Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH KEPERAWATAN JIWA DENGAN

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN


DEFISIT PERAWATAN DIRI

Disususn Oleh:
1. ENDANG SULISTYAWATI
2. RIZKI FAJRI EXA WIDIANINGSIH

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
TAHUN AJARAN 2019/2020
TRANSFER 2A

1
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesehatan jiwa merupakan suatu kondisi sehat emosional, psikologi


dan sosial yang terlihat dari hubungan interpersonal yang memuaskan,
perilaku dan koping yang efektif, konsep diri yang positif, dan kestabilan
emosi. Upaya kesehatan jiwa dapat dilakukan oleh perorangan, lingkungan
keluarga, lingkungan sekolah, lingkungan pekerjaan, lingkungan masyarakat
yang didukung sarana pelayanan kesehatan jiwa dan sarana lain seperti
keluarga dan lingkungan sosial. Lingkungan tersebut selain menunjang upaya
kesehatan jiwa juga merupakan stressor yang dapat mempengaruhi kondisi
jiwa seseorang, pada tingkat tertentu dapat menyebabkan seseorang jatuh
dalam kondisi gangguan jiwa (Videbeck, 2008).
Gangguan jiwa menurut Depkes RI (2000) adalah suatu perubahan pada
fungsi jiwa yang menyebabkan adanya gangguan pada fungsi jiwa, yang
menimbulkan penderitaan pada individu dan atau hambatan dalam
melaksanakan peran sosial. Penyebab gangguan jiwa itu bermacam-macam
ada yang bersumber dari berhubungan dengan orang lain yang tidak
memuaskan seperti diperlakukan tidak adil, diperlakukan semena-mena, cinta
tidak terbalas, kehilangan seseorang yang dicintai, kehilangan pekerjaan, dan
lain-lain. Selain itu ada juga gangguan jiwa yang disebabkan faktor organik,
kelainan saraf dan gangguan pada otak.
Orang yang mengalami gangguan jiwa biasanya mengalami penurunan
deficit peawatan diri (DPD). Perawatan diri adalah salah satu kemampuan
dasar manusia dalam memenuhi kebutuhannya,kesehatan dan kesejateraan
sesuai dengan kondisi kesehatannya, klien dinyatakan terganggu keperatawan
dirinya jika tidak dapat melakukan keperawatan diri (Depkes, 2000) Defisit
perawatan diri adalah kurangnya perawatan diri pada pasien dengan
gangguan jiwa terjadi akibat adanya perubahan proses pikir sehingga
kemampuan untuk melakukan aktivitas perawatan diri menurun. Kurang

2
perawatan diri terlihat dari ketidakmampuan merawat kebersihan diri
antaranya mandi, makan minum secara mandiri, berhias secara mandiri,
toileting (BAK/BAB) (Damaiyanti, 2012)
Pada dasarnya gangguan jiwa tidak dapat menyebabkan kematian
secara langsung namun dapat mengurangi tingkat produktivitas penderitanya
dan dapat menjadi beban bagi orang–orang disekitarnya, terutama pada klien
dengan defisit perawatan diri, tentu akan sangat mengganggu karena dalam
hal ini bukan hanya mengganggu secara individu namun juga mengganggu
secara etika dan estetika pada lingkungan sekitar. Lebih komplek lagi juga
akan mengganggu kesehatan penderita dimana dengan keadaannya dan
keadaan lingkungan yang terkontaminasi penyait akan mudah menyerang
penderita dan orang-orang disekitarnya seperti penyakit akibat bakteri E.colli
dan lain-lain (Keliat,2010).
Seperti yang dilakukan pada penderita gangguan jiwa yang lainnya
penderita defisit perawatan diri juga akan dilakukan pendekatan secara verbal
maupun non verbal atau biasa disebut dengan Strategi Pelaksanaan (SP)
dimana didalamnya terdapat cara untuk melakukan pendekatan kepada
penderita dan memberi tuntunan kepada kita untuk melakukan kegiatan
secara rinci dan tertata, dimulai dari mengidentifikasi masalah sampai
melakukan pengenalan terhadap faslitas dan tata cara melakukan kegiatan
toileting yang tepat dan benar (Keliat,2010).

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang di angkat yaitu :
1. Bagaimana konsep deficit perawatan diri ?
2. Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien deficit perawatan diri ?

C. Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini yaitu :
1. Tujuan umum
Untuk memenuhi persyaratan dalam proses pembelajaran Keperawatan
Jiwa
2. Tujuan khusus

3
a. Mampu membuat, memahami dan menjelaskan konsep teori
tentang Keperawatan Jiwa khususnya pada pasien dengan deficit
perawatan diri.
b. Mampu membuat asuhan keperawatan jiwa pada pada pasien
deficit perawatan diri

4
BAB II
LANDASAN TEORITIS

A. Konsep Teori Defisit Perawatan Diri


1. Definisi DPD
Defisit perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia
dalam memenuhi kebutuhannya guna mempertahankan hidupnya,
kesehatannya dan kesejahteraannya sesuai dengan kondisi kesehatannya.
Klien dinyatakan terganggu perawatan dirinya ika tidak dapat melakukan
perawatan dirinya (Mukhripah & Iskandar, 2012:147).

Defisit perawatan diri adalah ketidakmampuan dalam : kebersihan diri,


makan, berpakaian, berhias diri, makan sendiri, buang air besar atau
kecil sendiri (toileting) (Keliat B. A, dkk, 2011).

Herdman, (2012 dalam Nurhalimah, 2016) mendifinisikan defisit


perawatan diri sebagai suatu ganguan didalam melakukan aktifitas
perawatan diri (kebersihan diri,berhias,makan,toileting) sedangkan
perawatan diri merupakan salah satu kemampuan dasar manusia untuk
memenuhi kebutuhannya guna mempertahankan kehidupan,kesehatan
dan kesejahtraan sesuai dengan kondisi kesehatannya.

2. Klasifikasi
Menurut (Nurarif & Kusuma, 2015) jenis perawatan diri terdiri dari :
a. Defisit perawatan diri: Mandi
Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan
mandi/beraktivitas perawatan diri untuk diri sendiri.
b. Defisit perawatan diri: Berpakaian (berdandan dan berhias)
Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan
aktivitas berpakaian dan berias untuk diri sendiri.
c. Defisit perawatan diri: Makan

1
Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan
aktivitas sendiri.
d. Defisit perawatan diri: Eliminasi
Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan
aktivitas eliminasi sendiri

3. Etiologi DPD
Menurut Depkes (2000 dalam Mukhripah & Iskandar, 2012) factor-
faktor yang mempengaruhi personal hygiene adalah
a. Body image : gambaran individu terhadap dirinya sangat
mempengaruhi kebersihan diri misalnya dengan adanya perubahan
fisik sehingga individu tidak peduli dengan kebersihan dirinya.
b. Praktik sosial : pada anak-anak selalu dimanja dalam kebersihan
diri, maka kemungkinan akan terjadi peruabahan personal hygiene.
c. Status sosial ekonomi : personal hygiene memerlukan alat dan
bahan seperti sabun, pasta gigi, sikat gigi, shampoo, alat mandi yang
semuanya memerlukan uang untuk menyediakannya.
d. Pengetahuan : pengetahuan personal hygiene sangat penting akrena
pengetahuan yang baik dapat meningkatkan kesehatan. Misanya,
pada pasien penderita diabetes mellitus ia harus menjaga kebersihan
kakinya.
e. Budaya : disebagian masyarakat jika individu sakit tertentu tidak
boleh dimandikan.
f. Kebiasaan orang : ada kebiasaan orang yang menggunakan produk
tertentu dalam perawatan diri seperti penggunaan sabun, shampoo
dan lain-lain.
g. Kondisi fisik atau psikis : pada keadaan tertentu/ sakit kemampuan
untuk merawat diri berkurang dan perlu bantuan untuk
melakukannya.

2
4. Tanda gejala dan akibat
a. Tanda dan gejala
Menurut Depkes (2000 dalam Mukhripah & Iskandar, 2012) tanda
dan gejala klien dengan defisit perawatan diri adalah:
1) Fisik
a) Badan bau, pakaian kotor
b) Rambut dan kulit kotor
c) Kuku panjang dan kotor
d) Gigi kotor disertai mulut bau
e) Penampilan tidak rapi.
2) Psikologis
a) Malas, tidak ada inisiatif
b) Menarik diri, isolasi diri
c) Merasa tak berdaya, rendah diri dan merasa hina.
3) Sosial
a) Interaksi kurang
b) Kegiatan kurang
c) Tidak mampu berperilaku sesuai norma
d) Cara makan tidak teratur
e) BAK dan BAB di sembarang tempat, gosok gigi dan mandi
tidak mampu mandiri
b. Akibat
Akibat dari defisit perawatan diri adalah gangguan pemeliharaan
kesehatan. Gangguan pemeliharaan kesehatan ini bentuknya bisa
bermacam-macam. Akibat dari defisit perawat diri adalah sebagai
berikut :
1) Kulit yang kurang bersih merupakan penyebab berbagai
gangguan macam penyakit kulit (kadas, kurap, kudis, panu,
bisul, kusta, patek atau frambosa, dan borok).
2) Kuku yang kurang terawat dan kotor sebagai tempat bibit
penyakit yang masuk ke dalam tubuh. Terutama penyakit alat-
alat pernapasan. Disamping itu kuku yang kotor sebagai tempat

3
bertelur cacing, dan sebagai penyakit cacing pita, cacing
tambang, dan penyakit perut.
3) Gigi dan mulut yang kurang terawat akan berakibat pada gigi
berlubang, bau mulut, dan penyakit gusi
4) Gangguan lain yang mungkin muncul seperti gastritis kronis
(karenan kegagalan dalam makan), penyebaran penyakit dari
orofecal (karena hygiene BAB/BAK sembarangan)

Menurut (Damaiyanti, 2012) dampak yang timbul yaitu :


1) Dampak fisik
Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena
tidak tidak terpeliharanya kebersihan perorangandengan baik,
gangguan fisik yang seering terjadi adalah: gangguan integritas
kulit, gangguan membrane mukosa mulut, infeksi pada mata
dan telinga dan gangguan fisik pada kuku
2) Dampak psikososial
Masalah sosial yang berhubungan dengan personal hygine
adalah gangguan kebutuhan aman nyaman , kebutuhan cinta
mencintai, kebutuhan harga diri, aktualisasi diri dan gangguan
interaksi social.

B. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Defisit perawatan diri Hal ini merupakan gangguan kemampuan melakukan atau
mandi menyelesaikan aktivitas mandi untuk diri sendiri. Batasan
karakteristik :
1. Gangguan kemampuan mengeringkan tubuh
2. Gangguan kemampuan untuk mengakses kamar mandi
3. Gangguan kemampuan untuk mengakses air
4. Gangguan kemampuan untuk mengambil perlengkapan
mandi.
5. Gangguan kemampuan untuk mengatur air mandi
6. Gangguan kemampuan membasuh tubuh.

4
Defisit perawatan diri Defisit perawatan diri : berhias / berdandan merupakan
berhias / berpakaian gangguan kemampuan dalam melakukan atau
menyelesaikan aktivitas berpakaian untuk diri sendiri.
1. Ketidakmampuan untuk memilih pakaian
2. Ketidakmampuan memamadupadankan pakaian
3. Ketidakmampuan mempertahankan penampilan yang
memuaskan
4. Ketidakmampuan mengambil pakaian
5. Ketidakmampuan mengenakan pakaian pada bagian
bawah atau atas tubuh
6. Ketidakmampuan memakai berbagai item pakaian
(missal : kemeja, kaos kaki)
7. Ketidakmampuan melapaskan atribut pakaian (missal :
kemeja, kaos kaki, sepatu)
8. Ketidakmampuan menggunakan alat bantu berhias
9. Ketidakmampuan menggunakan resleting
10. Ketidakmampuan mengancingkan pakaian.
Defisit perawatan diri Defisit perawatan diri makan merupakan gangguan
makan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas
makan.
1. Ketidakmampuan mengambil dan memasukkan
makanan ke dalam mulut
2. Ketidakmampuan menggunakan alat bantu
3. Ketidakmampuan mengunyah makanan
4. Ketidakmampuan membuka container / wadah
makanan
5. Ketidakmampuan mengambil cangkir
6. Ketidakmampuan melatakkan makanan ke alat makan
7. Ketidakmampuan menyiapkan makanan untuk di
makan
8. Ketidakmampuan makan dengan tata cara yang bisa di
terimah
9. Ketidakmampuan menelan makanan

5
10. Ketidakmampuan memegang alat makan
11. Menghabiskan makanan secara mandiri
Defisit perawatan diri Gangguan kemampuan melakukan atau menyelesaikan
toileting kegiatan toileting sendiri
1. Kemampuan untuk melakukan higening eliminasi
secara komplet
2. Ketidakmampuan untuk menyiram toilet
3. Kemampuan untuk memanipulasi pakean untuk
toileting
4. Kemampuan untuk mencapai toilet
5. Kemampuan untuk naik di toilet

Menurut (Nurhalimah, 2016) berikut ini adalah faktor-faktor yang


menyebabkan individu mengalami deficit perawatan diri,yaitu :
a. Faktor presdiposisi
1) Perkembangan
Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien sehingga klien
tidak peduli dengan lingkungan dan perawatan diri
2) Biologis
seringkali deficit perawatan diri disebabkan karena adanya
penyakit fisik dan mental yang meyebabkan pasien tidak mampu
melakukan perawatan diri dan adanya factor herediter yaitu ada
anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa.
3) Sosial
Kurangnya dukungan social dan situasi lingkungan
mengakibatkan penurunan kemampuan dalam perawatan diri.

b. Faktor presipitasi
Faktor presipitasi yang dapat menimbulkan deficit perawatan diri
adalah penurunan motivasi, kerusakan kognitif atau persepsi, cemas,
lelah, lemah yang dialami individu sehingga menyebabkan individu
kurang mampu melakukan perawatan diri

6
c. Rentang respon
Rentang respon menurut (Ade, 2011).

Adatif
Maladaptif

Pola perawatan Kadang perawatan Tidak melakukan perawatan


diri pada saat stress
diri seimbang diri kadang tidak

1) Pola perawatan diri seimbang: saat pasien mendapatkan stressor


dan mampu untuk berperilaku adatif maka pola perawatan yang
dilakukan klien seimbang, klien masih melakukan perawatan diri
2) Kadang melakukan perawatan diri kadang tidak: saat pasien
mendapatan stressor kadang-kadang pasien tidak menperhatikan
perawatan dirinya.
3) Tidak melakukan perawatan diri: klien mengatakan dia tidak
perduli dan tidak bisa melakukan perawatan saat stress.

d. Mekanisme Koping
Mekanisme koping berdasarkan penggolongan di bagi menjadi 2
yaitu:
1) Mekanisme koping adaptif
Mekanisme koping yang mendukung fungsi integrasi
pertumbuhan belajar dan mencapai tujuan. Kategori ini adalah
klien bisa memenuhi kebutuhan perawatan diri secara mandiri.
2) Mekanisme koping maladaptive
Mekanisme koping yang menghambat fungsi integrasi, memecah
pertumbuhan, menurunkan otonomi dan cenderung menguasai
lingkungan. Kategorinya adalah tidak mau merawat diri

7
2. Analisa data
Defisit perawatan diri Data subyektif
mandi  klien mengatakan tidak atau jarang
mandi
Data objektik
 klien tampak kotor
 gigi tampak kuning
 mulut bau
 kulit kusam
 rambut kotor
Defisit perawatan diri Data subyektif
berhias / berpakaian  klien mengatakan tidak mampu
menggunakan pakaian dan
berdandan/berhias secara mandiri
Data obyektif
 rambut tampak acak-acakan
Defisit perawatan diri Data subjektif
makan  klien mengatakan tidak mampu
menyiapkan makanan secara mandiri
 klien mengatakan tidak mampu makan
secara mandiri
Data objektif
 klien tidak mampu makan secara
mandiri (dibantu keluarga)
 saat makan makanan berserakan
Defisit perawatan diri Data subyektif
toileting  klien mengatakan tidak mampu
mengakses kamar mandi secara
mandiri

8
data objektif
 klien di bantu keluarga ke kamar
mandi

3. Pohon Masalah

Gangguan pemeliharaan
kesehatan
Penyakit kulit

Deficit perawatan diri Penyakit mulut

Gangguan lambung

Isolasi social

Harga diri Rendah

Kehilangan fungsi tubuh

4. Diagnosa
Defisit Perawatan Diri : Kebersihan diri (Mandi) , berdandan , makan,
eliminasi

5. Intervensi

PERENCANAAN

Tujuan Kriteria evaluasai


TUM: Ekspresi wajah bersahabat, Bina hubungan
Pasien dapat menunjukkan rasa senang, klien saling percaya
Memelihara bersedia berjabat tangan, klien dengan prinsip komunikas
kesehatan diri secara bersedia menyebutkan nama, ada 1. Sapa klien dengan ram
mandiri kontak mata, klien bersedia maupun nonverbal

9
TUK 1: duduk berdampingan dengan 2. Perkenalkan diri deng
Klien dapat membina perawat, klien bersedia 3. Tanyakan nama lengk
hubungan saling percaya mengutarakan masalah yang 4. Jelaskan tujuan pertem
dihadapinya 5. Jujur dan menepati ja
6. Tunjukan sikap empa
7. Beri perhatian pada p
TUK 2 Klien dapat menyebutkan 1. Kaji pengetahuan klie
Mengidentifikasi kebersihan dirinya 2. Beri kesempatan klien
kebersihan diri 3. Berikan pujian terhad

TUK 3 Pasien dengan aman melakukan Melati pasien cara-cara pe


Pasien mampu melakukan (kemampuan maksimum) 1. Menjelaskan pentingn
kebersihan diri secara aktivitas perawatan diri secara 2. Menjelaskan alat-alat
mandiri mandiri 3. Menjelaskan cara-car
4. Melatih pasien memp
TUK 4 Pasien dengan aman melakukan 1. Melatih pasien berdand
Pasien mampu melakukan (kemampuan maksimum) atau a. Untuk pasien laki
tindakan perawatan, mempertahankan aktivitas  Berpakaian
merupah berhias atau perawatan diri berupa berhias  Menyikat ramb
berdandan secara baik. dan berdandan, pasien berusaha  Bercukur
untuk memelihara kebersihan b. Untuk pasien wan
diri, seperti mandi, pakaian,  Berpakaian
sabun dan disiram dengan air
 Menyikat ramb
sampai bersih, mengganti
 Berhias
pakaian bersih sehari-hari, dan
2. Memantau kemampua
merapikan penampilan.
3. Memonitor atau meng
kognitif, dan psikomo
kesulitan dalam berpak
4. Diskusikan dengan pa
berpakaian dan berhias
5. Menggunakan komun

10
pasien untuk mengako
6. Sediakan baju bersih d
dan sebagainya
7. Dorong pasien untuk
kancing denga benar.
8. Memberikan bantuan p
9. Evaluasi perasaan pasi
10. Berikan reinforcemen
berpakaian dan berhias
TUK 5 Kebutuhan personal hygine 1. Memantau kemampua
Pasien mampu melakukan pasien terpenuhi. Pasien mampu 2. Identifikasi bersama p
kegiatan makan dengan melakukan kegiatan makan mau makan.
baik secara mandiri dan tepat dengan 3. Identifikasi adanya ham
mengungkapkan kepuasan a. Fisik : kelemahan
makan. b. Emosi : depresi, m
c. Intektual : curiga
d. Social : curiga
e. Spiritual : adanya
4. Diskusi dengan pasien
5. Diskusi dengan pasien
6. Menjelaskan cara mem
7. Menjelaskan tentang p
8. Menjelaskan cara mak
9. Menjelaskan cara mera
10. Praktek makan di sesu
11. Evaluasi perasaan pasi
12. Berikan reinforcement
TUK 6 Pasien dapat melaksanakan 1. mengkaji budaya pasie
Mampu melakukan BAK perawatan diri secara mandiri 2. Bantu pasien ke toilet
atau BAB secara mandiri dalam hal BAB/BAK, seperti 3. Berikan pengetahuan
a. mampu duduk dan turun dengan toileting
dari toilet 4. Menjelaskan tempat B
b. mampu membersihkan diri 5. Menjelaskan cara mem
setelah eliminasi secara 6. Menjelaskan cara mem
11
mandiri atau bantuan
TUK 7 Keluarga dapat mengetahui 1. Diskusikan dengan ke
Keluarga mampu merawat definisi perawatan diri pasien dibutuhkan oleh pasien
anggota keluarganya yang dan cara memberikan dukungan 2. Anjurkan keluarga un
mengalami masalah dalam memberikan dukungan membantu mengingat
perawatan diri. pada pasien dalam melakukan dengan yang telah dise
perawatan diri 3. Anjurkan keluarga un
pasien dalam merawat

C. Roleplay
Klien Nn. R berumur 23 tahun datang ke Rumah Sakit Jiwa diantar oleh
keluarganya. Keluarga klien mengatakan kaki klien di aputasi 2 bulan yang
lalu, klien malas untuk mandi dan berdandan, merasa lebih nyaman dengan
kondisi seperti ini (tidak mau mandi). Klien mengatakan bila mandi rasanya
dingin dan badan kaku semua. Klien tampak rambut acak-acakan dan banyak
kutu, kuku panjang dan hitam. Kulit kotor, tampak malas untuk menyisir
rambut dan ganti pakaian.

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SP) SP1


KEBERSIHAN DIRI

1. Proses Keperawatan
a. Kondisi pasien Seorang klien mengalami defisit perawatan diri.
Klien terlihat kotor, rambut kotor dan kusam, gigi kotor, bau, kuku
panjang dan kotor.
b. Diagnosa keperawatan
Defisit Perawatan Diri, ketidakmampuan dalam kebersihan diri
c. Tujuan khusus
● Membina hubungan saling percaya
● Menjelaskan pentingnya kebersihan diri
● Menjelaskan cara menjaga kebersihan diri
12
● Membantu pasien mempraktekkan cara menjaga kebersihan
diri
● Menganjurkan pasien Memasukkan kedalam jadwal harian
d. Tindakan keperawatan
● Bina hubungan saling percaya
● Jelaskan pentingnya kebersihan diri
● Jelaskan cara menjaga kebersihan diri
● Bantu pasien mempraktekkan cara mejaga kebersihan diri
● Anjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian

2. Strategi Komunikasi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan


a. Orientasi
1) Salam Terapeutik
Selamat pagi ibu, perkenalkan nama saya naina fitri. saya
biasanya dipanggil fitri. Nama ibu siapa? Biasanya dipanggil
siapa? Saya mahasiswa Muhammadiyah yang akan merawat
bapak hari ini dari jam 7 sampai jam 2 siang. Dari tadi saya lihat
Ibu menggaruk-garuk badannya, apakah gatal ?
2) Evaluasi / Validasi
Bagaimana kondisi ibu hari ini? ibu apakah sudah mandi? Sudah
berganti baju? Dari tadi saya lihat Ibu menggaruk-garuk
badannya, apakah gatal?
3) Kontrak Topik : Ibu saya ingin berbincang-bincang tentang
Pentingnya Kebersihan
Waktu : Ibu kita akan berbincang-bincang jam berapa? berapa
lama? bagaimana jika jam 09.30- 09.45?
Tempat : Ibu dimana kita akan berbincang-bincang?
Bagaimana kalau ditaman ?
Tujuan : tujuan agar ibu mengetahui pentingnya kebersihan
diri

b. Kerja

13
Ibu mengapa anda garuk-garuk badan? Apakah Ibu sudah mandi? Apa
alasan Ibu tidak merawat diri? Kalau kita tidak teratur menaga
kebersihan diri masalah apa menurut Ibu yang bisa muncul? Ya betul,
selain Bau badan, masalah yang dapat timbul yaitu panu, kutu, gatal-
gatal, dan lain-lain. Menurut Ibu kita mandi harus bagaimana? sebelum
mandi apa yang perlu kita siapkan? benar sekali, Ibu perlu menyiapkan
handuk, sikat gigi dan pasta gigi, sabun, shampoo, dan sisir.
Bagaimana kalau sekarang kita kekamar mandi, saya akan
membimbing Ibu melakukannya. Sekarang, buka pakaian dan siram
seluruh tubuh Ibu termasuk rambut lalu ambil shampoo gosokan pada
kepala Ibu sampai berbusa, lalu bilas sampai bersih. Bagus sekali!
Selanjutnya ambil sabun, gosokan diseluruh tubuh secara merata, lalu
disiram dengan air sampai bersih, jangan lupa sikat gigi pakai pasta
gigi, giginya disikat mulai dari atas sampai bawah. Gosok seluruh gigi
ibu mulai dari depan sampai belakang. Bagus, lalu kumur-kumur
sampai bersih. Terakhir, siram lagi seluruh badan Ibu sampai bersih
lalu keringkan dengan handuk. Ibu bagus sekali melakukannya.

c. Terminasi
1) Evaluasi Subyektif
Bagaimana perasaan Ibu setelah belajar cara menjaga kebersihan
diri (mandi) yang benar.
2) Evaluasi Obyektif Coba
Ibu sebutkan lagi apa saja cara-cara mandi yang baik yang sudah
Ibu lakukan.
3) Rencana tindak lanjut
Saya harap Ibu melakukan cara menjaga kebersihan diri dan
jangan lupa memasukkan dalam jadwal kegiatan harian
4) Kontra
Topik : Bagaimana kalau besok kite bertemu lagi dan berbincang-
bincang lagi tentang cara makan yang baik.
Tempat : Ibu mau berbincang-bincang dimana? Bagaimana kalau
diruang makan?

14
Waktu : Bagaimana kalau kita berbincang-bincang kembali besok
jam 08.00-08.15? apakah ibu setuju?

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Defisit perawatan diri bukanlah gangguan jiwa akan tetapi seseorang yang
mengalami gangguan jiwa sudah pasti mengalami penurunan defisit
perawatan diri. Defisit perawatan diri adalah suatu ganguan didalam
melakukan aktifitas perawatan diri (kebersihan
diri,berhias,makan,toileting) sedangkan perawatan diri merupakan salah
satu kemampuan dasar manusia untuk memenuhi kebutuhannya guna
mempertahankan kehidupan,kesehatan dan kesejahtraan sesuai dengan
kondisi kesehatannya. Factor penyebab defisit perawatan diri yaitu
biologis, social, dan perkembangan.

15
DAFTAR PUSTAKA

Damaiyanti. (2012). Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung: PT Refika Aditama.


Depkes, R. 2000. Keperawatan Jiwa : Teori dan Tindakan Keperawatan Jiwa.
Jakarta: Depkes RI.
Herman Ade. (2011). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha
Medika.
Mukhripah & Iskandar. (2012). Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung: PT Refika
Aditama
Keliat, B. A., dkk. (2011). Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas : CMHN
(Basic Course). Yogyakarta: EGC
Nurhalimah. (2016). Keperawatan Jiwa.

16

Anda mungkin juga menyukai