Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN PENDAHULUAN KEBUTUHAN

DASAR SIRKULASI

RIVALDI LAHUNA
NIM : PO7120422112

PRECEPTOR RUANGAN PRECEPTOR INSTITUSI

POLTEKKES KEMENKES PALU


JURUSAN KEPERAWATAN
PRODI PROFESI NERS
2021
LAPORAN PENDAHULUAN SIRKULASI

DENGAN KASUS UAP

A. Konsep Kebutuhan Sirkulasi

1. Definisi sirkulasi

Sistem sirkulasi adalah sistem transport yang mensuplai zat-zat yang

di absorbsi dari saluran pencernaan dan oksigen ke jaringan, mengembalikan

CO ke paru-paru dan produk-produk metabolisme lainnya ke ginjal, berfungsi

dalam pengaturan temperatur tubuh dan mendistribusikan hormon-hormon

dan zat-zat lain yang mengatur fungsi sel (Wartonah. 2015).

Sirkulasi dalam tubuh manusia terbagi dalam dua jenis yang sirkulasi

sistemik dan sirkulasi paru-paru. Kedua sistem sirkulasi tersebut saling

bekerja sama untuk mendistribusikan zat-zat yang penting dibutuhkan oleh

tubuh, antara lain oksigen dan berbagai nutrisi lainnya (Sloane, 2012).

Sirkulasi sistemik adalah bagian dari sistem kardiovaskuler yang

membawa darah beroksigen dari jantung, untuk tubuh, dan kembali

terdeoksigenasi darah kembali ke jantung. Istilah ini kontras dengan sirkulasi

paru-paru. Sirkulasi sistemik yang biasanya juga disebut sebagai sirkulasi

utama adalah proses dimana darah, yaitu sebagai pembawa hormon dan zat-

zat yang diperlukan tubuh ini dipompakan melalui sistem tertutup pembuluh-

pembuluh darah oleh jantung. Dari ventrikel kiri, darah dipompakan melalui

arteri-arteri dan anteriol ke arterile ke kapiler-kapiler, dimana darah berada


dalam keadaan seimbang dengan cairan interstitial. Kapiler-kapiler

mengalirkan darah melalui venula ke dalam vena dan kembali ke atrium

kanan (Wartonah. 2015).

2. Anatomi

a. Anatomi dan Fisiologi Hipertensi

1) Jantung

Berukuran sekitar satu kepalan tangan dan terletak didalam

dada, batas kanannya terdapat pada sternum kanan dan apeksnya

pada ruang intercostalis kelima kiri pada linea midclavicular.

Hubungan jantung adalah:

a) Atas                 : pembuluh darah besar

b)  Bawah             : diafragma

c) Setiap sisi        : paru

d) Belakang         : aorta desendens, oesophagus, columna vertebralis


2) Arteri

Adalah tabung yang dilalui darah yang dialirkan pada jaringan

dan organ. Arteri terdiri dari lapisan dalam: lapisan yang licin, lapisan

tengah jaringan elastin/otot: aorta dan cabang-cabangnya besar

memiliki laposan tengah yang terdiri dari jaringan elastin (untuk

menghantarkan darah untuk organ), arteri yang lebih kecil memiliki

lapisan tengah otot (mengatur jumlah darah yang disampaikan pada

suatu organ).

Arteri merupakan struktur berdinding tebal yang mengangkut

darah dari jantung ke jaringan. Aorta diameternya sekitar 25mm(1

inci) memiliki banyak sekali cabang yang pada gilirannya tebagi lagi

menjadi pembuluh yang lebih kecil yaitu arteri dan arteriol, yang

berukuran 4mm (0,16 inci) saat mereka mencapai jaringan. Arteriol

mempunyai diameter yang lebih kecil kira-kira 30 µm. Fungsi arteri

menditribusikan darah teroksigenasi dari sisi kiri jantung ke jaringan.

Arteri ini mempunyai dinding yang kuat dan tebal tetapi

sifatnya elastic yang terdiri dari 3 lapisan yaitu :

a) Tunika intima. Lapisan yang paling dalam sekali berhubungan

dengan darah dan terdiri dari jaringan endotel.

b) Tunika Media. Lapisan tengah yang terdiri dari jaringan otot yang

sifatnya elastic dan termasuk otot polos

c) Tunika Eksterna/adventisia. Lapisan yang paling luar sekali

terdiri dari jaringan ikat gembur  yang berguna menguatkan


dinding arteri (Soeparman, dkk, 2013)

3)  Arteriol

Adalah pembuluh darah dengan dinding otot polos yang

relatif tebal. Otot dinding arteriol dapat berkontraksi. Kontraksi

menyebabkan kontriksi diameter pembuluh darah. Bila kontriksi

bersifat lokal, suplai darah pada jaringan/organ berkurang. Bila

terdapat kontriksi umum, tekanan darah akan meningkat.

4)  Pembuluh darah utama dan kapiler

Pembuluh darah utama adalah pembuluh berdinding tipis

yang berjalan langsung dari arteriol ke venul. Kapiler adalah

jaringan pembuluh darah kecil yang membuka pembuluh darah

utama.

Kapiler merupakan pembuluh darah yang sangat halus.

Dindingnya terdiri dari suatu lapisan endotel. Diameternya kira-kira

0,008 mm. Fungsinya mengambil hasil-hasil dari kelenjar,

menyaring darah yang terdapat di ginjal, menyerap zat makanan

yang terdapat di usus, alat penghubung antara pembuluh darah arteri

dan vena.

5)  Sinusoid

Terdapat limpa, hepar, sumsum tulang dan kelenjar

endokrin. Sinusoid tiga sampai empat kali lebih besar dari pada

kapiler dan sebagian dilapisi dengan sel sistem retikulo-endotelial.

Pada tempat adanya sinusoid, darah mengalami kontak langsung


dengan sel-sel dan pertukaran tidak terjadi melalui ruang jaringan.

Saluran Limfe mengumpulkan, menyaring dan menyalurkan

kembali cairan limfe ke dalam darah yang ke luar melalui dinding

kapiler halus untuk membersihkan jaringan. Pembuluh limfe

sebagai jaringan halus yang terdapat di dalam berbagai organ,

terutama dalam vili usus.

6)  Vena dan venul

Venul adalah vena kecil yang dibentuk gabungan kapiler.

Vena dibentuk oleh gabungan venul. Vena memiliki tiga dinding

yang tidak berbatasan secara sempurna satu sama lain. (Smeljer,s.c.

2012).

Vena merupakan pembuluh darah yang membawa darah

dari bagian atau alat-alat tubuh masuk ke dalam jantung. Vena

yang ukurannya besar seperti vena kava dan vena pulmonalis. Vena

ini juga mempunyai cabang yang lebih kecil disebut venolus yang

selanjutnya menjadi kapiler. Fungsi vena membawa darah kotor

kecuali vena pulmonalis,  mempunyai  dinding tipis, mempunyai

katup-katup sepanjang jalan yang mengarah ke jantung.

b. Anatomi Sirkulasi
3. Fisiologi sistem/Fungsi normal sistem sirkulasi sistemik

a. Bagian-bagian yang berperan

1) Arteri berfungsi mentranspor darah di bawah tekanan tinggi ke

jaringan. Untuk ini arteri mempunyai dinding yang tebal dan kuat

karena darah mengalir dengan cepat pada arteri.

2) Arteriola adalah cabang kecil dari sistem arteri yang berfungsi

sebagai kendali dimana darah dikeluarkan ke dalam kapiler.

Arteriola mempunyai dinding otot yang kuat yang mampu menutup

arteriola dan melakukan dilatasi beberapa kali lipat dan mengubah

aliran darah ke kapiler sebagai respon terhadap kebutuhan jaringan.

3) Kapiler berfungsi untuk pertukaran cairan zat makanan elektrolit,

hormone dan bahan lainnya antara darah dan cairan interstitial.

Untuk ini dinding kapiler bersifat sangat tipis dan permeabel

molekul kecil.

4) Venula berfungsi mengumpulkan darah dari kapiler secara bertahap

dan bergabung menjadi vena yang semakin besar.

5) Vena adalah saluran penampung dan pengangkut darah dari jaringan

kembali ke jantung. Karena tekanan pada sistem vena sangat rendah

maka dinding vena sangat tipis, tetapi dinding vena mempunyai otot

untuk berkontraksi sehingga berfungsi sebagai penampung darah

ekstra yang dapat dikendalikan berdasarkan kebutuhan tubuh.


4. Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan fungsi sirkulasi sistemik

b. Beban awal

Otot jantung direnggangkan sebelum ventrikel kiri berkontraksi dan

berhubungan dengan panjang otot jantung. Peningkatan beban awal

menyebabkan kontraksi ventrikel lebih kuat dan meningkatkan volume

curah jantung.

c. Kontraktilitas (kemampuan)

Bila saraf simpatis yang menuju ke atas atau ke kiri akan meningkatkan

kontraktilitas. Frekuensi dan irama jantung juga akan mempengaruhi

kontraktillitas.

d. Beban akhir

Resistensi (tahanan) harus diatasi sewaktu darah dikeluarkan dari

ventrikel. Beban akhir suatu beban ventrikel kiri diperlukan untuk

membuka katup semilunaris aorta dan mendorong darah selama

kontraksi. Peningkatan kerja juga meningkatkan kebutuhan oksigen.

e. Frekuensi jantung

Dengan meningkatnya frekuensi jantung akan memperberat pekerjaan

jantung.
5. Pemeriksaan Fisik

a. Pemeriksaan fisik jantung meliputi :

1) Inspeksi

2) Palpasi

3) Perkusi

4) Auskultasi

1) Inspeksi

Voussure Cardiaque

Merupakan penonjolan setempat yang lebar di daerah precordium, di

antara sternum dan apeks codis. Kadang-kadang memperlihatkan pulsasi

jantung . Adanya voussure Cardiaque, menunjukkan adanya :

- kelainan jantung organis

- kelainan jantung yang berlangsung sudah lama/terjadi sebelum

penulangan sempurna

- hipertrofi atau dilatasi ventrikel

Ictus

Pada orang dewasa normal yang agak kurus, seringkali tampak dengan

mudah pulsasi yang disebut ictus cordis pada sela iga V, linea

medioclavicularis kiri. Pulsasi ini letaknya sesuai dengan apeks jantung.

Diameter pulsasi kira-kira 2 cm, dengan punctum maksimum di tengah-

tengah daerah tersebut. Pulsasi timbul pada waktu sistolis ventrikel. Bila

ictus kordis bergeser ke kiri dan melebar, kemungkinan adanya


pembesaran ventrikel kiri. Pada pericarditis adhesive, ictus keluar terjadi

pada waktu diastolis, dan pada waktu sistolis terjadi retraksi ke dalam.

Keadaan ini disebut ictus kordis negatif.

Pulpasi yang kuat pada sela iga III kiri disebabkan oleh dilatasi arteri

pulmonalis. Pulsasi pada supra sternal mungkin akibat kuatnya denyutan

aorta. Pada hipertrofi ventrikel kanan, pulsasi tampak pada sela iga IV di

linea sternalis atau daerah epigastrium. Perhatikan apakah ada pulsasi

arteri intercostalis yang dapat dilihat pada punggung. Keadaan ini

didapatkan pada stenosis mitralis. Pulsasi pada leher bagian bawah dekat

scapula ditemukan pada coarctatio aorta.

2) Palpasi

Hal-hal yang ditemukan pada inspeksi harus dipalpasi untuk lebih

memperjelas mengenai lokalisasi punctum maksimum, apakah kuat

angkat, frekuensi, kualitas dari pulsasi yang teraba.

Pada mitral insufisiensi teraba pulsasi bersifat menggelombang

disebut ”vantricular heaving”. Sedang pada stenosis mitralis terdapat

pulsasi yang bersifat pukulan-pukulan serentak diseubt ”ventricular lift”.

Disamping adanya pulsasi perhatikan adanya getaran ”thrill” yang

terasa pada telapak tangan, akibat kelainan katup-katup jantung. Getaran

ini sesuai dengan bising jantung yang kuat pada waktu auskultasi.

Tentukan pada fase apa getaran itu terasa, demikian pula lokasinya.
3) Perkusi

Kegunaan perkusi adalah menentukan batas-batas jantung. Pada

penderita emfisema paru terdapat kesukaran perkusi batas-batas jantung.

Selain perkusi batas-batas jantung, juga harus diperkusi pembuluh darah

besar di bagian basal jantung.

Pada keadaan normal antara linea sternalis kiri dan kanan pada

daerah manubrium sterni terdapat pekak yang merupakan daerah aorta.

Bila daerah ini melebar, kemungkinan akibat aneurisma aorta.

4) Auskultasi Jantung

Pemeriksaan auskultasi jantung meliputi pemeriksaan :

 Bunyi Jantung

Untuk mendengar bunyi jantung diperhatikan :

a) Lokalisasi dan asal bunyi jantung

Auskultasi bunyi jantung dilakukan pada tempat-tempat sebagai

berikut :

- ictus cordis untuk mendengar bunyi jantung yang berasal dari

katup mitral

- sela iga II kiri untuk mendengar bunyi jantung yang berasal

dari katup pulmonal.

- Sela iga III kanan untuk mendengar bunyi jantung yang berasal

dari aorta
- Sela iga IV dan V di tepi kanan dan kiri sternum atau ujung

sternum untuk mendengar bunyi jantung yang berasal dari

katup trikuspidal.

Tempat-tempat auskultasi di atas adalah tidak sesuai

dengan tempat dan letak anatomis dari katup-katup yang

bersangkutan. Hal ini akibat penghantaran bunyi jantung ke

dinding dada.

b) Menentukan bunyi jantung I dan II

Pada orang sehat dapat didengar 2 macam bunyi jantung :

- bunyi jantung I, ditimbulkan oleh penutupan katup-katup

mitral dan trikuspidal. Bunyi ini adalah tanda mulainya fase

sistole ventrikel.

- Bunyi jantung II, ditimbulkan oleh penutupan katup-katup

aorta dan pulmonal dan tanda dimulainya fase diastole

ventrikel.

Bunyi jantung I di dengar bertepatan dengan terabanya pulsasi

nadi pada arteri carotis.


 Intesitas dan Kualitas Bunyi

Intensitas bunyi jantung sangat dipengaruhi oleh keadaan-keadaan

sebagai berikut :

- tebalnya dinding dada

- adanya cairan dalam rongga pericard

Intensitas dari bunyi jantung harus ditentukan menurut

pelannya atau kerasnya bunyi yang terdengar. Bunyi jantung I pada

umumnya lebih keras dari bunyi jantung II di daerah apeks jantung,

sedangkan di bagian basal bunyi jantung II lebih besar daripada

bunyi jantung I. Jadi bunyi jantung I di ictus (M I) lebih keras dari M

2, sedang didaerah basal P 2 lebih besar dari P 1, A 2 lebih besar dari

A 1.

Hal ini karena :

M1 : adalah merupakan bunyi jantung akibat penutupan mitral

secara langsung.

M 2 : adalah penutupan katup aorta dan pulmonal yang

dirambatkan.
P1 : adalah bunyi M 1 yang dirambatkan

P2 : adalah bunyi jantung akibat penutupan katup pulmonal

secara langsung

A1 : adalah penutupan mitral yang dirambatkan

A2 : adalah penutupan katub aorta secara langsung A 2 lebih

besar dari A 1.

Kesimpulan : pada ictus cordis terdengar bunyi jantung I secara

langsung sedang bunyi jantung II hanya dirambatkan (tidka langsung).

Sebaliknya pada daerah basis jantung bunyi jantung ke 2 merupakan bunyi

jantung langsung sedang bunyi I hanya dirambatkan

Beberapa gangguan intensitas bunyi jantung.

- Intensitas bunyi jantung melemah pada :

* orang gemuk

* emfisema paru

* efusi perikard

* payah jantung akibat infark myocarditis

- Intensitas bunyi jantung I mengeras pada:

* demam

* morbus basedow (grave’s disease)

* orang kurus (dada tipis)

- Intensitas bunyi jantung A 2 meningkat pada :

* hipertensi sistemik

* insufisiensi aorta
- Intensitas bunyi jantung A 2 melemah pada :

* stenose aorta

* emfisema paru

* orang gemuk

- Intensitas P 2 mengeras pada :

* Atrial Septal Defect (ASD)

* Ventricular Septal Defect (VSD)

* Patent Ductus Arteriosus (PDA)

* Hipertensi Pulmonal

- Intensitas P 2 menurun pada :

* Stenose pulmonal

* Tetralogy Fallot, biasanya P 2 menghilang

Intensitas bunyi jantung satu dengan yang lainnya (yang berikutnya)

harus dibandingkan. Bila intensitas bunyi jantung tidak sama dan berubah

ubah pada siklus-siklus berikutnya, hal ini merupakan keadaan myocard yang

memburuk.

6. Pemeriksaan Diagnostik

Pemeriksaan diagnostik dilakukan dua cara yaitu :

a. Pemeriksaan yang segera seperti :

1) Darah rutin (Hematokrit/Hemoglobin): untuk mengkaji hubungan

dari sel-sel terhadap volume cairan (viskositas) dan dapat

mengindikasikan factor resiko seperti: hipokoagulabilitas, anemia.


2) Blood Unit Nitrogen/kreatinin: memberikan informasi tentang

perfusi / fungsi ginjal.

3) Glukosa: Hiperglikemi (Diabetes Melitus adalah pencetus

hipertensi) dapat diakibatkan oleh pengeluaran Kadar ketokolamin

(meningkatkan hipertensi).

4) Kalium serum: Hipokalemia dapat megindikasikan adanya

aldosteron utama (penyebab) atau menjadi efek samping terapi

diuretik.

5) Kalsium serum : Peningkatan kadar kalsium serum dapat

menyebabkan hipertensi.

6) Kolesterol dan trigliserida serum : Peningkatan kadar dapat

mengindikasikan adanya pembentukan plak ateromatosa ( efek

kardiovaskuler ).

7) Pemeriksaan tiroid : Hipertiroidisme dapat menimbulkan

vasokonstriksi dan hipertensi.

8) Kadar aldosteron urin/serum : untuk mengkaji aldosteronisme

primer (penyebab).

9) Urinalisa: Darah, protein, glukosa, mengisaratkan disfungsi ginjal

dan ada DM.

10) Asam urat : Hiperurisemia telah menjadi implikasi faktor resiko

hipertensi.

11) Steroid urin : Kenaiakn dapat mengindikasikan hiperadrenalisme.

12) EKG: 12 Lead, melihat tanda iskemi, untuk melihat adanya


hipertrofi ventrikel kiri ataupun gangguan koroner dengan

menunjukan pola regangan, dimana luas, peninggian gelombang P

adalah salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi.

13) Photo dada : apakah ada oedema paru (dapat ditunggu setelah

pengobatan terlaksana) untuk menunjukan destruksi kalsifikasi pada

area katup, pembesaran jantung.

b. Pemeriksaan lanjutan ( tergantung dari keadaan klinis dan hasil

pemeriksaan yang pertama ) :

1) IVP :Dapat mengidentifikasi penyebab hipertensi seperti penyakit

parenkim ginjal, batu ginjal / ureter.

2) CT Scan: Mengkaji adanya tumor cerebral, encelopati.

3) IUP: mengidentifikasikan penyebab hipertensi seperti: Batu ginjal,

perbaikan ginjal.

4) Menyingkirkan kemungkinan tindakan bedah neurologi: Spinal tab,

CAT scan.

5) (USG) untuk melihat struktur gunjal dilaksanakan sesuai kondisi

klinis pasien (Nuratif, 2015).

7. Tindakan Penanganan

Tindakan Penanganan hipertensi bertujuan untuk mencegah

morbiditas dan mortalitas akibat komplikasi kardiovaskuler yang

berhubungan dengan pencapaian dan pemeliharaan tekanan darah dibawah

140/90 mmHg.
Prinsip tindakan penanganan penyakit hipertensi meliputi :

a. Terapi tanpa Obat  Terapi tanpa obat digunakan sebagai

tindakan untuk hipertensi ringan dan sebagai tindakan suportif

pada hipertensi sedang dan berat. Terapi tanpa obat ini meliputi :

1) Diet

Diet yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah :

a) Restriksi garam secara moderat dari 10 gr/hr menjadi 5

gr/hr

b) Diet rendah kolesterol dan rendah asam lemak jenuh

2) Penurunan berat badan

3) Penurunan asupan etanol

4) Menghentikan merokok

5) Latihan Fisik

Latihan fisik atau olah raga yang teratur dan terarah

yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah olah raga

yang mempunyai empat prinsip yaitu: Macam olah raga yaitu

isotonis dan dinamis seperti lari, jogging, bersepeda,

berenang dan lain-lain. Intensitas olah raga yang baik antara

60- 80 % dari kapasitas aerobik atau 72-87 % dari denyut

nadi maksimal yang disebut zona latihan. Lamanya latihan

berkisar antara 20 – 25 menit berada dalam zona latihan

Frekuensi latihan sebaiknya 3 x perminggu dan paling baik 5

x perminggu.
6) Edukasi Psikologis

Pemberian edukasi psikologis untuk penderita hipertensi

meliputi :

a) Tehnik Biofeedback

Biofeedback adalah suatu tehnik yang dipakai

untuk menunjukkan pada subyek tanda-tanda mengenai

keadaan tubuh yang secara sadar oleh subyek dianggap

tidak normal. Penerapan biofeedback terutama dipakai

untuk mengatasi gangguan somatik seperti nyeri kepala

dan migrain, juga untuk gangguan psikologis seperti

kecemasan dan ketegangan.

b) Tehnik relaksasi

Relaksasi adalah suatu prosedur atau tehnik yang

bertujuan untuk mengurangi ketegangan atau kecemasan,

dengan cara melatih penderita untuk dapat belajar

membuat otot-otot dalam tubuh menjadi rileks

Pendidikan Kesehatan (Penyuluhan). Tujuan pendidikan

kesehatan yaitu untuk meningkatkan pengetahuan pasien

tentang penyakit hipertensi dan pengelolaannya sehingga

pasien dapat mempertahankan hidupnya dan mencegah

komplikasi lebih lanjut.


8. Konsep Keperawatan Teori
a. Pengkajian
Pengkajian adalah langkah pertama dari proses keperawatan melalui
kegiatan pengumpulan data atau perolehan data yang akurat dapat pasien guna
mengetahui berbagai permasalahan yang ada (Hidayat, 2009 : h 85). Identitas
klien (nama, umur, asal, jenis kelamin, dll). Identitas keluarga atau
penanggungjawab.
1. Riwayat keperawatan
a) Keluhan utama
b) Riwayat kesehatan sekarang
c) Riwayat kesehatan dahulu
d) Riwayat kesehatan keluarga
2. Pemeriksaan fisik: data focus
a) Aktivitas istirahat
Gejala : Kelelahan umum, kelemahan, letih, nafas pendek, gaya
hidup Tanda :
1) Frekuensi jantung meningkat
2) Perubahan trauma jantung (takipnea)
b) Sirkulasi
Gejala : Riwayat hipertensi ateros klerosis, penyakit jantung
koroner / katup dan penyakit screbiovakuolar, episode palpitasi,
perpirasi.
Tanda :
a) Kenaikan TD (pengukuran serial dan kenaikan T D diperlukan
untuk menaikkan diagnosis.
b) Hipotensi postural (mungkin berhubungan dengan regimen otak).
c) Nada denyutan jelas dari karotis, jugularis, radialis.
d) Denyut apical : Pm, kemungkinan bergeser dan sangat kuat.
e) Frekuensi/irama : Tarikardia berbagai distrimia.
f) Bunyi, jantung terdengar S2 pada dasar S3 (CHF dini) S4
(pengerasan vertikel kiri / hipertrofi vertical kiri).
c) Integritas ego
Gejala : Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi eufuria
atau jarah kronis (dapat mengidentifikasi kerusakan serebral ) faktor-
faktor inulhfel, hubungan keuangan yang berkaitan dengan pekerjaan.
Tanda : Letupan suasana hati, gelisah, penyempitan kontiniu
perhatian, tangisan yang meledak, gerak tangan empeti otot muka
tegang (khususnya sekitar mata) gerakkan fisik cepat, pernafasan
mengelam peningkatan pola bicara.
d) Eliminasi
Gejala : Gangguan ginjal sakit ini atau yang lalu
e) Makanan/Cairan
Gejala : Makanan yang disukai yang dapat mencakup makanan
tinggi garam, tinggi lemak, tinggi kolestrol, mual, muntah, perubahan
berat badan (meningkatkan/menurun) riwayat pengguna diuretik.
Tanda :
1) Berat badan normal atau obesitas
2) Adanya edema (mungkin umum atau tertentu)
3) Kongestiva
4) Glikosuria (hampir 10% hipertensi adalah
diabetik).
f) Neurosensori
Gejala :
1) Keluhan pening/pusing
2) Berdenyut, sakit kepala suboksipital (terjadi saat bangun dan
menghilang secara spontan setelah beberapa jam)
3) Episode kebas dan kelemahan pada satu sisi tubuh
4) Gangguan penglihatan
5) Episode epistaksis
Tanda :

a) Status mental perubahan keterjagaan orientasi, pola isi bicara,


efek, proses fikir atau memori.

g) Nyeri/Ketidak nyamanan
Gejala :
1) Angma (penyakit arteri koroner/keterlibatan jantung)
2) Nyeri hilang timbul pada tungkai/klaudikasi
3) Sakit kepala oksipital berat seperti yang pernah terjadi
sebelumnya
4) Nyeri abdomen / massa
h) Pernapasan
Gejala :
1) Dispenea yang berkaitan dengan aktivitas kerja
2) Riwayat merokok, batuk dengan / tanpa seputum Tanda :
3) Distres respirasi
4) Bunyi nafas tambahan
5) Sianosis
i) Keamanan
Gejala :
1) Gangguan koordinas / cara berjalan
2) Hipotesia pastural Tanda :
3) Frekuensi jantung meningkat
4) Perubahan trauma jantung (takipnea)
j) Pembelajaran/Penyebab
Gejala : Faktor resiko keluarga : hipertensi,
aterosporosis, penyakit jantung, DM

b. Pemeriksaan penunjang
1) Riwayat dan pemeriksaan fisik secara menyeluruh
2) Pemeriksaan retina
3) Pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui kerusakan organ seperti ginjal
dan jantung
4) EKG untuk mengetahui hipertropi ventrikel kiri
5) Urinalisa untuk mengetahui protein dalam urin, darah, glukosa
6) Pemeriksaan : renogram, pielogram intravena arteriogram renal,
pemeriksaan fungsi ginjal terpisah dan penentuan kadar urine.
7) Foto dada dan CT scan
c. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul
Diagnosa 1:
Penurunan curah jantung b/d peningkatan afterload, vasokontriksi,
hipertrofi/rigiditas ventrikuler, iskemia miokard.
Definisi
Ketidakadekuatan pompa darah oleh jantung untuk memenuhi kebutuhan
metabolisme tubuh
Faktor yang berhubungan
- Gangguan frekuensi atau irama jantung
- Gangguan volume sekuncup
- Gangguan preload
- Gangguan afterload
- Gangguan kontraktilitas
Diagnosa 2:
Intoleransi aktivitas b/d kelemahan, ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan
oksigen.
Definisi
Ketidakcukupan energi secara fisiologias maupun psikologis untuk meneruskan
atau menyelesaikan aktifitas yang diminta atau aktifitas sehari-hari.
Faktor yang berhubungan
- Tirah baring atau imobilisasi
- Kelemahan menyeluruh
- Ketidakseimbangan antara suplei oksigen dengan kebutuhan
- Gaya hidup yang dipertahankan
d. Perencanaan
Diagnosa Keperawatan/ Rencana keperawatan Intervensi
Masalah Kolaborasi

Penurunan curah jantung b/d Tujuan dan Kriteria Hasil NIC :


gangguan irama jantung, stroke NOC : • Evaluasi adanya nyeri dada
volume, pre load dan afterload, • Cardiac Pump effectiveness • Catat adanya disritmia jantung
kontraktilitas jantung. • Circulation Status • Catat adanya tanda dan gejala
• Vital Sign Status penurunan cardiac putput
DO/DS: • Tissue perfusion: perifer Setelah • Monitor status pernafasan
• Aritmia, takikardia, dilakukan asuhan selama 2 x yang menandakan gagal jantung
bradikardia 24 jam penurunan kardiak output klien • Monitor balance cairan
• Palpitasi, oedem teratasi dengan kriteria hasil: • Monitor respon pasien terhadap
• Kelelahan • Tanda Vital dalam rentang normal efek pengobatan antiaritmia
• Peningkatan/penurunan JVP (Tekanan darah, • Atur periode latihan dan istirahat
• Distensi vena jugularis Nadi, respirasi) untuk menghindari kelelahan
• Kulit dingin dan lembab • Dapat mentoleransi aktivitas, tidak ada • Monitor toleransi aktivitas pasien
• Penurunan denyut nadi kelelahan • Monitor adanya dyspneu, fatigue,
perifer • Tidak ada edema paru, perifer, dan tidak tekipneu dan ortopneu
• Oliguria, kaplari refill ada • Anjurkan untuk menurunkan stress
lambat asites • Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
• Nafas pendek/ • Tidak ada penurunan kesadaran • Monitor VS saat pasien berbaring,
sesak nafas • AGD dalam batas normal duduk, atau berdiri
• Perubahan warna kulit • Tidak ada distensi vena • Auskultasi TD pada kedua lengan
• Batuk, bunyi jantung leher dan bandingkan
S3/S4 Warna kulit normal • Monitor TD, nadi, RR, sebelum,
• Kecemasan selama, dan setelah aktivitas
• Monitor jumlah, bunyi dan irama
jantung
• Monitor frekuensi dan
irama pernapasan
• Monitor pola pernapasan abnormal
• Monitor suhu, warna, dan
kelembaban kulit
• Monitor sianosis perifer
• Monitor adanya cushing triad
(tekanan nadi yang melebar,
bradikardi, peningkatan sistolik)
• Identifikasi penyebab dari
perubahan vital sign
• Jelaskan pada pasien tujuan dari
pemberian oksigen
• Sediakan informasi untuk
mengurangi stress
• Kelola pemberian obat anti
aritmia, inotropik, nitrogliserin
dan vasodilator untuk
mempertahankan kontraktilitas
jantung
• Kelola pemberian antikoagulan
untuk mencegah trombus perifer
• Minimalkan stress lingkungan
Diagnosa Keperawatan/ Rencana keperawatan Intervensi
Masalah Kolaborasi

Intoleransi aktivitas Tujuan dan Kriteria Hasil NIC :


Berhubungan dengan : NOC : • Observasi adanya pembatasan klien
• Tirah Baring atau • Self Care : ADLs dalam melakukan aktivitas
imobilisasi • Toleransi aktivitas • Kaji adanya faktor yang
• Kelemahan menyeluruh • Konservasi eneergi Setelah dilakukan menyebabkan kelelahan
• Ketidakseimbangan antara tindakan keperawatan selama 2 x 24 • Monitor nutrisi dan sumber energi
suplei oksigen dengan jam Pasien bertoleransi terhadap yang adekuat
kebutuhan gaya hidup yang aktivitas dengan Kriteria Hasil : • Monitor pasien akan adanya
dipertahankan. • Berpartisipasi dalam aktivitas fisik kelelahan fisik dan emosi secara
tanpa disertai peningkatan tekanan berlebihan
DS: darah, nadi dan RR • Monitor respon kardivaskuler
• Melaporkan secara verbal • Mampu melakukan aktivitas sehari hari terhadap aktivitas (takikardi,
adanya kelelahan atau (ADLs) secara mandiri disritmia, sesak nafas,
kelemahan. • Keseimbangan aktivitas diaporesis, pucat, perubahan
• Adanya dyspneu atau dan istirahat hemodinamik)
ketidaknyamanan saat • Monitor pola tidur dan lamanya
beraktivitas. tidur/istirahat pasien
• Kolaborasikan dengan Tenaga
DO : Rehabilitasi Medik dalam
• Respon abnormal dari merencanakan progran terapi yang
tekanan darah atau nadi tepat.
terhadap aktifitas • Bantu klien untuk mengidentifikasi
• Perubahan ECG : aritmia, aktivitas yang mampu dilakukan
iskemia • Bantu untuk memilih aktivitas
konsisten yang sesuai dengan
kemampuan fisik, psikologi dan
sosial
• Bantu untuk mengidentifikasi dan
mendapatkan sumber yang
diperlukan untuk aktivitas yang
diinginkan
• Bantu untuk mendpatkan alat
bantuan aktivitas seperti kursi roda,
krek
• Bantu untuk mengidentifikasi
aktivitas yang disukai
• Bantu klien untuk membuat jadwal
latihan diwaktu luang
Bantu pasien/keluarga untuk
mengidentifikasi kekurangan dalam
beraktivitas
• Sediakan penguatan positif bagi
yang aktif beraktivitas
• Bantu pasien untuk mengembangkan
motivasi diri dan penguatan
• Monitor respon fisik, emosi, sosial
dan spiritual
DAFTAR PUSTAKA

Guyton, A.C. (2016). Buku Teks Fisiologi Kedokteran. Alih Bahasa Adji
Dharmadan P. Lukmanto. Jakarta: EGC
Hidayat, A. A. (2014). Pengantar Konsep Dasar Keperawatan. Edisi 2.
Jakarta: Salemba Medika
Sloane, E. (2012). Anatomi dan Fisiologi Tubuh Manusia. Jakarta: Penerbit buku
kedokteran
Soeparman dkk,2013  Ilmu Penyakit Dalam , Ed 2, Penerbit FKUI, Jakarta

Smeljer,s.c Bare, B.G ,2012 Buku ajar Keperawatan Medikal Bedah,

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.

Jakarta Selatan: DPP, PPNI

PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan

Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI

PPNI (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria

Hasil Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI

Wartonah, T. (2015). Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan (5th ed.).
Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai