Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

GANGGUAN NUTRISI PADA PASIEN MELENA ANEMIA GRAVIS

DIRUANG SADEWA RSUD JOMBANG

Disusun Oleh:

Siti Maufiroh 7318024

PROGRAM STUDI SARJANA ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS PESANTREN TINGGI DARUL ‘ULUM

JOMBANG

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur dan Alhamdulillah penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT. Atas

rahmat dan hidayah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan LAPORAN

PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN NUTRISI

PADA PASIEN MELENA ANEMIA GRAVIS DI RUANG SADEWA RSUD

JOMBANG yang merupakan tugas Praktik Keperawatan Dasar Profesi (KDP),

Program Studi Profesi Ners Fakultas Ilmu Kesehatan UNIPDU Jombang.

Penyusun menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada laporan

ini. Oleh karena itu penyusun mengundang pembaca untuk memberikan saran serta

kritik yang dapat membangun bagi penyusun sehingga dapat menyempurnakan

laporan selanjutnya.

Semoga dengan adanya laporan ini dapat memberi manfaat bagi kita semua, dalam

hal ini dapat menambah wawasan kita mengenai Asuhan Keperawatan Gangguan

Nutrisi Pada Pasien Melena Anemia Gravis.

Jombang, 13 September 2022

Siti Maufiroh
LAPORAN PENDAHULUAN

A. Konsep Dasar Gangguan Nutrisi


1. Definisi Nutrisi
Nutrisi merupakan proses pemasukan dan pengelolahan zat makanan oleh
tubuh yang bertujuan menghasilkan energy dan digunakan dalam aktivitas
tubuh. Dimana zat makanan itu terdiri atas zat-zat gizi dan zat lain yang dapat
menghasilkan energi dan tenaga. Nutrisi juga berhubungan dengan kesehatan
dan penyakit, termasuk keseluruhan proses dalam tubuh manusia untuk
menerima makanan atau bahan-bahan penting dari lingkungan hidupnya dan
menggunakan bahan-bahan tersebut untuk aktivitas penting dalam tubuhnya
serta mengeluarkan sisinya. (Wilkinso Judith M, 2010).
2. Antomi Fisiologi Sistem Pencernaan
Saluran pencernaan terdiri dari mulut, tenggorokan, kerongkongan lambung,
usus halus, usus besar, rectum, dan anus.
a. Mulut
Berfungsi sebagai menghancurkan makanan pada awal proses pencernaan
mengunyah dengan baik dapat mencegah terjadinya luka parut pada
permukaan saluran pencernaan. Setelah mengunyah lidahnmendorong
gumpalan makanan ke dalam faring, dimana makanaan bergerak ke
esophagus bagian atas dan kemudian ke bawah ke dalam lambung.
b. Esophagus
Sebuah tube yang panjang, sepertiga bagian atas adalah terdiri dari otot
yang bertulang dan sisanya adalah otot yang licin. Permukaanya diliputi
selaput mukosa yang mengeluarkan secret mucoid yang berguna untuk
perlindungan.
c. Lambung
Gumpalan makanan memasuki lambung dengan bagian porsi terbesar dari
saluran pencernaan. pergerakan makanan melalui lambung dan usus
dimungkinkan dengan adanya peristaltic yaitu gerakan konstraksi dan
relaksasi secara bergantian dari otot yang mendorong substansi makanan
dalam gerakan menyerupai gelombang. Pada saat makanan bergerak kearah
spingter pylorous pada ujung distal lambung. Gelombnag palistaltik
meningkat, kini gumpalan lembek makanan telah menjadi susbstansi yang
disebut chyme. chyme di pompa melalui spingter pylorus kedalam
duodenum. rata-rata waktu yang diperlukan untuk mengosongkan kembali
lambung setelah makan adalah 2-6 jam.
3. Etiologi
a. Fisiologi
1) Intake nutrisi
2) Kemampuan mendapatkan dan mengelolah makanan
3) Pengetahuan
4) Gangguan penelan/ menelan
5) Perasaan tidak nyaman setelah makan
6) Anoreksia
7) Nausea dan vomitus
8) Intake kalori dan lemak yang berlebihan
b. Kemampuan mencerna nutrisi
Obstruksi mencerna cairan, mal absorbsi nutrisi, DM.
c. Kebutuhan metabolisme
Pertumbuhan, stress, kondisi yang meningkatkan bmr, kanker.
d. Gaya hidup dan kebiasaan
1) Kebiasaan makanan yang baik perlu diterapkan pada usia foddierlusia
menginjak 1 tahun
2) Kebiasaan makanan lansia menghindari yang penting untuk dimakan
e. Jenis kelamin
Metabolisme basal pada laki-laki lebih besar dibandingkan dengan wanita
pada laki-laki dibutuhkan BMRIO Kkal/kg/bb/jam dan pada wanita
oigkkal/kg/bb/jam.
f. Tinggi badan dan berat badan
Tinggi badan dan berat badan berpengaruh terhadap luas permukaan
tubuh, semakin luas permukaan tubuh maka semakin besar pengeluaran
panas, sehingga kebutuhan metabolism basal tubuh menjadi besar.
g. Status kesehatan
Nafsu makan yang baik adalah tanda yang sehat,
h. Ekonomi
Status ekonomi dapat mempengaruhi perubahan status gizi karena
penyediaan makanan bergizi membutuhkan pendanaan yang tidak sedikit.
i. Alcohol dan obat
Penggunaan alcohol dan obat yang belebihan memberi konstribusi pada
defisiensi nutrisi. Obat-obatan yang menekan nafsu makan dapat menurunkan
asupan zat gizi esensial. Obat–obatan juga menghabiskan zat gizi yang
tersimpan dan mengurangi absorpsi zat gizi inteostin.
4. Patofisiologi
Abnormalitas saluran gasteointestinal bermacam-macam dan menunjukkan
banyak patologi yang dapat mempengaruhi system organ lain seperti
(perdarahan, peroforasi, obstruksi, inflamasi, dan kanker, lesi congenital,
inflamasi, infeksi, traumatic, dan neoplastic telah ditemukan pada setiap bagian
dan pada setiap sisi sepanjang saluran gastrointestinal. Bagian dari penyakit
organic dimana saluran gastrointestinal dicurigai terdapat banyak faktor
ekstrinsik yang menimbulkan gejala. Stress dan ansietas sering menjadi keluhan
utama berupa indigesti, anokreksia, atau gangguan motoric usus, kadang-kadang
menimbulkan konstipasi atau diare. Selain itu status kesehatan mental, faktor
fisik antara lain seperti (kelelahan dan ketidakseimbangan atau perubahan
masukan diet yang tiba-tiba dapat mempengaruhi saluran gastrointestinal
sehingga menyebabkan perubahan nutrisi (Smeltzer, 2010).
Patwhay
Penyakit saluran
Status kesehatan Gaya hidup dan kebiasaan
pencernaan

Erosi mukosa Kelemahan otot Kebiasaan mengkonsumsi


lambung menelan makanaan yang tidak sehat

Menurunnya tonus Gangguan Kelebihan zat didalam tubuh


dan paristaltik menelan makanan yang tidak dibutuhkan
lambung

Reflusi duodenum Asupan nutrisi tidak Penyerapan didalam


ke lambung terpenuhi tubuh tidak sempurna

Mual dan muntah Penurunan


berat badan

Ketidakseimbagan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh


5. Tanda dan gejala
a. Berat badan dibawah ideal lebih dari 20%
b. Melaporkan intake makanan kurang dari kebutuhan tubuh yang dianjurkan
c. Konjungtiva dan membrane mucus pucat
d. Lemah otot untuk menelan dan mengunyah
e. Luka, inflamsi pada rongga mulut
f. Mudah merasa kenyang saat setelah menguyah makanan
g. Tidak mampu menguyah makanan
h. Miskonsepsi
i. Penurunan berat badan dengan intake makanan tidak adekuat
j. Kram abdomen
k. Nyeri abdomen patologi atau bukan
l. Diare atau steatorea
6. Komplikasi
a. Malnutrisi
Kekurangan zat makanan nutrisi ataupun kelebihan nutrisi
b. Obesitas
Obesitas merupakan masalah peningkatan berat badan yang mencapai
lebih dari 20% berat badan normal. Status nutrisinya adalah melebihi
kebutuhan metabolisme karena kelebihan asupan kalori dan penurunan dalam
penggunaan kalori.
c. Hipertensi
Hipertensi merupakan gangguan nutrisi yang juga sisebabkan oleh
berbagai masalah pemenuhan kebutuhan nutrisi seperti penyebab dari adanya
obesitas serta asupan kalsium, natrium, dan gaya hidup yang berlebihan.
d. Penyakit jantung coroner
Merupakan gangguan nutrisi yang sering disebabkan oleh adanya
peningkatan kolestrol darah dan merokok. Saat ini gangguan ini sering
dialami akrena adanya perilaku atau gaya hidup yang tidak sehat, obesitas,
dan lain-lain.
e. Kanker
Kanker merupakan gangguan kebutuhan nutrisi yang disebabkan oleh
pengkonsumsian lemak secara berlebihan.
f. Anoreksia nervosa
Merupakan penurunan berat badan secara mendadak dan berkepanjangan,
ditandai dengan adanya konstipasi, pembengkakan badan, nyeri abdomen,
kedinginan, alergi dan kelebihan alergi (Alimul, 2006).
7. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan yang biasanya dilakukan untuk mengetahui adanya perubahan
nutrisi adalah sebagai berikut:
a. Kadar total limfosit
b. Albumin serum
c. Zat besi
d. Transferrin serum
e. Pemeriksaan elektolit terutama kadar natrium, kalium, kalsium, dan pospast
f. Kreatin
g. Hemoglobin
h. Hematocrit
i. Keseimbangan nitrogen
Hasil pemeriksaan laboratorium yang menunjukkan resiko status nutrisi
buruk meliputi penurunan hemoglobin dan hematocrit nilai limfosit, penurunan
albumin serum < 3,5 gr/dl dan peningkatan atau penurunan kadar kolestrol
(Mubarok, 2008).
8. Penatalaksanaan
a. Terapi farmakologi dengan pemberian obat atau injeksi vitamin.
b. Terapi non farmakologi dengan memberikan pendekatan serta edukasi dalam
memenuhi kebutuhan nutrisi dengan makan sedikit tetapi sering.
c. Nutrisi parental, diberikan secara intravena. nutrisi parental adalah larutan
dextrose, air, lemak, protein, elekrolit, vitamin dan unsur renik, semuanya
memberikan semua kalori yang dibutuhkan (Kozier, 2011).
B. Konsep Asuhan Keperawatan pada Gangguan Nutrisi
1. Pengkajian
a. Identitas Pasien
Kaji data pasien meliputi nama, usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan,
alamat, nomor registrasi
b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan utama
Pasien mengatakan belum bisa bab 4 hari
2) Riwayat kesehatan sebelum sakit
Pasien mengatakan sebelum sakit tidak merasakan keluhan seperti ini, bisa
melakukan pekerjaan dengan baik, bisa melakukan kegiatan sehari-hari
dengan baik.
3) Riwayat penyakit sekarang
Saat dikaji : pasien mengatakan napsu makan tidak ada, merasa tidak
nyaman di mulut, sudah 4 hari tidak buang air besar (BAB) dan merasa
tidak nyaman di perut. Tampak K/U lemah, terdapat banyak jamur
berwarna putih di mulut, dan berbau, tampak terpasang NGT.
4) Riwayat penyakit sebelumnya
Pasien mengatakan mulai mengalami sakit ini sejak bulan Januari 2019.
Pasien juga mengatakan tidak mempunyai riwayat operasi dan riwayat
alergi.
5) Riwayat kesehatan keluarga
Pasien mengatakan di dalam keluaraga tidak ada yang menderita
penyakit seperti ini, maupun penyakit yang lainnya.
6) Pola Makan dan Minum
Kebiasaan: Pola makan teratur, Frekuensi 3 kali sehari Makanan
pantangan tidak ada, Makanan yang disukai: semua jenis makanan.
Banyaknya minuman dalam sehari: 1.000-1.500 cc. Jenis minuman dan
makanan yang tidak disukai: minuman beralkohol dan makanan yang
merangsang muntah. Saat sakit pemberian makan melalui NGT dengan
jumlah 3x60cc.
7) Pola Eliminasi
a) Buang air kecil (BAK): Kebiasaan teratur, frekuensi dalam sehari: 5- 6
kali, warna kuning jernih, bau : khas urin (amoniak), perubahan selama
sakit: tidak BAB selama 4 hari.
b) Buang air besar (BAB): Kebiasaan teratur, Frekuensi dalam sehari 1-2
kali, warna kuning pucat, konsistensi lembek, bau khas feses.
Perubahan selama sakit: tidak ada
c. Pemeriksaan Fisik
Hasil pemeriksaan fisik yang dilakukan yaitu : tingkat kesadaran compos
mentis, GCS 13 (E4 V4 M5). CRT < 3 detik. Tanda-tanda vital: TTV : TD
100/70 mmHG, S: 37 OC, Nadi 90 x/menit. Berat sebelum sakit 58 kg, berat
badan saat ini 47 kg, tinggi badan 165 cm, IMT : 47 : (1,65x1,65) = 47/2,72 :
17,2, Status gizi kurang. Mata konjungtiva anemis, pasien nampak pucat.
d. Pemeriksaan Penunjang
1) Pemeriksaan darah
Dilakukan pada tanggal 20 Mei 2019 antara lain :
a) Hemoglobin: 11,4 gr% (nilai normal 13-18 gr%)
b) Lekosit: 4.85 (nilai normal 4,0-10.0 10^3/ul)
c) Eritrosit 4,1 10^3/ul (nilai normal 4,50-6,20 10^3/ul)
d) Jumlah trombosit menurun 148 10^3/ul (nilai normal 140-400 10^3/ul)
e) Hematokrit: 32,5% (nilai normal 40,0-54.0 %).
e. Terapi
1) IVFD NACL 0,9% 20 tetes/menit
2) Clindamicyn 4x400 mg/oral
3) Ranitidin 2x200 mg/oral
4) Cotrimoksazole 1x960 mg/oral
5) Paracetamol 3x500 mg/oral
6) Methylprednisolon 3x8 mg/oral.
2. Diagnosa Keperawatan
DIAGNOSA
NO SLKI SIKI
KEPERAWATAN
1 Resiko defisit - Kekuatan otot Observasi
nutrisi b/d intake pengunyah (2 - Identifikasi status nutrisi
adekuat cukup menurun) - Identifikasi alergi dan intoleransi
- Nyeri abdomen makanan
(2 cukup - Identifikasi makanan yang
menurun) disukai
- Berat badan (2 - Identifikasi kebutuhan kalori dan
cukup jenis nutrien
memburuk) - Identifikasi perlunya
- Nafsu makan (2 penggunaan selang nasogastrik
cukup - Monitor asupan makanan
memburuk) Monitor berat badan
- Bising usus (4 - Monitor hasil pemeriksaan
cukup membaik) laboratorium
Terapeutik
- Lakukan oral hygiene sebelum
makan, jika perlu
- Fasilitasi menentukan pedoman
diet (mis. piramida makanan)
- Sajikan makanan secara menarik
dan suhu yang sesuai
- Berikan makanan tinggi serat
untuk mencegah konstipasi
- Berikan makanan tinggi kalori
dan tinggi protein
- Berikan suplemen makanan, jika
perlu
- Hentikan pemberian makan
melalui selang nasogatrik jika
asupan oral dapat ditoleransi
Edukasi
- Anjurkan posisi duduk, jika
mampu
- Ajarkan diet yang diprogramkan
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian medikasi
sebelumn makan (mis. pereda
nyeri, antiemetik), jika perlu
- Kolaborasi dengan ahli gizi
untuk menentukan jumlah kalori
dan jenis nutrien yang dibutuhkan
jika perlu
DAFTAR PUSTAKA

Alimul, A Aziz, (2006). Pengantar kebutuhan dasar manusia : aplikasi konsep dan
proses keperawatan. Jakarta : Salemba Medika
Kozier, S. (2011). Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep, Proses, & Praktik.
EGC
Mubarak, Wahid Iqbal dan Chayatin, Nurul. (2008). Buku Ajar Kebutuhan Dasar
Manusia. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Smeltzer SC. (2010). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC. Hal :
45-47.
Wilkinso, Judith M. (2010). Buku Saku Diagnosa Keperawatan, Edisi ke 7.
Penterjemahan : widiyawati. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai