Anda di halaman 1dari 30

ASKEP LANSIA DENGAN

MALNUTRISI

Renita Ulfi Afidah (17010079)


Velly Mega Yuniar (17010081)
Adi Kurniawan (17010087)
Ika Nur Rahmawati (17010096)
Anfis pencernaan pada
lansia

Fisiologi patofisiologi
Anfis pencernaan pada
lansia
Fisiologi
patofisiologi
 kehilangan gigi, penyebab utama adanya periodontal desease yang biasa terjadi setelah umur 30
tahun.
 Kesehatan gigi yang buruk dan gizi yang buruk
 Indera pengecap menurun akibat adanya iritasi yang kronis dari selaput lendir
 Atropi indera pengecap (±80%) akibat hilangnya sensitivitas dari syaraf pengecap di lidah
terutama rasa manis, asin, asam, pahit.
 Sekresi air ludah berkurang sampai kira-kira 75% sehingga mengakibatkan rongga mulut
menjadi kering dan bisa menurunkan cita rasa.
 Esofagus melebar akibat terjadinya penuaan esofagus berupa pengerasan sfringfar bagian
bawah sehingga menjadi mengendur (relaksasi) Keadaan ini memperlambat pengosongan
esofagus
 Gangguan menelan.
 Lambung, rasa lapar menurun (sensitivitas lapar menurun).
 Fungsi absopsi melemah (daya absorpsi terganggu).
 Produksi saliva menurun sehingga mempengaruhi proses perubahan kompleks  karbohidrat
menjadi disakarida danproses menelan menjadi sukar.
 Keluhan-keluhan seperti kembung, perasaan tidak enak di perut dan sebagainya, seringkali
disebabkan makanan yang kurang dicerna akibat berkurangnya fungsi kelenjar pencernaan.
 Konstipasi, yang disebabkan karena kurangnya kadar selulosa, kurangnya nafsu makan bisa
disebabkan karenanya banyaknya gigi yang sudah lepas. Dengan proses menua bisa terjadi
gangguan motilits otot polos esophagus, bisa juga terjadi  refluks disease (terjadi akibat refluks
isi lambung ke esophagus), insiden ini mencapai puncak pada usia 60 – 70 tahun.
nutrisi definisi

