DISUSUN OLEH :
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan Makalah Keperawatan Gerontik
dengan Judul : “Asuhan Keperawatan Pada Lansia Dengan Gangguan
Istirahat dan Tidur”
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata ajar
“Keperawatan Gerontik”. Dalam penulisan ini kelompok banyak mengalami
kesulitan dan hambatan, namum berkat bimbingan, dan bantuan dari berbagai
pihak akhirnya makalah ini dapat diselesaikan dengan sebaik-baiknya. Maka
dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :
Dalam penulisan makalah ini, kelompok masih merasa banyak kekurangan baik
pada penulisan maupun materi. Oleh karena itu, kelompok menerima berbagai
kritik dan saran dari pembaca demi tercapai hasil yang lebih baik. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan dapat digunakan sebagai acuan
dalam penulisan makalah selanjutnya. Kelompok mengucapkan terima kasih pada
semua pihak yang telah membantu dalam Pembuatan makalah ini.
Kelompok 8
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..........................................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................................ii
BAB I : PENDAHULUAN.................................................................................1
A. LATAR BELAKANG......................................................................1
B. TUJUAN..........................................................................................3
1. TUJUAN UMUM........................................................................3
2. TUJUAN KHUSUS.....................................................................3
C. METODE PENULISAN..................................................................3
D. SISTEMATIKA PENULISAN.........................................................3
BAB IV : PENUTUP
A. KESIMPULAN................................................................................22
B. SARAN............................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Penuaan penduduk terkait dengan transisi demografi dan epidemiologi lansia.
Penuaan penduduk telah berlangsung secara pesat terutama di negara
berkembang pada dekade pertama abad milenium titik data lansia beriringan
dengan jumlah peningkatan jumlah rumah tangga yang dihuni oleh lansia.
Presentasi rumah tangga lansia tahun 2019 sebesar 27,88%, di mana 61,75%
di antaranya dikepalai oleh lansia. Lansia di Indonesia adalah ketersediaan
dukungan potensial baik ekonomi maupun sosial yang idealnya disediakan
oleh keluarga. Data susenas 2019 menunjukkan bahwa 9,309% lansia tinggal
sendiri di mana presentasi lansia perempuan yang tinggal sendiri hampir tiga
kali lipat dari lansia laki-laki (13, 39% berbanding 4,98%). (Malyasari,
Ika,dkk. 2019. Statistik Penduduk Lanjut Usia)
Lanjut usia menurut UU nomor 13 tahun 1998 adalah seseorang yang telah
mencapai usia 60 tahun keatas penduduk lanjut usia terus mengalami
peningkatan seiring kemajuan di bidang kesehatan yang ditandai dengan
meningkatnya angka harapan hidup dan menurunnya angka kematian
perkembangan demografi ini dapat membawa dampak di bidang kesehatan
ekonomi dan sosial. Untuk itu diperlukan data terkait kelanjutusiaan sebagai
bahan pemetaan strategi kebijakan sehingga pertumbuhan jumlah penduduk
lansia menjadi potensi yang turut membangun bangsa. (Malyasari, Ika. 2019.
Statistik Penduduk Lanjut Usia)
1
tahun, pada umumnya memiliki tanda-tanda terjadinya penurunan fungsi-
fungsi biologis, fisiologis, psikologis, sosial ekonomi. ( Abdul, Muhith. 2016)
Salah satu kebutuhan fisiologis dasar manusia yakni tidur dianggap yang perlu
dipenuhi tidak terkecuali pada lansia. Dengan adanya penuaan, proporsi tahap
4 tidur menurun secara bertahap. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi
istirahat dan tidur lanjut usia, faktor fisiologis, lingkungan dan psikososial
saling berinteraksi untuk mempengaruhi pola tidur, dan ini menjadi lebih
kompleks seiring dengan bertambahnya usia (Miller, 2012).
Bentuk gangguan tidur yang dialami lansia adalah insomnia. Insomnia pada
lansia disebabkan karena kurangnya kegiatan fisik sepanjang hari, tidur yang
sebentar-sebentar sepanjang hari, gangguan cemas dan depresi, suasana
kamar yang kurang nyaman, sering berkemih ketika malam hari dan infeksi
saluran kemih (Maryam, 2008). Insomnia adalah gangguan tidur yang sering
dikeluhkan lansia yang ditandai dengan kesulitan untuk tidur dan
mempertahankan tidur.
2
B. TUJUAN
1. TUJUAN UMUM
Setelah menyusun makalah ini diharapkan mahasiswa dapat mengetahui,
serta memahami konsep gangguan istirahat tidur pada lansia. Serta mampu
melakukan asuhan keperawatan lansia dengan gangguan tidur secara
komperhensif.
