T DENGAN ISOLASI
SOSIAL : MENARIK DIRI DI RUANG GATOT KACA RS. DR.
MARZOEKI MAHDI BOGOR
DISUSUN OLEH:
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat-Nya sehingga kelomok dapat menyelesaikan Makalah Keperawatan Jiwa
yang berjudul “ Keperawatan Jiwa pada Tn.T dengan Isolasi Sosial Menarik Diri”
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata ajar praktik
klinik keperawatan Jiwa. dalam penulisan ini kelompok banyak mengalami kesulitan
dan hambatan, namum berkat bimbingan, dan bantuan dari berbagai pihak akhirnya
makalah ini dapat diselesaikan dengan sebaik-baiknya. Maka dalam kesempatan ini
penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Rita Wismajuwani, SKM., S.Kep., M.AP selaku Direktur Akper Hang Tuah
Jakarta.
2. Elvi Oberty, S.Kp., M.Kep selaku Pudir I Akper Hang Tuah Jakarta.
3. Soeroso, AMKG selaku Pudir II Akper Hang Tuah Jakarta.
4. Ns. Sugeng Haryono, S.Kep., M.Kep selaku Pudir III Akper Hang Tuah Jakarta.
5. Ns. Eny Susyanti, S.Kep., M.Kep selaku Kaprodi Akper Hang Tuah Jakarta dan
Keperawatan Jiwa
8. Anty Mutranty, Amd.Kep selaku pembimbing di ruang Gatot Kaca
9. Ilham Mulyantara, Amd.Kep selaku pembimbing di ruang Gatot Kaca
10. Kedua orang tua yang selalu memberi dukungan dan bimbingan kepada kami
11. Teman – teman Angkatan XIX Akper Hang Tuah Jakarta
Dalam penulisan makalah ini, kelompok masih merasa banyak kekurangan baik
pada penulisan maupun materi. Oleh karena itu, kelompok menerima berbagai kritik
dan saran dari pembaca demi tercapai hasil yang lebih baik. Semoga maklah ini
dapat bermanfaat bagi pembaca dan dapat digunakan sebagai acuan dalam penulisan
makalah selanjutnya serta dalam praktik keperawatan jiwa. kelompok mengucapkan
terima kasih pada semua pihak yang telah membantu dalam karya tulis ilmiah ini.
i
Bogor, Mei 2017
Kelompok
ii
LEMBAR PENGESAHAN
Makalah Keperawatan Jiwa yang berjudul “ Asuhan Keperawatan Jiwa pada Tn.T
dengan Isolasi Sosial : Menarik Diri diruang Gatot Kaca RS. DR. H. Marzoeki
Mahdi Bogor” ini diajukan untuk melaksanakan case confrence pada tanggal 04
April 2017
Pembimbing I Pembimbing II
Mengetahui,
iii
DAFTAR ISI
iv
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sehat adalah keadaan yang sempurna baik fisik, mental maupun sosial, bukan
semata-mata keadaan tanpa penyakit atau kelemahan, tidak hanya terbebas dari
penyakit serta kelemahan. Gambaran menurut penelitian WHO (2009),
prevalensi masalah kesehatan jiwa saat ini cukup tinggi, sekitar 10% orang
dewasa mengalami gangguan jiwa saat ini dan 25% penduduk dunia
diperkirakan akan mengalami gangguan jiwa pada usia tertentu dihidupnya. Usia
ini biasanya terjadi pada dewasa muda antara umur 18-20 tahun.
pada 2006-2007, RSJ hanya menerima 25-30 penderita per hari (Depkes RI,
2008).
Salah satu gangguan jiwa yang ditemukan di masyarakat adalah isolasi sosial.
Isolasi sosial adalah keadaan dimana seorang individu mengalami penurunan
atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain
disekitarnya. Pasien mungkin merasa ditolak, tidak diterima, kesepian dan tidak
mampu membina hubungan yang berarti dengan orang lain. Oleh sebab itu
untuk mengurangi penurunan dan ketidakmampuan pasien isolasi sosial dalam
berinteraksi dengan lingkungan sekitar dibutuhkan kerjasama.( Riyadi dan
Purwanto, 2009).
Isolasi sosial adalah rasa kesepian yang dialami oleh individu didalam
lingkungan sosial dan sebagai kondisi yang negatif atau mengancam. Pada klien
isolasi sosial akan ditemukan data objektif meliputi perilaku yang tidak sesuai
dengan tahap perkembangan, afek tumpul, mengalami kecacatan (misal fisik dan
mental), sakit, tidak ada kontak mata, dipenuhi dengan pikiran sendiri,
menunjukan permusuhan, tindakan yang dilakukan terjadi secara berulang,
selalu ingin sendiri, menunjukan perilaku yang tidak dapat diterima oleh
kelompok kultural yang dominan, tidak komunikatif, dan adanya perilaku
menarik diri (NANDA, 2012).
Dari pengertian diatas dapat dikatakan isolasi sosial adalah kerusakan seseorang
dalam berhubungan dengan orang lain, pasien mungkin merasa tidak berharga
dalam lingkungannya. Dalam membina hubungan sosial, individu berada dalam
rentang respon yang adaptif sampai dengan maladaptif. Respon adaptif
merupakan respon yang dapat diterima oleh norma-norma sosial dan
kebudayaan yang berlaku, sedangkan respon maladaptif merupakan respon yang
3
Isolasi sosial merupakan suatu keadaan dimana individu atau kelompok yang
mengalami kesulitan berinteraksi atau berhubungan dengan orang lain,
lingkungan atau masyarakat yang ditandai dengan sikap sedih, afek tumpul,
tidak komunikatif, menarik diri , kurang kontak mata, posisi janin pada saat
tidur, mengekspresikan perasaan kesendirian atau penolakan.Pada klien dengan
menarik diri diperlukan rangsangan/stimulus yang adekuat untuk memulihkan
keadaan yang stabil. Stimulus yang positif dan terus menerus dapat dilakukan
oleh perawat. Apabila stimulus tidak dilakukan atau diberikan kepada klien
isolasi sosial, maka klien akan mengalami halusinasi.
Selain itu peran keluarga sangat penting dalam perawatan klien gangguan jiwa
karena keluarga merupakan tempat dimana individu memulai hubungan
interpersonal dengan lingkungannya.Peran perawat dalam penanggulangan klien
dengan gangguan konsep diri : Isolasi Sosial meliputi peran promotif, preventif,
kuratif dan rehabilitative. Pada peran promotif, perawat meningkatkan dan
memelihara kesehatan mental melalui penyuluhan dan pendidikan untuk klien
dan keluarga. Dari aspek preventif yaitu untuk meningkatkan kesehatan mental
dan pencegahan gangguan konsep diri : Isolasi Sosial. Sedangkan pada peran
kuratif perawat merencanakan dan melaksanakan rencana tindakan keperawatan
untuk klien dan keluarga. Kemudian peran rehabilitatif berperan pada follow up
perawat klien dengan gangguan konsep diri : Isolasi Sosial melalui pelayanan di
rumah atau home visite.
B. Ruang Lingkup
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pengkajian pada Tn. T dengan gangguan Isolasi
Sosial.
b. Mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada Tn.A dengan gangguan
Isolasi Sosial.
c. Mampu menyususn keperawatan pada Tn. T dengan gangguan Isolasi
Sosial.
d. Mampu melaksanakan tindakan keperawatan pada Tn. T dengan ganggua
Isolasi Sosial sesuai dengan keperawatan yang telah disusun.
e. Mampu melakukan evaluasi sesuai implementasi yang dilakukan pada
Tn. T dengan gangguan Isolasi Sosial.
D. Metode Penulisan
E. Sistematika Penulisan
BAB 1 Pendahuluan, terdiri dari latar belakang, ruang lingkup, tujuan, metode
penulisan dan sistematika penulisan.
5
BAB 2 Tinjauan Teori terdiri dari tinjauan teori medis meliputi Defenisi,
Etiologi, Manifestasi Klinis, Komplikasi, Pemeriksaan Diagnostik, dan
Penatalaksanaan Medis. Dan Landasan Teoritis Keperawatan terdiri dari :
Pengkajian, Diagnosa Keperawatan, Perencanaan, Implementasi, dan Evaluasi
Keperawatan.
TINJAUAN TEORI
A. Konsep Dasar
1. Pengertian
Isolasi sosial adalah rasa kesepian yang dialami oleh individu didalam
lingkungan sosial dan sebagai kondisi yang negatif atau mengancam. Pada
klien isolasi sosial akan ditemukan data objektif meliputi perilaku yang tidak
sesuai dengan tahap perkembangan, afek tumpul, mengalami kecacatan
(misal fisik dan mental), sakit, tidak ada kontak mata, dipenuhi dengan
pikiran sendiri, menunjukan permusuhan, tindakan yang dilakukan terjadi
secara berulang, selalu ingin sendiri, menunjukan perilaku yang tidak dapat
diterima oleh kelompok kultural yang dominan, tidak komunikatif, dan
adanya perilaku menarik diri (NANDA, 2012).
Menurut Townsend M.C (1998) dalam Abdul Muhith (2015), isolasi sosial
merupakan percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang lain atau
menghindari hubungan dengan orang lain. Isolasi sosial merupakan suatu
keadaan dimana seseorang menemukan kesulitan dalam membina hubungan
secara terbuka dengan orang lain.
6
7
2. Etiologi
a. Proses Predisposisi
Beberapa faktor yang dapat menyebabkan isolasi sosial adalah:
1) Faktor perkembangan
4) Faktor Biologis
b. Faktor Presipitasi
1) Faktor Eksternal
Contohnya adalah stressor sosial budaya, yaitu stress yang
ditimbulkan oleh faktor sosial budaya seperti keluarga.
2) Faktor Internal
Merupakan respon yang dilakukan individu untuk apa yang telah terjadi
atau dilakukan dan suatu cara mengevaluasi diri dalam menentukan
rencana-rencana.
b. Otonomi
c. Kebersamaan
e. Kesepian
f. Menarik diri
g. Manipulasi
h. Impulsif
i. Narkisisme
4. Manifestasi Klinis
Menurut NANDA pada tahun 2012, tanda dan gejala isolasi sosial yang
dapat ditemukan yaitu :
a. Tidak ada dukungan orang yang dianggap penting
b. Perilaku tidak sesuai dengan perkembangan
c. Afek tumpul
d. Bukti kecacatan (fisik, mental)
e. Tindakan tidak berarti
f. Tidak ada kontak mata
g. Menunjukan permusuhan
h. Ingin sendiri
i. Menunjukan perilaku yang tidak dapat diterima oleh kelompok kultural
yang dominan.
j. Tidak komunikatif
13
k. Menarik diri
5. Penatalaksanaan Medis
a. Terapi Psikofarmaka
1) Clorpromazine
2) Haloperidol (HLP)
3) Trihexyphenidil ( THP )
Segala jenis penyakit Parkinson, termasuk pasca ensepalitis dan
idiopatik, sindrom Parkinson akibat obat misalnya reserpina dan
fenotiazine. Memiliki efek samping diantaranya mulut kering,
penglihatan kabur, pusing, mual, muntah, bingung, agitasi,
konstipasi, takikardia, dilatasi, ginjal, retensi urine. Kontraindikasi
14
2) Faktor Biologis
b. Stressor Presipitasi
Stressor presipitasi umumnya mencakup kejadian kehidupan yang penuh
stress sperti kehilangan, yang mempengaruhi kemampuan individu untuk
berhubungan dengan orang lain dan menyebabkan ansietas. Stressor
presipitasi dapat dikelompokkan dalam kategori :
1) Stressor Sosial Budaya
Stress dapat ditimbulkan oleh beberapa factor antara factor lain dan
factor keluarga seperti menurunnya stabilitas unit keluarga dan
berpisah dari orang yang berarti dalam kehidupannya, misalnya
dirawat di rumah sakit.
2) Stressor Psikologis
c. Perilaku
Adapun perilaku yang bisa mucul pada isolasi sosial berupa : kurang
spontan, apatis (kurang acuh terhadap lingkungan), ekspresi wajah
16
d. Sumber Koping
e. Mekanisme Defensif
Mekanisme yang digunakan klien sebagai usaha mengatasi kecemasan
yang merupakan suatu kesepian nyata yang mengancam dirinya.
Mekanisme yang sering digunakan pada isolasi sosial adalah regresi,
represi, dan isolasi.
1) Regresi adalah mundur kemasa perkembangan yang telah lain
2) Represi adalah perasaan-perasaan dan pikiran-pikiran yang tidak
dapat diterima, secara sadar dibendung supaya jangan tiba di
kesadaran.
3) Isolasi adalah mekanisme mental tidak sadar yang mengakibatkan
timbulnya kegagalan defensif dalam menghubungkan perilaku
dengan motivasi atau pertentangan antara sikap dan perilaku.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada pasien dengan isolasi
sosial adalah:
a. Isolasi Sosial
b. Harga Diri Rendah
c. Resiko gangguan persepi sensori : Halusinasi
3. Pohon Masalah
Defisit
Isolasi Sosial
Perawatan Diri
4. Intervensi Keperawatan
Menurut Riyadi. S & Purwanto. T (2009), tujuan dari intervensi keperawatan
pada klien dengan isolasi sosial adalah :
a. Tujuan Umum
Tujuan umum dari intervensi pada pasien dengan isolasi sosial adalah
klien mampu mencapai kepuasan interpersonal yang maksimal dengan
membina dan mempertahankan hubungan peningkatan diri dengan orang
lain.
b. Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari intervensi keperawatan pada pasien dengan isolasi
sosial adalah :
1) Klien mampu :
a) Membina hubungan saling percaya
b) Menyadari penyebab isolasi sosial
c) Berinteraksi dengan orang lain.
2) Keluarga mampu merawat klien dirumah saat klien sudah pulang.
Intervensi :
a. Klien dapat membina hubungan saling percaya
1) Tujuan:
Setelah dilakukan interaksi dengan klien dapat menunjukan tanda
percaya kepada perawat dengan ekspresi wajah bersahabat,
menunjukan rasa senang, ada kontak mata.
2) Intervensi:
a) Sapa klien dengan ramah naik verbal mauapun nonverbal
b) Perkenalkan nama, nama panggilan dan tujuan berkenalan.
c) Buat kontrak yang jelas.
d) Dengarkan dengan penuh perhatian ekspresi perasaan klien.
3) Rasional :
1) Tujuan :
Setelah dilakuakan interaksi dengan klien, klien dapat menyebutkan
penyebab menarik diri dari orang lain, diri sendiri ataupun
lingkungan.
2) Intervensi :
a) Diskusikan dengan klien penyebab dan akibat dari menarik diri
b) Beri pujian terhadap kemampuan klien mengungkapkan
perasaannya.
3) Rasional :
5. Implementasi Keperawatan
a. Klien dapat membina hubungan saling percaya
Implementasi :
1) Menyapa klien dengan ramah naik verbal mauapun nonverbal
2) Memperkenalkan nama, nama panggilan dan tujuan berkenalan.
3) Membuat kontrak yang jelas.
4) Mendengarkan dengan penuh perhatian ekspresi perasaan klien.
b. Klien mampu menyebutkan penyebab menarik diri.
Implementasi :
1) Mendiskusikan dengan klien penyebab dan akibat dari menarik diri
2) Memberi pujian terhadap kemampuan klien mengungkapkan
perasaannya.
c. Klien mampu menyebutkan keuntungan berhubungan sosial dan kerugian
menarik diri.
Implementasi :
1) Menanyakan pada klien tentang manfaat hubungan sosial dan
kerugian menarik diri
2) Mendiskusikan bersama klien tentang manfaat berhubungan sosial
dan kerugian menarik diri
3) Memberi pujian terhadap kemampuan klien mengungkapkan
perasaannya
d. Klien dapat melaksanakan hubungan sosial secara bertahap
Implementasi :
1) Memberi motivasi dan bantu klien untuk berkenalan dengan:
perawat, perawat lain dan klien lain
2) Mendiskusikan bersama klien tentang manfaat berhubungan sosial
dan kerugian menarik diri.
3) Memberi pujian terhadap kemampuan klien mengungkapkan
perasaannya.
6. Evaluasi Keperawatan
20
TINJAUAN KASUS
A. PENGKAJIAN
Ruang Rawat : Ruang Gatot Kaca
Tanggal Dirawat : 22 April 2017
Tanggal pengkajian : 26 April 2017
B. IDENTITAS KLIEN
Nama : Tn. T.S
Jenis kelamin : Laki-laki
Tempat Tanggal Lahir : Karawang, 5 Mei 1975
Umur : 41Tahun
Alamat : Perum PDP Block C RT. 009 RW. 009
Agama : Kristen
NO .REG : 0339572
C. ALASAN MASUK
Klien dibawa ke rumah sakit jiwa oleh keluarganya, karena klien marah-marah
tanpa sebab yang jelas. Keluarga mengatakan Klien sering marah-marah sejak 1
tahun yang lalu, gaduh, gelisah dan memukul-mukul tembok, sering berbicara
sendiri, dan jalan-jalan tidak tau arah dan klien mengeluarkan alat kelaminnya
diluar rumah.
D. FAKTOR
1. Faktor Predisposisi
a. Klien pernah mengalami gangguan jiwa dimasa lalu : Gangguan jiwa ini
sudah di alami klien ± 1 tahun yang lalu dan sudah pernah di rawat di rsud
karawang.
21
22
F. PSIKOSOSIAL
1. Genogram
42
Keterangan
= Perempuan
= Laki-laki
= Cerai/ Putus Hubungan
= Meninggal
= orang yang tidak serumah
23
2. Konsep Diri
a. Gambaran diri : klien mengatakan menyukai seluruh anggota tubuhnya
b. Identitas diri : klien mengatakan bahwa ia laki-laki klien dapat
menyebutkan nama klien dengan lengkap, klien mengatakan belum
menikah dan masih tinggal bersama kedua orang tuanya.
c. Peran diri : peran klien dikeluarga sebagai anak dengan usia 41 tahun
klien belum belum bekerja dan belum menikah. Klien hanya membantu
ibu dirumah.
d. Ideal diri : Klien mengatakan ingin bekerja dan menikah, klien merasa
malu belum bekerja.
e. Harga diri : Klien mengataan malu dengan penyakitnya karna terus di
ejek dengan saudara-saudaranya.
Masalah keperawatan : Harga Diri Rendah
3. Hubungan sosial
a. Orang yang berarti : Klien mengatakan orang yang berarti dalam hidupnya
adalah orangtua dan keluarganya
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat : klien sebelum dirawat
di RSJ tidak mengikuti kegiatan di kelompok ataupun di masyarakat
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain: klien mengatakan
karena keadaan kejiwaannya yang tidak stabil orang lain selalu
mengucilkannya sehingga klien tidak bisa berhubungan dengan orang lain,
klien sering melamun dan menyendiri.
Masalah Keperawatan : Isolasi Sosial : Menarik Diri
4. Spritual
a. Nilai dan keyakinan : Klien mengatakan seelum sakit klien sering
beribadah. Ketika sakit klien tidak pernah beribadah.
b. Kegiatan beribadah : Sebelum sakit klien beribadah ke gereja setiap
minggu. Ketika sakit klien tidak pernah beribadah ke gereja
Masalah Keperwatan : Tidak Ada Masalah
5. Status Mental
24
a. Penampilan : Penampilan klien kurang rapi dan bersih, jika mau mandi
klien harus disuruh oleh keluarga/ perawat jika diruangan.
Masalah Keperawatan: Defisit Perawatan Diri
b. Pembicaraan
Klien berbicara lambat dan sedikit berfikir jika menjawab pertanyaan dari
perawat. Klien jarang berbicara dengan teman-temanya. Klien senang
menyendiri.
Masalah keperawatan : kerusakan komunikasi verbal
c. Aktivitas motorik
Klien terlihat lesu, tegang dan gelisah
Masalah keperawatan : Harga diri rendah, Resiko Perilaku Kekerasan
d. Suasana Alam perasaan
Klien merasa sedih atas penyakitnya yang tidak sembuh dan merasa sedih
akibat selalu di kucilkan dan di asingkan oleh keluarga semenjak dia
masuk ke rumah sakit jiwa .
Masalah keperawatan : isolasi sosial : harga diri rendah, Koping
keluarga in efektif
e. Afek
Sifat klien Datar dan sedih ketika klien meceritakaan tentang keluarganya,
Klien jarang sekali tersenyum dan tertawa meski perawat sedang bercada
Masalah keperawatan :
f. Interaksi selama wawancara
Kontak mata kurang dan klien tampak tidak acuh selama diwawancara dan
sering kabur ketika perawat ingin berbincang-bincang
Masalah keperawatan : Isolasi Sosial
g. Presepsi
Klien sering mengikuti halusinasinya saat sedang mengobrol sambil
berkomat-kamit akan tetapi klien menyangkal adanya halusinasinya pada
dirinya, halusinasi datang kurang lebih 5-10 menit, tetapi klien jarang
terlihat mengobrol dengan halusinasinya.
Masalah keperawatan : Halusinasi Penglihatan
h. Isi Pikir
Isi pikir klien tidak ada masalah, tidak ada waham yang terjadi pada diri
klien.
Masalah keperawatan :
i. Proses Pikir
Klien sering lupa apa yang diomongi (Bloking)
Masalah keperawatan :
j. Tingkat Kesadaran
Klien sering terlihat bingung, dan klien mempunyai masalah dalam
orientasi orang. Tetapi tidak orientasi tempat dan waktu.
Masalah keperawatan :
k. Memori
25
Klien dapat mengingat dengan baik siapa nama ibu kandungnya. Daya
ingat klien masih bagus, jangka pendek dan jangka panjang.
Masalah keperawatan : tidak ada masalah
l. Tingkat Konsentrasi dan berhitung
Klien dapat berhitung dengan baik, klien dapat berhitung sederhana
misalnya 1+3 = 4 dan 3x2 = 6 akan tetapi proses berfikirnya lumayan
lama.
Masalah keperawatan :
m. Kemampuan Penilaian
Klien mampu mengambil keputusan bila diberi dua pilihan baik dan buruk
Masalah keperawatan : tidak ada masalah
n. Daya Tilik Diri
Klien tidak menunjukkan adanya gangguan daya tilik diri. Klien tidak
mengingkari penyakitnya , klien tahu bahwa diri nya sekarang dalam
proses pengobatan kejiwaan nya .
Masalah keperawatan : tidak ada masalah
6. Kebutuhan Persiapan Pulang
a. Kemampuan klien memenuhi/menyediakan kebutuhan :
1) makan dan minum : klien mampu makan sendiri
2) BAB dan BAK : klien mampu BAB dan BAK secara mandiri
Masalah keperawatan : tidak ada masalah
3) Mandi : Klien mampu mandi secara mandiri akan tetapi perlu
dorongan/ suruhan.
4) Berpakaian / Berhias : Klien mampu memakai pakaian secara
mandiri
5) Istirahat dan tidur : Klien biasa tidur siang pukul 13.00 – 16.00 WIB,
dan tidur malam pukul 20.00 – 04.00 WIB.
6) Penggunaan Obat : Klien biasa mengunakan obat dengan bantuan
ibunya jika dirumah dan bantuan perawat saat di rumah sakit
7) Pemeliharaan Kesehatan : Klien memerlukan perawatan lanjutan,
dan pendukung untuk memenuhi kebutuhan klien.
8) Kegiatan di dalam rumah : saat dirumah klien tidak memepersiapkan
makanan, menjaga kerapihan, mencuci pakaian pengatuan keuangan
9) Kegiatan di luar rumah : Tidak ada kegiatan diluar rumah yang klien
ikuti.
7. Aspek Medik
1. Diagnosa medik : Skizofrenia Paranoid
2. Terapi Medik :
a. Risperidone 2 mg/12 jam/ peroral
b. Trihexphenidyl 2 mg/12 jam/ peroral
c. Ativan 2 mg/12 jam/ peroral
d. Injeksi Valdimex 10 mg/24 jam/ Intramuskuler
e. Injeksi Lodomer 5 mg/24 jam/ Intramuskuler
8. Daftar Masalah keperawataan
26
A. Pohon Masalah
Halusinasi
ANALISA DATA
Tanggal
1. DS : Isolasi Sosial
DO:
DO:
3. DS : Halusinasi : Penglihatan
DO:
DO:
DO:
CATATAN PERKEMBANGAN
Implementasi :
SP 1
a. Mengidentifikasi
kemampuan dan aspek
positif yang dimiliki oleh
klien
dipilih
a. Mengevaluasi kembali
bersama klien tindakan
yang sudah klien lakukan
selama 1 hari
b. Melatih kemampuan ke 2
c. Mengajurkan pasien
memasukan dalam jadwal
harian
Implementasi : P:
a. Memberikan kesempatan
pada pasien untuk
mempraktikan cara
berkenalan dengan 1 orang
b. Mengajurkan pasien
memasukan dalam jadwal
harian
kamit
O:
b. Mengajarkan cara
mengontrol halusinasinya
c. Mengajurkan pasien
memasukan dalam jadwal
harian
a. Mengevaluasi jadwal
40
harian
DO : b. Klien mengatakan
senang telah
a. Klien tampak senang telah
berkenalan
berkenalan dengan 1 orang
c. Klein menyebutkan
b. Klien lupa nama orang
nama dan hobi klien
yang di ajaknya bekenalan
yang diajaknya
pada pagi hari
berkenalan
Sosial O:
b. Memberikan kesempatan
b. Klien ingat nama dan
pada pasien untuk
hobi klien
mempraktikan cara
berkenalan dengan 2 orang A:
a. Megevaluasi jadwal P:
kegiatan harian
a. Memasukan dalam
b. Memberikan kesempatan jadwal kegiatan klien
pada klien untuk
b. Latih berkenalan
berkenalan dengan 2 orang
dengan 2 orang atau
atau lebih klien lain yang
lebih
ada di dekatnya.
42
c. Mengajurkan pasien
memasukan jadwal dalam
jadwal kegiatan
b. Klien melakukannya
dengan bantuan
Diagnosa Keperawatan :
perawat
43
c. Mengevaluasi jadwal
kegiatan harian klien
b. Melatih kemampuan ke 2
b. Memberikan kesempatan
untuk klien berkenalan
dengan 2 orang atau lebih
47
a. Mengevaluasi jadwal
kegiatan harian mandi
Implementasi :
a. Mengidentifikasi
penyebab, tanda gejala,
jenis, akibat, cara dan
jmengontrol perilaku
kekerasan
b. Melatih dan
50
mempraktikasn cara
mengontrol PK dengan
cara menarik nafas dalam
c. Mengajurkan pasien
memasukan dalam jadwal
harian
a. mengevaluasi jadwal
kegiatan harian klien
a. Memasukan jadwal
kegiatan pasien ke dalam
jadwal harian
a. Mengevaluasi jadwal
kegiatan harian klien
mengobrol
DO : O:
a. Mengevaluasi jadwal
kegiatan harian
b. Memberikan kesempatan
untuk klien mengobrol
dengan 2 orang atau lebih
BAB IV
PEMBAHASAN
57
58
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang ada pada teori yaitu Isolasi Sosial yakni
a. Isolasi Sosial
b. Harga Diri Rendah
c. Resiko gangguan presepsi sensori : Halusinasi
Sedangkan dalam kasus yang kami temukan pada Tn. T kelompok menemukan
ada 8 diagnosa keperawatan yaitu :
1. Isolasi sosial menarik diri
2. Harga diri rendah
3. Regimen terapeutik inefektif
4. Resiko perilaku kekerasan
5. Berduka disfungsional
6. Defisit perawatan diri
7. Koping keluarga in efektif
8. Halusinasi pendengaran
C. Intervensi
Intervensi adalah sesuatu rencana tindakan yang disusun untuk mengatasi
permasalahan yang dialami klien . Berikut adalah intervensi yang dibuat :
1. Bina hubungan saling percaya dengan klien.
2. Kaji pengetahuan klien tentang prilaku menarik diri dan tanda tandanya.
3. Berikan kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaan nya.
4. Diskusikan dengan klien tentang prilaku menarik diri , tanda tanda dan
gejalanya.
5. Berikan pujian terhadap kemampuan klien mengungkapkan perasaannya.
6. Kaji tentang pengetahuan klien tentang keuntungan dan manfaat bergaul
dengan orang lain.
7. Diskusiksn bersama klien tentang manfaat berhubungan dengan orang lain.
8. Kaji pengetahuan klien tentang kerugian bila tidak berhubungan dengan
orang lain
9. Beri dorongan dan bantu klien untuk berhubungan dengan orang lain.
Dalam proses pelaksanaan kasus ini kelompok tidak melibatkan keluarga karena
selama klien dirawat keluarga jarang berkunjung ke Rumah Sakit.
D. Implementasi
Implementasi merupakan tahap dimana segala intervensi keperawatan
dilaksanakan untuk memenuhi semua kebutuhan klien secara optimal.
Kelompok telah melakukan asuhan keperawatan sesuai intervensi keperawatan
yang telah dibuat sebelumnya yaitu membina hubungan saling percaya dengan
klien, mengkaji pengetahuan klien tentang prilaku menarik diri dan tanda tanda
nya, memberi kesermpatan kepada klien untuk mengungkapkan
perasaan penyebab menarik diri atau tidak mau bergaul, mendiskusikan
59
bersama klien tentang prilaku menarik diri dan tanda serta gejalanya,
memberikan pujian terhadap kemampuan klienmengungkapkan perasaannya,
mengkaji pengetahuan klien tentang kerugian bila tidak berhubungan dengan
orang lain, serta mendorong dan membantu klien untuk berhubungan dengan
orang lain.
Implementasi keperawatan yang ada pada teori adalah klien dapat membina
hubungan saling percaya, klien mampu menyebutkan penyebab menarik diri,
klien mampu menyebutkan keuntungan berhubungan sosial dan kerugian
menarik diri, klien dapat melaksanakan hubungan sosial secara bertahap.
Sedangkan pada kasus implementasi yang dilakukan pada Tn. S adalah SP 1:
mengidentifikasi penyebab isolasi sosialo, mendiskusikan dengan pasien
keuntungan berinteraksi, mengajarkan pasien cara berkenalan. SP 2:
mengevaluasi kembali bersama klien penyebab isolasi sosial, keuntungan dan
kerugigan berkenalan, mengajarkan pasien cara berkenalan dengan 1 orang. SP
3: mengevaluasi jadwal kegiatan harian, memberikan kesempatan pada pasien
untuk mempraktikan cara berkenalan dengan 2 orang. SP 3 mengevaluasi
jadwal kegiatan harian, memberikan kesempatan pada pasien untuk
mempraktikan cara berkenalan dengan 2 orang. SP 3: mengevaluasi jadwal
kegiatan harian, memberikan kesempatan untuk klien berkenalan dengan 2
orang atau lebih. SP 3: mengevaluasi jadwal kegiatan harian, memberikan
kesempatan untuk klien berkenalan dengan 2 orang atau lebih. SP 3:
mengevaluasi jadwal kegiatan harian, memberikan kesempatan pada pasien
untuk mempraktikan cara mengobrol dengan 1 orang.
E. Evaluasi
Evaluasi dilakukan dari awal hingga akhir kegiatan yaang setiap kali
berinteraksi menggunakan analisis SOAP ( Subjektif, Objektif, Analisis,
Problem ). Semua tindakan keperawatan dengan isolasi sosial menarik diri yang
dibahas kelompok melalui srategi pelaksanaan dapat dilaksanakan. Evaluasi
keperawatan yang ada pada teori adalah evaluasi subjektif: klien menjelaskan
kebiasaan interaksi, klien menjelaskan penyebab tidak bergaul dengan orang
lain, klien menyebutkan keuntungan bergaul dengan orang lain, klien
menyebutkan kerugian tidak bergaul dengan orang lain. Evaluasi objektif: klien
60
memperagakan ara berkenalan dengan orang lain, klien bergaul dan berinteraksi
dengan perawat, keluarga dan tetangga, klien menyampaikan perasaanya setelah
berinteraksi dengan orang lain, klien mempunyai jadwal bercakap-cakap dengan
orang lain, klien menggunakan obat dengan patuh. Evaluasi kemampuan
keluarga: keluarga menyebutkan masalah isolasi sosial dan akibatnya, keluarga
menyebutkan penyebab dan proses terjadinya isolasi sosial, keluarga membantu
klien berinteraksi dengan orang lain, keluarga melibatkan klien melakukan
kegiatan di rumah tangga.
Sedangkan evaluasi pada kasus yang ditemukan pada Tn. S dilakukan per-SP
yaitu SP 1: S: klien mengatakan malu saat didekati, klien mengatakan takut
diejek oleh keluarganya, klien mengatakan keuntungan dari berkenalan punya
banyak teman, klien mengatakan kerugian dari berkenalan tidak mempunyai
teman. O: klien mau di ajak berkenalan dan menjabat tangan serta menyebutkan
namanya, klien tampak menunduk saat diajak berkenalan, A: isolasi sosial, P:
mengingatkan kembali keuntungan dan kerugian dari berinteraksi. SP 2: S:
klien mengatakan senang diajarkan berkenalan, O: klien tampak senang di
ajarkan berkenalan dengan teman disebelahnya, A: isolasi sosial, P:
menganjurkan pasien memasukan jadwal harian yakni berkenalan dengan teman
sekamar. SP 3: S: klien mengatakan pagi tadi berkenalan dengan 2 orang, klien
mengatakan senang telah berkenalan, klien menyebutkan nama dan hobi klien
yang diajaknya berkenalan. O: klien dapat melakukan berkenalan dengan 1
orang secara mandiri, klien ingat nama dan hobi klien. A: isolasi sosial. P:
memasukan dalam jadwal kegiatan klien, latih berkenalan dengan 2 orang atau
lebih. SP 3 pertemuan ke 2: S: klien mengatakan tidak tau cara berkenalan, klien
mengatakan lupa, O: klien tampak kesal, saat di fase kerja klien tampak
mengikuti halusinasinya, klien tampak kurang bersemangat saat di ajarkan cara
berkenalan kembali, klien tampak menunduk saat berkenalan dengan temannya,
A: isolasi sosial, P: latih klien cara berkenalan. SP 3 pertemuan ke 3: S: klien
tampak senang berkenalan dengan 2 orang temannya di ruangan baru, klien
tidak mau mengobrol karena malu dengan temannya. O: klien tampak senang,
klien ada kontak mata dengan klien lain, klien tampak belum bisa mengobrol
banyak. A: isolasi sosial, P: latih klien cara mengobrol dengan 2 orang atau
lebih. SP 3 pertemuan ke 4: S: klien mengatakan masih malu untuk mengobrol,
61
klien mengatakan tidak mau berkenalan di hari ini, O: klien tampak kurang
bersemangat, P: latih kembali cara berkenalan dengan 2 orang. SP 3 pertemuan
ke 5: S: klien mengatakan senang mengobrol, klien mengatakan mkasih malu
untuk mengobrol, O: klien tampak bisa mengobnrol akan tetapi tidak banyak
yang di obrolkannya hanya hobi dan tempat tinggal, klien tampak adanya kontak
mata dengan klien lain, A: isolasi sosial, P: latih klien cara mengobrol dengan 2
orang atau lebih.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Isolasi sosial adalah keadaan dimana seorang individu mengalami penurunan atau
bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain disekitarnya. Pasien
mungkin merasa ditolak, tidak diterima, kesepian dan tidak mampu membina
hubungan yang berarti dengan orang lain. Oleh sebab itu untuk mengurangi
penurunan dan ketidakmampuan pasien isolasi sosial dalam berinteraksi dengan
lingkungan sekitar dibutuhkan kerjasama.( Riyadi dan Purwanto, 2009).
Menurut NANDA pada tahun 2012, tanda dan gejala isolasi sosial yang dapat
ditemukan yaitu Tidak ada dukungan orang yang dianggap penting, Perilaku tidak
sesuai dengan perkembangan, Afek tumpul, Bukti kecacatan (fisik, mental),
Tindakan tidak berarti, Tidak ada kontak mata, Menunjukan permusuhan, Ingin
sendiri, Menunjukan perilaku yang tidak dapat diterima oleh kelompok kultural yang
dominan, Tidak komunikatif dan Menarik diri.
Setelah pemberian asuhan keperawatan jiwa pada Tn.T dengan gangguan Isolasi
Sosial Menarik Diri diruang Gatot Kaca Rumah Sakit DR. Marzoeki Mahdi Bogor,
dapat disimpulkan bahwa :
1. Untuk mencapai hasil yang maksimal dalam memberikan asuhan keperawatan
jiwa kelompok perlu membina hubungan saling percaya antara perawat dengan
klien dan merupakan kunci utama dalam menentukan intervensi kedepannya.
2. Dukungan dan kepedulian keluarga sangat diperlukan guna membantu proses
penyembuhan klien, karena klien selalu merasa bahwa dirinya tidak berarti lagi.
B. Saran
Berikut ini adalah saran yang dapat kelompok berikan untuk semua pihak agar bisa
menjadi lebih baik lagi dimasa yang akan datang :
1. Untuk perawat dan tenaga kesehatan lainnya, binalah hubungan saling percaya
dengan klien agar terjadi komunikasi terapeutik yang baik sehingga klien dapat
62
63
Depkes RI. (2007). Riset kesehatan dasar. Jakarta: Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan, Republik Indonesia.
Nanda. 2012. Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda Definisi dan Klasifikasi 2012
-2013. Editor : Budi Sentosa. Jakarta : Prima Medika