulit udara masuk)
2) Luas permukaan membrane
(semakin luas luas permukaannya semakin banyak udara)
3) Koefisiensi difusi
(harganya konstan)
4) Takanan parsial
(sangat tergantung pada perfusi jaringan vaskuler paru jika terjadi
gangguan pada proses difusi)
Peningkatan ketebalan membaran dalam proses difusi terjadi pada
klien dengan :
a) Edema pulmonary (penimbunan cairan)
b) Pulmonary infiltrate (penyusupan atau terkumpulnya zat
yang tidak normal)
c) Efusi pulmonary (proses masuknya cairan)

Penurunan ketebalan membran atau perubahan membran alveolar


kapiler juga bisa disebabkan oleh:
a) Penyakit kronis, mis: emphysema
b) Penyakit akut, mis: peneumothorak
c) Proses pembedahan, mis: lobektomy
c. Transportasi
Adalah proses pengangkutan oksigen ke sel
1. Trasportasi oksigen
a) Larut dalam plasma
b) Berikan dengan hemoglobin
2. Transpormasi karbondioksida
a) Larut dalam plasma
b) Berikan dengan gugus amino
c) Berikan dengan bicarbonat plasma
Faktor yang mempengaruhi transfortasi yaitu
a. COP (cardiac output)
Adalah jumlah darah yang dikeluarkan dari jantung selama 1 kali
sistol
b. Jumlah eritrosit
c. Exerase
Adalah latihan atau aktivitas yang dilakukan jika aktivitas
meningkat kebutuhan akan oksigen juga ikut meningkat.
d. Hematokrit
Adalah viskositas atau kekentalan darah jika meningkat jumlah air
dalam darah akan sedikit sehingga darah semakin pekat dan yang
memperlambat aliran darah dan berarti darah mengandung sedikit
oksigen.
d. Regulasi
Adalah proses dimana hanya melibatkan syarat khususnya
medulla oblongata dan unsure kimiawi yang sangat mempengaruhi
adalah CO2 dan HCO3 dalam darah (Kozier,2003).
Respirasi pernafasan terdiri dari
1. Tidal volume(TV) volume tidal nilainya 500 ml
Adalah jumlah udara yang masuk atau keluar pada kondisi rileks,
santai dan tanpa paksaan atau juga disebut sebagai volume normal.
2. Inspiratory Reserve volume (IRV) volume ekspirasi cadangan,
nilainya 3100 ml
Adalah jumlah udara yang dapat dihirup secara maksimal setelah
volume tidal.
3. Ekspiratory Reserve Volume (ERV) volume ekspirasi cadangan
nilainya 1200 ml
Adalah jumlah udara yang dapat dikeluarkan (ekspirasi) secara
maksimal setelah volume tidal.
4. Residval volume (RV) volume residual nilainya 1200 ml
Adalah jumlah udara yang tersisa di paru setelah ekspirasi.
Kapasitas pernafasan terdiri dari
1. Total luna capacity (TLC)
Total kapasitas paru nilainya 6000 ml
Adalah jumlah maksimal udara yang ada di paru setelah inspirasi
maksimal.
TLC = TV+IRV+ERV
2. Vital capacity (VC)
Kapasitas vital nilainya 4800 ml atau 80 % dari TLC
Adalah jumlah udara maksimal yang dapat diekspirasi setelah inspirasi
maksimal
VC = TV+IRV+ERV
3. Inspiratory capacity (IC)
Kapasitas inspirasi nilainya 3600 ml
Adalah jumlah udara maksimal yang dapat di inspirasi setelah ekspirasi
normal.
IC = TV+IRV
4. Fanctional residul capacity (FRC)
Kapasitas residual fungsional nilainnya 2400 ml
Adalah volume udara yang tersisa di paru-paru setelah ekspirasi tidal
volume normal.
FRC = ERV+RV

D. MACAM GANGGUAN PERNAFASAN YANG SERING MUNCUL


1. Hipoxia: kekurangan oksigen
a. Etilogi: menurut kadar hemoglobin,menurunnya konsentrasi O2
inspirasi, gangguan pada proses difusi dan menurunnya perfusi
jaringan.
b. Tanda
1. Kelemahan,
2. Cemas
3. Pusing
4. meningkatnya tekanan darah
5. menurunnya konsentrasi
6. cyanosis (pucat)
7. dyspnoe (sesak nafas)
8. menurunya tingkat kesadaran
9. irama jantung tidak teratur (distritmi)
2. Hypercapnoe: kelebihan O2
a. Etiologi: obstruksi jalan nafas, hipoventilasi, PPOM (penyakiit paru
obstruksi menahun)
b. Tanda :
1) Meningkatnya nadi
2) Meningkatnya respirasi
3) Meningkatnya tekanan darah
4) Gangguan mental gelisah
5) Sakit kepala
3. Hiperventilasi
Frekuensi ventilasi melebihi kebutuhan metabolisme normaluntuk proses
respirasi.
a. Etiologi
1) Kecemasan
2) Infeksi
3) Obat-obatan, mis:amphetamine
4) Ketidakseimbangan asam basa, mis:asiclosis metabolik
5) Hipoksia, mis:emboli paru atau shock
b. Tanda
1) Sesak nafas
2) Nyeri dada
3) Menurunnya konsentrasi
4) Dizzing /pusing
5) Pandangan kabur
6) Tetani /kejang
4. Hypoventilasi
Terjadi bila ventilator alveolar tidak adekuat untuk memenuhi kebutuhan
O2 tubuh/ada pembatasan kecukupan CO2 sehingga ventilasi menurun dan
PaCO2, elevasi.
c. Tanda
1) Dizzing /pusing
2) Kelelahan
3) Menurunnya konsentrasi
4) Kejang
5) Koma

E. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMENUHAN


KEBUTUHAN OKSIGEN
1. Lingkungan
2. Latihan/aktivitas
3. Emosi
4. Gaya hidup
5. Status kesehatan
6. Narkotik

F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Spyromtry : mengetahui fungsi paru.
2. Hematologi : mengetahui
 Infeksi :LED (laju endap darah), leukosit
 Alergi :eosinofil
 Pertukaran gas :ABG (analisa blood gas)
3. Radiologi
Foto rontegen atau X-ray
Broncoscopy : pada hidung dimasukkan selang sampai bronkus yang
dihubungkan dengan computer
Scaning paru :untuk mengetahui keadaan otak dan paru
Tromogafi :CT-scen menggunakan computer
Anglografi :untuk mengetahui emboli
4. Biopsi :mengetahui histologi sel
5. Thoracocentesis :mengetahui cairan
6. Ultrasonograph /USG :melihat bagian tubuh dengan computer.(pada
wanita hamil).
G. PENANGANAN
Teknik pernafasan
1) Latihan nafas dalam, batuk efektif.
a) Indikasi :48 jam post operasi
b) Cara kerja :
1) Posisikan semi fowler
2) Anjurkan klien menekan aera insisi dengan bantal /tangan
3) Anjurkan klien tarik nafas lewat hidung dan dikeluarkan secara
perlahan-lahan lewat mulut
4) Anjurkan klien tarik nafas lagi, tahan sebentar kemudian di
batukkan
5) Bersihkan atau tamping sputum yang keluar
2) Pursed lip breating
Indiksi :pasien yang biasa mengontrol pernafasan
Cara kerja :
a) Posisikan baring /duduk yang nyaman
b) Anjurkan klien inspirasi dalam lewat hidung dan tahan sebentar
c) Ekspirasikan lewat mulut secara perlahan-lahan seperti bersin
3) Abdominal breating
Indikasi :disfungsi pernafasan kronik
Cara kerja :
a) Bersihkan jalan nafas, kalau perlu saction
b) Pasisi klien duduk atau baring semi fowler
c) Anjurkan klien tarik nafas dalam dengan menggunakan otot
abdomen
d) Tahan sebentar kemudian akhalasi seperti bersin ddengan perlahan-
lahan kurang lebih 2-3 kali lebih lama dari inspirasi
e) Bila berhasil lanjutkan dengan latihan bebas di atas abdomen kurang
lebih 5 pound (2,5 kg)
f) Lakukan kurang lebih 10-20 menit
4) Insentive spirometer
Indikasi :post operasi bersamaan deep breathing
Cara kerja :
a) Posisi klien duduk atau berbaring semi fowler
b) Anjurkan klien memegang pipa spyrometer dekatkan ke mulut
c) Klien nafas dalam kemudian keluarkkan secara cepat dan maksimal
lewat mulut ke selang spirometer
d) Ulangi 4-5 kali, kemudian batuk efektif
e) Bersihkan selang spyrometer, kemudian klien diistirahatkan
FISIOTERAPI DADA
1. Perkusi dada dan vibrasi
Alat :bantal, handuk kecil, tissue, sputum pot.
Cara kerja :
a. Jelaskan tujuan dan prosedur
b. Atur posisi (postural drainage)
c. Letakkan handuk di atas klien
d. Anjurjan klien nafas dalam perlahan-lahan
e. Lengkungkan telapak tangan, jari rapat
f. Tepuk-tepuk punggung dan dada klien di punggung ke bahu
g. Lakukan selama 3-5 menit
h. Anjurkan pursed lip breating
i. Letakkan tangan anda bersilang pada lokasi paru, lalu getarkan
secara pelan-pelan saat klien ekshalasi
j. Ulangi kurang lebih 5 kali
k. Tampung dan bersihkan dengan tissue (sputum pot)
2. Postural drainage
Alat :bantal, tissue, obat kumur
Cara kerja :
a. Jelaskan prosedur
b. Atur posisi sesusai letak secret
c. Kombinasikan dengan perkusi dan vibrasi
Indikasi :
a. Klien tak mampu batuk
b. Secret terkumpul di lobus paru
Kontraindikasi
a. Dypsnoe meningkatkan cyanosis saat prosedur
b. Nyeri
c. Perdarahan lama
d. Kelumpuhan
e. Resiko tinggi fraktur patofisiologi
f. Mastectomy :pembedahan mamae
g. Osteoporosis :keroposnya tulang
OKSIGENASI
Tujuan :
1. Menyediakan sejumlah O2 yang cukup untuk makhluk hidup atau
suffilien
2. Mengurangi hypoximea
3. Menurunkan akibat kompensasi hypoxia
Kontraindikas :
1. Hipoventilasi
2. Oxygen toxicity
Metode pemberian oksigen
1. Low flow system
a. Nasal kanul
a) 1 X/menit 22%-24%
b) 2 X/menit 26%-28%
c) 3 X/menit 28%-30%
d) 4 X /menit 32%-36%
e) 5 X /menit 36%-40%
f) 6 X /menit 40%-44%
b. Masker
1. Simple face
5-6 X/menit 40%
6-7 X/menit 50%
7-8 X/menit 60%
2. Partial rebreathing
8 X/menit 40-50%
10-12 X/menit 60%

3. Non rebreathing
6 X/menit 55-60%
8 X/menit 60-80%
10 X/menit 80-90%
12-15 X/menit 90-100%
2. High flow system
a) Venture mask
1) 3 X/menit 24-28%
2) 4 X/menit 30-40%
3) 8 X/menit 50%
b) Oksigen hood (nasal kateter)
10-12 X/menit
d. Inshalasi uap (saluran pernafasan)
Tujuan :
a) Mengencerkan dahak
b) Melembabkan mukosa saluran pernafasan
c) Selaput lendir dalam keadaan tetep lembab
d) Pernafasan menjadi lega
e) Pembengkakan selaput lendir menjadi kusam
e. Suction yaitu mengeluarkan secret atau lendir saluran pernafasan
Macam-macam otot:
1. Orotracheal/nasotracheal suction
Indikasi :
a) Distress permafasan
b) Suara nafas abnormal (wheezing)
Kontraindikasi :broncospasme
Prosedur :
1) Pasien semi fowler
2) Gunakan alat dan prosedur steril (kateter tidak lentur)
3) Beri hyperoksigen dengan ventilator
4) Anjurkan klien nafas dalam
5) Masukkan kateter dengan tekanan (keluarkan dengan tekanan
secara sirkumsisi dengan pelan-pelan 5-10 menit)
6) Ulangi 3 X atau sekret bersih
7) Bila secret sangat pekat tetesi dengan NaCl
8) Catata hasil dan respon pasien
Komplikasi :
1) Bronco or laringospasme
2) Pendarahan
3) Batuk-batuk panjang
4) Infection
5) Gangguan irama jantung
2. Hidung
3. Oropharing atau nosopharing
Komplikasi :
1. Depresi pernafasan, toksisitas (keracunan), nyeri subsentral
(saluran nafas)
2. Fibroplasma retro lental :mata (pembuluh arteri retina mata)
3. Gangguan sirkulasi sementara hidung (penyumbatan ekspresinya)
4. Parestesi, nyeri sendi (syarat)
II.ASUHAN KEPERAWATAN OKSIGENASI
A. PENGKAJIAN
1. RIWAYAT KEPERAWATAN
Meliputi :
a) Fungsi kardiopulmoner saat normal
b) Fungsi respirasi dan sirkulasi saat mengalami perubahan atau
gangguan
c) Pengukuran penggunaan O2 secara optimal
Kaji :
a) Masalah-masalah respirasi
b) Rasionalisasi penyakit/masalah respirasi
c) Adanya batuk dan penanganan
d) Kebiasaan merokok
e) Nyeri
f) Masalah kardiovaskuler
g) Faktor resiko yang memperlambat
h) Rasionalisasi penggunaan medikasi
i) Stressor yang dialami
j) Status/kondisi kesehatan
Faktor resiko yang memperberat masalah oksigenasi
a) Rasionalisasi hipertensi :sakit jantung atau cerebro vaskuler asadent
b) Merokok
c) Obesitas
d) Diet tinggi lemak
e) Meningkatnya kolesterol
Anamnese riwayat kesehatan
Masalah bernafas:
4) Nyeri dada
5) Dypsnoe
6) Hipoventilasi
7) Batuk
8) Hiperventilasi
9) Cyanosis
Riwayat psikososial
1) Kebiasaan merokok
2) Riwayat tumbuh kembang
3) Tanggapan terhadap penyakit
4) Alkohol
Faktor resiko
1) Obesitas
2) Gangguan syaraf (CVA)

2. PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan fisik dilakukan dengan cara :
1. Inspeksi
Menggunakan indra penglihatan, Observasi dari head to toe (kepala
sampai kaki) meliputi :
a. Kulit
b. Warna membrane mukosa
c. Keadaan umum
d. Tingkat kesadaran
e. Keadekuatan sistem sirkulasi
f. Pola nafas
g. Gerakan dinding dada
h. Bentuk thorax
i. Tipe pernafasan (brot, kussmaul)
j. Gerakan otai pernafasan
2. Palpasi
Menggunakan indra peraba, meletakkan tangan pada bagian tubuh
yang dapat di jangkau tangan.
Missal :suhu, kelembapan, tekstur, gerakan, vibrasi, pertumbuhan atau
massa edema, krepitasi dan sensasi.
a. Palpasi ringan
Dengan menggunakan telapak tangan dan tangan sejajar dengan
kulit tekan hati-hati dengan kedalaman 1-2 cm gerakan bantalan
jari dengan gerakan memutar.
b. Palpasi dalam
Palpasi tangan tunggal dengan sisi telapak tangan pada kulit
dengan tangan menekan ke bawah, bantalan jari di tekan 4 - 5 cm.
3. Perkusi
Meliputi pengetukan permukaan tubuh untuk menghasilkan bunyi yang
akan membantu dalam penentuan densitas, lokasi, ukuran dan posisi
struktur di bawahnya.
a. Perkusi langsung (segera)
Permukaan tubuh ditekuk dengan satu jari atau lebih pada satu
lengan.
b. Perkusi tidak langsung (perantara)
Jari tengah pada satu tangan (fleksimer) hipertensi dalam tulang
distal jari ditempelkan berlawanan dengan permukaan tubuh.
c. Hasil perkusi
1) Timpani
Intensitas keras, bunyi nada tinggi, lamanya sedang, setara
dengan bunyi dram.
2) Hiperresonansi
Intensitas sangat keras, bunyi dengan nada sangat rendah,
lamanya sangat singkat setara dengan bunyi dentuman.
3) Resonansi
Intensitas sedang, bunyi nada rendah, lamanya panjang setara
dengan gaung.
4) Pekak
Intensitas lembut, bunyi nada tinggi, lamanya sedang.
5) Bunyi datar
Intensitas halus, bunyi nada tinggi, lamanya singkat.
4. Auskultasi
Tindakan mendengarkan bunyi yang di timbulkan oleh bermacam-
macam organ dan jaringan dalam tubuh, instrument yang digunakan
untuk auskultasi adalah stetoskop.
a. Bunyi nafas normal
1) Bronchial
Bunyi keras, nada tinggi dengan gaung atau kualitas
2) Bronkovasikuler
Bunyi sedang dengan nada sedang, mempunyai kualitas redam
3) Vasikuler
Bunyi yang dihasilkan nada rendah, halus, respirasi lebih keras
dan lebih tinggi dari ekspirasi
b. Bunyi nafas menyimpang
1) Fine crackles
Bunyi tidak terus menerus terdegar bunyi ledakan mirip dengan
gesekan rambut dekat telinga
2) Coarse crackles
Bunyi tidak terus merus, bunyi ledakan keras dengan kualitas
gelembung, mirip gelembung soda karbonat
3) Ronchi
Bunyi keras, tinggi, kualitas mendengkur terus menerus mirip
gesekan 2 balon
4) Mingi
Bunyi berkualitas musik, nada tinggi terus menerus.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif
2. Gangguan penyapihan ventilator
3. Gangguan pertukaran gas
4. Gangguan ventilasi spontan
5. Pola nafas tidak efektif
6. Risiko aspirasi
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Dukungan ventilasi
2. Latihan batuk efektif
3. Manajemen asma
4. Manajemen jalan napas
5. Pemantauan respirasi
6. Pemberian obat inhalasi
7. Pengaturan posisi
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall, 2001, Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. Jakarta:Penerbit


Buku Kedokteran EGC.

Doenges, Moorhouse, Geissler, 2000, Rencana Asuhan keperawatan. Edisi 3.


Jakarta:Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Johnson Marion , Meridean Maas, Sue Moorhead, 1999, NOC. Edisi 2.


Jakarta:Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Perry & Potter, 2003, Fundamental Of Nursing. USA:C.V Moasby Company St.
Louis
LAPORAN PENDAHULUAN (KONSEP KDM)
KEBUTUHAN MOBILISASI
Di Holistic Care Kalibaru, Banyuwangi

Ika Nur Rahmawati


21101036

PRODI ILMU KEPERAWATAN


UNIVERSITAS dr. SOEBANDI JEMBER
YAYASAN JEMBER INTERNATIONAL SCHOOL
2022
1.1 Pengertian
Mobilitas atau mobilisasi merupakan kemampuan individu untuk bergerak
secara mudah, bebas dan teratur untuk mencapai suatu tujuan, yaitu untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya baik secara mandiri maupun dengan bantuan
orang lain dan hanya dengan bantuan alat (Widuri, 2012). Mobilitas adalah
proses yang kompleks yang membutuhkan adanya koordinasi antara sistem
muskuloskeletal dan sistem saraf. Mobilisasi adalah suatu kondisi dimana
tubuh dapat melakukan kegiatan dengan bebas (Kozier, 2012)
Gangguan mobilitas fisik adalah keterbatasan dalam gerakan fisik dari satu
atau lebih ekstremitas secara mandiri (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017).
Menurut North American Nursing Diagnosis Association (NANDA)
gangguan mobilitas fisik atau immobilisasi merupakan suatu kedaaan dimana
individu yang mengalami atau berisiko mengalami keterbatasan gerakan fisik
(Kozier, 2012)

1.2 Etiologi
Faktor penyebab terjadinya gangguan mobilitas fisik yaitu:
1. Penurunan kekuatan otot
Kekuatan otot melemah dapat disebabkan oleh hal-hal di luar penyakit
yang mendasari. Contohnya meliputi kondisi fisik yang buruk, olahraga
yang intens, pemulihan seusai latihan otot, atau malnutrisi.
2. Kekakuan sendi
Radang sendi atau artritis adalah peradangan yang terjadi pada satu atau
beberapa sendi, sehingga menyebabkan sendi menjadi kaku dan sulit untuk
digerakkan.
3. Kontraktur
Jaringan ikat kolagen pada otot dan persendian akan digantikan oleh
jaringan fibrosa yang tidak elastis sehingga akan menyebabkan kekakuan
pada pergerakan persendian. Hal ini karena untuk sintesis kolagen
diperlukan rangsangan pergerakan.
4. Fraktur
Fraktur/Patah tulang adalah terputusnya kontinuitas tulang dan/tulang
rawan yang ditentukan sesuai jenis dan luasnya yang bisa terjadi akibat
trauma langsung dan trauma tidak langsung.
5. Gangguan muskuloskletal
Gangguan muskuloskeletal adalah kondisi terjadinya gangguan fungsi
pada ligamen, otot, saraf, sendi dan tendon, serta tulang belakang. Sistem
muskuloskeletal tubuh sendiri adalah struktur yang mendukung anggota
badan, leher, dan punggung.
6. Gangguan neuromuskular
Kelainan neuromuskular adalah kondisi medis yang ditandai dengan
ketidakmampuan sistem saraf dan otot untuk bekerja sebagaimana
mestinya.
7. Keengganan melakukan pergerakan
Keengganan pasien dalam pergerakan fisik mandiri dan terarah pada tubuh
atau satu ekstremitas atau lebih tersebut akan menimbulkan masalah
keperawatan hambatan mobilitas fisik.

1.3 Klasifikasi
1. Jenis Mobilitas:
a. Mobilitas penuh
Merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak secara penuh dan
bebas sehingga dapat melakukan interaksi sosial dan menjalankan
peran seharihari. Mobilitas penuh ini merupakan saraf motorik
volunter dan sensorik untuk dapat mengontrol seluruh area tubuh
seseorang.
b. Mobilitas sebagian
Merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak dengan batasan
jelas dan tidak mampu bergerak secara bebas karena di pengaruhi oleh
gangguan saraf motorik dan saraf sensorik pada area tubuhnya. Hal ini
dapat dijumpai pada kasus cedera atau patah tulang dengan
pemasangan traksi. Pasien paraplegi dapat mengalami mobilitas
sebagian padaekstremitas bawah karena kehilngan kontrol mekanik
dan sensorik. Mobilitas sebagian di bagi menjadi 2 jenis, yaitu:
1) Mobilitas sebagian temporer, merupakan kemampuan individu
untuk bergerak dengan batasan yang sifatnya sementara. Hal
tersebut dapat disebabakan oleh trauma reversibel pada sistem
muskuloskeletal, contohnya adalah adanya dislokasi sendi dan
tulang.
2) Mobilitas sebagian permanen, merupakan kemampuan individu
untuk bergerak dengan batasan yang sifatnya menetap. Hal
tersebut disebabkan oleh rusaknya sistem saraf yang refersibel.
Contohnya terjadinya hemiplegi karena stroke, paraplegi karena
cedera tulang belakang, poliomelitis karena terganggunya sistem
saraf motorik dan sensoris.
2. Rentang Gerak dalam mobilisasi
Dalam mobilisasi terdapat tiga rentang gerak yaitu:
a. Rentang gerak pasif
Rentang gerak pasif ini berguna untuk menjaga kelenturan otot-otot
dan persendian dengan menggerakkan otot orang lain secara pasif
misalnya perawat mengangkat dan menggerakkan kaki pasien.
b. Rentang gerak aktif
Hal ini untuk melatih kelenturan dan kekuatan otot serta sendi dengan
cara menggunakan otot-ototnya secara aktif misalnya berbaring pasien
menggerakkan kakinya.
c. Rentang gerak fungsional
Berguna untuk memperkuat otot-otot dan sendi dengan melakukan
aktifitas yang diperlukan
3. Jenis Immobilitas:
a. Imobilitas fisik: kondisi ketika seseorang mengalami keterbatasan
fisik yang disebabkan oleh faktor lingkungan maupun kondisi orang
tersebut.
b. Imobilitas intelektual: kondisi ini dapat disebabkan oleh kurangnya
pengetahuan untuk dapat berfungsi sebagaimana mestinya, misalnya
pada kasus kerusakan otak.
c. Imobilitas emosional: kondisi ini bisa terjadi akibat proses
pembedahan atau kehilangan seseorang yang dicintai.
d. Imobilitas sosial: kondisi ini bisa menyebabkan perubahan interaksi
sosial yang sering terjadi akibat penyakit.

1.4 Anatomi Fisiologi

Anatomi Sistem Muskuloskeletal


Sistem muskuloskeletal tersusun dari berbagai bagian dan jaringan tubuh,
yaitu:
1. Tulang
Tulang merupakan salah satu bagian utama dalam sistem muskuloskeletal
yang berfungsi untuk menopang dan memberi bentuk tubuh, menunjang
gerakan tubuh, melindungi organ-organ tubuh, serta menyimpan mineral
kalsium dan fosfor. Orang dewasa umumnya memiliki sekitar 206 tulang.
Tulang terdiri dari lapisan luar dan dalam. Lapisan luar tulang memiliki
tekstur keras dan terbuat dari protein, kolagen, serta berbagai macam mineral,
termasuk kalsium.
Sementara itu, bagian dalam tulang memiliki tekstur yang lebih lembut dan
berisi sumsum tulang, yaitu tempat diproduksinya sel darah merah, sel darah
putih, dan trombosit atau keping darah.
2. Sendi
Sendi merupakan sambungan antara kedua tulang. Sendi ada yang bisa
digerakkan, tetapi ada juga yang tidak. Sendi yang tidak bisa digerakkan
contohnya adalah sendi yang terdapat di lempengan tengkorak. Sedangkan,
sendi yang bisa digerakkan meliputi sendi jari tangan dan kaki, siku,
pergelangan tangan, bahu, rahang, panggul, lutut, dan pergelangan kaki.
3. Otot
Ada tiga jenis otot yang merupakan bagian dari sistem muskuloskeletal, yaitu
otot rangka, otot jantung, dan otot polos. Otot rangka adalah otot yang melekat
pada tulang dan sendi. Otot ini bisa meregang dan berkontraksi saat tubuh
bergerak, seperti saat berjalan, menggenggam benda, atau saat mengubah
posisi tubuh, misalnya menekuk dan meluruskan lengan atau kaki. Sementara
itu, otot polos adalah jenis otot yang terdapat pada organ-organ tubuh,
misalnya saluran cerna dan pembuluh darah. Aktivitas otot polos diatur oleh
saraf otonom, sehingga mereka dapat bekerja secara otomatis. Sama seperti
otot polos, otot jantung juga bekerja secara otomatis dalam memompa darah
ke seluruh tubuh, tetapi struktur jaringan otot ini mirip dengan otot rangka.
Di saluran pencernaan, otot polos bertugas untuk menggerakkan usus agar
makanan dan minuman bisa dicerna, kemudian dibuang sebagai kotoran. Pada
pembuluh darah, otot polos bertugas untuk mengatur aliran darah dengan cara
melebarkan atau menyempitkan pembuluh darah.
4. Tulang rawan
Tulang rawan adalah sejenis jaringan ikat yang menutup sendi. Selain berada
di antara sambungan tulang, tulang rawan juga ada di hidung, telinga, dan
paru-paru. Tulang rawan memiliki struktur yang kokoh, tetapi lebih kenyal
dan lentur, tidak seperti tulang rangka. Tulang rawan bertugas untuk
mencegah tulang dan sendi saling bergesekan serta menjadi peredam fisik saat
tubuh mengalami cedera.
5. Ligamen
Ligamen adalah jaringan ikat yang menghubungkan tulang dan sendi.
Ligamen terdiri atas serat elastis yang tersusun dari protein. Jaringan ikat ini
berfungsi untuk menopang sendi, seperti lutut, pergelangan kaki, siku, dan
bahu, serta memungkinkan pergerakan tubuh.
6. Tendon
Tendon adalah jaringan ikat tebal dan berserat yang berfungsi untuk
menghubungkan otot ke tulang. Tendon terdapat di seluruh tubuh, mulai dari
kepala, leher, hingga kaki. Ada banyak jenis tendon dan salah satunya adalah
tendon Achilles, tendon terbesar di tubuh. Tendon ini menempelkan otot betis
ke tulang tumit dan memungkinkan kaki serta tungkai untuk bergerak.
Sementara itu, tendon rotator cuff di bahu berfungsi untuk menunjang gerakan
bahu dan lengan.
1) Cara Kerja Sistem Muskuloskeletal
Ketika Anda hendak menggerakkan tubuh, otak akan mengirimkan sinyal
melalui sistem saraf untuk mengaktifkan otot rangka. Setelah menerima
impuls atau rangsangan dari otak, otot akan berkontraksi. Kontraksi otot
ini akan menarik tendon dan tulang untuk membuat tubuh bergerak.
Sedangkan untuk mengendurkan otot, sistem saraf akan mengirimkan
pesan ke otot agar mengendur dan rileks. Otot yang rileks akan berhenti
berkontraksi, sehingga gerakan tubuh akan ikut terhenti.
2) Beragam Gangguan pada Sistem Muskuloskeletal
Gangguan pada sistem muskuloskeletal bisa menimbulkan berbagai
keluhan, mulai dari nyeri, otot atau sendi terasa kaku, hingga sulit untuk
bergerak. Ada banyak gangguan atau penyakit yang bisa terjadi pada
sistem muskuloskeletal, di antaranya cedera, misalnya patah tulang,
dislokasi, cedera otot, dan keseleo. Kelainan bentuk tulang, misalnya
akibat cedera, osteoporosis, penyakit degeneratif, kelainan genetik, dan
tumor atau kanker. Osteomielitis atau infeksi pada tulang dan jaringan di
sekitarnya. Gangguan persendian, seperti radang sendi, robekan ligamen,
bursitis, dislokasi sendi, dan nyeri sendi. Gangguan pada sendi lutut,
meliputi cedera meniskus dan robekan pada ligamen lutut. Masalah pada
otot, misalnya otot robek, atrofi otot, cedera hamstring, dan sarcopenia
atau berkurangnya massa otot akibat penuaan. Penyakit autoimun,
misalnya rheumatoid arthtiris, vaskulitis, ankylosing spondylitis, dan
lupus. Kanker otot, misalnya penyakit kanker otot polos leiomiosarkoma.
3) Cara Menjaga Kesehatan Sistem Muskuloskeletal
Agar sistem muskuloskeletal bisa tetap berfungsi dengan baik, Anda perlu
menjaga kesehatan sistem ini dan kesehatan tubuh secara keseluruhan.
Caranya adalah sebagai berikut:
Lakukan olahraga secara rutin, misalnya dengan berjalan santai, berenang,
latihan beban, yoga, atau pilates. Perbaiki postur tubuh, yaitu dengan
membiasakan diri untuk duduk dan berdiri tegap. Jaga berat badan tetap ideal
untuk mengurangi tekanan berlebih pada tulang dan sendi. Konsumsi makanan
bergizi seimbang, terutama makanan yang mengandung kalsium, protein, dan
vitamin D, untuk menjaga tulang tetap kuat. Berhenti merokok dan kurangi
konsumsi minuman beralkohol.
Selain itu, Anda juga perlu rutin menjalani pemeriksaan kesehatan (check-up)
ke dokter untuk memantau kondisi sistem muskuloskeletal. Pemeriksaan ini
penting dilakukan, terutama pada orang yang sudah berusia lanjut karena lebih
berisiko mengalami masalah tulang, seperti osteoporosis. Sistem
muskuloskeletal memiliki peran yang sangat besar dalam gerak tubuh dan
kemampuan untuk beraktivitas. Selain itu, terhambatnya gerakan dapat
menyebabkan gangguan kesehatan tubuh secara umum.

1.5 Manifestasi Klinis


Adapun tanda dan gejala pada gangguan mobilitas fisik menurut Tim
Pokja SDKI DPP PPNI (2017) yaitu:
a. Tanda dan gejala mayor
Tanda dan gejala mayor subjektif dari gangguan mobilitas fisik,yaitu
mengeluh sulit menggerakkan ekstremitas. Kemudian, untuk tanda dan
gejala mayor objektifnya, yaitu kekuatan otot menurun, dan rentang gerak
menurun.
b. Tanda dan gejala minor
Tanda dan gejala minor subjektif dari gangguan mobilitas fisik, yaitu nyeri
saat bergerak, enggan melakukan pergerakan, dan merasa cemas saat
bergerak. Kemudian, untuk tanda dan gejala minor objektifnya, yaitu sendi
kaku, gerakan tidak terkoordinasi, gerakan terbatas, dan fisik lemah.

1.6 Pemeriksaan Penunjang


1. Sinar –X tulang menggambarkan kepadatan tulang, tekstur, dan perubahan
hubungan tulang.
2. CT scan (Computed Tomography) menunjukkan rincian bidang tertentu
tulang yang terkena dan dapat memperlihatkan tumor jaringan lunak atau
cidera ligamentatau tendon. Digunakan untuk mengidentifikasi lokasi dan
panjangnya patah tulang didaerah yang sulit dievaluasi.
3. MRI (Magnetik Resonance Imaging) adalah tehnik pencitraan khusus,
noninvasive, yang menggunakan medan magnet, gelombang radio, dan
computer untuk memperlihatkan abnormalitas (mis: tumor atau
penyempitan jalur jaringan lunak melalui tulang. Dll
4. Pemeriksaan Laboratorium: Hb ↓pada trauma, Ca↓ pada imobilisasi lama,
Alkali Fospat ↑, kreatinin dan SGOT ↑ pada kerusakan otot.

1.7 Penatalaksanaan Keperawatan Konvensional dan Komplementer


1.8.1 Penatalaksanaan Keperawatan Konvensional
Saputra (2013) berpendapat bahwa penatalaksanaan untuk gangguan
mobilitas fisik, antara lain:
a. Pengaturan posisi tubuh sesuai dengan kebutuhan pasien, seperti
memiringkan pasien, posisi fowler, posisi sims, posisi trendelenburg,
posisi genupectoral, posisi dorsal recumbent, dan posisi litotomi.
b. Ambulasi dini
Salah satu tindakan yang dapat meningkatkan kekuatan dan ketahanan
otot serta meningkatkan fungsi kardiovaskular. Tindakan ini bisa
dilakukan dengan cara melatih posisi duduk di tempat tidur, turun dari
tempat tidur, bergerak ke kursi roda, dan yang lainnya.
c. Melakukan aktivitas sehari-hari
Melakukan aktivitas sehari-hari dilakukan untuk melatih kekuatan,
ketahanan, dan kemampuan sendi agar mudah bergerak, serta
mingkatkan fungsi kardiovaskular.
d. Latihan Range of Motion (ROM) aktif atau pasif
Penatalaksanaan yang dapat dilakukan pada pasien dengan masalah
gangguan mobilitas fisik yaitu dengan memberikan latihan rentang
gerak. Latihan rentang gerak yang dapat diberikan salah satunya yaitu
dengan latihan Range of Motion (ROM) yang merupakan latihan gerak
sendi dimana pasien akan menggerakkan masing-masing
persendiannya sesuai gerakan normal baik secara pasif maupun aktif.
Range of Motion (ROM) pasif diberikan pada pasien dengan
kelemahan otot lengan maupun otot kaki berupa latihan pada tulang
maupun sendi dikarenakan pasien tidak dapat melakukannya sendiri
yang tentu saja pasien membutuhkan bantuan dari perawat ataupun
keluarga. Kemudian, untuk Range of Motion (ROM) aktif sendiri
merupakan latihan yang dilakukan sendiri oleh pasien tanpa
membutuhkan bantuan dari perawat ataupun keluarga. Tujuan Range
of Motion (ROM) itu sendiri, yaitu mempertahankan atau memelihara
kekuatan otot, memelihara mobilitas persendian, merangsang sirkulasi
darah, mencegah kelainan bentuk (Potter & Perry, 2012).
1.8.2 Penatalaksanaan Keperawatan Komplementer
1. Terapi Bekam
Salah satu terapi efektif untuk mempercepat penyembuhan pada
penderita stroke berat maupun stroke ringan dengan beberapa
manfaat;
1) Memperbaiki fungsi dan struktur darah
2) Menstimulasi fungsi syaraf dan otot pada syaraf tulang
belakang, kaki dan tangan
3) Melancarkan sirkulasi darah dan mengurai penyumbatan
4) Menurunkan tensi darah
5) Memperbaiki imunitas tubuh
6) Menambah nafsu makan dan kualitas tidur
2. Terapi akupunktur
Akupunktur adalah pengobatan tradisional dari Cina yang
berarti tusuk jarum. Dasar teori pengobatan akupunktur adalah
pola aliran energi (Qi) yang melalui meridian tubuh.
Akupunktur dapat menjadi pengobatan penyakit yang
diakibatkan gangguan pada aliran energi (Qi) dengan
memulihkan kembali pola aliran energi (Qi).
3. Terapi Mirorr
Therapy Mirror merupakan terapi untuk pasien stroke dengan
melibatkan sistem mirror neuron yang terdapat di daerah kortek
serebri yang bermanfaat dalam penyembuhan motorik dari
tangan dan gerak mulut (Rizzolatti & Arbib dalam Steven et al,
2010).
1.8 Konsep Asuhan Keperawatan
A. Pengkajian
1. Riwayat Kesehatan
Pengkajian terkait aktivitas klien meliputi riwayat aktivitas dan
olahraga yang mencakup tingkat aktivitas, toleransi aktivitas, jenis dan
frekuensi olahraga, faktor yang mempengaruhi mobilitas serta pengaruh
imobilitas.
2. Pemeriksaan Fisik
a. Mengkaji skelet tubuh
Adanya deformitas dan kesejajaran. Pertumbuhan tulang yang
abnormal akibat tumor tulang.Pemendekan ekstremitas, amputasi dan
bagian tubuh yang tidak dalam kesejajaran anatomis.Angulasi
abnormal pada tulang panjang atau gerakan pada titik selain sendi
biasanya menandakan adanya patah tulang.
b. Mengkaji tulang belakang
1) Skoliosis (deviasi kurvatura lateral tulang belakang)
2) Kifosis (kenaikan kurvatura tulang belakang bagian dada)
3) Lordosis (membebek, kurvatura tulang belakang bagian pinggang
berlebihan)
c. Mengkaji system persendian
Luas gerakan dievaluasi baik aktif maupun pasif, deformitas,
stabilitas, dan adanya benjolan, adanya kekakuan sendi
d. Mengkaji system ototKemampuan mengubah posisi, kekuatan otot
dan koordinasi, dan ukuran masing-masing otot. Lingkar ekstremitas
untuk mementau adanya edema atau atropfi, nyeri otot.
e. Mengkaji cara berjalan
Adanya gerakan yang tidak teratur dianggap tidak normal. Bila salah
satu ekstremitas lebihpendek dari yang lain. Berbagai kondisi
neurologist yang berhubungan dengan cara berjalan abnormal (mis.
cara berjalan spastic hemiparesis - stroke, cara berjalan selangkah-
selangkah – penyakit lower motor neuron, cara berjalan bergetar –
penyakit Parkinson).
f. Mengkaji kulit dan sirkulasi perifer
Palpasi kulit dapat menunjukkan adanya suhu yang lebih panas atau
lebih dingin dari lainnya dan adanya edema. Sirkulasi perifer
dievaluasi dengan mengkaji denyut perifer, warna, suhu dan waktu
pengisian kapiler.
g. Mengkaji fungsional klien
1) Kategori tingkat kemampuan aktivitas (Gunawan, 2006).
Tingkat Kategori
Aktivitas/Mobilitas
0 Mampu merawat diri sendiri secara penuh
1 Memerlukan penggunaan alat
2 Memerlukan bantuan atau pengawasan orang lain
3 Memerlukan bantuan, pengawasan orang lain, dan
peralatan
4 Sangat bergantung dan tidak dapat melakukan atau
berpartisipasi dalam perawatan

2) Rentang gerak (Range of motion-ROM)


Gerak sendi Derajat
rentang
normal
Bahu Adduksi : gerakan lengan ke lateral 180
dari posisi samping ke atas kepala,
telapak tangan menghadap ke posisi
yang paling jauh.
Siku Fleksi : angkat lengan bawah ke arah 150
depan dan ke arah atas menuju bahu
Pergelangan Fleksi : tekuk jari-jari tangan ke arah 80-90
tangan bagian dalam lengan bawah
Ekstensi : luruskan pergelangan 80-90
tangan dari posisi fleksi
Hiperekstensi : tekuk jari-jari tangan 70-90
ke arah belakang sejauh mungkin.
Abduksi : tekuk pergelangan tangan 0-20
ke sisi ibu jari ketika telapak tangan
menghadap keatas.
Adduksi : tekuk pergelangan tangan 30-50
ke arah kelingking telapak tangan
menghadap keatas.
Tangan dan Fleksi : buat kepalan tangan 90
jari
Ekstensi : luruskan jari 90
Hiperekstensi : tekuk jari-jari tangan 30
ke belakang sejauh mungkin
Abduksi : kembangkan jari tanagn 20
Adduksi : rapatkan jari-jari tangan 20
dari posisi abduksi

3) Derajat kekuatan otot


Skala Persentase Karakteristik
kekuatan normal
(%)
0 0 Paralisis sempurna
1 10 Tidak ada gerakan, kontraksi otot
dapat dipalpasi atau dilihat
2 25 Gerakan otot penuh melawan
gravitasi dengan topangan
3 50 Gerakan yang normal melawan
gravitasi
4 75 Gerakan penuh yang normal
melawan gravitasi dan melawan
tahanan minimal
5 100 Kekuatan normal, gerakan
penuhyang normal melawan
gravitasi dan tahanan penuh

4) Katz index
AKTIVITAS KEMANDIRIAN KETERGANTUNGAN
(1 poin) (0 poin)
TIDAK ADA Dengan pemantauan,
pemantauan, perintah perintah pendampingan
ataupun didampingi personal atau perawatan
total
MANDI (1 poin) (0 poin)
Sanggup mandi Mandi dengan bantuan
sendiri tanpa bantuan, lebih dari satu bagian
atau hanya tubuh, masuk dan keluar
memerlukan bantuan kamar mandi. Dimandikan
pada bagian tubuh dengan bantuan total.
tertentu (punggung,
genital, atau
ekstremitas lumpuh).
BERPAKAIAN (1 poin) (0 poin)
Berpakaian lengkap Membutuhkn bantuan
mandiri. Bisa jadi dalam berpakaian, atau
membutuhkan dipakaikan secara
bantuan untuk keseluruhan.
memakai sepatu.
TOLETING (1 poin) (0 poin)
Mampu ke kamar Butuh bantuan menuju dan
kecil (toilet), keluar toilet,
mengganti pakaian, membersihkan sendiri atau
membersihkan genital menggunakan telepon.
tanpa bantuan.
PINDAH POSISI (1 poin) (0 poin)
Masuk dan bangun Butuh bantuan dalam
dari tempat tidur/kursi berpindah dari tempat tidur
tanpa bantuan. Alat ke kursi, atau dibantu total.
bantu berpindah posisi
bisa diterima
KONTINENSIA (1 poin) (0 poin)
Mampu mengontrol Sebagian atau total
secara baik inkontinensia bowel dan
perkemihan dan buang bladder.
air besar
MAKAN (1 poin) (0 poin)
Mampu memasukkan Membutuhkan bantuan
makanan ke mulut sebagian atau total dalam
tanpa bantuan. makan, atau memerlukan
Persiapan makan bisa makanan parenteral.
jadi dilakukan oleh
orang lain.
Skor :
A = Mandiri dalam semua fungsi
B = Mandiri untuk 5 fungsi
C = Mandiri, kecuali mandi dan 1 fungsi lain
D = Mandiri, kecuali mandi, berpakaian, dan 1 fungsi lain
E = Mandiri kecuali mandi, berpakaian, ke toilet, dan 1 fungsi lain
F = Mandiri, kecuali mandi, berpakaian, ke toilet, berpindah dan 1 fungsi
lain
G = Ketergantungan untuk semua fungsi

5) Indeks ADL Barthel (BAI)


NO. FUNGSI SKOR KETERANGAN
1. Mengendalikan 0 Tak terkendali/ tak teratur
rangsang pembuangan (perlu pencahar)
tinja 1 Kadang-kadang tak terkendali
(1x seminggu)
2 Terkendali teratur
2. Mengendalikan 0 Tak terkendali atau pakai
rangsang berkemih kateter
1 Kadakng-kadang tak
terkendali (hanya 1x/24 jam)
2 Mandiri
3. Membersihkan diri 0 Butuh pertolongan orang lain
(seka muka, sisir 1 Mandiri
rambut, sikat gigi)
4. Penggunaan jamban, 0 Tergantung pertolongan
masuk dan keluar orang lain
(melepaskan, memakai 1 Perlu pertolongan pada
celana, membersihkan, beberapa kegiatan tetapi
menyiram) dapat mengerjakan sendiri
beberapa kegiatan yang lain.
2 Mandiri
5. Makan 0 Tidak mampu
1 Perlu ditolong memotong
makanan
2 Mandiri
6. Berubah sikap dari 0 Tidak mampu
berbaring ke duduk 1 Perlu banyak bantuan untuk
bisa duduk
2 Mandiri
7. Berpindah/berjalan 0 Tidak mampu
1 Bisa (berpindah) dengan kursi
roda
2 Berjalan dengan bantuan 1
orang
3 Mandiri
8. Memakai baju 0 Tergantung orang lain
1 Sebagian dibantu (mis:
memakai baju)
2 Mandiri
9. Naik turun tangga 0 Tidak mampu
1 Butuh pertolongan
2 Mandiri
10. Mandi 0 Tergantung orang lain
1 Mandiri
Total Skor BAI :
20 : Mandiri
12-19 : Ketergantungan ringan
9-11 : Ketergantungan sedang
5-8 : Ketergantungan berat
0-4 : Ketergantungan total

B. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan mobilitas fisik (D.0054)
Tanda mayor (subjektif)
a. Mengeluh sulit menggerakkan ekstremitas
Tanda mayor (objektif)
a. Kekuatan otot menurun
b. Rentang gerak (ROM) menurun
2. Intoleransi Aktivitas (D.0056)
Tanda Mayor (Subjektif)
a. Mengeluh lelah
Tanda Mayor (Objektif)
a. Frekuensi jantung meningkat >20% dari kondisi istirahat
3. Keletihan (D.0067)
Tanda mayor (subjektif)
a. Merasa energi tidak pulih walaupun telah tidur
b. Merasa kurang tenaga
c. Mengeluh lelah
Tanda mayor (subjektif)
a. Tidak mampu mempertahankan aktivitas rutin
b. Tampak lesu
4. Risiko Intoleransi Aktivitas
Faktor Risiko
1. Gangguan sirkulasi
2. Ketidakbugaran status fisik
3. Riwayat intoleransi aktivitas sebelumnya
4. Tidak berpengalaman dengan suatu aktivitas
5. Gangguan pernapasan
C. Intervensi Keperawatan
STANDAR DIAGNOSIS STANDAR LUARAN KEPERAWATAN STANDAR INTERVENSI KEPERAWATAN
KEPERAWATAN INDONESIA (SLKI) INDONESIA (SIKI)
INDONESIA (SDKI)
Gangguan mobilitas fisik Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama Teknik latihan penguatan sendi (1.05185)
berhubungan dengan ketidak 3x24 jam gangguan mobilitas fisik dapat teratasi. Tindakan:
bugaran fisik yang di tandai Kriteria hasil : O:
dengan fisik lemah, rentang Mobilitas fisik (L.05042)  Identifikasi keterbatasan fungsi dan gerak sendi
gerak (ROM) menurun (D.0054) Indikator S.A S.T  Monitor lokasi dan sifat ketidaknyamanan atau
Pergerakan ekstremitas 2 4 rasa sakit selama gerakan/aktivitas
Kekuatan otot 2 4 N:
 Berikan posisi tubuh optimal untuk gerakan
Rentang gerak (ROM) 2 4 sendi pasif atau aktif
 Fasilitasi menyusun jadwal latihan rentang
Keterangan :
gerak aktif atau pasif
1 = menurun
 Fasilitasi gerak sendi teratur dalam batas-batas
2 = cukup menurun
rasa sakit, ketahanan, dan mobilitas sendi
3 = sedang
4 = cukup meningkat
5 = meningkat E:
 Jelaskan kepada pasien/keluarga tujuan dan
rencanakan latihan bersama
 Ajarkan mobilisasi dini pada pasien post op
 Anjurkan melakukan latihan rentang gerak aktif
dan pasif secara sistematis
C:
 Kolaborasi dengan fisioterapi dalam
mengembangkan dan melaksanakan program
latihan
Konstipasi berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama Manajemen konstipasi (1.04155)
penurunan motilitas 3x24 jam konstipasi dapat teratasi. Tindakan:
gastrointestinal yang ditandai Kriteria hasil : O:
dengan pengeluaran feses lama Eliminasi fekal (L.04033)  Periksa pergerakan usus, karakteristik feses
dan sulit, kelemahan umum Indikator S.A S.T (konsistensi, bentuk, volume dan warna)
(D.0049) Keluhan defekasi lama dan 2 4  Identifikasi faktor resiko konstipasi (mis. Obat-
sulit obatan, tirah baring, dan diet rendah serat)
Frekuensi defekasi 2 4
N:
Peristaltik usus 2 4
1 = menurun  Lakukan masase abdomen, jika perlu
2 = cukup menurun  Anjurkan diet tinggi serat
3 = sedang E:
4 = cukup meningkat  Anjurkan peningkatan asupan cairan, jika tidak
5 = meningkat ada kontraindikasi
 Ajarkan cara mengatasi konstipasi
C:
 Kolaborasi penggunaan obat pencahar, jika
perlu
 Konsultasi dengan tim medis tentang
penurunan/peningkatan frekuensi suara usus
Resiko infeksi ditandai dengan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama Pencegahan infeksi (1.04539)
efek prosedur invasif (D.0142) 2x24 jam resiko infeksi dapat teratasi. Tindakan:
Kriteria hasil : O:
Integritas kulit dan jaringan (L.14125)  Monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan
Indikator S.A S.T sistemik
Nyeri 2 4 N:
Kemerahan 2 4  Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak
Kerusakan jaringan 2 4
Keterangan : dengan pasien dan lingkungan pasien
1 = menurun
2 = cukup menurun E:
3 = sedang  Ajarkan cara mencuci tangan dengan benar
4 = cukup meningkat  Ajarkan cara memeriksa kondisi luka atau luka
5 = meningkat operasi
C:
 Kolaborasi pemberian imunisasi, jika perlu
DAFTAR PUSTAKA

Alimul. (2012). Penganar KDM Aplikasi Konsep Dan Proses Keperawatan.


Jakarta: Salemba Medika.

Kozier. (2012). Buku Ajar Praktik Keperawatan Klinis. Jakarta: EGC.

Potter, & Perry. (2012). Fundamental Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI (2018). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
Definisi dan Indikator Diagnostik. Jakarta: Dewan Pengurus PPNI.

Saputra. (2013). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: Binarupa Aksara.

T Heather Herdman, S. K. (2015). NANDA Diagnosis Keperawatan Definisi dan


Klasifikasi. Jakarta: EGC.

Widuri. (2012). Kebutuhan Dasar Manusia. Yogyakarta: Gosyen Publishing.

Anda mungkin juga menyukai