Anda di halaman 1dari 29

6

BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Konsep Hypertensive Heart Disease


1. Anatomi Fisiologi Sistem Kardiovaskular

Jantung terletak didalam rongga mediastinum dari rongga dada (toraks) diantara

kedua paru.

1. Struktur jantung

Dinding jantung tetdiri dari 3 lapisan:

a. Lapisan luar, disebut epikardium atau perikardium.

Selaput yang melapisi jantung disebut perikardium yang terdiri atas 2 lapisan:

1. Perikardium parietalis, yaitu lapisan luar yang melekat pada tulang dada dan

selaput paru.

2. Perikardium viseralis, yaitu lapisan permukaan dari jantung itu sendiri.

b. Lapisan tengah (miokardium), merupakan lapisan otot.


7

c. Lapisan dalam, disebut endokardium

2. Ruang jantung

Jantug terdiri dari 4 ruang, yaitu dua ruang yang berdinding tipis disebut atrium

(serambi),dan dua ruang yang berdinding tebal disebut ventrikel (bilik).

(Setiadi,2007)

a. Atrium jantung terdiri atas dua lapisan:

1. Atrium kanan berfungsi sebagai penampungan darah yang rendah oksigen

dari seluruh tubuh. Darah tersebut mengalir melalui vena kava superior, vena

kava inferior, serta sinus koronarius yang berasal dari jantung sendiri. Dari

atrium kanan kemudian darah dipompakan ke ventrikel kanan.

2. Atrium kiri menerima darah yang kaya oksigen dari paru melalui empat buah

vena pulmonalis. Kemudian darah dialirkan ke ventrikel kiri. Antara kedua

bagian atrium kanan dan kiri dipisahkan oleh sekat yang disebut septum

atrium.

b. Ventrikel

1. Ventrikel kanan, menerima darah dari atrium kanan yang kemudian

dipompakan ke paru melalui arteri pulmonalis.

2. Ventrikel kiri, menerima darah dari atrium kiri kemudian memompakannya

keseluruh tubuh melalui aorta (Syaifuddin, 2009).

3. Katup Jantung

a. Katup Atrioventrikular

Merupakan katup yang terletak diantara atrium dan ventrikel. Katup antara

atrium kanan dan ventrikel kanan mempunyai tiga buah daun katup disebut katup
8

trikuspidalis. Sedangkan katup yang terletak diantara atrium kiri dan ventrikel kiri

mempunyai dua buah daun katup disebut katup bikuspidalis (mitral).

Katup atrioventrikuler memungkinkan darah mengalir dari masing – masing

atrium ke ventrikel pada waktu diastole ventrikel, serta mencegah aliran balik ke

atrium pada saat sistole ventrikel. (Arif Muttaqin, 2009).

b. Katup Semilunar

Katup pulmonal terletak antara arteri pulmonalis dan ventrikel kanan. Katup

aorta terletak antara ventrikel kiri dan aorta. Kedua katup semilunar terdiri dari

tiga daun katup. Adanya katup semilunar memungkinkan darah mengalir dari

masing – masing ventrikel ke arteri pulmonalis atau aorta selama sistol ventrikel

dan mencegah aliran balik ke ventrikel sewaktu diastole ventrikel.

c. Arteri Koroner

Merupakan cabang pertama dari sirkulasi sistemik. Sirkulasi koroner terdiri

dari arteri koroner kanan dan kiri. Arteri koroner bermuara disebelah atas daun

katup aorta yang disebut sinus valsava.

d. Vena Jantung

Distribusi vena koroner sesungguhnya paralel dengan distribusi arteri

koroner. Sistem vena jantung terdiri dari tiga bagian yaitu vena tebesian, vena

kardiaka anterior dan sinus koronaria.

4. Pembuluh Darah

a. Arteri

Arteri berfungsi untuk transportasi darah dengan tekanan yang tinggi ke

seluruh jaringan tubuh. Dinding arteri kuat dan elastis (lentur), keluntarannya
9

membantu mempartahankan tekanan darah diantara denyut jantung. Dinding

arteri banyak mengandung jaringan elastis yangdapat teregang saat sistol dan

mengadakan rekoil saat diastol

b. Arteriola

Merupakan cabang paling ujung dari sistem arteri, berfungsi sebagai katup

pengontrol untuk mengatur pengaliran darah ke kapiler. Arteriol mempunyai

dinding yang kuat sehingga mampu kontriksi ataudilatasi beberapa kali ukuran

normal , sehingga dapat mengatur aliran darah ke kapiler. Otot arteriol dipersarafi

oleh serabut saraf kolinergik yang berfungsi vasodilatasi. Arteriol merupakan

penentu utama resitensi /tahanan aliran darah , perubahan pada diameternya

menyebabkan perubahanpada diameternya menyebabkan perubahan besar pada

resistensi

c. Kapiler

Merupakan pembuluh darah yang halus dan dinding sngat tipis , yang

berfungsi sebangai jembatan diantara arteri (membawa darah dari jantung) dan

vena(membawa darah dari jantung).

Kapiler memungkinkan oksigen dan zat makanan berpindah dari darah ke

dalam jaringan dan memungkinkan hasil metabolisme berpindah dari jaringan ke

dalam darah. (Ns.Tarwoto,S.kep,dkk.2009)

d. Venula

Dari kapiler darah menagalir ke dalam venulalalu bergabung sengan venul-

venul lain ke dalam vena yang akan membawa darah kembali ke jantung.

e. Vena
10

Vena memiliki dinding tipis , tetapi biasanya diameternya lebih besar dari

pada arteri, sehingga vena dapat mengangkut darah dalam volume yang sama

tetapi dengan kecepatan yang lebih rendah dan tidak tidak terlalu dibawah

tekanan. Karena tekanan dalam sistem vena rendah maka memungkinkan vena

berkontraksi sehingga mempunyai kemampuan untuk menyimpan atau

menampung darah sesuai kebutuhan tubuh. (Syaifuddin, 2009).

5. Sirkulasi jantung

Lingkaran sirkulasi jantung dapat dibagi menjadi dua bangian besar yaitu

sirkulasi sistemik dan sirkulasi pulmonar. Namun demikian terdapat juga sirkulasi

koroner yang juga berperan sanagat penting bagi sirkulasi jantung.

a. Sirkulasi sistemik

1.Mengalirkan darah ke berbagai organ tubuh.

2. Memenuhi kebutuhan organ yang berbeda.

3.Memerlukan tekanan permulan yang besar.

4.Banyak mengalami tahanan.

5.Kolom hidrostatis panjang.

b. Sirkulasi pulmonal

1.Hanya mengalirkan darah ke paru.

2.Hanya berfungsi untuk paru-paru

3.Mempunyai tekanan permulaan yang rendah

4.Hanya sedikit mengalami tahanan

5.Kolom hidrostatisnya pendek

c. Sirkulasi Koroner
11

Efisiensi jantung sebagai pompa tergantung dari nutrisi dan oksigenisasi

yang cukup pada otot jantung itu sendiri. Sirkulasi koroner meliputi seluruh

permukaan jantung dan membawa oksigen untuk miokardium melalui cabang –

cabang intramiokardialyang kecil – kecil. (Setiadi, 2007).

Aliran darah koroner meningkat pada:

1. Peningkatan aktivitas

2. Jantung berdenyut

3. Rangsang sistem saraf simpatis

d. Resistensi

Resistensi / tahanan adalah hambatan terhadap aliran darah terhadap suatu

pembuluh yang tidak dapat diukur secara langsung. Resitensi dipengaruhi oleh

dua faktor yaitu : diameter pembuluh darah (terutama arteriol) dan viskositas

(kekentalan) darah. Peningkatan diameter pembuluh darah (vasodilatasi) akan

menurunkan tahanan, sedangkan penurunan diameter pembuluh darah

(vasokontriksi) dapat meningkatkan resistensi. Viskositas sebagian besar

dipengaruhi oleh kadar hematokrit (ht) yaitu presentase volume darah yang

ditempati oleh sel darah merah. Semakin tinggi viskositas darah, maka semakin

meningkat pula resistensi pembuluh darah (Syaifuddin, 2009).

6. Siklus Jantung

Setiap siklus jantung terdiri dari urutan peristiwa listrik dan mekanik yang saling

terkait. Rangsang listrik dihasilkan dari beda potensial ion antar sel yang selanjutnya

akan merangsang otot untuk berkontraksi dan relaksasi. Kelistrikan jantung

merupakan hasil dari aktivitas ion – ion yang melewati membran sel jantung. Aktivitas
12

ion tersebut disebut sebagai potensial aksi. Mekanisme potensial aksi terdiri dari fase

depolarisasi dan repolarisasi :

a. Depolarisasi

Merupakan rangsang listrik yang menimbulkan kontraksi otot. Respon mekanik

dari fase depolarisasi otot jantung adalah adanya sistolik.

b. Repolarisasi

Merupakan fase istirahat / relaksasi otot, respon mekanik depolarisasi otot jantung

adalah diastolik. (Setiadi,2007)

7. Faktor Penentu Kerja Jantung

Jantung sebagai pompa fungsinya dipengaruhi oleh 4 faktor utama yang saling

terkait dalam menentukan isi sekuncup ( stroke volume ) dan curah jantung ( cardiac

output ) yaitu :

a.Beban awal ( pre load)

b.Kontraktilitas

c.Beban akhir ( after load )

d.Frekuensi jantung

1.Curah Jantung

Curah jantung merupakan faktor utama yang harus diperhitungkan

dalam sirkulasi, karena curah jantung mempunyai peranan penting dalam

transportasi darah yang memasok berbagai nutrisi. Curah jantung adalah

jumlah darah yang dipompakan oleh ventrikel selama satu menit. Nilai

normal pada orang dewasa adalah 5 L / menit.

2.Isi Sekuncup (curah sekuncup)


13

Isi sekuncup merupakan jumlah darah yang dipompakan keluar dari

masing- masing ventrikel setiap jantung berdenyut. Isi sekuncup

tergantungdari tiga variabel : beban awal, kontraktilitas, dan beban akhir.

3. Beban Awal

Beban awal adalah derajat peregangan serabut miokardium pada akhir

pengisian ventrikel. Hal ini sesuai dengan Hukum Starling : peregangan

serabut miokardium selama diastole melalui peningkatan volume akhir

diastole akan meningkatkan kekuatan kontraksi pada saat sistolik. Sebagai

contoh karet yang diregangkan maksimal akan menambah kekuatan jepretan

saat dilepaskan.

Dengan kata lain beban awal adalah kemampuan ventrikel meregang

maksimal saat diastolik sebelum berkontraksi /sistolik.

Faktor penentu beban awal:

a.Insufisiensi mitral menurunkan beban awal

b.Stenosis mitral menurunkan beban awal

c.Volume sirkulasi, peningkatan volume sirkulasi meningkatkan beban

awal. Sedangkan penurunan volume sirkulasi menurunkan beban awal.

d.Obat – obatan, obat vasokonstriktor meningkatkan beban awal sedangkan

obat – obat vasodilator menurunkan beban awal.

4. Beban Akhir

Beban akhir adalah besarnya tegangan dinding ventrikel untuk dapat

memompakan darah saat sistolik. Beban akhir mrnggambarkan besarnya

tahanan yang manghambat pengosongan ventrikel. Beban akhir juga dapat


14

diartikan sebagai suatu beban pada ventrikel kiri untuk membuka katup

semilunar aorta, dan mendorong darah selama kontrakis/ sistolik.

(Syaifuddin, 2009).

Beban akhir dipengaruhi :

a. Stenosis aorta meningkatkan beban akhir

b. Vasokontriksi perifer meningkatkan beban akhir

c. Hipertensi meningkatkan beban akhir

d. Polisitemia meningkatkan beban akhir

e. Obat – obatan, vasodilator menurunkan beban akhir, sedangkan

vasokonstriktor meningkatkan beban akhir.

Penigkatan secara drastis beban akhir akan meningkatkan kerja

ventrikel,menambah kebutuhan okdigenbeban akhir akan meningkatkan

kerja ventrikel, menambah kebutuhan oksigen dan dapat berakibat

kegagalan ventrikel.

5. Kontraktilitas

Kontraktilitas merupakan kemampuan otot – otot jantung untuk menguncup

dan mengembang. Peningkatan kontraktilitas merupakan hasil dari interaksi

protein otot aktin – miosin yang diaktifkan oleh kalsium. Peningkatan

kontraktilitas otot jantung memperbesar curah sekuncup dengan cara

menambah kemampuan ventrikel untuk mengosongkan isinya selama

sistolik (Syaifuddin, 2009).

8. Hukum Frank Starling


15

a. Makin besar isi jantung sewaktu diastol, semakin besar jumlah darah yang

dipompakan ke aorta.

b. Dalam batas – batas fisiologis, jantung memompakan keseluruh tubuh darah

yang kembali ke jantung tanpa menyebabkan penumpukan di vena.

Jantung dapat memompakan jumlah darah yang sedikit ataupun jumlah darah yang

besar bergantung pada jumlah darah yang mengalir kembali dari vena. (Setiadi,2007)

9. Regulasi Tekanan Darah

1. Sistem Saraf

Sistem saraf mengontrol tekanan darah dengan mempengaruhi tahanan

pembuluh darah perifer.dua mekanisme yang dilakukan adalah mempengaruhi

distribusi darah dan mempengaruhi diameter pembuluh darah. Umumnya kontrol

sistem saraf terhadap tekanan darah melibatkan: baroreseptor dan serabut –

serabut vasomotor dan otot polos pembuluh darah. Kemoreseptor dan pusat

kontrol tertinggi diotak juga mempengaruhi mekanisme kontrol saraf.

Pusat Vasomotor mempengaruhi diameter pembuluh darah dengan

mengeluarkan epinefrin sebagai vasokonstriktor kuat, dan asetilkolin sebagai

vasodilator.

Baroreseptor, berlokasi pada sinus karotikus dan arkus aorta. Baroreseptor

dipengaruhi oleh perubahan tekanan darah pembuluh arteri.

Kemoreseptor, berlokasi pada badan karotis dan arkus aorta. Kemoreseptor

dipengaruhi oleh kandungan oksigen, karbondioksida, dan pH darah.

2. Definisi Hipertensi Heart Disease (HHD)


16

Hipertensi berasal dari kata “hyper” yang berarti lebih dan “tension” yang berarti

tekanan. Hipertensi bukan suatu penyakit terminologi medik (istilah dalam dunia medis),

tetapi masyarakat umum sering menyebut hipertensi sebagai penyakit darah tinggi.

Hipertensi adalah suatu kondisi saat nilai tekanan darah di atas nilai normal (Garnadi,

2012). Hipertensi adalah suatu peningkatan tekanan darah di arteri. Secara umum,

hipertensi merupakan suatu keadaan tanpa gejala, tekanan yang abnormal tinggi di dalam

arteri menyebabkan meningkatnya resiko terhadap stroke, gagal jantung, serangan

jantung dan kerusakan jantung (Anies, 2006). Hipertensi adalah peningkatan tekanan

darah di arteri yang bersifat sistematik yaitu yang berlangsung terus-menerus untuk

jangka waktu lama. Hipertensi tidak terjadi tiba-tiba, melainkan melalui proses yang

berlangsung cukup lama. Tekanan darah tertinggi yang tidak dikontrol untuk periode

tertentu akan menyebabkan tekanan tinggi permanen yang disebut hipertensi (Lingga,

2012).

Tekanan darah adalah tekanan yang ditimbulkan pada dinding arteri. Tekanan

puncak terjadi saat ventrikel berkontraksi dan disebut tekanan sistolik. Tekanan diastolik

adalah tekanan terendah yang terjadi saat jantung beristirahat. Tekanan darah biasanya

digambarkan sebagai rasio tekanan sistolik terhadap tekanan diastolik, dengan nilai

dewasa normalnya berkisar dari 100/60 sampai 140/90. Rata-rata tekanan darah normal

biasanya 120/80 (Smeltzer & Bare, 2001).

Hipertensi didefinisikan sebagai tekanan darah persisten yaitu tekanan sistoliknya

di atas 140 mmHg dan tekanan diastolik 90 mmHg. Pada populasi lanjut usia, hipertensi

didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan diastolik 90 mmHg (Sheps, 2005).
17

Hypertensive Heart Disease adalah penyakit jantung yang disebabkan oleh

hipertensi. Hipertensi yang tidak terkontrol dalam waktu yang lama menimbulkan

hipertrofi pada ventrikel kiri (LVH). Penyakit jantung hipertensi ditegakkan bila

dideteksi adanya hipertrofi pada ventrikel kiri sebagai akibat peningkatan bertahap

tahanan pembuluh darah perifer dan ventrikel kiri. Fungsi ventrikel selama hipertensi

berhubungan erat dengan penyebab hipertrofi dan terjadinya aterosklerosis koroner. Yang

mempengaruhi hipertrofi ventrikel kiri adalah lamanya peningkatan diastolic dan adanya

factor genetic.

3. Patofisiologi

Pada stadium permulan hipertensi, hipertrofi yang terjadi konsentrik (difus).

Belum ada perubahan yang berarti pada fungsi pompa efektif ventrikel kiri. Pada stadium

selanjutnya, akibat hipertensi yang terus-menerus, maka hipertrofi menjadi tidak teratur

(eksentrik). Pada kondisi ini terjadi penurunan fungsi pompa ventrikel secara menyeluruh

yang berakibat pada penurunan fraksi injeksi, peningkatan tegangan dinding ventrikel

pada saat sistolik, peningkatan konsumsi oksigen otot jantung, serta penurunan efek

mekanik pompa jantung. Kondisi ini akan lebih diperburuk bila terjadi penyakit jantung

koroner.

Pada kondisi hipertrofi maka tekanan perfusi pada koroner akan meningkat dan

diikuti dengan peningkatan tahanan pembuluh koroner. Sebagai akibat cadangan aliran

darah koroner akan berkurang. Ada dua factor utama penyebab penurunan cadangan

aliran darah koroner yaitu:


18

1. Penebalan arteri koroner, yaitu bagian dari hipertrofi umum otot polos pembuluh

darah seluruh tubuh. Kemudian terjadi retensi garam dan air yang mengakibatkan

berkurangnya compliance pembuluh darah dan meningkatnya tahanan perifer.

2. Peningkatan hipertrofi mengakibatkan berkurangnya kepadatan kapiler unit otot

jantung terutama pada hipertrofi eksentrik.

4. Tanda dan Gejala

Hipertensi pada sebagian orang menyebabkan keluhan pusing, sakit kepala, atau

leher terasa kaku. Sementara itu kebanyakan orang tidak menimbulkan keluhan. Pada

sebagian orang, keluhan hipertensi baru muncul saat hipertensi benar-benar mengancam

organ dan nyawanya. Adanya keluhan sebenarnya suatu tanda atau peringatan (alarm)

agar pengidap hipertensi segera menyadari ada tidak normal dengan tekanan darah.

Keluhan hipertensi baru muncul saat hipertensi benar-benar telah mengancam

organ dan nyawanya. Kondisi tersebut dinamakan sebagai krisis hipertensi atau hipertensi

maligna. Gejala krisis hipertensi antara lain pusing, mual, muntah, dan nyeri kepala

hebat. Krisis hipertensi biasa terjadi secara tiba-tiba dan tekanan darah meningkat dari

biasanya secara mendadak (Garnadi, 2012).

Menurut Rusdi dan Nurlaela (2009) gejala hipertensi dapat diketahui apabila

dalam diri seseorang terjadi hal-hal seperti pusing, mudah marah, telinga berdengung,

mimisan (meski agak-agak jarang), sukar tidur, sesak napas, terasa berat ditengkuk,

mudah merasa lelah dan mata sering berkunang-kunang.


19

5. Klasifikasi

Seseorang dikatakan hipertensi dan berisiko mengalami masalah kesehatan

apabila setelah dilakukan beberapa kali pengukuran, nilai tekanan darah tetap tinggi-nilai

tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg atau diastolik ≥ 90 mmHg (Prasetyaningrum, 2014).

Tabel 1
Klasifikasi Tekanan Darah pada Orang Dewasa
Kategori Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)
Normal < 130 mmHg < 80 mmHg
Normal tinggi 130-139 mmHg 80-89 mmHg
Stadium I
(Hipertensi ringan) 140-159 mmHg 90-99 mmHg
Stadium 2
(Hipertensi sedang) 160-179 mmHg 100-109 mmHg
Stadium 3
(Hipertensi berat) 180-209 mmHg 110-119 mmHg
Stadium 4
(Hipertensi maligna) 210 mmHg atau lebih 120 mmHg atau lebih
Sumber : Noviyanti, (2015)
Pada umunya hipertensi tidak mempunyai penyebab yang spesifik. Hipertensi

terjadi sebagai respon peningkatan cardiac output atau peningkatan tekanan perifer,

Namun ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya hipertensi:

a. Genetik: Respon nerologi terhadap stress atau kelainan eksresi atau transport Na.

Individu yang mempunyai riwayat keluarga dengan hipertensi, beresiko tinggi untuk

mendapatkan penyakit ini.

b. Obesitas: terkait dengan level insulin yang tinggi yang mengakibatkan tekanan darah

meningkat.

c. Stress Lingkungan

d. Hilangnya Elastisitas jaringan dan arterisklerosis pada orang tua serta pelebaran

pembuluh darah.
20

Berdasarkan penyebabnya hipertensi dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu

hipertensi primer dan hipertensi sekunder (Garnadi, 2012).

1) Hipertensi primer(primary hypertension)

Adalah suatu kondisi yang sering dan meliputi 95% dari hipertensi. Hipertensi

terjadi tanpa adanya kondisi dan penyakit penyebab disebut sebagai hipertensi primer

(Garnadi, 2012). Penyebab hipertensi primer adalah sebagai faktor-faktor yang

memiliki efek-efek kombinasinya sehingga menyebabkan hipertensi. Penderita

hipertensi 95% tergolong hipertensi primer didapat dari riwayat hipertensi keluarga,

maka terjadi hipertensi lebih besar. Beberapa faktor resiko penyebab gangguan

kemampuan tubuh untuk mengatur tekanan darah adalah keturunan, faktor usia, stress

fisik, psikis, obesitas, pola makan tidak sehat dan kurangnya aktifitas fisik (Garnadi,

2012).

2) Hipertensi Sekunder (secondary hypertension)

Adalah hipertensi yang penyebabnya hanya sedikit, hipertensi sekunder

merupakan kasus hipertensi yang terdeteksi akibat penyakit dan kondisi tertentu,

misalnya (penyakit endokrin), penyakit jantung, dan penyakit pembuluh darah,

pananganan pada pengidap hipertensi sekunder tidak hanya menurunkan tekanan

darah, tetapi harus disertai dengan terapi kondisi atau terapi penyakit (Garnadi, 2012).

6. Faktor-faktor yang mempengaruhi hipertensi

Faktor-faktor yang dapat dimasukkan sebagai faktor risiko kejadian hipertensi

adalah:

1) Umur
21

Umur sering dihubungkan dengan kejadian hipertensi. Hal ini karena

seiring dengan pertembahan usia, elastisitas pembuluh darah arteri semakin

berkurang. Hal ini dipengaruhi oleh adanya 25 penumpukan kolagen dan hipertropi

sel otot halus yang tipis, berfragmen dan patahan dari serat elastin. Selain itu,

seiring pertambahan usia terjadi abnormalitas struktural berupa disfungsi endotel

sehingga meningkatkan kekakuan pada pembuluh darah arteri orang tua (Black

dkk, 2007 dalam Dina, 2015).

2) Jenis Kelamin

Menurut Hungu (2007) jenis kelamin adalah perbedaan antara laki-laki dan

perempuan secara biologis sejak lahir. Jenis kelamin termasuk salah satu faktor

penyebab hipertensi. Sebuah penelitian hasil menunjukkan bahwa pria lebih

banyak menderita hipertensi dibandingkan wanita dengan rasio sekitar 2,29 mmHg

untuk peningkatan darah sistolik. Hal ini terjadi karena wanita dipengaruhi oleh

beberapa hormone esterogen yang meningkatkan kadar Hight Density Lipoprotein

(HDL) sehingga melindungi wanita dari hipertensi dan komplikasinya termasuk

penebalan dinding pembuluh darah atau aterosklorosis, namun pada masa pre

menopause, wanita mulai kehilangan sedikit demi sedikit hormone esterogen yang

melindingi pembuluh darah dari kerusakan (Kartikasari,2012).

3) Etnis

Penelitian klinis yang melibatkan sejumlah besar orang menunjukkan bahwa

orang keturunan Afrika atau Afro-Karibia memiliki tekanan darah yang lebih tinggi

dibandingkan orang Kaukasia (berkulit putih). Hipertensi pada orang keturunan

Afrika lebih sensitif terhadap garam dalam pola makan,yang diperkirakan berkaitan
22

dengan sistemrenin-angiotensin. Orang berkulit hitam memiliki kadar renin yang

lebih rendah.

4) Hereditas

Riwayat keluarga dekat yang menderita hipertensi (faktor keturunan)

mempertinggi risiko terkena hipertensi terutama pada hipertensi primer. Keluarga

yang memiliki hipertensi dan penyakit jantung meningkatkan risiko hipertensi 2-5

kali lipat. Penelitian menunjukkan bahwa tekanan darah seorang anak akan lebih

mendekati tekanan darah orang tuanya bila mereka memiliki hubungan darah

dibandingkan dengan anakadopsi.

5) Stres Psikologis

Hubungan antara stres dengan hipertensi diduga melalui aktivitas saraf

simpatis, yangdapat meningkatkan tekanan darah secara bertahap. Stres atau

ketegangan jiwa (rasa tertekan,murung, bingung, cemas, berdebar-debar, rasa marah,

dendam, rasatakut, rasa bersalah) dapat merangsang kelenjar anak ginjal melepaskan

hormon adrenalin dan memacu jantung berdenyut lebih cepat serta lebih kuat,

sehingga tekanan darah akan meningkat. Jika stres berlangsung cukup lama,tubuh

berusaha mengadakan penyesuaian sehingga timbul kelainan organis atau perubahan

patologis. Gejala yang muncul dapat berupa hipertensi atau penyakit maag.

6) Pola Makan

Pola makan merupakan perilaku paling penting yang dapat mempengaruhi

keadaan gizi. Disebabkan karena kuantitas dan kualitas makanan dan minuman yang

dikonsumsi akanmempengaruhi tingkat kesehatan individu dan masyarakat. Tubuh

tetap sehat dan terhindar dari berbagai penyakit kronis atau penyakit tidak menular
23

(PTM) terkait gizi, maka pola makan masyarakat perlu ditingkatkan kearah konsumsi

gizi seimbang. Keadaan gizi yang baik dapat meningkatkan kesehatan individu dan

masyarakat. Gizi yang optimal sangat penting untuk pertumbuhan normal serta

perkembangan fisik, kecerdasan bayi dan anak-anak, serta seluruh kelompok umur.

Gizi yang baik membuat berat badan normal atau sehat, tubuh tidak mudah terkena

penyakit infeksi, produktivitas kerja meningkat serta terlindung daripenyakit kronis

dan kematian dini (Kemenkes RI, 2014).

a) Mengonsumsi garam dan lemak tinggi

Pengaruh asupan garam terhadap timbulnya hipertensi terjadi melalui

peningkatan volume plasma, curah jantung, dan tekanan darah. Garam

menyebabkan penumpukan cairan dalam tubuh karena menarik cairan diluar sel

agar tidak keluar, sehingga akan meningkatkan volume dan tekanan darah.

Berdasarkan hasil penelitian Sugiharto (2007), menunjukkan bahwa hipertensi

pada responden yang memiliki kebiasaan mengonsumsi makanan asin jika

dibandingkan dengan yang tidak adalah 4,57. Lemak trans (ditemukan pada

makanan yang diproses,misalnya biskuit dan margarin) dan lemak jenuh

(ditemukan pada mentega, cake, pastry, biskuit, produk daging, dan krim) telah

terbukti dapat meningkatkan kadar kolesterol dalam darah. Kolesterol yang

terlalu tinggi dalam darah dapat mempersempit arteri, bahkan dapat menyumbat

peredaran darah.

b) Jarang mengonsumsi sayur dan buah

Vegetarian mempunyai tekanan darah lebih rendah dibandingkan

pemakan daging dan diet vegetarian pada penderita hipertensi dapat menurunkan
24

tekanan darah. Buah dan sayur merupakan sumber serat yang dapat membantu

menurunkan tekanan darah tinggi. Obesitas/kegemukan mempunyai

korelasipositif dengan hipertensi. Makin besar massa tubuh, makin banyak darah

yang dibutuhkan untuk memasok oksigen dan makanan ke jaringan tubuh. Ini

berarti bahwa volume darah yang beredar melalui pembuluh darah menjadi

meningkat sehingga memberi tekanan lebih besarpada dinding arteri (AS, 2010).

7) Gaya Hidup

Perubahan gaya hidup secara global berperan besar dalam meningkatkan

angka kejadian hipertensi. Semakin mudahnya mendapatkan makanan siap saji

membuat konsumsi sayuran segar dan serat sangat berkurang, konsumsi garam,

lemak, gula, dan kalori meningkat. Terlebih lagi penurunan aktivitas fisik sehingga

menyebabkan peningkatan jumlah populasi orang yang kelebihan berat badan dan

beresiko menyandang diabetes.

a) Olahraga tidak terarur

Kurangnya aktivitas fisik meningkatkan risiko menderita hipertensi

karena meningkatkan risiko kelebihan berat badan. Orang yang tidak aktif juga

cenderung mempunyai frekuensi denyut jantung yang lebih tinggi sehingga otot

jantungnya harus bekerja lebih keras pada setiap kontraksi. Makin keras dan

sering otot jantung harus memompa,makin besar tekanan yang dibebankan pada

arteri.

b) Kebiasaan merokok

Zat-zat kimia beracun, seperti nikotin dan karbon monoksida yang diisap

melalui rokok, yang masuk ke dalam aliran darah dapat merusak lapisan endotel
25

pembuluh darah arteri dan mengakibatkan proses atherosklerosis dan hipertensi.

Nikotin dalam tembakau merupakan penyebab meningkatnya tekanan darah segera

setelah isapan pertama. Seperti zat-zat kimia lain dalam asap rokok, nikotin diserap

oleh pembuluh-pembuluh darah amat kecil di dalam paru-paru dan diedarkan ke aliran

darah. Hanya dalam beberapa detik nikotin sudah mencapai otak. Otak bereaksi

terhadap nikotin dengan memberi sinyal pada kelenjar adrenal untuk melepas

epinefrin (adrenalin). Hormon yang kuat ini akan menyempitkan pembuluh darah

dan memaksa jantung untuk bekerja lebih berat karena tekanan yang lebih tinggi.

Setelah merokok dua batang saja maka baik tekanan sistolik maupun diastolik akan

meningkat 10mmHg. Tekanan darah akan tetap pada ketinggian ini sampai 30 menit

setelah berhenti mengisap rokok. Sementara efek nikotin perlahan-lahan menghilang,

tekanan darah juga akan menurun dengan perlahan. Namun pada perokok berat

tekanan darah akan berada pada level tinggi sepanjang hari.

c) Mengonsumsi alkohol

Mengonsumsi tiga gelas atau lebih minuman berakohol perhari meningkatkan

risiko mendapat hipertensi sebesar dua kali. Bagaimana dan mengapa alkohol

meningkatkan tekanan darah belum diketahui dengan jelas. Namun sudah menjadi

kenyataan bahwa dalam jangka panjang, minum minuman beralkohol berlebihan akan

merusak jantung dan organ-organ lain.

d) Mengonsumsi kopi

Kopi mengandung senyawa kafein yang bisa menyebabkan tekanan darah

meningkat tajam. Cara kerja kafein dalam tubuh dengan mengambil alih reseptor

adinosin dalam sel saraf yang yang akan memicu produksi hormon adrenalin dan
26

menyebabkan peningkatan tekanan darah, sekresi asam lambung, dan aktivitas otot,

serta perangsang hati untuk melepaskan senyawa gula dalam aliran darah untuk

menghasilkan energi ekstra. Kafein mempunyai sifat antagonis endogenus adenosin,

sehingga dapat menyebabkan vasokontriksi dan peningkatan resistensi pembuluh

darah tepi namun dosis yang digunakan dapat mepengaruhi efek peningkatan tekanan

darah (Kalimullah, 2015). Kafein dalam jumlah normal akan memberikan keuntungan

pada tubuh seperti memberikan perasaan rileks dan nyaman, sebaliknya terlalu banyak

mengkonsumsi kafein akan menyebabkan insomnia, gemetar dan kecemasan.

e) Obesitas

Obesitas dapat menimbulkan terjadinya hipertensi melalui berbagai

mekanisme, baik secara langsung maupun tidak langsung. Secara langsung

obesitas dapat menyebabkan peningkatan cardiac output karena makin besar

massa tubuh makin banyak pula jumlah darah yang beredar sehingga curah

jantung ikut meningkat (Sheps, 2005). Sedangkan secara tidak langsung melalui

perangsangan aktivitas sistem saraf simpatis dan Renin Angiotensin Aldosteron

System (RAAS) oleh mediator-mediator seperti hormon, sitokin, adipokin dan

sebagainya. Salah satunya adalah hormon aldosteron yang terkait (Nagase,

2009).

7. Komplikasi Penyakit Hipertensi

Hipertensi dianggap sebgai penyakit serius karena dampak yang sangat luas,

bahkan dapat berakhir dengan kematian. Kematia terjadi akibat dampak hipertensi itu

sendiri atau penyakit lain yang diawali hipertensi (Lingga, 2012) Penyakit dimaksud

sebagai berikut:
27

1) Kerusakan ginjal

Tekanan darah dipengaruhi oleh senyawa kimia yang dihasilkan oleh ginjal

bernama angiostin. Saat tekanan darah tidak terkendali, produksi angiostin melonjak

tajam sehingga ginjal kelelahan dan akhirnya mengalami kerusakan. Kerusakan ginjal

ditandai dengan oleh beberapa macam gejala berupa keringat berlebihan, kram otot,

letih, sering berkemih, serta denyut jantung menjadi cepat dan tidak teratur.

2) Serangan jantung

Serangan jantung terjadi saat arteri gagal bekerja, sehingga jantung berdetak

cepat agar dapat memompa darah lebih banyak. Namun, arteri tidak dapat diajak

bekerja sama karena rusak atau hilang elastisitasnya. Arteri tersebut gagal menyuplai

darah yang kaya oksigen ke jantung dan otak sehingga memicu peningkatan tekanan

darah. Banyak faktor berpotensi memicu serangan jantung. Namun hipertensi

merupakan faktor risiko yang perlu mendapat perhatian serius.

3) Stroke

Stroke atau disebut serangan otak, merupakan penyakit yang sering

menyerang banyak orang yang sudah berusia tua. Stroke terjadi karena aliran darah

yang mengalir kedaerah otak menjadi terputus. Sel sel otak yang seharusnya

mendapat pasokan oksigen dan glukosa dibawa oleh darah pada akhirnya tidak

berfungsi efektif dan menjadi mati. Salah satu dampak buruk dari hipertensi yang

ditakuti banyak orang adalah stroke. Seorang penderita hipertensi berisiko tinggi

mengalami stroke.

4) Disfungsi Ereksi
28

Adalah salah satu keluhan yang dilontarkan kaum pria penderita hipertensi

adalah disfungsi ereksi yang mereka alami. Penurunan fungsi seksual tersebut terkait

dengan penurunan produksi NO akibat hipertensi yang dialaminya. Kondisi tersebut

bertambah parah jika pria bersangkutan juga menderita diabetes dan mengalami

obesitas

5) Dementia dan Alzheimer

Risiko dementia dan Alzheimer meningkat sejalan dengan pertambahan usia.

Pada usia yang sama, hipertensi menyebabkan penurunan fungsi memori lebih cepat

dibandingkan dengan non-hipertensi. Risiko tersebut semakin meningkat jika

individu yang bersangkutan mengalami penuaan sel akibat penyakit degenerative

yang dialaminya.

8. Pencegah Hipertensi

Mencegah hipertensi lebih mudah dibandingkan dengan mengobati, karena

pencegahan sebaiknya dilakukan seawal mungkin. Hipertensi bisa memicu terjadinya

komplikasi yang bisa mengancam jiwa (Anies, 2008).

Hal-hal yang perlu dilakukan bagi penderita hipertensi sebagai pencegahan adalah

sebagai berikut:

1) Mengurangi konsumsi lemak

Membatasi konsumsi lemak dilakukan agar kadar kolestrol darah tidak tinggi.

Kadar kolestrol darah yang tinggi dapat mengakibatkan terjadi endapan kolestrol

dalam dinding pembuluh darah.

2) Mengurangi konsumsi garam.


29

Konsumsi garam sebaiknya dibatasi, maksimal 2 gram garam dapur untuk diet

setiap hari.

3) Hindari merokok.

Risiko yang ditimbulkan oleh kebiasaan merokok cukuplah besar. Bahkan

merokok memberi risiko yang jauh lebih besar dari pada kelebihan berat badan. Hal

ini karena ada dua hal, yaitu (a) merokok akan meningkatkan kecenderungan sel-sel

darah untuk mengumpal dalam pembuluhnya dan melekat pada lapisan dalam

pembuluh darah.(b) merokok menurunkan jumlah HDL (High Density Lipoprotein)

atau kolestrol baik.

4) Menghindari Kegemukan.

Dapat dilakukan dengan cara menjaga berat badan.

5) Olahraga secara teratur

Olahraga secara teratur dapat menyerap atau menghilangkan endapan

kolestrol pada pembuluh darah nadi.

6) Pola Makan yang baik

Pola makan yang dianjurkan adalah terdiri dari sayuran segar, dan buah–

buahan sedikit daging dan karbohidrat. The American Healt Assosiation

menganjurkan pola makan sehat denganpedoman sebagai berikut :

a) Asupan lemak < 30% dari energi.

b) Asupan lemak jenuh < 10%.

c) Asupan kolesterol 300 mg/ hari.

d) Asupan karbohidrat 50%.

e) Asupan protein merupakan sisi kebutuhan energi.


30

9. Pemeriksaan Penunjang

a. Hb/Ht: untuk mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume cairan (viskositas) dan

dapat mengindikasikan factor resiko seperti : hipokoagulabilitas, anemia.

b. BUN / kreatinin : memberikan informasi tentang perfusi / fungsi ginjal.

c. Glucosa : Hiperglikemi (DM adalah pencetus hipertensi) dapat diakibatkan oleh

pengeluaran kadar ketokolamin.

d. Urinalisa : darah, protein, glukosa, mengisaratkan disfungsi ginjal dan ada DM.

e. CT Scan : Mengkaji adanya tumor cerebral, encelopati

f. EKG : Dapat menunjukan pola regangan, dimana luas, peninggian gelombang P

adalah salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi.

g. IUP : mengidentifikasikan penyebab hipertensi seperti : Batu ginjal, perbaikan ginjal.

h. Poto dada : Menunjukan destruksi kalsifikasi pada area katup, pembesaran jantung

(Arif Muttaqin, 2009).

B. Asuhan Keperawatan Teoritis

1. Pengkajian

Riwayat Keperawatan

1. Keluhan: fatigue, lemah, dan sulit bernapas. Temuan fisik meliputi peningkatan

frekuensi denyut jantung ,distritma, dan takipnea

2. Riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit katup jantung, penyakit jantung koroner

atau ,episode palpitasi, serta berkeringat banyak.

Temuan fisik meliputi hal-hal berikut ini:

a. Tekanan darah tinggi (diukur serta serial)

b. Hipotensi postural akibat kebiasan minum obat tertentu.


31

c. Nadi: meningkat pada arteri karotis, junglaris, pulsasi radialis, perbedaaan denyut

nadi atau tidak ada denyut nadi pada beberapa area seperti arteri popliteal,

posteriol tibia.

d. Denyut apikal bergeser dan atau kuat angkat.

e. Denyut jantung: takikardia,disritmia

f. Bunyi jantung: S2 mengeras, S3 (gejala CHF dini)

g. Murmur: dapat terdegar jika ada stenosis atau insufisiensi katup

3. Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi, rasa marah kronis.

4. Riwayat penyakit ginjal (obstruksi atau infeksi) .

5. Riwayat mengonsumsi makanan tinggi lemak atau kolesterol, tinggi garam dan tinggi

kalori.

6. Neurosensori : melaporkan serangan pusing/pening, sakit kepala berdenyut di

suboksipital, episode mati- rasa atau kelumpuhan salah satu sisi badan.

7. Melaporkan angina, nyeri intermiten pada paha Claudication, sakit kepala hebat di

oksipital, nyeri atau teraba massa di abdomen.

8. Respirasi : mengeluh sesak nafas saat beraktivitas, takipnea, orthopnea, PND, batuk

dengan atau tanpa sputum, riwayat merokok.

9. Melaporkan adanya gangguan koordinasi, paarathesia, unilateral, transient episodic,

penggunaan kontrasepsi oral.

Studi Diagnostik

a. Hitung darah lengkap

b. Kimia darah : BUN, kreatinin, serum glukosa, kadar kolesterol atau trigliserida,

kadar serum aldosteron dan studi tiroid, asam urat.


32

c. Elektrolit : serum potasium atau kalium, dan serum kalsium

d. Urine : analisis urine, urine VMA dan steroid urine

e. Radiologi : intravenous pyelografi ( IVP ), rontgen toraks

f. EKG : menilai adanya hipertrofi miokard, pola strain, gangguan konduksi atau

disritmia (Wajan juni udjianti, 2011) .

2. Diagnosa Keperawatan

1. Risiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan

afterload, vasokonstriksi, iskemi miokard, hipertrofi / ragiditas ventrikel

2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum, ketidakseimbangan

antara suplai dan kebutuhan oksigen.

3. Perubahan kenyamanan (nyeri dada akut) berhubungan dengan peningkatan tekanan

vaskuler otak

4. Resiko tinggi terhadap injuri atau trauma fisik berhubungan dengan pandangan kabur,

ruptur pembuluh darah otak, epistaksis.

5. Perubahan nutrisi (lebih dari kebutuhan tubuh) berhubungan dengan kelebihan asupan

makanan, gaya hidup, kebiasaan atau budaya.

6. Kurang pengetahuan tentang pengelolaan hipertensi (Wajan juni udjianti, 2011)

3. Intervensi Keperawatan

a. Risiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan

peningkatan afterload, vasokonstriksi, iskemi miokard, hipertrofi / rigiditas

ventrikel.

Tujuan
Mempertahankan tekanan darah dalam rentang individual yang dapat diterima, irama
jantung dan denyut jantung dalam batas normal
33

Mandiri :
1. Pantau TD, ukur pada kedua Perbandingan dari tekanan memberikan
tangan / paha untuk evaluasi gambaran yang lebih lengkap tentang
awal keterlibatan/bidang masalah vaskular
2. Catat keberadaan, kualitas denyutan karotis, juguralis, radialis, dan
denyutan sentral dan perifer. femoralis mungkin teramati atau
terpalpasi
3. Auskultasi konduksi jantung s4 umum terdengar pada pasien
dan bunyi nafas hipertensiberat karena adanya hipertrofi
atrium (peningkatan volume/tekanan
atrium
4. Amati warna kulit, kelembaban, adanya pucat, dingin, kulit lembab dan
suhu, dan masa pengisian masa pengisian kapiler lambat
kapiler memungkinkan berkaitan dengan
vasokontriksi atau mencerminkan
penurunan curah jantung
5. Catat edema umum atau dapat mengindikasikan gagal jantung,
tertentu kerusakan ginjal atau vaskular
6. Kolaborasi : berikan obat – obat Dengan obat untuk menurunkan TD
sesuai indikasi pada pasien dengan fungsi ginjal yang
relatif normal

b. Perubahan kenyamanan (nyeri kepala akut) berhubungan dengan peningkatan


tekanan vaskular otak.
Tujuan
Mengurangi nyeri dan menurunkan tekanan pembuluh darah otak

Intervensi Rasional
1. Pertahankan bed rest selama 1. meminimalkan stimulasi atau
fase akut meningkatkan relaksasi
2. Berikan tindakan kenyamanan 2. meningkatkan relaksasi tindakan
untuk mengurangi sakit kepala yang menurunkan tekanan vaskular
seperti masase punggung dan serebral dan yang
leher, elevasi kepala, kompres memperlambatkan atau memblok
hangat di dahi dan leher, teknik respon simpatis efektif dalam
relaksasi, meditasi, imaginasi menghilangkan sakit kepala dan
terbimbing, distraksi,dan komplikasinya.
aktivitas waktu senggang.
3. Kurangi aktivitas klien yang 3. aktivitas yang meningkatkan
merangsang aktivitas simpatis vasokonstriksi menyebabkan sakit
yang makin memperberat sakit kepala pada adanya peningkatan
kepala seperti batuk lama, tekanan vaskular serebral.
34

ketegangan saat defeksasi


4. bantu klien saat ambulasi 4. pusing dan penglihatan kabur
sering berhubungan dengan sakit
kepala.
5. berikan tampon hidung dan 5. meningkatkan kenyamanan
kompres dengan es bila terjadi umum.
epistaksis
6. kolaborasi pemberian
pengobatan a. menurunkan atau mengontrol
a. analgesik nyeri dan menurun kan
b. tranquilizer ( diazepam) rangsang sistem saraf simpatis.
c.pemeriksaan fundus mata b. Dapat mengurangi tengangan
( konsultasi dengan dokter ahli dan ketidak nyaman yang di
mata) perberat oleh stres.

c. Perubahan nutrisi (lebih dari kebutuhan tubuh) berhubungan dengan kelebihan


asupan makanan, gaya hidup, kebiasaan dan kebudayaan
Tujuan
Berat badan dalam batas normal atau ideal, klien mampu mengubah pola makan, gaya
hidup dan pola olahraga

Intervensi Rasional
1. bantu klien memahami hubungan antara 1.mal-diet menyebabkan
hipertensi dan obesitas. Diskusikan manfaat obesitas, hipertensi, dan
asupan kalori dan pembatasan asupan memicu serangan jantung
garam, lemak, serta gula atau kalori
2. pertimbangkan kemauan klien untuk 2-5 pengaturan berat badan
mengurangi berat badan dapat mencegah obesitas dan
komplikasinya
3. Review asupan kalori harian dan pilihan diet 6.diet yang tepat dapat
mencegah serangan ulang
hipertensi dan komplikasinya
4. Perhitungkan penurunan berat badan
realistis bersama klien, misalnya 0,5kg per
minggu
5. Anjurkan klien menghindari konsumsi
makanan dengan kadar lemak jenuh (butter,
keju, kuning telur, es krim, daging) dan
makanan yang mengandung kolestrol
(daging berlemak, jerohan, udang)
6. Kolaborasi untuk merujuk ke ahli diet

Anda mungkin juga menyukai