Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN HOLISTIK

(KONSEP KDM)
KEBUTUHAN DASAR FISIOLOGIS SIRKULASI
DI HOLISTIK CARE KALIBARU

Oleh :
Ika Nur Rahmawati
NIM.21101036

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS dr. SOEBANDI
2022
1.1 Pengertian
Sistem sirkulasi merupakan suatu sistem transportasi yang bertugas
untuk mengedarkan semua sari makanan dan oksigen (O2) ke jaringan
tubuh, mengembalikan karbon dioksida (CO2) ke paru-paru zat sisa
metabolisme ke ginjal, serta mengedarkan hormon untuk kelangsungan
hidup sel tubuh. Sistem sirkulasi adalah sistem transportasi yang berfungsi
untuk mengangkut berbagai zat di dalam tubuh, pada manusia berupa
sistem peredaran darah. Berikut beberapa fungsi peredaran darah dan
menunjukkan betapa pentingnya darah bagi manusia (Krisnawati, 2021).
1. Mengedarkan oksigen dari pari-paru ke seluruh tubuh dan
mengangkut karbon dioksida sisa aktivitas sel dari tubuh ke paru-
paru untuk dibuang.
2. Mengangkut nutrisi yang diperlukan untuk metabolisme tubuh dari
sistem pencernaan dan membawa sisa metabolisme ke ginjal untuk
dibuang.
3. Mengangkut hormone
4. Mengangkut sistem kekebalan tubuh
5. Mengatur suhu tubuh
Tubuh manusia membutuhkan sistem sirkulasi yang baik karena, darah
tidak bisa mengalir dengan sendirinya ke seluruh tubuh. Tubuh manusia
membutuhkan sebuah mesin pemompa agar darah dapat mengalir di dalam
tubuh, organ tersebut adalah jantung. Darah yang terdapat di dalam tubuh
akan tetap terus berada di dalam pembuluh-pembuluh darah, yaitu pada
pembuluh besar dan pembuluh kecil. Dilansir laman Rumah
Belajar, sistem sirkulasi darah pada manusia terdiri dari sistem sirkulasi
pulmonalis dan sistem sirkulasi sistemik (Krisnawati, 2021).
1. Sistem sirkulasi pulmonalis
Sistem sirkulasi pulmonalis (peredaran darah kecil), yaitu darah yang
kaya karbon dioksida mengalir dari ventrikel kanan jantung menuju ke
paru-paru, melalui arteri pulmonalis. Kemudian, darah yang kaya
oksigen akan kembali menuju ke atrium kiri jantung melalui vena
pulmonalis.
2. Sistem sirkulasi sistemik
Sistem peredaran darah sistemik (peredaran darah besar) adalah darah
yang kaya oksigen dan mengalir dari ventrikel kiri jantung ke seluruh
tubuh, kecuali paru-paru melalui aorta. Kemudian, darah yang kaya
karbon dioksida akan kembali dari seluruh tubuh menuju atrium kanan
jantung melalui vena cava superior dan vena cava inferior.
a. Organ Sirkulasi
Menurut e-Modul Biologi, terdapat dua komponen penting untuk
menjalankan fungsi sistem sirkulasi. Dua komponen itu adalah darah dan
alat-alat peredaran darah (Krisnawati, 2021).
1. Darah
Darah adalah medium transport dalam sistem sirkulasi. Secara
keseluruhan darah manusia berwarna merah karena mengandung
haemoglobin. Adapun komponen pada darah terdiri dari dua bagian
utama. Pertama, plasma darah yang berbentuk cair. Kedua, sel darah
yang berbentuk padat. Plasma Darah terdiri atas air dan zat, ion, yang
terlarut di dalamnya. Sementara sel darah terdiri dari tiga jenis, yaitu
sel darah merah (eritrosit), sel darah putih (leukosit), dan keping
darah (trombosit).
2. Alat-alat peredaran darah
Alat-Alat Peredaran Darah adalah sarana untuk mengedarkan darah
seluruh tubuh berupa pembuluh darah dan jantung. Berikut
penjelasannya.
a. Pembuluh darah
Pembuluh Darah adalah sarana untuk mengedarkan darah ke seluruh
bagian tubuh. Terdapat dua jenis pembuluh darah, yaitu arteri dan
vena. Arteri adalah pembuluh yang berperan sebagai pengangkut
darah yang keluar dari jantung. Tekanan darah di pembuluh memiliki
muatan cukup besar terhadap dinding pembuluh. Agar dapat menahan
tekanan tersebut, arteri harus mempunyai dinding yang cukup tebal
dan elastis. Letak pembuluh arteri lebih ke dalam jaringan tubuh.
Vena atau pembuluh balik adalah pembuluh yang membawa darah
menuju jantung. Di sepanjang pembuluh vena, terdapat katup-katup
yang mencegah darah kembali ke jaringan tubuh. Pembuluh vena
terletak lebih ke permukaan jaringan tubuh.
b. Jantung
Jantung berperan sebagai alat pemompa darah dan terletak di rongga
dada sebelah kiri. Jantung dibungkus oleh tiga lapisan, yaitu
endokardium, miokardium dan perikardium. Endokardium merupakan
selaput yang membatasi ruangan jantung. Lapisan ini mengandung
pembuluh darah, saraf. dan cabang-cabang dari sistem peredaran
darah ke jantung. Kemudian, miokardium merupakan otot jantung
yang tersusun dari berkas-berkas otot. Sementara, perikardium
merupakan selaput pembungkus jantung yang terdiri dari dua lapis
dengan cairan limpha di antaranya yang bertugas sebagai pelumas
untuk menahan gesekan. Ruang jantung manusia terdiri dari empat
ruangan, yaitu atrium kanan, atrium kiri, ventrikel kanan, dan
ventrikel kiri. Di antara atrium kanan dengan ventikel kanan terdapat
katup trikuspidalis. Katup ini berfungsi untuk mencegah agar darah
dalam ventrikel kanan tidak masuk kembali ke atrium kanan. Di
antara atrium kiri dengan ventikel kiri terdapat katup bikuspidalis.
Katup bikuspidalis berfungsi untuk mencegah darah dalam ventrikel
kiri tidak mengalir kembali ke atrium kiri. Lalu, untuk mencegah
terjadinya aliran balik darah dari aorta ke ventrikel kiri dibatasi oleh
katup semilunaris aorta. Untuk mencegah terjadinya aliran balik darah
dari arteri pulmoner ke ventrikel kanan maka dibatasi oleh katup
semilunaris pulmoner (Krisnawati, 2021).
b. Mekanisme Sirkulasi
Sistem peredaran darah atau sirkulasi pada manusia dikendalikan
oleh organ jantung yang berguna untuk memompa darah agar mampu
mengalir ke semua tubuh. Ketika otot jantung berelaksasi, jantung dalam
keadaan mengembang, volumenya besar, dan tekanannya kecil.
Berdasarkan cara kerjanya sistem peredaran darah dibagi menjadi dua,
yaitu peredaran darah kecil dan peredaran darah besar (Krisnawati, 2021).
1. Peredaran darah Kecil
Peredaran darah kecil merupakan peredaran darah yang mengalirkan
darah dari jantung ke paru-paru dan lagi lagi ke jantung. Urutannya
adalah Jantung (bilik kanan) > arteri pulmonalis > paru-paru > vena
pulmonalis > jantung (serambi kiri) (Krisnawati, 2021).
2. Peredaran darah besar
Peredaran darah besar adalah peredaran darah yang mengalirkan darah
yang kaya oksigen dari bilik kiri jantung lalu diedarkan ke semua
jaringan tubuh. Urutannya adalah Jantung (bilik kiri) > aorta > seluruh
tubuh > vena cava > jantung (serambi kanan) (Krisnawati, 2021).

1.2 Anatomi

1.2.1 Anatomi Fisiologi

Menurut (Purba, 2013) anatomi fisiologi jantung adalah :

Gambar 1 Anatomi Fisiologi Jantung (Purba, 2013)

a. Anatomi Jantung

Untuk mengetahui denyutan jantung, kita dapat memeriksa dibawah


papilla mamae 2 jari setelahnya. Berat pada orang dewasa sekitar 250-350
gram (Ramli & Karani, 2018).

1. Atrium kanan berfungsi sebagai penampung (reservoir) darah yang


rendah oksigen dari seluruh tubuh. Darah tersebut mengalir melalui vena
kava superior, vena kava inferior, kemudian darah dipompa ke ventrikel
kanan dan selanjutnya ke paru-paru. Atrium kiri menerima darah yang
kaya oksigen dari kedua paru melalui vena pulmonalis. Kemudian
mengalir ke ventrikel kiri dan

dipompa keseluruh tubuh melalui aorta. Kedua atrium tersebut dipisahkan


oleh sekat yang di sebut septum interatrial (Purba, 2013).

2. Ventrikel kanan menerima darah dari atrium kanan dan dipompa ke


paru-paru melalui arteri pulmonalis. Ventrikel kiri menerima darah dari
atrium kiri dan di pompa ke seluruh tubuh melalui aorta (Purba, 2013)

1.2.2 Fisiologi Jantung

Jantung terdiri dari empat ruangan yaitu atrium kanan dan kiri.
Diantara atrium kanan dan atrium kiri terdapat pemisah yaitu septum
interatrial baikkan pemisah ventrikel kanan dan kiri adalah septum
intervetrikuler. Atrium kanan menerima darah dari vena cava superior dan
vena cava inferior, baikkan atrium kirimenerima darah dari vena
pulmonalis. Ventrikel, sebaliknya memompa darah yang diterima dari
atrium. Ventrikel kanan memompa darah ke paru-paru melalui arteri
pulmonalis untuk mengalami oksigenasi, ventrikel kiri memompakan
darah yang diterima dari atrium kiri menuju ke aorta (Purba, 2013).

1.3 Klasifikasi Hiperkolesterol


1.3.1 Hiperkolesterol primer
Hiperkolesterol primer adalah suatu penyakit herediter yang
menyebabkan seseorang mewarisi kelainan gen pembentuk reseptor
lipoprotein berdensitas rendah pada permukaan membran sel tubuh. Bila
reseptor ini tidak ada, hati tidak dapat mengabsorpsi lipoprotein
berdensitas baik atau lipoprotein berdensitas rendah. Tanpa adanya
absorpsi tersebut, mesin kolesterol di sel hati menjadi tidak terkontrol dan
terus membentuk kolesterol baru. Hati tidak lagi memberi respons
terhadap inhibisi umpan balik dari jumlah kolesterol plasma yang terlalu
besar. Akibatnya jumlah lipoprotein berdensitas sangat rendah yang
dilepaskan oleh hati ke dalam plasma menjadi sangat meningkat. Pasien
dengan hiperkolesterol yang parah memiliki konsentrasi kolesterol darah
sebesar 600 sampai 1000 mg/dl, yaitu empat sampai enam kali nilai
normal. Banyak pasien seperti ini yang meninggal sebelum usia 20, karena
infark miokardium atau gejala sisa penyumbatan atherosklerosis di seluruh
pembuluh darah tubuh (Evania, 2018).
1.3.2 Hiperkolesterol sekunder
Hiperkolesterol sekunder disebabkan oleh kebiasaan diet lemak
jenuh, kurangnya aktifitas fisik, obesitas, konsumsi alkohol, serta sindrom
nefrotik (Evania, 2018).

LDL (Kolesterol Jahat)


< 100 Optimal
101-129 Mendekati Optimal
130-159 Batas Normal tertinggi
160-189 Tinggi
>190 Sangat Tinggi
HDL (Kolesterol Baik)
<40 Rendah
>60 Tinggi
Total Cholesterol (TC)
<200 Yang diperlukan
201-239 Batas Normal tertinggi
>240 Tinggi

Tabel 1. Klasifikasi LDL, Total, dan Kolesterol HDL (mg / dL) (Sari,
2014)

1.4 Etiologi
Kolesterol tinggi dapat menyebabkan penyakit jantung karena
masalah kesehatan ini mengganggu kinerja pembuluh darah. Melansir
WebMD, tingginya kolesterol dalam darah dapat menyebabkan kolesterol
menumpuk di dinding pembuluh darah arteri. Kondisi ini disebut
aterosklerosis. Saat arteri menyempit, aliran darah ke otot jantung jadi
menyempit atau terhambat. Hal ini bisa berdampak fatal. Pasalnya, darah
membawa oksigen ke jantung (Dadan, 2012).
Hiperkolesterolemia biasanya tidak menunjukkan gejala khas,
seringkali seseorang baru mengetahui terkena hiperkolesterolemia ketika
mereka melakukan pemeriksaan kesehatan ke pelayanan kesehatan atau
karena keluhan lain. Hanya saja gejala yang sering ditemui yaitu sering
pusing di kepala bagian belakang, tengkuk dan pundak terasa pegal, sering
pegal, kesemutan di tangan dan kaki bahkan ada yang mengeluhkan dada
sebelah kiri terasa nyeri seperti tertusuk. Jika hiperkolesterolemia ini
dibiarkan begitu saja, akan meningkatkan risiko terjadinya penyakit.
jantung koroner dan stroke (Dadan, 2012).

1.5 Manisfestasi Klinis


Menurut (Evania, 2018) Kelebihan kolesterol tidak menimbulkan
keluhan sama sekali. Bahkan seseorang yang kadar kolesterolnya 3-4 kali
lipat dari kadar normal tidak merasakan keluhan apapun. Kadar
kolesterol yang tinggi ini akan merusak dinding pembuluh darah,
sehingga dapat memicu timbulnya berbagai penyakit, baik yang mengenai
jantung seperti Penyakit Jantung Koroner (PJK), maupun otak seperti
stroke. Umumnya seseorang baru mengetahui dirinya mengidap kelebihan
kolesterol ketika melakukan check up darah di laborat, atau ketika dirinya
sudah terserang stroke atau Penyakit Jantung Koroner (PJK). Gejala yang
umum pada penderita hiperkolesterol adalah gejala seperti kekurangan
oksigen yang disebabkan karena adanya penyumbatan lemak dalam darah.
Arteri adalah pembuluh darah pembawa oksigen serta nutrisi dari
dan ke jantung juga ke seluruh organ lain. Tersumbatnya arteri akibat
penumpukan plak kolesterol akan menghambat aliran darah ke organ-
organ tubuh. Pada awalnya, aterosklerosis tidak menimbulkan gejala.
Gejala baru muncul ketika aliran darah ke organ atau jaringan terhambat.
Penumpukan plak hingga menimbulkan gejala bisa memakan waktu
hingga bertahun-tahun.Gejala dan Komplikasi Aterosklerosis.
Aterosklerosis awalnya tidak menimbulkan gejala, sampai
pembuluh darah arteri sudah sangat menyempit bahkan tertutup hingga
tidak lagi dapat menyalurkan darah dalam jumlah cukup ke organ-organ
tubuh. Akibatnya, banyak orang tidak mengetahui bahwa dirinya
menderita aterosklerosis hingga timbul komplikasi. Komplikasi ini
biasanya terjadi ketika pembuluh darah sudah menyempit. 
Aterosklerosis pada jantung bisa menyebabkan penyakit jantung
koroner dan serangan jantung. Kedua gangguan tersebut memiliki
sejumlah gejala yang serupa, yaitu: Nyeri dada seperti ditekan atau
diremas (angina). Nyeri atau tekanan pada pundak, lengan, rahang, atau
punggung. Gangguan irama jantung (aritmia). Sesak napas, berkeringat,
dan gelisah. Aterosklerosis pada tungkai
Aterosklerosis pada area tungkai kaki maupun lengan bisa
menyebabkan penyakit arteri perifer. Gangguan ini ditandai dengan gejala-
gejala sebagai berikut: Nyeri, kram, hingga mati rasa pada area lengan
maupun tungkai. Nyeri saat berjalan dan mereda setelah beristirahat
(klaudikasio intermiten). Tungkai bagian bawah terasa dingin. Luka di
jempol, telapak, atau kaki tak kunjung sembuh.
Aterosklerosis pada otak. Bila terjadi pada pembuluh darah di otak,
aterosklerosis bisa menyebabkan stroke yang ditandai dengan gejala
berupa: Mati rasa hingga lumpuh pada salah satu sisi wajah, lengan, atau
tungkai. Kebingungan dan sulit untuk dapat berbicara dengan jelas.
Kehilangan penglihatan pada salah satu mata atau kedua mata. Kehilangan
koordinasi dan keseimbangan. Pusing dan sakit kepala berat. Sulit
bernapas dan kehilangan kesadaran.
Aterosklerosis pada ginjal. Penumpukan plak pada pembuluh arteri
di ginjal dapat menyebabkan gagal ginjal. Gangguan ini bisa dikenali dari
sejumlah gejala, seperti: Jarang buang air kecil. Terus menerus merasa
mual. Merasa sangat lelah dan mengantuk. Tungkai membengkak.
Bingung dan sulit berkonsentrasi. Sesak napas dan dada terasa nyeri.

1.6 Patofisiologi
Arterosklerosis merupakan sekumpulan kompleks yang melibatkan
darah dan kandungan materi didalamnya, endotel vaskular dan vasa
vasorum. Daerah yang sering terjadi yaitu di daerah aorta dan arteri
koronaria.Prosesnya diawali dengan perubahan kolestrol LDL yang
mengalami oksidasi menjadi LDL yang teroksidasi (Ox LDL). Kemudian
hal tersebut akan semakin beresiko jika pada pembuluh darah terdapat
kemungkinan kerusakan dari nitrogen monoksida (NO) yang berfunsi
untuk melindungi dinding endotel pembuluh darah dari bahan-bahan yang
beresiko menempel dan membentuk trombus seperti Ox LDL, trombosit
dan monosit yang berubah menjadi makrofag. Jika terdapat kerusakan,
maka endotel dapat menjadi aktif dan mengalami gangguan fungsi
kemudian dapat terjadi deendotelisasi dengan atau tanpa disertai proses
adesi trombosit. Berdasarkan ukuran dan konsentrasinya, molekul plasma
dan molekul lain lipoprotein bisa melakukan ekstravasasi melalui endotel
yang rusak dan masuk melalui ruang sub endotelial. Ox LDL yang
tertahan akan berubah menjadi bersifat sitotoksik, proinflamasi,
khemotaktik dan proaterogenik. Karena keadaan tersebut, endotel sulit
untuk menghasilkan NO sebagai pelindung serta fungsi dilatasi pun
berkurang (Adi, 2014).
NO yang berkurang juga mengakibatkan keluarnya sel-sel adesi
(Vascular Cell Adhesion Molecule-1, Intercelular Adhesion Molecule-1, E
selectin, P selectin) dan menangkap monosit dan sel T. kemudian monosit
tersebut melewati endotel memasuki lapisan intima dinding pembuluh dan
berdiferensiasi menjadi makrofag yang selanjutnya mencerna tumpukan
Ox LDL dan berubah menjadi sel busa (foam cell). Foam cell macrophage
kemudian menjadi satu pada pembuluh darah dan membentuk fatty streak
yang nampak. Jika dibiarkan terus menerus, fatty streak akan bertambah
besar seiring berjalannya waktu bersamaan dengan berproliferasinya
jaringan ikat fibrosa dan jaringan otot polos disekitarnya sehingga
membentuk plak yang makin lama makin membesar. Plak yang membesar
menunjol kearah dalam lumen arteri sehingga mengurangi aliran darah
menyebabkan timbunan sejumlah besar jaringan ikat padat dan arteri pun
menjadi lebih kaku dan tidak lentur. Selanjutnya, garam kalsium seringkali
mengendap bersamaan dengan kolesterol dan lipid yang lain sehingga
menyebabkan arteri mengeras akibat kalsifikasi (Guyton & Hall, 2012).
Dinding plak akan mengalami degenerasi sehingga mudah sekali untuk
robek. Pada robekan tersebut memungkinkan untuk trombosit menempel
pada permukaan tersebut sehingga dapat membentuk suatu bekuan darah
dan sewaktu-waktu dapat menyumbat aliran darah sehingga aliran darah
dapat terhenti secara tiba-tiba (Guyton & Hall, 2012).
1.7 Pathway

1.8 Pemeriksaan Penunjang


Pemeriksaan laboratorium sangat diperlukan untuk membantu
menegakkan diagnosa suatu penyakit dan memperoleh hasil pemeriksaan
yang akurat karena setelah melakukan pemeriksaan kadar kolesterol pasien
dapat merubahan pola dan gaya hidup sehat, untuk menghindari makanan
yang mengandung kolesterol tinggi (Widada, Martiningsik, & Carolina,
2016)
1.9 Komplikasi
Tingginya kadar kolesterol dapat menyebabkan atherosklerosis yaitu
kondisi dimana terjadinya akumulasi kolesterol dan plak pada dinding
arteri. Plak dapat menghambat aliran darah pada pembuluh darah arteri.
Berikut komplikasi yang dapat terjadi :

1. Nyeri dada
Pembuluh darah arteri adalah bagian dari tubuh yang mengirimkan
darah pada jantung. Jika kerja pembuluh darah arteri terhambat maka
dapat menyebabkan terjadinya nyeri dada atau angina dan gejala lain
dari penyakit jantung.
2. Serangan jantung
Jika plak pada dinding pembuluh darah bocor atau pecah dan terjadi
pembekuan darah maka dapat menghambat peredaran darah pada
pembuluh darah sehingga dapat menyebabkan pengiriman darah ke
jantung juga terhambat. Hal tersebut menyebabkan serangan jantung.
3. Stroke
Seperti pada serangan jantung, jika aliran darah ke otak terhambat
karena terjadi pembekuan darah maka dapat menyebabkan terjadinya
stroke.

1.10 Penatalaksanaan Medis dan Keperawatan/Farmakologi dan Non


Farmakologi/Konvensional dan Komplementer
Fungsi perawatan kesehatan sangat penting dalam membentuk keluarga
yang sehat, perawat mempunyai peran penting dalam mewujudkan
masyarakat yang sehat (Erwina & Yeni, 2018) Menurut (Evania, 2018)
penatalaksanaan hiperkolesteroldapat dilakukan dengan menjaga kadar
kolesterol total agar tetap berada di bawah angka 200 mg/dL, baikkan
kadar kolesterol LDL tidak melebihi angka 100 mg/dL. Hiperkolesterol
yang utama terdiri dari dua macam yaitu nonfarmakologi dan farmakologi
(obatobatan). Terapi farmakologi biasanya diberikan jika kadar kolesterol
saat diperiksa sudah tinggi sehingga perlu penggunaan obatobatan yang
dapat menurukan kadar kolesterol darah. Penatalaksanaan hiperkolesterol
bertujuan untuk menjaga kadar kolesterol total <200 mg/dL dan kadar
kolesterol LDL <100 mg/dL.
1. Non farmakologiS
a. Pengendalian Berat Badan
Kelebihan bobot badan (overweight) atau obesitas dapat menimbulkan
tingginya kadar kolesterol darah. Pengendalian berat badan dapatdilakukan
dengan membatasi asupan kalori, terutamamakanan yang tinggi lemak
jenuh (Evania, 2018).
b. Aktivitas fisik
Aktivitas fisik dapat menaikkan kadar HDL, mengurangi kadar LDL dan
trigliserida, menurunkan tekanan darah, dan memperbaiki sensitivitas
insulin. Aktivitas fisik dengan intensitas baikdianjurkan untuk setiap orang
dewasa. Contoh aktivitas fisik intensitas baik yaitu jalan cepat selama 30-
40 menit (Erwinanto et al., 2017).
c. Pengaturan Makanan
Asupan yang dianjurkan mempertahankan kadar kolesterol dan lemak
dikenal dikenal dengan diet dyslipidemia. Secara umum, diet dyslipidemia
dibedakan menjadi dua tahap dengan prinsip pembatasan asupan lemak
khususnya lemak jenuh dan kolesterol dari makanan. Selain itu, dalam
pengaturan makanan harus memperhatikan 3 J yaitu jenis, jumlah, dan
jadwal. Prinsip 3J secara umum berlaku untuk semua jenis penyakit. Bagi
penderita hiperkolesterol dianjurkan dalam sehari mengkonsumsi makanan
yang harus disesuaikan dengan kadar kolesterol, lipoprotein serta ada
tidaknya penyakit penyerta lain seperti jantung dan diabetes (Evania,
2018).
d. Berhenti merokok
Merokok bisa mengurangi kadar kolesterol baik (HDL) dan meningkatkan
kadar kolesterol jahat (LDL), merokok menyebabkan bertambahnya kadar
karbon monoksida di dalam darah, sehingga meningkatkan resiko
terjadinya cedera pada lapisan dinding arteri. Merokok meningkatkan
kecenderungan darah untuk membentuk bekuan, sehingga meningkatkan
resiko terjadinya penyakit arteri perifer, penyakit arteri coroner, stroke
dan penyubatan pada arteri. Menghentikan merokok dapat meningkatkan
konsentrasi kolesterol HDL sebesar 5-10% (Erwinanto et al., 2017).
2. Farmakologis
Terdapat beberapa golongan obat, antara lain :
a. Resin Penukar Anion
Kolestiramin dan kolestipol adalah resin penukar anion yang digunakan
dalam penatalaksanaan hiperkolesterolemia. Obat-obat tersebut bekerja
dengan cara mengikat asamempedu didalam lumen usus dan mencegah
reabsorbsi.
b. Kelompok klofibrat
Klofibrat (turunan asam ariloksibutirat) dan beberapa analognya
(bezafibral, siprofibral, finofibrat, gemfibrozil) dapat dianggap sebagai
hipolipidemik berspektrum luas.Klofibrat dan beberapa analognya
digunakan dalam pengobatan hyperlipidemia tipe II maupun IV yang efek
utamanya berupa gangguan pada saluran pencernaan.
c. Statin
Statin menghambat secara kompetitif enzim HMG CoAreductase, yakni
enzim pada sintesis kolesterol,terutama dalam hati. Obat-obat ini lebih
efektif dibandingkanresin penukar anion untuk menurunkan lemak jahat
(LDL) tetapi kurang efektif dibandingkan kelompok klofibrat dalam
menurunkan trigliseridadan meningkatkan lemak baik (HDL).Contoh
jenis obat : Atorvastatin, Fluvastatin, Pravastatin, Simvastatin, Lovastatin
d. Kelompok Asam Nikotinat
Asam nikotinat (niasin) merupakan vitamin larut air yang mampu
menurunkan kadar trigliserida dan kolesterol plasma. Mekanisme kerjanya
melalui hambatan mobilisasi lemak serta hambatan sintesis Very Low
Density Lipoprotein (VLDL) dalam hati dan lebih lanjut kolesterol (LDL).
Selain itu, asam nikotinat juga meningkatkan lemak baik (HDL).
e. Omega 3
Minyak ikan yang kaya akan trigliserida laut omega 3, bermanfaat dalam
pengobatan hipertrigliseridemia berat.

1.11Konsep Keperawatan
1.11.1 Pengkajian
1. Health Promotion
Meliputi : kesadaran kesehatan dan manajemen kesehatan tentang
hiperkolesterol.
2. Nutrition
Meliputi : perbandingan antara intake sebelum dan sesudah menderita
hiperkolesterol.
3. Elimination
Meliputi : frekuensi buang air besar dan buang air kecil sebelum dan
sesudah menderita hiperkolesterol. Menjelaskan karakteristik buang air
besar dan buang air kecil tersebut.
4. Activity Rest
Meliputi : jam tidur sebelum dan sesudah menderita hiperkolesterol.
5. Perception/cognition
Meliputi : cara pandang klien tentang hiperkolesterol ,apakah klien
memiliki pemahaman khusus tenteng hiperkolesterol.
6. Self perception
Meliputi : apakah klien merasa cemas/takut tentang penyakit
hiperkolesterol
7. Role perception
Meliputi : hubungan klien dengan perawat yang membantu dalam
menurunkan hiperkolesterol.
8. Sexuality
Meliputi : gangguan atau kelainan seksualitas
9. Coping/Stress Tolerance
Meliputi : bagaimana cara klien mengatasi stressor dalam penyakit yang
dideritanya.
10. Life Principles
Meliputi : apakah klien tetap menjalankan sholat/ibadah yang lain selama
perawatan, apa prinsip hidup yang dimiliki klien.
11. Safety/ Protection
Meliputi : apakah klien merasa nyaman dengan proses perawatan,
bagaimana penampilan psikologis klien seperti tenang, bingung.
12. Growt/ Development
Meliputi : apakah ada kenaikan/penurunan berat badan sebelum dan
sesudah menderita hiperkolesterol.
Pemeriksaan fisik mulai dari pengukuran tanda vital sebagai
berikut; tanda-tanda vital terjadi peningkatan tekanan darah, suhu tubuh,
dan disertai ada atau tidak ada peningkatan nadi, pernapasan. Pada
penderita hiperkolesterol yang tidak diimbangi dengan diet dan aktivitas
fisik kemungkinan besar akan terjadi atherosklerosis yang akan
menjadikan beban berat pada kerja jantung. Jika kerja jantung meningkat
maka frekuensi/irama jantung menjadi tidak teratur dan muncul diagnosa
resiko penurunan curah jantung, jantung tidak akan bekerja dengan normal
sehingga dalam pengangkutan O2 menuju otak menjadi terganggu
sehingga muncul diagnosa nyeri akut dan pola nafas tidak efektif.
1.11.2 Diagnosa Keperawatan
Menurut SDKI Edisi 1 kemungkinan diagnose yang muncul akibat
hiperkolesterolemia yaitu:
a. Risiko perfusi miokard tidak efektif
b. Risiko perfusi perifer tidak efektif
c. Risiko perfusi serebral tidak efektif
d. Defisit pengetahuan
e. Gangguan sirkulasi spontan
f. Penurunan curah jantung
g. Perfusi perifer tidak efektif
h. Risiko pendarahan
g. Risiko perfusi gastrointertinal tidak efektif
1.11.3 Perencanaan
Menurut SIKI Edisi 1 Cetakan II kemungkinan intervensi yang bisa
dilakukan oleh penderita hiperkolesterolemia yaitu:
a. Manajemen Aritmia
b. Perawatan Sirkulasi
c. Edukasi diet
d. Manajemen peningkata tekanan intrakranial
DAFTAR PUSTAKA

Adi PR. 2014. Pencegahan dan penatalaksanaan aterosklerosis. Buku Ajar Ilmu
Penyakit. Dalam. Ed I. Jakarta:InternaPublishing, pp: 1425-1434.
Dadan, n. 2012. Hubungan Kebiasaan Konsumsi Lemak Jenuh dan Obesitas
Sentral dengan Kolesterol Total pada Dosen dan Karyawan Universitas
Siliwangi.
dengan Kadar Kolesterol Pasien Hiperkolesterolemia di Wilayah Kerja Puskesmas
Andalas Padang Tahun 2013. NERS Jurnal Keperawatan, 9(1),30.
https://doi.org/10.25077/njk.9.1.30-38.2013
Erwina, I., & Yeni, F. (2018). Hubungan Fungsi Perawatan Kesehatan Keluarga
Erwinanto, Santoso, A., Putranto, J. N. eko, Pradana, T., Sukmawan, R.,
Evania, A. (2018). Pengaruh Terapi Bekam terhadap Kadar Kolesterol Total pada
Pasien Hiperkolesterolemia di Klinik Pengobatan Islami Refleksi dan
Bekam Samarinda.
Guyton AC, Hall JE, editors. Buku ajar fisiologi kedokteran edisi 11. Jakarta :
Buku Kedokteran EGC; 2008. p. 82-93.
Krisnawati, Ega. 2021. Rangkuman Sistem Sirkulasi pada Manusia, Organ, dan
Mekanismenya.
https://amp-tirto-id.cdn.ampproject.org/v/s/amp.tirto.id/rangkuman-sistem-
sirkulasi-pada-manusia-organ-dan-mekanismenya-
gig8amp_js_v=a6&amp_gsa=1&usqp=mq331AQKKAFQArABIIACAw
%3D%3D#aoh=16412987623066&referrer=https%3A
%2F2Fwww.google.com&amp_tf=Dari%20%251%24s&ampshare=https
%3A%2F%2Ftirto.id%2Frangkuman-sistem-sirkulasi-pada-manusia-organ-
dan-mekanismenya-gig8 . Diakses pada Januari 2022.
Purba, B. A. (2013). Fisiologi Kardiovaskuler.
Ramli, D., & Karani, Y. (2018). Anatomi dan Fisiologi Kompleks Mitral, Jurnal
Kesehatan Andalas. Anatomi Dan Fisiologi Kompleks Mitral, 103–112.
Sari, D. K. (2014). Tanda gejala dan bahaya hiperkolesterolemia. Tanda Gejala
Dan Bahaya Hiperkolesterolemia, (1988), 1–8.
Suryawan, R., … Kasiman, S. (2017). Panduan Tata Laksana Dislipidemia 2017.
Widada, S. T., Martiningsik, M. A., & Carolina, S. C. (2016). Gambaran
Perbedaan Kadar Kolesterol Total Metode CHOD-PAP ( Cholesterol
Oxidase – Peroxsidase Aminoantypirin ) Sampel Serum dan Sampel
Plasma. Teknologi Laboratorium, 5(1), 1–4.
https://doi.org/10.1243/09544070260340871
Willy, Tjin. 2019. Aterosklerosis. https://www.alodokter.com/aterosklerosis.
Diakses pada Januari 2022-01-05

Anda mungkin juga menyukai