MALNUTRISI
Fisiologi patofisiologi
Anfis pencernaan pada
lansia
Fisiologi
patofisiologi
kehilangan gigi, penyebab utama adanya periodontal desease yang biasa terjadi setelah umur 30
tahun.
Kesehatan gigi yang buruk dan gizi yang buruk
Indera pengecap menurun akibat adanya iritasi yang kronis dari selaput lendir
Atropi indera pengecap (±80%) akibat hilangnya sensitivitas dari syaraf pengecap di lidah
terutama rasa manis, asin, asam, pahit.
Sekresi air ludah berkurang sampai kira-kira 75% sehingga mengakibatkan rongga mulut
menjadi kering dan bisa menurunkan cita rasa.
Esofagus melebar akibat terjadinya penuaan esofagus berupa pengerasan sfringfar bagian
bawah sehingga menjadi mengendur (relaksasi) Keadaan ini memperlambat pengosongan
esofagus
Gangguan menelan.
Lambung, rasa lapar menurun (sensitivitas lapar menurun).
Fungsi absopsi melemah (daya absorpsi terganggu).
Produksi saliva menurun sehingga mempengaruhi proses perubahan kompleks karbohidrat
menjadi disakarida danproses menelan menjadi sukar.
Keluhan-keluhan seperti kembung, perasaan tidak enak di perut dan sebagainya, seringkali
disebabkan makanan yang kurang dicerna akibat berkurangnya fungsi kelenjar pencernaan.
Konstipasi, yang disebabkan karena kurangnya kadar selulosa, kurangnya nafsu makan bisa
disebabkan karenanya banyaknya gigi yang sudah lepas. Dengan proses menua bisa terjadi
gangguan motilits otot polos esophagus, bisa juga terjadi refluks disease (terjadi akibat refluks
isi lambung ke esophagus), insiden ini mencapai puncak pada usia 60 – 70 tahun.
nutrisi definisi
Kebutuhan nutrisi
pada lansia
Perubahan sistem
pencernaan pd lansia
Nutrisi
Definisi
Nutrisi atau gizi adalah subtansi organik yang
dibutuhkan organisme untuk fungsi normal
dari sistem tubuh, pertumbuhan, dan
pemeliharaan kesehatan.
Kebutuhan nutrisi pada lansia
Kalori
Kebutuhan kalori untuk lansia laki-laki sebanyak 1960 kal, sedangkan untuk lansia wanita
1700 kal.
Protein
Beberapa penelitian merekomendasikan, untuk lansia sebaiknya konsumsi proteinnya
ditingkatkan sebesar 12-14% dari porsi untuk orang dewasa. Sumber protein yang baik
diantaranya adalah pangan hewani dan kacang-kacangan.
Lemak
Konsumsi lemak yang dianjurkan adalah 30% atau kurang dari total kalori yang dibutuhkan.
Karbohidrat dan serat makanan
Salah satu masalah yang banyak diderita para lansia adalah sembelit atau konstipasi (susah
BAB) dan terbentuknya benjolan-benjolan pada usus. Lansia dianjurkan untuk mengurangi
konsumsi gula-gula sederhana dan menggantinya dengan karbohidrat kompleks, yang berasal
dari kacang-kacangan dan biji-bijian yang berfungsi sebagai sumber energi dan sumber serat.
Vitamin dan mineral
Kebutuhan vitamin dan mineral bagi lansia menjadi penting untuk membantu metabolisme
zat-zat gizi yang lain. Sayuran dan buah hendaknya dikonsumsi secara teratur sebagai sumber
vitamin, mineral dan serat.
Air
Pada lansia dianjurkan minum lebih dari 6-8 gelas per hari.
Perubahan sistem pencernaan pada lansia
Penuaan yang dialami oleh lansia memungkinkan terjadinya fungsi anatomis
maupun fisiologis diberbagai sistem tubuh, salah satunya adalah sistem
Gastrointestinal (GI).
Menurut Ebersole, dkk (2014), pada lansia terdapat penurunan indra perasa
atau sense of taste khususnya manis dan asin serta penurunan sense of smell.
Seseorang dapat merasakan makan dimulut karena memiliki taste bund dan
pada lansia taste bund mengalami penurunan jumlah dan mengalami atropi
(Meiner dan Lueckenotte, 2006).
Mukosa mulut juga mengalami perubahan berupa kehilangan elastisitas,
atrofi sel epitel, dan suplai darah berkurang ke jaringan ikat (Miller, 2012).
Menurut Miller (2012), pada lansia juga mengalami penurunan sekresi saliva.
Pada lansia mulut yang berfungsi mencerna makanan menjadi bolus juga
mengalami perubahan fisiologis. Perubahan-perubahan tersebut seperti
enamel gigi menjadi lebih keras dan rapuh, dentin menjadi lebih berserabut,
dan ruang saraf menjadi pendek dan sempit menyebabkan gigi menjadi
mudah tanggal (Miller, 2012).
Lanjutan ….
Di dalam rongga mulut lansia juga mengalami perubahan neuromuskular
yaitu adanya penurunan kemampuan mengunyah dan menelan yang
berkaitan dengan kekuatan otot berkurang dan mengurangi tekanan lidah
(Ney, dkk., 2009 dalam Miller, 2012).
Ebersole, dkk (2014) menyatakan bahwa lambung pada lansia banyak
mengalami perubahan fisiologis berupa penurunan motalitas, volume dan
penurunan sekresi bikarbonat serta mukus lambung. Perubahan ini
disebabkan karena atropi lambung dan Hypochlorydria atau ketidakcukupan
HCL. Penurunan motilitas lambung menyebabkan makanan menjadi lama dicerna
dilambung sehingga terjadi peningkatan waktu pengosongan lambung dan lansia
menjadi jarang makan
Perubahan lain yang terjadi menurut Miller (2012) adalah adanya atrofi
otot, pengurangan jumlah folikel limfatik, pengurangan berat usus kecil,
serta memendek dan melebarnya vili. Bakteri dapat berbahaya jika
berkembang terus-menerus karena akan mengurangi absorpsi nutrisi
tertentu seperti vitamin B12, zat besi, dan kalsium (Ebersole, dkk, 2014).
Lanjutan …
Hati dan kandung empedu sebagai organ aksesori sistem Gastrointestinal juga
mengalami perubahan seperti hati menjadi lebih kecil, berserat, terakumulasi
lipofuscin (pigmen coklat), dan menurunnya aliran darah (Miller, 2012).
Semakin bertambahkan usia terjadi penurunan jumlah sekresi empedu,
pelebaran saluran empedu, peningkatan sekresi cholecystokinin (Miller, 2012).
Hal tersebut mengakitbatkan lemak tidak dimetabolisme dengan sempurna,
meningkatnya risiko terjadi batu empedu, dan menurunnya nafsu makan
(Miller, 2012).
Pankreas memproduksi hormon insulin dan glikogen yang berfungsi sebagai
pengatur kadar gula darah (Derrickson & Tortora, 2015). . Hal ini
mengakibatkan lebih rentannya lansia untuk terkena diabetes tipe 2 (Miller,
2012).
Proses penuaan pada lansia berpengaruh pada beberapa hal, seperti
pengurangan sekresi mukus, pengurangan elastisitas dinding rektum, dan
pengurangan kemampuan mempersepsikan distensi dinding rektum. Hal ini
lah yang menjadi faktor predisposisi lansia mengalami konstipasi (Miller, 2012).
malnutrisi
Tanda dan
etiologi
gejala
Malnutrisi
Malnutrisi adalah Suatu keadaan gizi yang
buruk yang terjadi karena tidak cukupnya
asupan satu atau lebih nutrisi yang
membahayakan status kesehatan (Watson,
Roger. 2003. Perawatan Pada Lansia. Jakarta :
EGC)
Gangguan gizi yang dapat terjadi karena tidak
cukupnya asupan nutrient esensial atau karena
mal asimilasi. (Hincliff, Sue. 1999. Kamus
Keperawatan, Jakarta : EGC)
Tanda dan gejala
Menurut kemenkes RI tanda gejala malnutrisi pada lansia :
Hilangnya masa otot (sarkopenia)
Bibir pecah-pecah
Memar di kulit
Kelemahan fisik:
Penyalahgunaan alkohol
Obat-obatan
Dampak
penurunan
nutrisi
lansia
Status gizi pada lansia
Metabolisme basal menurun, kebutuhan kalori menurun, status gizi lansia cenderung
mengalami kegemukan/obesitas
Aktivitas/kegiatan fisik berkurang, kalori yang dipakai sedikit, akibatnya cenderung
kegemukan/obesitas
Ekonomi meningkat, konsumsi makanan menjadi berlebihan, akibatnya cenderung
kegemukan/obesitas
Fungsi pengecap/penciuman menurun/hilang, makan menjadi tidak enak dan nafsu makan
menurun, akibatnya lansia menjadikurang gizi (kurang energi protein yang kronis
Penyakit periodontal (gigi tanggal), akibatnya kesulitan makan yang berserat (sayur, daging)
dan cenderung makan makanan yang lunak (tinggi klaori), hal ini menyebabkan lansia
cenderung kegemukan/obesitas
Penurunan sekresi asam lambung dan enzim pencerna makanan, hal ini mengganggu
penyerapan vitamin dan mineral, akibatnya lansia menjadi defisiensi zat-zat gizi mikro
Mobilitas usus menurun, mengakibatkan susah buang air besar, sehingga lansia menderita
wasir yang bisa menimbulkan perdarahan dan memicu terjadinya anemia
Sering menggunakan obat-obatan atau alkohol, hal ini dapat menurunkan nafsu makan yang
menyebabkan kurang gizi dan hepatitis atau kanker hati
Gangguan kemampuan motorik, akibatnya lansia kesulitan untuk menyiapkan makanan
sendiri dan menjadi kurang gizi
Kurang bersosialisasi, kesepian (perubahan psikologis), akibatnya nafsu makan menurun dan
menjadi kurang gizi
Pendapatan menurun (pensiun), konsumsi makanan menjadi menurun akibatnya menjadi
kurang gizi
Demensia (pikun), akibatnya sering makan atau malah jadi lupa makan, yang dapat
menyebabkan kegemukan atau pun kurang gizi.
Gangguan nutrisi pada lansia
Obesitas
Osteoporosis
Anemia
Kekurangan vitamin
Kekurangan anti oksidan
Sulit buang air besar
Kelebihan gula dan garam
Garam (natrium) dapat meningkatkan tekanan darah,
terutama pada orangtua
Makanan tinggi gula membuat tubuh mudah gemuk,
meningkatkan kolesterol dan Peningkatan gula darah
Penatalaksanaan malnutrisi
Non farmakologi (dijelaskan)
1. Pengurangan konsumsi kafein
Kafein dapat menyebabkan penurunan gizi nutrisi penting, seperti vitamin B6, dan
meanggu penyerapan nutrisi mineral, seperti kalsium, zat besi, magnesium dan
vitamin B (Escott-Stump,2008). Selain itu kafein juga memiliki efek samping salah
satunya dapat meningkatkan kadar asam lambung dan pepsin, sehingga tidak
dianjurkan bagi penderitas akit maag.
2. Bladder training
Bladder training berfungsi untuk memperpanjang interval waktu berkemih
sehingga dapat mengontrol berkemih dan menghundari pengeluaran urin yang
berlebih. Gangguan pada eleminasi urin berkaitan dengan nutrisi yanitu intake dan
ouput cairan. Penyebab kekurangan cairan elektrolit pada lansia antaranya
pengeluaran cairan yang berlebih, lansia mengurangi masukan cairan karena takut
mengompol, akibat pengobatan, jug penyakit kronik yang menyertainya.
3. Kegel exercise
Kegiatan ini untuk memperbaiki kondisi yang dapat menurunkan kekuatan otot
panggul akibat penuaan. Hal ini dapat menangani inkontinensia urine pada lansia
sehingg jumlah cairan yang keluar dapat terkontrol. Selain itu dapat mengontrol
buang air besar karena lansia banyak memiliki masalah konstipasi yang
disebabkan rendahnya asupan nutrisi.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam
pengkajian status nutrisi pada lansia
Asupan kalsium adequat
1. Menentukan asupan makanan
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi asupan makanan
3. Jenis-jenis makanan yang dikonsumsi lansia
4. Kebutuhan kalsium pada lansia
5. Kondisi-kondisi terkait dengan kekurangan kalsium pada lansia