Anda di halaman 1dari 35

PPN dan PPh pada Rumah Sakit

PT Siloam International Hospitals Tbk


Konsentrasi Perpajakan Industri Khusus
Kelompok 5 :
Josephine Florentina (125200045)
Fransisca Wijaya (125200056)
Jennifer Krisna Amanda Lo (125200059)
Natalia (125200067)
Yunita (125200138)
Kelas : DY
DEFINISI UMUM RUMAH SAKIT

Rumah sakit merupakan lembaga atau institusi yang dalam penyelenggaraan usahanya
menyediakan fasilitas pelayanan kesehatan bagi masyarakat, baik berupa rawat inap,
rawat jalan, pelayanan gawat darurat, dan sejenisnya yang berkaitan dengan
kesehatan dan keselamatan seseorang. Rumah sakit menjalankan berbagai aktivitas
operasional mulai dari transaksi yang berkaitan dengan penanganan pasien, jual beli
obat-obatan, hingga aktivitas lainnya yang terjadi di lingkup wilayah rumah sakit.

Serupa dengan jenis usaha di sektor lainnya, rumah sakit juga memiliki kewajiban
perpajakan yang harus dijalankan sesuai dengan peraturan perpajakan yang berlaku.
Berbagai transaksi yang terjadi di rumah sakit tentunya melibatkan aspek perpajakan
baik PPN (Pajak Pertambahan Nilai) serta PPh (Pajak Penghasilan). Maka dari itu, rumah
sakit juga memiliki kewajiban dalam menyusun dan mempublikasikan laporan
keuangan dengan benar dan isinya dapat dipertanggungjawabkan.
KLASIFIKASI
Berdasarkan kepemilikannya, rumah sakit dapat diklasifikasikan ke dalam dua jenis, yaitu
rumah sakit yang dimiliki oleh pihak pemerintah dan rumah sakit yang dimiliki oleh pihak
swasta. Khusus bagi rumah sakit yang kepemilikannya berada pada tangan pemerintah,
tidak memiliki kewajiban untuk melaksanakan kewajiban perpajakan dirinya sendiri, atau
tidak wajib untuk melaporkan SPT Masa PPh 25 dan SPT Tahunan PPh 29.
Pengecualian ini dikarenakan rumah sakit pemerintah bukan merupakan subjek pajak
dan memperoleh pendanaan yang berasal dari APBN (Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara) ataupun APBD (Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah).
Pemerintah menetapkan kriteria khusus yang mengatur bahwa suatu rumah sakit dapat
disebut atau dikategorikan sebagai rumah sakit pemerintah yang bebas dari aturan
perpajakan, diantaranya yaitu:

1. Dibentuk berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.


2. Dibiayai dengan dana yang bersumber dari APBN atau APBD.
3. Penerimaan yang diperoleh disetorkan untuk masuk dalam anggaran negara.
4. Pembukuan diperiksa oleh aparat pengawasan fungsional negara.
Rumah sakit pemerintah tetap berkewajiban untuk melakukan pemungutan pajak
yang muncul dari aktivitas seperti pembayaran gaji terhadap karyawan (dokter,
perawat, dan lainnya), penerimaan pendapatan atas sewa, pemberian upah ke pihak
lain, dan sebagainya. Sementara itu bagi rumah sakit yang dimiliki oleh pihak swasta,
memiliki kewajiban membayar serta memungut pajak dari setiap perlakuan
transaksinya yang menimbulkan kewajiban perpajakan di kemudian hari.

Sesuai dengan peraturan Pasal 4 ayat (2) PMK 197/2013, setiap pengusaha atau
badan usaha, dalam hal ini rumah sakit, harus tercatat sebagai PKP jika sudah
menerima omset diatas 4,8 miliar dalam setahun, sehingga berkewajiban untuk
memungut PPN. pengukuhan sebagai PKP dapat dilakukan secara sadar dan mandiri
atas inisiatif Wajib Pajak (WP) karena Indonesia menganut sistem self assesment,
dimana kewajiban memungut ada di Wajib Pajak (WP), bukan pada negara ataupun
pada fiskus sebagai pihak ketiga.
Jenis Klasifikasi Perizinan Rumah Sakit
Perizinan pendirian rumah sakit ini diatur dalam pasal 7 ayat 2 Undang-Undang Nomor 44 Tahun
2009 yang menetapkan bahwa rumah sakit dapat didirikan oleh:
Bisa didirikan oleh pemerintah (baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah). Jika
dibentuk oleh pemerintah biasanya dibentuk badan layanan umum.
Kalau dibentuk oleh swasta pendiriannya bisa dilakukan oleh dua pihak yaitu:
a. PT (Perusahaan Terbuka)
Jika PT yang membangun, maka harus khusus bergerak di bidang rumah sakit (tidak bisa di
campurkan dengan jenis usaha lain).
b. Yayasan
Yayasan merupakan salah satu bentuk badan hukum sehingga memiliki hak untuk mendirikan
rumah sakit.
Pengurang Penghasilan dalam Perhitungan
Penghasilan Kena Pajak Rumah Sakit
1. Biaya yang berhubungan langsung dengan usaha, pekerjaan, kegiatan atau pemberian
jasa untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan atau biaya
berhubungan langsung dengan operasional penyelenggaraan rumah sakit.
2. Penyusutan atau amortisasi atas pengeluaran untuk memperoleh harta yang
mempunyai manfaat lebih dari 3 tahun.
3. Subsidi yang diberikan kepada pasien yang tidak mampu ataupun biaya pelayanan
kesehatan yang kurang mampu yang dipikul oleh yayasan atau organisasi yang sejenis
yang tidak bergerak di bidang pelayanan kesehatan.
Kriteria Subsidi
Subsidi biasanya diberlakukan pada pasien yang memenuhi kategori tidak mampu.
1. Sejumlah bagian yang benar-benar dibayar oleh pasien merupakan penghasilan dan biaya yang
boleh dikurangkan dari penghasilan bruto adalah biaya-biaya yang dikeluarkan sehubungan
dengan tagihan kepada pasien.
2. Sejumlah yang seharusnya diterima atau diperoleh rumah sakit merupakan penghasilan dan
sejumlah subsidi selisih antara yang seharusnya diterima rumah sakit dengan yang benar-
benar dibayar oleh pasien merupakan tambahan biaya.

Apabila yayasan atau organisasi yang sejenis memberikan subsidi sebagian atau seluruh biaya
pelayanan kesehatan kepada pasien yang kurang mampu yang dirawat di rumah sakit di bawah
yayasan lain, maka pengeluaran subsidi dimaksud dapat ditambahkan sebagai biaya oleh yayasan
atau rumah sakit yang memberikan subsidi.
ASPEK PERPAJAKAN DI RUMAH SAKIT
PPN (Pajak Pertambahan Nilai)
Dalam lembaga rumah sakit, PPN (Pajak Pertambahan Nilai) adalah pajak yang dikenakan atas
setiap transaksi yang berkaitan dengan jual beli barang atau dalam hal ini obat-obatan, alat
kesehatan, alat peraga medis, dan sebagainya yang menimbulkan kewajiban memungut atau
membayar PPN bagi rumah sakit swasta.
PPN harus dibayar atas penyerahan obat obatan kepada pasien rawat jalan oleh instalasi
farmasi/apotek adalah sebesar 2% dari jumlah seluruh penyerahan barang dagangan. Namun
berdasarkan ketentuan terbaru mengenai PPN, maka penyerahan obat-obatan terhadap pasien
rawat jalan akan dikenakan PPN sesuai UU Harmonisasi Peraturan Perpajakan No 7 tahun 2021
dengan tarif sebesar 11% dari DPP (Dasar Pengenaan Pajak).
Hal ini dapat ditegaskan bahwa penyerahan obat-obatan oleh instalasi farmasi kepada pasien
rawat inap tidak dikenakan PPN, namun kepada pasien selain rawat inap yang dilakukan oleh
apotek maupun instalasi farmasi terutang PPN. Sedangkan PPN atas jasa pada rumah sakit,
menurut pasal 4 ayat 3 UU PPN jo Pasal 5 PP 144 tahun 2000, jasa pelayanan kesehatan medis
merupakan jasa yang tidak dikenakan PPN.
Objek PPN pada rumah sakit dapat terjadi saat melaksanakan renovasi atau kegiatan membangun
sendiri untuk gedung rumah sakit. Jika KMS dilakukan oleh pihak luar yang sudah berstatus PKP,
maka rumah sakit tidak perlu menghitung PPN atas KMS.
Jika rumah sakit menggunakan jasa konstruksi, maka akan dikenakan PPh Final atas jasa kontraktor
tersebut. Sebaliknya, apabila kegiatan membangun sendiri tersebut dilakukan oleh pihak internal
rumah sakit, maka rumah sakit perlu melaksanakan perhitungan PPN atas kegiatan tersebut.

Pasal 4A ayat 3 UU Nomor 42 Tahun 2009 tentang Perubahan Ketiga Atas Undang-Undang Nomor
8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang
Mewah, selain barang yang tidak dikenakan PPN, ada pula jasa yang tidak dikenakan PPN.
Salah satu jenis jasa yang tidak dikenakan PPN rumah sakit adalah jasa pelayanan kesehatan
medik. Berikut daftar jasa tersebut:
Jasa dokter umum. Kebidanan. Sanatorium.
Dokter spesialis. Paramedis dan perawat. Psikolog.
Dokter gigi. Jasa rumah sakit. Psikiater.
Dokter hewan. Rumah bersalin. Jasa pengobatan termasuk
Ahli kesehatan (ahli gizi, ahli Klinik kesehatan. yang dilakukan oleh paranormal
akupuntur, ahli fisioterapi, dll). Laboratorium kesehatan.
Contoh Soal PPN Rumah Sakit
Pada bulan Agustus 2022, Rumah Sakit Sehat Sentosa melakukan penyerahan obat bagi pasien rawat
inap sebesar Rp 2 Miliar dan penyerahan obat bagi pasien rawat jalan sebesar Rp 750 juta. Rumah sakit
melakukan pembelian di bulan Agustus 2022 senilai Rp 3 Miliar.
Berapakah besaran PPN Keluaran dan PPN Masukan atas transaksi Rumah sakit di bulan Agustus 2022?

a. PPN Masukan = Pembelian x 11%


= Rp 750.000.000 x 11%
= Rp 82.500.000

b. PPN Keluaran = Penyerahan obat bagi pasien rawat jalan x 11%


= Rp 1 Miliar x 11%
= Rp 110.000.000

c. PPN Masa Agustus


= Pajak Keluaran - Pajak Masukan
= Rp 110.000.000 - Rp 82.500.000
= Rp 27.500.000
ASPEK PERPAJAKAN DI RUMAH SAKIT
PPh 21
PPh 21 merupakan jenis pajak yang dikenakan atas penghasilan berupa gaji, upah, honorarium, dan
sebagainya yang berkaitan dengan pekerjaan yang dilakukan oleh setiap wajib pajak. Wajib pajak
yang bekerja di rumah sakit terdiri dari berbagai pihak seperti dokter, perawat, apoteker, asisten
apoteker, kasir, petugas pendaftaran, ahli gizi, petugas kebersihan, petugas parkir, satpam,
fisioterapi, dan sebagainya. Pengenaan tarif pajak PPh 21 didasarkan pada tarif progresif yang
diatur pada UU Harmonisasi Peraturan Perpajakan Nomor 7 Tahun 2021.

Pengenaan tarif pajak penghasilan pasal 21 juga disesuaikan dengan beberapa kondisi tertentu.
Misalnya dokter yang berstatus sebagai pegawai tetap suatu rumah sakit, akan dihitung perolehan
gajinya selama setahun yang kemudian dikurangkan dengan PTKP untuk kemudian dikalikan
dengan tarif progresif pasal 17.

Sementara itu perlakuan untuk dokter yang bukan termasuk karyawan tetap seperti ahli atau
konsultan yang didatangkan hanya sementara waktu untuk keperluan tertentu, akan dikenakan
pajak berdasarkan jumlah honor yang diterima dalam jangka waktu tertentu, kemudian dikalikan
dengan 50% untuk mencari penghasilan neto yang akan dikalikan dengan tarif progresif pasal 17.
Contoh Soal PPh 21 Rumah Sakit

Dokter sebagai Pegawai Tetap

Dokter Budi (status menikah dan mempunyai 3 anak kandung) merupakan dokter
spesialis jantung yang bekerja sebagai pegawai tetap di sebuah Rumah Sakit Swasta
yaitu RS Sentra Sehat. Beliau memperoleh gaji tetap sebesar Rp 20.000.000 per
bulan. Pada bulan Agustus 2022, dokter Budi menerima pembayaran dari RS Sentra
Sehat berupa gaji sebesar Rp20.000.000,00 dan memperoleh tunjangan sebesar
Rp 15.000.000. Dokter Budi membayar iuran pensiun sebesar Rp200.000,00
setiap bulannya. Maka perhitungan PPh 21 terhadap penghasilan dokter Budi:
Penghasilan bruto

Gaji pokok/bulan 20.000.000


Tunjangan 15.000.000
35.000.000
Pengurang
Biaya Jabatan 500.000
Iuran pensiun dibayar sendiri 200.000
(700.000)
Penghasilan neto sebulan 34.300.000
Penghasilan neto setahun 411.600.000

PTKP (K/3) (72.000.000)


PKP 339.600.000
PPh 21 setahun
5% x 60.000.000 = 3.000.000
15% x 190.000.000 = 28.500.000
25% x 89.600.000 = 22.400.000
53.900.000

PPh 21 sebulan (53.900.000 / 12 bulan) 4.491.667


Maka RS Sentra Sehat akan memungut atau memotong PPh 21 sebesar Rp 4.491.667 atas penghasilan dr. Budi
Contoh Soal PPh 21 Rumah Sakit
Dokter sebagai Dokter Tamu (Bukan pegawai tetap), memperoleh penghasilan tidak
berkesinambungan
Dokter Rini merupakan dokter tamu (jasa tenaga ahli) pada RS Sumber Waras. Dokter
Rini memperoleh penghasilan (honorarium) atas jasanya sebagai tenaga ahli di rumah
sakit itu sebesar Rp 150.000.000 setahun. Maka perhitungan PPh 21 atas penghasilan
dokter Rini:
DPP = 50% x 150.000.000
= 75.000.000

PPh 21 setahun = Tarif pasal 17


= 5% x 60.000.000 3.000.000
= 15% x 15.000.000 2.250.000
5.250.000
Maka RS Sumber Waras akan memotong PPh 21 sebesar Rp 5.250.000
atas penghasilan dr. Rini
Contoh Soal PPh 21 Rumah Sakit
Dokter (bukan pegawai) yang bekerja hanya sebagai dokter visit dan memperoleh
penghasilan berkesinambungan

Dokter Vina merupakan dokter spesialis kandungan yang melakukan praktik di RS Sumber
Waras dengan perjanjian bahwa atas setiap jasa dokter yang dibayarkan oleh pasien akan
dipotong 20% oleh pihak rumah sakit sebagai bagian penghasilan rumah sakit dan sisanya
sebesar 80% dari jasa dokter tersebut akan dibayarkan kepada dr. Vina pada setiap akhir bulan.
Selain praktek di Rumah Sakit Sumber Waras, Dokter Vina juga melakukan praktik sendiri di
klinik pribadinya. Dokter Vina telah memiliki NPWP dan pada tahun 2022, dalam 5 bulan
berturut-turut, jasa dokter yang dibayarkan pasien dari praktek dr. Vina di Rumah Sakit Sumber
Waras adalah sebagai berikut:

Januari = Rp 40.000.000
Februari = Rp 60.000.000
Maret = Rp 50.000.000
April = Rp 62.000.000
Mei = Rp 48.000.000
Jawaban:

Jasa (fee) yang PPh 21


Bulan DPP (50% dari fee) DPP Kumulatif Tarif
dibayarkan Terutang

Januari 40.000.000 20.000.000 20.000.000 5% 1.000.000

Februari 60.000.000 30.000.000 50.000.000 5% 1.500.000

10.000.000 60.000.000 5% 500.000


Maret 50.000.000
15.000.000 75.000.000 15% 2.250.000

April 62.000.000 31.000.000 106.000.000 15% 4.650.000

Mei 48.000.000 24.000.000 130.000.000 15% 3.600.000

Jumlah 260.000.000 130.000.000 13.500.000

Pihak rumah sakit Sumber waras akan memotong PPh 21 atas penghasilan Dokter Vina.
ASPEK PERPAJAKAN DI RUMAH SAKIT

PPh 22
Pajak penghasilan pasal 22 merupakan pajak yang dikenakan terhadap badan usaha
(pemerintah maupun swasta) yang melakukan kegiatan perdagangan impor, ekspor atau
re-impor. Tarif untuk PPh 22 bervariasi tergantung pada jenis transaksi yang dilakukan.
Jika pengusaha yang melakukan impor barang memiliki API (Angka Pengenal Impor) maka
dikenakan tarif 2,5%. Sementara jika tidak memiliki API maka dikenakan tarif 7,5%.
PPh pasal 22 juga dikenakan terhadap transaksi penjualan industri tertentu. Beberapa
aturan pengenaan tarif pasal 22 pada industri tertentu diantaranya yaitu 0,45% untuk
kendaraan bermotor, 0,25% untuk industri semen, 0,10% untuk industri kertas, 0,30%
untuk industri baja dan farmasi.
Contoh Soal PPh 22 Rumah Sakit
RS Sentra Sehat melakukan impor alat kesehatan dari perusahaan produksi alat kesehatan
Singapura untuk menunjang tindak operasi di unit gawat darurat (UGD) rumah sakit. Nilai dari
pembelian alat kesehatan tersebut sebesar USD 7.400. Atas penghasilan tersebut dikenakan bea
masuk sebesar 20%, insurance 1% dari cost, dan freight 3% dari cost. Dalam hal ini, perusahaan
produksi alat kesehatan Singapura memiliki API. Nilai kurs Menteri Keuangan 1 USD = Rp 13.500
Jawab:
Cost = 7.400
Insurance (1% x 7.400) = 74
Freight (3% x 7.400) = 222
CIF dalam USD = USD 7.696
Kurs = 13.500
CIF dalam Rupiah = Rp 103.896.000
Bea masuk (20%) = Rp 20.779.200
Bea masuk tambahan (10%) = Rp 10.389.600
Nilai impor = Rp 135.064.800

Maka PPh pasal 22 yang dipungut adalah sebesar:


2,5% x 135.064.800 = Rp 3.376.620
ASPEK PERPAJAKAN DI RUMAH SAKIT

PPh 23

Pajak Penghasilan pasal 23 merupakan pajak yang dipotong atas penghasilan yang
diperoleh wajib pajak dalam negeri dan BUT dari modal, penyerahan jasa atau sewa,
dan penyelenggaraan kegiatan selain yang sudah dipotong PPh Pasal 21.
Misalnya atas imbalan sehubungan dengan jasa selain yang telah dipotong PPh 21 dan
sewa selain sewa tanah dan bangunan akan dikenakan tarif sebesar 2% dari bruto,
kemudian tarif sebesar 15% dari bruto akan dikenakan atas jenis penghasilan berupa
royalti, hadiah undian, dan bunga pinjaman selain bank.
Contoh transaksi yang dikenakan PPh 23 di rumah sakit adalah ketika pihak rumah sakit
menggunakan jasa dari pihak lain, misalnya: jasa maintenance, jasa outsourcing, dsb
Contoh Soal PPh 23 Rumah Sakit
PT Sehat Selalu merupakan perusahaan penyedia tenaga kerja untuk security. PT ini mendapat kontrak
dari RS Sumber Waras untuk menyediakan tenaga kerja satpam. Tenaga kerja satpam tersebut tetap
merupakan pegawai PT Sehat Selalu. Dalam kontrak disepakati bahwa pembayaran atas penyerahan jasa
oleh PT Sehat Selalu terdiri dari gaji untuk 5 orang satpam perbulan sebesar 15.000.000 dan imbalan atas
penyediaan jasa satpam per bulan sebesar 2.000.000
Jawaban:
Pemotong = RS Sumber Waras (yang membayar jasa)
Subjek = PT Sehat Selalu
Objek = Penghasilan dari jasa penyedia tenaga kerja (outsourcing)
Rincian Tagihan PT Sehat Selalu kepada RS Sumber Waras:
Pembayaran gaji 5 orang satpam = Rp 15.000.000
Imbalan Jasa = Rp 2.000.000
Atas pembayaran yang dilakukan RS Sumber Waras kepada PT Sehat Selalu akan dipotong PPh 23 oleh RS
Sumber Waras sebesar:
2% x Rp 2.000.000 = Rp 40.000
Dalam hal tidak ada bukti pendukung (seperti bukti pembayaran gaji dan kontrak kerja) atas rincian tagihan
di atas, maka jumlah bruto sebagai dasar pemotongan PPh 23 adalah sebesar Rp 17.000.000, sehingga
PPh 23 yang harus dipotong RS Sumber Waras atas pembayarannya kepada PT Sehat Selalu adalah
sebesar:
2% x Rp 17.000.000 = Rp 340.000
ASPEK PERPAJAKAN DI RUMAH SAKIT
PPh 4 ayat 2
PPh 4 ayat 2 atau sering disebut sebagai PPh final merupakan pajak penghasilan yang
tidak dapat dikreditkan. Objek PPh final terdiri dari aktivitas sewa tanah dan bangunan
dengan tarif 10%, pengalihan hak atas tanah dan bangunan dengan tarif 2.5%, bunga
deposito dikenakan tarif sebesar 20%, hadiah undian dikenakan tarif sebesar 25%,
terdapat juga imbalan atas jasa konstruksi dengan tarif yang diatur dalam PP No 9 tahun
2022. Pemungutan pajak penghasilan PPh pasal 4 ayat 2 juga terjadi dalam lingkup
rumah sakit. Hal ini dapat timbul jika pihak rumah sakit melaksanakan perjanjian sewa
dengan pihak lain atas suatu area atau wilayah yang menjadi milik rumah sakit itu sendiri.
Pada setiap rumah sakit, lazimnya terdapat fasilitas pendukung seperti kantin, ATM
hingga bank, dan sebagainya. Pihak-pihak yang menyewa di area rumah sakit tersebut
akan dikenakan kewajiban atas PPh pasal 4 ayat 2. Jika suatu rumah sakit sudah
berstatus PKP, maka saat persewaan juga harus memotong PPN selain PPh.
Contoh Soal PPh 4 Ayat 2 Rumah Sakit

RS Sumber Waras menyewakan area kepada Happy mart untuk membuka minimarket
sebagai fasilitas pendukung untuk pengunjung maupun pekerja di rumah sakit. Area
tersebut disewakan untuk periode 1 tahun dengan masa periode 1 Juli 2022 s/d 31 Juni
2023. Happy Mart membayar sewa sebesar 120.000.000 kepada RS Sumber Waras

Pemotong = Happy Mart (yang membayar sewa)


DPP = 120.000.000
PPN = 11% x 120.000.000 = 13.200.000
PPh 4 ayat 2 = 10% x 120.000.000 = 12.000.000
ASPEK PERPAJAKAN DI RUMAH SAKIT

PPh 24

Pajak penghasilan pasal 24 merupakan jenis pajak yang dikenakan atas penghasilan
yang diperoleh di luar negeri untuk kemudian dihitung kredit pajaknya di dalam
negeri. Selain dari penghasilan luar negeri, PPh pasal 24 juga merupakan jenis
pajak yang dikenakan pada objek pajak penghasilan dari saham dan sekuritas
lainnya, serta keuntungan dari pengalihan saham dan sekuritas lainnya. Jika
berdasarkan pada aturannya, PPh Pasal 24 dapat ditafsirkan sebagai aturan yang
mengatur hak wajib pajak untuk memanfaatkan kredit pajak luar negeri dengan
tujuan mengurangi nilai pajak terutang yang dimiliki di Indonesia.
Contoh Soal PPh 24 Rumah Sakit
RS Sumber Waras memperoleh penghasilan neto tahun 2022 sebagai berikut:
1. Di Malaysia memperoleh laba Rp 4 Miliar dengan tarif 25%
2. Di Singapura memperoleh laba Rp 5 Miliar dengan tarif 45%
3. Di Jepang memperoleh rugi Rp 800 juta
4. Penghasilan neto usaha dalam negeri sebesar Rp 7 Miliar
Omset sebesar Rp 52 Miliar.

Jawab:
Penghasilan neto dalam negeri 7.000.000.000
Penghasilan dari Malaysia 4.000.000.000
Penghasilan dari Singapura 5.000.000.000
Total Penghasilan 16.000.000.000

PPh Terutang:
22% x 16.000.000.000 3.520.000.000
PPh maksimal yang dikreditkan di Malaysia
(4.000.000.000 / 16.000.000.000) x 3.520.000.000 = 880.000.000
PPh yang telah dibayar di Malaysia
25% x 4.000.000.000 = 1.000.000.000

PPh maksimal yang dikreditkan di Singapura


(5.000.000.000 / 16.000.000.000) x 3.520.000.000 = 1.100.000.000
PPh yang telah dibayar di Singapura
45% x 5.000.000.000 = 2.250.000.000

Maka kredit pajak PPh pasal 24 adalah:


Malaysia 880.000.000
Singapura 1.100.000.000
PPh Pasal 24 Rp 1.980.000.000
ASPEK PERPAJAKAN DI RUMAH SAKIT
PPh 25/ PPh 29
PPh pasal 25 merupakan jenis pajak yang dikenakan atas penghasilan yang dibayarkan secara
angsuran setiap bulannya dengan tujuan untuk meringankan beban Wajib Pajak yang
bertanggung jawab untuk melunasi terutangnya pajak dalam jangka waktu 1 tahun. Sementara
PPh pasal 29 merupakan jenis pajak yang dibayarkan oleh Wajib Pajak atas pajak kurang bayar
yang tercantum dalam SPT Tahunan PPh yaitu sisa PPh yang terutang yang masih harus
dibayar oleh Wajib Pajak. Perbedaannya adalah PPh Pasal 25 berfungsi sebagai pengurang dari
PPh terutang yang kemudian hasilnya tersebut adalah PPh Pasal 29 yang harus dibayarkan
oleh Wajib Pajak. Rumah sakit yang dimiliki oleh Pemerintah baik RSU maupun RSUD yang
didanai dari APBN dan APBD tidak memiliki kewajiban PPh terhadap diri sendiri. Dengan kata
lain, rumah sakit pemerintah tidak perlu melaporkan PPh 25 (SPT Masa) maupun PPh 29 (SPT
Tahunan) karena bukan subjek pajak. Beda hal jika rumah sakit swasta yang tentu saja memiliki
kewajiban PPh Pasal 25 dan PPh Pasal 29 dan untuk itulah wajib pajak mengajukan
permohonan penurunan angsuran PPh Pasal 25.
ASPEK PERPAJAKAN DI RUMAH SAKIT
PPh 26
Pajak penghasilan pasal 26 merupakan pajak yang dipotong dari jenis badan usaha apapun,
termasuk rumah sakit, apabila melakukan transaksi pembayaran gaji, bunga, dividen, royalti,
dan sebagainya kepada Wajib Pajak Luar Negeri (WPLN) atau Wajib Pajak Asing. Pajak
Penghasilan pasal 26 sendiri diatur dalam UU Nomor 36 tahun 2008. Tarif yang umumnya
berlaku untuk PPh 26 adalah sebesar 20%. Namun tarif ini dapat berubah jika mengikuti tax
treaty atau Perjanjian Penghindaran Pajak Berganda (P3B).

Contoh Soal PPh 26 Rumah Sakit


Rumah Sakit Sentra Sehat memakai jasa seorang ahli forensik dr. Kelvin yang
berasal dari Jerman. dr. Kelvin bertugas selama 30 hari untuk memberikan
pelatihan kepada staf medis yang bertugas di unit gawat darurat. RS Sentra Sehat
membayarkan gaji atas jasa kepada dr.Kelvin sebesar Rp 60.000.000.
Jawab: PPh 26 = 20% x 60.000.000 = Rp 12.000.000
Maka atas penyerahan gaji tersebut dikenakan atau dipotong PPh pasal 26
sebesar Rp 12.000.000.
PT Siloam International Hospitals Tbk
Siloam Hospitals Group (Siloam) adalah Laporan Laba Rugi
salah satu jaringan rumah sakit swasta di PT Siloam International Hospitals Tbk Tahun 2022
Indonesia. Untuk memenuhi kebutuhan
pelayanan medis berkelas dunia bagi
semua kalangan masyarakat di Indonesia,
strategi bisnis Siloam yang berdasarkan
pada economies of scale (prinsip skala
ekonomis) memungkinkan setiap unit
rumah sakitnya untuk beroperasi dengan
biaya yang lebih rendah. Visi dari RS
Siloam adalah international quality,
scale, reach, godly compassion.
Sementara itu, misi dari RS Siloam adalah
the trusted destination of choice for
holistic world class healthcare, health
education and research.
Informasi Tambahan:
1. Dalam pembelian termasuk pembelian impor obat-obatan sebesar Rp 12.000.000.000
dan telah dipungut PPh 22 sebesar 300.000.000. (API = tarif 2,5%)
2. Beban penyusutan secara fiskal sebesar Rp 525.000.000.000
3. Biaya asuransi sepanjang 2022 (asumsi untuk pemegang saham)
4. Dalam beban keuangan, terdapat sanksi administrasi perpajakan berupa bunga sebesar
Rp 10.250.000.000
5. Dalam biaya gaji terdapat imbalan dalam bentuk natura dan kenikmatan sebesar Rp
1.500.000.000
6. Biaya perjalanan dinas sebesar 30% tidak didukung dengan bukti-bukti
7. Dalam biaya lain-lain termasuk:
Jamuan tamu yang tidak ada daftar nominatif sebesar Rp 27.800.000.000
Sumbangan hari kesehatan Rp 9.500.000.000
Pengeluaran yang kurang cukup bukti sebesar Rp 10.560.000.000
8. Dalam pendapatan lain-lain:
Pendapatan bunga deposito, dipotong PPh final 20%
Pendapatan sewa tempat, dipotong PPh final 10%
Pendapatan sewa kendaraan, dipotong PPh 23 sebesar 2%
Pendapatan bunga dari PT Kimia, dipotong PPh 23 sebesar 15%
9. Penghasilan luar negeri yang telah dipotong pajak negara bersangkutan
Singapura dengan tarif pajak 20%
Malaysia dengan tarif pajak 15%
10. PPh Pasal 25 yang telah dibayar tahun 2022 untuk bulan Januari dan Februari
masing-masing Rp 85.000.000, sedangkan untuk Masa Maret s.d Desember masing-
masing Rp 105.000.000 per bulan dan telah disetor.

Pertanyaan:
1. Berapa nilai pajak lebih bayar atau kurang bayar akhir tahun 2022?
2. Berapa angsuran PPh pasal 25 untuk tahun 2023?
Koreksi Fiskal Tahun 2022
Jawaban:
a. Nilai pajak kurang bayar atau lebih bayar tahun 2022

PPh terutang 246.129.655.200


Kredit pajak:
-/- PPh pasal 22 300.000.000
-/- PPh pasal 23 18.175.000
-/- PPh pasal 24 250.000.000 (568.175.000)
Pajak yang masih harus dibayar 245.561.480.200
-/- PPh pasal 25 1.220.000.000
Pajak yang dibayar sendiri (1.220.000.000)
PPh Pasal 29 (kurang bayar) Rp 244.341.480.200

Maka nilai kurang bayar (PPh pasal 29) tahun 2022 sebesar Rp 244.341.480.200
Nilai tersebut paling lambat dilunasi 30 April 2023.
b. Angsuran PPh pasal 25 tahun 2023

PPh terutang 246.129.655.200


Kredit pajak:
-/- PPh pasal 22 300.000.000
-/- PPh pasal 23 18.175.000
-/- PPh pasal 24 250.000.000 (568.175.000)
Pajak yang masih harus dibayar 245.561.480.200

Angsuran PPh pasal 25 tahun 2023


= (1/12) x 245.561.480.200
= Rp 20.463.456.683

Maka angsuran PPh pasal 25 tahun 2023 sebesar Rp 20.463.456.683 dapat dibayar
paling lama mulai bulan Mei 2023 untuk masa April 2023.
c. Jurnal

Jurnal untuk mencatat PPh terutang akhir tahun 2022


PPh Badan 246.129.655.200
PPh pasal 22 dibayar dimuka 300.000.000
PPh pasal 23 dibayar dimuka 18.175.000
PPh pasal 24 dibayar dimuka 250.000.000
PPh pasal 25 dibayar dimuka 1.220.000.000
Utang PPh pasal 29 244.341.480.200

Jurnal untuk mencatat pembayaran PPh pasal 29


Utang PPh pasal 29 244.341.480.200
Kas/Bank 244.341.480.200
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai