TINJAUAN TEORI
b. Miokardium
Lapisan miokardium (bagian tengah) tersusun atas
serabut otot lurik dan berperan dalam kontraksi jantung (Black,
2014). Miokardium merupakan bagian dari jantung yang
membentuk dinding atrium dan ventrikel. Sel otot jantung
berlurik seperti otot rangka yang terdiri dari sarkomer yang
mengandung filament aktin dan myosin, tetapi sel otot jantung
lebih kecil dan tersusun rapat serta mengandung banyak
mitokondria besar yang mencerminkan kebutuhan akan energi
berkelanjutan. Kontraksi otot jantung melibatkan filament aktin
dan myosin yang berinteraksi dan bergeser satu sama lain
selama kontraksi. Sejumlah protein penting mengatur
pengikatan aktin-myosin ini, yaitu mencakup Tropomyosin dan
Troponin complex (mengandung 3 subunit yaitu troponin T,
troponin I dan troponin C). Troponin complex mengatur
kontraksi yang diperantarai kalsium dalam otot lurik. Otot
jantung lebih banyak bergantung pada masuknya ion kalsium
ekstraseluler untuk berkontraksi dibandingkan dengan otot
rangka, dikarenakan otot jantung memiliki reticulum
sarkoplasma yang kurang baik dalam menyimpan kalsium.
Sifat kontraktil otot jantung mirip dengan otot skeletal
kecuali kontraksinya yang tidak disadari (involunter) dan
durasinya yang lebih lama. Sel otot jantung diatur sebagai kisi-
kisi interkoneksi dimana seratnya akan membelah,
mengkombinasikan kembali dan akhirnya membelah lagi.
Struktur padat yang disebut intercalated disks memisahkan
antara serat otot jantung dan sel otot jantung sebelahnya,
mengandung jap junction yang menyediakan jalur resistensi
rendah untuk perjalanan ion dan impuls listrik dari satu sel
jantung ke sel jantung lainnya. Miokardium berperilaku sebagai
satu kesatuan, disebut syncytium, dimana ketika satu sel
miokardium berkontraksi maka impuls berjalan dengan cepat
sehingga jantung menjadi berdetak. Otot jantung memiliki 2
syncytium yaitu atrium dan ventrikel (Porth,2014)
c. Endokardium
Endokardium merupakan lapisan tipis dengan 3 lapis
membran yang melapisi jantung. Lapisan terdalam mengandung
sel endothelial halus yang didukung oleh lapisan tipis jaringan
ikat, dan berlanjut terus menerus dengan lapisan pembuluh
darah yang masuk dan meninggalkan jantung. Lapisan tengah
mengandung jaringan ikat padat dengan serat elastis,
sedangkan lapisan terluar terdiri dari sel jaringan ikat yang
tidak teratur mengandung pembuluh darah dan percabangannya
dari sistem konduksi dan berlanjut dengan miokardium (Porth,
2014)
2. Ruang jantung
Organ jantung terdiri atas 4 ruang, yaitu 2 ruang yang
berdinding tipis disebut atrium, dan 2 ruang yang berdinding tebal
disebut ventrikel.
a. Atrium
Atrium adalah ruang jantung yang menerima aliran darah
dari pembuluh vena dan memiliki fungsi utama sebagai
reservoir, dimana darah berkumpul sebelum memasuki
ventrikel. Kontraksi atrium memaksa darah masuk ke ventrikel
untuk menyempurnakan pengisian ventrikel. Atrium terdiri dari
2 yaitu atrium kanan dan kiri yang dipisahkan oleh interatrial
septum (VanPutte et al, 2013)
1) Atrium kanan
Berfungsi sebagai tempat penampungan darah yang
rendah oksigen dan berasal dari seluruh tubuh. Darah
tersebut mengalir melalui vena cava superior, vena cava
inferior, serta sinus koronarius yang berasal dari jantung
sendiri. Kemudian darah dipompakan ke ventrikel kanan dan
selanjutnya ke paru.
2) Atrium kiri
Berfungsi sebagai penerima darah yang kaya oksigen
dari kedua paru melalui 4 buah vena pulmonalis. Kemudian
darah mengalir ke ventrikel kiri, dan selanjutnya menuju ke
aorta untuk diedarkan ke seluruh tubuh.
b. Ventrikel
Ventrikel jantung merupakan ruang pompa utama yang
mengeluarkan darah menuju arteri dan mendorong untuk
mengalir melalui sistem sirkulasi. Permukaan dalam ventrikel
memperlihatkan alur-alur otot yang disebut trabekula. Beberapa
alur tampak menonjol, yang disebut muskulus papilaris. Ujung
muskulus papilaris dihubungkan dengan tepi daun katup
atrioventrikuler oleh serat-serat yang disebut korda tendinae.
Kedua ventrikel dipisahkan oleh sekat yang disebut septum
ventrikel/ interventricular septum.
1) Ventrikel kanan
Menerima darah dari atrium kanan yang akan
dipompakan ke paru-paru melalui arteri pulmonalis.
Tekanan yang dihasilkan kontraksi ventrikel kana sekitar 1/5
dari tekanan ventrikel kiri, sedangkan volume darah yang
dipompa nya hampir sama.
2) Ventrikel kiri
Menerima darah dari atrium kiri dan akan
dipompakan ke seluruh tubuh melalui aorta. Dinding
ventrikel kiri lebih tebal dibanding ventrikel kanan, dan
berkontraksi lebih kuat serta menghasilkan tekanan darah
yang lebih besar daripada dinding ventrikel kanan (sekitar
120mmHg), dimana tekanan ini disebabkan pergerakan
aliran darah yang melalui sirkulasi sistemik yang lebih besar.
3. Katup jantung
Katup jantung adalah struktur yang halus dan fleksibel,
tersusun atas jaringan fibrosa yang dilapisi endothelium. Katup
memungkinkan aliran darah melalui jantung berjalan satu arah
dimana perbedaan tekanan antara ruang jantung mengakibatkan
katup membuka dan menutup secara pasif. Katup yang lemah atau
bocor tidak akan menutup sempurna sehingga disebut regurgitasi
atau insufisiensi. Katup yang kaku tidak akan dapat membuka
dengan sempurna yang disebut sebagai stenosis (Black, 2014)
a. Katup Atrioventrikuler
Terletak diantara atrium dan ventrikel, dimana pada
ujung katup atrioventrikel terdapat filament fibrosa/ berserat
yang kuat yang disebut korda tendinae dan berasal dari otot
papilaris pada dinding ventrikel. Otot papilaris dan korda
tendinae bekerja bersama untuk mencegah katup atrioventrikel
mengalirkan darah kembali menuju atrium selama kontraksi
ventrikel (sistolik). Katup atrioventrikuler ini terdiri dari 2 jenis
yaitu :
1) Katup Trikuspid
Tersusun atas tiga daun katup, terletak disisi kanan
yang memisahkan antara atrium dan ventrikel kanan.
2) Katup Bikuspid/ Mitral
Tersusun atas dua daun katup yang memisahkan
antara atrium dan ventrikel kiri.
b. Katup Semilunar
Merupakan katup yang terletak diantara tiap ventrikel
dan arteri yang bersangkutan, yang tersusun dari tiga katup
seperti cangkir yang membuka saat kontraksi ventrikel (sistolik)
dan menutup untuk mencegah aliran balik saat ventrikel
relaksasi (diastolik). Tidak seperti katup atrioventrikel, katup
semilunaris terbuka selama kontraksi ventrikel dan berfungsi
dengan baik tanpa otot papilaris dan korda tendinae.
1) Katup semilunaris pulmonal
Adalah katup yang berada diantara ventrikel kanan dan arteri
pulmonalis
2) Katup semilunaris aorta
Merupakan katup antara ventrikel kiri dan aorta.
c. Bunyi Jantung
1) Bunyi jantung Normal
Dua bunyi jantung utama yang terdengar selama siklus
jantung yaitu S1-S2. Bunyi jantung pertama terdengar relatif
rendah, lembut, relatif panjang, dan terdengar seperti ‘lub’.
Sedangkan suara jantung kedua memiliki nada yang lebih tinggi,
pendek, tajam dan terdengar seperti ‘dub’. Bunyi jantung
pertama kaitkan dengan menutupnya katup AV dan menandakan
onset sistolik ventrikel, sedangkan bunyi jantung kedua
dikaitkan dengan penutupan katup semilunar dan menandakan
onset diastole ventrikel (Sherwood, 2014).
2) Bunyi jantung tambahan
Dinding ventrikel harus dapat mengembang untuk
mengakomodasi pengisian ventrikel cepat. Jika kemampuan
mengembang dinding ventrikel menurun (Seperti pada gagal
jantung atau regurgitasi katup), darah dan seluruh struktur yang
ada di dalam dinding ventrikel bergetar dan terdengar bunyi
jantung tiga (S3). Bunyi jantung empat (S4) dapat terdengar saat
sistolik atrium jika terjadi hambatan pada pengisian ventrikel.
Hal ini tidak normal, biasanya terjadi pada kekakuan ventrikel
karena hipertrofi, penyakit atau cedera dinding ventrikel (Black,
2014).
Rheumatic Fever
(Inflamasi Sendi, Otot dan Jaringan Fibrosa)
Myocarditis Endocarditis
Pericarditis
Kontraktilitas Jantung ↓
Regurgitasi Katup Stenosis Katup
CHF
Disfungsi Miokard Beban Tekanan Beban Sistolik Peningkatan Beban Volume
AMI, Miokarditis Berlebih Berlebih Keb. Berlebih
Metabolisme
Kontraktilitas ↓ Beban Systolic ↑ Preload ↑
Kontraktilitas ↓
Tekanan Diastole ↑
Forward Failure Backward Failure
LVED naik
Bendungan
Suplay Darah Suplai O2 Renal
Atrium
Jaringan ↓ Otak ↓ Flow ↓ Tek. Vena Pulmonalis ↑ Kanan
Mendesak diafragma
Kelebihan Volume Gangguan
Cairan Vaskuler Pertukaran Gas Pola Napas
Tidak efektif Sesak Napas
2.2.5 Patofisiologi CHF
Bila reservesi jantung normal untuk berespons terhadap stress
tidak adekuat untuk memenuhi kebutuhan metabolic tubuh, maka
jantung gagal untuk melakukan tugasnya sebagai pompa, dan akibatnya
terjadi gagal jantung. Demikian juga, pada tingkat awal, disfungsi
komponen pompa secara nyata dapat mnegakibatkan gagal jantung.
Jika reservasi jantung normal mengalami kepayahan dan kegagalan,
respons fisiologis tertentu pada penurunan cucrah jantung adalah
penting. Semua respons ini menunjukkan upaya tubuh untuk
mempertahankan perfusi organ vital tetap normal. Terdapat empat
mekanisme respons primer terhadap gagal jantung meliputi :
1. Meningkatnya aktivitas adrenergic simpatis
Menurunnya volume sekuncup pada gagal jantung akan
membangkitkan respons simpatis kompensatoris. Meningkatnya
aktivitas adrenergic simpatis merangsang pengeluaran katekolamin
dan saraf-saraf adrenergic jantung dan medulla adrenal. Denyut
jantung dan kekuatan kontraksi akan meningkat untuk
meningkatkan curah jantung. Arteri perifer juga melakukan
vasokontriksi untuk menstabilkan tekanan arteri dan redistribusi
volume darah dengan mengurangi aliran darah ke orgab-organ yang
rendah metabolismenya seperti kulit dan ginjal. Hal ini bertujuan
agar perfusi ke jantung dan otak dapat dipertahankan. Venokontriksi
akan meningkatkan aliran darah balik vena ke sisi kanan jantung,
untuk selanjutnya menambah kekuatan kontraksi sesuai dengan
hukum starling. Pada keadaan gagal jantung, baroresptor diaktivasi
sehingga menyebabkan peningkatan aktivitas simpatis pada jantung,
ginjal dan pembuluh darah perifer. Angiotensin II dapat
meningkatkan aktivitas simpatis tersebut.
Aktivitas sistem saraf simpatis yang berlebihan
menyebabkan peningkatan kadar noradrenalin plasma, yang
selanjutnya akan menyebabkan vasokontriksi, takikardia, serta
retensi garam dan air. Aktivitas simpatis yang berlebihan juga dapat
menyebabkan nekrosis sel otot jantung. Perubahan ini dapat
dihubungkan dengan observasi yang menunjukkan bahwa
penyimpanan norepinefrin pada miokardium mnejadi berkurang
pada gagal jantung kronis.
2. Meningkatnya beban awal akibat aktivasi neurohormone
Aktivasi sistem rennin - angiotensin - aldosteron (RAA)
menyebabkan retensi natrium dan air oleh ginjal, meningkatkan
volume ventrikel dan regangan serabut. Peningkatan beban awal ini
akan menambah kontraktilitas miokardium sesuai dengan hokum
starling. Mekanisme pasti yang mengakibatkna aktivasi sistem RAA
pada gagal jantung masih belum jelas. Sistem RAA bertujuan
menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit yang adekuat serta
mempertahankan tekanan darah.
Renin adalah enzim yang disekresikan oleh sel-sel
juxtaglomerulus, yang terletak berbatasan dengan arteriol renal
eferen dan bersebalahan dengan macula densa pada tubulus distal.
Renin merupakan enzim yang mengubah angiotensinogen (sebagian
besar berasal dari hati) angiotensin I. Angiotensin converting
enzyme (ACE) yang terikat pada membrane plasma sel endotel akan
memecah dua asam amino dan angiotensin I untuk membentuk
angiotensin II. Angiotensin II memiliki beberapa fungsi penting
untuk memelihara homeostasis sirkulasi, yaitu merangsang
konstriksi arteriol pada ginjal dan sirkulasi sistemis, serta
mereabsorbsi natrium pada bagian proksimal nefron.
Angiotensin II juga menstimulasi korteks adrenal untuk
menskresi akdosteron, yang akan merangsang reabsorbsi natrium
(dalam pertukaran dengan kalium) pada bagina distal dari nefron,
serta di usus besar, kelenjar saliva dan kelenjar keringat. Renin
diskresikan pada keadaan menurunnya tekanan darah, kekurangan
natrium dan peningkatan aktivitas simpatis ginjal.
Angiotensin I sebagian besar kemudian diubah di paru-paru
menjadi angiotensin II, suatu zat presor yang poten, oleh angiotensin
converting enzyme (ACE). ACE juga dapat memecah bradikinin
dan bekerja pada sejumlah peptide lain. Angiotensin II dipecah
secara cepat oleh enzim non-spesifik yang disebut angiotensinase.
Angiotenisn II memegang peran utama dalam sistem RAA karena
meningkatkan tekanan darah dengan beberapa cara seperti
vasokontriksi, retensi garam dan cairan dan takikardia.
Peptida natriretik atrial (PNA) disekresi oleh jantung
kemudian masuk ke dalam sirkulasi. Sekresinya terutama
dipengaruhi oleh peningkatan tekanan pada dinding atrium atau
ventrikel, biasanya akibat peningkatan tekanan pengisian atrium
atau ventrikel. PNA menyebabkan dilatasi dari arteri yang
mengalami konstriksi akibat neurohormon lain serta meningkatkan
ekskresi garam dan air.
3. Hipertrofi ventrikel
Respon terhadap kagagaln jantung lainnya adalah hipertrofi
ventrikel atau bertembahnya ketebalan dinding ventrikel. Hipertrofi
meningkatkan jumlah sarkomer dalam sel-sel miokardium,
bergantung pada jenis bebasn hemodinamika yang mengakibatkan
gagal jantung. Sarkomer dapat bertambah secara parallel atau serial.
Sebagai contoh, suatu beban tekanan yang ditimbulkan oleh adanya
stenosis aorta, akan disertai penambahan ketebalan dinding tanpa
penambahan ukuran runag di dalamnya. Respons miokardium
terhadap beban volume seperti pada regurgitasi aorta, ditandai
dengan dilatasi dan bertambahnya ketebalan dinding. Kombinasi ini
diduga merupakan akibat dari bartambahnya jumlah sarkomer yang
tersusun secara serial. Kedua pola hipertrofi ini dikenal sebagai
hipertrofi konsentris dan hipertrofi eksentris.
4. Volume cairan berlebih
Remodelling jantung terjadi agar dapat menghasilkan
volume sekuncup yang besar. Karena setiap sarkomer mempunyai
jarak pemendekan puncak yang terbatas, maka peningkatan volume
sekuncup dicapai dengan peningkatan kumlah sarkomer seri, yang
akan menyebabkan peningkatan volume ventrikel. Pelebaran ini
membutuhkan ketegangan dinding yang lebih besar agar dapat
menimbulkan tekanan intraventrikel yang sama sehingga
membutuhkan peningkatan jumlah myofibril parallel. Sebagai
akibatnya, terjadi peningkatan ketebalan dinding ventrikel kiri. Jadi,
volume cairan berlebih menyebabkan pelebaran runag hipertrofi
eksentrik.
Ro thorak, CT
Uji jantung angiografi, magentic
resonance imaging,
Pemeriksaan Radiografi Magnetic Resonance
diagnostik Angigrafi
elektrokardiografi,
ekokardiogram, uji
Uji jantung latihan fisik
Invasif dan
non invasif ekokardiografi
tranesofageal,
katerisasi jantung
2) Ekokardiografi
M-Mode
Rekaman 2
Ekokardiografi
dimensi
Dopler
berwarna
2.3.2 Pengkajian
1. Anamnesa
a. Identitas Pasien
Nama : Tn. T
Usia : 58 Tahun
Jenis Kelamin : Laki- Laki
Pendidikan Terakhir/ Pekerjaan : SMA/ Tukang Ojek
Suku : Jawa
Agama : Islam
b. Keluhan utama
Pasien datang dengan keluhan sesak napas. Keluhan
tersebut dirasakan sejak 3 hari yang lalu dan timbul saat malam
hari saat pasien tidur dengan posisi terlentang dan saat
beraktivitas ringan. Pasien mengatakan badan bengkak-
bengkak.
c. Riwayat kesehatan masa lalu
Pasien mempunyai riwayat demam rematik. Pasien
mengatakan dulu pernah di rawat sakit jantung tahun 2011, dan
sudah dilakukan pemasangan cincin sebanyak 2 buah.
d. Riwayat pengobatan
Sewaktu dirawat sampai dengan rutin kontrol pasien
mendapatkan terapi obat dari poliklinik Simarc 1x1 tab, Digoxin
1x1 tab, ISDN 1x1 (bila nyeri dada), furosemide 20 mg 1x1 tab
dan KSR 1X1 tab.
2. Pemeriksaan Fisik
a. Kesadaran : Compos Mentis
b. Keadaan Umum : Lemah
c. Tekanan Darah : TD 170/100 mmHg
d. Frekuensi Nadi : 112 kali/menit
e. Frekuensi Pernafasan: 30x/ Menit
f. Suhu Tubuh : 36,5 0 C
g. Berat Badan : 72 Kg
h. Tinggi Badan : 178 cm
i. Riwayat Alergi Makanan/ Obat : Tidak ada riwayat alergi
makanan maupun obat.
j. Pemeriksaan Multi Organ:
1) Kepala dan Leher
Mata konjungtiva tidak pucat, sclera tidak ikterik, leher tidak
teraba KGB dan Tiroid, JVP : tekanan vena jugularis 5+3
cmH2O.
2) Dada/ Thorax dan Punggung (Inspeksi, palpasi, Perkusi dan
Auskultasi)
Tampak adanya retraksi dada. Auskultasi: auskultasi Paru
ada ronchi basah pada kedua basal paru, auskultasi jantung
terdengar suara S3 dan S4 serta murmur pada area apeks.
3) Abdomen dan Pinggang
Abdomen datar, tidak ada nyeri tekan, tidak ada teraba
pembesaran hati dan limfe.
4) Anggota Gerak
Ekstremitas teraba dingin dan berkeringat dan edema +2
pada kedua tungkai. CRT > 3 detik. Pitting edema ada.
5) Genitalia dan Anus
Tidak ada masalah.
Edema
Kelebihan Volume
Cairan
3. DS:
- Pasien mengatakan Penurunan Curah Intoleransi Aktivitas
sesak tersebut dirasakan Jantung dan Saturasi O2
sejak 3 hari yang lalu
dan timbul saat malam
hari saat pasien tidur Suplai Darah Ke Jaringan
dengan posisi telentang menurun
dan saat beraktivitas
ringan.
DO:
- Frekuensi napas 30 Ketidakseimbangan
kali/menit, Antara Kebutuhan dan
- Sesak nafas saat Masukan Oksigen.
aktivitas ringan
- Pasien bedrest dan
membatasi aktivitas. Metabolisme Sel
- Kaki tampak bengkak- Menurun
bengkak (Edema
Tungkai)
Kelemahan
Intoleransi Aktivitas
Kolaborasi
Berikan obat Meningkatkan
sesuai indikasi kecepatan aliran
(diuretik) urin dan mungkin
menghambat
reabsorpsi dari
sodium dan
klorida pada
tubulus ginjal
Mempertahankan Mengurangi total
pembatasan air dalam tubuh
cairan dan dan mencegah
sodium sesuai reakumulasi
indikasi cairan
Monitor x-ray Menunjukkan
dada perubahan
peningkatan/
resolusi kongesti
pulmonal
3. Intoleransi Setelah diberikan Mandiri
aktivitas tindakan Periksa tanda vital Hipotensi
berhubungan keperawatan sebelum dan ortostatik dapat
dengan pada pasien, sesudah aktivitas terjadi karena
ketidakseimbangan pasien akan : aktivitas
antara kebutuhan 1. Menunjukkan dikarenakan
dan asupan oksigen daya tahan pengaruh obat,
dengan cairan atau fungsi
partisipasi pompa jantung
aktif dalam Dokumentasikan Ketidakmampuan
kegiatan yang respon untuk
diinginkan kardiopulmonal meningkatkan
2. Mencapai terhadap aktivitas volume stroke
peningkatan (takikardi, selama aktivitas
toleransi disritmia, dapat
aktivitas yang dyspnea, menyebabkan
terukur diaphoresis dan peningkatan
pucat) segera dalam
denyut jantung
dan kebutuhan
oksigen, sehingga
memperparah
kelemahan dan
kelelahan.
Kaji tingkat Kelelahan
kelelahan dan diakibatkan gagal
evaluasi faktor jantung
lain yang berkelanjutan
mempengaruhi yang semakin
parah dan
berhubungan
dengan
abnormalitas
hemodinamik,
pernafasan, dan
otot perifer.
Evaluasi Dapat
percepatan menunjukkan
intoleransi peningkatan
aktivitas dekompensasi
jantung daripada
aktivitas
berlebihan
Memberikan Memenuhi
bantuan dengan kebutuhan
kegiatan perawatan
perawatan diri dan pribadi klien
memberikan jeda tanpa tekanan
waktu istirahat miokardium yang
tidak semestinya
atau permintaan
oksigen yang
berlebihan.
Kolaborasi
Melaksanakan Memperkuat dan
program meningkatkan
rehabilitasi dan fungsi jantung
aktivitas jantung dibawah tekanan
yang telah dinilai jika disfungsi
jantung bersifat
reversibel.