2. TUJUAN KHUSUS
a. Mengetahui konsep menua
b. Mengetahui konsep istirahat dan tidur pada lansia
c. Memahami pengkajian, intervensi, implementasi dan evaluasi yang
perlu dilakukan untuk melakukan asuhan keperawatan pada lansia
dengan gangguan istirahat dan tidur
C. METODE PENULISAN
Dalam penulisan kelompok menggunakan teknik pengumpulan data dengan
cara studi kepustakaan. Dengan cara mempelajari buku-buku atau literatur-
literatur yang berkaitan dengan judul makalah.
D. SISTEMATIKA PENULISAN
3
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. KONSEP MENUA
Menua adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan
jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan mempertahankan fungsi
normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki
kerusakan yang diderita. ( Muhith, Abdul., dan Siyoto, Sandu. 2016).
Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam
kehidupan manusia proses menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak
hanya di dimulai pada satu waktu tertentu tetapi dimulai sejak permulaan
kehidupan. WHO dan UU nomor 13/tahun 1998 menyebutkan bahwa 60
tahun merupakan usia permulaan. Menua bukanlah suatu penyakit, tetapi
merupakan proses yang berangsur-angsur mengakibatkan perubahan yang
komulatif merupakan proses penurunan daya tahan tubuh dalam menghadapi
rangsangan dari dalam dan luar tubuh yang berakhir dengan kematian. (Dewi,
Shofia Rhosma. 2014)
4
genitalia urinaria endokrin, dan integumen. ( Muhith, Abdul., dan Siyoto,
Sandu. 2016).
5
i. Sistem reproduksi : Perubahan sistem reproduksi lansia ditandai
dengan menciutnya ovarium dan uterus serta atropi payudara pada
wanita. Pada laki-laki testis masih dapat memproduksi spermatozoa,
meskipun ada penurunan secara berangsurangsur.
1. Definisi Tidur
Tidur merupakan suatu bentuk aktivitas yang turut menentukan kualitas
kesehatan individu. Ketika seseorang beranjak tua ia akan merasa kurang
beristirahat atau membutuhkan waktu tidur yang lebih banyak sistem
saraf pusat mengatur pola tidur setiap individu. Kuantitas tidur
merupakan jumlah waktu yang dihabiskan dalam tidur. Pada lansia
6
kondisi ini mengalami penurunan. “Efisensi tidur mempengaruhi kualitas
tidur. Pada orang yang masih muda efisiensi tidur berkisar 80% – 90%
namun menurun menjadi 50% – 70% pada lansia” (Misra & Malow,
2008) dalam[ CITATION Mil12 \l 1057 ].
2. Pola Tidur
Menurut (Dewi, Shofia Rhosma. 2014) Tidur yang normal terdiri atas
komponen gerakan bola mata cepat REM (Rapid Eye Movement) dan
NREM (Non Rapid Eye Movement) .
Tidur NREM (Non Rapid Eye Movement) dibagi menjadi empat tahap :
a. Tahap pertama jatuh tertidur, orang tersebut mudah dibangunkan dan
tidak menyadari ia telah tertidur, kedutan atau sentakan otot
menandakan relaksasi selama tahap ini.
b. Tahap kedua dan ketiga, meliputi tidur dalam yang progresif.
c. Tahap Keempat, tingkat terdalam, sulit untuk dibangunkan. Pada
tidur tahap keempat sangat penting untuk menjaga kesehatan fisik.
Pada Tahap diatas sangat jelas terlihat menurun pada lansia, tetapi
mereka belum mengetahui akibat dari penurunan ini. Pola tidur pada
lansia ditandai dengan sering terbangun, yang terjadi penurunan pada
tahap ketiga dan keempat pada waktu NREM. Para lansia lebih banyak
terbangun pada malam hari dibanding tidur, dan lebih banyak tidur
selama siang hari. Tidur siang hari dapat mengurangi waktu dan kualitas
tidur di malam hari pada beberapa lansia.
7
Dari tahap keempat, pada lansia sering terjadi tersebut berlanjut ke tidur
REM (Rapid Eye Movement). Tidur REM (Rapid Eye Movement) terjadi
beberapa kali dalam siklus tidur dimalam hari tetapi lebih sering terjadi
pagi hari sekali. Pada tidur REM, aktifitas dan tanda-tanda vital
mengalami akselerasi, yang menyebabkan peningkatan kesenangan dan
pelepasan ketegangan yang dimanifestasikan dengan tersentak dan
berbalik, kedutan otot, dan peningkatan frekuensi pernafasan, frekuensi
jantung, dan tekanan darah. (Dewi, Shofia Rhosma. 2014)
Aspek penting lain dari kebutuhan tidur seseorang adalah ritme sirkadian
titik ritme sirkadian adalah respon tubuh terhadap ritme pergantian siang
dan malam hari titik dengan siklus ini individu mulai mengembangkan
pola istirahat tidur sesuai dengan kebutuhannya. Masalah umum yang
terjadi pada lansia adalah mereka terbangun lebih awal titik akibatnya
lansia menjadi mudah lelah di siang hari dan membutuhkan tidur siang
lebih banyak. Kelelahan yang terjadi di siang hari dapat terjadi akibat
perubahan fisiologis pola sirkadian lansia. Banyak penelitian
menunjukkan bahwa ritme sirkadian seseorang berubah sesuai waktu.
Jadi tidaklah mengherankan jika lansia berusaha untuk tidur saat malam
dengan bertujuan untuk mencegah mereka terbangun lebih awal. (Dewi,
Shofia Rhosma. 2014)
8
Szymusiak 2008, dalam Malau, 2017 menjelaskan dampak psikologis
dari kualitas tidur yang buruk adalah :
a. Penurunan fungsi kognitif. Selanjutnya, dikaitkan dengan peningkatan
hormon stress kortisol yang menyebabkan penurunan fungsi
imunologi, perubahan pikiran yang negatif (kontrafaktual) dan lebih
emosional.
b. Menimbulkan rasa kecemasan yang lebih tinggi.
c. Meningkatkan ketegangan
d. Mudah tersinggung
e. Kebingungan
f. Suasana hati yang buruk
g. Depresi
h. Penurunan kepuasan hidup
i. Melambatnya psikomotor dan gangguan konsentrasi.
9
Tiga keluhan atau gangguan utama dalam memulai dan mempertahankan
tidur terjadi di kalangan lansia:
a. Insomnia : adalah gangguan ketidakmampuan untuk tidur walaupun
ada keinginan untuk melakukannya. Keluhan insomnia meliputi
ketidakmampuan untuk tertidur, sering terbangun, ketidakmampuan
untuk tidur kembali dan terbangun pada dini hari. Maka perhatian
harus diberikan pada factor biologis, emosional dan medis yang
berperan.
10
C. ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN ISTIRAHAT DAN TIDUR
1. Pengkajian
a. Identitas : Identitas pada klien meliputi nama, umur, jenis kelamin,
suku bangsa, agama, pekerjaan, pendidikan, diagnose medis, alasan
dirawat, keluhan utama, kapan keluhan dimulai, dan lokasi keluhan.
b. Riwayat penyakit : Riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit
dahulu, riwayat kesehatan keluarga, keadaan lingkungan, dan riwayat
kesehatan lainnya.
c. Observasi dan Pemeriksaan Fisik : Meliputi keadaan umum,
Pengukuran Tanda-Tanda Vital (TTV), Pemeriksaan fisik tentang
system kardiovaskuler, system pernafasan, sistem pencernaan, system
perkemihan, sistem endokrin, sistem musculoskeletal, dan sistem
reproduksi.
d. Pola Fungsi Kesehatan : Persepsi terhadap kesehatan dan penyakit,
kebiasaan sehari-hari, nutrisi metabolism, pola tidur dan istirahat,
kognitif-perseptual, persepsi-konsep diri, aktivitas dan kebersihan diri,
koping-toleransi stress, nilai-pola keyakinan.
e. Data penujang : Hasil pemeriksaan laboraturium, dan pemeriksaan
lainnya
f. Pemeriksaan fisik
1) Integumen : ditemukan Lemak subkutan menyusut, Kulit kering
dan tipis, rentang terhadap trauma dan iritasi, serta lambat
sembuh
2) Mata : Areus senilis, penurunan visus
3) Telinga : Pendengaran berkurang yang selanjutnya dapat
berakibat gangguan bicara.
4) Kardiopulmonar : Curah jantung berkurang serta elastisitas
jantung dan pembuluh darah berkurang, terdengar bunyi jantung
IV (S4) dan bising sistolik, kapasitas vital paru, volume ekspirasi,
serta elastisitas paru-paru berkurang.
5) Muskuloskeletal : Massa tulang berkurang, lebih jelas pada
wanita, jumlah dan ukuran otot berkurang. Massa tubuh banyak
11
yang tergantikan oleh jaringan lemak yang disertai pula oleh
kehilangan cairan.
6) Gastrointestinal : Mobilitas dan absorpsi saluran cerna berkurang,
daya pengecap, serta produksi saliva menurun.
7) Neurologikal : Rasa raba juga berkurang, langkah menyempit dan
pada pria agak melebar. Selain itu, terdapat potensi perubahan
pada status mental.
g. Pemeriksaan Fisik Umum
1) Kesadaran : klien dapat menunjukkan tingkat kesadaran baik
(tidak ada kelainan atau gangguan kesadaran).
2) Pengkajian status gizi :Terjadi malnutrisi
12
4) Transferring : Independen bila mampu naik turun sendiri dari
tempat tidur atau kursi roda. Dependen bila selalu memerlukan
bantuan untuk kegiatan tersebut diatas atau tak mampu
melakukan satu atau lebih aktivitas transferring.
5) Kontinensia : Independen bila mampu buang hajat sendiri
(urinari dan defekasi). Dependen bila pada salah satu atau
keduanya miksi atau sefekasi memerlukan enema atau kateter.
6) Makan : Independen bila mampu menyuap makanan sendiri,
mengambil dari piring.
j. Pengkajian aspek spiritual
1) Perasaan individu tentang kehidupan keagamaannya
2) Melakukan kewajiban-kewajiban agar berkontemplasi tentang
kehidupan menurut agama dan kepercayaannya
2. Diagnosa
a. Gangguan pola tidur berhubungan dengan psikologis
3. Intervensi Keperawatan
a. Gangguan pola tidur b.d psikologis
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan, tidur menjadi
efektif
Kriteria hasil :
1) Dapat meningkatkan rasa sehat dan merasa dapat tidur
2) Merasa tidur tidak terganggu
Intervensi :
1) Berikan kesempatan pasien untuk mendiskusikan keluhan yang
mungkin menghalangi tidur.
2) Rencanakan asuhan keperawatan rutin yang memungkinkan
pasien tidur tanpa terganggu selama beberapa jam.
3) Berikan bantuan tidur kepada pasien, seperti bantal, mandi
sebelum tidur, makanan atau minuman dan bahan bacaan.
4) Ciptakan lingkungan yang kondusif untuk tidur.
5) Berikan pengobatan yang diprogramkan untuk meningkatkan
pola tidur normal pasien.
6) Minta pasien setiap pagi menjelaskan kualitas tidur malam
sebelumnya.
7) Berikan pendidikan kesehatan kepada pasien tentang tehnik
relaksasi seperti imjinasi terbimbing, relaksasi otot progresif,
dan meditasi.
14
Rasional
1) Mendengar aktif dapat membantu menentukan penyebab
kesulitan tidur.
2) Tindakan ini memungkinkan asuhan keperawatan yang
konsisten dan memberikan waktu untuk tidur tanpa terganggu.
3) Susu dan beberapa kudapan tinggi protein, seperti keju dan
kacang, mengandung L-trytophan, yang dapat mempermudah
tidur.
4) Tindakan ini dapar mendorong istirahat dan tidur.
5) Agens hipnotik memicu tidur, obat penenang menurunkan
ansietas.
6) Tindakan ini membantu mendeteksi adanya gejala perilaku
yang berhubungan dengan tidur.
7) Upaya relaksasi yang bertujuan biasanya dapat membantu
meningkatkan tidur.
4. Implementasi
Melaksanakan tindakan yang diidentifikasi sesuai dengan intervensi dan
tindakan keperawatan dilakukan sesuai standar prosedur secara aman
dan tepat.
5. Evaluasi
Mengevaluasi kemajuan klien terhadap pencapaian tujuan dengan
melihat acuan tujuan dan kriteria hasil pada perencanaan dan respon
klien terhadap tindakan kemudian didokumentasikan.
15
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. PENGKAJIAN
Kasus :
Seseorang laki-laki usia 65 tahun Tn. A di panti werdha, mengeluh sejak 3
hari yang lalu tidak nyeyak tidur, mudah terbangun pada malam hari, petugas
panti mengatakan beberapa hari ini klien terlihat tidur sambil berjalan. Hasil
pemeriksaan di temukan klien tampak mengantuk,tatapan mata kosong, dan
kadang-kadang menguap, area sekitar mata terlihat gelap. TD: 140/70 N:
78x/mnt, RR: 18x/mnt, Suhu: 36,8o C.
B. ANALISA DATA
16
gelap
- TTV:
TD: 140/70
N: 78x/mnt
RR: 18x/mnt
Suhu : 36,8o C
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan Pola Tidur b.d Perubahan Siklus Sirkadian
D. PERENCANAAN
Diagnosa : Gangguan Pola Tidur b.d Perubahan Siklus Sirkadian
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan, tidur menjadi efektif
Kriteria Hasil : - Jumlah jam tidur dalam batas normal 6-8 jam/ hari
- Pola tidur, kualitas dalam batas normal
- Perasaan segar sesudah tidur atau istirahat
- Mampu mengidentifikasi hal-hal yang dapat
meningkatkan tidur.
Intervensi : - Jelaskan pentingnya isirahat dan tidur yang adekuat
- Berikan fasilitas untuk mempertahankan aktivitas sebelum
tidur.
- Ciptakan lingkungan yang nyaman
- Monitor/ catat kebutuhan tidur pasien setiap hari dan jam
17
E. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
18
kebutuhan tidur
pasien setiap hari dan
jam.
Hasil : Klien masih
sering mengatuk pada
saat beraktivitas di
pagi hari. Tidur
malam ± tiap 2 jam 30
menit terbangun dan
± 3 jam tidur siang.
pertemua 1 1. Memberikan fasilitas S :
n2 untuk - Klien mengatakan
mempertahankan belum bisa tidur
aktivitas sebelum dengan nyenyak di
tidur. (mendengarkan malam hari dan masih
musik) sering tebangun
Hasil : klien O:
mengatakan setelah - Kualitas tidur malam
mendengarkan musik ± tiap 4 jam
murotal pada malam terbangun dan 1 jam
hari ke 2 klien belum 30 menit tidur siang
dapat tidur dengan A:
nyenyak, dan masih - Masalah belum
sering terbangun teratasi
sebanyak 2x. P:
2. Menciptakan - Intervensi dilanjutkan
lingkungan yang 2,3,4
nyaman.
Hasil : Klien merasa
senang karena tempat
tidurnya sekarang
rapih.
3. Monitor dan catat
19
kebutuhan tidur
pasien setiap hari dan
jam.
Hasil : Klien mengatkan
masih sering mengatuk
pada saat beraktivitas di
pagi hari. Tidur malam ±
tiap 4 jam terbangun dan
1 jam 30 menit tidur siang
pertemua 1 1. Memberikan fasilitas S :
n3 untuk - Klien mengatakan
mempertahankan bisa tidur dengan
aktivitas sebelum nyenyak di malam
tidur. (mendengarkan hari dan tebangun 1x
musik) pada malam hari
Hasil : klien O:
mengatakan setelah - Kualitas tidur malam
mendengarkan musik ± 5 jam 30 menit dan
murotal pada malam 1 jam 30 menit tidur
hari ke 2 klien dapat siang
tidur dengan nyenyak A:
dan terbangun pada - Masalah teratasi
malam hari 1x. sebagian
2. Menciptakan P:
lingkungan yang Intervensi dipertahankan
nyaman. 2,3,4
Hasil : Klien merasa
senang karena tempat
tidurnya sekarang
rapih.
3. Monitor dan catat
kebutuhan tidur
pasien setiap hari dan
20
jam.
Hasil : Klien mengatkan
masih tidak sering
mengantuk pada pagi hari.
Tidur malam ± 5 jam 30
menit dan 1 jam 30 menit
tidur siang
21
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Tidur merupakan suatu bentuk aktivitas yang turut menentukan kualitas
kesehatan individu. Ketika seseorang beranjak tua ia akan merasa kurang
beristirahat atau membutuhkan waktu tidur yang lebih banyak sistem saraf
pusat mengatur pola tidur setiap individu.
B. SARAN
Ketika memberikan asuhan keperawatan kepada lansia, khususnya
tentang kebutuhan istirahat dan tidur, perawat terlebih dahulu harus
memahami konsep penuaan yang berhubungan dengan masalah istirahat
dan tidur lansia. Oleh karena itu ketika memberikan asuhan keperawatan
kepada lansia khusunya dalam pemenuhan kebutuhan istirahat dan tidur,
22
perawat harus memahami proses penuaan pada lansia dan mengunakan
kemampuan berfikirnya supaya asuhan keperawataan yang diberikan
dapat bermanfaat dan dirasakan oleh lansia.
23
DAFTAR PUSTAKA
Malau, R. Y. 2017. Gambaran Sleep Hygiene Lansia di Panti Wreda Elim dan
Wisma Harapan Asri Semarang. Skripsi. Diakses dari
http://eprints.undip.ac.id pada tanggal 20 Maret 2020.
Maryam, S., Ekasari, M. F., Rosidawati, Jubaedi, A. 2008. Mengenal Usia Lanjut
dan Perawatannya. Jakarta: Salemba Medika.
Miller, C.A. (2012) Nursing for wellness in older adults. Sixth edition.
Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins.