Anda di halaman 1dari 35

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN PALIATIF

DITINJAU DARI ASPEK SPIRITUAL

KELOMPOK 3:

2A TRANSFER

1. LINA ARISCA
2. LINDA PUSPITASARI
3. LITA ERDITA
4. MAGDALENA ENI
5. MUANA
6. NADYA UTAMI PUTRI
7. NUR AINIYAH RAMADHIANA
8. NUR OKTAVIANI
9. REPI ROSTIANA
10. RETNO PERTIWI
11. RIA AMELIA
12. RIZKI FAJRI EXA WIDIANINGSIH
13. SAFITRI WULANDARI

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
SEMESTER GENAP
2020

1
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Saat ini terdapat lima penyakit paru (Big Five) dengan insiden terbesar yaitu

karsinoma paru, penyakit paru obstruktif kronik (PPOK), tuberkulosis, pneumonia

dan asma. Karsinoma paru atau yang umumnya dikenal sebagai kanker paru

merupakan tumor ganas epitel primer saluran nafas terutama bronkus yang dapat

menginvasi struktur jaringan di sekitarnya dan berpotensi menyebar ke seluruh

tubuh melalui aliran darah dan sistem limfatik. Sebetulnya suatu proses kanker di

paru dapat berasal dari saluran pernapasan itu sendiri dari jaringan ikat diluar

saluran pernapasan.

Dari saluran pernapasan, sel kanker dapat berasal dari sel bronkus, alveolus

atau dari sel-sel yang memproduksi mucus yang mengalami degenerasi maligna.

Karena pertumbuhan suatu proses keganasan selalu cepat dan bersifat infasif,

proses kanker tersebut selalu sudah mengenai saluran pernapasan, sel-sel

penghasil mucus, maupun jaringan ikat .

Kanker paru merupakan salah satu penyebab kematian dengan prognosis

yang sering kali buruk. Kanker paru biasanya tidak dapat di obati dan

penyembuhan hanya mungkin dilakukan dengan jalan pembedahan, di mana

sekitar 13% dari klien yang menjalani pembedahan mampu bertahan selama 5

2
tahun. Metastasis penyakit biasanya muncul dan hanya 16% klien yang

penyebaran penyakitnya dapat dilokalisasi pada saat diagnosis.

Kanker paru-paru dapat menyerang laki-laki dan perempuan.Namun,

prevalensi antara laki-laki yang terkena kanker paru-paru lebih tinggi

dibandingkan perempuan. Menurut data WHO tahun 2014 memperlihatkan,

munculnya kanker (Cancer Incidence) pada laki-laki Indonesia untuk jenis kanker

paru-paru mencapai 25.322 orang dengan profil mortalitas sebesar 21,8

persen/103.100 orang, dan pada wanita tiga kali lebih sedikit, sebesar 9.374 orang

dengan profil mortalitas mencapai 9,1 persen/92.200 orang.

Perawat sebagai tenaga kesehatan harus mampu memberikan asuhan

keperawatan yang efektif dan mampu ikut serta dalam upaya preventif, promotif,

kuratif, dan rehabilitatif. Saat hal seperti ini terjadi, perawatan paliatif memainkan

peran besarnya dalam meningkatkan kualitas hidup mereka agar lebih baik lagi,

walaupun mungkin perawatan paliatif tidak dapat menyembuhkan penyakit

mereka. Selain kepada penderitanya, perawatan paliatif juga memberi dukungan

kepada seluruh anggota keluarga dan pelaku rawat lainnya. Perawatan paliatif ini

dilakukan sejak tahap diagnosis, sepanjang pengobatan, hingga jelang ajal dan

pasca kematian.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada makalah ini yaitu: “Bagaimana Mahasiswa

mampu memahami Asuhan Keperawatan yang ditinjau dari Aspek Spiritual pada

pasien terminal apa saja yang dapat di pahami, khususnya pada pasien CA Paru?”

C. Tujuan Penulisan

1.   Tujuan Umum

3
Setelah membaca makalah ini, mahasiswa di harapkan mampu memahami

Asuhan Keperawatan yang ditinjau dari Aspek Spiritual pada pasien

terminal.

2.    Tujuan Khusus

Setelah membaca makalah ini mahasiswa diharapkan mampu memahami

tentang :

a) Pengkajian pada pasien CA Paru di lihat dari aspek spiritual

b) Cara mengumpulkan dan menambahkan data sesuai dengan kasus

dilihat dari aspek spiritual

c) Cara membuat diagnosa spiritual sesuai dengan kasus CA Paru

d) Cara membuat Intervensi dan Implementasi sesuai dengan diagnosa

yang di dapatkan dilihat dari aspek spiritual

e) Menyesuaikan Ayat-Ayat Al-Quran dan Hadist dengan implementasi

yang akan di kerjakan

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Kanker Paru-Paru

Menurut World Health Organization (WHO), kanker paru-paru

merupakan penyebab kematian utama dalam kelompok kanker baik pada pria

maupun wanita. Sebagian besar kanker paru-paru berasal dari sel-sel di dalam

paru-paru, tetapi bisa juga berasal dari kanker di bagian tubuh lain yang

menyebar ke paruparu(Suryo, 2010). Karsinoma bronkogenik atau kanker paru

dapat berupa metastasis atau lesi primer. Kebanyakan tumor ganas primer dari

sistem pernapasan bawah bersifat epithelial dan berasal dari mukosa percabangan

bronkhus (Muttaqin, 2008). Kanker paru atau karsinoma bronkogenik merupakan

tumor ganas primer system mukosa pernapasan bagian bawah yang bersifat

epithelial dan berasal dari mukosa percabangan bronkus (Nanda.2015 ).

B. Anatomi dan Fisiologi kanker paru

a. Anatomi Paru

Paru-Paru merupakan alat pernapasan utama. Paru-paru mengisi

rongga dada. Terletak disebelah kanan dan kiri dan tengah dipisahkan

oleh jantung beserta pembuluh darah besarnya dan struktur lainnya

yang terletak didalam mediastinum . Paru-paru adalah organ yang

berbentuk kerucut dengan apeks (puncak) diatas dan muncul sedikit

lebih tinggi daripada klavikula di dalam dasar leher.Pangkal paru-paru

duduk di atas landai rongga toraks, diatas diafragma. Paru-paru

mempunyai permukaan luar yang menyentuh iga-iga, permukaan dalam

5
yang memuat tampak paru-paru, sisi belakang yang menyentuh tulang

belakang, dan sisi depan yang menutupi sebagian sisi depan jantung.

Saluran nafas yang dilalui udara adalah hidung, faring, laring,

trakea, bronkus, bronkiolus dan alveoli. Di dalamnya terdapat suatu

sistem yang sedemikian rupa dapat menghangatkan udara sebelum

sampai ke alveoli. Terdapat juga suatu sistem pertahanan yang

memungkinkan kotoran atau benda asing yang masuk dapat dikeluarkan

baik melalui batuk ataupun bersin. Anatomi sistem pernafasan antara

lain :

1. Saluran pernafasan bagian atas:

a) Rongga hidung

Rongga hidung dilapisi dengan membran mukosa yang sangat

banyak mengandung vaskular yang disebut mukosa

hidung.Lendir disekresi secara terus menerus oleh sel – sel

goblet yang melapisi permukaan mukosa hidung dan bergerak ke

belakang ke nasofaring oleh gerakan silia.Hidung berfungsi

sebagai penyaring kotoran, melembabkan serta menghangatkan

udara yang dihirup ke dalam paru – paru.

b) Faring

Faring adalah struktur yang menghubungkan hidung dengan

rongga mulut ke laring. Faring dibagi menjadi tiga region ;

nasofaring, orofaring, dan laringofaring. Fungsi utamanya adalah

untuk menyediakan saluran pada traktus respiratoriun dan

digestif.

c) Laring

6
Laring adalah struktur epitel kartilago yang menghubungkan

faring dan trakhea. Fungsi utamanya adalah untuk

memungkinkan terjadinya lokalisasi. Laring juga melindungi

jalan nafas bawah dari obstruksi benda asing dan memudahkan

batuk.

2. Saluran pernafasan bagian bawah:

a) Trakhea

Disokong oleh cincin tulang rawan yang berbentuk seperti sepatu

kuda yang panjangnya kurang lebih 5 inci, tempat dimana trakea

bercabang menjadi bronkus utama kiri dan kanan dikenal sebagai

karina. Karina memiliki banyak saraf dan dapat menyebabkan

bronkospasme dan batuk yang kuat jika dirangsang.

b) Bronkus

Terdiri atas 2 bagian yaitu broncus kanan dan kiri.Broncus kanan

lebih pendek dan lebar, merupakan kelanjutan dari trakhea yang

arahnya hampir vertikal.Bronchus kiri lebih panjang dan lebih

sempit, merupakan kelanjutan dari trakhea dengan sudut yang

lebih tajam. Cabang utama bronchus kanan dan kiri bercabang

menjadi bronchus lobaris kemudian bronchus segmentaliis.

Bronkus dan bronkiolus dilapisi oleh sel – sel yang

permukaannya dilapisi oleh rambut pendek yang disebut silia,

yang berfungsi untuk mengeluarkan lendir dan benda asing

menjauhi paru menuju laring.

7
c) Bronkiolus membentuk percabangan menjadi bronkiolus

terminalis yang tidak mempunyai kelenjar lendir dan silia.

Bronkiolus terminalis kemudian menjadi bronkiolus respiratori

yang menjadi saluran transisional antara jalan udara konduksi

dan jalan udara pertukaran gas.

d) Alveoli

Paru terbentuk oleh sekitar 300 juta alveoli.Terdapat tiga jenis

sel – sel alveolar, sel alveolar tipe I adalah sel epitel yang

membentuk dinding alveolar.Sel alveolar tipe II sel – sel yang

aktif secara metabolik, mensekresi surfactan, suatu fosfolipid

yang melapisi permukaan dalam dan mencegah alveolar agar

tidak kolaps.Sel alveolar tipe III adalah makrofag yang

merupakan sel – sel fagositosis yang besar yang memakan benda

asing dan bekerja sebagai mekanisme pertahanan penting.

e) Alveoulus

Struktur anatomi yang memiliki bentuk yang berongga.Terdapat

pada parenkim paru-paru, yangmerupakan ujung dari

pernapasan, dimana kedua sisi merupakan tempat pertukaran

darah.

f) Paru-paru

Merupakan alat tubuh yang sebagian besar terdiri dari

gelembung (gelombung hawa, alveoli).

b. Fisiologi

Udara bergerak masuk dan keluar paru-paru karena ada selisih tekanan

yang terdapat antara atmosfir dan alveolus akibat kerja mekanik otot-

8
otot.Seperti yang telah diketahui, dinding toraks berfungsi sebagai

penembus. Selama inspirasi, volume toraks bertambah besar karena

diafragma turun dan iga terangkat akibat kontraksi beberapa otot yaitu

sternokleidomastoideus mengangkat sternum ke atas dan otot seratus,

skalenus dan interkostalis eksternus mengangkat iga-iga. Selama

pernapasan tenang, ekspirasi merupakan gerakan pasif akibat elastisitas

dinding dada dan paruparu. Pada waktu otot interkostalis eksternus

relaksasi, dinding dada turun dan lengkung diafragma naik ke atas ke

dalam rongga toraks, menyebabkan volume toraks berkurang.

Pengurangan volume toraks ini meningkatkan tekanan intrapleura

maupun tekanan intrapulmonal. Selisih tekanan antara saluran udara

dan atmosfir menjadi terbalik, sehingga udara mengalir keluar dari

paru-paru sampai udara dan tekanan atmosfir menjadi sama kembali

pada akhir ekspirasi. Tahap kedua dari proses pernapasan mencakup

proses difusi gas-gas melintasi membrane alveolus kapiler yang tipis

(tebalnya kurang dari 0,5 µm). Kekuatan pendorong untuk pemindahan

ini adalah selisih tekanan parsial antara darah dan fase gas.Tekanan

parsial oksigen dalam atmosfir pada permukaan laut besarnya sekitar

149 mmHg. Pada waktu oksigen diinspirasi dan sampai di alveolus

maka tekanan parsial ini akan mengalami penurunan sampai sekiktar

103 mmHg. Penurunan tekanan parsial ini terjadi berdasarkan fakta

bahwa udara inspirasi tercampur dengan udara dalam ruangan sepi

anatomic saluran udara dan dengan uap air. Dalam keadaan beristirahat

normal, difusi dan keseimbangan oksigen di kapiler darah paru-paru

dan alveolus berlangsung kira-kira 0,25 detik dari total waktu kontak

9
selama 0,75 detik. Hal ini menimbulkan kesan bahwa paru-paru normal

memiliki cukup cadangan waktu difusi. Pada beberapa penyakit misal;

fibosis paru, udara dapat menebal dan difusi melambat sehingga

ekuilibrium mungkin tidak lengkap, terutama sewaktu berolahraga

dimana waktu kontak total berkurang. Jadi, blok difusi dapat

mendukung terjadinya hipoksemia, tetapi tidak diakui sebagai faktor

utama. Di dalam paru-paru, karbon dioksida, salah satu hasil buangan

metabolisme, menembus membran alveoler-kapiler dari kapiler darah

ke alveoli dan setelah melalui pipa bronkial dan trakea, dinapaskan

keluar melalui hidung dan mulut.

Empat proses yang berhubungan dengan pernapasan pulmoner atau

pernapasan eksterna :

1) Ventilasi pulmoner, atau gerak pernapasan yang menukar udara

dalam alveoli dengan udara luar.

2) Arus darah melalui paru – paru.

3) Distribusi arus udara dan arus darah sedemikian sehingga

dalam jumlah tepat dapat mencapai semua bagian tubuh.

4) Difusi gas yang menembusi membran pemisah alveoli dan

kapiler. CO2 lebih mudah berdifusi daripada oksigen.

Semua proses ini diatur sedemikian sehingga darah yang meninggalkan

paruparu menerima jumlah tepat CO2 dan O2. Pada waktu gerak badan,

lebih banyak darah datang di paru – paru membawa terlalu banyak CO2

dan terlampau sedikit O2; jumlah CO2 itu tidak dapat dikeluarkan,

maka konsentrasinya dalam darah arteri bertambah. Hal ini merangsang

pusat pernapasan dalam otak unutk memperbesar kecepatan dan

10
dalamnya pernapasan. Penambahan ventilasi ini me ngeluarkan CO2

dan memungut lebih banyak O2. Pernapasan jaringan atau pernapasan

interna.Darah yang telah menjenuhkan hemoglobinnya dengan oksigen

(oksihemoglobin) megintari seluruh tubuh dan akhirnya mencapai

kapiler, di mana darah bergerak sangat lambat. Sel jaringan memungut

oksigen dari hemoglobin untuk memungkinkan oksigen berlangsung,

dan darah menerima, sebagai gantinya, yaitu karbon dioksida.

Perubahan – perubahan berikut terjadi pada komposisi udara dalam

alveoli, yang disebabkan pernapasan eksterna dan pernapasan interna

atau pernapasan jarigan. Udara (atmosfer) yang di hirup: Nitrogen (79

%), Oksigen ( 20 %), Karbon dioksida ( 0-0,4 %). Udara yang masuk

alveoli mempunyai suhu dan kelembapan atmosfer. Udara yang

diembuskan: Nitrogen (79 %), Oksigen (16%), Karbon dioksida (4-0,4

%). Daya muat udara oleh paru-paru. Besar daya muat udara oleh paru

– paru ialah 4.500 ml sampai 5000 ml atau 41/2 sampai 5 literudara.

Hanya sebagian kecil dari udara ini, kira-kira 1/10 nya atau 500 ml

adalah udara pasang surut (tidal air), yaitu yang di hirup masuk dan

diembuskan keluar pada pernapasan biasa dengan tenang. Kapasitas

vital.Volume udara yang dapat di capai masuk dan keluar paru-paru

pada penarikan napas paling kuat disebut kapasitas vital paru-paru.

Diukurnya dengan alat spirometer. Pada seoranng laki-laki, normal 4-5

liter dan pada seorang perempuan, 3-4 liter. Kapasitas itu berkurang

pada penyakit paru-paru, penyakit jantung (yang menimbulkan kongesti

paru-paru) dan kelemahan otot pernapasan.

C. Etiologi

11
Penyebab dari kanker paru masih belum diketahui, namun diperkirakan

bahwa inhalasi jangka panjang dari bahan-bahan karsiogenik merupakan

factor utama, tanpa mengesampingkan kemungkinan peranan predisposisi

hubungan keluarga ataupun suku bangsa atau ras serta status imonologis

seperti kekebalan tubuh. Dari beberapa kepustakaan kebiasaan merokok

menjadi penyebab utama dan penyebab lain seperti polusi udara, diet yang

kurang mengandung ( vitamin A, dan betakaronin ), infeksi saluran

pernapasan kronik, dan keturunan/ genetic (Nanda, 2015).

D. Manifestasi Klinis

Pada fase awal kebanyakan kanker paru tidak menunjukkan gejala klinis

.Bila sudah menunjukkan gejala berarti pasien sudah dalam stadium lanjut.

a. Gejala dapat bersifat local( tumor tumbuh setempat) :

a) Batuk baru atau batuk lebih hebat pada batuk kronis

b) Hemoptisis

c) Mengi(wheezing, stridor) karena ada obstruksi saluran nafas

d) Kadang terdapat kavitas seperti abses paru

b. Invasi local

a) Nyeri dada

b) Dispnea karena efusi pleura

c) Sindrom vena cava superior

c. Gejala penyakit metastasi

a) Pada otak, tulang, hati, adrenal

b) Limfadenopati servikal dan supraklavikula (sering menyertai

metastasis)

12
d. Sindrom paraneoplastik( terdapat pada 10 % kanker paru ) dengan

gejala :

a) Sistemik : penurunan berat badan, anoreksia, demam

b) Hematologi : leukositosi, anemia

c) Neurologic : ataksia, tremor

d) Endokrin : sekresi berlebihan hormone paratiroid

( hiperkalasemia )

e. Asimtomatik dengan kelainan radiologis

a) Sering terdapat pada perokok dengan PPOK/COPD yang

terdeteksi secara radiologis

b) Kelainan berupa nodul soliter.

E. Klasifikasi

Klasifikasi berdasarkan TNM : tumor, nodul, metastase

1) T : T0 : tidak tampak tumor primer

T1 : diameter tumor < 3cm, dapat disertai atelektasis atau pneumonitis,

namun berjarak lebih dari 2cm dari karina, serta belum ada efusi

pleura.

T2 : tumor ukuran besar dengan tanda invasi ke sekitar atau sudah

dekat karina dan atau disertai efusi pleura.

2) N : N0 : tidak didapatkan perjalaran ke kelenjar limfe regional

N1 : terdapat penjalaran ke kelenjar limfe hilus ipsilateral

N2 : terdapat penjalaran ke kelenjar limfe mediastinum atau

kontralateral

N3: terdapat penjalaran ke kelenjar limfe ekstratorakal

13
3) M : M0 : tidak terdapat metastase jauh

M1: sudah terdapat metastase jauh ke organ-organ lain

F. Pemeriksaan Penunjang

a. CT-scan dan MRI

Pemeriksaan CT-scan dada lebih sensitif dibandingkan dengan

fotodada PA karena dapat mendeteksi massa ukuran 3 mm. MRI

dilakukan untuk mengetahui penyebaran tumor ke tulang belakang.

b. Foto dada secara postero-anterior

Pada foto dada PA dapat dilihat adanya gambaran massa di daerah

hilus atau parahiler atau apeks, lesi parenkim, obstruksi, kolaps

didaerah peripleura dan pembesaran mediastinum.

c. Pemeriksaan sitologi sputum

Pemeriksaan sputum rutin dikerjakan terutama bila pasien ada keluhan

seperti batuk. Pemeriksaan sitologi tidak selalu memberikan hasil

positif karena ia tergantung dari :

a) Letak tumor terhadap bronkus

b) Waktu pemeriksaan sputum (sputum harus segar) Pemeriksaan

sitologi lain untuk diagnostic kanker paru dapat dilakukan pada

cairan pleura, aspirasi kelenjar getah bening servikal,

supraklavikula, bilasan dan sikatan bronkus pada bronkoskopi.

d. Pemeriksaan Histopatologi

Pemeriksaan histopatologi merupakan standar baku penegakan

diagnosis kanker paru. Pengumpulan bahannya dapat melalui

bronkoskopi, biopsy transtorakal, torakoskopi, mediastinoskopi

14
dantorakotomi. Hasil pemeriksaan dapat mengklasifikasikan

tipekanker.SCLC ditandai dengan gambaran yang khas dari sel kecil

mirip gandum dengan sitoplasma yang sedikit dalam sarang-sarang

atau kelompok tanpa organisasi skuamosa atau glandular. Pada SCC

ditandai dengan variasi sel-sel neoplasma yang berkeratin yang

berdiferensiasi baik sampai dengan tumor anaplastik dengan beberapa

fokus diferensiasi.Pada adenokarsinoma ditandai dengan sel-sel kanker

berbentuk sel kelenjar dengan produksi musin dan dikelilingi dengan

jaringan desmoplastik di sekitarnya. Sedangkan pada karsinoma sel

besar menunjukkan gambaran histologi yang aneh dan tidak khas

selain ketiga jenis lainnya, bisa dalam bentuk skuamosa dan glandular

dengan diferensiasi buruk dengan seldatia, sel jernih dan varian sel

berbentuk kumparan di dalamnya.

e. Pemeriksaan serologi

Beberapa petanda kanker paru yang dipakai sebagai penunjang

diagnosis yaitu CEA (carcinoma embryonic antigen), NSE(neuron-

spesific enolase) dan Cyfra 21-1(Cytokeratin fragment19).

f. Pemeriksaan bone scanning

Pemeriksaan ini diperlukan bila diduga ada tanda-tanda metastasis ke

tulang. Insedens metastasis tumor non small cell lung cancer

( NSCLC ) ke tulang dilaporkan sebesar 15 % 35 2.8.

G. Penatalaksanaan

A) Keperawatan

15
1) Penatalaksanaan keperawatan adalah Terapi Oksigen. Jika terjadi

hipoksemia, perawat dapat memberikan oksigenvia masker atau

nasal kanula sesuai dengan permintaan. Bahkan jika klien tidak

terlalu jelas hipoksemianya, dokter dapat memberikan oksigen

sesuai yang dibutuhkan untuk memperbaiki dispnea dan

kecemasan.

2) Monitor asupan dan keluaran serta pertahankan hidrasi

3) Anjurkan mobilisasi secara dini

4) Periksa tanda tanda vital dan awasi serta laporkan bila terjadi

respirasi abnormal dan perubahan lainnya.

5) Lakukan penghisapan secret sesuai kebutuhan dan anjurkan untuk

melakukan pernapasan dalam dan batuk sesegera mungkin. Periksa

sekresi lebih sering

B) Medis

1) Pembedahan

Tujuan pada pembedahan kanker paru sama seperti penyakit paru

lain, untuk mengankat semua jaringan yang sakit sementara

mempertahankan sebanyak mungkin fungsi paru –paru yang tidak

terkena kanker.

2) Toraktomi eksplorasi

Untuk mengkomfirmasi diagnosa tersangka penyakit paru atau

toraks khususnya karsinoma, untuk melakukan biopsy.

3) Pneumonektomi (pengangkatan paru)

Karsinoma bronkogenik bilaman dengan lobektomi tidak semua

lesi bisa diangkat.

16
4) Lobektomi (pengangkatan lobus paru)

5) Karsinoma bronkogenik yang terbatas pada satu lobus,

bronkiaktesis bleb atau bula emfisematosa; abses paru; infeksi

jamur; tumor jinak tuberkulois.

6) Radiasi

Pada beberapa kasus, radioterapi dilakukan sebagai pengobatan

kuratif dan bisa juga sebagai terapi adjuvant/ paliatif pada tumor

dengan komplikasi, seperti mengurangi efek obstruksi/ penekanan

terhadap pembuluh darah/ bronkus.

7) Kemoterapi

Kemoterapi digunakan untuk mengganggu pola pertumbuhan

tumor, untuk menangani pasien dengan tumor paru sel kecil atau

dengan metastasi luas serta untuk melengkapi bedah atau terapi

radiasi.

H. Komplikasi

a. Sindrom vena kava superior

Obstruksi sebagian atau menyeluruh vena kava superior, merupakan

komplikasi potensial kanker paru, terutama ketika tumor melibatkan

mediastinum superior atau nodus limfe mediatinal.

b. Sindrom paraneoplastik biasanya berkaitan dengan kanker paru

mencakup sindrom sekresi ADH yang tidak tepat ( SIADH ) dengan

retensi cairan, edema, terkait ACTH abnormal dan hiperkalsemia.

Tumor paru juga dapat menghasilkan factor prokoagulasi,

meningkatkan risiko thrombosis vena, emboli paru, dan endokarditis

17
trombotik. Pada kanker paru, gejala neuromuscular seperti kelemahan

otot dan keletihan ekstermitas dapat menjadi indikasi pertama

penyakit.

I. Aspek Spiritual pada Pasien Kanker Paru-Paru

Kebutuhan spiritualitas merupakan kebutuhan yang penting untuk

dipenuhi pada pasien dengan penyakit kanker selain aspek kebutuhan

lainnya, karena penyakit ini dapat berdampak terhadap seluruh aspek

kehidupan penderitanya baik fisik, psikologis maupun spiritual.

Terdapat berbagai hal yang melatarbelakanginya, yang mana setiap

individu memiliki cara pandang dan pemahaman tersendiri tentang

spiritualitas. Perbedaan konsep spiritual dipengaruhi oleh budaya,

perkembangan, pengalaman hidup dan persepsi seseorang tentang hidup

dan kehidupan.

Menurut Bussing et al (2010) kebutuhan spiritual meliputi: kebutuhan

religi atau keagamaan; kebutuhan mendapatkan kedamaian; eksistensi diri;

serta kebutuhan untuk memberi. Setiap orang memiliki kebutuhan ini

namun demikian berbeda dalam aspek maupun tingkat kebutuhannya

masing-masing, sehingga penting untuk dilakukan kajian terlebih dahulu

dalam menentukan kebutuhan spiritual pasien.

18
Perawat harus menilai nilai spiritual pasien, kebutuhan, dan perspektif

agama, yang penting dalam memahami perspektif mereka mengenai

penyakit mereka dan persepsi serta makna hidup mereka. Pasien yang

hidup dengan dan meninggal karena penyakit CA Paru memiliki

kebutuhan spiritual akan makna, nilai, harapan, tujuan, cinta, penerimaan,

rekonsiliasi, ritual, dan penegasan hubungan dengan makhluk yang lebih

tinggi (Kylma, Vehvilainen-Julkunen, & Lahdevirta, 2001) .

Membantu pasien untuk menemukan makna dan nilai dalam kehidupan

mereka, meskipun menghadapi kesulitan, sering kali melibatkan

pengakuan atas keberhasilan masa lalu dan kekuatan internal mereka.

Mendorong komunikasi terbuka antara pasien dan keluarga adalah penting

untuk penilaian kebutuhan spiritual pasien, ini adalah aspek penting dari

perawatan holistik. Perawat harus menilai nilai spiritual pasien,

kebutuhan, dan perspektif agama, yang penting dalam memahami

perspektif mereka mengenai penyakit mereka dan persepsi serta makna

hidup mereka.

Seperti banyak penyakit yang mengancam jiwa, pasien dengan CA Paru

dapat mengungkapkan kemarahan kepada Tuhan. Beberapa orang

mungkin memandang penyakit mereka sebagai hukuman atau marah

karena Tuhan tidak menjawab doa-doa mereka. Ekspresi perasaan bisa

menjadi sumber penyembuhan spiritual. Penggunaan meditasi, musik,

19
perumpamaan, puisi, dan gambar dapat menawarkan saluran untuk

ekspresi spiritual dan meningkatkan rasa harmoni dan kedamaian.

Untuk semua pasien dengan penyakit kronis yang mengancam jiwa,

harapan untuk penyembuhan sangat kecil, namun untuk harapan kematian

yang damai dengan bermartabat, termasuk pengurangan rasa sakit dan

penderitaan, menentukan pilihan sendiri, berada di perusahaan keluarga

dan orang-orang penting lainnya, dan mengetahui bahwa harapan akhir

hidup mereka akan dihormati sangatlah diinginkan.

Seringkali, kenyamanan spiritual terbesar yang ditawarkan oleh pengasuh

atau keluarga untuk pasien berasal dari mendengarkan secara aktif dan

kehadiran yang bermakna dengan duduk dan memegang tangan mereka

dan mengetahui bahwa mereka tidak ditinggalkan dan sendirian.

Penyembuhan spiritual juga dapat berasal dari tinjauan hidup, karena

pasien ditawari kesempatan untuk mengenang kembali kehidupan mereka,

merefleksikan pencapaian mereka, merenungkan keraguan mereka, dan

memaafkan diri mereka sendiri dan orang lain atas ketidaksempurnaan

mereka.

Dalam perawatan spiritual seperti itu menyampaikan bahwa bahkan dalam

bayang-bayang kematian, bisa ada penemuan, wawasan, penyelesaian

hubungan, pengalaman cinta diri dan orang lain, dan transendensi rasa

sakit emosional dan spiritual. Seringkali, pasien dengan CA Paru, dengan

contoh mereka, mengajar perawat, keluarga, dan orang lain bagaimana

20
mengatasi penderitaan dan bagaimana mati dengan anggun dan

bermartabat.

Upaya pemenuhan kebutuhan spiritual pasien diawali dengan kajian

kebutuhan spiritual. Berdasarkan kajian tersebut perawat dapat mengetahui

kebutuhan spiritual mana yang perlu dan belum terpenuhi pada pasien,

karena spiritual bagi setiap orang berbeda, tergantung dari cara pandang

dan latar belakang seseorang.

21
BAB III

PEMBAHASAN KASUS

Kasus :

Seorang laki-laki, usia 55 tahun, di diagnosa menderita kanker paru dengan


metastase pada tulang, dan sedang kemoterapi ke 7 dari 20 program yang
disampaikan oleh DPJP. Akhir-akhir ini dia mengeluh sesak nafas walaupun
dalam kondisi berbaring dan terlentang di tempat tidur dan nyeri pada waktu-
waktu tertentu. Pasien juga tidak mau makan dan minum, karena setiap selesai
kemoterapi, pasien merasakan mual dan muntah setiap kali makan dan minuman
masuk ke mulutnya. Pasien sudah mendapat terapi campuran morfin yang di
berikan setiap 4 jam, namun nyeri dan sesak masih berlanjut, sehingga keluarga
memutuskan untuk membawa pasien kembali ke rumah sakit.

Keluarga mengatakan, akhir-akhir ini pasien mengatakan tidak kuat dengan


penyakitnya, dan ingin mati saja. Pasien merasa, sakit yang dideritanya saat ini,
karena pasien sudah durhaka kepada ibunya, karena tidak mampu mengurus
ibunya yang sudah tua.

Pertanyaan :

1. Lakukan pengkajian spiritual terkait kasus di atas


2. Berikan data yang perlu di tambahkan untuk menegakkan diagnosa
spiritual ( data sekunder )
3. Buat Diagnosa spiritual ( 3 Diagnosa )
4. Buat rencana intervensi dan implementasi serta evaluasi ( mandiri dan
kolaboratif )
5. Ayat Al-Qur’an dan Hadist yang mendukung implementasi yang di
gunakan

22
JAWABAN

A. Pengkajian Spiritual

Data Subjektif Data Objektif

 Keluarga mengatakan os mulai tidak  Kanker paru dengan metastase pada


kuat dengan penyakitnya dan ingin mati tulang
saja,  Sedang kemoterapi ke 7 dari 20
 Os merasa sakit yang dideritanya saat program
ini dikarenakan pasien sudah durhaka  Sesak Nafas
kepada ibunya karena tidak mampu  Nyeri
mengurus ibunya yang sudah tua.  Mual dan muntah setiap kali makan
 Os mengeluh sesak nafas walaupun minum
dalam kondisi berbaring dan terlentang
di tempat tidur
 Os mengeluh tidak mau makan dan
minum
 Pasien sudah mendapat terapi campuran
morfin dan di berikan setiap 4 jam

B. Data Tambahan Untuk menegakkan Diagnosa Spiritual

23
Data Subjektif Data Objektif

 Keluarga mengatakan os jarang  TD : 99/65 mmHg, N : 115 x/mnt, RR :


beribadah karena tidak ada gunanya 32 x/mnt, S: 36,5, Sao2 : 95%
 Os selalu mengeluh hidupnya tidak  Skala Nyeri : 9/10
bermakna  Wajah os sering meringis kesakitan
 Kulit nampak kering dan mengitam
 Makan hanya 2 sendok
 Muntah cair, kehijauan
 Pandangan mata nampak kosong
 Os nampak gelisah dan sulit tidur
 Os sering tiba-tiba menangis dan tiba-
tiba marah
 Os sulit di ajak beribadah di tempat
tidur
 Os nampak lebih diam

C. Diagnosa Spiritual

No Analisa Data Diagnosa keperawatan

1 Data Subjektif :
 Os merasa sakit yang
dideritanya saat ini dikarenakan
pasien sudah durhaka kepada
ibunya karena tidak mampu

24
mengurus ibunya yang sudah
tua.
 Keluarga mengatakan os jarang
beribadah karena tidak ada Distres Spiritual berhubungan dengan
gunanya Kondisi Penyakit
 Os selalu mengeluh hidupnya
tidak bermakna

Data Objektif :
 TD : 99/65 mmHg, N : 115
x/mnt, RR : 32 x/mnt, S: 36,5,
Sao2 : 95%
 Kanker paru dengan metastase
pada tulang
 Sedang kemoterapi ke 7 dari 20
program
 Pandangan mata nampak
kosong
 Os sulit di ajak beribadah di
tempat tidur
 Os nampak lebih diam

2 Data Subjektif :
 Os mengeluh sesak nafas
walaupun dalam kondisi
berbaring dan terlentang di
tempat tidur
 Os mengeluh tidak mau makan
dan minum
 Pasien sudah mendapat terapi
campuran morfin dan di berikan Gangguan Rasa Nyaman berhubungan
setiap 4 jam dengan Efek Samping Terapi

25
(Kemoterapi)
Data Objektif :
 TD : 99/65 mmHg, N : 115
x/mnt, RR : 32 x/mnt, S: 36,5,
Sao2 : 95%
 Sesak Nafas
 Nyeri
 Skala Nyeri : 9/10
 Mual dan muntah setiap kali
makan minum
 Wajah os sering meringis
kesakitan
 Kulit nampak kering dan
mengitam
 Makan hanya 2 sendok
 Muntah cair, kehijauan
3 Data Subjektif :
 Keluarga mengatakan os mulai
tidak kuat dengan penyakitnya
dan ingin mati saja, Ansietas berhubungan dengan Ancaman
Data Objektif : Terhadap Kematian
 Kanker paru dengan metastase
pada tulang
 Pandangan mata nampak
kosong
 Os nampak gelisah dan sulit
tidur
 Os sering tiba-tiba menangis
dan tiba-tiba marah

26
D. Intervensi, Implementasi dan Evaluasi Keperawatan

No.
NIC NOC Implementasi Evaluasi
Dx
1. Distress spiritual b.d 1. Gunakan 1. Menggunakan komunikasi S: pasien mengatakan dirinya
Kondisi Penyakit komunikasi terapeutik utuk membangun merasa lebih baik dan akan lebih
terapeutik utuk kepercayaan dan kepedulian mendekatkan diri kepada Tuhan
membangun empatik
Kriteria hasil: O: pasien terlihat lebih baik,
kepercayaan dan 2. Mendorong individu untuk
tenang, mampu melakukan
Kesehatan spiritual kepedulian empatik meninjau kehidupan masa lalu dan
tindakan keagamaan, lebih terbuka
meningkat 2. Dorong individu focus pada peristiwa dan hubungan
dengan keluarga mengenai isi
untuk meninjau yang memberikan kekuatan
hatinya
kehidupan masa lalu spiritual dan dukungan
dan focus pada 3. Mendorong partisipasi dalam A: masalah teratasi
peristiwa dan interaksi dengan anggota keluarga,
P: intervensi dilanjutkan
hubungan yang teman, dll
memberikan 4. Menyediakan privasi dan cukup
kekuatan spiritual waktu untuk kegiatan spiritual

27
dan dukungan
3. Dorong partisipasi 5. Mengatur kunjungan oleh
dalam interaksi penasihat spiritual individu
dengan anggota 6. Menyediakan artikel spiritual yang
keluarga, teman, dll diinginkan, sesuai dengan
4. Sediakan privasi dan preferensi individu
cukup waktu untuk 7. Memfasilitasi penggunaan individu
kegiatan spiritual meditasi, doa, dan tradisi
5. Atur kunjungan oleh keagamaan lainnya dan ritual
penasihat spiritual
individu
6. Sediakan artikel
spiritual yang
diinginkan, sesuai
dengan preferensi
individu
7. Fasilitasi
penggunaan individu
meditasi, doa, dan

28
tradisi keagamaan
lainnya dan ritual
2. Gangguan Rasa 1. Monitor kepuasan 1. Melakukan monitoring terhadap S: pasien mengatakan dirinya masih
Nyaman b.d Efek pasien terhadap pasien untuk mengungkapkan nyeri merasakan nyeri/tidak nyaman
Samping Terapi manajemen yang dirasakan tetapi sudah berkurang
(Kemoterapi) nyeri/ketidaknyaman 2. Meningkatkan istirahat dan tidur
O: pasien terlihat membaik, tidak
an secara adekuat
Kriteria Hasil: tampak wajah menanhan nyeri
2. Tingkatkan istirahat 3. Menjelaskan kepada pasien
 Status kenyamanan
tidur yang adekuat mengenai penyebab nyeri yang A: masalah teratasi sebagian
meningkat
3. Jelaskan kepada sedang dialaminya
 Mengontrol nyeri P: intervensi dilanjutkan
pasien penyebab 4. Melakukan Teknik nonfarmakologis
  Respon terhadap
nyeri untuk meningkatkan rasa nyaman
pengobatan
4. Lakukan Teknik pasien
 Tidak ada ekspresi
nonfamakologis
menahan nyeri
untuk meningkatkan
rasa nyaman

3. Ansietas berhubungan 1.Gunakan pendekatan 1. Mengunakan pendekatan yang S : keluarga pasien mengatakan
dengan Ancaman yang menyenangkan menyenagkan tidak kuat dengan penyakitnya dan

29
Terhadap Kematian 2. Nyatakan dengan 2. Menyatakan dengan jelas harapan ingin mati saja
jelas harapan terhadap pasien
Kritia Hasil : O : pasien tampak gelisah, tidak
terhadap pasien 3. Menjelaskan semua prosedur dan
bias tidur, pasien tiba – tiba sering
 Klien mampu 3. Jelaskan semua apa yang dirasakan selama prosedur
menangis. Tiba – tiba maraah
mengidentifikaasi dan prosedur dan apa 4. Memahami prespektif pasien
mengungkapkan yang dirasakan terhadap situasi stress A : Masalah belum teratasi
gejala cemas selama prosedur 5. Memberikan obat untuk
P : Intervensi dilanjutkan
4. Pahami prespektif mengurangi kecemasan
 Menidentifikasi,
pasien terhadap
mengungkapkan dan
situasi stress
menunjukan tehnik
5. Berikab obat untuk
untuk mengontrol
mengurangi
cemas
kecemasan
 Vital sign dalam batas
normal

 Postur tubuh, ekpersi


wajah bahasa tubuh
dan tingkat aktvitas

30
menunjukkan
berkurangnya
kecemasan

31
E. Ayat Al-Qur’an dan Hadist
Spiritual pasien kanker paru dapat dilakukan dengan bimbingan
keagamaan Islami melalui materi aqidah dan ibadah. Sebagaimana firman
Allah dalam surat ad- Dzariyaat: 56 sebagai berikut

“dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka
mengabdi kepada-Ku” (Departemen Agama RI, 2008: 523).
Pasien kanker paru dengan distres spiritual harus dipenuhi kebutuhan
spiritualnya berupa dimensi harapan. Dimensi harapan akan memberikan
semangat dan optimis pasien, juga meningkatkan akhlak yang baik kepada
Allah. Islam telah mengajarkan agar kita senantiasa berkhusnudzon
terhadap Allah maupun sesama manusia. Allah juga memberikan harapan
jika kita mau berdoa maka Allah akan mengabulkan.

Doa adalah senjata, alasan doa belum terkabul adalah perlu dipelajari
kembali sebab musababnya doa tertolak. Selain itu, Allah juga
menjelaskan bahwa apabila kita sedang menerima ujian sakit maka Allah
yang menyembuhkan. Pernyataan tersebut sangat sesuai dengan firman
Allah dalam surat Assyu’ara ayat 80 yang berbunyi

“dan apabila aku sakit, Dialah yang menyembuhkan Aku” (Departemen


Agama RI, 2008: 370).

Pembimbing keagamaan Islami dapat memberikan materi ibadah dan


untuk meningkatkan dimensi keterkaitan dengan Tuhan yang melibatkan
kegiatan spiritual dan dimensi pengampunan. Hal tersebut dilakukan
dengan membimbing mengajak pasien berzikir menggunakan kalimat

32
tayyibah. Mengajak pasien merenungi kesalahannya dengan membaca
istighfar. Pembimbing juga dapat memberikan materi kewajiban dan cara-
cara ibadah bagi orang yang sakit. Transendensi dapat diartikan sebagai
kondisi spiritualitas dan keimanan yang penuh penerimaan, transendensi
sangat dibutuhkan guna mengasah keihklasan pasien akan kehendak
Tuhan akan takdirnya, kalaupun harus berpulang maka akan berpulang
dengan keadaan hati yang tenang dan ikhlas akan kehendak yang maha
Kuasa. Allah telah menjelaskan dalam surat al-Fajr ayat 27-28 yang
berbunyi sebagai berikut:

“Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang
puas lagi diridhai-Nya” (Departemen Agama RI, 2008: 593).

Pembimbing keagaamaan Islami diharapkan mampu memahami kondisi


mental pasien kanker dengan distres spiritual. Menderita sakit terutama
yang bersifat akut, seringkali membuat individu merasa terisolasi dan
kehilangan kebebasan pribadi dan sistem dukungan sosial. Menurut
penulis Klien yang dirawat merasa terisolasi dalam ruangan yang asing
baginya dan merasa tidak aman. Kebiasaan hidup sehari-hari juga berubah,
antara lain tidak dapat menghadiri acara resmi, mengikuti kegiatan
keagamaan atau tidak dapat berkumpul dengan keluarga atau teman dekat
yang biasa memberikan dukungan setiap saat diinginkan. Terpisahnya
klien dari ikatan spiritual berisiko terjadinya perubahan fungsi
spiritualnya. Maka dari itu perlu pembimbing yang mampu mengetahui
kebutuhan spiritual pasien. Sehingga dengan deikian, pembimbing dapat
menerapkan teknik yang sesuai kebutuhan pasien, materi yang
disampaikan tepat sasaran/ sesui dengan kebutuhan spiritual pasien.

33
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Kanker paru-paru merupakan penyebab kematian utama dalam kelompok


kanker baik pada pria maupun wanita. Sebagian besar kanker paru-paru
berasal dari sel-sel di dalam paru-paru, tetapi bisa juga berasal dari kanker
di bagian tubuh lain yang menyebar ke paru-paru (Suryo, 2010).

Seorang perawat merupakan satu kesatuan yang holistik yang


berhubungan dengan pasiennya. Perawat juga dapat menajalankan
perannya sebagai care provider dalam menangani pasien-pasien kanker.
Salah satu upaya yang dapat perawat lakukan terhadap kliennya yakni
mengkaji kebutuhan spiritual. Berdasarkan tingkat pentingnya kebutuhan
spiritual secara umum tingkatan kebutuhan spiritual ini dibutuhkan dari
tingkatan nilai yang tertinggi sampai terendah yakni kebutuhan religi,
kebutuhan kedamaian, kebutuhan eksistensi diri dan kebutuhan untuk
memberi.

B. SARAN

Dengan disusunnya makalah ini mengharapkan kepada semua pembaca


agar dapat menelaah dan memahami apa yang telah tertulis dalam makalah
ini sehinggga sedikit banyak bisa menambah pengetahuan dan wawasan
kepada pembaca. Disamping itu kami juga mengharapkan saran dan kritik
dari pembaca sehingga kami bisa berorientasi lebih baik pada makalah
kami selanjutnya.

34
DAFTAR PUSTAKA

Herdman, T., H. (2017). NANDA-I diagnosis keperawatan : definisi dan


klasifikasi 2018-2020 Eleventh Edition. Jakarta: EGC.
Muttaqin,Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan
Sistem Imunologi. Jakarta: Salemba Medika
Nanda. (2015). Diagnosis Keperawatan Definisi & Klasifikasi 2015-2017. editor
T Heather Herdman, Shigemi Kamitsuru. Edisi 11. Jakarta: EGC.
Nurarif, A., H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
medis dan NANDA NIC-NOC. Yogyakarta: MediAction.
PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
PPNI (2016). Standar diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator
Diagnostik, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan kriteria hasil
Keperawatan. Edisi. 1. Jakarta: DPP PPNI.
Suryo, J. (2010). Herbal Sistem Pernafasaan. Yogjakarta : Bentang Pustaka

35

Anda mungkin juga menyukai