Anda di halaman 1dari 26

A.

Konsep Kebutuhan Dasar


1. Pengertian Kenyamanan
Kenyamanan merupakan suatu keadaan seseorang merasa sejahtera atau
nyaman, baik secara mental, fisik, maupun sosial. (Keliat, Windarwati,
Pawirowiyono & Subu, 2015)
kenyamanan menurut (Keliat dkk., 2015) dapat dibagi menjadi tiga yaitu :
a. Kenyamanan fisik ; merupakan rasa sejahtera atau nyaman secara fisik.
b. Kenyamanan lingkungan; merupakan rasa sejahtera atau rasa nyaman yang
dirasahkan didalam atau dengan lingkungannya.
c. Kenyamanan sosial; merupakan keadaan rasa sejahtera atau rasa nyaman
dengan situasi sosialnya.
2. Anatomi dan Fisiologi
a. Pembuluh nadi (arteri)
Pembuluh nadi atau arteri merupakan pembuluh darah yang
mengalirkan darah dari dalam jantung ke seluruh tubuh. Bisa saja diartikan
pembuluh darah yang mengalirkan darah keluar dari jantung. Diameter
pembuluh nadi bervariasi, mulai dari yang paling besar yaitu aorta (± 20 mm )
sampai ke cabangcabangn yang paling kecil yaitu arteriol (± 0,2 mm ).
Kebanyakan pembuluh nadi mengalirkan darah yang mengandung oksigen.
Pada pembuluh nadi terdapat dinding yang bersifat elastis (kenyal) dan
mampu berkontraksi. Dinding pembuluh nadi ini terdiri atas 3 macam
jaringan, meliputi jaringan ikat pada lapisan paling luar, jaringan otot yang
tebal, dan jaringan endotelium yang melapisi permukaan dalam arteri.
Penimbunan senyawa-senyawa lemak pada dinding arteri dapat menyebabkan
penyempitan pembuluh dan hilangnya kekenyalan dinding. Kondisi demikian
disebut arteriosklerosis. Arteri yang membawa darah dari ventrikel kiri
jantung menuju seluruh tubuh disebut aorta. Sementara, arteri bercabang-
cabang membentuk pipa yang lebih kecil disebut arteriola. Arteriola ini
membentuk cabang-cabang lebih kecil dan ujung-ujungnya berhubungan
langsung dengan sel-sel tubuh. Cabang-cabang inilah yang dinamakan
kapiler. Di dalam sistem peredaran darah, arteri terdiri atas 2 macam yakni
arteri pulmonalis dan arteri hepatica. Arteri pulmonalis (arteri paru-paru)
merupakan pembuluh nadi yang membawa darah kotor atau mengandung CO2
keluar dari jantung menuju paru-paru (pulmo). Adapun arteri hepatica
merupakan pembuluh nadi yang membawa darah bersih (kaya O2) menuju ke
hepar (hati). Arteri bertugas untuk:
 Membawa darah bersih (oksigen) kecuali arteri pulmonalis
 Mempunyai dinding yang tebal
 Mempunyai jaringan yang elastis
 Katup hanya pada permulaan keluar dari jantung
 Menunjukkan adanya tempat untuk mendengarkan denyut jantung
 Pembuluh darah arteri yang terbesar adalah Aorta ( yang keluar dari
ventrikel sinistra) dan arteri pulmonalis (yang keluar dari ventrikel
dekstra).
 Cabang dari arteri disebut Arteriola yang selanjutnya menjadi kapiler.
b. Pembuluh vena (vena)
Pada dasarnya, fungsi pembuluh balik berkebalikan dengan pembuluh
nadi. Pembuluh balik (vena) berfungsi mengalirkan darah dari seluruh tubuh
menuju jantung. Bisa juga disebut, pembuluh balik adalah pembuluh darah
yang berasal dari tubuh menuju jantung. Diameter pembuluh balik lebih besar
daripada pembuluh arteri, yakni berkisar 25 mm. Pada tubuh manusia,
kebanyakan pembuluh nadi terletak pada permukaan tubuh. Sehingga,
pembuluh ini terlihat kebiru-biruan pada permukaan kulit. Pembuluh nadi
memiliki dinding arteri, sementara pembuluh balik terdapat dinding vena.
Dinding vena juga tersusun atas 3 jaringan, meliputi jaringan ikat pada lapisan
paling luar, jaringan otot yang sangat tipis dan kurang elastis/kurang kenyal di
tengahnya, dan jaringan endotelium yang melapisi permukaan dalam vena.
Pada vena terdapat cabang yang dinamakan venula. Venula bercabang
menjadi pembuluh yang lebih kecil lagi, yang disebut kapiler. Selain itu,
terdapat vena yang berhubungan secara langsung dengan jantung dan paru-
paru. Pembuluh balik demikian dinamakan vena cava. Pada umumnya, darah
yang mengalir pada vena mengandung banyak darah kotor kaya CO2. Kecuali
vena pulmonalis, vena yang keluar membawa oksigen dari paru-paru.
Oksigen yang dibawa vena pulmonalis ini akan dibawa kembali menuju
jantung. Selain berbagai pembuluh vena tersebut, menurut letaknya, terdapat
pula jenis pembuluh balik yang lain. Khususnya vena cava yang memiliki dua
jenis pembuluh, yakni vena cava superior dan vena cava inferior. Vena cava
superior adalah pembuluh vena yang berasal dari organ-organ tubuh bagian
atas, seperti kepala,leher, dan rambut-rambut. Sedangkan vena cava inferior
adalah pembuluh vena yang berasal dari organ-organ tubuh bagian bawah,
seperti lambung, usus, hati, pankreas, paru-paru, ginjal, kaki, dan lain
sebagainya.
c. Peredaran darah limfa
Pada mamalia dan manusia, selain peredaran darah, terdapat pula

peredaran limfa atau getah bening. Cairan limfa tidak mengandung eritrosit
dan trombosit, tetapi banyak mengandung sel darah putih, yaitu limfosit.
Limfa berperan dalam mengangkut sisa metabolisme, lemak dari usus, dan
menghancurkan kuman. Peredaran limfa tidak selalu melalui pembuluh
sehingga disebut peredaran terbuka. Peredaran limfa dimulai dari jaringan dan
berakhir pada pembuluh balik di bawah selangka. Cairan limfa berasal dari
plasma darah dalam kapiler darah yang keluar menuju jaringan tubuh.
Kemudian, cairan limfa ini masuk ke dalam dua macam pembuluh getah
bening, yaitu duktus limfatikus dekster dan duktus toraksikus sinister. Duktus
limfatikus dekster ialah pembuluh yang mengalirkan cairan limfa dari kepala,
leher, dada, paru-paru, jantung, dan tangan sebelah kanan masukke pembuluh
balik bawah tulang selangka kanan. Sedangkan, duktus toraksikus sinister
ialah pembuluh yang mengalirkan cairan limfa dari kepala, leher, dada, paru-
paru, jantung, dan tangan sebelah kiri masuk ke pembuluh balik di bawah
tulang selangka kiri. Sistem pembuluh limfe merupakan suatu jalan tambahan
tempat cairan dapat mengalir dari ruang interstitial ke dalam darah.pembuluh
limfa dapat mengangkut protein dan zat partikel besar, keluar ruang jaringan
yang tidak dikeluarkan dengan absorbs secara langsung kedalam kapiler darah.
Sistem pembuluh limfe terdiri dari:
1. Duktus limfatikus dekstra: Duktus limfatikus jugularis dekstra, subclavia,
dan bronkomediastinalis masing-masing mengalisrkan cairan limfa sisi
kepala dan leher.
2. Duktus limfatikus sinistra: Mulai terlihat dalam abdomen sebagai kantong
limfe yang memanjang.
3. Nodus limfatisi: Berbentuk lonjong seperti buah kacang dan terdapat di
sepanjang pembuluh limfe.
4. Kapiler limfa: sedikit cairan yang kembali ke sirkulasi melalui pembuluh
limfe.

4. Perubahaan Fungsi
Volume sekuncup dan total peripheral resistance dapat mempengaruhi tekanan
darah. Apabila dari salah satu variabel tersebut mengalami peningkatan dan tidak
terkompensasi maka hipertensi dapat terjadi. Didalam tubuh memiliki sistem yang
berfungsi mencegah tekanan darah yang terus menerus yang disebabkan oleh
pertahanan stabilitas tekanan darah dalam jangka panjang dan gangguan sirkulasi.
Pengendalian dimulai sistem reaksi epat seperti reflek kardiovaskuler melalui sistem
saraf, refleks kemoreseptor, respon iskemi, susunan saraf pusat yang berasal dari
atrium, dan arteri pulmonalis otot polos. Sedangkan sistem sistem pengendalian
lambat melalui perpindahan cairan antara sirkulasi kapiler dan rongga intertisial
yang dapat dikontrol oleh hormon angiotensin dan vasopresin. Kemudian berlanjut
ke sistem poten dan belangsung dalam jangka yang panjang dan dipertahankan oleh
sistem pengaturan jumlah cairan tubuh yang dapat melibatkan berbagai organ
Mekanisme terjadinya hipertensi adalah dimulai dari terbentuknya angiotensin II
dari angiotensin I oleh angiotensin I cenverting enzym (ACE). ACE memegang
peran fisiologis dalam mengatur tekanan darah. Selanjutnya oleh hormon renin akan
Angiotensin I akan diubah menjadi angiotensin II. Yang memiliki peranan dalam
menaikan tekanan darah melalui dua aksi utama ialah angiotensin II. Meningkatkan
sekresi hormon antideuretik (ADH) dan rasa haus adalah aksi yang pertama. ADH
diproduksi di hipotalamus (kelenjar pituitari) dan bekerja untuk mengatur
osmolalitas dan volume urin dalam ginjal. Dengan ADH yang meningkat, urine
yang diekskresikan diluar tubuh sangat sedikit (antidiuresis), sehingga
osmolalitasnya tinggi fan menjadi sangat pekat. Untuk mengencerkannya, volume
cairan ekstraseluler ditingkatkan dengan menarik cairan dari bagian intraseluler dan
mengakibatkan volume darah meningkat dan tekanan darah juga ikut meningkat.
Menstimulasi sekresi aldosteron dari korteks adrenal adalah aksi yang kedua.
Aldosteron adalah hormon steroid yang memiliki peran penting dalam ginjal.
Aldosteron akan mengurangi sekresi NaCl (garam) untuk mengatur volume cairan
ekstraseluler dengan cara mereabsrobsinya dari tubulus ginjal. Konsentrasi NaCl
akan naik dan diencerkan kembali dengan cara meningkatkan volume cairan
ekstraseluler yang pada waktunya akan meningkatkan volume tekanan darah

5. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum

Observasi tingkat distress pasien. Tingkat kesadaran harus dicatat dan


dijelaskan. Evaluasi terhadap kemampuan pasien untuk berpikir secara logis
sangat penting dilakukan karena merupakan cara untuk menentukan apakah
oksigen mampu mencapai otak (perfusi otak). Kesadaran klien perlu dinilai
secara umum yaitu compos mentis, apatis, somnolen, sopor, soporokomatous,
atau koma.
b. Pemeriksaan tekanan darah
Tekanan darah adalah tekanan yang ditimbulkan pada dinding arteri.
Tekanan ini dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti curah jantung,
ketegangan arteri, dan volume, laju serta kekentalan (viskositas) darah.
Tekanan darah biasanya digambarkan sebagai rasio tekanan sistolik terhadap
tekanan diastolic, dengan nilai dewasa normalnya berkisar dari 100/60 sampai
140/90. Teknik penggukuran tekanan darah meliputi :

a) Manset spignomanometer diikatkan pada lengan atas, stetoskop

ditempatkan pada arteri brakialis pada permukaan ventral siku agak bawah

manset spigmomanometer.

b) Tekanan dalam spigmomanometer dinaikkan dengan memompa udara ke

dalam manset sampai denyut radial dan brachial menghilang. Manset

dikembangkan lagi sebesar 20 sampai 30 mmHg diatas titik hilangnya

denyutan radial kemudian tekanan didalam spigmomanometer di turunkan

secara perlahan.
c) Pada saat denyut nadi mulai terdengar kembali, baca tekanan yang

tercantum pada skala spigmomanometer, tekanan ini adalah tekanan

sistolik.

d) Suara denyyutan nadi selanjutnya agak keras dan tetap terdengar sekeras

itu sampai suatu saat denyutannya melemah atau menghilang sama sekali.

Suara denyutan terakhir adalah tekanan diastolic.

c. Pemeriksaan nadi
1. Palpasi
Penilaian palpasi meliputi frekuensi, irama, kualitas, konfigurasi
gelombang, dan keadaan pembuluh darah. Secara normal irama merupakan
interval reguler yang terjadi antara setiap denyut nadi atau jantung. Bila
irama nadi tidak teratur, maka frekuensi jantung harus dihitung dengan
melakukan auskultasi denyut apikal selama satu menit penuh sambil
meraba denyut nadi. Setiap perbadaan antara kontraksi yang terdengar dan
nadi yang teraba harus dicatat. Gangguan irama (disritmia) sering
mengakibatkan defisit nadi, suatu perbedaan antara frekuensi apeks
(frekuensi jantung yang terdengar di apeks jantung) dan frekuensi nadi.
Defisit nadi biasanya terjadi pada fibrilasi atrium, flutter atrium, kontraksi
ventrikel premature dan berbagai derajat blok jantung. Kekuatan atau
amplitudo dari nadi menunjukkan volume darah yang diejeksikan ke
dinding arteri pada setiap kontraksi jantung dan kondisi sistem pembuluh
darah arterial yang mengarah pada nadi. Secara normal, kekuatan nadi
tetap sama pada setiap denyut jantung.
d. Tangan

Pada pasien jantung, yang berikut merupakan temuan yang paling penting

untuk diperhatikan saat memeriksa ekstremitas atas :

a) Sianosis perifer, dimana kulit tampak kebiruan, menunjukkan penurunan

kecepatan aliran darah ke perifer, sehingga perlu waktu yang lebih lama

bagi hemoglobin mengalami desaturasi. Normal terjadi pada

vasokonstriksi perifer akibat udara dingin, atau pada penurunan aliran

darah patologis, misalnya, syok jantung.

b) Pucat, dapat menandakan anemia atau peningkatan tahanan vaskuler

sistemik.
c) Waktu pengisian kapiler (CRT=Capillary Refill Time), merupakan dasar

memperkirakan kecepatan aliran darah perifer. Untuk menguji pengisian

kapiler, tekanlah dengan kuat ujung jari dan kemudian lepaskan dengan

cepat. Secara normal, reperfusi terjadi hampir seketika dengan kembalinya

warna pada jari. Reperfusi yang lambat menunjukkan kecepatan aliran

darah perifer yang melambat, seperti terjadi pada gagal jantung.

d) Temperatur dan kelembapan tangan dikontrol oleh sistem saraf otonom.

Normalnya tangan terasa hangat dan kering. Pada keadaan stress, akan

terasa dingin dan lembab. Pada syok jantung, tangan sangat dingin dan

basah akibat stimulasi sistem saraf simpatis dan mengakibatkan

vasokonstriksi.

e) Edema meregangkan kulit dan membuatnya susah dilipat.

f) Penurunan turgor kulit terjadi pada dehidrasi dan penuaan.

g) Penggadaan (clubbing) jari tangan dan jari kaki menunjukkan desaturasi

hemoglobin kronis, seperti pada penyakit jantung congenital.

e. Pemeriksaan vena jugularis

Perkiraan fungsi jantung kanan dapat dibuat dengan mengamati

denyutan vena jugularis di leher. Ini merupakan cara memperkirakan tekanan

vena sentral, yang mencerminkan tekanan akhir diastolic atrium kanan atau

ventrikel kanan (tekanan sesaat sebelum kontraksi ventrikel kanan). Vena

jugularis diinspeksi untuk mengukur tekanan vena yang dipengaruhi oleh

volume darah, kapasitas atrium kanan untuk menerima darah dan

mengirimkannya ke ventrikel kanan, dan kemampuan ventrikel kanan untuk

berkontraksi dan mendorong darah ke arteri pulmoner. Teknik :

a) Minta klien berbaring telentang dengan kepala di tinggikan 30 sampai 45

derajat (posisi semi-Fowler)


b) Pastikan bahwa leher dan toraks atas sudah terbuka. Gunakan bantal untuk

meluruskan kepala.

c) Hindari hiperekstensi atau fleksi leher untuk memastikan bahwa vena tidak

teregang atau keriting.

d) Biasanya pulsasi tidak terlihat jika klien duduk. Pada saat klien kembali ke

posisi telentang dengan perlahan, tinggi pulsasi vena mulai meningkat

diatas tinggi manubrium, yaitu 1 atau 2 cm disaat klien mencapai sudut 45

derajat. Mengukur tekanan vena dengan mengukur jarak vertical antara

sudut Louis dan tingkat tertinggi titik pulsasi vena jugularis interna yang

dapat dilihat.

e) Gunakan dua penggaris. Buat garis dari tepi bawah penggaris biasa dengan

ujung area pulsasi si vena jugularis. Kemudian ambil penggaris sentimeter

dan buat tegak lurus dengan penggaris pertama setinggi sudut sternum.

Ukur dalam sentimeter jarak antara penggaris kedua dan sudut sternal.

f) Ulangi pengukuran yang sama di sisi yang lain. Tekanan bilateral lebih

dari 2,5 cm dianggap meningkat dan merupakan tanda gagal jantung

kanan. Peningkatan tekanan di satu sisi dapat disebabkan oleh obstruksi.

f. pemeriksaan Jantung

a) Inspeksi
1. Toraks/dada
Pasien berbaring dengan dasar yang rata. Pada bentuk dada “Veussure
Cardiac” terdapat penonjolan setempat yang lebar di daerah
precordium, di antara sternum dan apeks codis. Kadang-kadang
memperlihatkan pulsasi jantung . Adanya Voussure Cardiaque,
menunjukkan adanya kelainan jantung organis, kelainan jantung yang
berlangsung sudah lama/terjadi sebelum penulangan sempurna,
hipertrofi atau dilatasi ventrikel. Benjolan ini dapat dipastikan dengan
perabaan.
2. Ictus Cordis
Pada orang dewasa normal yang agak kurus, seringkali tampak dengan
mudah pulsasi yang disebut ictus cordis pada intercostal V, linea
medioclavicularis kiri. Pulsasi ini letaknya sesuai dengan apeks
jantung. Diameter pulsasi kira-kira 2 cm, dengan punctum maksimum
di tengah-tengah daerah tersebut. Pulsasi timbul pada waktu sistolis
ventrikel. Bila ictus kordis bergeser ke kiri dan melebar, kemungkinan
adanya pembesaran ventrikel kiri. Pada pericarditis adhesive, ictus
keluar terjadi pada waktu diastolis, dan pada waktu sistolis terjadi
retraksi ke dalam. Keadaan ini disebut ictus kordis negatif. Pulsasi
yang kuat pada sela iga III kiri disebabkan oleh dilatasi arteri
pulmonalis. Pulsasi pada supra sternal mungkin akibat kuatnya
denyutan aorta. Pada hipertrofi ventrikel kanan, pulsasi tampak pada
sela iga IV di linea sternalis atau daerah epigastrium. Perhatikan
apakah ada pulsasi arteri intercostalis yang dapat dilihat pada
punggung. Keadaan ini didapatkan pada stenosis mitralis. Pulsasi pada
leher bagian bawah dekat scapula ditemukan pada coarctatio aorta.

b). Palpasi

Impuls apical terkadang dapat pula dipalpasi. Normlanya terasa

sebagai denyutan ringan, dengan diameter 1 sampai 2 cm. Telapak tangan

mula-mula digunakan untuk mengetahui ukuran dan kualitasnya. Bila

impuls apical lebar dan kuat, dinamakan sembulan (heave) atau daya

angkat ventrikel kiri. Dinamakan demikian karena seolah “mengangkat”

tangan dari dinding dada selama palpasi.  PMI abnormal. Bila PMI terletak

dibawah ruang interkostal V atau disebelah lateral garis medioklavikularis,

penyebabnya adalah pembesaran ventrikel kiri karena gagal jantung kiri.

Secara normal, PMI hanya teraba pada satu ruang interkostal. Bila PMI

dapat teraba pada dua daerah yang terpisah dan gerakan denyutannya

paradoksal (tidak bersamaan), harus dicurigai adanya aneurisma

ventrikel.  Disamping adanya pulsasi perhatikan adanya getaran ”thrill”

yang terasa pada telapak tangan, akibat kelainan katup-katup jantung.

Getaran ini sesuai dengan bising jantung (murmur) yang kuat pada waktu

auskultasi sehingga dapat di palpasi. Thrill juga dapat dipalpasi diatas

pembuluh darah bila ada obstruksi aliran darah yang bermakna, dan akan

terjadi di atas arteri karotis bila ada penyempitan (stenosis) katup aorta.

Tentukan pada fase apa getaran itu terasa, demikian pula lokasinya.
c). Perkusi

Kegunaan perkusi adalah menentukan batas-batas jantung. Pada

penderita emfisema paru terdapat kesukaran perkusi batas-batas jantung.

Selain perkusi batas-batas jantung, juga harus diperkusi pembuluh darah

besar di bagian basal jantung. Pada keadaan normal antara linea sternalis

kiri dan kanan pada daerah manubrium sterni terdapat pekak yang

merupakan daerah aorta. Bila daerah ini melebar, kemungkinan akibat

aneurisma aorta.Untuk menentukan batas kiri jantung lakukan perkusi dari

arah lateral ke medial. Batas jantung kiri memanjang dari garis

medioklavikularis di ruang interkostal III sampai V. Perubahan antara

bunyi sonor dari paru-paru ke redup relative kita tetapkan sebagai batas

jantung kiri.

Batas kanan terletak di bawah batas kanan sternum dan tidak dapat

dideteksi. Pembesaran jantung baik ke kiri maupun ke kanan biasanya

akan terlihat.  Pada beberapa orang yang dadanya sangat tebal atau obes

atau menderita emfisema, jantung terletak jauh dibawah permukaan dada

sehingga bahkan batas kiri pun tidak jelas kecuali bila membesar.

d). Auskultasi Jantung

Pemeriksaan auskultasi jantung meliputi pemeriksaan bunyi jantung,

bising jantung dan gesekan pericard.


1. Bunyi Jantung
Untuk mendengar bunyi jantung, perhatikan lokalisasi dan asal bunyi
jantung, tentukan bunyi jantung S1 dan S2, intensitas bunyi dan
kualitasnya, ada tidaknya bunyi jantung S3 dan bunyi jantung S4, irama
dan frekuensi bunyi jantung, dan bunyi jantung lain yang menyertai
bunyi jantung.
2. Lokalisasi dan asal bunyi jantung

Auskultasi bunyi jantung dilakukan pada tempat-tempat sebagai berikut :


 Ictus cordis untuk mendengar bunyi jantung yang berasal dari katup

mitral

 Intercostal II kiri untuk mendengar bunyi jantung yang berasal dari

katup pulmonal.

 Intercostal III kanan untuk mendengar bunyi jantung yang berasal dari

aorta

 Intercostal IV dan V di tepi kanan dan kiri sternum atau ujung sternum

untuk mendengar bunyi jantung yang berasal dari katup trikuspidal.

Tempat-tempat auskultasi di atas adalah tidak sesuai dengan tempat dan

letak anatomis dari katup-katup yang bersangkutan. Hal ini akibat

penghantaran bunyi jantung ke dinding dada.


3. Menentukan bunyi jantung I dan II

Pada orang sehat dapat didengar 2 macam bunyi jantung :


Bunyi jantung I (S1), ditimbulkan oleh penutupan katup-katup mitral dan
trikuspidal. Bunyi ini adalah tanda mulainya fase sistole ventrikel. Bunyi
jantung I di dengar bertepatan dengan terabanya pulsasi nadi pada arteri
carotis.
Bunyi jantung II (S2), ditimbulkan oleh penutupan katup-katup aorta dan
pulmonal dan tanda dimulainya fase diastole ventrikel.
4. Intesitas dan Kualitas Bunyi

Intensitas bunyi jantung sangat dipengaruhi oleh tebalnya dinding dada


dan adanya cairan dalam rongga pericard.Intensitas dari bunyi jantung
harus ditentukan menurut pelannya atau kerasnya bunyi yang terdengar.
Bunyi jantung I pada umumnya lebih keras dari bunyi jantung II di
daerah apeks jantung, sedangkan di bagian basal bunyi jantung II lebih
besar daripada bunyi jantung I. 
5. Perhatikan pula kualitas bunyi jantung

Pada keadaan splitting (bunyi jantung yang pecah), yaitu bunyi jantung I
pecah akibat penutupan katup mitral dan trikuspid tidak bersamaan. Hal
ini mungkin ditemukan pada keadaan normal. Bunyi jantung ke 2 yang
pecah, dalam keadaan normal ditemukan pada waktu inspitasi di mana P
2 lebih lambat dari A 2. Pada keadaan dimana splitting bunyi jantung
tidak menghilang pada respirasi (fixed splitting), maka keadaan ini
biasanya patologis dan ditemukan pada ASD dan Right Bundle branch
Block (RBBB).
6. Ada tidaknya bunyi jantung III dan bunyi jantung IV

Bunyi jantung ke 3 dengan intensitas rendah kadang-kadang terdengar


pada akhir pengisian cepat ventrikel, bernada rendah, paling jelas pada
daerah apeks jantung. Dalam keadaan normal ditemukan pada anak-anak
dan dewasa muda. Dalam keadaan patologis ditemukan pada kelainan
jantung yang berat misalnya payah jantung dan myocarditis. Bunyi
jantung 1, 2 dan 3 memberi bunyi seperti derap kuda, disebut sebagai
protodiastolik gallop.
Bunyi jantung ke 4 terjadi karena distensi ventrikel yang dipaksakan
akibat kontraksi atrium, paling jelas terdengar di apeks cordis, normal
pada anak-anak dan pada orang dewasa didapatkan dalam keadaan
patologis yaitu pada A – V block dan hipertensi sistemik. Irama yang
terjadi oleh jantung ke 4 disebut presistolik gallop.
7. Irama dan frekuensi bunyi jantung

Irama dan frekuensi bunyi jantung harus dibandingkan dengan frekuensi


nadi. Normal irama jantung adalah teratur dan bila tidak teratur disebut
arrhythmia cordis.Frekuensi bunyi jantung harus ditentukan dalam
semenit, kemudian dibandingkan dengan frekuensi nadi. Bila frekuensi
nadi dan bunyi jantung masing-masing lebih dari 100 kali per menit
disebut tachycardi dan bila frekuensi kurang dari 60 kali per menit
disebut bradycardia. Kadang-kadang irama jantung berubah menurut
respirasi. Pada waktu ekspirasi lebih lambat, keadaan ini disebut sinus
arrhytmia. Hal ini disebabkan perubahan rangsang susunan saraf otonom
pada S – A node sebagai pacu jantung. Jika irama jantung sama sekali
tidak teratur disebut fibrilasi. Adakalanya irama jantung normal sekali-
kali diselingi oleh suatu denyut jantung yang timbul lebih cepat disebut
extrasystole, yang disusul oleh fase diastole yang lebih panjang
(compensatoir pause). Opening snap, disebabkan oleh pembukaan katup
mitral pada stenosa aorta, atau stenosa pulmonal. 
g. Paru

Temuan yang sering ditemukan pada pasien jantung meliputi :

a) Takipnea. Napas yang cepat dan dangkal dapat terlihat pada pasien yang

mengalami gagal jantung atau kesakitan, atau yang sangat cemas.

b) Respirasi chyne-stokes. Pasien yang menderita gagal ventrikel kiri berat

dapat memperlihatkan pernapasan chyne-stokes, yang ditandai dengan

napas cepat berseling dengan periode apnea.


c) Hemoptitis. Sputum yang berbusa merah muda menunjukkan adanya

edema pulmo akut.

d) Batuk. Batuk kering dan dalam akibat iritasi jalan napas kecil sering

dijumpai pada pasien kongesti pulmo akibat gagal jantung.

e) Krekels. Gagal jantung atau atelektasis yang berhubungan dengan tirah

baring, belatan karena nyeri iskemia, atau efek obat penghilang nyeri dan

penenang sering mengakibatkan krekels.

f) Mengi. Kompresi pada jalan napas kecil akibat edema jaringan interstitial

paru dapat mengakibatkan mengi.

h. Abdomen
Pada pasien jantung, ada 2 komponen pemeriksaan abdomen yang sering
dilakukan

a) Refluks hepatojuguler. Pembengkakan hepar terjadi akibat penurunan

aliran balik vena yang disebabkan karena gagal ventrikel kanan. Hepar

menjadi besar, keras, tidak nyeri tekan, dan halus. Refluks hepatojuguler

dapat diperiksa dengan menekan hepar secara kuat selama 30 sampai 60

detik dan akan terlihat peninggian tekanan vena jugularis sebesar 1 cm.

Peninggian ini menunjukkan ketidakmampuan sisi kanan jantung

menanggapi kenaikan volume.

b) Distensi kandung kemih. Haluaran urin merupakan indikator fungsi

jantung yang penting. Maka penurunan haluaran urin merupakan temuan

signifikan yang harus diselidiki untuk menentukan apakah penurunan

tersebut merupakan penurunan produksi urin (yang terjadi bila perfusi

ginjal menurun) atau karena ketidakmampuan pasien untuk buang air

kecil.

i. Kaki dan tungkai


Kebanyakan pasien yang menderita penyakit jantung mengalami juga
penyakit vaskuler perifer, atau edema perifer akibat gagal ventrikel kanan.
Maka pada semua pasien jantung penting dikaji sirkulasi sirkulasi arteri perifer
dan aliran balik vena.
5. Pemeriksaan Diagnostik
a. Elektrokardiografi (EKG)
Mengetahui gambaran aktivitas listrik jantung, mendeteksi pembesaran
ruang jantung, dan gangguan irama jantung.
b. Foto rontgen dada.
Dapat melihat pembesaran jantung dan melihat kondisi paru-paru.
c. EKG treadmill.
Berfungsi untuk melakukan pemantauan jantung, mengukur terhadap
aktifitas fisik ysng dijalani.
d. Ekokardiografi
Ekokardiografi merupakan USG jantung yang memproduksi gambar
jantung menggunakan gelombang suara. Ekokardiografi dapat melihat
pergerakan jantung, struktur jantung, katup jantung dan aliran darah dalam
jantung. Ekokardiografi layaknya pemeriksaan USG dilakukan dengan
menempelkan alat (probe) melalui dinding luar dada, lalu akan
menampilkanhasil gambar ke monitor. Selain melalui dinding dada, probe
dapat dimasukkan melalui mulut ke dalam kerongkongan (esofagus) dengan
tujuan melihat jantung lebih dekat lagi, tes ini disebut transesophageal
echocardiogram.
e. Kateterisasi jantung.
Dilakukan dengan menyuntikkan zat warna (kontras) ke dalam
pembuluh darah coroner dan dilakukan foto rontgen. Untuk menyuntikkan
zat warna, akan dimasukkan selang kecil (kateter) melalui pembuluh darah
arteri dilengan atau tungkai. Pemeriksaan ini dilakukan untuk melihat
pembuluh darah koroner secara rinci, mengukur tekanan rongga jantung, dan
evaluasi fungsi jantung.
f. MRI jantung.
Pemeriksaan yang menggunakan medan magnet dan gelombang radio
untuk melihat gambaran jantung dan katupnya secara rinci, untuk mengetahui
tingkat keparahan dari penyakit katup jantung.
6. Tindakan Penanganan
Tindakan penanganan bagi pasien dengan penyakit sitem kardivaskuler
seperti CHF. Pada pasien CHF pada umumnya harus diberikan sedikitnya
empat jenis pengobatan yakni ACE inhibitor, diuretik, beta bloker, dan
memerlukan obat tambahan untuk penyakit penyerta sehingga harus diberikan
beberapa jenis pengobatan.
B. Konsep Keperawatan Teori
1. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian pada klien dengan gagal jantung merupakan salah satu aspek
penting dapam proses keperawatan. Hal ini untuk merencanakan tindakan lanjutnya.
Perawat mengumppulkan data dasar mengenai informasi status terkini klien tentang
pengkajiaan sistem kardiovaskuler sebagai prioritas pengkajian. Pengkajian
sistematis pasien mencangkup riwayat yang cermat, khususnya yang berhubungan
dengan gambaran gejala. Tanda dan gejalan yang muncul pada klien Congestive
Heart Failure (CHF) antara lain dyspnea, batuk, mudah lelah, insomnia,
kegelisahan, edema ekstremitas dan anoreksia.
a. Identitas
Meliputi nama, usia, jenis kelamin, pendidikan, status perkawinan, suku/
bangsa, agama, tanggal masuk rs, tanggal pengkajian, nomor medrec, diagnosa
medis dan alamat.
b. Riwayat Kesehatan
Keluhan utama yang paling sering manjadi alasan klien meminta pertolongan
kesehatan, meliputi:
1. dispnea
Keluhan dispnea atau sesak nafas merupakan manifestasi kongesti
pulmonalis skunder dan kegagalan ventrikel kiri dalam melakukan
kontraktilitas sehingga akan m engurangi curah secukupnya.
2. kelemahan fisik
Manifestasi utama dari penurunan curah jantung adalah kelemahan dalam
melakukan aktivitas.
3. edema sistematik
Tekanan arteri paru dapat meningkatkan respons terhadap peningkatan
kronis terhadap vena paru.
c. Riwayat Penyakit Sekarang
Pengkajian riwayat penyakit sekarang yang mendukung keluhan utama
dilakukan dengan melanjutkan serangkaian pertanyaan mengenai kelemahan
fisik klien.
d. Riwayat Penyakit Dahulu
Pengkajian riwayat penyakit dahulu yang mendukung dengan mngkaji apakah
sebelumya klien pernah menderita nyeri dada khas infark miokardium,
hipertensi, DM dan hiperlipidemia
e. Riwayat Keluarga
Perawat menanyakan tentang pakit yang pernah dilami anggota keluarga, serta
bila ada anggota keluarga yang meninggal, maka penyebab kematian juga
ditanyakan.
f. Pemeriksaan Fisik
1. keadaan umum
Pada pemeriksaan keadaan umum klien gagal jantung biasanya didapatkan
kesadaran yang komposmetis dan akan berubah sesuai tingkat gangguan
yang melibatkan perfusi sistem saraf pusat. TTV normal.
2. Pemeriksaan persistem
a) Sistem pernafasan
Pengkajian yang didapat adanya tanda, kongesi vaskuler pulmonal
adalah dispnea, ortopnea, dispnea nokturnal proksimal, batuk dan
edema pulmonal akut dan retraksi dinding dada.
b) Sistem kardiovaskuler Inspeksi: adanya parut pada dada, kelemahan
fisik, dan adanya edema ekstremitas. Palpasi: oleh karena peningkatan
frekuensi jantung merupakan respon awal jantung terhadap stress,
sinus takikardia mungkin dicurigai dan sering ditemukan pada
pemeriksaan klien dengan kegagalan pompa jantung. Auskultasi:
Tekanan darah biasanya menurun akibat penurunan volume sekuncup.
Perkusi: batas jantung pergeseran yang menunjukan adanya hipertrofi
jantung
c) Sistem persyarafan Kesadaran biasanya composmetis, didapatkan
sianosis perifer apabila gangguan perfusi jaringan berat. pengkajian
objektif klien: wajah meringis, menangis, merintih, meregang, dan
menggeliat.
d) Sistem pencernaan Klien biasanya didapatkan mual dan muntah,
penurunan nafsu makan akibat pembesaran vena dan statis vena di
dalam rongga abdomen, serta penurunan berat badan.
e) Sistem endokrin Melalui auskultasi, pemeriksaan dapat mengdengar
bising. Bising kelenjer tiroid menunjukkan peningkatan vaskulariasis
akibat hiperfungsi tiroid.
f) Sistem integumen Pemeriksaan wajah pada klien bertujuan
menemukan tanda – tanda yang menggambarkan kondisi klien terkait
dengan penyakit jantung yang di alaminya.
g) Sistem mukulusskeletal Kebanyakan klien yang mengalami Congestive
Heart Failure juga mengalami penyakit vaskuler atau edema perifer.
Pengkajian sistem muskuluskeletal pada gangguan kardiovaskuler
CHF, mungkin di temukan kelemahan fisik, kesulitan tidur, aktifitas
terbatas pan personal hygine.
2. Diagnosa Keperawatan
NANDA (2018) menyatakan masalah keperawatan atau diagnosa yang sering
muncul pada klien Congestive Heart Failure (CHF) adalah sebagai berikut:
a. Resiko penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan kontraktilitas,
afterload, frekuensi, irama, volume sekuncup jantung.
b. Hambatan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran alveolar-
kapiler/ketidakseimbangan ventilasi-perfusi.
c. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan posisi tubuh menghambat
ekspansi paru, hiperventilasi, keletihhan otot pernafasan.
d. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan kelebihan asupan
cairan/kelebihan asupan natrium.
e. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai
oksigen/kebutuhan, tirah baring lama/imobilitas, fisik tidak bugar, gaya hidup
kurang gerak.
f. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan agens cedera kimiawi, lembab,
tekanan tonjolan tulang, gangguan volume cairan, nutrisi tidak adekuat.
g. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
asupan diet kurang, ketidakmampuan mencerna makanan, ketidakmampuan
makan.
3. Perencanaan Keperawatan

N Diagnosa keperawatan NOC NIC Rasional


o
1. Resiko penurunan curah Dalam waktu 1. Monitor 1. Perbandingan
jantung berhubungan dengan 3x24 jam tanda-tanda dari tekanan
perubahan kontraktilitas, penurunan curah vital memberikan
afterload, frekuensi, irama, jantung dapat 2. Palpasi gambaran yang
volume sekuncup jantung teratasi dengan nadi perifer lebih lengkap
kriteria hasil: a 3. Monitor tentang masalah
Tanda-tanda vital bunyi vaskular
dalam batas jantung 2. penurunan
normal b Nadi 4. Monitor curah jantung
perifer kuat dan kulit dapat menunjukan
simetris terhadap nadi cepat hilang
c Bunyi jantung pucat dan atau tidak teratur
abnormal tidak sianosis saat dipalpasi
ada 5. Catat 3. S1 dan S2
d Kelelahan yang adanya mungkin lemah
ekstrim tidak ada disaritmia karena
e Klien jantung menurunnya kerja
melaporkan 6. Monitor pompa
penurunan adanya 4. Pucat
dispnea, angina. dyspneu, menunjukan
fatigue, menurunnya
takipneu dan perfusi perifer
ortopneu terhadap tidak
7. Monitor adekuatnya curah
status hidrasi jantung
(kelembaban 5. Disaritmia yang
membran mengancam hidup
mukosa, nadi yang dapat terjadi
adekuat) sehubungan
8. Monitor dengan
indikasi ketidakseimbanga
retensi n elektrolit
cairan/kelebi 6.Terjadinya/
han cairan teratainya gejala
(cracles,. menunjukan status
CVP, edema, keseimbangan
distensi vena cairan
leher, asites) 7. Adanya pucat,
9. Monitor nadi adekuat, kulit
berat pasien lembab mungkin
sebelum dan berkaitan dengan
sesudah penuruan curah
dialisis jantung
10. Monitor 8. Dapat
status nutrisi, mengindikasikan
berikan gagal jantung,
cairan 11. kerusakan ginjal
Kolaborasi atau vascular
pemberian 9. Perubahan tiba-
diuretik tiba pada berat
sesuai badan
indikasi menunjukan
12. Berikan gangguan
cairan IV keseimbangan
pada suhu cairan 10. Cairan
ruangan 13. dapat dibutuhkan
Catat secara untuk mencegak
akurat intake dehidrasi,
dan output meskipun
14. Monitor pembatasan cairan
warna dan diperlukan
jumlah 11. Diuretik blok
reabsorbsi
diuretik, sehingga
mempengaruhi
reabsorbsi air
12. Memenuhi
kesimbangan
cairan 13.
Mengetahui
adanya
ketidakseimbanga
n pemasukan dan
pengeluaran
14. Urine yang
sedikit pekat
karena adanya
penurunan fungsi
ginjal
2. Hambatan pertukaran gas Dalam waktu 1. Auskultasi 1. Tambahan
berhubungan dengan 3x24 jam bunyi nafas, bunyi nafas
perubahan membran kerusakann cacat adanya (krekles) dapat
alveolarkapiler/ketidakseimb pertukaran gas suara menunjukan
angan ventilasi-perfusi dapat teratasi tambahan timbulnya edema
dengan kriteria 2. Posisikan paru atau gagal
hasil: pasien untuk jantung kronis
a Tanda-tanda memaksimal 2. Menurunkan
vital dalam kan ventilasi beban kerja
rentang normal 3. Barikan jantung,
b.Mendemonstras bronkodilato memaksimalkan
ikan peningkatan r bila perlu 4. curah jantung
ventilasi dan Monitor rata- 3. Merileksasikan
oksigenasi yang rata, otot halus dan
adekuat kedalaman, menurunkan
c Memelihara irama kongesti lokal,
kebersihan paru respirasi menurunkan
dan bebas dari 5. Catat spasme jalan
tanda-tanda pergerakan nafas, mengi, dan
distress dada, produksi mukosa
pernafasan kesimetrisan, 4. Peningkatan
d.Mendemonstras penggunaan kerja nefas
ikan batuk otot menunjukan
efektif, suara tambahan, peningkatan
afas bersih dan retraksi otot konsumsi oksigen
tidak ada sianosis 6. Monitor dan kebutuhan
san dyspneu pola nafas: energi
bradipnea, 5. Pernapasan
takipnea, meningkat sebagai
kussmaul, mekanisme
hiperventilas kompensasi awal
i terhadap
7. Auskultasi hilangnya jaringan
suara paru paru
setelah 6. Untuk
tindakan mengetahui
untuk adanya gangguan
mengetahui pernafasan
hasilnya 7.Mengidentifikas
i hasil setelah
dilakukan
intervensi
3. Ketidakefektifan pola nafas Dalam waktu 1. Monitor 1. Perubahan
berhubungan dengan posisi 3x24 jam tanda-tanda hemodinamik
tubuh menghambat ekspansi ketidakefektifan vital dapat menunjukan
paru, hiperventilasi, pola nafas dapat 2. Auskultasi hipoksemia
keletihhan otot pernafasan teratasi dengan suara sistemik pada
kriteria hasil: pernafasan fungsi jantung
a Tanda-tanda abnormal 2. Krekles dan
vital dalam 3. Monitor ronchi dapat
rentang normal irama, menunjukann
b.Mendemonstras kedalaman, akumulasi cairan
ikan batuk efektif dan atau obstruksi
dan suara nafas frekuensi jalan nafas parsial
yang bersih, tidak pernafasan 3. Kecepatan dan
ada sianosis dan 4. Moitor upaya mungkin
dyspneu adanya meningkat karena
c Menunjukan sianosis penurunan volume
jalan nafas yang perifer sistemik,
paten (tidak 5. Posisikan akumulasi sekret,
merasa tercekik, pasien atau hipoksia
irama, frekuensi memaksimal 4. Pucat
dalam rentang kan ventilasi menunjukan
normal, tidak ada 6. Lakukan menurunnya
suara nafas fisioterapi perfusi jaringan
abnormal dada bila perifer terhadap
perlu tidak adekuatnya
7. Berikan curah jantung
bronkodilato 5. Menurunkan
r bila perlu beban kerja
8.Pertahanka jantung
n jalan nafas 6. Membuat dasar
yang paten pengawasan
9.Kolaborasi kemajuan/kemund
pemberian uran proses
ADH lasix penyakit dan
komplikasi
7. Merileksasikan
otot halus dan dan
menurunkan
kongesti lokal,
menurunkan
spasme jalan
nafas, mengi, dan
produksi mukosa
8. Mempermudah
untuk intervensi
selanjutnya
9. Menurunkan
kongesti alveolar,
memperlancar
pertukaran gas
4. Kelebihan volume cairan Dalam waktu 1. Monitor 1. TD diatas
berhubungan dengan 3x24 jam tanda-tanda normal dapat
kelebihan asupan kelebihan volume vital menunjukan
cairan/kelebihan asupan cairan dapat 2. Catat kelebihan cairan
natrium teratasi dengan secara akurat 2.Ketidaksimbang
kriteria hasil: intake dan a cairan akan
a Tanda-tanda output berlanjut apabila
vital dalam batas 3. Monitor pemassukan lebih
normal hasil Hb besar dari
b Terbebas dari sesuai pengeluaran
edema, efusi, dan dengan 3. Mengevaluasi
anaskara retensi cairan status hidrasi,
c Bunyi nafas (BUN, Hmt, fungsiginjaldan
bersih tidak ada osmolalitas penyebab/efek
dyspneu/ortopne urine) ketidakseimbanga
u 4. Monitor n
d Terbebas dari indikasi 4. Kelebihan
distensi vena retensi/ cairan/terjadinya
juguralis kelebihan gagal mungkin
e Terbebas dari cairan dimanifestasikan
kelelahan, (cracles, oleh, crecles,
kecemasan, CVP, edema, edema, distensi
kebingungan distensi vena vena leher dan
leher, asites) asites
5.Kolaborasi 5. Meningkatkan
pemberian laju aliran urine
diuretik dan dan dapat
sesuai menghambat
intruksi reabsorbsi
6. Monitor natrium/klorida
berat badan pada tubulus
ginjal
6. Perubahan tiba-
tiba pada berat
badan
menunjukan
gangguan
keseimbangan
cairan
5. Intoleransi aktivitas Dalam waktu 1. Periksa 1. Manifestasi
berhubungan dengan 3x24 jam tanda-tanda kardiopulmonal
ketidakseimbangan antara intoleransi vital dari upaya jantung
suplai oksigen/kebutuhan, aktifitas dapat 2. Bantu dan paru untuk
tirah baring lama/imobilitas, teratasi dengan klien membawa jumlah
fisik tidak bugar, gaya hidup kriteria hasil: mengidentifi oksigen adekuat
kurang gerak a Tanda-tanda kasi aktifitas ke jaringan
vital dalam batas yang mampu 2. Mempengaruhi
normal dilakukan pilihan intervensi
b Berpartisispasi dan yang 3. Meningkatkan
dalam aktifitas disukai secara bertahap
fisik tanpa 3. tingkat aktifitas
disertai Kolaborasika sampai normal
peningkatan n dengan dan memperbaiki
tekanan darah, tenaga tonus otot tanpa
nadi dan resprasi rehabilitasi kelemahan
c Mampu medik dalam 4. Untuk
melakukan merencanaka mengetahui
aktifitas sehari- n program perkembangan
hari (ADL) terapi yang dan intervensi
secara mandiri tepat yang dilakukan
4. Bantu selanjutnya
pasien/keluar 5. Stres yang
ga untuk berlebihan
mengidentifi meningkatan
kasi bertahap pada
kekurangan aktifitas
dalam menghindari kerja
beraktifitas jantung berlebihan
5. Monitor
respon fisik,
emosi, sosial
dan spiritual
6. Kerusakan integritas kulit Dalam waktu 1. Anjurkan 1. Menurunkan
berhubungan dengan agens 3x24 jam pasien iritasi garis jahitan
cedera kimiawi, lembab, kerusakan menggunaka dan tekanan dari
tekanan tonjolan tulang, integritas kulit n pakaian baju
gangguan volume cairan, dapat teratasi longgar 2. Terlalu kering
nutrisi tidak adekuat dengan ktiteria 2. Jaga dapat merusak
hasil: kebersihan kulit dan
a.Mempertahank kulit agar mempercepat
an integritas kulit tetap bersih kerusakan
b Perfusi jaringan dan tidak 3. Memperbaiki
baik kering sirkulasi/menurun
c Mampu 3. Mobilisasi kan waktu satu
melindungi kulit pasien (ubah area yang
dan posisi mengganggu
mempertahankan pasienn aliran darah
kelembaban kulit setiap dua 4. Kemerahan
dan perawatan jam sekali) merupkan tanda
alami 4. Monitor hippoksia jaringan
kulit akan 5. Untuk
adanya meningkatkan
kemerahan alliran darah dan
5. Oleskan melembabkan
lotion atau kulit
minyak/baby 6. Menurunkan
oil pada kadar kontaminasi
daerah yang kulit dan
tertekan memperlancar
6. aliran darah
Memandikan
pasien
dengan
sabun dan air
hangat
7. Ketidakseimbangan nutrisi Dalam waktu 1. Monitor 1. Kehilangan
kurang dari kebutuhan tubuh 3x24 jam adanya berat badan
berhubungan dengan asupan ketidakseimbang penurunan bermakna (7%-
diet kurang, an nutrisi berat badan 10% berat badan)
ketidakmampuan kukrang dari 2. Monitor 2. Pillihan
mengabsorbsi nutrien, kebutuhan dapat adanya mual intervensi
ketidakmampuan mencerna teratasi dengan dan muntah tergantung
makanan, ketidakmampuan kriteria hasil: 3. Monitor penyebab masalah
makan a Adanya kalori dan 3.
peningktan berat intake nutrisi Mengidentifikasi
badan sesuai 4. Berikan kebutuhan dan
dengan tujuan suasa kekurangan nutrisi
b Berat badan menyenangk 4. Untuk
ideal sesuai an saat meningkatkan
dengan tinggi makan nafsu makan
badan 5. Kolaborasi 5. Metode makan
c Tidak ada dengan ahli dan kebutuhan
tanda-tanda gizi untuk kalori didasarkan
malnutrisi d menentukan pada
Tidak terjadi jumlah kalori situasi/kebutuhan
penurunan berat dan nutrisi individu untuk
badan yang yang memberikan
berarti dibutuhkan nutrisi maksimal
pasien dengan upaya
6. Berikan minimal
informasi pasien/penggunaa
tentang n energi
kebutuhan 6. Untuk
nutrisi memberikan
pengetahuan pada
pasien dan
keluarga diit yang
dianjurkan
DAFTAR PUSTAKA

1. Doenges, 2012, NIC NOC 2016

2. Asmoro, Didik Aji.2017. “ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN

CONGESTIVE HEART FAILURE (CHF) DENGAN PENURUNAN CURAH

JANTUNG MELALUI PEMBERIAN TERAPI OKSIGEN DI RUANG ICU PKU

MUHAMMADIYAH GOMBONG”.Sekolah tinggi ilmu kesehatan muhammadiyah

gombong.

3. Mutaqin, Arif. 2009. Asuhan Keperawatan dengan Gangguan Sistem Kardiovaskuler .

Jakarta : Salemba Medika. Mutaqin,

4. Arif. 2009. Buku Ajar Asuhan Keperawatan dengan Gangguan Sistem Kardiovaskuler

dan Hematologi . Jakarta : Salemba Medika.

5. Nurarif, Amin Huda,dkk. 2015.Keperawatan kardiovaskuler. Jakarta : Salemba

Medika.

6. Potter, A Pactricia.1996. Pengkajian Kesehatan Jilid 3. Jakarta : Buku Kedokteran

EGC.

7. Sari, novitanimala.2017. DEEP BREATHING EXERCISE DAN ACTIVE RANGE

OF MOTION EFEKTIF MENURUNKAN DYSPNEA PADA PASIEN

CONGESTIVE HEART FAILURE.VOL 2.Nomor 2 November 2017

https://media.neliti.com.

8. Udjianti, Wajan Juni.2010. Keperawatan Kardiovaskuler. Jakarta : Salemba Medika

Anda mungkin juga menyukai