Kebutuhan nutrisi
pada lansia

Perubahan sistem
pencernaan pd lansia
Nutrisi
 Definisi
Nutrisi atau gizi adalah subtansi organik yang
dibutuhkan organisme untuk fungsi normal
dari sistem tubuh, pertumbuhan, dan
pemeliharaan kesehatan.
Kebutuhan nutrisi pada lansia
 Kalori
Kebutuhan  kalori untuk lansia laki-laki sebanyak 1960 kal, sedangkan untuk lansia wanita
1700 kal.
 Protein
Beberapa penelitian merekomendasikan, untuk lansia sebaiknya konsumsi proteinnya
ditingkatkan sebesar 12-14% dari porsi untuk orang dewasa. Sumber protein yang baik
diantaranya adalah pangan hewani dan kacang-kacangan.
 Lemak
Konsumsi lemak yang dianjurkan adalah 30% atau kurang dari total kalori yang dibutuhkan.
 Karbohidrat dan serat makanan
Salah satu masalah yang banyak diderita para lansia adalah sembelit atau konstipasi (susah
BAB) dan terbentuknya benjolan-benjolan pada usus. Lansia dianjurkan untuk mengurangi
konsumsi gula-gula sederhana dan menggantinya dengan karbohidrat kompleks, yang berasal
dari kacang-kacangan dan biji-bijian yang berfungsi sebagai sumber energi dan sumber serat.
 Vitamin dan mineral
Kebutuhan vitamin dan mineral bagi lansia menjadi penting untuk membantu metabolisme
zat-zat gizi yang lain. Sayuran dan buah hendaknya dikonsumsi secara teratur sebagai sumber
vitamin, mineral dan serat.
 Air
Pada lansia dianjurkan minum lebih dari 6-8 gelas per hari.
Perubahan sistem pencernaan pada lansia
 Penuaan yang dialami oleh lansia memungkinkan terjadinya fungsi anatomis
maupun fisiologis diberbagai sistem tubuh, salah satunya adalah sistem
Gastrointestinal (GI).
 Menurut Ebersole, dkk (2014), pada lansia terdapat penurunan indra perasa
atau sense of taste khususnya manis dan asin serta penurunan sense of smell.
Seseorang dapat merasakan makan dimulut karena memiliki taste bund dan
pada lansia taste bund mengalami penurunan jumlah dan mengalami atropi
(Meiner dan Lueckenotte, 2006).
 Mukosa mulut juga mengalami perubahan berupa kehilangan elastisitas,
atrofi sel epitel, dan suplai darah berkurang ke jaringan ikat (Miller, 2012).
 Menurut Miller (2012), pada lansia juga mengalami penurunan sekresi saliva.
 Pada lansia mulut yang berfungsi mencerna makanan menjadi bolus juga
mengalami perubahan fisiologis. Perubahan-perubahan tersebut seperti
enamel gigi menjadi lebih keras dan rapuh, dentin menjadi lebih berserabut,
dan ruang saraf menjadi pendek dan sempit menyebabkan gigi menjadi
mudah tanggal (Miller, 2012).
Lanjutan ….
 Di dalam rongga mulut lansia juga mengalami perubahan neuromuskular
yaitu adanya penurunan kemampuan mengunyah dan menelan yang
berkaitan dengan kekuatan otot berkurang dan mengurangi tekanan lidah
(Ney, dkk., 2009 dalam Miller, 2012).
 Ebersole, dkk (2014) menyatakan bahwa lambung pada lansia banyak
mengalami perubahan fisiologis berupa penurunan motalitas, volume dan
penurunan sekresi bikarbonat serta mukus lambung. Perubahan ini
disebabkan karena atropi lambung dan Hypochlorydria atau ketidakcukupan
HCL. Penurunan motilitas lambung menyebabkan makanan menjadi lama dicerna
dilambung sehingga terjadi peningkatan waktu pengosongan lambung dan lansia
menjadi jarang makan
 Perubahan lain yang terjadi menurut Miller (2012) adalah adanya atrofi
otot, pengurangan jumlah folikel limfatik, pengurangan berat usus kecil,
serta memendek dan melebarnya vili. Bakteri dapat berbahaya jika
berkembang terus-menerus karena akan mengurangi absorpsi nutrisi
tertentu seperti vitamin B12, zat besi, dan kalsium (Ebersole, dkk, 2014).
Lanjutan …
 Hati dan kandung empedu sebagai organ aksesori sistem Gastrointestinal juga
mengalami perubahan seperti hati menjadi lebih kecil, berserat, terakumulasi
lipofuscin (pigmen coklat), dan menurunnya aliran darah (Miller, 2012).
 Semakin bertambahkan usia terjadi penurunan jumlah sekresi empedu,
pelebaran saluran empedu, peningkatan sekresi cholecystokinin (Miller, 2012).
Hal tersebut mengakitbatkan lemak tidak dimetabolisme dengan sempurna,
meningkatnya risiko terjadi batu empedu, dan menurunnya nafsu makan
(Miller, 2012).
 Pankreas memproduksi hormon insulin dan glikogen yang berfungsi sebagai
pengatur kadar gula darah (Derrickson & Tortora, 2015). . Hal ini
mengakibatkan lebih rentannya lansia untuk terkena diabetes tipe 2 (Miller,
2012).
 Proses penuaan pada lansia berpengaruh pada beberapa hal, seperti
pengurangan sekresi mukus, pengurangan elastisitas dinding rektum, dan
pengurangan kemampuan mempersepsikan distensi dinding rektum. Hal ini
lah yang menjadi faktor predisposisi lansia mengalami konstipasi (Miller, 2012).
malnutrisi

Tanda dan
etiologi
gejala
Malnutrisi
 Malnutrisi adalah Suatu keadaan gizi yang
buruk yang terjadi karena tidak cukupnya
asupan satu atau lebih nutrisi yang
membahayakan status kesehatan (Watson,
Roger. 2003. Perawatan Pada Lansia. Jakarta :
EGC)
 Gangguan gizi yang dapat terjadi karena tidak
cukupnya asupan nutrient esensial atau karena
mal asimilasi. (Hincliff, Sue. 1999. Kamus
Keperawatan, Jakarta : EGC)
Tanda dan gejala
Menurut kemenkes RI tanda gejala malnutrisi pada lansia :
 Hilangnya masa otot (sarkopenia)

 Berkurangnya lemak dibawah kulit

 Penurunan berat badan 5% dari berat badan awal

 Tulang yang terlihat menonjol

 Bibir pecah-pecah

 Cekung dibawah mata

 Rambut kusam dan mudah rontok

 Memar di kulit

 Kulit kering an bersisik

 Penumpukan cairan dibawah kulit


Etiologi
Menurut penlitian Scandinavian Journal Of
Gastroenterology malnutrisi disebabkan oleh penyakit
gastritis atopik. Kondisi ini membuat penyerapan
nutrisi tertentu seperti vitamin B12, kalsium, zat besi,
dan magnesium pun menurun. Padahal usia lanjut
membutuhkan lebih banyak nutrisi-nutrisi
tersebut.selain itu nafsu makan yang menurun
karena berbagai sebab penurunan indera perasa dna
pencium pada lansia. Kondisi yang dialami seperti
disfagia (susah menelan) juga membuat lansia
menjadi tidak memiliki nafsu untuk makan.
Faktor-faktor yg mempengaruhi
kebutuhan gizi lansia
Adanya perubahan – perubahan fisik,psikologik dan social akan
berakibat pada pemenuhan nutrisi lansia.
 Tinggal sendiri:

 Kelemahan fisik:

 Kehilangan: terutama terlihat pada pria lansia yang tidak

pernah memasak untuk mereka sendiri,


 Depresi: menyebabkan kehilangan nafsu makan,

 Pendapatan yang rendah: ketidak mampuan untuk membeli

makanan yang cermat untuk meningkatkan pengonsumsian


makanan yang bergizi.
 Penyakit saluran cerna

 Penyalahgunaan alkohol

 Obat-obatan
Dampak
penurunan
nutrisi
lansia
Status gizi pada lansia
 Metabolisme basal menurun, kebutuhan kalori menurun, status gizi lansia cenderung
mengalami kegemukan/obesitas
 Aktivitas/kegiatan fisik berkurang, kalori yang dipakai sedikit, akibatnya cenderung
kegemukan/obesitas
 Ekonomi meningkat, konsumsi makanan menjadi berlebihan, akibatnya cenderung
kegemukan/obesitas
 Fungsi pengecap/penciuman menurun/hilang, makan menjadi tidak enak dan nafsu makan
menurun, akibatnya lansia menjadikurang gizi (kurang energi protein yang kronis
 Penyakit periodontal (gigi tanggal), akibatnya kesulitan makan yang berserat (sayur, daging)
dan cenderung makan makanan yang lunak (tinggi klaori), hal ini menyebabkan lansia
cenderung kegemukan/obesitas
 Penurunan sekresi asam lambung dan enzim pencerna makanan, hal ini mengganggu
penyerapan vitamin dan mineral, akibatnya lansia menjadi defisiensi zat-zat gizi mikro
 Mobilitas usus menurun, mengakibatkan susah buang air besar, sehingga lansia menderita
wasir yang bisa menimbulkan perdarahan dan memicu terjadinya anemia
 Sering menggunakan obat-obatan atau alkohol, hal ini dapat menurunkan nafsu makan yang
menyebabkan kurang gizi dan hepatitis atau kanker hati
 Gangguan kemampuan motorik, akibatnya lansia kesulitan untuk menyiapkan makanan
sendiri dan menjadi kurang gizi
 Kurang bersosialisasi, kesepian (perubahan psikologis), akibatnya nafsu makan menurun dan
menjadi kurang gizi
 Pendapatan menurun (pensiun), konsumsi makanan menjadi menurun akibatnya menjadi
kurang gizi
 Demensia (pikun), akibatnya sering makan atau malah jadi lupa makan, yang dapat
menyebabkan kegemukan atau pun kurang gizi.
Gangguan nutrisi pada lansia
 Obesitas
 Osteoporosis
 Anemia
 Kekurangan vitamin
 Kekurangan anti oksidan
 Sulit buang air besar
 Kelebihan gula dan garam
 Garam (natrium) dapat meningkatkan tekanan darah,
terutama pada orangtua
 Makanan tinggi gula membuat tubuh mudah gemuk,
meningkatkan kolesterol dan Peningkatan gula darah
Penatalaksanaan malnutrisi
 Non farmakologi (dijelaskan)
1. Pengurangan konsumsi kafein
Kafein dapat menyebabkan penurunan gizi nutrisi penting, seperti vitamin B6, dan
meanggu penyerapan nutrisi mineral, seperti kalsium, zat besi, magnesium dan
vitamin B (Escott-Stump,2008). Selain itu kafein juga memiliki efek samping salah
satunya dapat meningkatkan kadar asam lambung dan pepsin, sehingga tidak
dianjurkan bagi penderitas akit maag.
2. Bladder training
Bladder training berfungsi untuk memperpanjang interval waktu berkemih
sehingga dapat mengontrol berkemih dan menghundari pengeluaran urin yang
berlebih. Gangguan pada eleminasi urin berkaitan dengan nutrisi yanitu intake dan
ouput cairan. Penyebab kekurangan cairan elektrolit pada lansia antaranya
pengeluaran cairan yang berlebih, lansia mengurangi masukan cairan karena takut
mengompol, akibat pengobatan, jug penyakit kronik yang menyertainya.
3. Kegel exercise
Kegiatan ini untuk memperbaiki kondisi yang dapat menurunkan kekuatan otot
panggul akibat penuaan. Hal ini dapat menangani inkontinensia urine pada lansia
sehingg jumlah cairan yang keluar dapat terkontrol. Selain itu dapat mengontrol
buang air besar karena lansia banyak memiliki masalah konstipasi yang
disebabkan rendahnya asupan nutrisi.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam
pengkajian status nutrisi pada lansia
 Asupan kalsium adequat
1. Menentukan asupan makanan
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi asupan makanan
3. Jenis-jenis makanan yang dikonsumsi lansia
4. Kebutuhan kalsium pada lansia
5. Kondisi-kondisi terkait dengan kekurangan kalsium pada lansia

 Mencegah interaksi obat dengan makanan


Lansia adalah populasi yang mendapatkan banyak obat dibandingkan
kelompok usia lain yang lebih muda ini berakibat buruk terhadap nutrisi lansia.
Pengobatan akan mengakibatkan kemunduran nutrisi yang semakin jauh.
1. Mengidentifikasi obat-obatan yang digunakan oleh lansia
2. Identifikasi obat-obatan yang menyebabkan xerostomia
3. Mengidentifikasi pengetahuan lansia tentang obat-obatan, indikasi,
kontraindikasi, dosis, dan cara pemakaian.
Pemantauan status nutrisi lansia
 Penimbangan BB
Selain itu, status nutrisi dan cairan pada lansia dapat dikaji dengan menggunakan
perhitungan indeks massa tubuh (IMT). Perhitungan IMT dapat menunjukkan
kategori berat badan saat ini dan berat badan yang ideal dengan menggunakan
data berat badan dan tinggi badan (Miller, 2012).
 Kekurangan kalori protein
Secara umum kebutuhan protein bagi lansia berkisar antara 0,8 gram hingga 1
gram per kg berat badan per hari. Bahan makanan sumber protein yang dianjurkan
adalah pangan hewani rendah lemak dan kacang-kacangan.Spesialis Gizi Klinis
Mayapada Hospital, dr. Arti Indira, MGizi, SpGK mengatakan kekurangan protein
pada lansia menyebabkan kelemahan otot, penurunan daya ingat lansia dan
penurunan imunitas tubuh.
 Kekurangan vit d
Selain gangguan tulang, defisiensi vitamin D juga diketahui dapat meningkatkan
risiko terjadinya beberapa penyakit, seperti: Osteoporosis, radang sendi, penyakit
infeksi, seperti pneumonia, sepsis, dan TBC. Depresi
Sakit kepala dan migrain. Demensia. Diabetes. Obesitas. Penyakit kardiovaskular,
seperti hipertensi, gagal jantung, dan penyakit jantung. Multiple sclerosis. Rambut
rontok. Kanker, seperti kanker payudara, kanker usus besar, dan kanker prostat.
Masalah gizi pada lansia
 Gizi berlebih
Gizi yang berlebih mengakibatkan obesitas. Obesitas adalah keadaan badan yang
amat gemuk dan berat akibat timbunan lemak yang berlebihan, dimana kelebihan
lemak tubuh melebihi dari 20% dari jumlah yang di anjurkan untuk tinggi dan usia
seseorang. Pola konsumsi yang berlebihan terutama yang mengandung lemak,
protein dan karbohidrat yang tidak sesuai dengan kebutuhan tubuh. Pencetus
berbagai seperti Hipertensi, Penyakit jantung koroner, Strok, serta Diabetes
Melitus.
 Gizi kurang
Gizi kurang seringkali disebabkan oleh masalah-masalah sosial  ekonomi serta
gangguan penyakit yang diderita. Apabila asupan zat gizi terutama energi dan
protein kurang dari kebutuhan makan dapat menyebabkan berat badan kurang
dari normal, terjadinya kerusakan sel-sel tubuh dan penurunan daya tahan tubuh
sehingga rentan terkena infeksi.
 Kekurangan vitamin
Bila konsumsi buah dan sayuran dalam makanan kurang dan di tambah dengan
kekurangan protein dalam makanan akibatnya nafsu makn berkurang, penglihatan
menurun, kulit kering, penampilan menjadi lesu dan tidak bersemangat, lelah,
lesu, otot lemah, letih, pucat, kesemutan, sering pusing, mata berkunang-kunang,
mengantuk, HB <8 gr/dL dan timbulnya penyakit akibat kurang vitamin.
Penjelasan tugas
 Perpoint diatas silakan cari berdasarkan
sumber yang bisa dipertanggungjawabkan
 Buat patway dr masalah mal nutrisi
 Kasus dibawah ini kerjakan dari pengkajian,
analisa data sampai evaluasi (masalah kep yg
diangkat minimal 2)
 Dikumpulkan per kelompok yang sudah
dibentuk dulu 13 kelompok. Pengumpulan
tugas maksimal 2x24 jam setelah tugas
diterima dalam bentuk ppt (bentuk ppt bebas).
Kasus
Tn Y usia 65 tahun mengeluh mual dan muntah. Lansia
saat ini tinggal dilingkungan panti werda melati.
Berdasarkan hasil pemeriksaan TB: 158 cm, BB: 42 kg.
TD: 150/90, N: 90, S: 37, RR: 20 x/menit. Klien setiap
hari memakan makanan yg disediakan panti nasi, lauk,
sayur, dan buah. Klien mengalami susah makan karena
gigi sudah ompong. Klien melakukan aktivitas sehari-
hari hanya di dalam kamar karena merasa lemah. Klien
mengeluh nyeri pada abdomen quadran kanan atas,
skala nyeri:6. sebelumnya klien mempunyai kebiasaan
minum kopi bersama temannya. Klien memiliki riwayat
hipertensi 1 bulan yang lalu. Klien BAB 3 hari sekali.
Analisis data
Diagnosa
Intervensi
Implementasi
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai