Anda di halaman 1dari 69

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA TN.

T DENGAN ISOLASI
SOSIAL : MENARIK DIRI DI RUANG GATOT KACA RS. DR.
MARZOEKI MAHDI BOGOR

DISUSUN OLEH:

1. ALBET PARLUHUTAN NAINGGOLAN


2. AMELIA SETIAWATI
3. BAGUS WIBISONO
4. BENNY ARBIYANTO
5. DIAN KOMALA SARI
6. FICKY KHOMALA
7. NOOR AFNI KARTIKA
8. MIA GADIS SYARASWATI
9. RIZKI FAJRI EXA WIDIANINGSIH
10.UMMY YUMNA NABILA

AKADEMI KEPERAWATAN HANG TUAH JAKARTA


JL. BENDUNGAN HILIR NO.17 JAKARTA PUSAT
TAHUN AJARAN 2016/2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat-Nya sehingga kelomok dapat menyelesaikan Makalah Keperawatan Jiwa
yang berjudul “ Keperawatan Jiwa pada Tn.T dengan Isolasi Sosial Menarik Diri”

Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata ajar praktik
klinik keperawatan Jiwa. dalam penulisan ini kelompok banyak mengalami kesulitan
dan hambatan, namum berkat bimbingan, dan bantuan dari berbagai pihak akhirnya
makalah ini dapat diselesaikan dengan sebaik-baiknya. Maka dalam kesempatan ini
penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Rita Wismajuwani, SKM., S.Kep., M.AP selaku Direktur Akper Hang Tuah

Jakarta.
2. Elvi Oberty, S.Kp., M.Kep selaku Pudir I Akper Hang Tuah Jakarta.
3. Soeroso, AMKG selaku Pudir II Akper Hang Tuah Jakarta.
4. Ns. Sugeng Haryono, S.Kep., M.Kep selaku Pudir III Akper Hang Tuah Jakarta.
5. Ns. Eny Susyanti, S.Kep., M.Kep selaku Kaprodi Akper Hang Tuah Jakarta dan

Wali Kelas Angkatan XIX


6. Saptiah Hasnawati, S.Kp selaku koordinator dalam Mata Ajar Keperawatan Jiwa
7. Tri Purnamawati, Ns., M.Kep.,Sp. Kep.An selaku pembimbing institusi

Keperawatan Jiwa
8. Anty Mutranty, Amd.Kep selaku pembimbing di ruang Gatot Kaca
9. Ilham Mulyantara, Amd.Kep selaku pembimbing di ruang Gatot Kaca
10. Kedua orang tua yang selalu memberi dukungan dan bimbingan kepada kami
11. Teman – teman Angkatan XIX Akper Hang Tuah Jakarta

Dalam penulisan makalah ini, kelompok masih merasa banyak kekurangan baik
pada penulisan maupun materi. Oleh karena itu, kelompok menerima berbagai kritik
dan saran dari pembaca demi tercapai hasil yang lebih baik. Semoga maklah ini
dapat bermanfaat bagi pembaca dan dapat digunakan sebagai acuan dalam penulisan
makalah selanjutnya serta dalam praktik keperawatan jiwa. kelompok mengucapkan
terima kasih pada semua pihak yang telah membantu dalam karya tulis ilmiah ini.

i
Bogor, Mei 2017

Kelompok

ii
LEMBAR PENGESAHAN

Makalah Keperawatan Jiwa yang berjudul “ Asuhan Keperawatan Jiwa pada Tn.T
dengan Isolasi Sosial : Menarik Diri diruang Gatot Kaca RS. DR. H. Marzoeki
Mahdi Bogor” ini diajukan untuk melaksanakan case confrence pada tanggal 04
April 2017

Laporan ini telah disahkan dan disetujui :


Pembimbing Ruangan Gatot Kaca di Rumah Sakit Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor

Pembimbing I Pembimbing II

Anty Murtanty, Amd.Kep Ilham Mulyantara, Amd.Kep


NIP. NIP. 198503032008011010

Mengetahui,

Koordinator Mata Ajar Pembimbing Institusi


Keperawatan Jiwa Keperawatan Jiwa

Saptiah Hasnawati, S.Kp Tri Purnamawati, Ns., M.Kep.,Sp. Kep.An


NIP.05032 NIP. 05026

iii
DAFTAR ISI

iv
1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sehat adalah keadaan yang sempurna baik fisik, mental maupun sosial, bukan
semata-mata keadaan tanpa penyakit atau kelemahan, tidak hanya terbebas dari
penyakit serta kelemahan. Gambaran menurut penelitian WHO (2009),
prevalensi masalah kesehatan jiwa saat ini cukup tinggi, sekitar 10% orang
dewasa mengalami gangguan jiwa saat ini dan 25% penduduk dunia
diperkirakan akan mengalami gangguan jiwa pada usia tertentu dihidupnya. Usia
ini biasanya terjadi pada dewasa muda antara umur 18-20 tahun.

Hasil Riset Dasar Kesehatan Nasional Tahun 2008, menyebutkan bahwa


sebanyak 0,46 per mil masyarakat Indonesia mengalami gangguan jiwa berat.
Mereka adalah yang diketahui mengidap skizofrenia dan mengalami gangguan
psikotik berat. Prevalensi gangguan jiwa tertinggi di Indonesia terdapat di
Provisi Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta (24,3%), di ikuti Nangroe Aceh
Darussalam (18,5%), Sumatra Barat (17,7%), NTB (10,9%), Sumatera Selatan
(9,2%), dan Jawa Tengah (6,8%) (Depkes RI, 2008).

Kebijakan Pemerintah dalam menangani pasien gangguan jiwa tercantum dalam


Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 tentang kesehatan jiwa, disebutkan dalam
pasal 149 ayat (2) mengatakan bahwa Pemerintah dan masyarakat wajib
melakukan pengobatan dan perawatan di fasilitas pelayanan kesehatan bagi
penderita gangguan jiwa yang terlantar, menggelandang, mengancam
keselamatan dirinya dan mengganggu ketertiban atau keamanan umum,
termasuk pembiayaan pengobatan dan perawatan penderita gangguan jiwa untuk
masyarakat miskin.

Peningkatan jumlah penderita gangguan jiwa juga terjadi di Sumatera Utara,


jumlah pasien meningkat 100 persen dibanding dengan tahun-tahun sebelumnya.
Pada awal 2008, RSJ Sumut menerima sekitar 50 penderita per hari untuk
menjalani rawat inap dan sekitar 70-80 penderita untuk rawat jalan. Sementara
2

pada 2006-2007, RSJ hanya menerima 25-30 penderita per hari (Depkes RI,
2008).

Sedangkan prevalensi penderita gangguan jiwa di ruang Gatot Kaca di RS H.


Marzuki Mahdi Bogor adalah halusinasi dengan 27,9%, isolasi sosial sebanyak
28,7%, resiko perilaku kekerasan sebanyak 7%, harga diri rendah sebanyak
6,6%, waham sebanyak 2,5% dan defisit perawatan diri sebanyak 27,5%,
pravelansi diambil mulai bulan Januari sampai dengan April 2017 di ruangan
Gatot Kaca di RS H. Marzuki Mahdi Bogor.

Salah satu gangguan jiwa yang ditemukan di masyarakat adalah isolasi sosial.
Isolasi sosial adalah keadaan dimana seorang individu mengalami penurunan
atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain
disekitarnya. Pasien mungkin merasa ditolak, tidak diterima, kesepian dan tidak
mampu membina hubungan yang berarti dengan orang lain. Oleh sebab itu
untuk mengurangi penurunan dan ketidakmampuan pasien isolasi sosial dalam
berinteraksi dengan lingkungan sekitar dibutuhkan kerjasama.( Riyadi dan
Purwanto, 2009).

Isolasi sosial adalah rasa kesepian yang dialami oleh individu didalam
lingkungan sosial dan sebagai kondisi yang negatif atau mengancam. Pada klien
isolasi sosial akan ditemukan data objektif meliputi perilaku yang tidak sesuai
dengan tahap perkembangan, afek tumpul, mengalami kecacatan (misal fisik dan
mental), sakit, tidak ada kontak mata, dipenuhi dengan pikiran sendiri,
menunjukan permusuhan, tindakan yang dilakukan terjadi secara berulang,
selalu ingin sendiri, menunjukan perilaku yang tidak dapat diterima oleh
kelompok kultural yang dominan, tidak komunikatif, dan adanya perilaku
menarik diri (NANDA, 2012).

Dari pengertian diatas dapat dikatakan isolasi sosial adalah kerusakan seseorang
dalam berhubungan dengan orang lain, pasien mungkin merasa tidak berharga
dalam lingkungannya. Dalam membina hubungan sosial, individu berada dalam
rentang respon yang adaptif sampai dengan maladaptif. Respon adaptif
merupakan respon yang dapat diterima oleh norma-norma sosial dan
kebudayaan yang berlaku, sedangkan respon maladaptif merupakan respon yang
3

dilakukan individu dalam menyelesaikan masalah yang kurang dapat diterima


oleh norma-norma sosial dan budaya. Respon sosial dan emosional yang
maladaptif sering sekali terjadi dalam kehidupan sehari-hari, khususnya sering
dialami pada pasien menarik diri sehingga melalui pendekatan proses
keperawatan yang komprehensif penulis berusaha memberikan asuhan
keperawatan yang semaksimal mungkin kepada pasien dengan masalah
keperawatan utama isolasi sosial.

Isolasi sosial merupakan suatu keadaan dimana individu atau kelompok yang
mengalami kesulitan berinteraksi atau berhubungan dengan orang lain,
lingkungan atau masyarakat yang ditandai dengan sikap sedih, afek tumpul,
tidak komunikatif, menarik diri , kurang kontak mata, posisi janin pada saat
tidur, mengekspresikan perasaan kesendirian atau penolakan.Pada klien dengan
menarik diri diperlukan rangsangan/stimulus yang adekuat untuk memulihkan
keadaan yang stabil. Stimulus yang positif dan terus menerus dapat dilakukan
oleh perawat. Apabila stimulus tidak dilakukan atau diberikan kepada klien
isolasi sosial, maka klien akan mengalami halusinasi.

Selain itu peran keluarga sangat penting dalam perawatan klien gangguan jiwa
karena keluarga merupakan tempat dimana individu memulai hubungan
interpersonal dengan lingkungannya.Peran perawat dalam penanggulangan klien
dengan gangguan konsep diri : Isolasi Sosial meliputi peran promotif, preventif,
kuratif dan rehabilitative. Pada peran promotif, perawat meningkatkan dan
memelihara kesehatan mental melalui penyuluhan dan pendidikan untuk klien
dan keluarga. Dari aspek preventif yaitu untuk meningkatkan kesehatan mental
dan pencegahan gangguan konsep diri : Isolasi Sosial. Sedangkan pada peran
kuratif perawat merencanakan dan melaksanakan rencana tindakan keperawatan
untuk klien dan keluarga. Kemudian peran rehabilitatif berperan pada follow up
perawat klien dengan gangguan konsep diri : Isolasi Sosial melalui pelayanan di
rumah atau home visite.

Berdasarkan gambaran masalah di atas maka penulis tertarik untuk mengangkat


judul “Asuhan keperawatan jiwa dengan gangguan dengan Gangguan Isolasi
Sosial di Ruang Gatot Kaca Rumah Sakit Dr. H. Marzuki Mahdi Bogor.
4

B. Ruang Lingkup

Asuhan keperawatan ini dilakukan terhadap Tn.T dengan masalah utama


Gangguan konsep diri Isolasi Sosial di ruang Gatot Kaca Rumah Sakit Dr. H.
Marzuki Mahdi Bogor dikaji mulai tanggal 26 April 2017 sampai dengan 5 Mei
2017.

C. Tujuan
1. Tujuan Umum

Tujuan penulisan makalah ini adalah agar mahasiswa mampu melakukan


asuhan keperawatan pada klien dengan Gangguan Isolasi Sosial pada Tn. T
di Rumah Sakit Dr. H. Marzuki Mahdi Bogor.

2. Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pengkajian pada Tn. T dengan gangguan Isolasi
Sosial.
b. Mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada Tn.A dengan gangguan
Isolasi Sosial.
c. Mampu menyususn keperawatan pada Tn. T dengan gangguan Isolasi
Sosial.
d. Mampu melaksanakan tindakan keperawatan pada Tn. T dengan ganggua
Isolasi Sosial sesuai dengan keperawatan yang telah disusun.
e. Mampu melakukan evaluasi sesuai implementasi yang dilakukan pada
Tn. T dengan gangguan Isolasi Sosial.
D. Metode Penulisan

Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini, penulis menggunakan metode


deskriptif, yaitu metode ilmiah dengan pendekatan studi kasus dan teknik
pengumpulan data melalui wawancara terhadap pasien dan keluarga. Observasi
pasien secara langsung, dokumentasi, dan studi kepustakaan.

E. Sistematika Penulisan

Makalah ini ditulis secara sistematika yang terdiri dari :

BAB 1 Pendahuluan, terdiri dari latar belakang, ruang lingkup, tujuan, metode
penulisan dan sistematika penulisan.
5

BAB 2 Tinjauan Teori terdiri dari tinjauan teori medis meliputi Defenisi,
Etiologi, Manifestasi Klinis, Komplikasi, Pemeriksaan Diagnostik, dan
Penatalaksanaan Medis. Dan Landasan Teoritis Keperawatan terdiri dari :
Pengkajian, Diagnosa Keperawatan, Perencanaan, Implementasi, dan Evaluasi
Keperawatan.

BAB 3 Tinjauan Kasus terdiri dari, Pengkajian, Diagnosa Keperawatan,


perencanaan, Implementasi, dan Evaluasi.

BAB 4 Pembahasan, yang membahas tentang Pengkajian, Diagnosa


Keperawatan, perencanaan, Implementasi, dan Evaluasi Keperawatan.

BAB 5 Penutup yang terdiri dari kesimpualan dan saran.


BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Konsep Dasar
1. Pengertian

Isolasi sosial adalah keadaan dimana seorang individu mengalami penurunan


atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain
disekitarnya. Pasien mungkin merasa ditolak, tidak diterima, kesepian dan
tidak mampu membina hubungan yang berarti dengan orang lain. Oleh sebab
itu untuk mengurangi penurunan dan ketidakmampuan pasien isolasi sosial
dalam berinteraksi dengan lingkungan sekitar dibutuhkan kerjasama.( Riyadi
dan Purwanto, 2009).

Isolasi sosial adalah rasa kesepian yang dialami oleh individu didalam
lingkungan sosial dan sebagai kondisi yang negatif atau mengancam. Pada
klien isolasi sosial akan ditemukan data objektif meliputi perilaku yang tidak
sesuai dengan tahap perkembangan, afek tumpul, mengalami kecacatan
(misal fisik dan mental), sakit, tidak ada kontak mata, dipenuhi dengan
pikiran sendiri, menunjukan permusuhan, tindakan yang dilakukan terjadi
secara berulang, selalu ingin sendiri, menunjukan perilaku yang tidak dapat
diterima oleh kelompok kultural yang dominan, tidak komunikatif, dan
adanya perilaku menarik diri (NANDA, 2012).

Menurut Townsend M.C (1998) dalam Abdul Muhith (2015), isolasi sosial
merupakan percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang lain atau
menghindari hubungan dengan orang lain. Isolasi sosial merupakan suatu
keadaan dimana seseorang menemukan kesulitan dalam membina hubungan
secara terbuka dengan orang lain.

6
7

Menurut Depkes RI (2007), isolasi sosial adalah ketidakmampuan untuk


membina hubungan yang intim, hangat, terbuka dan interdependen dengan
orang lain.

2. Etiologi
a. Proses Predisposisi
Beberapa faktor yang dapat menyebabkan isolasi sosial adalah:
1) Faktor perkembangan

Setiap tahap tumbuh kembang memiliki tugas yang harus dilalui


individu dengan sukses, karena apabila tugas perkembangan ini tidak
dapat dipenuhi, akan menghambat masa perkembangan selanjutnya.
Keluarga adalah tempat pertama yang memberikan pengalaman bagi
individu dalam menjalin hubungan dengan orang lain. Kurangnya
stimulasi, kasih sayang, perhatian dan kehangatan dari ibu/pengasuh
pada bayi bayi akan memberikan rasa tidak aman yang dapat
menghambat terbentuknya rasa percaya diri. Rasa ketidakpercayaan
tersebut dapat mengembangkan tingkah laku curiga pada orang lain
maupun lingkungan di kemudian hari. Komunikasi yang hangat
sangat penting dalam masa ini, agar anak tidak mersaa diperlakukan
sebagai objek.

Menurut Menurut Townsend M.C (1998) dalam Abdul Muhith (2015)


tahap- tahap individu dalam berhubungan terdiri dari:

(a) Masa Bayi


Bayi sepenuhnya tergantung pada orang lain untuk memenuhi
kebutuhan biologis maupun psikologisnya. Konsistensi hubungan
antara ibu dan anak, akan menghasilkan rasa aman dan rasa
percaya yang mendasar. Hal ini sangat penting karena akan
mempengaruhi hubungannya dengan lingkungan di kemudian
hari. Bayi yang mengalami hambatan dalam mengembangkan
rasa percaya pada masa ini akan mengalami kesulitan untuk
berhubungan dengan orang lain pada masa berikutnya.

(b) Masa Kanak-Kanak


8

Anak mulai mengembangkan dirinya sebagai individu yang


mandiri, mulai mengenal lingkungannya lebih luas, anak mulai
membina hubungan dengan teman-temannya. Konflik terjadi
apabila tingkah lakunya dibatasi atau terlalu dikontrol, hal ini
dapat membuat anak frustasi. Kasih sayang yang tulus, aturan
yang konsisten dan adanya komunikasi terbuka dalam keluarga
dapat menstimulus anak tumbuh menjadi individu yang
interdependen, Orang tua harus dapat memberikan pengarahan
terhadap tingkah laku yang diadopsi dari dirinya, maupun sistem
nilai yang harus diterapkan pada anak, karena pada saat ini anak
mulai masuk sekolah dimana ia harus belajar cara berhubungan,
berkompetensi dan berkompromi dengan orang lain.

(c) Masa Praremaja dan Remaja

Pada praremaja individu mengembangkan hubungan yang intim


dengan teman sejenis, yang mana hubungan ini akan
mempengaruhi individu untuk mengenal dan mempelajari
perbedaan nilai-nilai yang ada di masyarakat. Selanjutnya
hubungan intim dengan teman sejenis akan berkembang menjadi
hubungan intim dengan lawan jenis. Pada masa ini hubungan
individu dengan kelompok maupun teman lebih berarti daripada
hubungannya dengan orang tua. Konflik akan terjadi apabila
remaja tidak dapat mempertahankan keseimbangan hubungan
tersebut, yang seringkali menimbulkan perasaan tertekan maupun
tergantung pada remaja.

(d) Masa Dewasa Muda

Individu meningkatkan kemandiriannya serta mempertahankan


hubungan interdependen antara teman sebaya maupun orang tua.
Kematangan ditandai dengan kemampuan mengekspresikan
perasaan pada orang lain dan menerima perasaan orang lain serta
peka terhadap kebutuhan orang lain. Individu siap untuk
membentuk suatu kehidupan baru dengan menikah dan
9

mempunyai pekerjaan. Karakteristik hubungan interpersonal pada


dewasa muda adalah saling memberi dan menerima (mutuality).

(e) Masa Dewasa Tengah

Individu mulai terpisah dengan anak-anaknya, ketergantungan


anak-anak terhadap dirinya menurun. Kesempatan ini dapat
digunakan individu untuk mengembangkan aktivitas baru yang
dapat meningkatkan pertumbuhan diri. Kebahagiaan akan dapat
diperoleh dengan tetap mempertahankan hubungan yang
interdependen antara orang tua dengan anak.

(f) Masa Dewasa Akhir

Individu akan mengalami berbagai kehilangan baik kehilangan


keadaan fisik, kehilangan orang tua, pasangan hidup, teman,
maupun pekerjaan atau peran. Dengan adanya kehilangan
tersebut ketergantungan pada orang lain akan meningkat, namun
kemandirian yang masih dimiliki harus dapat dipertahankan.

2) Faktor Komunikasi Dalam Keluarga


Masalah komunikasi dalam keluarga dapat menjadi kontribusi untuk
mengembangkan gangguan tingkah laku.
a) Sikap bermusuhan/hostilitas
b) Sikap mengancam, merendahkan dan menjelek-jelekkan anak
c) Selalu mengkritik, menyalahkan, anak tidak diberi kesempatan
untuk mengungkapkan pendapatnya.
d) Kurang kehangatan, kurang memperhatikan ketertarikan pada
pembicaananak, hubungan yang kaku antara anggota keluarga,
kurang tegur sapa, komunikasi kurang terbuka, terutama dalam
pemecahan masalah tidak diselesaikan secara terbuka dengan
musyawarah.
e) Ekspresi emosi yang tinggi
f) Double bind (dua pesan yang bertentangan disampaikan saat
bersamaan yang membuat bingung dan kecemasannya
meningkat)
3) Faktor Sosial Budaya
10

Isolasi sosial atau mengasingkan diri dari lingkungan merupakan


faktor pendukung terjadinya gangguan berhubungan. Dapat juga
disebabkan oleh karena norma-norma yang salah yang dianut oleh
satu keluarga.seperti anggota tidak produktif diasingkan dari
lingkungan sosial.

4) Faktor Biologis

Genetik merupakan salah satu faktor pendukung gangguan jiwa.


Insiden tertinggi skizofrenia ditemukan pada keluarga yang anggota
keluarga yang menderita skizofrenia. Berdasarkan hasil penelitian
pada kembar monozigot apabila salah diantaranya menderita
skizofrenia adalah 58%, sedangkan bagi kembar dizigot
persentasenya 8%. Kelainan pada struktur otak seperti atropi,
pembesaran ventrikel, penurunan berat dan volume otak serta
perubahan struktur limbik, diduga dapat menyebabkan skizofrenia.

b. Faktor Presipitasi
1) Faktor Eksternal
Contohnya adalah stressor sosial budaya, yaitu stress yang
ditimbulkan oleh faktor sosial budaya seperti keluarga.
2) Faktor Internal

Contohnya adalah stressor psikologis, yaitu stress terjadi akibat


ansietas atau kecemasan yang berkepanjangan dan terjadi bersamaan
dengan keterbatasan kemampuan individu untuk mengatasinya.

3. Rentang Respon Sosial


11

Respon Adaptif Respon Maladaptif

 Menyendiri  Menarik diri  Respon Maladaptif


 Otonomi
 Kesepian  Manipulasi
 Bekerjasama
 Saling tergantung  ketergantungan  Narkisisme
(interdependen)

Menurut Riyadi & Purwanto (2009), Respon ini meliputi :


a. Solitude atau menyendiri

Merupakan respon yang dilakukan individu untuk apa yang telah terjadi
atau dilakukan dan suatu cara mengevaluasi diri dalam menentukan
rencana-rencana.

b. Otonomi

Merupakan kemampuan individu dalam menentukan dan menyampaikan


ide, pikiran, perasaan dalam hubungan sosial. Individu mampu
menetapkan diri untuk interdependen dan pengaturan diri.

c. Kebersamaan

Merupakan kemampuan individu untuk saling pengertian, saling


memberi, dan menerima dalam hubungan interpersonal.

d. Interdependen (Saling Ketergantungan)

Merupakan suatu hubungan saling ketergantungan saling tergantung


antar individu dengan orang lain dalam membina hubungan
interpersonal.

e. Kesepian

Merupakan kondisi dimana individu merasa sendiri dan terasing dari


lingkungannya.
12

f. Menarik diri

Seseorang yang mengalami mengalami kesulitan dalam membina


hubungan secara terbuka dengan orang lain.

g. Manipulasi

Merupakan gangguan sosial dimana individu memperlakukan orang lain


sebagai objek, hubungan terpusat pada masalah pengendalian orang lain
dan individu cenderung berorientasi pada diri sendiri. Tingkah laku
mengontrol digunakan sebagai pertahanan terhadap kegagalan atau
frustasi dan dapat menjadi alat untuk berkuasa pada orang lain.

h. Impulsif

Merupakan respon sosial yang ditandai dengan individu sebagai subjek


yang tidak dapat diduga, tidak dapat dipercaya, tidak mampu
merencanakan, tidak mampu untuk belajar dari pengalaman dan miskin
penilaian.

i. Narkisisme

Respon sosial ditandai dengan individu memiliki tingkah laku egosentris,


harga diri yang rapuh, terus menerus berusaha mendapatkan penghargaan
dan mudah marah jika tidak mendapat dukungan dari orang lain.

4. Manifestasi Klinis
Menurut NANDA pada tahun 2012, tanda dan gejala isolasi sosial yang
dapat ditemukan yaitu :
a. Tidak ada dukungan orang yang dianggap penting
b. Perilaku tidak sesuai dengan perkembangan
c. Afek tumpul
d. Bukti kecacatan (fisik, mental)
e. Tindakan tidak berarti
f. Tidak ada kontak mata
g. Menunjukan permusuhan
h. Ingin sendiri
i. Menunjukan perilaku yang tidak dapat diterima oleh kelompok kultural
yang dominan.
j. Tidak komunikatif
13

k. Menarik diri
5. Penatalaksanaan Medis
a. Terapi Psikofarmaka
1) Clorpromazine

Mengatasi sindrom psikis yaitu berdaya berat dalam kemampuan


menilai realitas, kesadaran diri terganggu, daya ingat norma sosial
dan tilik diri terganggu, berdaya berat dalam fungsi-fungsi mental:
faham, halusinasi. Gangguan perasaan dan perilaku yang aneh atau
tidak terkendali, berdaya berat dalam fungsi kehidupan sehari-hari,
tidak mampu bekerja, berhubungan sosial dan melakukan kegiatan
rutin. Mempunyai efek samping gangguan otonomi (hypotensi)
antikolinergik/parasimpatik, mulut kering, kesulitan dalam miksi,
hidung tersumbat, mata kabur, tekanan intra okuler meninggi,
gangguan irama jantung. Gangguan ekstra pyramidal (distonia akut,
akathsia sindrom parkinson). Gangguan endoktrin (amenorhe).
Metabolic (Soundiee). Hematologik, agranulosis. Biasanya untuk
pemakaian jangka panjang. Kontraindikasi terhadap penyakit hati,
penyakit darah, epilepsy, kelainan jantung (Andrey, 2010).

2) Haloperidol (HLP)

Berdaya berat dalam kemampuan menilai realita dalam fungsi mental


serta dalam fungsi kehidupan sehari-hari. Memiliki efek samping
seperti gangguan miksi dan parasimpatik, defeksi, hidung tersumbat
mata kabur , tekanan infra meninggi, gangguan irama jantung.
Kontraindikasi terhadap penyakit hati, penyakit darah, epilepsy,
kelainan jantung (Andrey, 2010).

3) Trihexyphenidil ( THP )
Segala jenis penyakit Parkinson, termasuk pasca ensepalitis dan
idiopatik, sindrom Parkinson akibat obat misalnya reserpina dan
fenotiazine. Memiliki efek samping diantaranya mulut kering,
penglihatan kabur, pusing, mual, muntah, bingung, agitasi,
konstipasi, takikardia, dilatasi, ginjal, retensi urine. Kontraindikasi
14

terhadap hypersensitive Trihexyphenidil (THP), glaukoma sudut


sempit, psikosis berat psikoneurosis (Andrey, 2010).
B. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Faktor Predisposisi
Faktor-faktor predisposisi terjadinya gangguan hubungan sosial, adalah :
1) Faktor Perkembangan

Pada setiap tahapan tumbuh kembang individu ada tugas


perkembangan yang harus dilalui individu dengan sukses agar tidak
terjadi gangguan dalam hubungan sosial. Tugas perkembangan pada
masing-masing tahap tumbuh kembang ini memiliki karakteristik
sendiri. Apabila tugas ini tidak terpenuhi, akan mencetuskan
seseorang sehingga mempunyai masalah respon sosial maladaktif.
System keluarga yang terganggu dapat menunjang perkembangan
respon social maladaktif. Beberapa orang percaya bahwa individu
yang mempunyai masalah ini adalah orang yang tidak berhasil
memisahkan dirinya dan orang tua. Norma keluarga yang tidak
mendukung hubungan keluarga dengan pihak lain diluar keluarga.

2) Faktor Biologis

Genetic merupakan salah satu factor pendukung gangguan jiwa.


Berdasarkan hasil penelitian, pada penderita skizofrenia 8% kelainan
pada struktur otak, seperti atrofi, pembesaran ventrikel, penurunan
berat dan volume otak serta perubahan struktur lmbik diduga dapat
menyebabkan skizofrenia.

3) Faktor Sosial Budaya

Isolasi sosial merupakan faktor dalam gangguan berhubungan. Ini


akibat dan norma yang tidak mendukung pendekatan terhadap orang
lain, atau tidak menghargai anggota masyarakat yang tidak produktif,
seperti lansia, orang cacat, dan penyakit kronik. Isolasi dapat terjadi
karena mengadopsi norma, perilaku, dan system nilai yang berbeda
dan kelompok budaya mayoritas. Harapan yang tidak realistis
15

terhadap hubungan merupakan factor lain yang berkaitan dengan


gangguan ini.

4) Faktor Komunikasi Dalam Keluarga

Gangguan komunikasi dalam keluarga merupakan factor pendukung


untuk terjadinya gangguan dalam berhubungan sosial. Dalam teori
ini termasuk masalah komunikasi yang tidak jelas yaitu suatu
keadaan dimana seseorang anggota keluarga menerima pesan yang
saling bertentangan dalam waktu bersamaan, ekspresi emosi yang
tinggi dalam keluarga yang menghambat untuk berhubungan dengan
lingkungan di luar keluarga.

b. Stressor Presipitasi
Stressor presipitasi umumnya mencakup kejadian kehidupan yang penuh
stress sperti kehilangan, yang mempengaruhi kemampuan individu untuk
berhubungan dengan orang lain dan menyebabkan ansietas. Stressor
presipitasi dapat dikelompokkan dalam kategori :
1) Stressor Sosial Budaya
Stress dapat ditimbulkan oleh beberapa factor antara factor lain dan
factor keluarga seperti menurunnya stabilitas unit keluarga dan
berpisah dari orang yang berarti dalam kehidupannya, misalnya
dirawat di rumah sakit.

2) Stressor Psikologis

Tingkat kecemasan yang berat akan menyebabkan menurunnya


kemampuan individu untuk berhubungan dengan orang lain.
Intensitas kecemasan yang ekstrim dan memanjang disertai
terbatasnya kemampuan individu mengatasi masalah diyakini akan
menimbulkan berbagai masalah gangguan berhubungan (isolasi
sosial).

c. Perilaku

Adapun perilaku yang bisa mucul pada isolasi sosial berupa : kurang
spontan, apatis (kurang acuh terhadap lingkungan), ekspresi wajah
16

kurang berseri (ekspresi sedih), afek tumpul. Tidak merawat dan


memperhatikan kebersihan diri, komunikasi verbal menurun atau tidak
ada. Klien tidak bercakap-cakap dengan klien lain atau perawat,
mengisolasi diri (menyendiri). Klien tampak memisahkan diri dan orang
lain, tidak atau kurang sadar terhadap lingkungan sekitar. Pemasukan
makanan dan minuman terganggu, retensi urine dan feses, aktivitas
menurun, kurang energi (tenaga), harga diri rendah, posisi janin saat
tidur, menolak hubungan dengan orang lain. Klien memutuskan
percakapan atau pergi jika diajak bercakap-cakap.

d. Sumber Koping

Sumber koping yang berhubungan dengan respon sosial maladaktif


termasuk : keterlibatan dalam berhubungan yang luas di dalam keluarga
maupun teman, menggunakan kreativitas untuk mengekspresikan stress
interpersonal seperti kesenian, music, atau tulisan.

e. Mekanisme Defensif
Mekanisme yang digunakan klien sebagai usaha mengatasi kecemasan
yang merupakan suatu kesepian nyata yang mengancam dirinya.
Mekanisme yang sering digunakan pada isolasi sosial adalah regresi,
represi, dan isolasi.
1) Regresi adalah mundur kemasa perkembangan yang telah lain
2) Represi adalah perasaan-perasaan dan pikiran-pikiran yang tidak
dapat diterima, secara sadar dibendung supaya jangan tiba di
kesadaran.
3) Isolasi adalah mekanisme mental tidak sadar yang mengakibatkan
timbulnya kegagalan defensif dalam menghubungkan perilaku
dengan motivasi atau pertentangan antara sikap dan perilaku.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada pasien dengan isolasi
sosial adalah:
a. Isolasi Sosial
b. Harga Diri Rendah
c. Resiko gangguan persepi sensori : Halusinasi
3. Pohon Masalah

Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi


17

Defisit
Isolasi Sosial
Perawatan Diri

Harga Diri Rendah

4. Intervensi Keperawatan
Menurut Riyadi. S & Purwanto. T (2009), tujuan dari intervensi keperawatan
pada klien dengan isolasi sosial adalah :
a. Tujuan Umum

Tujuan umum dari intervensi pada pasien dengan isolasi sosial adalah
klien mampu mencapai kepuasan interpersonal yang maksimal dengan
membina dan mempertahankan hubungan peningkatan diri dengan orang
lain.

b. Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari intervensi keperawatan pada pasien dengan isolasi
sosial adalah :
1) Klien mampu :
a) Membina hubungan saling percaya
b) Menyadari penyebab isolasi sosial
c) Berinteraksi dengan orang lain.
2) Keluarga mampu merawat klien dirumah saat klien sudah pulang.
Intervensi :
a. Klien dapat membina hubungan saling percaya
1) Tujuan:
Setelah dilakukan interaksi dengan klien dapat menunjukan tanda
percaya kepada perawat dengan ekspresi wajah bersahabat,
menunjukan rasa senang, ada kontak mata.
2) Intervensi:
a) Sapa klien dengan ramah naik verbal mauapun nonverbal
b) Perkenalkan nama, nama panggilan dan tujuan berkenalan.
c) Buat kontrak yang jelas.
d) Dengarkan dengan penuh perhatian ekspresi perasaan klien.
3) Rasional :

Hubungan saling percaya merupakan dasar dari terjadinya


komunikasi terapuetik sehingga akan memfasilitasi dalam
pengungkapan perasaan, emosi dan harapan klien

b. Klien mampu menyebutkan penyebab menarik diri.


18

1) Tujuan :
Setelah dilakuakan interaksi dengan klien, klien dapat menyebutkan
penyebab menarik diri dari orang lain, diri sendiri ataupun
lingkungan.
2) Intervensi :
a) Diskusikan dengan klien penyebab dan akibat dari menarik diri
b) Beri pujian terhadap kemampuan klien mengungkapkan
perasaannya.
3) Rasional :

Untuk mengidentifikasi apa yang menyebabkan klien menarik diri


dan untuk menilai perasaan klien bila tidak berinteraksi.

c. Klien mampu menyebutkan keuntungan berhubungan sosial dan


kerugian menarik diri.
1) Tujuan :
Setelah dilakukan interaksi dengan klien, diharapkan klien mampu
menyebutkan keuntungan berhubungan sosial dan kerugian dari
menarik diri.
2) Intervensi :
a) Tanyakan pada klien tentang manfaat hubungan sosial dan
kerugian menarik diri
b) Diskusikan bersama klien tentang manfaat berhubungan sosial
dan kerugian menarik diri
c) Beri pujian terhadap kemampuan klien mengungkapkan
perasaannya
3) Rasional :

Tingkat pengetahuan membantu perawat mengarahkan klien untuk


berhubungan dengan orang lain.

d. Klien dapat melaksanakan hubungan sosial secara bertahap


1) Tujuan :
Setelah dilakukan interaksi dengan klien, diharapkan klien dapat
melaksanakan hubungan sosial secara bertahap dengan : perawat,
perawat lain, klien lain dan kelompok
2) Intervensi :
a) Beri motivasi dan bantu klien untuk berkenalan dengan: perawat,
perawat lain dan klien lain
b) Diskusikan bersama klien tentang manfaat berhubungan sosial
dan kerugian menarik diri.
19

c) Beri pujian terhadap kemampuan klien mengungkapkan


perasaannya.
3) Rasional :

Dengan berhubungan secara bertahap, diharapkan klien mampu


mengadopsi perilaku tersebut dan memudahkan klien mengingat
hubungan yang terlah dilakukan.

5. Implementasi Keperawatan
a. Klien dapat membina hubungan saling percaya
Implementasi :
1) Menyapa klien dengan ramah naik verbal mauapun nonverbal
2) Memperkenalkan nama, nama panggilan dan tujuan berkenalan.
3) Membuat kontrak yang jelas.
4) Mendengarkan dengan penuh perhatian ekspresi perasaan klien.
b. Klien mampu menyebutkan penyebab menarik diri.
Implementasi :
1) Mendiskusikan dengan klien penyebab dan akibat dari menarik diri
2) Memberi pujian terhadap kemampuan klien mengungkapkan
perasaannya.
c. Klien mampu menyebutkan keuntungan berhubungan sosial dan kerugian
menarik diri.
Implementasi :
1) Menanyakan pada klien tentang manfaat hubungan sosial dan
kerugian menarik diri
2) Mendiskusikan bersama klien tentang manfaat berhubungan sosial
dan kerugian menarik diri
3) Memberi pujian terhadap kemampuan klien mengungkapkan
perasaannya
d. Klien dapat melaksanakan hubungan sosial secara bertahap
Implementasi :
1) Memberi motivasi dan bantu klien untuk berkenalan dengan:
perawat, perawat lain dan klien lain
2) Mendiskusikan bersama klien tentang manfaat berhubungan sosial
dan kerugian menarik diri.
3) Memberi pujian terhadap kemampuan klien mengungkapkan
perasaannya.

6. Evaluasi Keperawatan
20

Evaluasi difokuskan pada perubahan perilaku klien setelah diberikan


tindakan keperawatan. Keluarga juga perlu dievaluasi karena merupakan
sistem pendukung klien. Sebagai contoh evaluasi pada klien degan isolasi
sosial :

a. Evaluasi kemempuan klien


Evaluasi Subektif :
1) Klien menjelaskan kebiasaan interaksi.
2) Klien menjelaskan penyebab tidak bergaul dengan orang lain.
3) Klien menyebutkan keuntungan bergaul denga orang lain.
4) Klien menyebutkan kerugian tidak bergaul dengan orang lain.
Evaluasi Objektif :
1) Klien memperagakan cara berkenalan dengan orang lain.
2) Klien bergaul dan berinteraksi dengan perawat, keluarga dan
tetangga.
3) Klien menyampaikan perasaannya setelah berinteraksi dengan orang
lain.
4) Klien mempunyai jadawal bercakap- cakap dengan orang lain.
5) Klien menggunakan obat dengan patuh.
b. Evaluasi kemampuan keluarga
1) Keluarga menyebutkan masalah isolasi sosial dan akibatnya.
2) Keluarga menyebutkan peenyebab dan proses terjadinya isolasi
sosial.
3) Keluarga membantu klien berinteraksi dengan orang lain.
4) Keluarga melibatkan klien melakukan kegiatan di rumah tangga.
BAB III

TINJAUAN KASUS
A. PENGKAJIAN
Ruang Rawat : Ruang Gatot Kaca
Tanggal Dirawat : 22 April 2017
Tanggal pengkajian : 26 April 2017

B. IDENTITAS KLIEN
Nama : Tn. T.S
Jenis kelamin : Laki-laki
Tempat Tanggal Lahir : Karawang, 5 Mei 1975
Umur : 41Tahun
Alamat : Perum PDP Block C RT. 009 RW. 009
Agama : Kristen
NO .REG : 0339572

C. ALASAN MASUK
Klien dibawa ke rumah sakit jiwa oleh keluarganya, karena klien marah-marah
tanpa sebab yang jelas. Keluarga mengatakan Klien sering marah-marah sejak 1
tahun yang lalu, gaduh, gelisah dan memukul-mukul tembok, sering berbicara
sendiri, dan jalan-jalan tidak tau arah dan klien mengeluarkan alat kelaminnya
diluar rumah.

D. FAKTOR
1. Faktor Predisposisi
a. Klien pernah mengalami gangguan jiwa dimasa lalu : Gangguan jiwa ini
sudah di alami klien ± 1 tahun yang lalu dan sudah pernah di rawat di rsud
karawang.

21
22

b. Pengobatan sebelumnya : Kurang berhasil karena klien mengatakan tidak


pernah minum obat dan tidak pernah kontrol
c. Klien mengatakan pernah mendapatkan aniaya fisik dari teman- temannya,
dan klien juga pernah melakukan kekerasan dalam keluarganya yakni
ibunya.
Masalah keperawatan : Regiment teraupetik inefektif dan Resiko prilaku
kekerasan
2. Faktor Presipitasi
a. Adakah anggota keluarga yaang mengalami gangguan jiwa : Tidak ada
keluarga yang mengalami gangguan jiwa
Masalah Keperawatan : Tidak Ada
b. Pengalaman Masa lalu : ditinggal orang yang dicintai yaitu ayahnya
Masalah Keperawatan : Berduka disfungsional
E. FISIK
1. Tanda vital :
a. Tekanan Darah : 120/70 mmHg
b. Respirasi : 20 x/Menit
c. Nadi : 100 x/Menit
d. Temperatur : 36,3ºC
2. Ukur :
a. Tinggi Badan : 167 cm
b. Berat Badan : 70 Kg
3. Keluhan Fisik : klien mengatakan gatal-gatal di telapak tanggan
Jelaskan : Klien mengatakan gatal-gatal di telapak tanggan karena semalam
digigit nyamuk, klien mengatakan tidak mempunyai riwayat hipertensi dan
diabetes.
Masalah Keperawatan : Defisit Perawatan Diri : Pruritus

F. PSIKOSOSIAL
1. Genogram

42

Keterangan
= Perempuan
= Laki-laki
= Cerai/ Putus Hubungan
= Meninggal
= orang yang tidak serumah
23

= Orang yang terdekat


= Klien
= Umur Klien
27
4
Jelaskan 5: Klien mengatakan anak kedua dari tiga bersaudara, klien tinggal
dengan ibunya. Ayah klien sudah meninggal sejak tahun 1999.
Masalah Keperawatan : Tidak Ada

2. Konsep Diri
a. Gambaran diri : klien mengatakan menyukai seluruh anggota tubuhnya
b. Identitas diri : klien mengatakan bahwa ia laki-laki klien dapat
menyebutkan nama klien dengan lengkap, klien mengatakan belum
menikah dan masih tinggal bersama kedua orang tuanya.
c. Peran diri : peran klien dikeluarga sebagai anak dengan usia 41 tahun
klien belum belum bekerja dan belum menikah. Klien hanya membantu
ibu dirumah.
d. Ideal diri : Klien mengatakan ingin bekerja dan menikah, klien merasa
malu belum bekerja.
e. Harga diri : Klien mengataan malu dengan penyakitnya karna terus di
ejek dengan saudara-saudaranya.
Masalah keperawatan : Harga Diri Rendah
3. Hubungan sosial
a. Orang yang berarti : Klien mengatakan orang yang berarti dalam hidupnya
adalah orangtua dan keluarganya
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat : klien sebelum dirawat
di RSJ tidak mengikuti kegiatan di kelompok ataupun di masyarakat
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain: klien mengatakan
karena keadaan kejiwaannya yang tidak stabil orang lain selalu
mengucilkannya sehingga klien tidak bisa berhubungan dengan orang lain,
klien sering melamun dan menyendiri.
Masalah Keperawatan : Isolasi Sosial : Menarik Diri

4. Spritual
a. Nilai dan keyakinan : Klien mengatakan seelum sakit klien sering
beribadah. Ketika sakit klien tidak pernah beribadah.
b. Kegiatan beribadah : Sebelum sakit klien beribadah ke gereja setiap
minggu. Ketika sakit klien tidak pernah beribadah ke gereja
Masalah Keperwatan : Tidak Ada Masalah

5. Status Mental
24

a. Penampilan : Penampilan klien kurang rapi dan bersih, jika mau mandi
klien harus disuruh oleh keluarga/ perawat jika diruangan.
Masalah Keperawatan: Defisit Perawatan Diri
b. Pembicaraan
Klien berbicara lambat dan sedikit berfikir jika menjawab pertanyaan dari
perawat. Klien jarang berbicara dengan teman-temanya. Klien senang
menyendiri.
Masalah keperawatan : kerusakan komunikasi verbal
c. Aktivitas motorik
Klien terlihat lesu, tegang dan gelisah
Masalah keperawatan : Harga diri rendah, Resiko Perilaku Kekerasan
d. Suasana Alam perasaan
Klien merasa sedih atas penyakitnya yang tidak sembuh dan merasa sedih
akibat selalu di kucilkan dan di asingkan oleh keluarga semenjak dia
masuk ke rumah sakit jiwa .
Masalah keperawatan : isolasi sosial : harga diri rendah, Koping
keluarga in efektif
e. Afek
Sifat klien Datar dan sedih ketika klien meceritakaan tentang keluarganya,
Klien jarang sekali tersenyum dan tertawa meski perawat sedang bercada
Masalah keperawatan :
f. Interaksi selama wawancara
Kontak mata kurang dan klien tampak tidak acuh selama diwawancara dan
sering kabur ketika perawat ingin berbincang-bincang
Masalah keperawatan : Isolasi Sosial
g. Presepsi
Klien sering mengikuti halusinasinya saat sedang mengobrol sambil
berkomat-kamit akan tetapi klien menyangkal adanya halusinasinya pada
dirinya, halusinasi datang kurang lebih 5-10 menit, tetapi klien jarang
terlihat mengobrol dengan halusinasinya.
Masalah keperawatan : Halusinasi Penglihatan
h. Isi Pikir
Isi pikir klien tidak ada masalah, tidak ada waham yang terjadi pada diri
klien.
Masalah keperawatan :
i. Proses Pikir
Klien sering lupa apa yang diomongi (Bloking)
Masalah keperawatan :
j. Tingkat Kesadaran
Klien sering terlihat bingung, dan klien mempunyai masalah dalam
orientasi orang. Tetapi tidak orientasi tempat dan waktu.
Masalah keperawatan :
k. Memori
25

Klien dapat mengingat dengan baik siapa nama ibu kandungnya. Daya
ingat klien masih bagus, jangka pendek dan jangka panjang.
Masalah keperawatan : tidak ada masalah
l. Tingkat Konsentrasi dan berhitung
Klien dapat berhitung dengan baik, klien dapat berhitung sederhana
misalnya 1+3 = 4 dan 3x2 = 6 akan tetapi proses berfikirnya lumayan
lama.
Masalah keperawatan :
m. Kemampuan Penilaian
Klien mampu mengambil keputusan bila diberi dua pilihan baik dan buruk
Masalah keperawatan : tidak ada masalah
n. Daya Tilik Diri
Klien tidak menunjukkan adanya gangguan daya tilik diri. Klien tidak
mengingkari penyakitnya , klien tahu bahwa diri nya sekarang dalam
proses pengobatan kejiwaan nya .
Masalah keperawatan : tidak ada masalah
6. Kebutuhan Persiapan Pulang
a. Kemampuan klien memenuhi/menyediakan kebutuhan :
1) makan dan minum : klien mampu makan sendiri
2) BAB dan BAK : klien mampu BAB dan BAK secara mandiri
Masalah keperawatan : tidak ada masalah
3) Mandi : Klien mampu mandi secara mandiri akan tetapi perlu
dorongan/ suruhan.
4) Berpakaian / Berhias : Klien mampu memakai pakaian secara
mandiri
5) Istirahat dan tidur : Klien biasa tidur siang pukul 13.00 – 16.00 WIB,
dan tidur malam pukul 20.00 – 04.00 WIB.
6) Penggunaan Obat : Klien biasa mengunakan obat dengan bantuan
ibunya jika dirumah dan bantuan perawat saat di rumah sakit
7) Pemeliharaan Kesehatan : Klien memerlukan perawatan lanjutan,
dan pendukung untuk memenuhi kebutuhan klien.
8) Kegiatan di dalam rumah : saat dirumah klien tidak memepersiapkan
makanan, menjaga kerapihan, mencuci pakaian pengatuan keuangan
9) Kegiatan di luar rumah : Tidak ada kegiatan diluar rumah yang klien
ikuti.
7. Aspek Medik
1. Diagnosa medik : Skizofrenia Paranoid
2. Terapi Medik :
a. Risperidone 2 mg/12 jam/ peroral
b. Trihexphenidyl 2 mg/12 jam/ peroral
c. Ativan 2 mg/12 jam/ peroral
d. Injeksi Valdimex 10 mg/24 jam/ Intramuskuler
e. Injeksi Lodomer 5 mg/24 jam/ Intramuskuler
8. Daftar Masalah keperawataan
26

1. Regimen Terapetik inefektif


2. Resiko perilaku kekerasan
3. Berduka disfungsional
4. Pruritus
5. Harga diri rendah
6. Isolasi Sosial
7. Halusinasi : Penglihatan
8. Defisit perawatan diri
27
28

POHON MASALAH DAN DIAGNOSA KEPERAWATAN

A. Pohon Masalah
Halusinasi

Isolasi Sosial Defisit Perawatan Diri


Harga Diri Rendah Resiko Prilaku Kekerasan
Regimen Terapetik inefektif Berduka Disfungsional
Koping Keluarga Kurang Efektif
B. Diagnosa Keperawatan Berdasarkan Prioritas
1. Isolasi Sosial 7. Regimen terapuetik inefektif
2. Harga Diri Rendah 8. Pruritus
3. Halusinasi : Penglihatan
4. Defisit perawatan Diri
5. Resiko Prilaku kekerasan
6. Berduka disfungsional
29

ANALISA DATA

NO DATA (Subjektif dan Objektif) Masalah Keperawatan TTD

Tanggal
1. DS : Isolasi Sosial

26/4/17 a. Klien mengatakan tidak


pernah mengikuti kegiatan di
lingkungan masyarakat.

DO:

a. Klien tampak lebih suka


menyendiri.

b. Menunduk saat menjawab


pertanyaan

c. Klien tampak sering menjauh


apabila di dekati

2. DS : Harga Diri Rendah

26/4/17 a. Klien merasa harga dirinya


direndahkan oleh keluarga
dan orang lain karena klien
tidak bekerja

b. Klien merasa diasingkan


oleh keluarga dan orang lain

c. Klien merasa malu dengan


keadaannya sekarang

DO:

a. Klien tampak menghindari


orang lain
30

b. Kontak mata klien tampak


singkat

c. Menunduk saat menjawab


pertanyaan

3. DS : Halusinasi : Penglihatan

26/4/17 a. Klien mengatakan tidak


mempunyai halusinasi

DO:

a. Klien tampak berkomat –


kamit

b. Klien tampak sering jalan


sendiri dengan ekspresi
marah

c. Klien sering tersenyum dan


tertawa sendiri

4. DS : Defisit Perawatan Diri

26/4/17 a. Klien mengatakan jika


mandi biasanya disuruh

DO:

a. Penampilan klien kurang


rapi dan bersih

b. klien harus disuruh oleh


perawat jika mandi dan
mencuci tangan sebelum
makan

5 DS : Resiko Perilaku Kekerasan


31

26/4/17 a. Klien mengatakan ketika


dirumah sering marah-
marah dengan ibu nya

b. Klien mengatakan sering


membating-banting barang

DO:

a. Klien sering terlihat kesal


apabila ada temannya yang
memandang dia dengan
ekspresi marah
32

CATATAN PERKEMBANGAN

Nama Klien : Tn. T.S Ruangan : Gatot Kaca

No.CM : 0339572 Nama Perawat / Mahasiawa : Kelompok IV

Hari/ Tanggal/ Pukul Diagnosa Implementasi Evaluasi/ SOAP Paraf


Rabu, 26 April 2017 Isolasi Sosial DS : S:

15.00 WIB a. Klien mengatakan tidak a. Klien mengatakan


pernah mengikuti kegiatan malu saat didekati
di lingkungan masyarakat.
b. Klien mengatakan
DO: takut diejek oleh
keluarganya
a. Klien tampak lebih suka
menyendiri. c. Klien mengatakan
keuntungn dari
b. Menunduk saat menjawab
berkenalan punya
pertanyaan
banyak teman

c. Klien tampak sering


d. Klien mengatakan
menjauh apabila di dekati
kerugian dari
33

Diagnosa Keperawatan : berkenalan tidak


mempunyai teman
Isolasi Sosial
O:
Implementasi :
a. Klien mau di ajak
SP 1 berkenalan dan
menjabat tangan serta
a. Mengidentifikasi
menyebutkan namaya
penyebab Isolasi sosial
b. Klien tampak
b. Mendiskusikan dengan
menunduk saat diajak
pasien keuntungan
berkenalan
berinteraksi
A : Isolasi Sosial
c. Mengajarkan pasien cara
berkenalan P:

Rencana Tindak Lanjut :


a. Mengingat kembali
keuntungan dan
a. Mengevaluasi kembali
kerugian dari
bersama klien penyebab
berinteraksi
Isolasi sosial, keuntungan
34

dan kerugian berkenalan

b. Mengajarkan pasien cara


berkenalan dengan 1 orang

Rabu, 26 April 2017 Harga diri Rendah DS : S:

17.00 WIB a. Klien merasa harga dirinya a. Klien mengatakan


direndahkan oleh keluarga jika dirumah tidak
dan orang lain karena pernah membantu
klien tidak bekerja ibunya

b. Klien merasa diasingkan b. Klien mengatkan jika


oleh keluarga dan orang dirumah klien hanya
lain berdiam diri di kamar

c. Klien merasa malu dengan c. Klien mengatakan


keadaannya sekarang senang berolahraga
tinju dan senam
DO :
aerobik

a. Klien tampak menghindari


O:
orang lain
35

b. Kontak mata klien tampak a. Klien tampak harus


singkat didorong jika ingin
melakukan aktifitas
c. Menunduk saat menjawab
pertanyaan A: Harga Diri Rendah

Diagnosa Keperawatan : Harga P: Memasukan senam dalam


Diri Rendah jadwal kegiatan klien.

Implementasi :

SP 1

a. Mengidentifikasi
kemampuan dan aspek
positif yang dimiliki oleh
klien

b. Membantu pasien menilai


kemampuan pasien yang
masih dapat digunakan

c. Melatih kemampuan yang


36

dipilih

d. Memberikan pujian yang


wajar terhadap
keberhasilan pasien

Rencana Tindak Lanjut :

a. Mengevaluasi kembali
bersama klien tindakan
yang sudah klien lakukan
selama 1 hari

b. Melatih kemampuan ke 2

c. Mengajurkan pasien
memasukan dalam jadwal
harian

Kamis, 27 April 2017 Isolasi Sosial DS : S:

09.00 a. Klien mengatakan mau a. Klien mengatkan


berlatih berkenalan senang diajarkan
37

b. Klien malu dengan dirinya berkenalan


dan keluarganya
O:
DO :
a. Klien tampak senang
a. Klien tampak menunduk di ajarkan berkenalan
dan tidak ada kontak mata dengan teman
disebelahnya
Diagnosa Keperawatan : Isolasi
sosial A: Isolasi sosial

Implementasi : P:

a. Mengevaluasi kembali a. Mengajurkan pasien


bersama klien penyebab memasukan jadwal
Isolasi sosial, keuntungan harian yakni
dan kerugian berkenalan berkenalan dengan
teman sekamar.
b. Mengajarkan pasien cara
berkenalan dengan 1 orang

Rencana Tindak Lanjut :


38

a. Memberikan kesempatan
pada pasien untuk
mempraktikan cara
berkenalan dengan 1 orang

b. Mengajurkan pasien
memasukan dalam jadwal
harian

Kamis, 27 April 2017 Halusinasi : Penglihatan DS : S:

10.00 a. Klien mengatakan tidak a. Klien mengatakan


mempunyai halusinasi sering melihat
bayangan ayahnya
DO :
yang sedang marah-

a. Klien tampak berkomat – marah

kamit
O:

b. Klien tampak sering jalan


a. Klien tidak mau di
sendiri dengan ekspresi
ajarkan cara
marah
mengontrol
39

c. Klien sering tersenyum halusinasinya


dan tertawa sendiri
A: Halusinasi
Diagnosa Keperawatan :
P:
Halusinasi
a. Latih cara mengontrol
Implementasi : halusinasinya

a. Mengidentifikasi jenis isi


waktu, frekuensi, situasi,
respon, dan durasi

b. Mengajarkan cara
mengontrol halusinasinya

c. Mengajurkan pasien
memasukan dalam jadwal
harian

Rencana Tindak Lanjut :

a. Mengevaluasi jadwal
40

harian

b. Melatih cara mengontrol


halusinasinya dengan
menutup mata dan
menarik nafas

Jumat, 28 April 2017 Isolasi Sosial DS : S:

08.00 WIB a. Klien mengatakan sudah a. Klien mengatakan


berkenalan dengan 1 orang pagi tadi berkenalan
pagi ini secara mandiri dengan 2 orang

DO : b. Klien mengatakan
senang telah
a. Klien tampak senang telah
berkenalan
berkenalan dengan 1 orang
c. Klein menyebutkan
b. Klien lupa nama orang
nama dan hobi klien
yang di ajaknya bekenalan
yang diajaknya
pada pagi hari
berkenalan

Diagnosa Keperawatan : Isolasi


41

Sosial O:

Implementasi : a. Klien dapat


melakukan
a. Mengevaluasi jadwal
berkenalan dengan 1
kegiatan harian
orang secara mandiri

b. Memberikan kesempatan
b. Klien ingat nama dan
pada pasien untuk
hobi klien
mempraktikan cara
berkenalan dengan 2 orang A:

Rencana Tindak Lanjut : Isolasi sosial

a. Megevaluasi jadwal P:
kegiatan harian
a. Memasukan dalam
b. Memberikan kesempatan jadwal kegiatan klien
pada klien untuk
b. Latih berkenalan
berkenalan dengan 2 orang
dengan 2 orang atau
atau lebih klien lain yang
lebih
ada di dekatnya.
42

c. Mengajurkan pasien
memasukan jadwal dalam
jadwal kegiatan

Jumat, 28 April 2017 Halusinasi DS : S:

09.00 WIB a. Klien mengatakan a. Klien mengatakan


semalam bapaknya senang
(Halusinasinya) datang
b. Klien mengatakan
memberikan makanan,
semalam
kemudian hilang
halusinasinya datang
DO : hanya sebentar

a. Klien tampak senang O:

b. Klien sering terlihat a. Klien dapat mengikuti


tersenyum apa yang diajarkan

b. Klien melakukannya
dengan bantuan
Diagnosa Keperawatan :
perawat
43

Implementasi : A: Halusinasi : Penglihatan

a. Mengidentifikasi jenis isi P:


waktu, frekuensi, situasi,
a. evaluasi jadwal
respon, dan durasi
kegiatan harian
b. Melatih cara mengontrol
b. Latih klien cara
halusinasinya dengan
mengontrol
menutup mata dan
halusinasinya dengan
menarik nafas
cara meminum obat
Rencana Tindak Lanjut :

c. Mengevaluasi jadwal
kegiatan harian klien

d. Melatih cara mengontrol


halusinasinya dengan cara
meminum obat

Jumat, 28 April 2017 Harga Diri Rendah DS : S:

10.00 WIB a. Klien mengatakan mau a. Klien mengatakan


44

ikut senam senang

b. Klien mengatakan mau b. Klein mengatkan


olahraga aerobik ingin olahraga
aerobik
DO :
O:
a. Klien tampak senang di
ajak senam a. Klien tampak senang

Diagnosa Keperawatan : Harga b. Klien mengatakan


Diri Rendah biasa olahraga seperti
ini ketika muda.
Implementasi :
c. Sekarang kelien malu
a. Mengevaluasi kembali jika ingin ikut aerobik
bersama klien tindakan dirumahnya
yang sudah klien lakukan
A : Harga Diri Rendah
selama 1 hari

b. Melatih kemampuan ke 2

c. Mengajurkan pasien P: ajurkan klien memasukan


45

memasukan dalam jadwal dalam jawal harian.


harian

Rencana Tindak Lanjut :


Sabtu, 29 April 2017 Isolasi Sosial DS : S:

09.00 a. Klien mengatakan kesal a. Klien mengatakan


tidak tau cara
b. Klien mengatakan
berkenalan
saudaranya datang
memarah-marahi klien b. Klein mengatakan
lupa
c. Klien mengatakan klien
lain marah-marah tanpa O:
sebab dengan klien
a. Klien tampak kesal
DO :
b. Saat di fase kerja
a. Klien tampak kesal klien tampak
mengikuti
b. Klien tampak letih
halusinasinya
c. Klien terlihat kurang
c. Klien tampak kurang
bersemangat
46

Diagnosa Keperawatan : Isolasi bersemangat saat di


sosial ajarkan cara
berkenalan kembali
Implementasi :
d. Klien tampak
a. Mengevaluasi jadwal menunduk saat
kegiatan harian berkenalan dengan
temannya
b. Memberikan kesempatan
pada pasien untuk A: Isolasi Sosial
mempraktikan cara
berkenalan dengan 2 orang P:

Rencana Tindak Lanjut : a. Latih klien cara


berkenalan
a. Mengevaluasi jadwal
kegiatan harian

b. Memberikan kesempatan
untuk klien berkenalan
dengan 2 orang atau lebih
47

Sabtu, 29 April 2017 Defisit Perawatan Diri : Mandi DS : S:

10.00 WIB a. Klien mengatakan jika a. Klien mengatakan


mandi biasanya disuruh mandi merupakan hal
yang dilakukan 2x
DO:
sehari (pagi dan sore)

a. Penampilan klien kurang


b. Klien mengatakan
rapi dan bersih
saat mandi klien ingin

b. klien harus disuruh oleh sikat gigi akan tetapi

perawat jika mandi dan tidak ada

mencuci tangan sebelum


O:
makan
a. Klien dapat mandi
Diagnosa Keperawatan : Defisit
akan tetapi harus
Perawatann Diri : Mandi
dengan bantuan

Implementasi : perawat untuk


mengingatkan karna
a. Menjelaskan pentingnya klien sering lupa
kebersihan
A: Defisit Perawatan Diri :
48

b. Mengajarkan cara menjaga Mandi


kebersihan diri : Mandi
P: lakukan gosok gigi secara
c. Mengajurkan pasien mandiri
memasukan dalam jadwal
harian.

Rencana Tindak Lanjut :

a. Mengevaluasi jadwal
kegiatan harian mandi

b. Menjelaskan cara makan


yang baik

Sabtu, 29 April 2017 Resiko Prilaku Kekerasan DS : S:

12.00 WIB a. Klien mengatakan ketika - Klien mengatakan


dirumah sering marah- kesal karna ada klien
marah dengan ibu nya di sel yang tiba-tiba
marah dengan dia
b. Klien mengatakan jika
marah sering membating- - Klien mengatakan
49

banting barang lebih nyaman setelah


melakukan nafas
DO :
dalam

a. Klien terlihat kesal karena


O:
temannya yang
memandang dia dengan - Klien tampak lebih
ekspresi marah tenang dan rileks

Diagnosa keperawatan : A: Resiko Prilaku Kekerasan

Resiko prilaku kekerasan P: latih nafas dalam

Implementasi :

a. Mengidentifikasi
penyebab, tanda gejala,
jenis, akibat, cara dan
jmengontrol perilaku
kekerasan

b. Melatih dan
50

mempraktikasn cara
mengontrol PK dengan
cara menarik nafas dalam

c. Mengajurkan pasien
memasukan dalam jadwal
harian

Rencana Tindak Lanjut :

a. Evaluasi jadwal kegiatan


harian

b. Melatih cara mengontrol


PK dengan cara memukul-
mukul bantal

Senin, 1 Mei 2017 Isolasi Sosial DS : S:

13.00 WIB a. Klien mengatakan sudah a. Klien tampak senang


51

berekenalan dengan teman berekenalan dengan 2


sekamarnya tetapi lupa orang temannya di
namanya ruangan baru

DO : b. Klien tidak mau


mengobrol karena
a. Klien tampak ada kontak
malu dengan
mata dengan perawat
temannya

b. Klien tampak masih suka


O:
menyendiri
a. Klien tampak senang
Diagnosa Keperawatan : Isolasi
Sosial b. Klien ada kontak
mata dngan klien lain
Implementasi :
c. Klien tampak belum
a. Mengevaluasi jadwal bisa mengobrol
kegiatan harian banyak

b. Memberikan kesempatan A: Isolasi Sosial


untuk klien berkenalan
dengan 2 orang atau lebih P: latih klien cara mengobrol
52

Rencana Tindak Lanjut : dengan 2 orang atau lebih

a. mengevaluasi jadwal
kegiatan harian klien

b. Melatih klien cara


mengobrol dengan
temannya

Senin, 1 Mei 2017 Defisit perawatan Diri : Mandi DS : S:

12.30 WIB a. klien mengatkan tadi pagi a. Klien mengatakan


mandi disuruh oleh ketika mandi tahap
perawat yang pertama
menyiram air,
b. klien mengatakan sudah
sabunan, sampoan,
sikat gigi
dan terahkir sikat gigi
DO :
b. Klien mengatakan

a. klien tampak sudah rapi mandi sendiri

Diagnosa Keperawatan : Defisit O:


53

perawatan diri : Mandi a. Klien tampak


mengerti cara mandi
yang baik

Implementasi : b. Klien tampak rapi dan


tercium wangi
a. Mengevaluasi jadwal
kegiatan harian A: Defisit perawatan Diri :
Mandi
b. Menjelaskan cara mandi
yang benar P: Implementasi di hentikan

Rencana Tindak Lanjut :

a. Memasukan jadwal
kegiatan pasien ke dalam
jadwal harian

Selasa, 2 Mei 2017 Isolasi Sosial DS : Klien mengatakan sudah S :


punya teman tetapi lupa namanya
a. Klien mengatakan
DO : Klien tampak masih sering masih malu untuk
54

menyendiri dan jarang mengobrol mengbrol

Diagnosa Keperawatan : Isolasi b. Klien mengatakan

Sosial tidak mau berkenalan


di hari ini
Implementasi :
O:
a. mengevaluasi jadwal
a. Klien tampak kurang
kegiatan harian klien
bersemangat
b. Melatih klien cara
A:Isolasi Sosial
mengobrol dengan
temannya P: latih kembali cara

c. berkenalan dengan 2 orang

Rencana Tindak Lanjut :

a. Mengevaluasi jadwal
kegiatan harian klien

a. Melatih klien cara


55

mengobrol

Rabu, 3 Mei 2017 Isolasi Sosial DS : S:

12.30 WIB a. Klien mengatakan punya c. Klien mengatakan


teman namanya aziz senang mengobrol

a. Klien mengatakan d. Klien mengatakan


semalam mengobrol masih malu untuk
dengan aziz mengbrol

DO : O:

a. Klien tampak ada kontak a. Klien tampak bisa


mata mengobrol akan tetapi
tidak banyak yang
Diagnosa Keperawatan :
diobrolkannya hanya

Implementasi : hobi dan tempat


tinggal
a. Mengevaluasi jadwal
b. Klien tampak adanya
kegiatan harian
kontak mata dengan
b. Memberikan kesempatan
56

pada pasien untuk klien lain


mempraktikan cara
A: Isolasi Sosial
mengobrol dengan 2 orang
atau lebih P: latih klien cara mengobrol
dengan 2 orang atau lebih
Rencana Tindak Lanjut :

a. Mengevaluasi jadwal
kegiatan harian

b. Memberikan kesempatan
untuk klien mengobrol
dengan 2 orang atau lebih
BAB IV
PEMBAHASAN

Setelah kelompok melakukan tindakan keperawatan terhadap klien dengan masalah


utama Isolasi Sosial Menarik Diri diruang Gatot Kaca RS. Dr. H. Marzoeki Mahdi
Bogor mulai dari tanggal 26 April- 5 Mei 2017 kelompok menemukan kesenjangan
keseanjangan antara konsep teoritis dengan studi dilapangan yang dilakukan oleh
kelompok, maka dari itu kelompok akan membahas kesenjangan tersebut. Adapun
kesenjangan itu antara lain :
A. Pengkajian
Pada pengkajian pengumpulan data dilakukan menggunakan format pengkajian
perawatan jiwa yang telah ditetapkan. Data yang dikumpulkan dengan
wawancaara langsung dengan klien dari data catatan keperawatan dan medis
ditemukan kesenjangan antara data data teoritis dengan apa yang didapat dengan
kasus dilapangan. Pengumpulan data yang dilakukan hanya dengan wawancara
dengan klien, observasi dan dari pendokumentasian keperawatan diruangan.
Sedangkan data dari keluarga tidak didapatkan hal tersebut. Dikarenakan selama
proses pengkajian keluarga klien tidak datang menjenguk.

Menurut data teoritis secara umum dari faktor predisposisi diterangkan


bahwa Isolasi Sosial dapat terjadi dari berbagai faktor berupa faktor psiologis,
biologis, faktor genetik, faktor sosial budaya, yang pasti mungkin terlihat dalam
perkembangan suatu kelainan psikologis tampak bahwa individu yang berada
pada resiko tinggi terhadap kelainan ini adalah mereka yang memiliki anggota
keluarga dengan kelainan yang sama ( orang tua saudara kandung yang lain )
dan dikeluarga hanya klien yang mengalami gangguan jiwa

Dalam melakukan pengkajian, kelompok menemukan hambatan karena tidak


mendapat data laangsung dari keluarga karena selama melakukan pengkajian
keluarga belum pernah datang menjenguk klien.

57
58

B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang ada pada teori yaitu Isolasi Sosial yakni
a. Isolasi Sosial
b. Harga Diri Rendah
c. Resiko gangguan presepsi sensori : Halusinasi
Sedangkan dalam kasus yang kami temukan pada Tn. T kelompok menemukan
ada 8 diagnosa keperawatan yaitu :
1. Isolasi sosial menarik diri
2. Harga diri rendah
3. Regimen terapeutik inefektif
4. Resiko perilaku kekerasan
5. Berduka disfungsional
6. Defisit perawatan diri
7. Koping keluarga in efektif
8. Halusinasi pendengaran
C. Intervensi
Intervensi adalah sesuatu rencana tindakan yang disusun untuk mengatasi
permasalahan yang dialami klien . Berikut adalah intervensi yang dibuat :
1. Bina hubungan saling percaya dengan klien.
2. Kaji pengetahuan klien tentang prilaku menarik diri dan tanda tandanya.
3. Berikan kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaan nya.
4. Diskusikan dengan klien tentang prilaku menarik diri , tanda tanda dan
gejalanya.
5. Berikan pujian terhadap kemampuan klien mengungkapkan perasaannya.
6. Kaji tentang pengetahuan klien tentang keuntungan dan manfaat bergaul
dengan orang lain.
7. Diskusiksn bersama klien tentang manfaat berhubungan dengan orang lain.
8. Kaji pengetahuan klien tentang kerugian bila tidak berhubungan dengan
orang lain
9. Beri dorongan dan bantu klien untuk berhubungan dengan orang lain.

Dalam proses pelaksanaan kasus ini kelompok tidak melibatkan keluarga karena
selama klien dirawat keluarga jarang berkunjung ke Rumah Sakit.

D. Implementasi
Implementasi merupakan tahap dimana segala intervensi keperawatan
dilaksanakan untuk memenuhi semua kebutuhan klien secara optimal.
Kelompok telah melakukan asuhan keperawatan sesuai intervensi keperawatan
yang telah dibuat sebelumnya yaitu membina hubungan saling percaya dengan
klien, mengkaji pengetahuan klien tentang prilaku menarik diri dan tanda tanda
nya, memberi kesermpatan kepada klien untuk mengungkapkan
perasaan penyebab menarik diri atau tidak mau bergaul, mendiskusikan
59

bersama klien tentang prilaku menarik diri dan tanda serta gejalanya,
memberikan pujian terhadap kemampuan klienmengungkapkan perasaannya,
mengkaji pengetahuan klien tentang kerugian bila tidak berhubungan dengan
orang lain, serta mendorong dan membantu klien untuk berhubungan dengan
orang lain.

Implementasi keperawatan yang ada pada teori adalah klien dapat membina
hubungan saling percaya, klien mampu menyebutkan penyebab menarik diri,
klien mampu menyebutkan keuntungan berhubungan sosial dan kerugian
menarik diri, klien dapat melaksanakan hubungan sosial secara bertahap.
Sedangkan pada kasus implementasi yang dilakukan pada Tn. S adalah SP 1:
mengidentifikasi penyebab isolasi sosialo, mendiskusikan dengan pasien
keuntungan berinteraksi, mengajarkan pasien cara berkenalan. SP 2:
mengevaluasi kembali bersama klien penyebab isolasi sosial, keuntungan dan
kerugigan berkenalan, mengajarkan pasien cara berkenalan dengan 1 orang. SP
3: mengevaluasi jadwal kegiatan harian, memberikan kesempatan pada pasien
untuk mempraktikan cara berkenalan dengan 2 orang. SP 3 mengevaluasi
jadwal kegiatan harian, memberikan kesempatan pada pasien untuk
mempraktikan cara berkenalan dengan 2 orang. SP 3: mengevaluasi jadwal
kegiatan harian, memberikan kesempatan untuk klien berkenalan dengan 2
orang atau lebih. SP 3: mengevaluasi jadwal kegiatan harian, memberikan
kesempatan untuk klien berkenalan dengan 2 orang atau lebih. SP 3:
mengevaluasi jadwal kegiatan harian, memberikan kesempatan pada pasien
untuk mempraktikan cara mengobrol dengan 1 orang.

E. Evaluasi
Evaluasi dilakukan dari awal hingga akhir kegiatan yaang setiap kali
berinteraksi menggunakan analisis SOAP ( Subjektif, Objektif, Analisis,
Problem ). Semua tindakan keperawatan dengan isolasi sosial menarik diri yang
dibahas kelompok melalui srategi pelaksanaan dapat dilaksanakan. Evaluasi
keperawatan yang ada pada teori adalah evaluasi subjektif: klien menjelaskan
kebiasaan interaksi, klien menjelaskan penyebab tidak bergaul dengan orang
lain, klien menyebutkan keuntungan bergaul dengan orang lain, klien
menyebutkan kerugian tidak bergaul dengan orang lain. Evaluasi objektif: klien
60

memperagakan ara berkenalan dengan orang lain, klien bergaul dan berinteraksi
dengan perawat, keluarga dan tetangga, klien menyampaikan perasaanya setelah
berinteraksi dengan orang lain, klien mempunyai jadwal bercakap-cakap dengan
orang lain, klien menggunakan obat dengan patuh. Evaluasi kemampuan
keluarga: keluarga menyebutkan masalah isolasi sosial dan akibatnya, keluarga
menyebutkan penyebab dan proses terjadinya isolasi sosial, keluarga membantu
klien berinteraksi dengan orang lain, keluarga melibatkan klien melakukan
kegiatan di rumah tangga.

Sedangkan evaluasi pada kasus yang ditemukan pada Tn. S dilakukan per-SP
yaitu SP 1: S: klien mengatakan malu saat didekati, klien mengatakan takut
diejek oleh keluarganya, klien mengatakan keuntungan dari berkenalan punya
banyak teman, klien mengatakan kerugian dari berkenalan tidak mempunyai
teman. O: klien mau di ajak berkenalan dan menjabat tangan serta menyebutkan
namanya, klien tampak menunduk saat diajak berkenalan, A: isolasi sosial, P:
mengingatkan kembali keuntungan dan kerugian dari berinteraksi. SP 2: S:
klien mengatakan senang diajarkan berkenalan, O: klien tampak senang di
ajarkan berkenalan dengan teman disebelahnya, A: isolasi sosial, P:
menganjurkan pasien memasukan jadwal harian yakni berkenalan dengan teman
sekamar. SP 3: S: klien mengatakan pagi tadi berkenalan dengan 2 orang, klien
mengatakan senang telah berkenalan, klien menyebutkan nama dan hobi klien
yang diajaknya berkenalan. O: klien dapat melakukan berkenalan dengan 1
orang secara mandiri, klien ingat nama dan hobi klien. A: isolasi sosial. P:
memasukan dalam jadwal kegiatan klien, latih berkenalan dengan 2 orang atau
lebih. SP 3 pertemuan ke 2: S: klien mengatakan tidak tau cara berkenalan, klien
mengatakan lupa, O: klien tampak kesal, saat di fase kerja klien tampak
mengikuti halusinasinya, klien tampak kurang bersemangat saat di ajarkan cara
berkenalan kembali, klien tampak menunduk saat berkenalan dengan temannya,
A: isolasi sosial, P: latih klien cara berkenalan. SP 3 pertemuan ke 3: S: klien
tampak senang berkenalan dengan 2 orang temannya di ruangan baru, klien
tidak mau mengobrol karena malu dengan temannya. O: klien tampak senang,
klien ada kontak mata dengan klien lain, klien tampak belum bisa mengobrol
banyak. A: isolasi sosial, P: latih klien cara mengobrol dengan 2 orang atau
lebih. SP 3 pertemuan ke 4: S: klien mengatakan masih malu untuk mengobrol,
61

klien mengatakan tidak mau berkenalan di hari ini, O: klien tampak kurang
bersemangat, P: latih kembali cara berkenalan dengan 2 orang. SP 3 pertemuan
ke 5: S: klien mengatakan senang mengobrol, klien mengatakan mkasih malu
untuk mengobrol, O: klien tampak bisa mengobnrol akan tetapi tidak banyak
yang di obrolkannya hanya hobi dan tempat tinggal, klien tampak adanya kontak
mata dengan klien lain, A: isolasi sosial, P: latih klien cara mengobrol dengan 2
orang atau lebih.
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Isolasi sosial adalah keadaan dimana seorang individu mengalami penurunan atau
bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain disekitarnya. Pasien
mungkin merasa ditolak, tidak diterima, kesepian dan tidak mampu membina
hubungan yang berarti dengan orang lain. Oleh sebab itu untuk mengurangi
penurunan dan ketidakmampuan pasien isolasi sosial dalam berinteraksi dengan
lingkungan sekitar dibutuhkan kerjasama.( Riyadi dan Purwanto, 2009).

Menurut NANDA pada tahun 2012, tanda dan gejala isolasi sosial yang dapat
ditemukan yaitu Tidak ada dukungan orang yang dianggap penting, Perilaku tidak
sesuai dengan perkembangan, Afek tumpul, Bukti kecacatan (fisik, mental),
Tindakan tidak berarti, Tidak ada kontak mata, Menunjukan permusuhan, Ingin
sendiri, Menunjukan perilaku yang tidak dapat diterima oleh kelompok kultural yang
dominan, Tidak komunikatif dan Menarik diri.

Setelah pemberian asuhan keperawatan jiwa pada Tn.T dengan gangguan Isolasi
Sosial Menarik Diri diruang Gatot Kaca Rumah Sakit DR. Marzoeki Mahdi Bogor,
dapat disimpulkan bahwa :
1. Untuk mencapai hasil yang maksimal dalam memberikan asuhan keperawatan
jiwa kelompok perlu membina hubungan saling percaya antara perawat dengan
klien dan merupakan kunci utama dalam menentukan intervensi kedepannya.
2. Dukungan dan kepedulian keluarga sangat diperlukan guna membantu proses
penyembuhan klien, karena klien selalu merasa bahwa dirinya tidak berarti lagi.
B. Saran
Berikut ini adalah saran yang dapat kelompok berikan untuk semua pihak agar bisa
menjadi lebih baik lagi dimasa yang akan datang :
1. Untuk perawat dan tenaga kesehatan lainnya, binalah hubungan saling percaya
dengan klien agar terjadi komunikasi terapeutik yang baik sehingga klien dapat

62
63

2. mengungkapkan semua permasalahannya agar tercapai keberhasilan proses


keperawatan.
3. Untuk keluarga klien, luangkanlah waktu untuk mengunjungi klien selama
dirawat di Rumah Sakit Marzoeki Mahdi dan terimalah klien apa adanya serta
selalu memberikan dukungan dan perhatian yang dapat mempercepat proses
penyembuhan klien.
DAFTAR PUSTAKA

Riyadi, S & Purwanto, T. ( 2009 ). Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta : Graha


Ilmu.

Muhith, A. (2015). Pendidikan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta : CV Andi Offset.

Depkes RI. (2007). Riset kesehatan dasar. Jakarta: Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan, Republik Indonesia.

Nanda. 2012. Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda Definisi dan Klasifikasi 2012
-2013. Editor : Budi Sentosa. Jakarta : Prima Medika

Anda mungkin juga menyukai