Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah
tentang Gerakan Tajdid dan Dakwah Muhammadiyah dengan baik meskipun
banyak kekurangan didalamnya. Dan juga kami berterima kasih kepada Dosen
mata kuliah Kemuhammadiyahan Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas
Muhammadiyah Jakarta yang telah memberikan tugas ini kepada kami.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita mengenai Gerakan Tajdid dan Dakwah
Muhammadiyah. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini
terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap
adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat di
masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran
yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya. Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami
sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila
terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan
saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Tujuan Penulisan...........................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................3
A. Pengertian Tajdid..........................................................................................3
B. Pengembangan Tajdid...................................................................................4
C. Makna Pentingnya Pembaharuan Dilakukan Muhammadiyah.....................8
D. Metode dan Strategi Dakwah Muhammadiyah.............................................8
BAB III PENUTUP...............................................................................................11
A. Kesimpulan.................................................................................................11
B. Saran............................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................13
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dua faktor yang melandasi atau yang menjadi latar belakang berdirinya
Muhammadiyah yaitu faktor internal dan eksternal. Yang dimaksud dengan
faktor internal adalah faktor yang berkaitan dengan kondisi keagamaan kaum
muslimin di Indonesia sendiri yang karena berbagai sebab telah menyimpang
dari ajaran Islam yang benar. Faktor eksternal adalah faktor yang berkaitan
dengan: politik Islam Belanda terhadap kaum muslimin di Indonesia dan
pengaruh ide dan gerakan pembaharuan Islam dari Timur Tengah
1
memiliki perbedaan yang cukup mendasar. Pada mulanya, Muhammadiyah
dikenal dengan gerakan purifikasi, yaitu kembali kepada semangat dan ajaran
Islam yang murni dan membebaskan umat Islam dari Tahayul, Bid’ah dan
Khurafat. Cita-cita dan gerakan pembaharuan yang dipelopori
Muhammadiyah sendiri sebenarnya menghadapi konteks kehidupan
keagamaan yang bercorak ganda, sinkretik dan tradisional. Sebagai sebuah
gerakan sosial keagamaan, Muhammadiyah mempunyai ciri khusus dengan
yang lain, tetapi ciri tersebut dibuat bukan atas dasar teoritik belaka,
melainkan berpijak pada proses yang sesuai dengan lingkungan dan budaya
masyarakat. Meskipun Muhammadiyah melakukan purifikasi keagaaman,
namun Muhammadiyah dalam waktu yang bersamaan sangat menyadari
ketergantungan pada lingkungan sosial-budaya di tempat Muhammadiyah
berada.
B. Tujuan Penulisan
Untuk memahami konsep gerakan tajdid dan dakwah muhammadiyah.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Tajdid
Istilah tajdid berasal dari bahasa arab yaitu jaddada, yujaddidu, tajdidan yang
berarti memperbaharui atau menjadikan baru. Tajdid menurut
muhammadiyah bukan sekedar pemurnian seperti meluruskan arah kiblat
tetapi juga memperbarui cara paham beragama dan mendirikan lembaga-
lembaga sosial baru yang bersifat pembaruan dalam rangka pengembangan
[ CITATION Kem16 \l 1057 ].
Dalam pengertian pertama ini diterapkan pada bidang akidah dan ibadah
mahdhah. Kedua, mengandung pengertian modernisasi atau dinamisasi
(pengembangan) dalam pemahaman dan pengamalan ajaran Islam sejalan
dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta perubahan
masyarakat. Pengertian yang kedua diterapkan pada masalah muamalah
duniawi.
Tajdid dalam pengertian ini sangat diperlukan, terutama setelah memasuki era
globalisasi, karena pada era ini bangsa-bangsa di dunia rnengalami interaksi
antar budaya yang sangat kompleks. Dari segi bahasa, tajdid berarti
pembaharuan, dan dari segi istilah, tajdîd memiliki dua arti, yakni pemurnian
dan peningkatan, pengembangan, modernisasi dan yang semakna dengannya.
3
pengamalan, dan perwujudan ajaran Islam dengan tetap berpegang teguh
kepada al-Qur’an dan As-Sunnah Ash-Shahihah.
B. Pengembangan Tajdid
1. Bidang Keagamaan
Pembaharuan dalam bidang keagamaan adalah memurnikan kembali dan
mengembalikan kepada keasliannya. Oleh karena itu dalam pelaksanaan
agama baik menyangkut aqidah (keimanan) ataupun ritual (ibadah)
haruslah sesuai dengan aslinya, yaitu sebagaimana diperintahkan oleh
Allah dalam Al-Quran dan dituntunkan oleh Nabi Muhammad SAW,
lewat sunah-sunahnya. Dalam masalah aqidah Muhammadiyah bekerja
untuk tegaknya aqidah Islam yang murni, bersih dari gejala-gejala
kemusyrikan, bid’ah dan khufarat tanpa mengabaikan prinsip-prinsip
toleransi menurut ajaran Islam, sedang dalam ibadah Muhammadiyah
bekerja untuk tegaknya ibadah tersebut sebagaimana yang dituntunkan
Rasulullah SAW tanpa tambahan dan perubahan dari manusia [ CITATION
Abd00 \l 1057 ].
4
kenduri/ slametan pada bulan Sya’ban dan Ruwah, dan Berziarah ke
makam orang-orang suci dan minta dido’akan.
Untuk itu Muhammadiyah berusaha meluruskan kembali dengan
memberantas segala bentuk bid’ah dan khurafat sepeti bentuk di atas.
Usaha pemurnian tersebut antara lain:
a. Penentuan arah kiblat yang tepat dalam bersembahyang, sebagai
kebalikan dari kebiasaan sebelumnya, yang menghadap tepat ke arah
Barat.
b. Penggunaan perhitungan astronomi dalam menentukan permulaan
dan akhir bulan puasa (hisab), sebagai kebalikan dari pengamatan
perjalanan bulan oleh petugas agama.
c. Menyelenggarakan sembahyang bersama di lapangan terbuka pada
hari raya Islam, Idul Fitri dan Idul Adha, sebagai ganti dari
sembahyang serupa dalam jumlah jama’ah yang lebih kecil, yang
diselengarakan di Masjid. Hal ini dilakukan dengan tujuan lain agar
para wanita yang sedang agar dapat bisa bergabung bersama
(walaupun tidak ikut sholat) karena hal ini tidak mungkin dapat
dilakukan apabila di dalam Masjid.
d. Pengumpulan dan pembagian zakat fitrah dan korban pada hari raya
tersebut di atas, oleh panitia khusus, mewakili masyarakat Islam
setempat, yang dapat dibandingkan sebelumnya dengan memberikan
hak istimewa dalam persoalan ini pada pegawai atau petugas agama
(penghulu, naib, kaum. modin, dan sebagainya).
e. Penyampaian khutbah dalam bahasa daerah, sebagai ganti dari
penyampaian khutbah dalam bahasa Arab.
f. Penyederhanaan upacara dan ibadah dalam upacara kelahiran,
khitanan, perkawinan dan pemakaman, dengan menghilangkan hal-
hal yang bersifat politheistis darinya.
g. Penyerderhanaan makam, yang semula dihiasi secara berlebihan.
Dari Jabir -Radhiyallaahu ‘anhu-, dimana dia berkata: “Rasulullah
5
-Shallallaahu ‘alaihi wasallam- telah melarang menembok kuburan,
duduk di atasnya, dan membuat bangunan di atasnya!”.(Hadits
Riwayat Muslim, Ahmad, An-Nasa’i dan Abu Dawud).
h. Menghilangkan kebiasaan berziarah ke makam orang-orang suci
(wali).
i. Membersihkan anggapan adanya berkah yang bersifat ghaib, yang
dimiliki oleh para kyai/ulama tertentu, dan pengaruh ekstrim dari
pemujaan terhadap mereka.
j. Penggunaan kerudung untuk wanita, dan pemisahan laki-laki dengan
perempuan dalam pertemuan-pertemuan yang bersifat keagamaan.
2. Bidang Pendidikan
Pembaharuan pendidikan ini meliputi dua segi, yaitu segi cita-cita dan
segi teknik pengajaran. Dari segi cita-cita, yang dimaksud K.H. Ahmad
Dahlan ialah ingin membentuk manusia muslim yang baik budi, alim
dalam agama, luas dalam pandangan dan paham masalah ilmu keduniaan,
dan bersedia berjuang untuk kemajuan masyarakatnya. Adapun teknik,
adalah lebih banyak berhubungan dengan cara-cara penyelenggaraan
pengajaran.
6
membangun sistim pendidikan sendiri, seperti sekolah model Barat,
tetapi dimasuki pelajaran agama di dalamnya, sekolah dengan
menyertakan pelajaran sekuler, bermacam-macam sekolah kejuruan dan
lain-lain. Sedang dalam cara penyelenggaraannya, proses belajar
mengajar itu tidak lagi dilaksanakan di masjid atau langgar, tetapi di
gedung khusus, yang di lengkapi dengan meja, kursi dan papan tulis,
tidak lagi duduk di lantai.
Selain pembaharuan dalam lembaga pendidikan formal, Muhammadiyah
pun telah memperbaharui bentuk pendidikan tradisional non formal, yaitu
pengajian. Semula pengajian di lakukan di mana orang tua atau guru
privat mengajar anak-anak kecil membaca Al-Qur’an dan beribadah.
Oleh Muhammadiyah diperluas dan pengajian disistematiskan ke dalam
bentuk pendidikan agama non formal, di mana pesertanya lebih banyak
juga isi pengajian diserahkan pada masalah-masalah kehidupan sehari-
hari umat Islam.
3. Bidang Kemasyarakatan
Di bidang sosial dan kemasyarakatan, maka usaha yang dirintis oleh
Muhammadiyah adalah didirikannya rumah sakit poliklinik, rumah yatim
piatu, yang dikelola melalui lembaga-lembaga dan bukan secara
individual sebagaimana dilakukan orang pada umumnya di dalam
memelihara anak yatim piatu. Badan atau lembaga pendidikan sosial di
dalam Muhammadiyah juga ikut menangani masalah-masalah
7
keagamaan yang ada kaitannya dengan bidang sosial, seperti prosedur
penerimaan dan pembagian zakat ditangani sepenuhnya oleh P.K.U.,
yang sekaligus berwenang sebagai badan ‘amil.
Untuk mengajak orang lain agar dia tertarik melakukan amar ma’ruf nahi
mungkar sesuai dengan ketentuan Allah dan Rasul-Nya, diperlukan metode
8
dakwah. Dalam kaitan ini Allah Swt berfirman dalam surat an-Nahal ayat 125
sebagai berikut : “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah
dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.
Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang
tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang
mendapat petunjuk”
9
hiburan dan pendalaman agama hindu,karena agama yang pertamakali masuk
dalam Indonesia adalah ajaran hindu sehingga budaya hindu sangat kental
oleh masyarakat khususnya daerah jawa sehingga metode dakwah secara
cultural sangat efektif dalam mengatasi masyarakat yang sangat fanatik
dengan budaya dengan menggunakan cara tersebut tidak mengakibatkan
kesalahan fatal dalam menyampaikan dakwah islamiyah [ CITATION Ari87 \l
1057 ].
10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam arti “pemurnian” tajdid dimaksudkan sebagai pemeliharaan ajaran
Islam yang berdasarkan dan bersumber kepada al-Qur’an dan As-Sunnah
Ash-Shohihah. Dalam arti “peningkatan, pengembangan, modernisasi dan
yang semakna dengannya”, tajdid dimaksudkan sebagai penafsiran,
pengamalan, dan perwujudan ajaran Islam dengan tetap berpegang teguh
kepada al-Qur’an dan As-Sunnah Ash-Shahihah.
11
B. Saran
12
DAFTAR PUSTAKA
13